You are on page 1of 147

PENDIDIKAN

PANCASILA
PENDIDIKAN
PANCASILA

Binov Handitya, S.H., M.H.


PENDIDIKAN PANCASILA

Penulis : Binov Handitya, S.H., M.H.


Editor : @mh.afnan
Tata letak : @mh.afnan
Desain cover : Dany RGB

Cetakan, 2020

Diterbitkan oleh:
CV. MAHATA (Magna Raharja Tama)
Beran RT 07, No. 56, Ds. IX,
Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Telp: 0823-2755-0400
Emai: penerbit.mahata@gmail.com

ISBN: ~
KATA PENGANTAR

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia merupakan buah karya dari para
pendiri bangsa. Setiap nilai yang terkandung di dalam Pancasila akan menjadi acuan
dalam membangun kehidupan bangsa Indonesia yang maju dan sejahtera sesuai dengan
tujuan negara. Dalam mewujudkan tujuan tersebut kita sering terlupa bahwa terdapat
agenda terpenting yaitu pembangunan karakter bangsa. Memang sering dibicarakan
pentingnya nation and caracter building, akan tetapi kenyataannya kurang sekali usaha
dan komitmen dalam mewujudkan dalam kehidupan berbangsa. Pembangunan karakter
berdasarkan Pancasila harus mendapatkan prioritas yang tinggi, sebab karakter bangsa
yang kuat diperlukan untuk menghadapi segala tuntutan kehidupan globalisasi dimasa
mendatang. Suka atau tidak suka kita harus mempersiapkan mental dalam menghadapi
perubahan globalisasi yang begitu cepat, sedangkan tidak ada pilihan lain kita harus
tetap mempertahankan nilai-nilai asli bangsa ini sebagai warisan yang harus dijaga.
Prinsip-prinsip Pancasila sebagai bagian membentuk karakter bangsa harus
ditekankan terutama dalam dunia pendidikan. Pendidikan sebagai usaha sadar dalam
membangun mental dan karakter para penerus bangsa harus mendapat porsi yang
lebih. Sangat linier sekali bahwa di dalam kurikulum program pendidikan di perguruan
tinggi menempatkan Pendidikan Pancasila sebagai mata kuliah wajib nasional yang
harus ditempuh. Hal ini memperlihatkan bahwa ada agenda yang serius menjadikan
Pancasila sebagai dasar berbangsa dan bernegara. Melalui sebuah usaha yang nyata dalam
mewujudkan perjuangan bangsa menciptakan generasi yang kuat dan berkepribadian
yang unggul, pendidikan menjadi sebuah alat yang sangat menunjang bagi keberhasilan
bangsa ini dalam meraih cita-cita. Dengan harapan yang besar bahwa dalam memajukan
bangsa ini melalui pembinaan karakter para generasi mendatang dapat menjadikan
bangsa ini bangsa yang bermartabat.
Pemahaman terhadap nilai Pancasila secara komprehensif menjadi kebutuhan
segenap rakyat Indonesia demi terwujudnya kesadaran dan kepribadian Pancasila.
Kesadaran berpikir tentang Pancasila yang akan dinyatakan dalam tindakan akan
diupayakan sesuai dengan apa yang ada dalam amanah Pancasila. Namun, hal itu
dapat terwujud jika setiap pribadi manusia memiliki pengetahuan tentang hakikat
Pancasila. Pengetahuan tentang Pancasila tidak hadir begitu saja, ada upaya dan usaha
yang harus ditebus untuk meyakini konsepsi di dalamnya. Konsepsi Pancasila sejatinya
hadir menjadi sebuah kenyataan hidup dan kepentingan rakyat Indonesia itu sendiri.

v
Sesungguhnya kehadiran Pancasila jika dipahami dan diaktualisasikan dalam kehidupan
sehari-hari maka eksitensinya akan tetap terjaga sampai masa mendatang guna menuju
kebaikan hidup.
Buku Pendidikan Pancasila ini hadir sebagai sumbangsih untuk berkontribusi dalam
mewujudkan segala cita menjadi bangsa yang baradab. Untuk itu, saya memberikan
apresiasi yang tinggi atas terbitnya buku ini. Sangat disadari bahwa memaknai serta
melaksanakan segala fungsi maupun kedudukan Pancasila secara baik dan benar bukan
perkara yang mudah. Oleh karena itu, hadirnya buku ini memiliki nilai yang strategis
sebagai usaha memaknai dan menjalankan fungsi serta kedudukan Pancasila itu dapat
meniscayakan terbangun eksistensi Pancasila dalam kehidupan bernegara.

Semarang, April 2020


Rektor UNW,

Prof. Dr. Subyantoro, M.Hum.

vi
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas tersusunnya buku ini. Tidak
lupa pada kesempatan ini pula disampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu. Harapan kami semoga bermanfaat untuk para pembaca. Kami
meyakini buku ini jauh dari sempurna “seperti pepatah tiada gading yang tak retak”
maka kami mengharap kritik dan saran demi kesempurnaanya.
Sebagai wujud untuk ikut serta membangun bangsa ini melalui kehidupan literasi
agar kita dapat mendapatkan pemahaman tentang konsep Pancasila agar nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya dapat bermanfaat bagi kehidupan bernegara. Buku ini juga
dapat dijadikan sarana memperlancar proses belajar mengajar dan untuk membantu
memperoleh mahasiswa dalam mempelajari materi Pendidikan Pancasila, maka sekali
lagi semoga buku ini bermanfaat.

Semarang, April 2020


Hormat Saya,

Penulis

vii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... v


PRAKATA .................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ix
BAB I. MENGENAL PANCASILA ..................................................................... 1
A.. Pengertian Pancasila .............................................................................. 1
B.. Pancasila Dalam Dinamika Pendidikan ............................................... 7
BAB II. MEMAHAMI PANCASILA .................................................................. 11
A.. Konsep Dasar Pemahaman Tentang Pancasila ................................... 11
B. . Keyakinan Kebenaran Pancasila .......................................................... 15
BAB III. NILAI-NILAI PANCASILA .................................................................. 19
A.. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa .......................................................... 19
B.. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab .......................................... 21
C.. Sila Persatuan Indonesia ...................................................................... 24
D.. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
. Dalam Permusyawaratan Perwakilan .................................................. 27
E.. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia ........................... 30
BAB IV. PENERAPAN PANCASILA DALAM PRIBADI ................................. 33
A.. Menciptakan Jiwa Pancasila ................................................................ 33
B.. Pancasila Dalam Generasi Milenial .................................................... 35
C.. Penerapan Pancasila Dalam Pribadi .................................................... 37
BAB V. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA .................................. 41
A. Ideologi Di Beberapa Negara .............................................................. 41
B. . Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa ....................................................... 51
C.. Pancasila Dalam Pandangan Politik .................................................... 54
BAB VI MEMBANGUN NEGARA PANCASILA .............................................. 59
A.. Negara Indonesia Sebagai Negara Kesatuan ....................................... 59
B.. Konsep Bhineka Tunggal Ika Dalam Negara Indonesia ..................... 63
C.. Membangun Negara Berdasarkan Prinsip Pancasila .......................... 64

ix
BAB VII. EKSISTENSI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN
. KONTEMPORER ................................................................................ 69
A.. Diskursus Warisan Kebudayaan Atau Kemajuan Zaman .................. 69
B.. Telaah Masyarakat Indonesia Di Zaman Kontemporer ..................... 71
C.. Eksistensi Pancasila Dalam Kehidupan Kontemporer ....................... 73
BAB VIII.STRATEGI PANCASILA DALAM MENGHADAPI ERA
.DISRUPSI .............................................................................................. 77
A.. Sekilas Pandang Mengenai Era Disrupsi ............................................ 77
B.. Posisi Pancasila Dalam Era Disrupsi ................................................... 79
C.. Strategi Pancasila Dalam Menghadapi Era Disrupsi .......................... 80
BAB IX. PERAN PANCASILA DALAM MENEKAN DISINTEGRASI
. BANGSA ................................................................................................ 85
A.. Masalah Disintegrasi Bangsa .............................................................. 85
B.. Penyebab Terjadinya Disintegrasi Bangsa ......................................... 87
C.. Peran Pancasila dalam Menekan Disintegrasi Bangsa .......................... 92
BAB X. KORUPSI DAN LUNTURNYA MORAL BANGSA .......................... 95
A.. Korupsi Sebagai Penyakit Bangsa ......................................................... 95
B.. Membangun Bangsa Yang Bersih .................................................... 99
C.. Ikut Serta Pancasila dalam Menekan Korupsi ............................... 103
BAB XI. THE PRINCIPLES OF GOOD GOVERMENT
. DALAM MENEKAN KORUPSI ...................................................... 107
A.. Masyarakat dan Perilaku Korupsi ..................................................... 107
B.. The Principles Of Good Government dalam Menekan Korupsi .... 113
BAB XII. MENYEMAI NILAI PANCASILA PADA GENERASI MUDA
. CENDEKIA ......................................................................................... 121
A.. Peran Generasi Muda dalam Pembangunan Nasional .................. 121
B.. Menyemai Nilai Pancasila pada Generasi Mda ................................ 125

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 129


INDEKS ............................................................................................................... 134

x
BAB I
MENGENAL PANCASILA

Kompetensi Dasar :
Setelah membaca dan menelaah pokok bahasan dalam BAB I pembaca diharapkan
dapat mengenal Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.

Materi yang di bahas dalam BAB I:


1. Pengertian Pancasila
2. Pancasila Dalam Dinamika Pendidikan

A. Pengertian Pancasila
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar dengan penuh karunia yang diberikan
Tuhan melalui keanekaragaman substansi yang ada dan berpengaruh dalam eksistensi
Negara ini. Keanekaragaman itu sendiri dapat terlihat dari begitu banyaknya suku-suku,
ribuan karya-karya seni, jutaan budaya yang dibalut dalam persatuan masyarakatnya.
Dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa ini menjadi persoalan yang tidak
mudah, hal ini telah disadari oleh para pendiri bangsa dan rakyat Indonesia sendiri.
Karena Negara Indonesia ini merupakan jawaban dari setiap penundukan dari berbagai
kelompok masyarakat yang telah hidup dari zaman dahulu yang terbingkai dalam
kerajaan-kerajaan yang tumbuh di wilayah Nusantara (Indonesia zaman lampau).
Kesadaran yang dimiliki oleh rakyat Indonesia telah terbentuk dari awal karena
menjadi sebuah kebutuhan yang hakiki untuk melindungi hak-hak manusia yang
memiliki persamaan tujuan hidup antara lain kesadaran untuk membentuk sebuah
organisasi masyarakat (Nusantara) untuk menampung segala bentuk cita kehidupan dan
melindungi setiap kebutuhan hidup masyarakatnya. Maka dari sini jelas terlihat terhadap
penundukan yang terjadi dari kaum religious, kaum nasionalisme dan kaum intelektual
yang sama-sama berjuang untuk mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka.
Perbedaan yang ada dalam masing-masing tidak dihilangkan melainkan dimodifikasi
sedemikian rupa untuk dicari bibit persatuan yang akan terus dikembangkan dalam
bangsa ini.
Setiap Negara jika ingin menjadi Negara yang mandiri dan terbentuk sebagai
Negara yang kuat harus memiliki cara pandang ke depan dalam menapaki perjalanan
perkembangannya. Indonesia telah memilih Pancasila sebagai pedoman yang mampu
melandasi serta menjadi sebuah petunjuk kehidupan mendatang. Secara etimologi
Pancasila sendiri berasal dari Panca (yang mempunyai arti “lima” dalam bahasa
sansekerta) dan Sila (yang mempunyai arti “prinsip” dalam bahasa sansekerta), sehingga
secara harfiah dapat dipahami makna dari Pancasila adalah lima prinsip yang menjadi
pedoman kehidupan bernegara. Nilai-nilai yang ada dalam setiap sila memberikan
dorongan filosofi pada bangsa ini.
Perumusan Pancasila sendiri bukan cara yang instan, terlihat muncul beberapa
usulan sebelum disepakati menjadi kesatuan nilai yang utuh seperti saat ini. Pancasila
yang mengiringi proses proklamasi yang akan dijadikan dasar dalam bernegara, sehingga
pada tahap persiapan kemerdekaan oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) menginisiasi terhadap prinsip-prinsip dasar
yang akan ditemukan. Pada saat pembentukan BPUPKI tanggal 29 April 1945 telah
mengilhami para tokoh bangsa ini untuk merumuskan dasar Negara dalam sidang
pertamanya diketuai oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat dengan 33 pembicara pada
sidang pertama BPUPKI (29 Mei-1 Juni 1945).
Dalam perjalanan rentang waktu sidang BPUPKI yang pertama itu terdapat
beberapa tokoh yang mengusulkan rumusan Pancasila, adapun tokoh beserta usulannya
dapat kita lihat sebagai berikut:
1. Mohammad Yamin (29 Mei 1945)
Mohammad Yamin sebagi salah satu tokoh penting kemerdekaan Indonesia,
mengusulkan dasar negara yang disampaikan dalam pidato tidak tertulisnya
pada sidang BPUPKI yang pertama, diantaranya yaitu peri kebangsaan, peri
kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat.
Kemudian setelah itu, beliau juga mengusulkan rumusan 5 dasar yang
merupakan gagasan tertulis naskah rancangan UUD Republik Indonesia, yaitu:
- Ketuhanan Yang Maha Esa.
- Kebangsaan Persatuan Indonesia.
- Rasa Kemanusian yang Adil dan Beradab.
- Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
- Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
2. Soepomo (31 Mei 1945)
Sebagai putra keluarga priyayi yang memiliki akar akademik yang kuat karena
berkesempatan meneruskan pendidikannya di ELS (Europeesche Lagere School) di
Boyolali (1917), MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) di Solo (1920), dan

2
menyelesaikan pendidikan kejuruan hukum di Bataviasche Rechtsschool di Batavia
pada tahun 1923. Soepomo memiliki idealisme yang kuat juga memiliki analisa
yang sangat tajam dalam menganalisis hukum-hukum kolonial yang berkaitan
dengan pertanahan. Dasar negara yang diusulkan oleh Mr. Soepomo antara lain:
- Paham Persatuan
- Perhubungan Negara dan Agama
- Sistem Badan Permusyawaratan
- Sosialisasi Negara
- Hubungan antar Bangsa yang Besifat Asia Timur Raya
3. Soekarno (1 Juni 1945)
Pada sidang BPUPKI yang pertama ini, Soekarno juga mengusulkan dasar negara
yang terdiri dari 5 poin. Dan kemudian dinamakan dengan Pancasila yang meliputi:
- Kebangsaan Indonesia
- Internasionalisme atau Perikemanusiaan
- Mufakat atau Demokrasi
- Kesejahteraan Sosial
- Ketuhanan yang Berkebudayaan
Walaupun telah dirumuskan oleh tiga tokoh dalam sidang BPUPKI periode
pertama namun semua usulan tersebut ditampung dan kemudian dibahas lagi pada
lingkup kepanitiaan yang lebih kecil. BPUPKI telah membentuk panitia untuk
membahas lebih lanjut terhadap dasar Negara dengan nama Panitia Sembilan.
Tugas panitia ini adalah untuk menampung saran dan usulan dari berbagai
pemikiran para anggota tentang dasar negara Indonesia merdeka. Adapun nama-
nama anggota panitia sembilan adalah sebagai berikut :
1. Ir. Soekarno (Ketua)
2. Drs. Mohammad Hatta (Wakil Ketua)
3. Mr. Achmad Soebarjo (Anggota)
4. Mr. Mohammad Yamin (Anggota)
5. H. Agus Salim (Anggota)
6. KH. Wachid Hasyim (Anggota)
7. Abdoel Kahar Moezakir (Anggota)
8. Abikoesno Tjokrosoejoso (Anggota)
9. Mr. Alexander Andries Maramis (Anggota)

3
Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan telah berhasil merumuskan
naskah Rancangan Pembukaan UUD yang dikenal sebagai Piagam Jakarta (Jakarta
Charter) yang didalamnya memuat nilai Pancasila, adapun rumusan Pancasila yang
termaktub dalam Piagam Jakarta sebagai berikut:
- Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
- Kemanusiaan yang adil dan beradab
- Persatuan Indonesia
- Kerakyatanyangdipimpinolehhikmatkebijaksanaandalampermusyawaratan/
perwakilan
- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Untuk membahas hasil kerja panitia sembilan, BPUPKI mengadakan sidang
yang kedua (10-16 Juli 1945) dan menghasilkan beberapa keputusan, yang
meliputi: pertama, kesepakatan dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila seperti
yang tertuang dalam Piagam Jakarta. Kedua, negara Indonesia berbentuk negara
Republik, hasil sidang ini merupakan kesepakatan 55 suara dari 64 orang yang
hadir. Ketiga, kesepakatan mengenai wilayah Indonesia yang meliputi wilayah
Hindia Belanda, Timor Timur, sampai Malaka (Hasil kesepakatan 39 suara). Dan
yang keempat, pembentukan tiga panitia kecil sebagai: Panitia Perancang UUD,
Panitia Ekonomi dan Keuangan, Panitia Pembela Tanah Air.
Dalam sejarah Pancasila, sidang PPKI yang dilakukan sehari setelah Indonesia
merdeka masih saja terjadi perubahan pada sila pertama yang diusulkan oleh
Muhammad Hatta. Sila pertama yang semula berbunyi ”Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, kemudian
diubah menjadi lebih ringkas, yaitu ”Ketuhanan Yang Maha Esa” Sehingga
Pancasila menjadi seperti saat ini.
Dalam sejarah silam Indonesia, terdapat kerajaan-kerajaan lokal yang hidup
dan telah mempunyai ciri khas nilai-nilai luhur dan murni yang telah dimasukkan
ke dalam sila-sila Pancasila. Sejarah membuktikan bahwa jika ditarik ulurkan nilai
filosofis yang terkandung dimasing-masing sila Pancasila dapat ditarik rentang dari
masa ke masa hingga sampai di zaman kerajaan lokal yang dahulu telah ada. Mulai
dari kerajaan Kutai pada 400 Masehi yang memberikan pandangan terhadap nilai
sosial dan prinsip ketuhanan. Pada waktu itu yang muncul hanya tentang nilai
kebersamaan dan bagaimana cara menciptakan kerukunan dalam masyarakat.
Kepercayaan terhadap pencipta menjadi faktor yang paling kuat karena pemikiran
sederhana dari rakyat Kutai adalah manusia ada karena diinginkan Tuhan. Tuhan

4
telah menciptakan manusia untuk berbakti dan diberikan keleluasaan dalam
mengatur kehidupannya. Akan tetapi manusia bertanggungjawab atas kehidupan
yang dijalaninya hanya kepada Tuhan pemilik semesta alam ini. Dari kepercayaan
terhadap Tuhan itulah yang mendasari pemikiran rakyat Kutai untuk saling
menghargai sesama rakyat dan pemimpinnya.
Dinasti kerajaan Kutai terbentuk dimasa lampau dengan Raja pertamanya
Maharaja Kudungga. Perkembangan agama hindu sangat kuat dimasa kerajaan
Kutai berkiprah. Hingga sampai pada masa keemasan kerajaan Kutai saat
dipimpin oleh rajanya yang sangat tersohor yaitu Raja Mulawarman memiliki
wilayah hingga seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat sangat hidup sejahtera
dan makmur karena raja sangat memperhatikan terhadap kesejahteraan mereka.
Raja Mulawarman telah berhasil menciptakan peradaban yang sangat baik pada
masyarakatnya dibuktikan dengan adat kenduri (selamatan untuk mengucap syukur
kepada Tuhan sang pencipta alam). Masyarakat berkumpul untuk merayakannya
serta pengucapan doa bersama yang diikuti oleh kaum Brahmana. Upacara tersebut
sangat berhasil untuk menciptakan kebersamaan dalam masyarakat Kutai sehingga
mereka merasa dapat hidup bersama tanpa ada perbedaan dimasing-masing strata
kehidupan yang ada.
Kerajaan lain yang sangat berpengaruh dan dikenal dalam sejarah adalah
kerajaan Sriwijaya. Hal yang dapat kita lihat dan pelajari dari kehidupan di
zaman Sriwijaya adalah pemerintahan yang dapat menciptakan kesejahteraan
pada negaranya (kerajaan). Sriwijaya dalam bahasa sanskerta berasal dari kata Sri
(Cahaya/gemilang) dan Wijaya (Kemenangan), jadi secara etimologi Sriwijaya
memiliki arti “kemenangan yang sangat gemilang”. Maka terbuktilah kerajaan
ini tumbuh subur mulai dari abad ke-7 dan memiliki wilayah penaklukan yang
sangat luas sekali mulai dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya,
Sumatra, Jawa Barat dan juga Jawa Tengah. Menurut keterangan dalam Prasasti
Kedukan Bukit, yang bertarikh 605 Saka (683 M), pusat kota Sriwijaya pertama
kali didirikan di sekitar Palembang, di tepian Sungai Musi.
Pemerintahan yang dipimpin oleh Raja yang pertamanya Sri Jayanasa
hingga pada jaman keemasan dalam pergantian kepemimpinan sampai pada
Raja Samaratungga terlihat begitu luas kemakmuran yang terjadi. Hingga dalam
sejarah dikenal karya besar sebagai warisan dunia di wangsa1 Sailendra yaitu Candi
Borobudur telah menunjukkan begitu besar peradaban yang diciptakan. Sebuah

1 Wangsa atau dinasti berarti kelanjutan kekuasaan pemerintahan yang dipegang oleh satu garis
keturunan (keluarga yang sama). Suatu wangsa bisa jadi memerintah di lebih dari satu Negara dan atau
beberapa tahun kepemimpinan dalam pergantian Raja.

5
masyarakat yang telah tercipta secara kompleks, berlapis, kosmopolitan, dan
makmur yang terbaluti dengan cita rasa nan halus dalam seni, sastra, dan budaya,
dengan serangkaian ritual yang dipengaruhi ajaran Buddha Mahayana berkembang
di masyarakat Sriwijaya.
Kerajaan terbesar yang selanjutnya adalah kerajaan Majapahit. Menurut
Kitab Negarakertagama, kekuasaannya yang dimiliki Majapahit terbentang dari
Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga sampai pada Indonesia
timur. Majapahit. Raja pertamanya yaitu Raden Wijaya yang diangkat karena
perannya dalam melakukan pembentukan kerajaan baru. Hal ini bermula pada saat
Raden Wijaya menyerahkan diri kepada Jayakatwang sebagai penguasa kerajaan
Singosari, kemudian sebagai hadiah maka diberilah Hutan Tarik kepada Raden
Wijaya. Kemudian Raden wijaya mulai membuka lahan dan membentuk suatu
desa baru yang menjadi cikal bakal Kerjaaan Majapahit. Ketika pasukan Mongol
yang datang untuk menuntut kekecewaanya terhadap Singosari atas utusannya
yang ditolak oleh Kertanegara untuk membayar upeti, Raden Wijaya bersekutu
dengan Pasukan Mongol untuk menumbangkan Jayakatwang.
Setelah berhasil menumbangkan kekuasaan Jayakatwang, apa yang dilakukan
Raden Wijaya ternyata dia memukul balik terhadap tentara Mongol untuk
meninggalkan wilayahnya. Akibat ketidaksiapan pasukan mongol mereka menjadi
kalang-kabut dan terpaksa harus pergi karena mereka berada di wilayah asing.
Kerajaan Majapahit juga menyumbang suatu nilai luhur yang muncul pada waktu
itu, yaitu nilai Persatuan. Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk terlihat
masa kejayaan kerajaan Majapahit. Kejayaan kerajaan Majapahit tidak dapat lepas
dari peran mahapatihnya yaitu Gajahmada. Gajahmada memiliki peran penting
dalam pemerintahan Majapahit terutama ketika pengangkatanya sebagai mahapatih
tahun 1258 Saka (1336 M) dia mengucapkan Sumpahnya yang terkenal dengan
nama Sumpah Palapa.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajahmada ini ditemukan pada teks
Jawa Pertengahan Pararaton, yang berbunyi :
Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah
Mada: “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring
Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Butuni, ring Pahang, Dompo,
ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.
Terjemahannya dalam bahasa Indonesia :
Dia Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa.
Ia Gajah Mada, “Jika telah menundukkan seluruh Nusantara dibawah

6
kekuasaan Majapahit, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan
Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Butuni, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa”.
Dari cuplikan naskah ini dapat diketahui bahwa pada masa diangkatnya
Gajah Mada, sebagian wilayah Nusantara yang belum dikuasai oleh Majapahit
ingin dipersatukan oleh Gajahmada. Semangat yang ditularkan tersebut menjadi
salah satu nilai yang dapat kita rujuk dalam menumbuhkan semangat persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia. Tidak hanya Nilai persatuan saja yang muncul,
namun terdapat nilai yang lain yaitu Internasionalisme. Pada waktu itu Majapahit
berupaya untuk menumbuhkan kerjasama dengan Negara-negara di Asia Tenggara
melalui Mitreka Setata yakni persahabatan yang kekal dengan dasar persamaan
derajat.

B. Pancasila dalam Dinamika Pendidikan


Pendidikan merupakan alat formal dalam menciptakan kebudayaan atau mengarahkan
kebiasaan lama masyarakat menjadi kebiasaan baru. Peran penting pendidikan dapat
membentuk karakter bangsa guna melaksanakan kehidupan bernegara. Tanggungjawab
pendidikan dalam merubah moral bangsa juga tidak akan pernah lepas dari pelaku
pendidikan seperti guru, dosen, peserta didik, pejabat pemangku kebijakan dari
daerah hingga tingkat pusat yang berpengaruh menentukan jalannya program
pendidikan. Seseorang dikatakan berkarakter jika berhasil menyerap nilai dan keyakinan
yang dikehendaki masyarakat yang akan dijadikan sebagai kekuatan moral dalam
kehidupannya.2 Walaupun proses merubah atau mengarahkan karakter bangsa menjadi
lebih baik membutuhkan waktu yang tidak singkat, akan tetapi sudah menjadi tujuan
dari program pendidikan.
Secara praktis pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai, terutama yang
meliputi kualitas kecerdasan, nilai ilmiah, nilai moral, dan nilai agama yang kesemuanya
tersimpul dalam tujuan pendidikan, yakni membina kepribadian ideal.3 Sistem
pendidikan yang dibuat juga harus disesuaikan dengan kebutuhan bangsa dari masa ke
masa agar tidak tertinggal dengan perkembangan globalisasi yang ada. Globalisasi yang
bergerak sangat cepat menuntut sistem pendidikan di Indonesia untuk menyesuaikan
diri. Kenyataannya terkadang sistem pendidikan yang jauh tertinggal dan terkadang
terpontang-panting karena harus disesuaikan dengan tuntutan global.

