You are on page 1of 5

Nama : Sulastri Prihandini

NPM : 230110190058
Kelas : Perikanan B

UAS TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH

1. Deskripsikan limbah cair yang dihasilkan dari masing-masing kegiatan


perikanan budidaya, tangkap dan pengolahan!
Jawaban:

A. Limbah cair industri pengolahan perikanan


Limbah cair industri pengolahan perikanan biasanya mengandung bahan
organik yang tingi. Tingkat pencemaran limbah cair perikanan tergantung pada
tipe proses pengolahan dan spesies ikan yang digunakan. Jumlah debit air
limbah efluen biasanya berasal dari proses pengolahan dan pencucian produk
perikanan. Setiap tahap pengolahan peroduk perikanan akan menghasilkan
potongan-potongan kecil ikan, sisik, kulit, isian perut, darah, kondensat dari
operasi pemasakan, dan air pendinginan dari kondensor.
Bagian pengolahan yang menyumbang kandungan beban organik tertinggi
pada limbah pengolahan perikanan berasal dari industri pengalengan dengan
beban COD yang mencapai 37,56 kg/m3, disusul oleh industri pengolahan ikan
fillet salmon yang menghasilkan beban limbah COD sebesar 1,46 kg/m3, dan
terakhir industri pengolahan krustasea dengan beban COD terkecil (River et al.
1998). Perbandingan beban organik yang disumbangkan oleh industri
pengalengan, pemfiletan salmon dan krustasea adalah 74,3%, 21,6% dan 4,1%
(Muflih 2013).
Berikut ini merupakan tabel beban pencemaran limbah cair industri
pengolahan perikanan (Muflih 2013).

Jumlah limbah cair yang dikeluarkan berbeda setiap waktunya. Pada waktu
tertentu dalam jumlah yang banyak tetapi encer terutama mengandung protein dan
garam. Pada waktu yang lain dikeluarkan limbah cair dalam jumlah sedikit tetapi
pekat yang mengandung protein dan lemak. Beban limbah cair tersebut berbeda-
beda tergantung jenis pengolahannya. Berikut ini merupakan tabel perbandingan
jumlah limbah yang dikeluarkan dalam industri pengolahan perikanan
(Muflih 2013).
B. Limbah cair industri perikanan tangkap
Industri perikanan tangkap erat kaitannya dengan penggunaan kapal dan
berbagai jenis alat tangkap. Selain itu, perikanan tangkap juga secara langsung
berhubungan dengan laut, sehingga limbah cair yang dihasilkan apabila tidak
diolah terlebih dahulu biasanya langsung di alirkan ke laut lepas. Beberapa
jenis limbah cair yang biasa ditemukan dalam industri perikanan tangkap
menurut Irawan et al. (2020) biasanya terdiri atas limbah organik dan limbah
anorganik. Limbah cair organik yang biasa ditemui diantaranya adalah air
limbah hasil penucian ikan, air limbah hasil pencucian alat tanhkap, dan air
limbah hasil aktivitas pegawai. Adapun untuk limbah cair anorganik yang
dihasilkan oleh industri perikanan tangkap adalah oli dan bahan bakar kapal.

C. Limbah cair industri perikanan budidaya


Kegiatan budidaya perikanan merupakan salah satu aktivitas yang
menghasilkan limbah cair sebagai produk sampingan dengan jumlah yang
cukup tinggi. Produksi limbah cair pada kegiatan ini umumnya disebabkan oleh
sisa-sisa pakan dan aktivitas metabolisme ikan, seperti urin dan feses (Febrianto
et al. 2016). Selain itu, manajemen pemberian pakan yang kurang baik dapat
menghasilkan limbah dengan konsentrasi yang lebih pekat. Limbah tersebut
berasal dari sisa-sisa pakan yang terkonsentrasi di dasar perairan yang bercampr
dengan sedimentasi limbah urin dan feses. Berikut ini adalah contoh kandungan
limbah cair aktivitas budidaya ikan lele (Andriyani et al. 2017).
2. Berdasarkan limbah yang dihasilkan dari masing-masing kegiatan tersebut
menurut Sdr limbah tersebut dapat diolah dengan metode fisik, atau kimiawi
yang mana berdasarkan jurnal yang sudah anda review
Jawaban:

