You are on page 1of 4

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Mari kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Takwa akan menjadi
seperti pagar yang mencegah kita dari perbuatan melanggar perintah-Nya sekaligus akan
menjadi motivator kita untuk senantiasa menaati dan mengerjakan segala perintah-Nya.
Takwa itu sendiri adalah:

“Kita mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, baik dalam
suasana sunyi maupun ramai, dalam dhahir maupun dalam batin.”

Pada momentum mulia kali ini juga, mari kita senantiasa meningkatkan rasa syukur
kepada Allah swt yang telah memberi karunia hidup dan nikmat rezeki yang tidak bisa
dihitung satu per satu. Rasa syukur ini merupakan satu bentuk tahu diri dan terima kasih
kepada Allah sekaligus akan semakin menguatkan kesadaran bahwa hanya Allah swt lah
sang pemberi rezeki dan dzat yang paling kuasa atas kehidupan kita selama di dunia ini.
Semua yang kita miliki di dunia ini sejatinya adalah titipan yang sewaktu saat akan
diambil oleh sang pemilik yang hakiki dan abadi yakni Allah swt.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Syukur ini tidak hanya diwujudkan melalui ucapan kata-kata saja. Namun lebih dari itu,
harus mampu kita wujudkan secara nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena
memang sudah menjadi tuntunan agama Islam agar umatnya mewujudkan syukur dengan
tiga hal yakni syukur bil janan (syukur dalam hati), syukur bil lisan (syukur dengan
ucapan), dan syukur bil arkan (syukur dengan tindakan). Kita tak boleh menjadi insan
yang kufur terhadap nikmat nyata yang telah dianugerahkan-Nya. Allah pun telah
mengingatkan kita dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rahman melalui sebuah ayat yang diulang-
ulang sebanyak 31 kali agar kita tidak ingkar kepada nikmatnya yang agung.
Ayat tersebut berbunyi:

Artinya: “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Di antara wujud syukur bil arkan atau syukur dalam tindakan bisa kita lakukan dengan
cara berbagi nikmat yang kita dapatkan kepada orang atau pihak lain. Seperti saat kita
bahagia mendapatkan nikmat rezeki berupa harta benda, kita bisa mengambil sebagian dari
rezeki tersebut untuk kemudian diberikan kepada orang lain. Langkah ini tentu akan
membuat orang lain bahagia dan juga akan semakin menjadikan diri kita bertambah lebih
bahagia lagi. Kita pun sebenarnya tak perlu khawatir jika berbagi rezeki dengan orang
lain, rezeki kita akan berkurang. Kita perlu sadari bahwa rezeki bukanlah matematika yang
secara logika 1 - 1 = 0. Namun justru sebaliknya, rezeki adalah kehendak Allah semata
yang terkadang kita alami sendiri 1 - 1 bisa menjadi 11.

Rasulullah saw pun telah bersabda yang diriwayatkan HR Muslim:

Artinya: “Harta tidak berkurang karena bersedekah.”

Dalam hadits lain disebutkan:

Artinya: “Tidaklah seorang hamba memperbaiki sedekahnya kecuali Allah memperbaiki


pengganti atas harta tinggalannya.” (HR Ibnu al-Mubarak).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kekhawatiran berkurangnya rezeki, jika dibagikan pada orang lain, tentu sangat tidak
beralasan. Hal ini karena Allah swt pun telah menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwa rezeki
yang ia berikan bukan hanya dari kita bekerja saja. Allah memberi rezeki kepada siapa
saja yang dikehendakinya dari jalan yang tidak disangka-sangka. Sebagaimana disebutkan
dalam Surat At-Thalaq ayat 3:
Artinya : “Dan Dia (Allah) memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.
Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah
mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu,”.

Ayat ini menjadi pegangan kita untuk menghilangkan kekhawatiran tentang rezeki di
dunia. Allah lah sejatinya yang memiliki skenario rezeki dalam hidup kita. Kita tetap
diperintahkan untuk berusaha dan kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah swt.
Hasil yang kita dapatkan pun sejatinya bukan melulu karena hasil kerja keras kita. Semua
itu sejatinya adalah kehendak dari Allah swt.

Buktinya bisa kita lihat dan amati bersama-sama dalam kehidupan nyata. Terkadang kita
melihat ada orang yang bekerja keras, siang malam, pergi pagi, pulang sore, namun hasil
yang didapatkan masih kalah dengan seseorang yang terlihat santai dalam bekerja. Ini
merupakan bukti bahwa rezeki adalah hak prerogatif Allah swt.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dalam ayat lain di Al-Qur’an, Allah swt juga sudah menegaskan bahwa jika kita memiliki
harta dan menginfakkannya, terlebih infak di jalan Allah, maka akan diganti oleh Allah
dengan berlipat ganda. Hal ini termaktub dalam Surat al-Baqarah ayat 261:

Artinya : “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir
biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah
melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”

Oleh karenanya, di penghujung khutbah ini, mari kita budayakan untuk saling berbagi,
bersedekah, dan berinfak dari rezeki yang telah Allah berikan agar kita senantiasa
mendapatkan keberkahan. Sekali lagi, jangan khawatir untuk berbagi karena hakikat
memberi adalah menerima.

You might also like