2 Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa,Surakarta: UNS


Press, 2010, Hlm. 34
3 Jalaluddin, Filsafat pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012, Hlm. 136

7
Praksis pendidikan menjadi alat dari penguatan ideologi, sehingga kita dapat sampai
pada kesimpulan bahwa pendidikan bisa dijadikan alat negara untuk melanggengkan
ideologi, eksistensi dan identitas bangsa.4 Pelaksanaan program pendidikan juga tidak
pernah hilang dari sebuah problematika. Anggaran yang diberikan dalam mewujudkan
pendidikan yang ideal untuk menyentuh seluruh lapisan masyarakat terkadang sangat
minim. Memang sangat ironis, apakah bisa tercipta sistem pendidikan yang baik jika
anggaran yang diberikan masih kurang. Banyak juga infrastruktur dalam pelaksanaan
pendidikan tidak layak seperti gedung sekolahan yang tidak sesuai standart bahkan
fasilitasnya jauh dari kata baik. tentunya jika ingin menjadikan kualitas pendidikan kita
membaik maka memang diperlukan usaha untuk meningkatkannya terutama keseriusan
pemerintah dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu. Apalagi jika dikaitkan
dengan kualitasa tenaga pendidik seperti guru, dosen yang beberapa mendapatkan gaji
yang masih jauh dari kata cukup. Tentunya akan berbanding lurus jika kesejahteraan
para pendidik diperhatikan maka kualitas pengajaran juga akan maksimal.
Pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat
kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif, sehingga sistem pemikiran ini
merupakan suatu nilai. Oleh karena itu, nilai Pancasila memberikan dasar-dasar yang
bersifat fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara sehingga sangat sejalan dengan tujuan sistem pendidikan
di negara ini.5 Menciptakan sebuah sistem pendidikan yang baik haruslah didukung
berbagai elemen dari pemerintahan dan masyarakat. Sistem pendidikan yang baik
harus disesuaikan dengan kebudayaan yang ada serta mengikuti perkembangan zaman.
Seperti penggunaan teknologi pada pendidikan sudah tidak dapat dihindari lagi, namun
kearifan lokal dan budaya yang dimiliki bangsa ini harus selalu dimunculkan agar kita
tidak kehilangan jatidiri. Justru ciri khas bangsa ini yang kemungkinan tidak dimiliki
dibangsa lain menjadi sebuah obyek studi yang sangat menarik. Coba kita perhatikan
banyak peneliti dari negara lain yang berdatangan ke Indonesia untuk melakukan riset
menandakan ketertarikan mereka pada budaya bangsa ini. Namun disisi lain kita juga
harus waspada dengan penerapan konsep kehati-hatian jangan sampai banyak periset
datang ke negara ini malah budaya asli kita dicuri dan dikembangkan di negara lain
kemudian di klaim menjadi kekayaan mereka.
Pendidikan merupakan usaha membina dan mewariskan kebudayaan, mengemban
suatu kewajiban yang luas dan menentukan prestasi suatu bangsa bahkan tingkat sosio

4 Mahnan Marbawi, Penguatan Ideologi Pancasila Dalam Pendidikan, Turast: Jurnal Penelitian
dan Pengabdian Vol. 6, No. 2, Juni-Desember 2018, Hlm. 160
5 Sunarni Yassa, Pendidikan Pancasila ditinjau dari perspektif filsafat (aksiologi), Jurnal Citizenship:
Media Publikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 1, No. 1 Tahun 2018, Hlm. 3

8
budaya mereka.6 Dinamika pendidikan yang berubah menyesuaikan perkembangan
zaman dan tuntutan baik dari dalam bangsa sendiri dan tuntutan dari negara lain
menjadikan pendidikan bersifat dinamis. Sifat dinamis yang dimiliki sangat beresiko
jika tidak dibentuk sebuah sistem yang dapat menjembatani disetiap perubahannya.
Peran Pancasila menjadi dasar perkembangan dunia pendidikan yang diupayakan
mengejar ketertinggalan dari kemajuan zaman dan tetap memberikan pondasi dalam
pelaksanaan sistem pendidikan. Sebagai contoh dalam perkembangan pendidikan yang
mengejar era disrupsi yang sangat identik dengan penggunaan piranti teknologi canggih
seperti internet, big data, perangkat lunak pada dunia maya dan sebagainya. Penggunaan
teknologi yang demikian sangat memberikan dampak terhadap percepatan perubahan
informasi namun di sisi lain memberikan efek negatif. Efek negatif yang ditimbulkan
seperti menurunnya tingkat kepekaan moral kepada orang lain, lunturnya kepedulian
dan muncul sikap hedonisme serta individualisme.
Pendidikan Pancasila sebagai sebuah jawaban yang paling ideal untuk menjawab
segala perubahan yang terjadi pada lunturnya moral bangsa ini sangat pas diberikan
dalam program pendidikan. Sebagai salah satu cara untuk tetap mempertahankan
pendidikan sesuai dengan ruh bangsa Indonesia maka disematkan Pendidikan Pancasila
di berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama,
sekolah menengah atas, hingga ke jenjang perguruan tinggi. Saat ini kekuatan pancasila
sebagai ideologi dan pandangan hidup bangsa mulai melemah, salah satunya terjadi
pada kelompok mahasiswa. Beberapa tahun terakhir menunjukkan makin minimnya
minat mahasiswa terhadap pancasila. Kaum muda yang diharapkan menjadi penerus
kepemimpinan bangsa ternyata abai dengan pancasila. Fenomena menurunnya
pengetahuan dan pemahaman terhadap pancasila di kalangan mahasiswa tersebut tidak
hanya menjadi sebuah wacana yang biasa, namun perlu ditelusuri dan ditindaklanjuti
apa penyebabnya.7
Melalui pendidikan Pancasila diharapkan nilai-nilai luhur Pancasila tersebut
dapat tersosialisasi bahkan terinternalisasi dalam diri pribadi generasi muda, khususnya
mahasiswa, dan dalam diri mereka akan tumbuh sikap demokratis serta analitis kritis
dalam menghadapi segala permasalahan kehidupan dan dalam mengaktualisasikan
nilai-nilai Pancasila.8 Usaha baik yang tetap dilakukan pemerintah agar rakyat tetap
mempunyai karakter bernafas Pancasila. Pendidikan Pancasila dijenjang perguruan
6 Dasim Budimansyah, Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Membangun Karakter Warga
Negara, Bandung, Widya Aksara Press, 2011, Hlm. 37
7 Natal Kristiono, Penguatan Ideologi Pancasila Di Kalangan Mahasiswa, Harmony Vol.2 No. 2,
Hlm. 195
8 August Hadiwijono, Pendidikan Pancasila, Eksistensinya bagi Mahasiswa, Jurnal Cakrawala
Hukum, Vol.7, No.1 Juni 2016, hlm. 87

9
tinggi wajib ditempuh oleh semua mahasiswa yang masuk dalam kurikulum mata kuliah
dasar umum (MKDU). Semua program studi dalam perguruan baik eksakta dan non
eksakta harus memasukkan mata kuliah tersebut sebagai basic (dasar) pada keilmuannya
sehingga tidak menyeberang dari konsistensi bangsa ini pada nilai Pancasila.
Dalam setiap rumpun keilmuan harus didasarkan pada Pancasila dengan maksud
agar tidak liar. Sebagai contoh dalam ilmu hukum mengapa perlu dimasukkan mata
kuliah pendidikan Pancasila agar sifat hukum yang pada awalnya kaku, di dalam
pelaksanaannya dapat menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Ilmu teknologi
informasi yang cenderung tidak ada batas dan tanpa sekat di dalam perkembangannya
selalu menekankan pada nilai moral yang terkandung pada Pancasila sehingga kelak
harapannya para ahli teknologi informasi dalam mengaplikasikan keilmuannya tidak
menggunakan untuk kejahatan dunia maya dan tetap menjunjung tinggi nilai moral.
Segala kemungkinan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan harus diarahkan pada
kebutuhan manusia dan tidak melampaui kodratnya sehingga manfaat dari adanya ilmu
pengetahuan itu dapat dirasakan oleh manusia. Berbeda dari masa-masa sebelumnya yang
strategi pembangunan karakternya cenderung hanya retorik, simbolik, misalnya dalam
bentuk pidato politik melalui media cetak dan media elektronik auditif dengan daya
jangkauan dan frekuensi yang relatif rendah, pada masa orde baru strategi pembangunan
karakter lebih sistematik, praktis, terlembaga, dengan dukungan media cetak dan media
elektronik multimedia dengan jangkauan yang lebih luas.9
Sedangkan menurut Koento Wibisono (1994), strategi pengembangan ilmu
pengetahuan yang menjadi visi dan orientasi bangsa Indonesia menyangkut beberapa
hal pokok yaitu visi dan orientasi tersebut diletakkan pada nilai Pancasila di dalam
menghadapi masalah-masalah yang harus dipecahkan sebagai data atau fakto objektif
dalam satu kesatuan integratif yang meliputi dimensi teleologis, etis dan integratif.
Secara teleologis memberikan gambaran bahwa pendidikan harus diarahkan kepada
sebuah tujuan untuk membangun peradaban yang menuju kebaikan sehingga tujuan
bernegara dapat tercapai. Dimensi etis juga memberikan panduan bahwa visi yang ingin
dicapai harus dapat dijalankan dengan dasar sesuatu yang dapat diterima masyarakat
dan tidak menyalahi norma yang sedang berlaku dalam kehidupan masyarakat tersebut.
Perkembangan keilmuan harus dimanfaatkan sebaik mungkin namun dimensi etis
berperan sebagai filter agar masyarakat tetab berjalan sebagaimana mestinya sesuai
harapan bangsa. Dimensi integratif ditekankan bahwa dalam pengembangan ilmu tidak
dapat lepas dari keseluruhan komponen yang dapat mempengaruhi terbentuknya ilmu
pengetahuan serta segala perkembangannya harus mempertimbangkan aspek-aspek lain.
9 Faruk, Nasionalisme Puitis Sastra, Politik dan Kajian Budaya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2018,
Hlm. 73

10
BAB II
MEMAHAMI PANCASILA

Kompetensi Dasar :
Setelah membaca dan menelaah pokok bahasan dalam BAB II pembaca
diharapkan dapat memahami serta menjelaskan arti penting Pancasila untuk dapat
diaplikasikan dalam kehidupan.

Materi yang di bahas dalam BAB II:


1. Konsep Dasar Pemahaman Tentang Pancasila
2. Keyakinan Kebenaran Pancasila

A. Konsep Dasar Pemahaman Tentang Pancasila


Saya Pancasilais ! kata-kata yang sering kita dengar dari banyak orang di negeri ini.
Namun satu pertanyaan yang sering muncul pada pikiran saya sudahkah kita mempunyai
konsep pemikiran yang berkaitan dengan arti penting Pancasila dalam kehidupan bangsa
Indonesia ini. Satu pertanyaan yang sangat mendasar akan tetapi tidak perlu pembaca
jawab karena pertanyaan tersebut hanya sebagai pemantik pola berpikir yang mungkin
harus saya bangunkan agar kita sama-sama satu pemahaman. Perlu kita cermati bahwa
kesalahan berkonsep dalam pikiran kita akan menimbulkan kesalahan-kasalahan lain
dan In-concreto mungkin bisa terjadi kesalahan pada perbuatan kita. Pancasila memiliki
dua kepentingan yaitu: pertama, Pancasila diharapkan senantiasa menjadi pedoman dan
petunjuk dalam menjalani keseharian hidup manusia Indonesia baik dalam berkeluarga,
bermasyarakat maupun berbangsa. Kedua, Pancasila diharapkan sebagai dasar negara
sehingga suatu kewajiban bahwa dalam segala tatanan kenegaraan entah itu dalam
hukum, politik, ekonomi maupun sosial masyarakat harus berdasarkan dan bertujuan
pada Pancasila.10
Pancasila bukan terlahir begitu saja di bumi makmur11 ini ataupun tercipta
adanya dari Tuhan, namun pada perjalanannya memang Tuhan menghendaki bangsa
ini untuk mempunyai falsafah bangsa yaitu Pancasila. Di sisi lain banyak orang yang
meneriakkan bahwa Pancasila adalah final, memang benar terhadap perumusan setiap

10 Fais Yonas Bo’a, Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional, Jurnal
Konstitusi, Volume 15, Nomor 1, Maret 2018, Hlm. 30-31
11 Bumi makmur (merupakan sindiran bagi kita semua karena pada faktanya negeri ini telah
dikaruniai oleh Tuhan pemilik semesta alam dengan wilayah yang sangat luas, beribu pulau-pulau yang
memiliki Sumber Daya Alam yang begitu luar biasa)
sila dalam Pancasila sendiri sudah final. Akan tetapi implementasi nilai di setiap sila
belumlah final, butuh perjuangan yang besar untuk memberikan nyata pada kehidupan
bangsa ini. Cita-cita luhur dari para pendiri bangsa harus kita perjuangkan dan kita
lanjutkan sehingga tujuan12 bernegara kita dapat tercapai. Namun yang terlihat dalam
perkembanganya terhadap pelaksanaan nilai Pancasila itu belumlah nyata. Bagaimana
tidak saya ungkapkan seperti itu, alasan saya masih terlihat banyak sekali penyimpangan-
penyimpangan norma di masyarakat. Banyak pelanggaran hukum, pelanggaran hak
asasi baik dari masyarakat ataupun dari pejabat pemangku kebijakan. Apa yang dapat
menimbulkan pelaksanaan nilai Pancasila itu tidak nyata, karena masyarakat belum
secara penuh paham terhadap apa maksud dirumuskan Pancasila yang digadang-gadang
menjadi falsafah bangsa Indonesia ini. Bukan rakyat yang salah karena tidak memahami
apa tujuan dari dirumuskannya Pancasila oleh para pendiri bangsa, akan tetapi Negara
ini belum serius untuk mewujudkan setiap harapan-harapan itu.
Pemahaman tentang Pancasila harus memiliki visi yaitu Nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila dapat dijadikan alat mewujudkan tujuan Negara yaitu kesejahteraan
bersama. Konsep ini harus ditanamkan pada masing-masing jiwa rakyat Indonesia agar
dalam diri tertanam arti penting pelaksanaan disetiap nilainya. Maksud dari penanaman
konsep ini agar Pancasila tidak hanya dijadikan simbol Negara yang di pasang di ruang-
ruang kelas dan ruang-ruang kerja saja, namun tujuan yang lebih mulia lagi untuk
mewujudkan nilai tersebut menjadi nyata agar berguna bagi kehidupan Indonesia.
Bagaimana seseorang dapat merumuskan konsep yang tepat untuk memahami arti
penting Pancasila. Konsep itu harus dibangun sedikit dari sedikit melalui mimbar-
mimbar akademik, melalui diskusi antar masyarakat dan keseriusan pemerintah dalam
mewujudkannya. Pemerintah dapat berperan aktif dalam menkonstruksi pemikiran
rakyatnya melalui sosialisasi dan kegiatan-kegiatan lainnya seperti lokakarya serta
workshop tentang implementasi nilai Pancasila.
Pancasila sebagai harapan final bangsa ini menjadi dorongan pokok dalam
mewujudkan agenda-agenda dalam negeri. Semisal dalam pembuatan kebijakan
oleh pemerintah harus merefleksikan nilai Pancasila. Sebagai contoh kebijakan
harus memasukkan nilai dari sila kelima yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia” artinya setiap kebijakan yang dibuat harus dirumuskan secara matang dan
dipertimbangkan mendalam. Harapan dari adanya perumusan secara mendalam agar
dalam rumusan setiap pasalnya tidak ada celah kekosongan hukum dan kekosongan
12 Tujuan Negara Republik Indonesia sendiri tertuang secara jelas dalam pembukaan UUD
1945 pada alenia empat. Tujuan Negara Republik Indonesia tersebut berbunyi : “Melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,memajukan kesejahteraan umum,Mencerdaskan
kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.

12
manfaat. Dalam pelaksanaan kebijakannyapun dapat dimiminimalisir terjadinya
tabrakan kepentingan. Jangan sampai pula kebijakan digunakan untuk alat sebagai
memenuhi hasrat kepentingan pribadi, karena nyatanya saat ini banyak sekali para
pemangku kebijakan dalam pembuatan kebijakan hanya mementingkan urusan pribadi,
mungkin urusan partai ataupun urusan golongan.
Pancasila merupakan suatu paham filsafat (philosophical way of thinking) yang berarti
memiliki pesan pemahaman pada rasio berpikir manusia untuk mencari kebenaran yang
ada dalam setiap silanya. Hal itu pantas saya sebutkan karena banyak yang menyebutkan
Pancasila sebagai salah satu falsafah bangsa serta memuat ideologi yang mencirikan
kepribadian bangsa Indonesia. Sebagai suatu paham filsafat, Pancasila harusnya dapat
mengarahkan kita untuk berfikir secara mendalam tentang kebenaran nilai Pancasila.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis
dan dasar aksiologis tersendiri, yang membedakannya dengan sistem filsafat lain. Secara
ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui
hakekat dasar dari sila-sila Pancasila. Notonagoro menyatakan bahwa hakekat dasar
ontologis Pancasila adalah manusia, sebab manusia merupakan subjek hukum pokok
dari Pancasila.13 Salah satu ciri berfikir Filsafat adalah ketidak puasan untuk mencari
tau akan suatu ilmu, selalu bertanya dan terus bertanya agar mendapatkan kebenaran
terhadap ilmu. Konsep pemikiran yang seperti itulah yang sejatinya berguna bagi
kehidupan asalkan diarahkan ke dalam kebaikan. Beberapa orang menilai pemikiran
para filsuf14 itu terlihat menyimpang. Akan tetapi memang demikian terkadang terlihat
cara berfikir para filsuf susah untuk dimengerti penyampaian gagasan dengan kalimat
yang sulit dipahami. Walaupun demikian apa yang disampaikan para filsuf memiliki
makna yang sangat mendalam dan mempuyai orientasi filosofi yang tinggi.
Menurut Epicurus15, logika filsafat harus dapat mengarahkan manusia untuk
mencapai tahap kebaikan dan kebahagiaan di dunia. Kebahagiaan dunia itu dapat

13 Notonegoro, Pancasila Dasar Filsafat Negara, Cetakan Ke-4, Panijuruan Tudjuh, Jakarta, 2004,
Hlm. 7
14 Sebutan filsuf hanya layak diberikan kepada orang-orang yang mempunyai pemikirannya
tentang nilai filosofis, dan layak dikaji secara filsafati. Semua penjelasan terhadap sesuatu hal haruslah
bersifat logis, tidak tumpang tindih (identik), dan tidak kontradiktif. Jika seseorang hanya mengutarakan
pemikirannya atas dasar retorika belaka, ia belumlah dapat dikatakan seorang filsuf. Pada seorang filsuf,
setia kata-kata yang disampaikan mempunyai pertanggungjawaban ontologis, epistemis, dan etis.
15 Epicurus atau dikenal dengan nama Epikuros (bahasa Yunani Kuno), hidup tahun 341–270
SM merupakan seorang filsuf Yunani Kuno yang sangat familiar ditelinga penikmat filsafat. Perkembangan
pemikiran Epicurus banyak diikuti hingga terbentuk sebuah mazhab filsafat yang disebut epikureanisme.
Ia terlahir di Pulau Samos di Yunani dari orang tua yang berasal dari Athena. Pemikirannya dipengaruhi
oleh pemikiran filsuf sebelumnya seperti Demokritos, Aristoteles, dan mungkin juga oleh para filsuf
beraliran sinisisme.

13
tercapai jika kita dapat menghilangkan perasaan takut, kegelisahan serta kegundahan
yang membuat kita melupakan tentang tujuan hidup untuk menciptakan bahagia.
Menurut Epicurus manusia harus mampu menjalin kerjasama yang baik dengan
manusia yang lain karena sesungguhnya kehidupan ini adalah bagaimana terciptanya
interaksi yang sempurna antara makhluk Tuhan. Segala akar penderitaan merupakan
hasil dari pemikiran setiap manusia yang takut akan kematian, kita sebagai manusia
harus menghilangkan perasaan takut akan kematian asalkan selama hidup di dunia telah
melakukan banyak kebaikan maka kematian hanya dianggap gejala alamiah sebagai
akhir dari tubuh dan jiwa.
Banyak pemikiran dari filsuf yang dianggap menyimpang karena melebihi
dari pemikiran manusia pada umumnya (memiliki idealisme pada pemikirannya)
sehingga pada masanya mereka (para filsuf) harus mendapatkan penentangan terhadap
jalan logikanya. Seperti Socrates seorang filsuf terkenal di zaman Yunani Kuno harus
dipaksa meminum racun karena dianggap meracuni pikiran para pemuda diwaktu
itu. Sebenarnya Socrates bisa saja melarikan diri dengan bantuan sahabat-sahabatnya
namun pemikiran idealisme Socrates untuk tetap patuh pada peradilan di Athena yang
memutusnya bersalah, maka terpaksa dia memilih mati untuk berpegang teguh pada
pendiriannya.
Beberapa cerita dari filsuf-filsuf di atas bukan untuk memberikan pemahaman
bahwa kita harus menempuh cara yang sama dalam menegakkan pemikiran kita,
namun setidaknya kita tau bahwa idealisme dalam diri kita harus kita pertahankan untuk
memberikan manfaat yang nyata dalam kehidupan kita, Kita harus mulai mengingat
bahwa pesan yang ingin diciptakan dari para filsuf adalah sejatinya yang dikenang dan
tetap dikenal oleh manusia adalah karya kita, pemikiran serta peran kita pada kehidupan
ini dan para filsuf telah membuktikan karya berfikir mereka yang masih dinikmati dan
di diskusikan secara mendunia dalam kelas-kelas kuliah. Maka dapat dikatakan bahwa
filsafat merupakan cara berpikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat pada
tradisi, dogma, serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-
dasar persoalan.16
Pemahaman nilai-nilai Pancasila merupakan pemahaman konsep Pancasila yang
mengandung gagasan, cita-cita, dan nilai dasar yang bulat, utuh dan mendasar mengenai
eksistensi manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya, sehingga dapat
dipergunakan sebagai landasan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.17
Konstruksi pemikiran diri kita harus diarahkan bahwa tujuan dalam memahami nilai
16 Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta, AdiCita, 2002, Hlm. 45
17 Musdalipah, Holilulloh, Yunicsa Nurmalisa, Pengaruh Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila
Terhadap Kemampuan Sosial Siswa, Jurnal Kultur Demokrasi, Vol. 3 No.6 (2015), Hlm. 3-4

14
pada setiap sila Pancasila tidak lain untuk memenuhi kebutuhan hidup kita yang rindu
akan keadilan, kebaikan dan kesejahteraan. Kehidupan ini harus ditopang secara baik agar
tidak berada pada titik menjemukan karena permasalahan yang akan kita hadapi. Mulai
dari itulah agar kita dapat memahami Pancasila secara utuh perlu kita buka pemikiran
serta hati kita untuk tetap menerima segala pengetahuan tentang hakikat Pancasila.
Akan tetapi pembahasan kita tidak cukup sampai disini saja, karena peran penting yang
ingin diwujudkan adalah terciptanya kemaslahatan manusia karena kita telah memilih
dan mengucap kata final terhadap Pancasila yang dijadikan ideologi bangsa.
Pemahan yang terkonstruksi dalam diri setiap manusia sangatlah berbeda. Hal itu
dipengaruhi dari lingkungan serta pola didikan yang diberikan pada pribadi manusia
tersebut. Sebagai contoh jika seseorang terlahir di dalam lingkungan yang baik dan
penuh dengan masukan-masukan moral dan etika sudah setidaknya manusia tersebut
akan tumbuh menjadi manusia yang bermoral. Dari kalimat sebelumnya ini tersirat
bahwa ada ungkapan bahwa pilihlah lingkungan tempat kamu berada yang dapat
mendukung diri menjadi lebih baik lagi. Pemikiran lain akan muncul sebaliknya orang-
orang yang terlahir dan tumbuh kembang pada lingkungan yang dalam zona merah
(lingkungan penuh tindakan amoral, kekerasan dan sebagainya) paling tidak akan
menentukan bagaimana cara pandang manusia tersebut. Penilaian terhadap pengaruh
lingkungan dalam membentuk karakter seseorang memang tidak bisa diukur seratus
persen dari hal itu, terkadang untuk manusia-manusia tertentu yang mampu meng-
ajere kontra 18 keadaan yang semula lingkungan tempat dimana dia dibesarkan tidak
mendukung untuk menjadi seorang yang baik, hal itu dijadikan sebagai titik balik untuk
menghantarkan manusia pada keadaan jiwa yang lebih kuat.

B. Keyakinan Kebenaran Pancasila


Pancasila merupakan kristalisasi pemikiran dalam perenungan dari para pendiri bangsa.
Buah pemikiran dan perenungan dari para pendiri bangsa inilah yang akan terus
mengilhami dan menginspirasi kita dalam berkehidupan bermasyarakat, berbangsa

18 Ajere Kontra dalam bahasa Latin Agere Contra berarti bertindak seperti melawan atau bertindak
sebaliknya. Ajere kontra membantu manusia dalam melawan keadaan yang menyulitkannya sehingga kita
seolah-olah diarahkan untuk berfikir bagaimana jika keadaan itu terjadi sebaliknya. Sebagai contoh untuk
memahami ajaran ajere kontra dalam pernyataan sebagai berikut: Pernyataan pertama “apakah kita harus
percaya Tuhan” pernyataan ini menyatakan unsur kesangsian manusia yang mempertanyakan hakikat
keberadaan Tuhan. Kemudia muncul ajere kontra dengan pernyataan lain ”Mengapa kita tidak percaya
Tuhan” Pernyataan ini mengarahkan pemikiran kita untuk mempercayai Tuhan dengan begitu banyak
ciptaanya : manusia, alam, jagat raya dan seisinya serta siapa yang harus mengaturnya secara keseluruhan.

15
dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita dan harapan negara Indonesia.19 Sebagai
bagian dari rakyat Indonesia yang seharusnya menempatkan posisi kita sebagai bagian
dari pemilik peran bernegara sudah sepantasnya harus mempunyai keyakinan pada
Pancasila. Kalau kita membaca sejarah kemudian berkaca terhadap apa yang terjadi di
masa lalu terlihat beberapa perbedaan. Dahulu di zaman Soekarno terlihat nilai Pancasila
masih belum dapat diterapkan secara nyata pada kehidupan sehari-hari. Hal tersebut
dapat dipahami karena usia kemerdekaan bangsa Indonesia yang masih sangat muda
dan tentunya butuh waktu dalam mendewasakan kehidupan ketatanegaraan bangsa ini.
Kemudian paska pergantian kekuasaan dari kepemimpinan Soekarno yang beralih pada
Orde Baru di bawah kekuasaan Soeharto terlihat keseriusan dalam menjadikan Pancasila
sebagai satu acuan dalam kehidupan di negeri ini secara kasat mata sangat tampak.
Usaha-usaha yang dilakukan pada masa orde baru dalam menerapkan Pancasila
dapat terlihat dari pelaksanaan secara murni dan konsekuen pada setiap nilainya
dengan menjunjung tinggi asas gotong-royong. Gotong-royong sebagai wujud dari
asas kekeluargaan dan kebersamaan setidaknya sangat berbanding lurus dengan
pemikiran Soekarno pada saat menyampaikan pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 yang
menyatakan Pancasila menjadi dasar Negara ini. Pancasila sebagai Philosofische grondslag
(falsafah dasar bangsa) yang secara pandangan Soekarno menyampaikan kepada rakyat
Indonesia agar lebih mudah dijalankan beliau menjadikan Pancasila menjadi Trisila yang
memuat Sosio-nasionalisme, Sosio-demokratis dan Ketuhanan. Namun apabila dirasa
penghayatan terhadap Trisila juga masih memberatkan maka semua nilai-nilai dalam
Pancasila dirangkum menjadi satu saja yaitu Ekasila (Kegotong-royongan).
Soeharto sebagai pemimpin Orde Baru berusaha untuk menyeragamkan
penafsiran dan pemahaman masyarakat Indonesia tentang Pancasila. Hal itu dilakukan
dengan cara melaksanakan pendidikan yang dikemas dalam bentuk penataran P4
(Penataran, Pedoman Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila) dan PMP (Pendidikan
Moral Pancasila). Terlihat pula dalam pelaksanaan pendidikan ditingkat dasar juga para
guru mengajarkan tentang bagaimana cara penghayatan nilai Pancasila walaupun pada
waktu itu siswa-siswa hanya sebatas menghafal butir-butir P4. Akan tetapi melalui cara
itulah terlihat bahwa pemerintah waktu itu secara serius ingin menumbuhkan warna
kehidupan bermasyarakat yang dinafasi dengan Pancasila.
Kehidupan dengan semangat kegotong-royongan sangat nampak pada masyarakat
dengan indikasi adanya swasembada pangan serta adanya program Keluarga Berencana
(KB). Masyarakat secara nyata merasakan program dari pemerintah tersebut dengan
agenda stabilitas harga-harga bahan pokok dan kesejahteraan masyarakat secara umum.
19 Rozali Abdullah, Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa, (Jakarta:
Rajawali Pers, 1993), hlm. 25.

16
Akan tetapi setelah rezim Soeharto yang berkuasa lebih dari 30 tahun maka rakyat
Indonesia melihat sedikit demi sedikit setiap bentuk kekurangan pada kepemimpinannya.
Hal yang sangat mencolok adalah masa kepemimpinan yang begitu panjangnya seolah-
olah akan membentuk dinasti yang tidak akan tergantikan. Namun menurut penulis
hal ini merupakan tahapan pendewasaan terhadap kehidupan politik. Bukankah kalau
mau kita luruskan di waktu itu juga sudah ada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
yang bertugas mengkaji Konstitusi sehingga isi disetiap pasalnya untuk disesuaikan
dengan kepentingan rakyat Indonesia. Harusnya pada waktu itu jika tidak ingin adanya
kekuasaan yang terlalu berlebih pada kewenangan eksekutif (executive heavy) maka
hendaknya dimuat dalam Pasal tentang pembatasan masa jabatan Presiden.
Kebenaran terhadap nilai Pancasila harus secara nyata diyakini dalam jiwa
rakyat Indonesia sehingga secara otomatis dalam berperilaku dapat mencerminkan
nilai setiap silanya. Semangat dalam mewujudkan sila-sila yang tercermin dalam
kehidupan berbangsa harus terus ada agar cita-cita bangsa ini dapat terwujud. Pancasila
ini menjawab segala persoalan serta tantangan bangsa ini seperti dalam hal lunturnya
karakter pemuda akibat masuknya budaya asing. Sebagai jawaban dalam mengatasi
permasalahan disintegrasi bangsa akibat adanya ideologi lain yang mencoba masuk ke
dalam kehidupan Indonesia yang mempunyai sifat radikal yang ingin mengalahkan
peran ideologi Pancasila. Nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan strategi
yang terbaik dalam menciptakan sebuah negara yang kuat dan memiliki kearifan yang
lain dari negara yang ada di dunia. Pancasila merupakan sebuah pemikiran yang tidak
hanya menyediakan kerangka ontologis dan normatif tetapi juga kerangka operasional
yang sangat kokoh bagi penataan kehidupan bangsa yang lebih baik bagi negeri ini.20
Jika kita mampu meyakini nilai-nilai kebaikan Pancasila maka akan lebih mudah
dalam menjalani kehidupan berbangsa karena apa yang dirumuskan telah diambil dari
nilai yang tumbuh di masyarakat dan merupakan keadaan alamiah bangsa ini. Pancasila
bersumber pada kebudayaan Indonesia yang aktual yang dalam satu sisi tetap dalam
kontinuitas, namun di sisi lain terdapat juga diskontinuitas dengan kebudayaan masa
lampau.21 Meyakini juga tidak cukup berhenti dalam hati dan pikiran saja. Meyakini
kebenaran mempunyai tanggungjawab untuk mensiarkan kebaikan Pancasila di dalam
kehidupan berbangsa di NKRI dan memperkenalkan ideologi Pancasila sejajar dengan
ideologi yang berkembang di dunia bahkan kita harus percaya diri untuk mengakui
bahwa ideologi Pancasila jauh lebih baik.

20 Bernard L. Tanya, Politik Hukum Agenda Kepentingan Bersama, Yogyakarta : Genta Publising,
2011.Hlm. 291
21 Sudaryanto, Filsafat Politik Pancasila Refleksi Atas Teks Perumusan Pancasila, Kepel Press,
Yogyakarta, 2007, Hlm. 40

17
Sejatinya kebenaran yang ada di Pancasila dapat kita ketahui saat kita menjalankan
kehidupan sehari-hari. Nilai ketuhanan memberikan kekuatan bagi kita untuk tetap
berbuat baik dalam hidup serta membangkinkan kepercayaan kita bahwa kita mampu
untuk hidup lebih baik karena kita memiliki Tuhan yang akan selalu ada untuk kita.
Nilai kemanusiaan memberikan pandangan sebagai manusia kita dituntut menghargai
manusia lain memberlakukan manusia dengan baik, adil dan bijaksana sehingga mampu
membentuk kerukunan hidup. Nilai persatuan telah terlihat pada keanekaragaman
yang ada di Indonesia tidak menjadi permasalahan malah menjadi satu kekuatan yang
mempertahankan bangsa ini selama berpuluh tahun. Nilai kerakyatan memberikan
nafas bahwa kita hidup bersosial saling membutuhkan satu dan yang lain menghadapi
permasalahan secara bersama sehingga lebih mudah dalam mengambil jawaban atas
permasalahan itu. Nilai keadilan menjadi nilai yang selalu ingin dicari, walaupun perlu
usaha keras dan waktu yang panjang untuk menciptakan keadilan secara menyeluruh

18
BAB III
NILAI-NILAI PANCASILA

Kompetensi Dasar :
Setelah mengikuti pokok bahasan dalam BAB III pembaca diharapkan dapat
menguraikan sila demi sila Pancasila yang menjadi kesatuan untuk mempengaruhhi
kehidupan bangsa Indonesia agar dapat mewujudkan tujuan bangsa menciptakan
masyarakat yang sejahtera.

