You are on page 1of 3

Nama : Sulastri Prihandini

NPM : 230110190058
Kelas : Perikanan B
RESUME SARASEHAN IPB

Arah & Strategi Kebijakan Mengantisipasi Krisis Pangan & Energi, Serta Pemecahan
Pemulihan Ekonomi Nasional Pasca Pandemi COVID-19
Oleh: Prof. Dr. Ir. Mohammad Jafar Hafsah, IPM., ASEAN Eng.

Global Food Disruption yang dihadapi saat ini diakibatkan karena:


1. Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan masalah fundamental bagi seluruh lini kehidupan. Dampak
perubahan iklim terhadap sistem pangan terbagi menjadi beberapa fokus bahasan, yaitu:
a) Lingkungan, dimana terjadi kekeringan, anomali curah hujan, bencana alam dll.
b) Ekonomi, yaitu dengan terganggunya aktivitas ekonomi akibat bencana iklim
c) Agromaritim, dimana terjadi gagal panen, gagal produksi dll.
d) Kesehatan, dimana terjadi malnutrisi dan stunting serta peningkatan jumlah
penyakit, khususnya di negara tropis.
e) Enerhi, dimana terjadi krisis limbah dan air bersih.
2. Dampak Pandemi COVID 19
Pandemi COVID-19 berpengaruh terhadap rantai produksi dan distribusi barang dan jasa,
sehingga terjadi krisis bahan pangan di beberapa negara di dunia, salah satunya Indonesia. Di
Indonesia, pada beberapa wilayah terjadi defisit pangan. Defisit pangan ini salah satunya
disebabkan oleh pembatasan impor akibat lockdown wilayah dan keterbatasan produksi
akibat kebijakan social distancing. Selain bahan baku pangan, ketersediaan pupuk juga
menjadi sangat terbatas, sehingga produksi bahan pokok di Indonesia berkurang drastis.
3. Konflik sosial Russia Ukraina
Rusia dan Ukraina merupakan pemasok gandum terbesar di dunia, sekitar 30% gandum
yang diperdagangkan di dunia di produksi di negara tersebut. Konflik perang antara Rusia
dan Ukraina mengakibatkan terganggungnya rantai ekspor gandum, jagung, dan barley di
seluruh dunia. Sebagian besar pasokan pupuk pun tertahan di Rusia dan Bellarusia, sehingga
harga pangan dan pupuk dunia melonjak.
4. Krisis Moneter & Krisis Finansial\
Krisis moneter yang pernah terjadi pada tahun 1999, 2008, dan 2020 memiliki dampak
yang besar hingga saat ini. Nilai mata uang beberapa negara mengalami penurunan drastis,
sehingga terjadi inflasi yang mempengaruhi daya beli masyarakat dunia.
Dari permasalahan yang telah diuraikan diatas, berikut ini adalah strategi yang bisa
digunakan untuk mengatasi masalah tsb.
1. Penyediaan dan pemanfaatan lahan pertanian.
2. Menetapkan infrastruktur pertanian.
3. Menyediakan sarana produksi pertanian.
4. Menyediakan akses modal bagi petabi.
5. Penerapan teknologi pertanian.
6. Pengembangan sumberdaya manusia.
7. Pengembangan kelembagaan.
8. Pengembangan penyuluhan dan pendampingan.
Arahan Dan Strategi Kebijakan Mengantisipasi Krisis Pangan Dan Energi Serta
Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional Pasca Pandemi Covid-19.
Oleh: Prof. Dr. H. Bomer Pasaribu, SH, SE, MS.

Triple Mega Disruption yang mempengaruhi ketersediaan pangan dan energi


tergambar pada skema berikut:

1. Global
Warming

Pembangunan
Pertanian Pangan
Berkelanjutan
(Prioritas Abadi)

2. Pandemi 3. Industri
COVID 19 4.0

Ketiga triple mega disruption tersebut menciptakan paradigma baru pembangunan


pertanian industrial yaitu Agro Food dan Agro Energyi. Tujuan dari paradigma baru ini
adalah untuk mewujudkan cita-cita indonesia yang bermanfaat, mandiri, maju, adil, dan
makmur. Paradigma ini dapat diwujudkan dengan konsep pembangunan pertanian industrial
dengan konsep “Human Centered Development: Society 5.0”. Adapun fungsi strategis yang
dijalankan adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan sumber daya insani
2. Ketahanan kemandirian dan kedaulatan pangan
3. Penguatan ketahanan kehidupan keluarga
4. Basis (potensi) untuk ketahanan energi (bioenergi)
5. Pengentasan kemiskinan dan pemerataan pembangunan.
6. Jasa lingkungan alam, amenity, dan kultural.
7. Basisi (potensial) untuk pengembangan bioindustri
8. Penciptaan iklim yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan
9. Pengutaan daya tahan perekonomian nasional
10. Sumber pertumbuhan berkualitas
11. Smart digital farming.
12. Smart village dan smart city serta pengembangan smart agropolitan.

Arah dan Strategi Kebijakan Mengantisipasi Krisis Pangan dan Energi Serta
Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional Pasca Pandemi COVID 19
Oleh: Ernan Rustiadi

Peningkatan populasi manusia terus terjadi dari tahun ke tahun. Menurut data dari UN
population Division (2019), laju peningkatan populasi manusia rata-rata mencapai 2,1% per
tahunnya. Permasalahan ini dapat menimbulkan masalah lain berupa kepadatan, kemiskinan,
krisis pangan dan energi. Selain peningkatan populasi, krisis pangan juga disebabkan oleh
triple C, yaitu Conflict, Climate, dan Covid. Diketahui sebanyak 134 juta orang dari 53
negara mengalami krissi pangan dan penyebab utamanya karena konflik sosial. Krisis global
yang terjadi pada tahun 1999, 2009, dan 2022 juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan
produksi dan alur distribusi pangan dan energi. Apabila tidak diatasi, maka asalah ini akan
melebar ke masalah kemiskinan, kesehatan, dll.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dibuat skema Food System Transformation Goals
yang terdiri atas: Health, Eficiency, Sustainability, Resilience, dan Inclusiveness. Contoh
aplikasi dari skema ini adalah produk-produk yang ramah lingkungan, misalnya
pengembangan Ayam IPB D1, D2, dan D3 yang diketahui memiliki tingkat pertumbuhan
cepat, produksi telur tinggi, tahan penyakit, dan daya adaptasi lingkungan yang cukup baik.
Selain dari jenis produk, kelembagaan petani juga harus diperkuat agar petani dapat leluasa
mengembangkan produk yang sesuai dengan skema di atas. Petani dan masyarakat pun bisa
diberikan pembinaan kewirausahaan, agar tercipta minat dan skill usaha demi pemenuhan
kebutuhan pangan di Indonesia.

You might also like