Professional Documents
Culture Documents
Pengantar Studi Islam (Ijtihad)
Pengantar Studi Islam (Ijtihad)
PENDAHULUAN
1
d. Mengetahui produk ijtihad kontemporer
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata jahada, yang secara etimologis berarti mencurahkan
segala kemampuan berpikir untuk mendapatkan sesuatu yang sulit atau yang ingin
dicapainya (badzl al-juhdi wa al-thaqati/mencurahkan segala kemampuan dan
kekuatan, atau badzlu al-juhdi li istinbat al-ahkam min al-nass/mencurahkan segala
kemampuan untuk merumuskan sebuah hukum dari teks wahyu). Dalam kajian fiqih,
ijtihad dimaknai sebagai pencurahan segenap kesanggupan secara maksimal dari
seorang faqih (ahli fikih) untuk mendapatkan pemahaman terhadap suatu hukum.1
Kemudian menurut para ahli ataupun ulama mendefinisikan ijtihad sebagai:
pertama menurut Imam Al-Ghazali ijtihad adalah:
وال يستعمل إال فيما فيه كلفة وجهد، بذل اجملهود واستفراغ! الوسع يف فعل من األفعال
Ijtihad adalah suatu istilah tentang mengerahkan segala yang diushakan dan
menghabiskan segenap upaya dalam suatu pekerjaan, dan istilah ini tidak digunakan
kecuali terdapat beban dan kesungguhan.2
Kemudian menurut Syekh Wahbah Az-Zuhaili ijtihad adalah:
كي!!ف تقض!!ي إذا:أن رسول اهلل صلى اهلل عليه وس!!لم ملا أراد أن يبعث! مع!!اذا إىل اليمن ق!!ال
ق !!ال ف !!إن مل جتد يف كت !!اب اهلل؟ ق !!ال فبس !!نة، أقض !!ى بكت !!اب اهلل:ع !!رض ل !!ك قض !!اء؟ ق !!ال
1
Hammis Syafaq, dkk, Pengantar Studi Islam, Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2018, hal. 114
2
Agus Miswanto, Ushul Fiqh: Metode Ijtihad Hukum Islam, Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama,
2018, hal. 12
3
Ibid, hal 11
2
ق!!ال ف!!إن مل جتد يف س!!نة رس!!ول اهلل ص!!لى اهلل علي!!ه وس!!لم،رس!!ول اهلل ص!!لى اهلل علي!!ه وس!!لم
وال يف كت !!اب اهلل؟ ق !!ال أجته !!د رأيي وال آل !!و؟ فض !!رب رس !!ول اهلل ص! !لّى اهلل علي !!ه وس! !لّم
.اهلل احلمد هلل الذي وفّق رسول رسول اهلل ملا يُرضي رسول:صدره وقال
“Bagaimana engkau Muadz mengambil suatu keputusan hukum terhadap suatu
persolan hukum yang diajukan kepadamu? Jawab Muadz “Saya akan mengambil
suatu keputusan hukum berdasarkan kitab Allah. “Kalau kamu tidak
mendapatkannya dalam kitab Allah? “Saya akan mengambil keputusan berdasarkan
atas Sunnah Rasul. “Selanjutnya nabi bertanya, Jika engkau tidak menemukannya
dalam al-Sunnah? Jawab Muadz. “Saya akan berijtihad dan saya tidak akan
menyimpang dari padanya. “Lalu Rasulullah saw. Menepuk dada Muadz seraya
mengatakan. “Segala puji bagi Allah yang telah member taufiq urusan rasulnya pada
sesuatu yang diridhoi oleh Allah dan Rasul-Nya.”4
Dari riwayat diatas disimpulkan bahwa bolehnya ijtihad yang dilakukan oleh
Muadz pada saat nabi masih hidup dikarenakan terpisa oleh jarak antara nabi di
Madinah dan Muadz di Yaman. Dikarenakan juga akses kendaraan dan kominikasi
yang tidak seperti saat ini ketika zaman tersebut menjadikan ijtihad menjadi pilihan
dalam menjawab segala permasalahan hukum.