Materi yang di bahas dalam BAB IV:


1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Sila Persatuan Indonesia
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

A. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Nilai filosofik yang terkandung dalam sila pertama pada Pancasila memberikan kekuatan
bagi manusia terutama bagi warga Indonesia untuk menjalankan kehidupan setiap saat.
Apa yang hendak dicapai dalam mewujudkan nilai ini menjadi nyata bagi masyarakat
ialah keseimbangan dalam menjalani setiap peran yang dimiliki padanya. Melalui
nilai ini dapat diharapkan bahwa setiap manusia ingat bahwa dirinya merupakan hasil
cipta yang bertanggungjawab secara langsung kepada sang penciptaNya. Sehingga
pada pelaksanaannya hati kita selalu ingat bahwa ada sang Rab maha agung senantasa
melihat segala tingkah laku dalam keseharian kita. Begitu pula tujuan Negara ini bahwa
menempatkan nilai ketuhanan pada urutan yang pertama mempunyai maksud agar
disetiap keluh kesah atau perjalanan kehidupan bangsa ini yang mungkin sesaat menjadi
terjal akan kembali lagi untuk dapat mengingat sang kuasa.
Sebagai konsekuensi dalam memilih sila yang supreme yaitu ketuhanan yang
maha esa, bahwa kita wajib meyakini tidak ada Tuhan melainkan hanya satu yang patut
disembah dalam masing-masing keyakinan yang dianutnya. Maka dalam maksud untuk
mewujudkan nilai itu menjadi nyata Negara mewajibkan warga Negara Indonesia (WNI)
untuk memilih satu keyakinan yang akan dianutnya tidak peduli apapun keyakinannya
berarti Negara tidak membatasi terhadap agama/ kepercayaan apa yang akan dia pilih.
Namun Negara ini tidak menginginkan warga negaranya berkiblat pada atheisme22.
Setidaknya manusia yang mempunyai agama/aliran kepercayaan akan mengetahui sifat
religius yang akan muncul sebagai penyeimbang kehidupannya.
Untuk memberikan legitimasi terhadap keinginan Negara dalam menginginkan
semua rakyatnya untuk memeluk masing-masing kepercayaannya dimuat dalam aturan
secara normatif yaitu pada konstitusi kita yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Lebih spesifik lagi pengaturan itu termuat dalam
Pasal 29 yang dijabarkan lagi kedalam Ayat 1 dan Ayat 2. Dalam Pasal 29 Ayat (1)
dijelaskan bahwa Negara Indonesia merupakan Negara yang berdasakan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa, sehingga pemahamannya seluruh warga harus berkeyakinan dan percaya
pada keEsaan Tuhan. Sebagai salah satu unsur yang terpenting dalam pembentukan
sebuah Negara yang masuk dalam unsur konstitutif yaitu rakyat, maka secara penelaahan
sudah menjadi kewajiban bahwa rakyat harus mendukung terciptanya Negara yang
berdasar ketuhanan. Hal tersebut diperkuat dalam Pasal 29 Ayat (2) yang berbunyi
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu”. Sehingga secara
eksplisit bahwa dalam memilih keyakinan apa yang akan dianut oleh setiap warganya
Negara tidak akan mencampuri urusan masing-masing rakyatnya.
Bukti atas Negara menghendaki bahwa Negara ini akan dikelola berdasarkan
atas sifat-sifat ketuhanan telah dapat kita buktiikan. Maksud dari pernyataan dikelola
berdasarkan sifat ketuhanan dapat diartikan bahwa Tuhan memiliki sifat-sifat yang
sangat sempurna sebagai contoh kecil yaitu, sifat Tuhan memberikan kehidupan yang
dimaknai dalam menjalankan kehidupan ini Negara tidak hanya sebuah organisasi yang
dibentuk kemudian hanya diam saja, namun memiliki tujuan lain untuk memberikan
kehidupan pada Negara sebagai organ dan tujuan selanjutnya untuk memberikan
kehidupan bagi semua untuk yang mendukung terwujudnya pembentukan Negara itu.
Sifat Tuhan yang lainnya adalah menciptakan keadilan, bahwa diantara banyaknya sifat
yang dimiliki Tuhan selalu member keadilan pada kehidupan ini. Pemaknaan terhadap
sifat ini dapat kita temukan dari begitu banyaknya ciptaanNya yang ada pada galaxy ini.

22 Atheisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak memercayai keberadaan Tuhan dan
dewa-dewi. Dalam pengertian yang paling mudah atheisme dapat dikatakan ajaran tentang ketiadaan
kepercayaan pada keberadaan dewa atau Tuhan. Pola pikir dari ajaran ini berupaya mengkonstruksikan
dalam nalar kita bahwa kita tidak memerlukan bantuan Tuhan untuk menjalani kehidupan ini. Penulis
harus merumuskan bahwa konsep nalar pembaca harus diarahkan pada sudut dimana muncul suatu
pertanyaan, bagaimana kita menjalani kehidupan kalau misalnya tidak ada yang menciptakan dunia dan
seisinya ini? Maka jawabnya adalah tentu ada sang maha Pencipta atas segala kehidupan ini , yaitu dia
Tuhan. Tuhan yang tak pernah terlihat tetapi memiliki peran sebagai pencipta, pengatur dan penentu
jalannya kehidupan.

20
Semua hal yang telah diciptakannya memiliki peran serta fungsi masing-masing sebagai
pelengkap kehidupan. Terkadang terlihat beberapa hal yang dapat kita terima secara
nalar dan sebagian lagi tertangkap tidak dapat dinilai secara nalar karena manusia sebagai
bagian kecil dari hasil ciptaanNya memiliki keterbatasan.
Paragraf di atas menggambarkan sedikit dari sifat Tuhan yang begitu banyak yang
sangat diperlukan sebagai pedoman dalam mengelola baik diri sebagai pribadi dan dalam
mengelola hubungan diripribadi dengan kehidupan sosial. Maka yang harus kita hayati
bagaimana cara meyakinkan kebenaran dalam sila pertama Pancasila sehingga setiap
tingkah laku kita benar-benar berkiblat pada nilai tersebut. Pengetahuan dan pemahaman
tentang nilai ketuhanan mestinya tidak boleh berhenti hanya pada tataran ciri-ciri fisik,
tanda-tanda atau simbol-simbol, tata cara peribadatan, dan gaya arsitektural bangunan
tempat ibadah. Sebagai makhluk yang memiliki ciri khas melakukan tindakan yang
bersifat imanen dan transenden, maka menjadi sebuah tuntutan wajib bagi siapapun
untuk memperluas wawasan tentang nilai-nilai ketuhanan.23 Kemampuan manusia
dalam merumuskan kebenaran nilai ketuhanan juga sangat relatif dan tergantung kepada
pemahaman masing-masing. Namun di setiap diri manusia pasti selalu mempunyai
kepercayaan walaupun kadarnya berbeda antara manusia satu dan manusia yang lainnya.

B. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Menempatkan posisi kita pada orang lain, merupakan cara yang paling mudah agar kita
dapat menjadi manusia yang adil serta beradab. Sebab dengan keadaan itu kita dapat
merasakan bagaimana keadaan orang lain sehingga kita akan tau setiap kesulitan yang
dialami olehnya. Sikap kita untuk dapat memanusiakan orang lain menjadi sebuah
harapan agar kita dapat menciptakan keseimbangan interaksi sesama manusia. Inti dari
sebuah kehidupan sosial merupakan keseimbangan dari masing-masing peran manusia
yang saling melengkapi dan adanya keinginan manusia untuk membentuk kehidupan
sosial yang madani.
Nilai kemanusiaan harusnya dapat kita gali dari diri pribadi seseorang, sehingga
apa yang dia inginkan harusnya akan diinginkan oleh manusia lainnya. Sebagai contoh
manusia ingin hidup bersama kasih sayang, artinya manusia lain juga akan membutuhkan
kasih sayang yang sama untuk dirinya. Jika pada diri manusia ingin mendapatkan
derajat yang tinggi pada kehidupan, maka sudah barang tentu manusia lain juga
inginkan derajat yang tinggi pula. Oleh karena itu memanusiakan manusia lain itu akan
terbentuk jika kita selalu bercermin pada kepribadian diri kita sendiri. Dengan dasar
nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab, Negara Republik Indonesia mengupayakan
23 Albertus Istiarto, Martinus Suharsono, Pendidikan Pancasila, Kanisius, Yogyakarta, 2017, Hlm. 75

21
kehidupan bersama yang manusiawi di wilayah Indonesia dan bersamaan dengan itu
ikut serta memperjuangkan di seluruh dunia.24
Kemanusiaan yang adil dan beradab memberikan gambaran kepada kita bahwa
sebagai manusia kita akan berlomba untuk mencari keadilan. Sedangkan secara kodrati
manusia akan berusaha memenuhi kepentingan masing-masing, dan kemungkinan
yang terjadi dalam perjalanan kehidupan manusia terkadang mencari segala cara untuk
memenuhi kepentingan-kepentingan hidupnya. Manusia secara tidak sadar akan
membentuk peradaban dalam hidupnya. Peradaban itu akan membawa kepada kondisi
yang dapat merefleksikan keadaaan sosial pada saat manusia itu ada. Sedangkan manusia
dikatakan beradab jika dia dapat menyesuaikan dengan kesepakatan yang ada dalam
peradaban yang dibentuknya.
Perumusan terhadap kebenaran juga sering kali berubah dan akan disesuaikan
dengan perkembangan zaman yang ada. Untuk memahami bahwa kebenaran itu selalu
berubah penulis akan memberikan ilustrasi dalam kalimat selanjutnya. Zaman dahulu
orang melihat sesama manusia sedang berjalan sambil berteriak sorai menyanyikan lagu
mungkin pandangan masyarakat waktu itu mengatakan orang yang sedang berjalan itu
gila. Pada zaman sekarang justru berkebalikan bahwa orang berjalan sambil berteriak-
teriak menyanyikan sebuah lagu hal itu akan dianggap wajar. Justru hal yang sebaliknya
jika orang duduk termenung di pojok sudut kota pasti mayoritas masyarakat menganggap
orang itu sedang mengalami stres.
Begitupun penulis merumuskan bagaimana manusia itu dikatakan beradab, jika
pada waktu itu manusia dalam melakukan sesuatu tindakan tidak menyalahi kesepakatan
yang ditentukan pada kelompok masyarakatnya. Kunci dari manusia jika ingin diterima
pada masyarakat tertentu dia harus mengikuti aturan dan tidak pernah menyalahi
segala norma yang sudah diberlakukan. Maka dari itu sejatinya memanusiakan manusia
yang lain tetap menjadi tujuan hidup pada setiap manusia. Karena kehendak untuk
memperlakukan secara baik pada orang lain sejalan dengan keinginan pada diri kita
sendiri.
Hakikat dalam memaknai Kemanusian yang secara adil dan beradab muncul dari
sifat manusia dalam menjalani kehidupan di dunia. Memberlakukan sikap tenggang
rasa menjadi kunci sukses dalam membentuk jiwa yang beradab. Tenggang rasa akan
hidup dan terus berkembang pada masyarakat karena itu menjadi suatu kebutuhan
sehari-hari. Kita sebagai makhluk sosial dituntut untuk dapat hidup bersama dalam
kelompok masyarakat dan harus saling mengisi baik dalam kebahagiaan dan kesusahan.
Mempunyai kesadaran dalam menjadikan diri kita berlaku adil saja terkadang
menempuh hambatan sehingga sulit sekali mewujudkan harapan nilai keadilan. Bisa
24 Merphin Panjaitan, Dari Gotong Royong Ke Pancasila, Jala Permata Aksara, Bekasi, 2013, Hlm. 115

22
saja kita mampu menerapkan atau berlaku secara adil namun keadaan justru membuat
kita terpaksa untuk mengingkari berlaku adil. Sebagai contoh seorang oknum penegak
hukum yang memiliki sifat ideal belum tentu dapat bertindak adil dalam memutus
suatu perkara karena adanya intervensi dari atasan.
Pokok pikiran dalam menghayati berlakunya sila kemanusiaan yang adil dan
beradab adalah sebagai berikut:
1. Menghargai orang lain dengan pendapatnya
Semua orang berhak memberikan argumentasinya terhadap nilai kehidupan yang
ada. Jika kita ingin menjadi manusia yang adil dan beradab hendaknya kita juga
memberikan kesempatan bagi orang lain untuk memilih jalan pikiran mereka
sendiri. Sebab sejatinya kebenaran yang ada di bumi ini bersifat limitatif25, dan
akan dipatahkan dengan pernyataan kebenaran yang baru.
2. Memberlakukan orang lain seperti keinginan kita untuk diberlakukan oleh
orang lain.
Manusia memiliki hak dan kewajiban, secara alami menusia ingin menuntut hak
dan harus melakukan kewajibannya pada keadaan tertentu. Namun yang sering
terjadi manusia sering terlupa bahwa dia selalu inginkan untuk dipenuhi hak-
haknya dari pihak lain, sementara dirinya sering tidak mau menjalankan tugas
serta kewajiban yang sudah diberikan. Harusnya jika seseorang ingin mencapai
taraf menjadi manusia yang adil dan beradab, dirinya harus dapat berbuat sebaik
mungkin seperti apa yang dia inginkan dalam hidupnya.
3. Selalu menjunjung tinggi kerukunan dalam masyarakat
Aristoteles mengungkapkan bahwa kita manusia sebagai zoon politicon, dalam
bahasa Yunani sendiri kata zoon diartikan sebagai hewan dan politicon diartikan
sebagai masyarakat. Sehingga secara harfiah arti kata zoon politicon yaitu hewan yang
bermasyarakat, sehingga secara makna ameliorasi26 arti kata zoon politicon dapat
disebut sebagai makhluk sosial. Hal yang paling utama yang harus kita junjung
tinggi yaitu terciptanya kerukunan dalam masyarakat. Kepentingan individu

25 Arti kata limitatif yang dimaksud , bahwa kebenaran yang kita ketahui saat ini sifatnya subyektif.
Sebagai contoh bahwa seseorang sebelum mengetahui bahwa seseorang yang membaca teks Proklamasi
dengan naskah aslinya yang tertulis tahun ditetapkan Djakarta, 17-8-’05, maka seseorang yang mendengar
secara spontanitas akan menganggap pembaca teks Proklamasi tersebut salah. Padahal sejatinya si pembaca
itu telah melafazkan secara benar, karena pada waktu itu indonesia masih menggunakan tahun kekaisaran
Jepang yaitu tahun 2605.
26 Ameliorasi merupakan salah satu pergeseran makna terhadap suatu kata kepada arti yang
lebih baik. Pergeseran makna itu ditujukan untuk mengungkapkan kata ataupun kalimat yang dianggap
memiliki sebutan yang kurang baik, sebagai contoh penyebutan kata “buta” menjadi “tunanetra”.

23
seringkali mengabaikan kepentingan pihak lain, jangan sesekali memaksakan
kepentingan dalam memenuhi hak kita namun kita terlupa ada hak orang lain
yang harus kita upayakan dan berikan. Coba kita bayangkan jika dalam tata
masyarakat tidak mempunyai kerukunan makan yang terjadi rakyat akan terpecah
belah, semangat persatuan tidak akan pernah terbentuk dan sudah barang tentu
karna tidak adanya semangat kebersamaan maka tujuan yang telah ditetapkan oleh
masyarakat tidak akan pernah tercapai.
4. Sadar akan kepentingan umum
Manusia hidup dengan berbagai macam kepentingan dan tujuan masing-masing.
Membutuhkan suatu sistem pengelolaan yang baik dalam mencapai visi yang
ditentukan. Sebagai upaya untuk mewujudkan visi masyarakat perlu membentuk
kesadaran bahwa hal yang paling supreme27 harus dilakukan yaitu berkaitan
dengan kepentingan umum. Kepentingan umum dapat diwujudkan jika sebagian
kepentingan individu dapat diberikan untuk umum. Masyarakat diperkotaan yang
sekarang melihat bahwa kegiatan yang sifatnya gotong-royong, perkumpulan dalam
rapat desa itu sudah tidak relevan mengingat kesibukan masing-masing dengan
peran yang dijalaninya. Secara tidak sadar jika kita merasa bahwa kegiatan gotong
royong, rembug desa dan kegiatan yang sifatnya kebersamaan itu tidak penting
maka akibatnya masyarakat setempat sulit sekali untuk memiliki rasa handarbeni28
pada lingkungannya.

C. Sila Persatuan Indonesia


Semangat yang ada dalam sila yang ketiga ini memberikan kekuatan tersendiri bagi rakyat
Indonesia. Begitu luasnya wilayah negara ini dengan banyaknya penduduk dan juga
budaya-budaya yang berbeda menjadi tantangan tersendiri untuk mewujudkan semangat
dalam mempersatukan tujuan menjadi bangsa yang besar. Sila Persatuan Indonesia
merupakan wadah terbaik yang dapat menampung dan juga sekaligus menjadi atap
yang akan melindungi segala perbedaan yang telah menjadi cirikhas bangsa ini. Seperti
kita ketahui walaupun berbeda-beda namun pada dasarnya kita masih dalam rumpun
yang sama, justru perbedaan itu tidak harus kita seragamkan hanya perlu kita satukan.
27 Kata Supreme berarti meletakkan sesuatu pada tempat yang paling tinggi dan akan dijadikan
sebagai acuan. Seperti dalam supremasi hukum maka hukum itu akan dijadikan tujuan dalam segala
perihal yang akan dilakukan dalam negara. Semua elemen-elemen yang terpapar terhadap kehidupan
bernegara wajib berdasarkan serta kembali pada hukum.
28 Pada ungkapan Mulat Sarira Hangrasa Wani, Rumangsa Melu Handarbeni, Wajib Melu
Angrungkebi, dari sepenggal pepatah jawa itu dapat kita jelaskan bahwa kata Handarbeni mengandung
makna yang begitu dalam. Yang bilamana diartikan dalam Bahasa Indonesia adalah Berani Mawas Diri,
Merasa Ikut Memiliki, Wajib Ikut Menjaga/Membela.

24
Persatuan bukan berarti penyeragaman, dengan prinsip persatuan, keanekaragaman
yang ada tidak hendak dihilangkan melainkan tetap dibiarkan hidup dan berkembang.
Perbedaan yang ada di antara berbagai suku bangsa tidak perlu ditonjolkan atau bahkan
menjadi ukuran utama dalam bertindak.29
Dalam sejarah menyatakan sebelum kita memproklamasikan diri menjadi satu
negara yang merdeka, terlihat adanya kesadaran dari beberapa golongan yang dengan
legowo30 untuk menundukkan diri dengan semangat persatuan yaitu dari golongan
religius, golongan cendekiawan dan golongan nasionalisme melebur menghilangkan
rasa egois untuk bersatu menjadi sebuah negara penuh harapan. Harapan yang ingin
dicapai sejatinya karena para golongan tadi memiliki tujuan membentuk negara yang
satu untuk dapat melindungi semua kepentingan dan mencapai kesejahteraan bersama.
Persatuan Indonesia sejatinya telah teruji dari masa ke masa terlihat kurun waktu yang
tidak singkat mulai dari bangsa ini memproklamasikan kemerdekaannya.
Semangat nasionalisme pada masing-masing individu merupakan embrio dari
adanya persatuan di negara ini. Nasionalisme merupakan sikap yang hidup dan tumbuh
dalam jiwa manusia secara alamiah untuk merasa mencintai bangsa serta mempunyai
kepedulian yang mendalam atas apa yang mungkin akan terjadi pada bangsa sendiri.
Menurut pendapat Smith, definisi nasionalisme adalah suatu gerakan ideologis yang
digunakan untuk meraih dan memelihara otonomi, kohesi, dan individualitas. Gerakan
ini dilakukan oleh satu kelompok sosial tertentu yang diakui oleh beberapa anggotanya
guna membentuk atau menentukan satu bangsa atau yang berupa potensi saja.
Sikap nasionalisme ini sudah ada dimasing-masing individu yang secara grafik
sangat berbeda. Ada yang mempunyai semangat nasionalisme rendah dan ada pula
yang mempunyai semangat nasionalisme sangat tinggi sebenarnya semua dapat dipicu
untuk menjadi lebih tinggi lagi jika ada kepedulian antara sesama. Kesemuanya harus
diarahkan untuk mencapai tujuan negara untuk membentuk kesejahteraan bagi seluruh
elemen yang menaungi negara ini. Dengan semangat itu maka harusnya kita dapat
mengantarkan negara ini untuk mempunyai peradaban yang tinggi dan menjadi bangsa
yang berklas dimata dunia.

29 Bambang Suteng Sulasmono, Dasar Negara Pancasila, Kanisius, Yogyakarta, 2015, Hlm.149
30 Arti kata legowo yaitu berasal dari bahasa Jawa yang mempunyai arti sikap batin tertentu untuk
menerima satu keadaan yang dihadapinya dengan lapang dada. Legowo dapat diartikan juga suatu pilihan:
menerima atau menolak, menerima dalam satu cara, atau dengan cara lain yang bertentangan dengan
harapan yang ingin dicapai. Dapat menerima apa yang berlaku pada dirinya dengan sabar, ikhlas dan
pasrah. Sabar, tidak mengeluh atas cobaan yang diberikan padanya. Ikhlas, lapang dada menerima cobaan
tanpa rasa emosi atau dendam terhadap sesuatu hal. Pasrah, semua akan di serahkan kepada sang pencipta
karena semua ada hikmahnya dan sesuai apa kehendak sang maha kuasa.

25
Sebagai indikator untuk dapat melihat bahwa kita memiliki sikap nasionalisme
maka sikap yang harus kita punyai antara lain:
1. Mematuhi aturan yang telah ditetapkan
Sebagai warga negara yang baik maka seharusnya kita mempunyai sifat pasif yang
bermakna kita harus tunduk dalam peraturan yang sudah disepakati bersama.
Tidak mungkin dalam kehidupan sehari-hari kita bertindak diluar aturan itu.
Apalagi kita telah memantapkan diri sebagai negara hukum maka konsekuensi dari
pilihan menjadi negara hukum harusnya kita meletakkan hukum sebagai pedoman
kehidupan yang paling tinggi.
2. Melestarikan Budaya Indonesia
Indonesia mempunyai kebudayaan yang mencirikan kehidupan dengan corak
yang unik. Sebagian dapat kita pelajari melalui semangat kegotong-royongan yang
hidup dan mempunyai fungsinya untuk memperkuat jati diri bangsa. Sebagai
hasil dari ringkasan seluruh sila yang ada dari Pancasila, semangat gotong-royong
dapat menjadi pondasi yang sangat kuat bangsa ini untuk menapaki kehidupan
selanjutnya. Gotong-royong ini telah hidup dan memungkinkan masing-masing
komponen untuk berbuat saling membantu dalam memecahkan segala persoalan
yang sedang dihadapi. Adanya globalisasi semakin kesini terlihat efek yang
ditimbulkan bahwa secara perlahan akan menggerus kebudayaan asli Indonesia.
Kita harus mau menyadari segera mungkin, jika kita tidak tanggap bahwa segala
perubahan global yang begitu cepat bisa jadi akan merusak bahkan menghilangkan
budaya yang merupakan warisan asli dari para pendahulu kita.
3. Selalu berinovasi serta mencintai produk dalam negeri.
Kata inovasi mempunyai arti akan terus berusaha menciptakan pembaharuan-
pembaharuan diseluruh sektor yang ada. Karena kita menyadari, kita tidak bisa
hanya berdiam diri sedangkan di luar sana seluruh negara berlomba-lomba untuk
menjadi negara yang maju. Namun keadaan yang berkembang saat ini justru
terlihat daya dukung masyarakat terhadap produk bangsa sendiri sangat rendah.
Hal ini dapat kita analogikan pada diri kita dan orang-orang di sekitar bukankah
terlihat bahwa kita lebiih bangga menggunakan produk asing hanya ingin terlihat
keren. Seperti dalam berpakaian kita saja terkadang malu dengan memakai
pakaian lokal yang tidak mempunyai brand terkenal. Harusnya kita berkaca pada
negara lain yang maju secara pesat seperti negara Korea Selatan, mereka bangga
dengan menggunakan produk dalam negeri mereka sendiri sebagai contoh mereka
menggunakan mobil hasil karya sendiri yaitu hyundai. Yang berbeda justru terlihat
bahwa produk hyundai dipakai hampir mayoritas penduduk di Korea Selatan dan

26
secara kualitas produk hyundai yang dipakai di negara mereka sendiri memiliki
kualitas yang lebih tinggi dibandingkan unit yang di jual atau dipasarkan ke negara
lain (ekspor).
4. Berpartisipasi dalam menjaga kedaulatan negara
Kedaulatan negara mempunyai arti penting bagi bangsa ni, karena sesungguhnya
bangsa merdeka adalah bangsa yang mempunyai kedaulatan terhadap
pemerintahannya. Kedaulatan itu harus dimiliki secara penuh, artinya tidak ada
kekuatan maupun kekuasaan lain yang berani mempengaruhi bangsa ini. Merdeka
tidak hanya secara dejure saja, namun merdeka dapat diartikan merdeka secara
ekonomi, merdeka secara politik dan merdeka secara menyeluruh. Merdeka secara
ekonomi dapat kita lihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang baik, tingkat
kesejahteraan rakyat untuk tercukupi segala kebutuhan dasarnya. Merdeka secara
politik dapat dimaknai tidak ada campur tangan pihak lain atau negara lain dalam
pemerintahan yang ada di Indonesia, bangsa ini merupakan bangsa yang besar dan
sudah dapat dikategorikan sebagai bangsa yang dewasa dan jangan sampai secara
langsung maupun dengan cara tidak langsung ada pengaruh dari bangsa lain dalam
mempengaruhi kedaulatan bangsa sendiri. Sedangkan merdeka secara menyeluruh
artinya baik pemerintahan ataupun semua rakyat sebagai unsur negara harus dapat
merasakan kemerdekaan secara nyata. Tidak ada penindasan dalam bentuk apapun
kepada rakyat. Rakyat harus terlindungi hak-hak pribadi, merasa nyaman dan
aman dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

D. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat


Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
Negara Indonesia dengan begitu banyaknya jumlah penduduk serta memiliki
keanekaragaman yang dipunyainya. Keanekaragaman itu dapat dimulai dari suku yang
begitu banyaknya Jawa, Mingangkabau, Badui, Batak, Bali, Toraja, Suku Papua dan
begitu banyak lagi yang ada di negara ini. Begitu pula keanekaragaman bahasanya hingga
budaya yang sangat berbeda antara satu dan yang lainnya. Kasanah perbedaan yang telah
hidup di Nusantara31 ini jika tidak dikelola dan di rawat secara baik akan menimbulkan
31 Nusantara merupakan istilah yang sering dipakai untuk menggambarkan wilayah kepulauan
yang membentang dari kawasan Sumatra sampai pada Papua, yang sekarang sebagian besar merupakan
wilayah negara Indonesia. Kata ini tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa Jawa Pertengahan (abad
ke-12 hingga ke-16) untuk menggambarkan konsep kenegaraan yang dianut Majapahit. Dalam Kitab
Negarakertagama mencantumkan wilayah-wilayah “Nusantara”, yang pada masa sekarang dapat dikatakan
mencakup sebagian besar wilayah modern Indonesia (Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, sebagian
Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya, sebagian Kepulauan Maluku, dan Papua Barat) ditambah wilayah
Malaysia, Singapura, Brunei dan sebagian kecil Filipina bagian selatan.