A. Metode Fisik
Jurnal metode fisik yang saya review membahas teknologi pengolahan air
limbah berbasis nanoteknonlogi. Metode pengolahan limbah menggunakan
nanoteknologi dapat diterapkan dalam pengolahan limbah cair industri perikanan,
baik industri perikanan budidaya, penangkapan, mauoun pengolahan. Teknologi
ini juga sudah banyak diterpkan dalam dunia perikanan. Salah satu contohnya
adalah teknologi nanobubble yang diterapkan dalam perikanan budidaya.
Teknologi nanobubble merupakan penerapan nanoteknologi pengolahan air
limbah menggunakan ozon (O3) sebagai oksidator. Revolusi
teknologi nanobubble meningkatkan efisiensi penghilangan kontaminan dalam
limbah secara signifikan, mengurangi fasilitas pengolahan, dan mengurangi waktu
serta biaya operasional. Tingkat pemanfaatan oksigen atau gas lainnya serta
koefisien perpindahan massa volumetrik dalam sistem pengolahan air limbah
dengan Nanobubble dua kali lipat dari sistem oksidasi gelembung konvensional.
Semakin kecil ukuran gelembung, semakin banyak bahan pencemar yang akan
dihilangkan dan semakin singkat waktu prosesnya.
Teknologi Nanobubble menghasilkan gelembung berukuran nano (<300 nm) yang
sangat efektif menambah gas ke dalam air. Gelembung nano memiliki daya apung
yang rendah sehingga dapat secara perlahan menyebarkan gas dalam air. Jenis gas
input yang digunakan pun dapat disesuaikan dengan kebutuhan, seperti udara
bebas, oksigen, nitrogen, ozon dan gas lainnya.
Beberapa pemanfaatan Teknologi Nanobubble pada Wastewater
Treatment yaitu:
1. Penjernihan Air
2. Menghilangkan Bau dan Warna
3. Menurunkan Kadar COD dan BOD
4. Mengurangi TSS
5. Menetralisir pH
6. Menghilangkan Endapan Mineral dan Antifouling
7. Menghilangkan Biofilm
Dalam hal pengolahan limbah perikanan, nanobubble-ozon menjadi salah satu
solusi cerdik yang bisa digunakan. Ozon merupakan oksidator kuat dengan
reaktivitas tinggi terhadap banyak polutan serta terurai menjadi oksigen dalam air.
Ketika ozon dikirim sebagai gelembung nano, maka masa hidup yang dimilikinya
akan lebih lama serta area spesifik yang tinggi jika dibandingkan dengan
gelembung makro. Karakteristik gelembung nano yang unik meningkatkan
transfer massa ozon dan meningkatkan oksidasi serta keefektifan dalam
mendegradasi senyawa organik dan anorganik. Reaksi oksidasi ozon pada limbah
terbagi menjadi 2 yaitu reaksi langsung dan tidak langsung. Pada reaksi langsung,
proses oksidasi oleh ozon terjadi di dalam air dimana molekul ozon dengan ikatan
tak jenuh memicu terjadinya pemecahan ikatan pada air limbah. Sedangkan reaksi
tidak langsung yaitu dengan memanfaatkan radikal hidroksil yang merupakan
dekomposisi dari ozon.
Keunggulan lain dari gelembung nano-ozon adalah mampu menguraikan
molekul organik dan anorganik dalam rentang pH yang luas, tidak seperti
pengolahan secara biologis. Pada nanobubble-ozon, gelembung pecah
menghasilkan OH radikal. OH radikal tersebut mengikat bahan organik/foulant
kemudian memecahnya menjadi fragmen kecil dan membersihkan keseluruhan
permukaan.