Kemudian juga terdapat dalil yang mendasari adanya ijtihad yaitu pada surah
An-Nisa ayat 59 yang berbunyi:
الر ُس ! ْو َل َواُوىِل ااْل َ ْم! ِر ِمْن ُك ۚ ْم فَ !!اِ ْن َتنَ ! َ!از ْعتُ ْم يِف ْ َش ! ْي ٍء
َّ ٰيٓاَيُّ َه!!ا الَّ ِذيْ َن اٰ َمُن ْٓوا اَ ِطْيعُ !!وا ال ٰلّ!!هَ َواَ ِطْيعُ !!وا
ِ ِ ٰ ِ ِ
ࣖ ك َخْيٌر َّواَ ْح َس ُن تَْأ ِويْاًل َّ َفُر ُّد ْوهُ اىَل ال ٰلّ ِه َو
َ الر ُس ْو ِل ا ْن ُكْنتُ ْم ُتْؤ ِمُن ْو َن بِاللّ ِه َوالَْي ْوم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذل
4
Hammis Syafaq, dkk, Pengantar Studi Islam, Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2018, hal. 113
3
B. Syarat-syarat Ijtihad/Mujtahid
Terdapat syarat-syarat mujtahid yang dirumuskan oleh Wahbah Zuhaili
sebagai berikut:
a. Mengetahui makna ayat yang terdapat dalam al-Qur’an baik secara bahasa
maupun secara istilah syara’.
b. Mengetahui hadis-hadis ahkam baik secara bahasa maupun istilah.
c. Mengetahui al-Qur’an dan Hadist yang telah dinasakh dan mengetahui ayat dan
hadis yang menasakh.
d. Mengetahui sesuatu yang hukumnya telah dihukumi oleh ijma, sehingga ia tidak
menetapkan hukum yang bertentangan dengan ijma.
e. Mengetahui qiyas dan sesuatu yang berhubungan dengan qiyas yang meliputi
rukun, syarat, illat hukum dan cara istinbatnya dari nash, maslahah manusia, dan
sumber syariat secara keseluruhan.
f. Menguasai bahasa Arab tentang nahwu saraf, maani, bayan, dan uslub-nya karena
al-Qur’an dan hadis itu berbahasa Arab.
g. Mengetahui ilmu ushul fiqh.
h. Mengetahui maqasid syariah dalam penetapan hukum.5
Ali Abd al-Kafi as-Subuki dan Taj ad-Din as-Subuki dalam kitab al-Ibhaj fi
Syarh al-Minhaj menjelaskan kriteria mujtahid adalah:
a. Menguasai ilmu ‘aqliyah (bahasa, ushul fiqh, dan sebagainya) yang dapat
mempertajam akal dan nuraninya sehingga memiliki kapasitas yang memadai,
juga agar tidak mudah tergelincir dalam kesalahan, serta mampu menyeleksi dalil
yang benar dan dalil yang salah.
b. Menguasai kaidah-kaidah syara’ sehingga memiliki kemampuan untuk
menggunakan dalil-dali syarak secara tepat, sesuai atau tidak sesuai
5
Wahbah Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami. Damaskus: Daar al-Fikr, 1986, hal. 221.
6
Yusuf Qardlawi, Ijtihad dalam Syari’at Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1987, hal. 6-67.
4
c. Memahami maqashid al-syri‘ah, sehingga berdasarkan ketajaman nalurinya, ia
mampu menetapkan hukum secara tepat dan benar, mampu menjawab atau
memecahkan hukum yang dihadapkan kepadanya, meskipun masalah tersebut
tidak dijelaskan secara eksplisit (secara jelas) dalam nash syara’7
C. Metode-metode Ijtihad
a. Qiyas, yaitu metode yang digunakan dengan cara menyamakan hukum sesuatu
dengan hukum lain yang sudah ada hukumnya dikarenakana adanya persamaan
sebab. Contohnya: Pokok (asl), ialah tempat meng-qiyas-kan hukum, seperti
"arak". Cabang (furu'), yang diqiyas-kan, seperti segala minuman yang
memabukkan. Hukum asal (hukm al-asl), seperti haram segala minuman yang
memabukkan. Sebab ('illat), seperti mabuk merusak akal.
b. Maslahah mursalah, yaitu menetapkan hukum yang sama sekali tidak ada
nashnya dengan pertimbangan untuk kepentingan hidup manusia yang
bersendikan kepada asas menarik manfaat dan menghindari mudharat, contoh
mencatat pernikahan.
c. Istihsan, adalah memandang sesuatu lebih baik sesuai dengan tujuan syariat dan
meninggalkan dalil khusus dan mengamalkan dalil umum. Contoh: Salah satu
bentuk kerja sama yang dikelolah oleh perbankan syari'ah atau Bank Mu'amalah
adalah mudarabah (kerja sama dengan pemilik pemilik modal dengan pengelolah
modal dalam perdagangan dengan perjanjian bagi hasil).