27
perpecahan dan rusaknya bangsa ini. Ibarat kata salah rawat seseorang akan tumbuh dan
berkembang menjadi perusak. Keistimewaan yang dimiliki oleh Indonesia menjadikan
iri negara negara lainnya karena mempunyai sumber daya alam dan keanekaragaman
yang dapat membentuk kebudayaan yang bernilai. Maka dari itu dari zaman dahulu
wilayah indonesia dianggap sebagai wilayah yang strategis yang dijadikan obyek bagi
bangsa lain untuk di jajah baik secara fisik ataupun penjajahan secara ekonomi.
Berbicara membentuk sistem kerakyatan yang dapat mengangkat nilai Pancasila di
dalamnya harus melalui proses yang panjang. Namun usaha yang akan ditempuh secara
berliku itu harusnya dapat menghasilkan sebuah karya bangsa yang dapat dipandang
baik bagi bangsa lain. Dalam pengelolaan kehidupan berbagsa dan bernegara kita tidak
pernah lepas untuk membicarakan peran seorang pemimpin. Pemimpin yang dapat
mengayomi rakyatnya serta dapat mewujudkan apa yang akan dikehendaki. Seorang
pemimpin harus mampu merepresentasikan rakyatnya melalui kebijakan yang dibuat
dan melaksanakan guna mewujudkan setiap angan. Namun tak selalu mendapatkan
pemimpin yang dapat mewakili segala kepentingan rakyatnya apalagi dengan rakyat
yang memiliki budaya berbeda yang juga akan mempengaruhi cara berpikir mereka.
Perbedaan itu telah disampaikan sebelumnya karena terbentuk dari perbedaan wilayah.
Indonesia yang dijuluki sebagai negara kepulauan sudah pasti terdiri dari banyak pulau-
pulau yang di diami oleh penduduknya sehingga terpisah secara daerah administratifnya.
Tantangan yang dimiliki bangsa ini sesungguhnya menjadi kelebihan dalam
pembentukan karakter bangsa. Sistem kehidupan bernegara harus dirumuskan
melalui pemerintahan yang dipimpin oleh pemimpin yang selalu ingin mewujudkan
kesejahteraan melalui konsensus pada sistim permusyawaratan perwakilan. Yang dalam
hal ini memberikan arti bahwa seorang figur pemimpin hanya sebagai wakil yang
mempunyai kewajiban untuk menyuarakan keinginan rakyatnya. Setelah keinginan
rakyat disuarakan maka dia juga berkewajiban untuk bertindak demi terwujudnya
kepentingan rakyatnya itu. Musyawarah sebagai salah satu pengambilan keputusan yang
ada di negara ini sangat efektif digunakan dalam menentukan segala keputusan yang
berpengaruh untuk masyarakat luas. Terkadang kendala yang dihadapi adalah terdapat
kepentingan individu yang sulit untuk dihilangkan demi kepentingan umum. Untuk
menciptakan negara kesejahteraan dengan situasi yang damai, setiap individu harus
menurunkan egoisme.
Kepemimpinan dengan penuh kebijaksanaan juga akan menjadikan semangat
warganya untuk selalu peduli terhadap perkembangan negara. Dalam mewujudkan
kepemimpinan yang bijaksana dapat terlihat indikasi keberhasilannya jika dapat
bertahan dalam kurun waktu tertentu. Misalnya kepemimpinan di zaman orde baru
oleh presiden Soeharto yang berjalan selama tigapuluh dua (32) tahun lebih. Walaupun

28
di akhir kepemimpinan presiden Soeharto mengalami pertentangan dari rakyat
karena presiden waktu itu dianggap sebagai koruptor yang menghianati kepercayaan
rakyatnya namun secara faktanya beliau mampu menghantarkan bangsa ini kepada
taraf peningkatan ekonomi yang signifikan. Banyak program-program yang diinisiasi
mengalami keberhasilan seperti program keluarga berencana (KB), program mina padi,
serta Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (eka prasetya pancakarsa) sebagai
salah satu pedoman yang sukses dalam mensosialisasi Pancasila.
Kepercayaan masyarakat pada seorang figur pemimpin dibentuk dengan waktu
yang cukup lama dan bertahap. Yang terjadi saat ini banyak masyarakat justru mempunyai
sikap apatis kepada figur kepemimpinan. Karena kenyataan yang terjadi janji-janji yang
diteriakkan dan disampaikan masa kampanye tidak seluruhnya dapaat terwujud pada
tataran pelaksaan ketika telah terpilih menjadi seorang pemimpin. Semakin ke sini sikap
ketidakpedulian pemimpin kepada nasib rakyatnya semakin kentara karena beberapa
dianggaap posisi pemimpin menjadi sebuah ladang untuk mencari profesi serta
mengeruk kekayaan negara. Padahal sebenarnya yang terjadi kekayaan yang diambil
tidak lain adalah kekayaan yang dipungut dari keringat rakyat. Potret keadaan bangsa
yang demikian akan secara tidak langsung mengubah kepercayaan rakyat sehingga
tingkat kepercayaan rakyat pada entitas yang disebut negara akan menurun.
Selanjutnya kita akan berbicara bagaimana solusi yang terbaik untuk mewujudkan
sistem kerakyatan yang penuh dengan musyawarah dan kebijaksanaan. Kita mau tidak
mau harus segera merubah sistem bernegara kita dalam mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Hak yang paling utama kita harus membenahi sistem elektoral kita dalam
memilih figur seorang pemimpin. Sistem pemilihan pemimpin yang masih sarat dengan
kecurangan, moneypolitic, manipulasi, tawar menawar jabatan harus segera dihilangkan.
Ciptakan sistem yang benar-benar dapat menciptakan pemilihan yang bersih sehingga
orang-orang yang terpilih merupakan orang yang mempunyai kualitas terbaik. Tidak
akan pernah ada yang namanya negara bersih tanpa adanya pemimpin yang bersih. Dan
pada hakikatnya tidak akan pernah tercipta sistem good governance tanpa adanya clean
governance.

E. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Sebagai sila terakhir yang mempunyai nilai filosofis tinggi yang sulit sekali untuk
dilakukan dalam kehidupan ini secara individu ataupun secara kehidupan sosial.
Manusia ingin selalu diberlakukan adil pada setiap kesempatan dan keadaan namun
terkadang mereka tak dapat memberlakukan pada manusia lain. Adil tak selalu
bermakna melakukan atau memberikan sesuatu yang sama kepada satu orang dan

29
kepada lain orang, namun memberikan atau memberlakukan hal yang sesuai pada
takaran dan kebutuhan pada seseorang tertentu. Jika keadilan dihubungkan pada
konsep pengelolaan negara dapat diartikan setiap pembuat kebijakan, setiap pelaksanaan
kebijakan harus mampu menciptakan kesetaraan, kesamaan kebutuhan kepada seluruh
rakyat. Dalam hal kedudukan hukum misalnya, setiap orang mempunyai hak yang
sama dihadapan hukum. Hukum tidak boleh tebang pilih antara yang kaya dan yang
miskin, antara yang mempunyai kekuasaan dan jauh dari kekuasaan. Pada kenyataannya
berlakunya hukum terkadang jauh dari nilai keadilan bagi orang yang tidak memiliki
akses atau kekuatan baik materi maupun kedudukan. Hukum terkadang tak membela
rakyat yang rendah maka terciptanya jargon “hukum tajam ke bawah dan tumpul ke
atas” mempunyai makna bahwa berlakunya hukum dalam mengatasi permasalahan bagi
orang yang miskin selalu ditekan dan selalu dapat menjerat kaum yang lemah, namun
hukum memiliki daya jerat sangat lemah jika diberlakukan pada orang yang kaya atau
mempunyai kedudukan.
Sebagai negara yang menjunjung tinggi falsafah bangsa Indonesia yang dalam
hal ini merujuk pada sila kelima yang bermakna pelaksanaan keadilan harus selalu
mengupayakan hal itu dapat terwujud. Keadilan yang ingin dicapai misalnya jika bangsa
ini ingin mewujudkan keadilan dalam bidang ekonomi maka seluruh rakyat Indonesia
berhak terpenuhi kebutuhan hidup minimal kebutuhan sandang, pangan dan papan.
Kebutuhan dasar itu harus terpenuhi walaupun tidak dapat mencukupi kebutuhan itu
secara lebih, paling tidak kelayakan kebutuhan itu terpenuhi pada standar minimal.
Kenyataannya yang terjadi masih banyak rakyat Indonesia yang tidur di kolong
jembatan, trotoar dan banyak juga yang makan dengan cara mengais ditempat yang
jauh dari kata layak.
Alasan pembenar seperti apa yang akan dipakai bangsa ini, dengan kekayaan alam
yang melimpah, dengan kebudayaan dan karya yang begitu banyaknya dan wilayah
yang begitu strategis belum mampu memberikan kecukupan kebutuhan bagi rakyatnya.
Apakah ada yang salah dengan para pengelola negara ini, atau sistem yang kurang
tepat dan mungkinkah masih banyak orang yang tidak menempatkan pada posisi dan
mengambil hak orang lain. Semua kemungkinan itu masih sangat banyak ditemukan di
negara ini. Ketidakpedulian kita untuk terus memperbaiki keadaan ini semakin ke sini
semakin memburuk, terlihat masih banyak korupsi diberbagai instansi walaupun komisi
anti rasuah masih berdiri namun korupsi masih merajalela. Dalam upaya memperbaiki
bangsa ini menuju bangsa yang baik tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah
saja, semua pihak dan kita sebagai rakyat harus mendukung mewujudkan cita-cita
tersebut.

30
Masih berbicara pada keadilan bagi rakyat tentang kehidupan ekonomi dapat
ditemukan contoh banyak tenaga guru honorer yang belum mendapatkan upah yang
layak. Hal ini sangat bertolak belakang dengan misi negara ini untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, bagaimana kecerdasan bangsa dapat tercapai jika tingkat ekonomi
pendidik sangat kurang. Kalau kita lihat bukan negara ini tak mampu untuk
mengupayakan dalam peningkatan pendapatan guru namun tidak adanya kemauan
untuk memperbaiki. Jika keadaan ini terus dipertahankan maka keadaan pendidikan
akan terus seperti ini, tidak akan mampu menembus titik yang cemerlang. Paling tidak
sebagai bentuk memberikan keadilan ekonomi bagi mereka harus kita upayakan menuju
kecukupan pendapatan sehingga kualitas dan mutu pengajaran dapat maksimal.
Keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila yang mendahuluinya, merupakan
tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara yang perwujudannya ialah tata masyarakat
adil makmur berdasarkan Pancasila.32 Masih banyak rakyat yang menagih janji keadilan
bagi seluruh rakyat indonesia. Keadilan selalu dapat tercipta jika pemimpin tidak salah
melangkah dan selalu berupaya mewujudkannya. Pembangunan infrastruktur guna
mengejar kemajuan ekonomi terkadang harus mengabaikan hak masyarakat. Hak
masyarakat yang seperti apa, misalnya dalam hal pembangunan infrastruktur jalan TOL
banyak menggusur pemukiman warga. Banyak warga harus pindah rumah dan harus
kehilangan mata pencahariannya. Belum lagi mengenai dampak kerusakan lingkungan
dipangkasnya gunung-gunung dan menghilangkan tanah ladang pertanian. Apakah
pembangunan infrastrukur tersebut sudah memperhatikan keadilan lingkungan.
Padahal lingkungan ini memberikan manfaat bagi kehidupan yang menyediakan fasilitas
hidup seperti udara bersih, bebas dari banjir dan bencana alam. Akibat tidak cermatnya
pembangunan dan kurang matangnya persiapan pembangunan mengakibatkan
kerusakan lingkungan dimana-mana. Bary Commoner dalam bukunya “ The Closing
circle” juga menyebutkan bahwa pembangunan yang menggunakan teknologi canggih
merupakan salah satu kegiatan yang menciptakan kerusakan lingkungan. Maka dari itu
perlu diperhatikan dan dikaji secara baik dalam melakukan pembangunan infrastruktur
walaupun untuk tujuan mengejar kemajuan sehingga keadilan lingkungan bagi rakyat
dapat terpenuhi.

32 Darji Darmodiharjo dkk., Santiaji Pancasila Suatu Tinjauan Filosofis, Historis dan Yuridis
Konstitusional, Usaha Nasional, Surabaya, 1991, Hlm.46-47

31
BAB IV
PENERAPAN PANCASILA DALAM PRIBADI

Kompetensi Dasar :
Setelah mengikuti pokok bahasan dalam BAB IV pembaca diharapkan mampu
menerapkan nilai Pancasila ke dalam kehidupan sehari-hari.

Materi yang di bahas dalam BAB IV:


1. Menciptakan Jiwa Pancasila
2. Pancasila dan Generasi milenial
3. Penerapan Pancasila Dalam Pribadi

A. Menciptakan Jiwa Pancasila


Manusia memiliki kodrat hidup untuk menentukan pilihan dalam menjalankan
peran kehidupannya. Karakter yang ingin diperankan itu membawa manusia menjadi
bermakna karena dapat menciptakan manfaat bagi kehidupan orang lain, atau menjadi
petaka karena membuat kerusakan di muka dunia. Dalam sub bab ini khusus akan
dibahas mengenai bagaimana membentuk jiwa yang selaras dengan prinsip Pancasila.
Sebenarnya bukan sesuatu hal yang sulit untuk membangun jiwa yang memiliki
kepribadian Pancasila. Pancasila dirumuskan dari kebudayaan yang tumbuh subur
alami dari nilai-nilai kehidupan yang ada di nusantara ini. Maka dari itu jiwa Pancasila
ini sebenarnya telah ada pada masing-masing manusia yang memiliki darah nusantara.
Sebagai batu uji misalnya untuk melihat rasa persatuan dan kesatuan yang sejalan
dengan prinsip pada sila ketiga Pancasila. Seseorang akan mempunyai jiwa persatuan
dan merasa senasib sejiwa Indonesia jika kita berada diluar negeri, dan saat itu bertemu
dengan orang Indonesia kita akan merasakan orang itu bagian dari keluarga kita dan rasa
persatuan akan tumbuh dan terasa.
Manusia yang mempunyai jiwa Pancasila akan dapat melalui kehidupan dengan
mudah, dapat mengatasi segala permasalahan dengan prinsip hidup yang dipunyainya
dan dapat menjadi manusia yang mempunyai peran dalam menciptakan kebaikan
di dunia ini. Jiwa Pancasila tidak akan pernah menginginkan perpecahan karena
perpecahan tidak sejalan dengan pemikiran yang dimiliki. Selalu ingin mengupayakan
kebaikan untuk menciptakan kehidupan yang damai karena kedamaian akan
menjadikan kehidupan berbangsa ini lebih mudah mencapai tujuan yaitu menciptakan
kesejahteraan bersama. Kesejahteraan tidak akan tercipta jika manusia saling mengejar
kepentingan individu. Manusia yang hanya mengejar kepentingan individu tak pernah
peduli sekalipun manusia lain sedang mengalami kesulitan. Bagaimana kesejahteraan
dapat terwujud karena jika kita mengejar kepentingan individu sudah barang tentu akan
mengabaikan kepentingan bersama.
Kebaikan yang ingin selalu diciptakan oleh jiwa dengan prinsip Pancasila menjadi
modal dasar dalam membentuk negara yang ideal. Jiwa Pancasila selalu inginkan
kebersamaan dan menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan yang merupakan
modal utama sebagai pondasi yang kuat membangun negara yang kuat. Negara yang
kuat dapat tercipta dengan modal persatuan masyarakatnya karena dengan persatuan
akan dapat menepis ideologi yang mungkin akan mencoba mempengaruhi Ideologi
bangsa ini. Ideologi Pancasila merupakan suatu karya pemikiran yang luar biasa karena
dapat menghidupkan jiwa rakyat Indonesia untuk bersama-sama menjalani kehidupan
berbangsa dengan prinsip filosofis yang telah ditentukan itu. Pengaruh yang besar jika ada
ideologi asing yang berusaha melunturkan pola pandang manusia jika tidak mempunyai
prinsip yang kuat. Pancasila menjadi sumber cahaya bagi seluruh bangsa Indonesia dalam
membangun peradaban bangsanya di masa-masa selanjutnya. Dalam membangun
bangsa, Pancasila merupakan sumber energi sebagai kekuatan dan sekaligus sebagai
pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, menjadi alat pemersatu membangun
kerukunan berbangsa, dan sebagai pandangan hidup sehari-hari bagi bangsa Indonesia.33
JIwa Pancasila memiliki cara pandang dalam menghadapi kehidupan yang bersifat
dinamis, yakni: 1) Mempunyai ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai satu-
satunya tempat berlindung; 2) Selalu ingin menciptakan kebaikan dalam kehidupan
untuk mencapai kesejahteraan bersama; 3) Memiliki orientasi bahwa kehidupan ini
adalah karunia dari tuhan yang sangat indah patut untuk dijaga dan dinikmati dengan
segala syukur; 4) Berusaha menghilangkan segala bentuk perselisihan guna menciptakan
kedamaian hidup; 5) mengupayakan kebersamaan dalam menjalani kehidupan untuk
mewujudkan tujuan hidup; 6) melestarikan kebudayaan yang hidup secara alamiah
sebagai warisan nenek moyang pendahulu bangsa; 7) menjaga keseimbangan lingkungan
dan alam sebagai tempat tinggal manusia yang memiliki keterbatasan daya topang untuk
kita.
Nilai-nilai pancasila sesungguhnya telah bersemayam dan berkembang dalam
hati sanubari dan kesadaran bangsa Indonesia. Hanya saja saat ini pergeseran nilai-
nilai pancasila kian dirasakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyaknya
33 Ida Bagus Brata, Ida Bagus Nyoman Wartha, Lahirnya Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa
Indonesia, Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 7, Nomor 1, Januari 2017, Hlm. 121

34
problematika yang dihadapi oleh Indonesia, mengharuskan kepada kita untuk
reaktualisasi kembali nilai-nilai ideologi negara Indonesia.34 Sebagai solusi untuk menjadi
manusia yang tangguh dan memiliki kepribadian yang kuat untuk menghadapi segala
perubahan dan perkembangan zaman sehingga tidak melunturkan karakter bangsa.
Bangsa Indonesia terkenal memiliki karakter yang baik jangan sampai terkontaminasi
dengan kebudayaan yang tidak sejalan dengan kebudayaan asli. Namun jika kita lihat
lebih jelas lagi, tampak pada generasi muda saat ini untuk mewujudkan karakter yang
sejalan dengan prinsip Pancasila harus dengan upaya yang serius mengingat zaman
globalisasi ini memberikan pengaruh budaya asing yang semakin mudah untuk sampai
kepada pemikiran generasi muda Indonesia dengan kebebasan informasi pada dunia
maya. Hal itulah yang menjadi tantangan paling berat saat ini untuk menciptakan
generasi milineal dengan semangat Pancasila.

B. Pancasila dan Generasi milenial


Generasi milienial atau yang sering kita kenal dengan generasi Y (menurut teori William
Straus dan Neil Howe) yang berumur antara 18–36 tahun, generasi ini tergolong
masuk pada usia produktif. Generasi yang akan memainkan peranan penting dalam
kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Keunggulan generasi ini memiliki
kreativitas tinggi, penuh percaya diri serta terkoneksi antara satu dengan lainnya karena
mereka hidup pada dunia digital teknologi. Namun, karena hidup di era yang serba
otomatis, generasi ini cenderung menginginkan sesuatu yang serba instan dan sangat
gampang dipengaruhi.35 Kalau jaman dahulu perang yang dilakukan identik dengan
perang melalui kontak fisik persenjataan yang nyata, saat ini perang lebih sering melalui
cyber war. Kesibukan sehari-hari banyak yang menghabiskan waktunya dengan dunia
maya untuk bisnis online, gaming, chatting dan kegiatan lain melali media online.
Pada zaman milenial ini kita dituntut untuk berfikir kreatif, inovatif dan serba cepat.
Perkembangan teknologi mau tidak mau harus kita ikuti, jika tidak maka kita akan merasa
asing dan menjadi tertinggal dengan orang lain. Misalnya dalam dunia bisnis, teknologi
online sangat berpengaruh dan merubah konsep bisnis dari konvensional kepada bisnis
online yang serba memudahkan baik pelaku bisnis dan konsumen. Dulu banyak toko,
pedagang ritel & pusat perbelanjaan namun zaman sekarang untuk menjadi pengusaha
tidak harus memiliki toko karena kita hanya menjual atau memposting barang dagangan

34 Nabella Puspa Rani, Reaktualisasi Pancasila Sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme, Fikri, Vol. 2,
No. 2, Desember 2017, Hlm. 346
35 Nilai-Nilai Pancasila bagi Generasi Milenial di Zaman Now, Mayjen TNI Joni Supriyanto
Panglima Kodam Jaya/Jayakarta, https://mediaindonesia.com/read/detail/163965-nilai-nilai-pancasila-
bagi-generasi-milenial-di-zaman-now

35
melalui website ataupun media online sekalipun media sosial lainnya. Kita lihat berapa
banyak pusat perbelanjaan yang gulung tikar (bangrut) karena adanya bisnis online ini.
Perkembangan zaman ini harus kita ikuti dan pelajari agar dapat mencari peluang untuk
dapat bertahan pada setiap perkembangannya. Masih ingat juga kita di era tahun 90an
banyak pengusaha warung telekomunikasi (wartel) yang menyediakan jasa telepon bagi
masyarakat, namun harus hilang termakan zaman karena teknologi telepon genggam/
telepon seluler (ponsel) telah berkembang dan menjadi primadona bagi masyarakat
karena teknologi hadir memberi kemudahan untuk mereka.
Peran generasi muda saat ini terlihat dengan banyaknya karya hasil dari kreativitas
berpikir yang tidak pernah disangka sebelumnya justru memuat peradaban baru. Aplikasi
gojek yang berkembang besar memberikan kontribusi bagi perubahan dari sektor bisnis.
Siapa yang menyangka sesosok muda Nadiem Makarim yang berhasil menciptakan
aplikasi berbasis digital merubah pola pikir masyarakat dari menggunakan jasa ojek
konvensial menjadi ojek online yang selalu dikembangkan hingga menjadi aplikasi yang
dapat menyediakan jasa pengantar makanan hingga jasa keperluan rumah tangga. Dari
karya anak bangsa ini juga membuka peluang kerja bagi jutaan orang orang. Hingga
karena karya Nadiem yang berdampak besar merubah kebiasaan masyarakat ini dilihat
memberikan dampak positif maka sosok Nadeim diangkat menjadi menteri pendidikan
dan kebudayaan pada pemerintah Joko Widodo jilid kedua. Harapan pemerintah
nadiem dapat memberikan perubahan bagi sistem pendidikan untuk mencapai
kemajuan bangsa Indonesia.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, peran pemuda sangat signifikan dalam
mengawal peristiwa penting yang terjadi di Indonesia. Pemuda diharapkan mampu
menegakkan sendi kehidupan bangsa ini. Kecerdasan pemuda selalu dinanti untuk
membangun peradaban serta sikap kritis dan kepekaan pemuda dibutuhkan untuk
mendirikan bangunan kebangsaan yang kukuh.36 Tuntutan zaman yang telah berubah
cepat memberikan efek bagi pembentukan karakter generasi milenial yang sebenarnya
menjadi generasi yang mempunyai peran penting bagi bangsa ini. Jiwa yang kreatif
karena didukung usia yang masih sangat produktif, mempunya pemikiran kritis dan
cakap dalam memberikan tanggapan pada setiap perkembangan bangsa. Akan tetapi
karena teknologi yang semakin canggih, media informasi online yang dirasa lebih dekat
dengan kehidupan generasi milenial ini dapat menciptakan karakter yang individualistik,
lebih cenderung menghabiskan waktu untuk menggeluti dunia online melalui internet.
Waktu untuk berinteraksi secara sosial sangat kurang, maka dari itu terbentuk pribadi
yang cenderung tidak peduli atau tidak mempunyai sikap empati kepada orang lain.
36 Mohammad Takdir Ilahi, Nasionalisme Dalam Bingkai Pluralitas Bangsa Paradigma
Pembangunan dan Kemandirian Bangsa, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2017, Hlm. 44

36
Salah satu kelemahan dari kemajuan teknologi yang dekat dengan kehidupan
milenial ini akan menghilangkan rasa kepedulian pada kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kehangatan bermasyarakat hampir sulit didapatkan karena dengan
teknologi yang berkembang saat ini dianggap telah dapat mengganti peran orang lain
sebagai teman interaksinya. Orang lebih terkesan sibuk untuk mencari posisi masing-
masing dan lebih senang dengan memenuhi kebutuhan individu. Namun keadaan
yang demikian memang tidak dapat dihindarkan lagi. Pengaruh globalisasi yang
semakin cepat menuntut kita untuk menyesuaikan. Kemudahan yang dijanjikan dari
kecanggihan teknologi terkadang juga menuntut manusia untuk menjadi orang yang
bersifat hedonistik. Walaupun demikian terkadang manusia tidak peduli sebagai contoh
orang akan rela membayar mahal untuk tetap duduk dengan nyaman di rumah sambil
menanti kiriman makanan yang dipesan melalui aplikasi online meskipun dia harus
mengeluarkan ongkos yang lebih mahal dari pada dia harus pergi ke warung makan.
Salah satu cara dalam menanamkan jiwa Pancasila pada generasi muda atau
milenial ini dengan mengikut sertakan mereka dalam menerapkan dan menyebarkan
nilai-nilai Pancasila melalui media sosial. Misalnya, membuat konten-konten sederhana
yang mempunyai nilai positif yang dapat mencerahkan para pengguna lainnya. Generasi
muda harus mulai membiasakan diri menjalankan pikiran dan memainkan jemarinya
untuk berkreasi agar menghasilkan karya yang kreatif dan menarik dengan memasukkan
nilai Pancasila. Banyak pula kegiatan positif yang dilakukan dengan memanfaatkan
kecanggihan teknologi misalnya membantu dalam kegiatan bagi kemanusiaan seperti
penggalangan dana untuk korban bencana, bakti sosial atau pembangunan tempat
ibadah. Cara yang demikian ini sangat efektif dalam menanamkan nilai Pancasila di era
milenial seperti saat ini. Jiwa mudah lebih cenderung mudah terpengaruh jika memang
hal itu dapat menjadi viral (terkenal) di internet.

C. Penerapan Pancasila dalam Pribadi


Nilai dalam setiap sila Pancasila memberikan makna filosofis yang berfungsi mendorong
manusia untuk dapat memahami, menghayati dan mengamalkan pada kehidupannya.
Implementasi Pancasila harus datang dan timbul dari masyarakat sendiri, yang berarti
bahwa Pancasila dibutuhkan sebagai pegangan hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.37 Cara bertindak, bertingkah laku yang berjiwa Pancasila harus berlandaskan
pada prinsip yang ada. Pemahaman terhadap nilai yang terkandung dalam Pancasila
tidak begitu saja dapat diterima atau dimengerti oleh manusia namun terkadang

37 Soeprapto, Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara,


Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. X Nomor (2)Agustus 2005, Hlm. 24

37
membutuhkan proses perenungan yang panjang. Maka dari itu perlu adanya usaha
untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita bersama itu. Manusia memiliki
keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang terbaik bagi dirinya, dan idealnya kita
harus melakukan kebaikan untuk kehidupan yang lebih luas. Pancasila sebuah rumusan
yang sangat pas yang dapat dijadikan landasan berpikir, bertindak sehingga kita tidak
pernah dibutakan arah menjalani kehidupan. Begitu banyak tantangan hidup terkadang
memberikan pemahaman bagi manusia untuk melakukan segala cara yang dianggap
benar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun secara umum, secara moral
yang telah ditentukan dalam masyarakat tertentu apa yang kita anggap benar itu
menyalahi aturan yang dibuat. Secara psikologis manusia akan memiliki egoisme etis
yang menuntut orang untuk berpikir bahwa saya benar. Egoisme etis inilah yang jika
bersinggungan dalam kehidupan sosial yang sifatnya luas akan menyebabkan gesekan
kepentingan.
Lalu penerapan Pancasila dalam pribadi manusia dapat dilakukan melalui beberapa
cara yakni dengan: 1) Sila Ketuhanan yang maha esa dijadikan landasan keyakinan; 2)
Sila kemanusian yang adil dan beradab dijadikan pedoman berperilaku; 3) Sila persatuan
Indonesia dijadikan kekuatan bernegara; 4) Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan digunakan sistem mengelola negara;
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dijadilan tujuan hidup bernegara. Untuk
memperoleh pandangan yang lebih jelas mengenai kelima cara dalam menerapkan
Pancasila dalam pribadi manusia akan dijelaskan dalam paragraf selanjutnya.
Sila Ketuhanan yang maha esa dijadikan landasan keyakinan. Keyakinan manusia
terhadap keberadaan Tuhan masing-masing berbeda tergantung sinkronisasi pikiran
dan hati. Keyakinan ini berfungsi menuntun manusia dalam menjalani kehidupan
serta menjadi rem bagi manusia jika ingin melakukan hal keburukan. Keyakinan juga
membuat manusia mempunyai sikap religius sebagai bentuk penguat dalam jiwanya
ketika menghadapi setiap ujian hidup. Disitulah manusia berkontemplasi meminta
jawaban atas semua permasalahan duniawi. Dalam diri manusia memiliki keyakinan
bahwa dia percaya kepada satu Tuhan yang telah menciptakannya hadir di dunia yang
selalu mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan. Disinilah sejatinya fungsi dari kita
meyakini akan keEsaan Tuhan yang memberikan kemantapan pada diri kita untuk
menjalani hidup dan selalu berbuat baik untuk diri sendiri dan untuk manusia lain serta
alam.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab dijadikan pedoman berperilaku. Sebagai
manusia yang secara kodrati tidak dapat hidup sendiri karena membutuhkan bantuan
dari manusia lainnya. Untuk dapat menjadi manusia yang adil dan beradab kita harus

38
mampu memberlakukan orang lain seperti apa kita ingin diberlakukan orang lain.
Misalnya kita ingin diperlakukan baik oleh orang lain sudah barang tentu kita harus
memberlakukan orang lain secaara baik pula. Dalam kehidupan ini kita tidak dapat
memberlakukan orang lain semena-mena dan berusaha berbuat adil tanpa memandang
suku, agama, keyakinan ataupun perbedaan cara pandang. Nilai keadilan akan
memberikan batasan pada tuntutan masing-masing individu untuk menekan egoisme
diri. Seseorang dikatakan beradab jika dirinya mampu mematuhi aturan yang sudah
disepakati dalam masyarakat dan tidak bertingkah laku yang menyimpang dari aturan
tersebut.
Sila persatuan Indonesia dijadikan kekuatan bernegara. Negara Indonesia yang
terdiri dari beribu pulau serta berjuta keanekaragaman harus dikelola berdasarkan
prinsip persatuan dan kesatuan. Tanpa adanya prinsip itu potensi perpecahan akan
terjadi dan berdampak pada disintegrasi bangsa. Walaupun telah disadari bahwa nilai
persatuan ini memberikan energi yang kuat bagi rakyat Indonesia tidak sedikit upaya dari
pihak asing atau lain berusaha ingin memecah belah bangsa ini. Cara yang ideal untuk
meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan adalah dengan memberikan sugesti kepada
rakyat melalui diskusi, acara kebangsaan, lokakarya, seminar dan bentuk kegiatan lain
yang mendukung. Upaya untuk mewujudkan semangat persatuan harus didukung oleh
seluruh lapisan masyarakat.
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan digunakan sistem mengelola negara. Masyarakat selalu menginginkan negara
ini hadir di dalam kehidupannya. Bentuk tanggung jawab dari negara yakni memberikan
hak pada rakyatnya serta menjamin terpenuhinya kebutuhan mereka. Sehingga dalam
mewujudkan pengelolaan negara yang penuh hikmah maka harus dipilih seorang
pemimpin yang memiliki kebijaksanaan. Pemimpin dalam hal ini presiden dalam
menentukan kebijakan harus melalui permusyawaratan rakyatnya. Presiden tidak boleh
memimpin secara diktator tanpa memperhatikan hak-hak rakyat. Untuk menghindari
pemimpin yang sewenang-wenang Indonesia merepresentasikan suara rakyatnya
melalui lembaga perwakilan yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) yang dibentuk untuk
mengawasi kerja Presiden agar tidak menyimpang.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dijadilan tujuan hidup bernegara.
Pada akhirnya tujuan yang paling idiil dari terbentuknya sebuah negara adalah mencapai
kesejahteraan bangsa yang dijalankan pada prinsip keadilan. Kesejahteraan itu harus
diciptakan dan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Walaupun hal itu
secara fakta sangat sulit dilakukan atau menjadi sesuatu hal yang mustahil setidaknya
memberikan semangat bagi kita untuk selalu berupaya mewujudkan kesejahteraan.