B. Metode Kimiawi
Jurnal limbah menggunakan metode kimiawi yang saya review membahas
mengenai teknologi pengolahan air limbah dengan teknik elektrokoagulasi.
Metode ini terbukti dapat digunakan dalam pengolahan air limbah perikanan,
khususnya perikanan budidaya. Kegiatan pemeliharaan ikan akan menimmbulkan
limbah organik, baik yang terlarut maupun tersuspensi. Dalam manajemen
budidaya perikanan yang baik, biasanya terdapat kolam pengendapan yang
terpisah untuk menjaga kualitas air pemeliharaan.
Menurut Radityani et al. (2020), teknik elektrokoagulasi dapat digunakan
dalam pengolahan limbah organik partikulat. Elektrokoagulasi dilakukan
menggunakan plat logam sebagai anoda dan katoda berupa besi, aluminium, atau
stainless steel yang dialiri arus listrik dan dicelupkan ke dalam air limbah.
Pembentukan gelembung udara di dalam air limbah yang disertai dengan
pelepasan Al3+ atau Fe2+ dari plat elektroda akan diikuti oleh pembentukan flok
Al(OH)n atau Fe(OH)n yang mengikat partikel tersuspensi di dalam air limbah
pemeliharaan ikan.
Teknik elektrokoagulasi cukup efektif dalam menurunkan nilai kekeruhan,
warna, amonia bebas, dan logam berat pada pengolahan air limbah industri
nonperikanan (Yulianto et al. 2009). Metode elektrokoagulasi dapat digunakan
untuk mengolah air limbah pemeliharaan ikan. Pada penelitian Radityani et al.
(2020) didapatkan penurunan kualitas air untuk parameter COD, ortofosfat,
kekeruhan, warna, TSS dan TDS. Sementara peningkatan nilai terdapat pada
parameter ammonia, ammonium dan pH. Besar tegangan listrik dan waktu kontak
yang efektif untuk diaplikasikan dalam menurunkan bahan organik air limbah
pemeliharaan ikan adalah 12V selama 60 menit, sedangkan jika berdasarkan
pertimbangan peningkatan parameter amonia bebas, maka perlakuan terbaik yang
dipilih adalah 12V selama 30 menit.

3. Jika anda diberi kepercayaan untuk mengelola sebuah usaha budidaya dan
anda akan mengaplikasikan lahan basah buatan untuk mengolah limbah
budidaya tersebut dan anda diminta untuk menghitung luasan lahan basah
tersebut. Berikut adalah deskripsi yang tersedia
- Luas lahan budidaya 1 ha
- Kedalaman media buddaya 1,2 m
- Rasio resirkulasi 0,2/hari
- Konsentrasi limbah yang dihasilkan 30 mg/l
- Waktu retensi 5 hari
- Konstanta laju pengurangan limbah 0,2/hari
- Porositas 0,2
- Loading rate 20 m/hari
- Kedalaman lahan basan 40 cm
Silahkan dihitung berapa luasan lahan basah yang dibutuhkan!
Jawaban :
Diketahui: Ce (konsentrasi limbah efluen) = 30 mg/l
t (Waktu retensi) = 5 hari
HLR (Hydraulic Loading Rate) = 20 m/hari
k (konstanta laju pengurangan limbah) = 0,2/hari
ᵋ (Porositas) = 0,2
Hw (Kedalaman lahan basah) = 0,4 m
r (rasio resirkulasi) = 0,2
At (Luas lahan budidaya) = 10.000 m2
Ht (Kedalaman lahan budidaya) = 1,2 m
Ditanyakan : Ci, Q, dan Aw
Konsentrasi limbah influen
( )

( )

( )

mg/l

Flow Rate

Luasan lahan basah


( )

( )

m2

You might also like