d. Istihshab, adalah melangsungkan berlakunya ketetentuan hukum yang ada sampai
ada ketentuan dalil yang mengubahnya. Contoh, segala makanan dan minuman
yang tidak ada dalil keharamannya maka hukumnya mubah.
e. Urf, adalah kebiasaan yang sudah mendarah daging dilakukan oleh suatu
kelompok masyarakat. Menurut Mustafa Ahmad al-Zarqa' (guru besar fiqh Islam
di Univesritas 'Amman, Jordania) mengatakan bahwa 'urf merupakan bagian dari
adat, karena adat lebih umum dari 'urf. Suatu 'urf menurutnya harus berlaku pada
kebanyakan orang di daerah tertentu, bukan pada pribadi atau kelompok tertentu.8
7
Moh. Bahruddin, Ilmu Ushul Fiqh, Bandar Lampung, Penerbit Aura, 2019, hal. 161
8
Muhammad Hasbi, Metode Ijtihad t. M. Hasbi Ash-Shiddieqy sebagai Produk Pemikiran Hukum
Islam, Watampone: Vol. 15, No. 1, 2017, hal. 117
5
Ada 2 macam urf. Pertama urf shahih, yaitu urf yang dapat diterima oleh
masyarakat secara luas, dibenarkan oleh akal yang sehat, membawa kebaikan dan
sejalan dengan prinsip nas. Contohnya acara tahlilan.
Kedua urf fasid, yaitu kebiasaan jelek yang merupakan lawan dari urf shahih,
contohnya kebiasaan meninggalkan sholat bagi seseorang yang sedang menjadi
pengantin, mabukmabukan dalam acara resepsi pernikahan dan sebagainya.9
9
Rusdaya Basri, Ushul Fikh, Parepare, IAIN Parepare Nusantara Press, 2019, hal 185-186
10
Moh. Bahruddin, Ilmu Ushul Fiqh, Bandar Lampung, Penerbit Aura, 2019, hal. 168-169
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ijtihad merupakan petunjuk hukum yang sangat penting dalam perumusan
hukum Islam sebagai upaya menjawab persoalan-persoalan kemanusiaan yang konkrit
serta penjabaran konsepsi Islam dalam segala aspeknya. Selian itu, ijtihad adalah juga
merupakan salah satu hal yang dalam menyelesaikan permasalahan dalam hal
kejumudan Islam dan ketaqlidan penganutnya.
Seorang faqih yang akan melakukan ijtihad harus memenuhi kriteria tertentu
untuk dapat mencapai derajat mujtahid. Secara umum adalah: memahami ilmu al-
Qur’an dan al-Sunnah serta nash-nash hukum di dalamnya, mengetahui metode
penemuan hukum, menguasai bahasa Arab, dan beberapa syarat lainnya.
Kemudian, beberapa metode yang terdapat pada ijtihad adalah: Qiyas,
Maslahah mursalah, Istihsan, Istihshab, dan juga Urf. dari proses ijtihad tersebut
akan lahir produk-produk ijtihad yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
terkhusus pada zaman modern ini atau zaman kontemporer ini, yaitu: fiqh
kontemporer yang memuat segala hukum-hukum Islam yang terjadi pada zaman ini,
keputusan pengadilan, fatwa, dan perundang-undangan.
B. Saran
Pembahasan mengenai ijtihad merupakan pembahasan yang sangat penting,
karena posisi ijtihad memilki peran dalam penentuan dan penetapan hukum Islam.
Sehingga mengetahui serta memahaminya merupakan hal penting juga bagi seorang
pelajar maupun mahasiswa. Hal ini didasari bahwa perkembangan zaman yang terjadi
akan terus mengalami perubahan, sehingga hukum-hukum yang ada juga akan
menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
7
DAFTAR PUSTAKA
Bahruddin, Moh, 2019, Ilmu Ushul Fiqh, Bandar Lampung, Penerbit Aura
Basri, Rusdaya, 2019, Ushul Fikh, Parepare, IAIN Parepare Nusantara Press
Miswanto, Agus, 2018, Ushul Fiqh: Metode Ijtihad Hukum Islam, Yogyakarta: Magnum
Pustaka Utama
Qardlawi, Yusuf, 1987, Ijtihad dalam Syari’at Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Syafaq, Hammis, dkk, 2018, Pengantar Studi Islam, Surabaya: UIN Sunan Ampel Press