39
Standar minimal bentuk kesejahteraan rakyat dengan terpenuhinya kebutuhan pokok
yakni sandang, pangan dan papan. Bentuk pertanggungjawaban negara untuk memenuhi
kebutuhan itu masih belum terlihat sukses karena masih ditemukan gelandangan,
pengemis, anak-anak terlantar, keluarga yang tinggal dipemukiman kumuh tanpa
adanya alas hak. Sebagai negara yang sangat kaya dengan sumber daya baik sumber daya
alam dan sumber daya manusia hal ini menjadi suatu bentuk ironi tersendiri. Terlihat
bangsa ini masih gagal untuk mengelola potensi yang ada secara efektif dan mandiri.

40
BAB V
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

Kompetensi Dasar :
Setelah mengikuti pokok bahasan dalam BAB V pembaca diharapkan dapat
memahami mengenai konsep Pancasila sebagai ideologi bangsa.

Materi yang di bahas dalam BAB V:


1. Ideologi di beberapa negara
2. Pancasila sebagai ideologi Bangsa
3. Pancasila dalam pandangan politik

A. Ideologi di Beberapa Negara


Ideologi berasal dari kata idea yang berarti bahasa Yunani “idea” yang berarti mengetahui,
pikiran, pengertian dasar, gagasan, cita-cita atau melihat dengan budi dan “logos”
yang berarti ilmu atau dengan kata lain dapat diartikan sabda atau buah pikiran yang
diungkapkan dalam perkataan, pertimbangan nalar atau arti. Jadi secara etimologi,
ideologi berarti kumpulan ide atau gagasan, pemahaman-pemahaman, pendapat-
pendapat, atau pengalaman-pengalaman. Sedangkan menurut Kaelan, ideologi berarti
ilmu tentang ide-ide (the science of ideas), atau ajaran tentang pengertian dasar. Kata
ideologi sendiri dirumuskan oleh Antoine Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18
sehingga menjadi kata baku untuk mendefinisikan “sains tentang ide”. Ideologi dapat
dianggap sebagai sebuah visi yang komprehensif, sebagai cara dalam memandang segala
sesuatu untuk mendapatkan keyakinan. Setiap sistem keyakinan itu terbentuk melalui
suatu proses yang panjang karena ideologi melibatkan berbagai unsur seperti agama,
kebudayaan dan pemikiran para tokoh dan filsuf.38
Berikut ini beberapa ideologi yang pernah berkembang diberbagai negara, dari
ideologi tertua yang pernah ada hingga ideologi yang ada di zaman modern, antara lain:
1. Kapitalisme
Kapitalisme pada awalnya merupakan sistem ekonomi yang dibangun
untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya melalui pengendalian
sektor perdagangan, industri dan alat-alat produksi oleh pihak swasta dengan

38 Satrio Wahono, Surajiyo, Donie Kadewandana Malik, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan
Tinggi, Jakarta, Akademika, 2017,Hlm. 92
menggunakan kekuatan negara. Peran pemerintah disini tidak secara langsung
mengintervensi pasar untuk tujuan memperoleh keuntungan bersama, akan
tetapi intervensi yang dilakukan pemerintah dilakukan hanya untuk keperntingan
pribadi atau kepentingan beberapa golongan semata.
Awal terbentuknya sistem kapitalisme dimulai di Eropa pada abad ke-16
hingga abad ke-19, yang ditandai dengan perkembangan perbankan komersial
Eropa dimana sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak atas suatu
badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda
milik pribadi, terutama barang yang sifatnya sebagai modal, seperti tanah dan
manusia guna proses perubahan dari barang modal ke barang jadi. Kapitalisme
tidak sekedar sebagai sistem ekonomi, namun dapat juga sebagai sistem hukum,
sosial, dan budaya yang mengatur bagaimana peran manusia dalam berinteraksi
pada masyarakat.
Dikatakan sebagai sistem hukum, karena ketika terjadi pertukaran secara suka
rela maka harus ada jaminan hukum bagi hak kepemilikan (property rights). Barang
yang telah didapat pada proses perdagangan dapat dimiliki dan mempunyai nilai
bagi orang yang memilikinya, dan harus menjadi hak milik secara penuh. Pada
paham ini tidak dibenarkan orang lain mencuri atau mengambil secara paksa apa
yang sudah menjadi hak milik orang tertentu. Kapitalisme juga dapat menjadi
sebuah sistem budaya, karena masyarakat dapat dibentuk secara sah untuk
menjadi kaya dan makmur sehingga dapat memberikan nilai yang lebih dan juga
berguna kepada masyarakat lainnya. Sedangkan kapitalisme sebagai sistem sosial
terjadi karena dengan sistem ini terbukti dapat mengorganisasi kumpulan individu
untuk dapat saling mendukung atas kemajuan satu dan yang lainnya, tanpa
mengistimewakan atau mendiskriminasi suatu kelompok, yang pada akhirnya
bertujuan untuk kemajuan secara kolektif.
Namun terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan kapitalisme yakni
kapitalisme diartikan sebagai dukungan secara penuh pada perusahaan-perusahaan
besar yang sifatnya eksploitatif, korporasi besar yang berlaku memberikan dampak
buruk bagi yang lemah. Istilah miring tentang kapitalisme yang lain adalah,
bahwa kapitalisme identik dengan kekuatan yang berkroni dengan negara untuk
melakukan suatu kegiatan ekonomi yang merugikan masyarakat banyak untuk
mendapatkan keuntungan bagi golongan tertentu. Bahkan Karl Marx dan
Friedrich Engels, juga menyatakan bahwa seorang yang berpaham kapitalis (pelaku
kapitalisme) merupakan mereka yang menjalankan usaha melalui bantuan dari
negara.

42
2. Marxisme Leninisme
Marxisme merupakan sebuah ideologi atau paham yang dikenal berdasar pada
pandangan-pandangan Karl Marx. Sebuah teori besar yang disusun oleh marx
berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik. Sedangkan
dalam banyak pandangan kaum Marxis, Leninisme sebagai bagian dari teori politik
organisasi demokratis suatu partai politik yang bersifat revolusioner dan apa yang
menjadi pencapaian demokrasi langsung oleh kediktatoran proletariat sebagai awal
terbentuknya dari paham sosialisme. Sebenarnya paham leninisme dikembangkan
dan dinamai berdasarkan nama pemimpin revolusi Rusia yang sangat terkenal,
Vladimir Lenin (1870–1924), dalam teori ini dikembangkan atas teori politik dan
ekonomi sosialis dari paham Marxisme.
Tujuan utama yang hendak dicapai dari Marxisme–Leninisme adalah
pengembangan suatu negara ke dalam apa yang dianggap sebagai negara sosialis
melalui kepemimpinan pelopor yang bersifat revolusioner terdiri dari revolusioner
“profesional”, yang merupakan bentuk perwakilan dari kelompok-kelompok kecil
kelas pekerja yang mempunyai kesadaran untuk menuju arah sosialis sebagai akibat
dari adanya dialektika perjuangan pada masing-masing kelas. Pada hakikatnya
negara Marxis-Leninis tidak ingin membangun sosialisme melainkan kapitalisme
negara. Salah satu alasan yang menguatkan bahwa Marxisme merupakan sistem
pemikiran yang amat kaya karena Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual
yang telah sangat berkembang saat itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Prancis,
dan ilmu ekonomi Inggris.
3. Komunisme
Pada ideologi komunisme, perubahan sosial yang ingin diharapkan harus dimulai
dari pengambil alihan alat-alat produksi melalui peran Partai Komunis yang akan
menjadi alat untuk mencapai tujuan bernegara. Secara mendasar sasaran yang
ingin dicapai adanya perubahan sosial mulai dari pemenuhan kebutuhan dan
keinginan kaum proletar (buruh/bawah), akan tetapi dalam perkembangannya
golongan bawah/buruh hanya dijadikan kendaraan pemenuhan obsesi para
pengambil kebijakan dipartai komunis. Maka yang paling berperan di sini yakni
melalui perjuangan partai. Untuk mewujudkan visi dan misi partai maka dalam
menjalankan kegiatan politiknya membutuhkan peran Politbiro39. Dapat diringkas
perubahan sosial hanya bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro.
39 Politbiro adalah organisasi eksekutif pada beberapa partai politik terutama partai komunis,
termasuk Partai Komunis Indonesia yang dibentuk untuk menjalankan tugas serta fungsi yang berorientasi
pada tujuan dibentuknya partai. Para pejabat partai di dalam politbiro biasanya memiliki kekuasaan yang
sangat besar, walau mereka tidak merangkap sebagai pejabat pemerintah.

43
Komunisme sebagai paham anti-kapitalisme yang menggunakan sistem
partai komunis sebagai alat pengambilalihan kekuasaan. Bila dalam kapitalisme
menggunakan sistem ekonomi, dimana perdagangan, industri dan alat- alat produksi
dipercayakan untuk dikelola secara penuh oleh pihak swasta yang mempunyai
banyak modal dengan tujuan mencapai keuntungan besar melalui mekanisme
ekonomi pasar. Maka, Komunisme berlaku sebaliknya, yang menginginkan semua
aset dimiliki oleh negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat secara merata
tanpa adanya kelas sosial, tidak ada kepemilikan pribadi secara dominan dan sektor
swasta hanya menjadi pendukung. Pada prinsipnya ideologi ini sangat menentang
kepemilikan individu yang bersifat akumulatif sehingga semua yang dimiliki
perorangan harus direpresentasikan sebagai milik rakyat. Dalam mewujudkan
segala hal itu seluruh alat-alat dalam sistem produksi harus dikuasai oleh negara
guna kemakmuran rakyat secara merata. Sistem yang digunakan dalam mengelola
pemerintahan adalah sistem demokrasi keterwakilan yang dilakukan oleh para elit
partai komunis. Berbeda dengan paham liberalisme yang memberikan kebebasan
berpikir rakyatnya, komunisme justru membatasi langsung demokrasi pada rakyat
terutama bagi yang bukan menjadi bagian dari anggota partai komunis dan tidak
dikenal hak perorangan.
Ketika sebuah negara menganut paham komunisme, konsekuensi yang
terjadi yakni seluruh aset yang ada dalam negara tersebut, seperti tanah, gedung
perusahaan, infrastruktur lain tidak dapat dimiliki secara pribadi, semuanya akan
menjadi barang milik negara dan segala keuntungan serta kerugian akan dibagi
rata pada rakyatnya. Dalam ideologi komunisme, rakyat harus diatur dan dibentuk
secara diktator agar masyarakat berjalan sedemikian rupa dengan ideologi-
ideologi yang bersifat doktriner dan deskatologis40 walaupun terkadang harus
mengesampingkan nilai dari ajaran- ajaran agama atau ketuhanan. Tujuan yang
ingin dicapai akan mudah dilaksanakan jika paham ini diterapkan pada masyarakat
yang bersifat singularistik. Dengan cara kepemimpinan yang bersifat diktator
biasanya perubahan dalam masyarakat terjadi secara cepat karena memasukkan
unsur paksaan dalam menerapkan ajarannya.
4. Liberalisme
Liberalisme merupakan ideologi yang berkembang secara luas dibeberapa
belahan dunia yang berprinsip pada kata kebebasan. Jika kita ingin mengkaji
serta memisahkan ajaran liberalisme yang sempat berkembang, maka terdapat
40 Istilah deskatologis merupakan bagian dari teologi dan filsafat yang berkaitan dengan peristiwa-
peristiwa pada masa depan yang akan menciptakan sejarah dunia, atau penjelasan terhadap nasib akhir
dari seluruh umat manusia, yang biasanya dirujuk sebagai hari kiamat (akhir zaman).

44
dua macam Liberalisme, yakni Liberalisme Klasik dan Liberallisme Modern.
Liberalisme Klasik mulai berkembang pada awal abad ke 16 yang merupakan
bentuk perlawanan dari sifat raja yang sangat diktator. Sedangkan Liberalisme
Modern mulai tampak pada abad ke-20 yang tidak merubah hal-hal yang sifatnya
dasar pada paham Liberalisme klasik. Karena sejatinya walaupun di zaman modern
berkembang neoliberalisme, namun liberalisme klasik masih tetap ada. Nilai
intinya (core values) yaitu kebebasan pada setiap individu selalu ingin di angkat,
dan sesungguhnya masa liberalisme klasik itu tidak akan pernah berakhir.
Ada tiga hal yang sangat mendasar dari ideologi liberal yakni kehidupan,
kebebasan dan hak milik (Life, Liberty and Property). Adapun nilai-nilai pokok
yang bersumber dari tiga nilai dasar liberalisme tadiantara lain:
a. Kesempatan yang sama
Dalam kehidupan bermasyarakat manusia harus mempunyai kesempatan
yang sama, di dalam segala bidang kehidupan dalam memenuhi kebutuhan
hidup dalam sektor ekonomi, politik dan aspek kehidupan lain. Namun
karena kualitas yang dimiliki masing-masing manusia berbeda-beda, sehingga
dalam kenyataannya persamaan kesempatan itu akan menjadi berbeda pula
yang akan tergantung kepada kemampuannya masing-masing.
b. Pengakuan terhadap hak
Setiap manusia akan mempunyai hak yang sama terutama pada hak asasi yang
telah secara kodrati dikaruniakan oleh Tuhan. Hak yang dimiliki manusia
akan dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan hidup secara ekonomi
dan berperan dalam kehidupan sosial seperti di dalam mengemukakan
pendapatnya. Dalam setiap penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi
baik dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan kenegaraan
akan dilakukan secara diskusi dan dilaksanakan dengan persetujuan mayoritas
rakyat, di mana hal ini sangat penting untuk menghilangkan egoisme individu.
c. Pemerintahan berjalan sesuai kehendak rakyat
Pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahannya tidak boleh bertindak
menurut kehendaknya sendiri, tetapi harus bertindak menurut kehendak
rakyat (Government by the Consent of The People or The Governed). Pada
prinsipnya pembentukan suatu negara tidak lain untuk melindungi hak
rakyat, dan rakyat telah melimpahkan sebagian dari wewenangnya sehingga
terwakili oleh negara.

45
d. Berjalannya fungsi hukum (The Rule of Law).
Hukum sebagai konsensus segala aturan yang dibentuk untuk menjadi
norma yang digunakan dalam menjalankan kehidupan bernegara. Terkadang
peraturan yang telah dibentuk digunakan memayungi segala keperluan
serta kepentingan di dalam negara, namun hukum tidak diterapkan secara
efektif. Seluruh peraturan atau hukum dibuat oleh pemerintah adalah untuk
melindungi dan mempertahankannya guna mewujudkan keadaan masyarakat
yang seimbang dan tertib. Maka di dalam menciptakan rule of law, harus
mempunyai patokan terhadap hukum tertinggi yakni Undang-Undang,
persamaan dihadapan hukum (equality before the law), dan persamaan dalam
kehidupan sosial.
5. Sosialisme
Paham sosialisme muncul sebagai reaksi terhadap ide-ide liberalisme ekonomi dan
kapitalis modern pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 Masehi di Eropa.
Pemahaman terhadap sosialis muncul setelah revolusi industri di Inggris yang
telah menciptakan ketidakseimbangan antara kalangan borjuis (pengusaha) dan
proletariat (buruh). Pada waktu itu kaum borjuis memiliki modal yang besar
sehingga menguasai alat-alat produksi. Karena kaum borjuis telah memperoleh
manfaat luar biasa yang menyebabkan mereka berada pada standar hidup yang
tinggi membentuk suatu ketimpangan dalam kehidupan masyarakat. Sebagai
contoh dari bentuk ketimpangan yang terjadi pada kelas pekerja dengan gaji
rendah menyebabkan mereka menjadi lebih miskin sehingga mereka hidup di
daerah kumuh.
Seiring berjalannya waktu, kesenjangan sosial dan ekonomi semakin
berkembang dan sangat terlihat, yang telah menciptakan sifat individualisme dalam
masyarakat. Kesengsaraan para pekerja terjadi sebagai akibat dari penindasan yang
mendorong pemikiran para sarjana untuk mendapatkan celah guna mengatasi hal
tersebut. Walaupun masih terdapat banyak kekurangan pada hakikatnya sosialisme
mempunyai tujuannya yang baik yaitu pemerataan kesejahteraan, rasa solidaritas
dan rasa kebersamaan dalam gotong royong yang sangat tinggi antar rakyat. Adanya
pemerataan sosial yang ingin dicaapai untuk mewujudkan keadaan yang seimbang
antara kaum elit dan kaum proletar, sehingga kesenjangan tidak terjadi. Dalam
menyelesaikan segala permasalahan masyarakat dijalankan dengan cara demokratis
dan musyawarah. Paham sosialisme, selalu ada keinginan dalam menciptakan
masyarakat sosialis dengan kejernihan dan kejelasan argumen bukan dengan cara-
cara kekerasan dan revolusi dan pengaturan yang bersifat doktriner.

46
6. Libertarianisme
Berawal dari kebebasan individu yang ada pada kaum liberal, paham libertarianisme
berkembang di masa modern ini. Ideologi ini mendorong kebebasan secara
radikal dimana setiap individu diberi pengakuan bahwa mereka memiliki hak
untuk mengatur kehidupannya masing–masing. Kebebasan yang dimiliki oleh
individu akan dibatasi apabila telah melanggar hak orang lain. Walaupun hal
ini sulit diwujudkan terutama pada negara yang berdasarkan hukum, karena
dalam konsepnya rakyat tidak membutuhkan justifikasi dari orang lain sehingga
masyarakat berhak bertanggungjawab dalam membuat keputusan bagi diri sendiri.
Konsep kebebasan modern versi libertarianisme menekankan hak individu
untuk hidup sebagaimana yang ia kehendaki masing-masing, seperti bertindak
dan berbicara secara bebas, beribadah atau tidak beribadah, memiliki properti
tanpa ada pajak, bebas berdagang, bebas dari penangkapan atau penahanan
asal tidak merampas hak orang lain, datang dan pergi tanpa izin, tanpa harus
mempertanggungjawabkannya.
Alternatif yang ditawarkan dari paham libertarianisme bahwa negara harus
menjamin kehidupan yang damai. Masyarakat harus berfikir kreatif sehingga setiap
orang mampu untuk hidup produktif, di mana pun dan kapanpun. Walaupun
demikian, di dalam kenyataan mewujudkan keinginan kaum libertarian tidaklah
semudah yang dibayangkan. Masih akan muncul bentuk ketidaksetaraan hidup,
kemiskinan, kejahatan, korupsi, kebejatan manusia atas manusia lain karena
sifat tamak manusia akan selalu ada. Kalau kita mengamati banyak perlakuan
warga negara di belahan dunia lain yang tidak mendapatkan perlakuan yang
seimbang. Sesuatu pemikiran yang baru Libertarianisme memberi pengakuan
bahwa siapapun, terlepas dari kewarganegaraan dan tempat lahirnya, dia harus
memiliki hak dan kebebasan yang wajib dihormati dan dilindungi masyarakat
secara mendunia. Tidak dibenarkan apabila ada negara yang mengorbankan warga
negara lainnya hanya untuk mewujudkan keuntungan politik dan ekonomi. Maka
dari itu, libertarianisme mempunyai pandangan bahwa segala bentuk penaklukan
dan penjajahan harus hilang dan tidak bisa dijustifikasi berdasarkan alasan apapun.
Pemerintah hanya berhak menyatakan perang jika hal itu dilakukan sebagai bentuk
pertahanan dan perlawanan karena ada penjajahan dari negara lain.
7. Utilitarianisme
Utilitarianisme sebagai sebuah ideologi yang memberikan pemahaman bahwa
segala tindakan dalam menjalankan kebijakan harus dapat dipertanggungjawabkan
dan diukur berdasarkan kemanfaatan serta efektifitas berlakunya pada masyarakat.

47
Tindakan yang dikatakan dalam kategori “baik” adalah yang dapat menciptakan
manfaat paling besar, biaya yang ringan dan tidak menimbulkan kerugian bagi
banyak orang. Dalam pandangan lain utilitarianisme merupakan sebuah prinsip
moral yang mengklaim bahwa tindakan dianggap benar jika mampu menekan
biaya sosial (social cost) dan dapat memberikan manfaat sosial (social benefit).
Jika dikaji berdasarkan etika normatif, utilitarianisme harus mampu
merumuskan bahwa suatu tindakan yang dianggap patut jika mampu
memaksimalkan penggunaan (utility), adapun jika diterapkan dalam kehidupan
harus memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi segala penderitaan. Secara
etimologi “Utilitarianisme” berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berdaya guna,
bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Istilah yang sering disebut sebagai
teori kebahagiaan terbesar yang sedang berkembang (the greatest happiness theory).
Konsep utilitarianisme pertama kali dikenalkan oleh seorang pakar Jeremy Bentham
sebagai teori sistematis kemudian dikembangkan oleh muridnya yakni John Stuart
Mill. Lalu jika ditarik lebih kencang, baik buruknya perilaku dan perbuatan
ditetapkan dari segi faedahnya, tersusunlah sebuah teori tujuan perbuatan.
Dapat dirumuskan ajaran pokok dari teori tujuan perbuatan, antara lain:
a. Seseorang harus bertindak dengan orientasi dapat memberikan kebahagiaan
kepada banyak orang. Kebahagiaan seseorang sebagai indikator bahwa
kehendak seseorang, kebutuhan serta kepentingan telah terpenuhi.
b. Secara prinsip moral, suatu tindakan dapat dibenarkan jika ia menghasilkan
lebih banyak kemanfaatan dan kebaikan daripada kejahatan, dibandingkan
jika tindakan tersebut diambil dalam situasi dan kondisi yang sama namun
tidak dapat menciptakan kebaikan.
c. Secara umum, harkat atau nilai moral yang dirumuskan dalam tindakan
dinilai menurut kebaikan dan keburukan akibatnya.
d. Walaupun prinsip kegunaan dan kemanfaatan menjadi orientasi yang utama,
namun hendaknya segala tindakan harus dilakukan berdasarkan kadar etisme.
e. Keputusan diterapkan secara etis harus memuat konsekuensi yang mungkin
akan ditimbulkan dan mempunyai resiko mendapatkan pertentangan.
8. Komunitarianisme
Komunitarianisme sebagai sebuah kelompok yang mulai muncul pada
akhir abad ke-20, yang mempunyai pandangan untuk menentang aspek-aspek
dari liberalisme, kapitalisme dan sosialisme sementara menganjurkan fenomena
seperti masyarakat sipil. Paham ini mencoba mengalihkan pusat perhatian kepada
komunitas sebagai bentuk entitas dalam masyarakat serta menjauhi individu. Para

48
filsuf komunitarian menunjukkan keprihatinan pada masalah-masalah ontologis
dan epistemologis, jadi berbeda dengan masalah-masalah kebijakan. Ketidakpuasan
terhadap teori yang disampaikan oleh John Rawls, dalam bukunya A Theory of Justice
yang anggapan tentang manusia sebagai individu yang atomistik. Meskipun Rawls
memperlihatkan adanya kemungkinan ruang untuk belas kasih (benevolence).
Yang paling utama bagi pandangan kaum komunitarian adalah konsep
tentang hak-hak positif, jaminan-jaminan untuk hal tertentu. Sebagai representatif
dari adanya hak tersebut mencakup antara lain pendidikan gratis, tersedianya
perumahan yang terjangkau, lingkungan hidup yang aman dan bersih, pelayanan
kesehatan secara universal, jaringan pengaman sosial, atau kemudahan untuk
mendapatkan pekerjaan. Komunitarian sangat mendukung kelestarian lingkungan
dan menolak segala bentuk perusakan lingkungan. Dalam mewujudkan tujuan itu
maka dukungan yang besar terhadap penggunaan atribut hukum yang membatasi
eksploitasi terhadap lingkungan.
9. Fasisme
Fasisme merupakan paham berdasarkan prinsip kepemimpinan dengan sistem
otoritas yang mutlak/absolut di mana perintah pemimpin harus dilaksanakan dan
dipatuhi oleh rakyat tanpa adanya pengecualian. Salah satu konsep yang mendasar
dalam ideologi fasis adalah tertanam pemikiran bahwa akan datang musuh
untuk mengoyak kedaulatan negaranya. Sebagai konsekuensi dari pemikiran itu
pemimpin dan militer harus kuat dalam menjaga negara. Fokus pada gerakan
fasisme memiliki satu tujuan yaitu menghancurkan musuh, di mana musuh
selalu dikonstruksikan dalam kerangka konspirasi atau ideologi lain. Gerakan fasis
tergolong dalam gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter politik. Dalam ideologi
fasis, massa wajib memiliki konsep yang seragam, individualitas harus dihilangkan
karena kebhinekaan dilarang, hancurnya identitas individu akan berdampak
adanya massa yang mengambang. Figur pemimpin harus seorang yang karismatik,
mempunyai kekuatan dengan kekuasaan absolut.
Dalam negara fasis terlihat adanya struktur ekonomi kapitalis yang berjalan
dengan menempatkan manusia sebagai alat pembangunan negara. Kerjasama
dibangun antara elit politik dan elit ekonomi untuk membuat rakyat tidak sadar
atau tidak sempat berfikir mengenai hierarki ekonomi-politik. Partai tunggal sengaja
ingin dibentuk yang berusaha memobilisasi massa dengan cara totaliter sehingga
terbentuk generasi baru yang ideal untuk membentuk suatu elit pemerintahan
melalui indoktrinasi dan pendidikan fisik. Ideologi fasisme percaya bahwa bangsa
memerlukan kepemimpinan yang kuat, identitas kolektif tunggal, dan kemampuan

49
untuk mengatur rakyat hingga menghalalkan kekerasan demi menjaga bangsa.
Fasisme sendiri didirikan oleh sindikalis nasional Italia dalam Perang Dunia I
yang menggabungkan antara pandangan politik sayap kiri dan sayap kanan, tetapi
lebih ke arah sayap kanan di awal 1920-an. Dengan konsep anti-komunisme, anti-
liberal, anti-demokratis, anti-individualis, anti-parlemen, dan juga anti-konservatif.
Menolak konsep-konsep egalitarianisme, materialisme, dan rasionalisme yang
selalu mengagungkan tindakan, disiplin, hierarki, semangat, dan keinginan
melaksanakan tujuan negara. Dalam aspek ekonomi, fasisme menentang liberalisme
(sebagai gerakan borjuis) dan Marxisme (sebagai sebuah gerakan proletar) untuk
mendorong terwujudnya ekonomi berbasis kelas eksklusif. Ideologi yang mereka
usung menunjukkan bahwa keinginan untuk menggerakkan ekonomi trans-kelas
yang mempromosikan penyelesaian konflik kelas ekonomi untuk mengamankan
solidaritas secara nasional.
10. Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata Nation yang berarti bangsa. Nasionalisme adalah
suatu paham yang ingin menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah
negara dengan mewujudkan sebuah konsep identitas bersama untuk sekelompok
manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan
kepentingan nasional. Ikatan dalam nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat
secara alamiah disaat pola pikirnya mulai merosot. Keadaan tersebut menuntut
naluri manusia tetap mempertahankan diri agar terus berperan dan mendorong
mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dimana mereka
menggantungkan diri. Akan tetapi biasanya setelah keadaan menjadi stabil
nasionalisme yang ada pada masing-masing cenderung luntur.
Menurut Eric Hobsbawm, pemahaman secara komprehensif tentang
nasionalisme sebagai produk modernitas hanya dapat terlihat pada masyarakat
di lapisan paling bawah ketika asumsi, harapan, kebutuhan, dan kepentingan
masyarakat pada umumnya terhadap ideologi nasionalisme yang memungkinkan
ideologi tersebut dapat meresap dan berakar secara kuat. Nasionalisme berawal dari
adanya bayangan tentang komunitas yang senantiasa hadir dalam pikiran setiap
anggota bangsa yang menjadi referensi identitas sosial. Di zaman modern ini,
nasionalisme dapat menjelma dalam keadaan politik yang menganggap kebenaran
politik adalah bersumber dari kehendak rakyat. Nasionalisme dapat diartikan
sebagai sebuah fenomena historis yang muncul dari adanya kolonialisme pada suatu
negara. Gerakan ini tumbuh dan lahir dari kesadaran bersama untuk melepaskan
diri dari ketertindasan tersebut.

50
B. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
Sebagai negara yang secara deklaratif terbentuk dan mempunyai kedaulatan yang
patut dipertahankan Indonesia harus mempunyai ideologi sebagai pegangan dalam
menjalankan kehidupan bernegara. Gagasan besar yang telah dirumuskan para pendiri
bangsa yaitu Pancasila akan dijadikan sebuah rujukan cara pandang bangsa ini dalam
menapaki masa demi masa menuju cita-cita yang telah ditentukan yaitu kesejahteraan
kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Hakikat tujuan bernegara kalau dapat
dirumuskan harusnya telah terjawab pada kelima sila Pancasila. Dari sila ke sila memiliki
hubungan yang sangat erat saling terkait yang merupakan kebutuhan asasi dalam hidup.
Pancasila akan mengarahkan rakyat Indonesia (pemimpin dan rakyat jelata) untuk selalu
mengutamakan nilai filosofis kehidupan tentang kebaikan, keindahan, kebersamaan dan
saling membutuhkan. Pemilihan pancasila sebagai dasar negara oleh para pendiri bangsa
patut disyukuri oleh segenap rakyat Indonesia karena itu bersumber pada nilai-nilai
budaya dan pandangan bangsa Indonesia sendiri. Namun hal ini tidak akan berarti apa-
apa bila pancasila tidak dilaksanakan dalam keseharian hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Pancasila adalah ideologi, kerangka berfikir dan pandangan hidup yang
disusun dengan begitu sempurna sehingga cukup lengkap dan bersifat abadi untuk
semua zaman, kondisi, dan situasi.41
Pancasila berisikan gagasan untuk menjawab sejumlah persoalan dasar sebuah
bangsa yang hendak merdeka sekaligus pula gagasan yang berhasil dirumuskan ini menjadi
gagasan bersama dalam arti diterima sebagai bentuk kesepakatan di atas gagasan-gagasan
lain tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Arti penting Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia lebih kepada penyelenggaraan negara. Bagaimana semua komponen
negara terutama pemerintah dapat menyelenggarakan negara dengan berpedoman
pada nilai-nilai Pancasila. Sehingga pancasila menjiwai seluruh bidang kehidupan
bangsa Indonesia. Pancasila merupakan cerminan dari jiwa dan cita-cita hukum bangsa
Indonesia yang bersumber dari nilai-nilai yang dianut bangsa Indonesia. Pancasila
sebagai paradigma kehidupan berarti pancasila merupakan dasar, kerangka berfikir,
fondasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.42 Membentuk suatu ideologi tidak
hanya mencerminkan cara berpikir bangsa Indonesia, namun juga membentuk bangsa
Indonesia menuju cita-cita yang hendak dicapai. Oleh sebab itu, ideologi bukanlah
sebuah pengetahuan teoretis belaka tetapi merupakan sesuatu yang dihayati menjadi
sebuah keyakinan akan sebuah gagasan.43

41 Cahyono, Konsep Ideologi Pancasila, (Bandung: Alumni, 1986), hlm. 10


42 Ali Amran, Pendidikan Pancasila, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016) hlm. 93.
43 Ferry Irawan Febriansyah, Keadilan Berdasarkan Pancasila Sebagai Dasar Filosofis Dan Ideologis
Bangsa, DiH Jurnal Ilmu Hukum Volume 13 Nomor 25 Februari 2017, Hlm.4

51
Sebagai ideologi, Pancasila bukan hanya sekedar untuk dipahami, melainkan
juga untuk dihayati secara batiniah dan diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.44 Pancasila sebagai ideologi bangsa harus diuji dengan rubrik
tersendiri. Rubrik yang pertama sebagai sebuah ideologi, Pancasila harus memberikan
pandangan serta dapat mengarahkan manusia-manusia pada sebuah negara untuk
meyakini serta menjalankan pola yang telah ditentukan. Dari rubrik ini dapat terjawab
bahwa Pancasila memang telah memberikan alur pemikiran bagi rakyat Indonesia untuk
mewujudkan nilai-nila yang terkandung di dalamnya pada kehidupan mereka dan dalam
kehidupan berbangsa. Rubrik yang kedua sebuah ideologi harus teruji bertahan dengan
waktu. Sejak kemerdekaan Indonesia dinyatakan bahwa Pancasila menjadi sebuah
ideologi bangsa yang menjadi gagasan besar bangsa ini teruji dari waktu ke waktu. Bukan
waktu yang singkat jika Pancasila telah bertahan lebih dari tujuhpuluh tahun. Sehingga
berdasarkan hal tersebut Pancasila telah sah menjadi sebuah ideologi yang akan dijadikan
pedoman bangsa Indonesia. Implikasi ideologi memiliki fungsi penting untuk penegas
identitas bangsa atau untuk menciptakan rasa kebersamaan sebagai satu bangsa. Namun
di sisi lain, ideologi rentan disalahgunakan oleh elit penguasa untuk melanggengkan
kekuasaan.45
Pancasila sebagai ideologi berhakikat sebagai sistem nilai bangsa Indonesia. Sistem
nilai seperti ini dipandang oleh studi filsafat yang secara historik digali pada budaya bangsa
dan ditempa oleh penjajahan, yang kemudian diterapkan pada wilayah yuridis kenegaraan
sebagai pedoman bermoral, berhukum, dan berpolitik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.46 Sesungguhnya hal yang terpenting dari Pancasila sebagai
sebuah ideologi yang telah dipilih bangsa ini adalah dapat mengantarkan bangsa ini
menuju tujuan bernegara. Fungsi dari sebuah ideologi pada negara harus menjadi
pedoman untuk menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara yang dijadikan rule
bagi masyarakat. Pancasila juga dijadikan rujukan dalam mengatasi permasalahan yang
sedang dialami oleh bangsa ini. Sebagaimana Indonesia sendiri mengalami permasalahan
internal seperti penurunan karakter kaum pemuda, permasalahan krisis ekonomi serta
permasalahan sosial masyarakat. Kehidupan berbangsa ini akan tetap terjaga jika segala
permasalahan dikembalikan pada Pancasila.
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah
bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan

44 Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Pancasila, Bumi Aksara, Jakarta, 2016, Hlm. 104
45 Sulis W.H, Pancasila dan Wawasan Nusantara, Indoeduka, Yogyakarta, 2017, Hlm.50
46 Fransiska Novita Eleanora, Pancasila Sebagai Norma Dasar Dalam Sistem Hukum Indonesia,
ADIL : Jurnal Hukum Vol. 3 No.1, Hlm.141

52
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan
aspirasi masyarakat.47 Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-
nilai dasar yang terkandung di dalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya secara
lebih kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan
masalah-masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi rakyat.
Dalam Pancasila terkandung nilai-nilai luhur yang menjadi warisan serta cita-cita bangsa
indonesia. Nilai luhur yang telah diangkat dari adat istiadat, kebudayaan, nilai-nilai
moralitas yang terdapat dalam kehidupan berbangsa telah melekat pada masing-masing
jiwa. Pancasila yang dilahirkan dalam budaya dan sejarah peradaban timur sangat
menjunjung tinggi peran religiusitas telah menempatkan Pancasila sebagai ideologi yang
berbeda dengan ideologi-ideologi lainnya.48 Dengan demikian, pancasila sebagai ideologi
bangsa dan sekaligus sebagai dasar negara indonesia memang berakar dari pandangan
hidup dan budaya bangsa.
Pancasila tumbuh sebagai sebuah ideologi yang mempunyai ciri khas tersendiri dan
tidak mengadopsi dari ideologi lain. Pancasila tidak hanya sintesis pemikiran, tetapi juga
nilai dan budaya Nusantara. Pancasila juga tidak terjebak dalam pengekoran terhadap
ideologi tertentu walaupun paham nasionalisme, sosialisme, liberalisme, humanisme
dan demokrasi memang sedikit banyak mempengaruhi perumusan ideologi Pancasila.49
Jika dibandingkan dengan ideologi lainnya justru nilai-nilai pancasila akan lebih unggul
karena memuat nilai yang terkandung di berbagai idiologi yang ada. Maka dari itu
pancasila tetap dibutuhkan karena secara kodrati bangsa indonesia memiliki tingkat
pluralitas yang sangat tinggi sehingga dalam mewujudkan negara yang dapat menjamin
hak seluruh rakyatnya harus dirumuskan ideologi yang dapat mengakomodasi terhadap
setiap perbedaaan itu. Indonesia sendiri terdiri dari bermacam-macam suku, budaya,
agama, serta secara demografis kondisi wilayah indonesia yang sangat luas dengan karakter
yang beda, ribuan pulau dari sabang sampai merauke. Kondisi ini menjadi sebuah
karunia yang dapat memberikan implikasi positif bagi tumbuh dan berkembangnya
sebuah negara dan bangsa. Akan tetapi, keadaan ini dapat berlaku sebaliknya jika tidak
dikelola secara baik akan berdampak negatif bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
Untuk menciptakan ideologi yang bersifat dinamis dan dapat menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman suatu paham harus dirumuskan dari pengetahuan yang
terjadi pada dinamika masyarakat sendiri. Sehingga dalam perjalanan sebuah ideologi
47 A. Aco Agus, Relevansi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Di Era Reformasi, Jurnal Office, Vol. 2
No.2, 2016, Hlm. 232
48 Teguh Prasetyo dan Arie Purnomosidi, Membangun Hukum Berdasarkan Pancasila, Nusa
Media, Bandung, 2015, Hlm. 30
49 Saddam Al Jihad, Pancasila Ideologi Dunia Sintesis Kapitalisme, Sosialisme dan Islam, Pustaka
Alvabet, Tangerang Selatan, 2018, Hlm. 188

53
tidak terjadi pertentangan karena bertolak belakang dengan keinginan rakyat. Ideologi
sebuah negara harus dapat menjamin terwujudnya cita-cita atau tujuan bernegara.
Sedangkan tujuan negara Indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan secara umum
dan melindungi segenap bangsa harus terakomodasi melalui Pancasila dengan cara
mengaplikasikan nilai pada setiap kebijakan yang diambil. Melalui cara ini senantiasa apa
yang diinginkan bangsa ini dapat terwujud. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Ideologi Pengembangan sebagai ideologi yang memiliki dimensi realitas, idealitas dan
fleksibilitas menghendaki adanya dialog yang tiada henti dengan tantangan – tantangan
masa kini dan masa depan dengan tetap mengacu kepada pencapaian tujuan nasional
dan cita-cita nasional Indonesia.50 Kesungguhan para pemimpin bangsa juga harus
dipertanyakan jika ingin mewujudkan negara Indonesia yang sejahtera. Pemimpin
yang baik harus mampu membuat kebijakan yang berlandaskan Pancasila. Penerapan
pancasila bagi seorang figur pemimpin misalnya dengan selalu bijaksana dalam membuat
peraturan untuk dapat dijalankan dan diterapkan di masyarakat.

C. Pancasila dalam Pandangan Politik


Problematika kehidupan politik yang ada di Indonesia memberikan pandangan kepada
diri kita bahwa setiap kehidupan bernegara menuntut kita untuk dapat memahami
fenomena perkembangan politik yang terjadi. Sejatinya politik ini yang dapat
menggerakkan keadaan ilmu lain yang lebih cenderung statis, seperti ilmu hukum,
ilmu ekonomi dan sebagainya. Dinamika politik Indonesia dari waktu ke waktu belum
menempatkan Pancasila sungguh-sungguh sebagai dasar negara, pandangan hidup,
sumber hukum, dan falsafah negara secara benar, melainkan dikesampingkan atau
ditafsirkan sesuai dengan kepentingan rezim yang sedang berkuasa.51 Dunia politik yang
selalu berkembang dengan dipenuhi keinginan dari manusia yang mengisi kehangatan
bernegara. Namun keadaan politik yang tidak dikontrol oleh beberapa kekuatan yang
mempengaruhi politik bangsa ini akan membawa kepada keadaan yang chaos dan
akan membahayakan bagi eksistensi sebuah negara. Beberapa kekuatan yang dapat
mempengaruhi keadaan politik seperti pemerintah, partai politik, organisasi sayap partai
politik, hingga keadaan masyarakat itu sendiri. Dari beberapa pengaruh kekuatan itulah
yang dapat menentukan keadaan politik suatu bangsa.
Pancasila merupakan ideologi terbuka sehingga membuka ruang kepada
interpretasi baru sesuai dengan dinamika politik dan sosial. Di sinilah letak dari kekuatan
dari Pancasila karena dia mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dari waktu ke
50 Slamet Sutrisno, Filsafat Dan Ideologi Pancasila, Andi Publisher, Yogyakarta, 2006, hal. 28
51 Siswanto, Pancasila Sebagai Pengawal Solidaritas Kebangsaan, Jurnal Pertahanan & Bela Negara
April 2019, Volume 9 Nomor 1, Hlm.110

54
waktu. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia perlu memanfaatkan kekuatan Pancasila
tersebut agar tetap mampu menjadi dasar berpijak masyarakat, tetap relevan dengan
perkembangan zaman, dan tetap mampu menjawab tantangan zaman yang berbeda
dari satu era kepada era lain.52 Seharusnya ideologi politik dapat membawa pengaruh
yang besar bagi kemajuan bangsa ini. Karena pada umumnya melalui kegiatan politik ini
yang dirasa sangat dekat dengan lapisan masyarakat, sehingga melalui politik negara tau
akan kebutuhan yang diharapkan oleh rakyatnya. Harusnya nilai-nilai yang terkandung
di dalam Pancasila dapat memberikan rangsangan bagi masyarakat untuk menciptakan
keadaan bangsa yang sehat dan stabil. Jika politik ini dapat mempengaruhi dan dapat
menciptakan kestabilan pada seluruh lapisan masyarakat, maka terlihat politik ini dapat
bekerja secara baik. Bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai Pancasila bahkan ditempatkan
sebagai paradigma politik hukum. Pancasila memiliki nilai-nilai dasar yang bersifat
universal dan tetap.53
Berbicara tentang Pancasila dalam konteks sebuah sistem politik bangsa ini, terdapat
hubungan yang sangat erat dengan nilai demokrasi yang menjadi elemen terpenting
mewujudkan negara kesejahteraan. Sebagai sebuah jawaban yang sangat nyata bagi
segala persoalan yang sedang didera baik masa sekarang ataupun masa mendatang.
Sistem demokrasi yang digadang-gadang dapat menjadi kunci sukses membentuk negara
kesatuan yang terhindar dari sistem kepemimpinan yang feodal masih belum dapat
merepresentasikan secara nyata. Demokrasi merupakan sebuah sistem yang sebagaimana
mungkin peran rakyat dapat maksimal di dalam pemerintahan, dan pemerintah dalam
menjalankan kehidupan poliitik bernegara harus juga memperhatikan kepentingan
rakyat. Sebuah contoh sistem demokrasi yang nyata tercermin dalam sistem pemilihan
pemimpin melalui pemilihan umum diharapkan berjalan secara baik. Walaupun di
dalam kenyataannya pengaruh politik kepentingan bagi golongan tertentu masih
ditemukan. Masih banyak aktor politik yang dari masa ke masa selalu mengendalikan
roda pemerintahan Indonesia, bahkan munculnya regenerasi aktor politik bergerak
sangat lamban. Dari hal itu terlihat bahwa tipe pengelolaan bangsa ini memang belum
mengalami perubahan yang signifikan. Kita sangat mengharapkan perubahan sistem
politik yang terus membaik yang akan menghantarkan bangsa ini untuk semakin maju
mengejar ketertinggalan dengan negara lain.

Penerapan ideologi dibidang kehidupan bernegara adalah berbentuk politik. Jika

52 Siswanto, Transformasi Pancasila dan Identitas Keindonesiaan, Jurnal Penelitian Politik Volume
14 No 1 Juni 2007, Hlm. 60
53 Derita Prapti Rahayu, Aktualisasi Pancasila Sebagai Landasan Politik Hukum Indonesia, Yustisia.
Vol. 4 No. 1 Januari - April 2015, Hlm. 196

55
ideologi menyatakan suatu cita-cita dan mencakup nilai-nilai yang menjadi dasar serta
pedoman negara dan kehidupannya, maka politik melaksanakan atau menerapkannya
dalam kehidupan bernegara secara praktis.54 Dunia politik yang penuh dengan
kepentingan terkadang dibalut dengan kerakusan dalam memperoleh kekuasaan di
negara ini menjadi polemik bagi bangsa ini. Suatu kekuasaan yang tanpa kontrol memang
akan cenderung melahirkan kekuasaan totaliter atau otoriter. Oleh karenanya melalui
percaturan politik yang disajikan akan tampak bahwa kekuasaan pemerintah (negara)
timbul dari kekuasaan sosial politik lainnya, terutama kekuatan dari rakyat, atau hanya
sebatas permainan elit tertentu saja.55 Di sinilah peran Pancasila hadir untuk menjadi
sebuah alat untuk merumuskan etika dalam berpolitik. Kepentingan yang menunggangi
kendaraan politik harus dapat diarahkan menuju kebaikan dan mewujudkan etika
politik Pancasila. Pancasila yang penuh dengan nilai filosofis kebaikan harus mampu
mengimbangi tuntutan manusia yang menjalankan kegiatan berpolitik. Walaupun kita
menyadari politik adalah satu-satunya cara guna merubah keadaan berbangsa secara
cepat, namun kita tidak boleh membiarkan keadaan bangsa ini dikuasai oleh politik.
Sebagai salah satu fungsi dari politik untuk mengatur kekuasaan yang sejatinya
telah lahir dan berkembang di dalam masyarakat karena menjadi sebuah kebutuhan
alamiah sehingga kepentingan yang ada di dalam masyarakat dapat terorganisasi secara
baik dan ideal. Kebutuhan untuk mempertahankan keadaan masyarakat yang damai
tercukupi segala kebutuhannya identik dengan pengelolaan yang baik. Walaupun
kenyataan yang muncul di masyarakat kepentingan masing-masing individu sering
bertentangan satu dan yang lainnya karena manusia secara alami memiliki sikap yang
tamak dan mempunyai egoisme etis sangat kuat. Dengan politik ini digunakan untuk
mengarahkan keadaan politik yang demikian sehingga dapat diarahkan guna mencapai
keteraturan masyarakat. Politik dalam perkembangannya sering disalahartikan sebagai
kesalahan sejak lahir yang diisi dengan agenda-agenda kecurangan pada peserta politik.
Sikap untuk memahami bahwa politik itu memang tidak dapat dihindari karena kita
hidup secara sosial yang harus berhadapan dengan kepentingan sosial maka perlu kita
indahkan mengenai egoisme sosial yang harus terbentuk secara solid.
Bagaimana cara mengemas nilai Pancasila sebagai ideologi politik yang dapat
memberikan pengaruh politik guna membentuk masyarakat yang ideal sesuai yang dicita-
citakan pada visi negara. Pancasila memiliki agenda untuk menciptakan politik yang

54 Tukiran Taniredjo, Acep Supriadi, Harmanto, Maftuhin Ridha, Kedudukan dan Fungsi Pancasila
Bagi Bangsa Negara Indonesia, Alfabeta, Bandung, 2014, Hlm. 113
55 Nurani Soyomukti, Pengantar Sosiologi (Dasar Analisis, Teori, Dan Pendekatan Menuju Analisis
Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial Dan Kajian Strategis), Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2010,
Hlm.423

56
diidentikan buruk oleh masyarakat menjadi sebuah sistem yang baik yang diharapkan
oleh setiap individu karena dipenuhi dengan filosofis kebaikan. Jika yang berkembang
sekarang banyak disaksikan dalam percaturan politik saat ini terjadi saling sikut untuk
mempertahankan kedudukan dan mendapatkan simpatik dari masyarakat maka keadaan
itu harus diluruskan dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa politik
merupakan satu cara yang ideal untuk mempengaruhi masyarakat. Dengan demikian
politik harus diisi dengan nilai-nilai Pancasila sehingga label buruk yang melekat
pada politik secara lambat laun akan berubah. Partai politik harus diatur sebagaimana
semestinya untuk ditingkatkan perannya terutama mengedukasi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam kehidupan politik bernegara. Sistem politik juga harus diperbaiki
misalnya untuk jumlah partai politik dan kegiatan partai politik harus dimanfaatkan
untuk mempererat tali persatuan dan kesatuan bangsa sesuai prinsip sila ketiga Pancasila.
Pancasila sebagai dasar bernegara sekaligus sebagai ideologi politik harus mampu
memberikan keyakinan pada diri masyarakat sehingga nilai di dalamnya dapat dinyatakan
ke dalam kehidupan Indonesia. Langkah yang mendekati sempurna dalam menjadikan
kenyataan politik berwawasan nilai Pancasila harus sudah dideklarasikan sejak dini.
Kecenderungan masyarakat Indonesia terpengaruh dengan budaya luar dan kebiasaan
luar justru akan memukul balik kepercayaan bangsa dalam mengamalkan Pancasila
dikehidupan politik bangsa terutama generasi muda. Hal itulah dikemudian hari patut
dikawatirkan dapat merubah karakter bangsa dan membentuk kebudayaan yang jauh dari
cita-cita pendiri negara ini. Membangun karakter bangsa sebenarnya sudah terpikirkan
oleh bangsa Indonesia melalui para the founding father nya jauh sebelum bangsa
Indoensia merdeka. Bung Karno amat sering menyampaikan pentingnya membangun
karakter bangsa (nation character building). Awal rintisan membangun bangsa Indonesia
sebelum sumpah pemuda 28 Oktober 1928 dalam lagu kebangsaan hasil gubahan WR
Supratman Indonesia raya menyatakan bahwa Indonesia Raya dapat dibangun melalui
membangun jiwanya. Simaklah bunyi syair lagu Indonesia Raya “bangunlah jiwanya,
bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”.56 Kekawatiran itu juga menyelimuti dalam
pikiran jika kita tidak mau belajar dari sejarah, membandingkan dengan negara lain
untuk dipelajari bagaimana cara mengelola masyarakat untuk menjadi sebuah negara
yang makmur.
Kekuatan dari ideologi politik sangat berpengaruh dan kita selaku masyarakat
yang harus peduli terhadap perkembangan dunia politik Indonesia membentuk budaya
berpolitik yang bernafaskan Pancasila. Politik mendekatkan kita pada konsep ketuhanan

56 Sutan Syahrir Zabda, Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara dan
Implementasinya Dalam Pembangunan Karakter Bangsa, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 26, No.2,
Desember 2016, Hlm. 108

57
yang selalu memperhatikan kepentingan manusia secara umum yang dihadapkan dengan
lingkungannya. Berorientasi pada terbentuknya masyarakat yang meninggikan rasa
kemanusian dalam menjalankan kehidupan. Negara yang selalu berkiblat pada keinginan
untuk mewujudkan keadilan sosial dengan sistem kerakyatan yang mempunyai semangat
persatuan yang tercermin pada konsep gotong royong. Konsep gotong royong yang
dimiliki bangsa ini telah terlihat mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi dari
masa ke masa. Seperti halnya semangat gotong royong untuk melakukan pembangunan
dari zaman paska kemerdekaan, semangat gotong royong dalam mengatasi permasalahan
ekonomi yang pernah melanda bangsa ini. Sebagai idealisme nasional maka Pancasila
berfungsi sebagai pendidik dan penuntun arah menuju terbentuknya manusia Indonesia
yang pancasilais, yaitu manusia yang dihayati, dijiwai dan bermoral Pancasila.57

57 Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Bumi Aksara, Jakarta,
2017, Hlm. 32

58
BAB VI
MEMBANGUN NEGARA PANCASILA

Kompetensi Dasar :
Setelah mengikuti pokok bahasan dalam BAB VI pembaca diharapkan dapat
menjelaskan mengenai konsep membangun negara Pancasila.

Materi yang di bahas dalam BAB VI:


1. Negara Indonesia sebagai negara kesatuan
2. Konsep bhineka tunggal ika dalam negara Indonesia
3. Membangun negara berdasarkan prinsip Pancasila

A. Negara Indonesia sebagai Negara Kesatuan


Kita mengenal dua bentuk negara yakni negara kesatuan dan negara federal atau negara
serikat. Negara kesatuan adalah negara yang mempunyai kedaulatan secara penuh yang
diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal, di mana pemerintah pusat adalah yang
memiliki perintah tertinggi dengan satuan-satuan di bawahnya sebagai subnasionalnya
dan hanya menjalankan kekuasaan-kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah pusat
untuk pendelegasian kewenangan. Negara mempunyai beberapa keunggulan antara
lain memiliki satu komando kepemimpinan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Keunggulan yang lain semua urusan baik urusan pusat dan urusan daerah dikelola
melalui satu pintu sebagai urusan nasional, dengan harapan pemerataan kesejahteraan
dalam skala nasional dapat tercapai.
Sejak awal berdirinya Indonesia para pendiri bangsa memang telah memilih negara
ini dibangun dengan konsep negara kesatuan agar lebih mudah dalam pengaturan dan
untuk menciptakan semangat persatuan dan kesatuan karena kita menyadari bangsa ini
terdiri dari banyak pulau yang sangat berpotensi terjadi perpecahan. Setelah Indonesia
merdeka dalam perjalanan bernegara pernah terjadi perubahan bentuk negara dari
negara kesatuan menjadi negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Republik Indonesia
Serikat merupakan suatu negara federasi yang berdiri pada tanggal 27 Desember 1949
sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar antara Republik
Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan yang
terjadi ini juga disaksikan oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai
perwakilan dari PBB. Namun kalau dipelajari secara lebih jauh konsep negara serikat
yang ingin dibentuk merupakan obsesi dari kerajaan belanda yang merupakan strategi
untuk mengambil alih kedaulatan Indonesia. Karena Belanda tidak ingin kehilangan
Indonesia pada waktu itu mereka melihat Indonesia sebagai negara yang berpotensi
karena mempunyai sumber kekayaan alam yang melimpah ruah.
Berdasarkan Konstitutsi RIS, Negara RIS terdiri dari 7 (tujuh) negara bagian yang
terdiri dari Republik Indonesia (RI), Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara
Indonesia Timur (NIT), Negara Madura, Negara Sumatera Timur, dan Negara Sumatera
Selatan, 9 (sembilan) satuan kenegaraan terdiri dari Kalbar, Kaltim, Dayak Besar, Banjar,
Kalimantan Tenggara, Bangka, Belitung, Riau Kepulauan, dan Jawa Tengah, dengan 3
(tiga) daerah swapraja yang terdiri dari Waringin, Sabang, dan Padang. Bentuk negara
federal yang ada dalam RIS, ternyata dianggap sebagai warisan pemerintah kolonial
Belanda yang ingin tetap menjajah Indonesia. Negara ini dirasa tidak sesuai dengan cita-
cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang mendasarkan pada persatuan dan kesatuan
bangsa. Di samping alasan itu, anggota RIS (kecuali RI) sedang mengalami berbagai
kesulitan, baik dalam bidang politik pemerintahan maupun sosial ekonomi. Ternyata
hal ini telah disadari oleh para pejuang bangsa ini dimasa itu. Beberapa pemimpin di
negara bagian, daerah otonom dan daerah swapraja berupaya mengembalikan RIS
menjadi negara kesatuan
Rakyat banyak yang menuntut agar wilayahnya dikembalikan kepada Republik
Indonesia, seperti demonstrasi yang dilakukan di Bandung dan dibeberapa wilayah
lainnya. Atas dasar itu keinginan untuk kembali ke negara kesatuan tercapai antara RIS
dan negara bagian Republik Indonesia pada tanggal 19 Mei 1950. Setelah dua bulan
bekerja, Panitia Gabungan RIS dan RI yang mempunyai tugas untuk merancang UUD
Negara Kesatuan dan telah berhasil menyelesaikan tugasnya pada tanggal 19 Mei 1950.
Pembahasan yang telah dilakukan di masing-masing DPR, rancangan UUD negara
kesatuan itu pun diterima dengan baik oleh Senat, Parlemen RIS, dan KNIP. Presiden
Soekarno menandatangani rancangan UUD tersebut yang kemudian dikenal sebagai
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 (UUDS 1950). Dengan
telah ditandanganinya rancangan UUDS, maka pada tanggal 17 Agustus 1950 secara
resmi RIS dibubarkan, dan dibentuk kembali negara kesatuan yang mempunyai nama
resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga sampai saat ini.
Negara Kesatuan Republik Indonesia selalu ingin diperjuangkan oleh rakyat
agar dapat merumuskan kedaulatan bangsa. Prinsip ini harus terus dikembangkan
guna menghindari segala bentuk perpecahan yang dapat meruntuhkan negara ini.
Tidak kita pungkiri beberapa organisasi yang sifatnya disintegrasi yang muncul telah
menjadi virus yang mampu menularkan penyakit perpecahan beberapa yang tidak

60
asing di telinga kita seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang menuntut Papua
untuk merdeka. Ketimpangan pembangunan yang dijadikan alasan OPM yang selalu
menuntut memisahkan diri dengan Indonesia. Selanjutnya terdapat organisasi radikal
anti pemerintahan Indoensia di ujung utara pulau Sumatera yaitu Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) yang sejak tahun 1970an sebagai organisasi separatis ingin terus
mendesak untuk lepas dari pemerintahan. Perbedaan prinsip serta cara pandang antara
GAM dengan republik Indonesia menimbulkan konflik berkepanjangan dan banyak
memakan korban jiwa hingga lebih dari 15.000 orang meninggal dunia.
Perkembangan zaman yang selalu bergerak cepat sebenarnya menjadi tantangan
bagi bangsa ini karena dapat melemahkan prinsip negara kesatuan. Adanya eksplorasi
besar-besaran yang dilakukan dibeberapa daerah akan menciptakan kecemburuan
sekaligus menjadi masalah sosial jika tidak ditangani secara baik. Sebagai contoh nyata
eksplorasi pertambangan batubara, pertambangan emas, pertambangan minyak bumi
tidak dapat memberikan dampak kesejahteraan yang maksimal bagi masyarakat di sekitar
justru yang ada kerusakan alam serta potensi polusi yang besar. Alih-alih menciptakan
kesejahteraan nasional, bahkan banyak perusahaan asing justru mengambil alih dalam
proses eksplorasi tambang-tambang tersebut. Di sisi lain banyak tenaga asing yang masuk
secara ilegal ditempatkan pada perusahaan asing yang secara pemberian upah lebih
besar dibandingkan upah yang diberikan perusahaan kepada pegawai yang berasal dari
dalam negeri. Itulah bentuk ketimpangan yang dapat menyebabkan persepsi masyarakat
yang berpotensi menciptakan rendahnya kepercayaan rakyat pada pemerintah sebagai
penyelenggara negara.
Jika kita ingin bersungguh-sungguh membangun negara kesatuan yang ideal bagi
bangsa ini, kita harus merumuskan prinsip dalam membangun negara kesatuan, sebagai
berikut:
1. Prinsip kepercayaan masyarakat
Masyarakat merupakan salah satu faktor terpenting dalam membentuk suatu negara.
Negara akan berkembang cepat jika mempunyai daya dukung dari masyarakatnya.
Cara menumbuhkan kepercayaan masyarakat dengan cara kepedulian negara
untuk melaksanakan kewajibannya dalam melayani rakyat dengan berbagai bentuk
pelaksanaan kebijakan yang memberikan hak penuh kepada masyarakat. Sebagai
contoh indikasi pemberian hak penuh dalam dunia pendidikan adanya akses yang
mudah bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang ideal. Pelayanan
kesehatan masyarakat yang murah dan terpenuhinya fasilitas kesehatan diberbagai
tempat.

61
2. Prinsip Good Governance
Tata kelola pemerintahan yang baik yaitu yang bebas dari korupsi, terlaksananya
kebijakan secara baik, pemimpin yang bijaksana, pembangunan yang berkelanjutan
dan dapat menciptakan kesejahteraan daerah dan nasional. Tata pemerintahan yang
baik tidak begitu saja terbentuk dengan sendirinya apalagi instan. Banyak proses
yang harus dilalui dan ada keinginan bersama dalam membentuk pemerintahan
yang baik. Adanya figur pemimpin yang baik dalam hal ini presiden sebagai
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan karena kita berkiblat pada sistem
pemerintahan presidensiil seharusnya mempermudah negara ini dalam melakukan
pengaturan. Presiden tidak hanya sebagai petugas partai politik karena presiden
harus dicalonkan oleh partai politik atau gabungan darai partai politik, sehingga
kepentingan presiden dijalankan untuk mewakili kepentingan rakyat Indonesia.
3. Prinsip Good Electoral system
Pemerintahan yang baik tidak akan terbentuk jika dalam sistem electoral atau
pemilihan umum untuk memilih calon pemimpin bangsa tidak terbentuk
secara baik. Pemimpin harus dipilih oleh rakyat dengan sistem pemilihan umum
yang harus dapat memberikan refleksi keinginan dari rakyat. Sistem pemilihan
umum yang baik harus dapat menghilangkan adanya money politik, manipulasi
data pemilihan umum dan menciptakan keadilan serta keamanan masyarakat.
Apapunhasil dari pemilihan umum jika tidak dapat menciptakan keadaan yang
aman dan tertib maka hal itu tidak dapat mencerminkan pemerintahan ini berjalan
secara baik.
4. Prinsip Unity in Diversity
Negara kesatuan disemai dari adanya beberapa wilayah agar dapat dikelola dalam
satu tata pemerintahan dan satu komando. Perbedaan yang ada karena wilayah
yang terpisah atau banyaknya suku, budaya dan etnis namun dapat dikemas dalam
prinsip kesatuan. Sebenarnya konsep negara kesatuan ini tidak dapat tercipta tanpa
adanya dukungan dari rakyata, dukungan itu terwujud dari pribadi masing-masing
yang dapat menurunkan egoisme kepentingannya. Cara meleburkan perbedaan
agar tidak menimbulkan konflik perpecahan dengan cara terpenuhinya hak
pada golongan tertentu. Pemerintah tidak boleh mengabaikan dan mempunyai
kewajiban untuk memperhatikan kesejahteraan semua bagian di dalam negara
kesatuan republik Indonesia ini.

62
B. Konsep Bhineka Tunggal Ika dalam Negara Indonesia
Indonesia dengan keragaman budaya karena mempunyai ribuan suku dan puluhan
ribu pulau yang berada di dalamnya. Hal ini menjadikan kita memiliki perbedaan-
perbedaan yang telah tumbuh secara alamiah di negara ini. Segala perbedaan yang
ada tidak harus menjadi kelemahan karena terbukti bangsa ini telah bertahan selama
lebih dari tujuhpuluh empat tahun setelah kemerdekaan. Hal ini membuktikan bahwa
semangat persatuan di atas perbedaan ini telah teruji dan dapat menjadi kekuatan dalam
mempertahankan bangsa ini. Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya
mengenai konsep kebhineka tunggal ikaan ini memberikan makna bahwa di dalam
perbedaan terdapat persatuan. Dengan perkataan lain bangsa ini akan tetap menjadi
bangsa yang kuat selama kita dapat mengatasi semua permasalahan dengan persatuan
dan kesatuan. Sebagai pandangan hidup bangsa, di dalam Pancasila terkandung konsep
dasar kehidupan yang dicita-citakan serta dasar pikiran yang terdalam dan mengenal
wujud kehidupan yang dianggap baik. Oleh karena itulah Pancasila harus menjadi
pemersatu bangsa yang tidak boleh mematikan keanekaragaman yang ada sebagai
Bhineka Tunggal Ika.58
Sejarah mencatat bahwa cita-cita persatuan yang selalu ingin kita wujudkan
dalam kehidupan ini telah digaungkan pada zaman kerajaan sebelum kemerdekaan
Indonesia seperti dalam kitab-kitab dahulu dalam kitab sutasoma dan kakawin
negarakertagama. Hal itu dapat terwujud karena semangat menepis semua perbedaan
dari berbagai kerajaan untuk mewujudkan satu nusantara yang menjadi embrio bangsa
Indonesia. Untuk mewujudkan persatuan para pendiri bangsa merancang sebuah
sesanti untuk menyatukan setiap perbedaan warga negara Indonesia. Mereka sadar betul
bahwa keragaman masyarakat bisa menimbulkan perpecahan bila tak disatukan oleh
semangat dan semboyan yang sama yaitu Bhineka Tunggal Ika.59 Semangat persatuan
dalam perbedaan masih dapat kita rasakan sampai saat ini walaupun terkadang dalam
perkembangan di dalam menjalankan kehidupan kenegaraan muncul perselisihan yang
dapat memicu perpecahan. Seperti ketika dalam urusan berpolitik sering kali beberapa
pihak saling menjatuhkan hanya untuk kepentingan tertentu saja. Sementara itu kita
harus tetap memupuk rasa persatuan yang menjadi modal utama dalam mengelola
negara.
Penerapan konsep bhineka tunggal ika dalam mewujudkan negara Indonesia yang
sejahtera harus ditanamkan dalam berbagai elemen. Misalnya dalam mengatasi segala

58 Purwito Adi, Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila Bagi Masyarakat Sebagai Modal Dasar
Pertahanan Nasional NKRI, Jurnal Moral Kemasyarakatan Vol. 1, No.1, JUNI 2016, Hlm. 41
59 Yugha Erlangga, Ayo Merawat Indonesia (Panduan Nilai-nilai Toleransi dan Kebhinekaan Untuk
Siswa), Erlangga, Jakarta, 2017, Hlm.30

63
permasalahn yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia seperti saat menghadapi
krisis moneter, intimidasi dari bangsa lain, permasalahan disintegrasi ataupun masalah
lunturnya karakter bangsa. Dalam menyelesaikan permasalah krisis ekonomi kita harus
menggunakan semangat persatuan untuk mengentaskan bangsa ini dari keterpurukan
ekonomi. Dengan cari semua sektor ekonomi saling bekerjasama dan dapat menekan
egoisme masing-masing dan menciptakan sistem ekonomi yang kuat bagi bangsa ini.
Dalam masalah disintegrasi bangsa perlu adanya keseriusan untuk menyelesaikan
permasalah ini. Jika faktor yang memicu disintegrasi bangsa tidak segera diatasi maka
dapat menjadi bom waktu yang dapat menghancurkan negara ini. Salah satu strategi
yang digunakan adalah mengembalikan kepercayaan rakyat pada negara dan memupuk
kembali semangat persaudaraan melalui sosialisasi dan edukasi baik formal dan non
formal pada masyarakat.
Mewujudkan negara yang maju dengan semangat bhineka tunggal ika seharusnya
dapat dilakukan melalui beberapa cara, yakni:
1. menumbuhkan rasa saling menghargai di antara masyarakat dengan berbagai
perbedaan suku dan budaya;
2. menjalankan fungsi politik secara efektif untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat luas;
3. mengelola kekayaan daerah untuk memenuhi kebutuhan otonomi dan menunjang
ekonomi nasional;
4. menjunjung tinggi semangat kebersamaan untuk melawan issue perpecahan dan
ideologi yang merusak karakter bangsa.

C. Membangun Negara Berdasarkan Prinsip Pancasila


Negara harus dikelola dengan baik agar dapat berdiri dengan baik dan berkembang
mengikuti perkembangan zaman. Kita tau bahwa negara Indonesia merupakan negara
yang memiliki karunia berupa lokasi yang sangat strategis dan sumber daya alam yang
beraneka ragam. Namun kekayaan yang kita miliki terkadang membuat kita terlena dan
lupa jika kita tidak memahami dan mempelajari bagaimana cara mengelolanya. Maka
agar kita tidak semakin terlena kita harus berfikir bagaimana mengelola negara ini secara
baik, berdasarkan prinsip Pancasila yang telah dirumuskan para pendiri bangsa yang
diakui dan diyakini kesemua nilainya mampu menghantarkan bangsa ini ke arah yang
semakin baik.
Keseriusan dalam mewujudkan negara yang sejahtera dapat terlihat jika kita
semua mendukung setiap kebijakan pemerintah untuk mewujudkan negara sejahtera

64
kita dukung secara maksimal. Bagaimana cara kita mendukung pemerintah untuk
mewujudkan cita-cita itu yakni dengan bersikap proaktif dan menaruh kepercayaan yang
lebih pada pemerintahan selaku penyelenggara negara. Sikap proaktif masyarakat dapat
tercermin dari kepedulian kita terhadap perkembangan yang ada baik pembangunan
ataupun pemanfaatan sumber daya yang ada guna kesejahteraan bersama. Masyarakat
juga berhak menjadi control terhadap pembangunan agar tidak terjadi penyelewengan
oleh pejabat serta dapat memberikan masukan untuk mendapatkan hasil terbaik. Wujud
kepedulian masyarakat akan membawa dampak bahwa negara ini dibangun dengan cara
kebersamaan setiap bagian masyarakat merasakan negara ini sebagai bagian dari keluarga
sehingga jika terjadi permasalahan dapat segera dicari solusinya. Sedangkan kepercayaan
masyarakat amat diperlukan untuk membangun negara ini menjadi negara yang kuat,
adil dan makmur. Kepercayaan yang diberikan masyarakat akan menjadi tolak ukur
adanya dukungan yang maksimal terhadap kemajuan bangsa ini.
Adapun bagaimana cara membangun bangsa Indonesia berdasarkan prinsip
Pancasila dapat diwujudkan melalui:
1. Mewujudkan konsep negara yang berketuhanan dengan tidak mencampuri
kebebasan rakyat untuk meyakini kepercayaan yang dipeluknya;
2. Meningkatkan jiwa saling menghargai atas dasar kesamaan hak asasi manusia yang
dimiliki;
3. Menjaga semangat persatuan dengan menepis issue disintegrasi bangsa;
4. Menciptakan masyarakat yang damai dan saling mendukung dalam mewujudkan
kesejahteraan bersama;
5. Mendukung dalam mewujudkan sistem elektoral yang baik guna memilih
pemimpin yang bekerja untuk rakyat, mengayomi serta berfikir dan bertindak
bijaksana;
6. Membuka ruang diskusi antara pemimpin dan rakyat tanpa ada sekat politik yang
saling mementingkan kepentingan tertentu;
7. Menjunjung tinggi keadilan dalam kehidupan sosial dengan berpangku pada
norma kehidupan yang telah disepakati.
Membangun bangsa ini juga tidak akan lepas dari bagaimana membangun karakter
rakyat Indonesia. Berbeda dengan membangun infrastruktur yang dapat kita target berapa
lama waktu yang akan dihabiskan untuk melaksanakan proyek tersebut. Namun dalam
rangka membangun karakter bangsa membutuhkan waktu yang tidak singkat dan tidak
mampu kita prediksi kapan selesainya. Terutama pada generasi muda yang nanti pada
giliranya akan menjadi pemimpin dan menjadi motor yang mampu menggerakan baik

65
roda pemerintahan maupun sekktor pendukung lainnya untuk menjadi negara yang
semakin baik. para pembaca sekalian mungkin bertanya sebenarnya takaran karakter
bangsa yang seperti apa yang ingin kita bangun. Untuk menjawab pertanyaan itu kita
harus menggabungkan beberapa landasan berfikir antara historis, filosofis dan praktis.
Tiga landasan tersebut dapat dijadikan pondasi dalam merumuskan karakter bangsa
yang ideal untuk kita.
Dari segi historis dapat kita rumuskan bahwa para pendiri bangsa ini dalam
mewujudkan kemerdekaan Indonesia dilandasi dari kepentingan yang berbeda-beda
serta dari budaya yang beraneka ragam. Berangkat dari perbedaan kepentingan itu ada
semangat yang sama untuk mewujudkan kebebasan dari bentuk penjajahan karena
pada hakikatnya manusia selalu inginkan kehidupan yang bebas. Maka dari itu adanya
semangat persatuan untuk mengusir penjajah mengahasilkan kemerdekaan bagi bangsa
ini. Dari sejarah yang telah kita lalui itu satu karakter yang ingin dibentuk adalah
menjadi manusia yang peduli akan kepentingan manusia lain yang mampu menepis
sifat egoisme pada diri masing-masing untuk mewujudkan kebersamaan. Karena
kebersamaan terbukti menjadi senjata yang paling kuat untuk menyelesaikan berbagai
persoalan yang akan kita hadapi.
Secara filosofis manusia hidup ingin mendapatkan atau mewujudkan nilai-
nilai kebaikan. Kita juga tidak akan lepas dari keinginan kita untuk mendapatkan
pemberlakuan sikap yang baik dari manusia lain. Bila seseorang harus bersikap baik
maka kita harus berlaku baik kepada orang lain. Pun juga jika kita ingin diberlakukan
adil, hendaknya kita harus mengupayakan keadilan untuk orang lain. Sebagaimana
orang ingin mendapatkan kehidupan yang damai, tenteram tercukupi semua kebutuhan
sandang, pangan, papan hingga kebutuhan batiniah maka perlu diwujudkan dengan
kebaikan kehidupan secara bersama. Maka dari itu semua tidak akan terwujud jika
tidak ada kedamaian dalam kehidupan bernegara ini. Coba kita bayangkan apakah
kebutuhan batiniah akan kehidupan yang nyaman dapat terpenuhi jika negara kita
sedang berperang, tentu hal itu tidak akan terpenuhi. Mewujudkan kehidupan yang
baik tentu membutuhkan kebersamaan dan saling mendukung antara manusia yang
satu dan manusia yang lainnya.
Berbicara dasar berpikir kita antara historis dan filosofis harus dapat digunakan
dalam kehidupan yang sifatnya praktis. Nilai yang akan kita tentukan harus mampu
diwujudkan kepada kehidupan yang nyata, itulah wujud nilai yang dapat berlalu
praktis. Kita juga tidak dapat menafikkan bahwa perkembangan kehidupan ini bersifat
dinamis dan nilai ideal yang kita pikirkan terkadang sulit untuk dinyatakan. Mungkin
nilai keadilan pada zaman lampau akan berbeda dengan konsep keadilan pada zaman

66
sekarang. Misalnya dalam hakim memutus sengketa tentu dapat dipengaruhi faktor
karakter hakim, faktor ekonomi bahkan faktor lingkungan. Kita ingin menjadi orang
yang menjunjung tinggi kebaikan, ternyata lingkungan kita tidak mendukung untuk
mewujudkan keinginan itu.

67
BAB VII
EKSISTENSI PANCASILA
DALAM KEHIDUPAN KONTEMPORER

Kompetensi Dasar :
Setelah membaca dan menelaah pokok bahasan dalam BAB VII pembaca
diharapkan dapat mengetahui serta mendapatkan pandangan konsep mengenai
eksistensi pancasila dalam kehidupan kontemporer.

Materi yang di bahas dalam BAB VII:


1. Diskursus warisan kebudayaan atau kemajuan zaman
2. Telaah masyarakat Indonesia di zaman Kontemporer
3. Eksistensi Pancasila Dalam Kehidupan Kontemporer

A. Diskursus Warisan Kebudayaan atau Kemajuan Zaman


Kita telah memasuki zaman dimana pemikiran kita akan digiring untuk berpikir
lebih baik kita akan tetap mempertahankan kebudayaan kita atau kita ingin merubah
budaya kita untuk mengikuti perkembangan zaman. Marilah kita meluruskan konsep
berpikir kita untuk menghindari gagal pemahaman dalam menyikapi perkembangan
zaman. Kemajuan zaman yang terjadi pada saat ini tentu tidak dapat kita hindari. Secara
langsung kita akan terpapar dalam kemajuan baik teknologi seperti moda transportasi,
komunikasi hingga kemajuan zaman yang akan merubah pola hidup manusia. Siapa
sangka dulu kita dapat melihat seseorang dari tempat satu ke tempat yang lain dengan
menggunakan video call. Dan siapa pernah membayangkan bahwa kita akan pergi ke
negara lain hanya dengan hitungan jam saja. Itulah bentuk hasil dari perkembangan
zaman yang tidak pernah kita prediksi sebelumnya.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa perkembangan zaman banyak membantu kita
dalam melalui kehidupaan ini. Teknologi yang diciptakan sangat memudahkan kita untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. Namun kemajuan zaman juga dapat menimbulkan
dampak buruk pada kehidupan. Adanya sisi positif dan negatif perkembangan ipteks
menyebabkan situasi yang sangat dilematis. Oleh karena itu, mencegah timbulnya
dampak negatif dari perkembangan ipteks manusia sebagai pencipta dan pelaksana
diminta untuk menggunakan ipteks dengan penuh kesadaran untuk kebaikan.60 Kita
ambil contoh dampak buruk akibat pembangunan jalan tol yang menghubungkan
daerah satu dengan daerah lainnya. Pembangunan jalan tol yang terjadi memang
memberikan kemudahan bagi sebagian manusia dalam melintasi daerah yang satu ke
daerah yang lain. Akan tetapi tidak pernah kita bayangkan bahwa pembangunan jalan
tol dapat merusak lingkungan di sekitar jalur tol tersebut. Dalam pembuatan jalur tol
ternyata banyak kawasan hutan yang dihilangkan, banyak pula pegunungan yang di
pangkas sehingga keseimbangan lingkungan akan terganggu. Yang terjadi saat musim
penghujan turun banjir serta tanah longsor terjadi dimana-mana, panas bumi juga akan
semakin meningkat.
Lalu bagaimana sikap kita mendukung kemajuan zaman dengan berbagai
pembangunannya atau harus menolak. Kita tidak bisa hanya terdiam tidak mengikuti
perkembangan zaman, namun kita juga perlu memonitoring setiap perkembangan zaman
yang terjadi. Manusia berlomba menciptakan teknologi agar eksistensi dirinya diakui
oleh masyarakat luas, walaupun terkadang teknologi yang diciptakan akan membawa
pengaruh buruk pada kehidupan. Harusnya dengan diciptakan teknologi manusia juga
semakin bijak dalam menggunakan teknologi untuk kelestarian lingkungan. Karena jika
kehidupan ini terus berkembang dengan kemajuan teknologinya namun kemampuan
daya dukung lingkungan tidak memadai maka yang terjadi adalah kerusakan pada
kehidupan manusia. Sebagai contoh terciptanya tenaga nuklir, walaupun nuklir sangat
bermanfaat bagi kehidupan seperti yang digunakan dalam pembangkit listrik, namun
radiasinya menyebabkan begitu banyak resiko seperti gangguan pertumbuhan pada
manusia, dari mulai luka, kemandulan, sampai terjadinya mutasi gen makhluk hidup.
Manusia dituntut untuk berlaku bijak dalam menyikapi perkembangan zaman
atau era globalisasi. Terkadang globalisasi informasi dan budaya yang dikendalikan
negara-negara maju semakin dirasakan mengancam budaya Indonesia dan negara-
negara berkembang. Memang tidak seluruh sistem nilai dan budaya yang disebarkan
melalui globalisasi itu memiliki dampak negatif bagi perkembangan sisitem nilai budaya
tradisional dan nasional Indonesia, yang mengandung banyak kearifan lokal (local
wisdom).61 Perkembangan yang terjadi tidak harus merubah warisan kebudayaan yang
dimiliki bangsa ini. Walaupun teknologi semakin canggih , warisan budaya justru harus
kita lindungi agar tetap lestari. Sebagai contoh memanfaatkan kemajuan zaman seperti
teknologi informasi, kita harus mempromosikan kebudayaan yang kita miliki seperti

60 Ani Sri Rahayu, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar (Perspektif Baru Membangun Kesadaran Global
Melalui Revolusi Mental), Bumi Aksara, Jakarta, 2016, Hlm. 157
61 Sutrisno, Revolusi Mental Menumbuh-kembangkan Rasa Nasionalisme, Indoliterasi, Yogyakarta,
2016, Hlm. 125

70
kesenian, keindahan alam, aneka ragam hayati serta budaya masyarakat pedalaman agar
dapat menarik minat wisatawan asing untuk datang ke Indonesia. Indonesia sangat kaya
akan kebudayaan namun justru masyarakat enggan untuk mempromosikan sehingga
budaya yang ada cenderung semakin punah. Ada pula yang menganggap bahwa jika kita
masih menggunakan budaya lama, kita dianggap ketinggalan zaman. Padahal kalau kita
lihat di negara-negara maju justru kebudayaan yang mereka miliki akan dia lindungi dan
berupaya untuk menampilkan di mata masyarakat dunia.
Justru kita memiliki tugas untuk menggali kebudayaan yang merupakan warisan
dari nenek moyang terdahulu yang belum terekspose sehingga keanekaragaman
budaya semakin bertambah. Upaya menggali kebudayaan yang ada dapat melalui
dinas terkait seperti dinas pendidikan dan kebudayaan. Support penuh dari pemerintah
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk menggali serta melestarikan
kebudayaan pada masing-masing daerah harus terus dikembangkan. Objek-objek yang
dapat menjadi kajian kebudayaan seperti situs kuno, tempat yang memiliki petuah pada
masyarakat adat setempat diberikan akses untuk lebih digali dan dijadikan objek wisata
serta kajian kebudayaan. Bahasa daerah yang dimiliki pada daerah-daerah tertentu harus
dimuat dalam kurikulum daerah setempat sehingga masih terus dipelajari. Melalui cara
itulah semangat masyarakat untuk tetap mempelajari kebudayaan asli bangsa ini tetap
terjaga.

B. Telaah Masyarakat Indonesia di Zaman Kontemporer


Jika melihat perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia menjadi sangat menarik
untuk kita jadikan bahan telaah atau kajian tersendiri. Dari segi tata kehidupan hingga
pola perilaku dari masa ke masa dapat kita sorot dari berbagai sudut pandang yang
berbeda. Mari kita telaah dari satu sudut pandang mengenai permasalahan yang sedang
menyelimuti masyarakat Indonesia di zaman kontemporer. Permasalahan yang sangat
dekat dengan masyarakat di Indonesia pada zaman ini yakni permasalahan pertumbuhan
ekonomi dan industrialisasi. Dalam hal pertumbuhan ekonomi yang dihadapi bangsa
ini terlihat belum dapat dikatakan semakin membaik. Indikator yang menjadi landasan
bahwa dikatakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak baik adalah kurangnya
lapangan pekerjaan, sumber daya manusia yang tidak memadai hingga pendapatan yang
jauh dari standar. Industrialisasi mengarahkan cara berpikir masyarakat yang dahulu kita
terkenal negara agraris namun pada kenyataannya masyarakat lebih cenderung suka
bekerja pada sektor industri seperti bekerja di pabrik-pabrik, perkantoran dibandingkan
menjadi petani.

71
Masalah lingkungan hidup juga menjadi kajian yang harus diperhatikan pada
masa kini. Negara Indonesia menjadi salah satu negara yang sedang berkembang dengan
indikasi pertumbuhan pembangunan infrastruktur dimana-mana dibangun gedung
bertingkat, jembatan besar, jalan tol, hotel dan infrastruktur lainnya. Akan tetapi perlu
kita amati perubahan keseimbangan lingkungan hidup akan cepat bergeser dikarenakan
adanya pembangunan infrastruktur tersebut. Kadangkala pembangunan yang dilakukan
sering mengabaikan dampak pada lingkungan sekitar. Sebagai contoh pembangunan
perumahan pada kawasan hutan akan menyebabkan keseimbangan lingkungan sekitar
hutan tersebut rusak. Tanah longsor, banjir akan terjadi karena tidak ada resapan air jika
hujan turun dengan lebat.
Akhir-akhir ini terdengar wacana pemindahan ibukota negara Indonesia dari
Jakarta ke pulau kalimantan oleh presiden Joko Widodo santer terdengar di telinga
kita. Bukan tidak setuju, namun pemindahan ibukota tersebut hendaknya dikaji lebih
mendalam. Beberapa kajian melihat Jakarta sudah tidak layak lagi menjadi sebuah
ibukota negara karena tingkat kepadatan penduduk, banjir yang belum dapat teratasi
secara baik, pun juga isu pemindahan yang akan dilakukan untuk mengurangi polusi di
kota itu. Dari sudut pandang lain muncul pertanyaan, apakah janji yang dulu sempat
terucap ketika Joko Widodo menjadi Gubernur DKI Jakarta untuk mengatasi persoalan
banjir tidak dapat terpenuhi sehingga solusi terbaik harus memindahkan ibu kota ke
Kalimantan adalah solusi terbaik? tentunya mari kita diskusikan lebih lanjut. Jika kita
lakukan pemindahan ibu kota ke Kalimantan berapa dana yang harus dipersiapkan oleh
negara ini dan berapa lahan yang harus dipersiapkan dan berapa hutan yang harus dialih
fungsikan. Maka harus dipertimbangkan sebaik mungkin tentang dampak terhadap
lingkungan yang akan terjadi.
Andai ibu kota akan dipindahkan ke Kalimantan kemungkinan yang akan terjadi
pembangunan infrastruktur akan mulai dilakukan sedangkan dalam pembangunan
tersebut akan merubah keadaan lingkungan alamiah kawasan tersebut. Akan ada alih
fungsi hutan mengingat lokasi yang akan dijadikan pusat ibukota tersebut setidaknya
melakukan pembebasan kawasan hutan. Pembebasan kawasan tersebut tentu saja
akan merubah keadaan lahan yang dahulu digunakan sebagai lahan pertanian atau
perkebunan menjadi lahan untuk membangun infrastruktur. Tentunya yang tidak dapat
dihindari lagi karena adanya pembangunan tersebut akan terbentuk kota baru yang akan
menimpulkan polusi walaupun bertahap dan permasalahan lain seperti banjir hingga
peningkatan suhu di wilayah itu.
Permasalahan lain yang dekat dengan masyarakat Indonesia pada masa
kontemporer ini tentang demokratisasi dan penegakan hukum. Perkembangan zaman

72
akan membentuk pola kehidupan pada masyarakat dengan karakter yang sangat berbeda
dari masa ke masa. Walaupun pada masa kini teori demokrasi sering diperbincangkan
dan berupaya ingin diterapkan dalam bangsa ini nyatanya proses demokratisasi tersebut
tidak berjalan secara sempurna. Demokrasi hanya dijadikan alat bagi beberapa golongan
tertentu untuk memenuhi kepentingan. Sebagai kajian misalnya dalam proses demokrasi
seperti pemilihan umum masih terjadi politik uang, partai politik saling sikut untuk
mempertahankan eksistensinya. Sedangkan dalam fase penegakan hukum walaupun
struktur penegak hukum telah ada namun peran yang dijalankan masih kurang.
Proses penegakan hukum mengalami kendala yang disebabkan dari struktur dan juga
substansi hukum yang masih belum ideal. Dari segi struktur beberapa oknum penegak
hukum masih dapat dipengaruhi oleh iming-iming suap dan adanya pihak lain yang
mempengaruhi misalnya peran atasan. Sedangkan segi substansi hukum masih banyak
aturan yang sifatnya tebang pilih dan dibuat hanya untuk kepentingan beberapa oknum
semata.
Masalah disintegrasi nasional juga menjadi fokus yang hangat untuk diperdebatkan.
Pengelolaan fungsi pemerintah akan menimbulkan polemik tersendiri bagi bangsa ini jika
tidak diatasi secara baik. Disintegrasi dapat muncul jika terdapat pemahaman beberapa
rakyat atau kelompok rakyat yang memiliki persepsi berbeda. Faktor apa saja yang dapat
membentuk disintegrasi nasional antara lain ; 1) pelaksanaan asas otonomi daerah yang
tidak berimbang; 2) kurangnya komunikasi yang aktif dari pemerintah pusat kepada
daerah; 3) adanya kekuatan asing yang berupaya menunggangi kepentingan masyarakat
tertentu; 4) lemahnya politik nasional dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

C. Eksistensi Pancasila dalam Kehidupan Kontemporer


Potensi Pancasila kehilangan eksistensi sebagai ideologi di gelombang revolusi industri
4.0 bisa saja terjadi apabila pemerintah selaku penyelenggara negara dan masyarakat
pada umumnya tidak bekerja sama untuk saling menumbuhkan kesadaran mengenai
pentingnya nilai-nilai Pancasila bagi kehidupan bersama di masa yang akan datang.
Diharapkan ke depan, pemerintah Indonesia dapat membuat suatu kebijakan yang
mencerminkan nilai Pancasila dan Konstitusi untuk mengatur persoalan menyangkut
penemuan dan perkembangan sains serta teknologi di Indonesia.62 Pancasila memang
telah memberikan pondasi yang kuat di dalam kehidupan bangsa ini. Jika kita lihat
dari ruang ke ruang institusi, sekolahan, kantor-kantor dan berbagai tempat terpajang

62 Nurul Fadilah, Tantangan Dan Penguatan Ideologi Pancasila Dalam Menghadapi Era Revolusi
Industri 4.0, Journal of Digital Education, Communication, and Arts Vol. 2, No. 2, September 2019,
Hlm. 67

73
simbol Pancasila dalam lambang negara yaitu burung Garuda Pancasila. Kenyataan
itu membuat lambang menjadi familiar dikalangan anak bangsa entah itu orang tua
ataupun pemuda. Sejatinya harapan yang ingin dicapai para pendiri bangsa tidak hanya
sampai demikian saja, Pancasila dijadikan simbol-simbol, dipasang diruangan kerja
ataupun sekolahan. Akan tetapi tujuan nyata dalam menerapkan nilai yang terkandung
disetiap silanya kedalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sungguh cita-cita yang
sangat mulia dan patut untuk kita upayakan demi kehidupan Indonesia yang sejahtera.
Marilah saudara kita renungkan pada diri masing-masing sudahkah kita
melaksanakan atau menerapkan nilai-nilai Pancasila pada kehidupan saat ini. Jika saya
merasakan kehidupan saat ini berbeda bertolak belakang dengan kehidupan yang saya
rasakan di era 80-90an dimana justru di masa-masa itu nilai Pancasila tumbuh subur
dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Semangat kegotong-royongan sangat melekat
di masyarakat yang tercermin dalam budaya kerja bakti, berbagai macam pesta rakyat,
sambatan63, sedekah desa, bercocok tanam bersama dan banyak kegiatan lain yang
dilakukan. Hal kecil yang dilakukan tersebut dapat mencerminkan nilai kebersamaan
yang relevan dengan sila persatuan dan kesatuan. Budaya saling membantu masih sering
kita temui dan ini menjadikan semangat kekeluargaan sangat hidup pada masyarakat
kita terutama di masyarakat pedesaan yang jauh dari hiruk pikuk kemewahan.
Beberapa waktu lalu di bulan Januari 2019, saya sedang berkendara di jalanan di
daerah Semarang. Tiba-tiba ada di samping saya ibu dan anak yang membonceng di
jambret oleh beberapa pemuda, sedangkan disekitar banyak sekali orang-orang namun
mereka hanya melihat saja, sedangkan ibu yang di jambret tadi sudah berteriak meminta
tolong. Dari peristiwa ini saya dapat menyimpulkan bahwa rasa kepedulian masyarakat
mulai luntur bahkan ketika seseorang sedang mengalami kesulitan sekalipun tidak ada
yang mau menolong. Entah orang-orang di sekitar ibu-ibu tadi merasa takut akan di
ancam ataukan rasa empati manusia sudah mulai hilang. Kepedulian yang semakin
luntur ini tidak sebanding dengan slogan yang sering kita teriakkan “saya Indonesia, saya
Pancasilais” sepertinya menjadi kata yang akan terdengar sumbang ditelinga. Harusnya
dengan banyaknya tulisan yang menjadi penyemangat nilai Pancasila, banyaknya
lambang-lambang Pancasila, berbagai buku atau literasi bertema Pancasila dapat
menjadikan kehidupan bangsa ini yang bernilai Pancasila.

63 Istilah “sambatan” merupakan suatu bentuk kerja bakti di masyarakat Jawa khususnya jawa
tengah, masyarakat bersama-sama membantu tetangga yang ingin membuat rumah. Dalam acara sambatan
warga saling membantu tetangga untuk membangun rumah di tetangga lainnya tanpa mendapatkan
upah. Keluarga masyarakat yang sedang memiliki gawe untuk membangun rumah, hanya menyiapkan
masakan dan biasanya disediakan tumpeng dan minuman sejenis kolak.

74
Di sisi lain budaya saling menghormati antar manusia juga sudah mulai hilang.
Sikap murid yang tidak mencerminkan kepatuhan, hingga terlihat di video yang di
unggah di media sosial ada siswa yang melecehkan gurunya, ini sangat ironis sekali.
Tutur kata juga sudah tidak saling di jaga hingga unggah-ungguh antara yang muda
dan yang tua mulai hilang. Jika dulu mahasiswa menghubungi dosen di tengah malam
itu menjadi hal yang sangat tabu atau mungkin tidak pernah dilakukan, maka saat ini
menjadi sesuatu hal yang wajar. Entah ada yang salah pada pola mendidik anak atau
adanya pengaruh budaya lain yang mencoba menghilangkan kebiasaan baik yang telah
menjadi bagian dari kita. Coba sejenak mari kita pikirkan namun harus segera ada
strategi bagaimana agar budaya yang telah dimiliki oleh bangsa ini tidak hilang begitu
saja tergerus oleh perkembangan zaman. Agar Pancasila sebagai ideologi dan falsafah
hidup bangsa tetap mempunyai semangat untuk diperjuangkan dan dipertahankan
oleh rakyat Indonesia, kita perlu menerima kenyataan belum diterimanya Pancasila
oleh seluruh elemen dalam masyarakat. Oleh karena itu kita harus terus menggali dan
mengkontekstualisasikan nilai luhur Pancasila dengan konteks kekinian.64
Berbagai macam usaha yang dilakukan oleh pemerintah salah satunya di
masukkannya pendidikan pancasila pada kurikulum Perguruan Tinggi yang secara
landasan yurisnya adalah undang-undang nomor 12 Tahun 2012 tentang pendidikan
tinggi. Hal tersebut diatur lebih khusus dalam Pasal 35 Ayat (5) yang menjelaskan
bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah agama, Pancasila,
kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia. Maka dari itu begitu seriusnya pemerintah
ingin mewujudkan nilai Pancasila itu dalam setiap kehidupan berbangsa dan dalam
berbagai sektor. Karena kita inginkan semua lulusan perguruan tinggi setelah terjun di
dalam masyarakat dengan berbagai kepakaran masing-masing dapat menerapkan dan
mengamalkan setiap nilai yang terkandung di dalam Pancasila.
Namun nampaknya banyak sekali tulisan yang ditulis dalam berbagai jurnal,
buku teks dan juga artikel di media online belum dapat menjadi solusi bangsa ini
dalam permasalahan lunturnya karakter bangsa. Yang diperlukan adalah contoh dan
suri tauladan dari orang tua, pemimpin di tempat kerja, dari seorang guru, seorang
dosen dan pada level pejabat negara. Secara visual apa yang dilakukan oleh seseorang
sangat mudah ditangkap dan di ingat pada pemikiran kita, maka hal yang paling tepat
adalah memberikan contoh untuk melakukan hal baik yang sejalan dengan rumusal
sila Pancasila. Sebagai contoh seorang guru harus mampu mengajarkan bagaimana
bersikap secara santun, rendah hati, tutur kata yang baik dan memberikan dorongan

64 Alif Lukmanul Hakim, Kontekstualisasi dan Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa
dan Bernegara Dalam Memaknai Kembali Pancasila, Badan Penerbit Filsafat UGM, Yogyakarta, 2007,
Hlm.151

75
moril pada peserta didiknya. Seorang pimpinan harus menjadi figur panutan dan
memiliki kewibawaan yang kuat dengan berperilaku baik juga bertindak bijaksana
dalam lingkungan bekerjanya. Pejabat negara mempunyai tanggungjawab yang besar
untuk mengedukasi masyarakat luas karena dengan uang rakyat mereka mendapatkan
gaji sehingga mereka tidak akan menyalahgunakan wewenangnya. Yang paling utama
sebagai orang tua harus mampu mengarahkan anak-anaknya untuk berperilaku baik,
menegor jika anak berbuat salah, mengajarkan kedisiplinan dan memiliki rasa empati
yang tinggi.
Perkembangan zaman yang semakin hari kian berubah secara cepat menuntut kita
untuk menyesuaikan. Kita tidak mampu menolak perubahan yang terjadi akan tetapi
kita dapat menentukan bangsa ini ingin kita letakkan dimana. Maksud dari pernyataan
sebelumnya adalah kita harus mengikuti dan hukumnya wajib menyesuaikan
perkembangan yang ada namun potensi yang ada di dalam diri bangsa ini harus tetap
dijaga seperti modal besar sebagai karunia kita berupa kekayaan alam harus dikelola secara
baik dan dimanfaatkan secara efisien. Dapat dimungkinkan bahwa negara Inndonesia
yang kaya akan sumber daya alam menjadi incara bangsa lain. Kemudian budaya yang
ada pada daerah maupun suku yang ada di Indonesia harus di jaga dan dilestarikan dan
karena sekarang era digital maka kesempatan emas bagi kita untuk mempertontonkan
budaya, kesenian, karya asli bangsa ini di mata dunia.

76
BAB VIII
STRATEGI PANCASILA
DALAM MENGHADAPI ERA DISRUPSI

Kompetensi Dasar :
Setelah mengikuti pokok bahasan dalam BAB VIII pembaca diharapkan dapat
menjelaskan mengenai strategi pancasila dalam menghadapi era disrupsi.

Materi yang di bahas dalam BAB VIII:


1. Sekilas pandang mengenai era disrupsi
2. Posisi pancasila dalam era disrupsi
3. Strategi pancasila dalam menghadapi era disrupsi

A. Sekilas Pandang Mengenai Era Disrupsi


Pada beberapa pembicaraan dan diskusi sering kita mendengar kata “disrupsi” yang
memberikan gambaran pada pemikiran kita tentang perubahan zaman yang sangat
signifikan. Kata disrupsi sendiri bagi sebagian orang menjadi sebuah tantangan sekaligus
sebagai spirit bahwa di zaman tersebut segala sesuatu dapat digapai secara mudah karena
munculnya teknologi yang canggih yang akan membantu dalam kehidupan ini. Di sisi
lain datangnya era disrupsi justru menjadi momok atau ketakutan tersendiri bahwa posisi
kita akan terasing dan tersingkirkan maupun tidak dapat mengikuti perkembangan
zaman itu. Era disrupsi sering di identikan dengan revolusi industri 4.0 yang ditandai
dengan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang, khususnya kecerdasan buatan,
robot, blockchain, teknologi nano, komputer kuantum, bioteknologi, Internet of Things,
percetakan 3D, dan kendaraan tanpa awak.
Kita telah melihat tiga revolusi industri besar yang telah terjadi sepanjang sejarah.
Revolusi Industri 1.0 adalah revolusi mekanik, ditandai dengan penemuan mesin
bertenaga uap dan air pada akhir abad ke 18 yang mengganti tenaga manusia dengan
tenaga mesin. Revolusi Industri 2.0 terjadi pada 1870, merupakan fase revolusi listrik
yang ditandai dengan adanya produksi massal menggunakan mesin bertenaga listrik
sehingga mempercepat proses produksi. Pada era ini mulai juga mulai diciptakan
sarana transportasi yang dapat mempercepat perjalanan manusia seperti mobil,
pesawat terbang serta terciptanya sarana komunikasi seperti pesawat telepon. Revolusi
Industri 3.0 terjadi pada tahun 1969, biasa disebut dengan Era Informasi. Yang
ditandai dengan perkembangan elektronik dan teknologi informasi. Masyarakat lebih
mudah mendapatkan informasi dari berbagai sumber dengan terciptanya internet.
Perkembangan di era ini sangat terlihat sekali pada efek kemajuan zaman.
Suka atau tidak suka era disrupsi sudah masuk pada kehidupan kita, kita tidak
dapat menolak perkembangan zaman tersebut. Langkah yang terbaik kita mulai belajar
untuk menyesuaikan diri pada setiap perkembangan yang terjadi. Pemantaban diri
melalui pengetahuan yang mendukung aktualisasi diri sudah menjadi kebutuhan yang
harus dipenuhi. Sudah saatnya segala bentuk sekat yang membatasi antara negara satu
dengan negara yang lain menjadi hilang, dengan pengertian yang lain bahwa semua
orang dapat berinteraksi lintas negara tanpa batas (borderless). Hal tersebut dapat
menjadi peluang bagi orang yang telah mempersiapkan kompetensi pada diri pribadi,
namun akan menjadi ancaman bagi kita yang melawan arus untuk menolah era baru
itu. Sudah sepatutnya zaman terus berkembang, kita hanya butuh merubah mindset kita
untuk menghilangkan ketakutan dalam pikiran kita untuk terus dapat meningkatkan
kompetensi yang kita miliki.
Perubahan akan terus terjadi seperti contohnya di era tahun 90an bisnis warung
telekomunikasi (wartel) menjadi sebuah bisnis yang sangat menjanjikan, namun di
tahun 2000an perlahan-lahan bisnis itu mulai ditinggalkan karena telah masuk telepon
selular (ponsel) yang memberikan kemudahan bagi kita untuk berkomunikasi. Dulu
disetiap kios-kios banyak pedagang Compactdisk (CD) namun sekarang sudah tidak
trend lagi karena sekarang memutar music melalui handphone atau menyimpan file
musik melalui flashdisk menjadi lebih efisien. Begitulahh potret perkembangan zaman
yang sangat cepat merubah kebiiasaan kita. Maka dari itu sudah sepatutnya kita harus
berfikir kreatif agar kita tidak termakan masa. Tantangan di era globalisasi yang bisa
mengancam eksistensi kepribadian bangsa, dan kini mau tak mau suka tak suka bangsa
Indonesia berada di pusaran arus globalisasi dunia. Tetapi harus diingat bahwa bangsa
dan negara Indonesia tak mesti kehilangan jatidiri, kendati hidup ditengah-tengah
pergaulan dunia. Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian bangsa asing mungkin saja
mendatangkan kemajuan, tetapi kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut
menjadi asing dengan dirinya sendiri. Mereka kehilangan jatidiri yang sebenarnya sudah
jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila.65

65 Syamsudin, Pentingnya Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara, Transformasi :


Jurnal Studi Agama Islam, Vol.12 No. 2 (2019), Hlm. 79

78
B. Posisi Pancasila dalam Era Disrupsi
Ihwal yang terpenting saat ini adalah bagaimana kita mengetahui posisi Pancasila
dalam era disrupsi. Segala bentuk perubahan zaman yang terkadang bergerak secara
cepat mempunyai konsekuensi tersendiri bagi kita. Di samping mempunyai manfaat
tentu juga akan menciptakan dampak buruk bagi negara ini. Kemungkinan dampak
buruk yang akan timbul dari adanya perkembangan revolusi industri yang bergulir
semakin cepat akan membawa pengaruh bagi bangsa ini seperti mulai lunturnya budaya
asli Indonesia. Secara tidak langsung perkembangan zaman yang lebih mengadopsi
kebiasaan-kebiasaan negara maju akan membawa kebiasaan baru yang dapat juga
bertentangan dengan kebiasaan yang ada di bangsa ini. Di lihat dari sudut pandang
paradigma Pancasila, meningkatnya kecenderungan eksklusi sosial yang menampakkan
dirinya dalam aneka bentuk kekerasan sosial berbasis fundamentalisme keagamaan,
populisme, tribalisme, premanisme, serta sentimen kelas sosial mencerminkan lemahnya
proses institusionalisasi dan implementasi nilai-nilai Pancasila.66
Pancasila sebagai ideologi yang final bagi bangsa Indonesia hendaknya dapat
memberikan keyakinan pada kemantapan mental seluruh rakyatnya. Nilai filosofis yang
terkandung dalam setiap sila mulai dari sila pertama yang bermakna ketuhanan hingga
sila terakhir yang mempunyai makna keadilan dapat mengarahkan cara berpikir setiap
manusia untuk mencapai kehidupan yang terbaik. Jika kita berhasil memaknai Pancasila
dan berupaya mempengaruhi pribadi kita untuk menjalankan nilai-nilai sila Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita akan yakin bahwa kita akan memiliki jiwa
yang kkuat yang tak dapat terpengaruh dengan pengaruh buruk dari luar. Sebagai rakyat
yang meyakini kebenaran akan asas yang ada dalam sila Pancasila kita dapat mengarahkan
diri kita kepada pola pikir yang dapat memanfaatkan semua kesempatan perkembangan
zaman yang terjadi.
Masyarakat Indonesia mempunyai keyakinan bahwa Pancasila dapat menjadi
tameng dan juga dapat berfungsi sebagai benteng. Sebagai tameng tentunya Pancasila
akan melinndungi peradaban bangsa ini agar tidak musnah karena dimakan zaman.
Sedangkan Pancasila berfungsi sebagai benteng akan membangun posisi yang kuat bangsa
ini untuk menjadi sebuah bangsa yang besar dan kokoh yang dapat memanfaatkan
kesempatan dalam era globalisasi dan era disrupsi. Akar filosofis yang kuat coba
ditanamkan oleh para pendiri bangsa Indonesia yang berupaya merumuskan lima asas
yang dijadikan pedoman agar Indonesia bisa survive dari masa ke masa. Perumusan
itu tidak dihasilkan dari pertemuan yang instan atau dari rapat sederhana, melainkan
mereka gali dari sejarah, dari apa yang telah muncul dan hidup pada Nusantara.
66 Yudi Latif, Wawasan Pancasila Bintang Penuntun Untuk Pembudayaan, Mizan, Bandung, 2018,
Hlm. 198

79
Dapatkah Pancasila memberikan pengaruh yang kuat bagi kemantapan jiwa seluruh
masyarakat Indonesia dalam menghadapi era disrupsi? jawabnya tentu dapat. Kita
harus meyakini era disrupsi (revolusi industri 4.0) hanya merupakan siklus perubahan
kehidupan yang wajar dan memang akan menjadi hal yang biasa saja selama kita tidak
pernah membatasi diri kita untuk berkembang. Pikiran bahwa kemajuan zaman akan
membelenggu kita harus kita buang, karena sejatinya kemajuan zaman itu hanya sebatas
fasilitas yang harus kita manfaatkan. Segala atribut dalam era disrupsi seperti big data,
teknologi machine, internet of Thinks dan sebagainya semata-mata hanya sebagai alat
yang pada konsep bekerjanya akan memudahkan dalam kita menjalankan kehidupan
ini. Maka kita harus menganggap semua itu hanya kewajaran semata dan tak harus risau
akan dampak yang akan terjadi.
Sebenarnya kalau kita bertanya dimana posisi Pancasila dalam era disrupsi ini,
maka jawabnya adalah sejauh mana kita meyakini dan berusaha menghayati dan
menjalankan setiap nilainya pada kehidupan sehari-hari. Jawabnya memang hanya
sesederhana itu, karena Pancasila merupakan rumusan yang extraordinary atau luar
biasa karena terbukti dari zaman ke zaman telah teruji dan dapat menjadi solusi setiap
permasalahan kehidupan. Permasalahan yang sejatinya hanya terletak pada keseriusan
bangsa ini untuk berupaya menjalankan nilai Pancasila yang akan diterapkan sehingga
tidak hanya menjadi simbol saja melainkan asas-asas yang terumuskan dalam sila dapat
dijalankan sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa.
Era disrupsi akan membangun peradaban baru yang jauh dari sebelumnya dan akan
berdampak signifikan pada kehidupan NKRI. Jika kita tidak berusaha menyesuaikan
diri dengan revolusi industri yang terjadi bangsa ini akan tetap diam atau akan tertinggal
semakin jauh dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Jika penulis amati permasalahan yang
nyata terjadi pada bangsa ini yakni karakter masyarakat yang cenderung menyikapi segala
hal dengan lambat. Sementara di negara lain sudah membiasakan diri dengan gerak
cepat dalam mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Permasalahan lain budaya
kita yang cenderung malas-malasan membuat kita sedikit lambat dibandingkan dengan
negara lain seperti negara-negara tetangga seperti malaysia, singapore filipina dan negara
tetangga lainnya. Justru hal ini yang dapat menyebabkan negara ini semakin tertinggal
jika kita lambat menyikapinya.

80
C. Strategi Pancasila dalam Menghadapi Era Disrupsi
Pancasila merupakan strategi yang sempurna bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi
era revolusi industri 4.0. Kemajuan zaman ini hendaknya kita manfaatkan sebaik
mungkin untuk mewujudkan segala cita-cita yang mungkin belum tercapai dimasa
sebelumnya. Seperti kita ketahui justru perkembangan zaman ini yang memudahkan
kita untuk manapaki anak tangga kesejahteraan jika kita secara tepat menggunakan
teknologi yang ada. Semakin zaman menuntut kita semakin cepat mengambil sikap
dalam merubah keadaan, maka semakin cepat pula keadaan bangsa ini berubah selama
itu untuk kebaikan. Upaya memaknakan Pancasila penting dilakukan agar Pancasila
lebih operasional dalam kehidupan dan ketatanegaraan, dapat memenuhi kebutuhan
praktis atau pragmatis dan bersifat fungsional. Dengan demikian pemikiran yang bersifat
anstraksi filosofis akan menjadi lebih bermakna apabila dilaksanakan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.67
Gagasan besar bangsa ini telah tercermin pada Pancasila yang jika dijabarkan masing-
masing silanya telah menjadi jawaban sempurna dalam menghadapi era disrupsi. Sila
Pertama “Ketuhanan yang maha esa” memberikan strategi bahwa semua teknologi yang
tercipta dalam revolusi industri ini memang telah dikehendakinya dan telah menjadi
takdir yang tidak perlu kita risaukan karena harus nyata-nyata kita hadapi. Sila Kedua
“Kemanusiaan yang adil dan beradab” harus kita jadikan semangat bahwa bagaimana
cara kita mengikuti perkembangan zaman sehingga kita dapat menjadi yang terbaik
untuk membawa kehidupan bangsa ini kedalam peradaban yang semakin manusiawi.
Sila Ketiga “Persatuan Indonesia” akan membawa kita ke dalam pemikiran bahwa
selama kita memiliki semangat bersatu dan semangat ekasila “gotong royong” tentu
permasalahan apapun dapat kita atasi dengan hasil yang baik. Sila Keempat “Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”
mengakumulasikan seluruh keinginan rakyat agar mendapat kesempatan yang sama
untuk merasakan kesejahteraan hidup. Namun hal itu tak akan pernah terwujud jika
kita tidak mempunyai figur pemimpin yang dapat menciptakan pemikiran-pemikiran
yang melampaui batas. Sila Kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
memanfaatkan revolusi industri sebaik mungkin dengan cara berlaku adil pada semua
komponen negara sehingga tujuan bernegara dapat terwujud.
Menurut Puan Maharani yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dalam era kepemimpinan
presiden Joko Widodo periode pertama, dalam orasi ilmiah bertajuk Peran Kebudayaan

67 Pimpinan MPR dan Tim kerja Sosialisasi MPR RI Periode 2009-2014, Materi Sosialisasi Empat
Pilar MPR RI, Sekretariat Jenderal MPR RI, Jakarta, 2015, Hlm. 110

81
di Era Disrupsi untuk Membentuk Manusia Indonesia Seutuhnya, di Gedung
Lembaga Ketahanan Nasional, Jakarta, Kamis, 5 September 2019. Terdapat 3 poin
agenda strategis nasional di era disrupsi dalam membangun manusia Indonesia yang
berlandaskan jiwa bangsa Pancasila, termasuk yang dapat menggerakkan energi bangsa
untuk meraih kemajuan Indonesia. Pertama, memperkuat rasa cinta kepada tanah air,
bangsa, dan negara. Sebagai warga negara Indonesia sudah sepatutnya kita mempunyai
rasa cinta dan handarbeni kepada bangsa Indonesia ini. Bangsa ini akan menjadi bangsa
yang kuat jika semua komponen yang membentuk negara ini saling menguatkan dan
mempengaruhi. Kedua, memperluas implementasi Gerakan Nasional Revolusi Mental
sebagai gerakan untuk membangun cara berpikir, cara kerja, dan cara hidup yang
berkemajuan dalam membangun Indonesia berlandaskan Pancasila. Revolusi mental
ini berupaya memberikan sugesti kepada kita semua bahwa di era yang semakin maju,
cepat dan canggih ini menuntut kita agar bergerak. Meninggalkan kebiasaan-kebiasaan
yang lambat, tidak berpikir dalam hal kemajuan serta kreatifitas. Sugesti yang akan
memberikan kita semangat untuk berpikir kritis menciptakan inovasi yang mungkin
selama ini tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ketiga, membangun SDM Indonesia
agar memiliki kemampuan daya saing dalam menghadapi kemajuan teknologi, industri,
dan keterbukaan informasi.
Dalam perkembangan zaman ini, memungkinkan suatu bangsa untuk terancam
eksistensinya karena kesalahan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki. Sumber
daya sendiri terdiri dari sumber daya alam (SDA) yang telah dimiliki sebagai karunia
dari Tuhan dan sumber daya manusia (SDM). Dua komponen ini yang pada awalnya
menentukan sebuah organisasi negara dapat berkembang atau tidak. Dari sumber
daya alam (SDA) yang telah dimiliki menjadi sebuah tantangan bagi kita untuk dapat
mengelola secara baik guna kemaslahatan bersama. Kita mengetahui bahwa sesungguhnya
SDA yang kita punya sangat melimpah akan tetapi dalam pengelolaan belum sempurna.
Bahkan terlihat pengelolaan SDA dalam lingkungan terlihat sangat sembrono yang akan
menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Sedangkan sumber daya manusia (SDM)
yang kita miliki harusnya juga melimpah namun kualitas SDM tidak berbanding lurus
dengan jumlahnya yang banyak. Menurut penulis terdapat dua faktor yang menentukan
kualitas SDM baik dan buruk. Faktor pertama yaitu pengetahuan, SDM itu berkualitas
atau tidak dipengaruhi dari pengetahuannya yang didapat dari pendidikan formal juga
informal. Pendidikan formal dapat ditempuh melalui sekolah yang telah ditentukan
secara berjenjang (SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi). Sedangkan pendidikan
informal dapat ditempuh melalui (kursus, diskusi, seminar, lokakarya, organisasi dan
sebagainya). Faktor kedua yang mempengaruhi kualitas SDM di negeri ini adalah bentuk
penghargaan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat yang mempunyai

82
dedikasi pada bangsa. Jika penghargaan yang diberikan kepada SDM yang berdedikasi
atau berperan untuk bangsa ini tidak sesuai maka berbanding lurus dengan kualitas yang
diberikan dalam kontribusi pada bangsa ini. Sebagai contoh gaji pendidik yang rendah,
atlet-atlet yang telah membela bangsa ini tidak diperhatikan, para inisiator yang mempu
menciptakan prototipe tidak dibina secara baik dan contoh yang lainnya.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar karena mempunyai wilayah
yang luas dengan jumlah penduduk yang besar. Maka dari itu dalam mengelola serta
mewujudkan cita-cita bangsa harus disusun strategi yang baik. Terdapat lima strategi
yang baik Pancasila dalam menghadapi era disrupsi, antara lain: 1) Menguatkan nilai
Pancasila dalam kabinet pemerintahan; 2) Memberikan batasan kepada ideologi
asing yang tidak sesuai dengan karakter bangsa; 3) Konsisten dalam prularisme pada
konsep bhineka tunggal ika; 4) Pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari; 5)
Merevitalisasi konstitusional Pancasila sebagai acuan yuridis bangsa. Adapun kelima
strategi di atas harus dijelaskan oleh penulis ke dalam paragraf selanjutnya.
Strategi yang pertama dengan cara Menguatkan nilai Pancasila dalam kabinet
pemerintahan. Kita mengetahui bahwa negara ini menganut sistem pemerintahan
presidensiil yang memberikan konsekuensi kepala negara sekaligus kepala pemerintahan
dipimpin oleh satu komando yaitu Presiden. Sedangkan dalam menjalankan fungsi
pemerintahannya presiden akan dibantu oleh menteri-menteri yang tergabung dalam
sebuah kabinet. Menteri menjalankan fungsinya sesuai bagian-bagian yang membentuk
suatu sistem pengelolaan sebuah negara. Maka dari itu sangatlah efektif jika nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila itu dimuat dalam setiap Road Map dalam menjalankan
birokrasi kementerian. Mengingat semua kegiatan yang berhubungan pelayanan kepada
publik yang dilakukan oleh masing-masing kementerian bersinggungan langsung
kepada masyarakat, maka langkah ini merupakan strategi yang tepat dalam membangun
bangsa berdasarkan Pancasila.
Strategi yang kedua dengan memberikan batasan kepada ideologi asing yang
tidak sesuai dengan karakter bangsa. Membangun bangsa yang berideologi kuat seperti
ideologi Pancasila sesungguhnya tidaklah mudah. Berbagai ideologi asing yang berupaya
masuk baik secara langsung maupun secara tidak langsung harus kita cermati dan sikapi
secara baik. Sejarah mencatat beberapa ideologi asing yang berupaya masuk seperti
ideologi komunisme, liberalisme hingga kapitalisme telah mencoba menggerus ideologi
yang telah kita sepakati yaitu ideologi Pancasila. Kalau bangsa ini tidak cermat dan aktif
untuk membatasi satiap ideologi yang mencoba mengganti ideologi bangsa, mungkin
saja bangsa ini akan hancur atau paling tidak negeri ini dikendalikan oleh kekuatan asing.

83
Strategi yang ketiga konsisten dalam prularisme pada konsep bhineka tunggal ika.
Menghayati slogan yang terdapat dalam Pancasila yang memberikan harapan penalaran
bagi kita semua untuk meyakini bahwa negara ini terbentuk dari beragam perbedaan
yang mendasarinya. Walaupun demikian perbedaan itu tetap akan menjadi satu dalam
ikatan yang kuat yakni bangsa Indonesia. Justru perbedaan inilah yang melatarbelakangi
bahwa Indonesia dibentuk untuk menjadi sebuah jawaban terhadap permasalahan yang
selalu timbul dari sebuah kehidupan, yaitu permasalahan perbedaan kepentingan. Disitu
kita akan menemukan hakikat kehidupan walaupun berbeda kepentingan akan tetapi
pada kenyataannya kita akan membutuhkan satu dan yang lainnya.
Strategi yang keempat melalui pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari. Kehidupan yang semakin hari penuh dengan permasalahan dan tantangan akan
membentuk karakter pada pribadi manusia. Permasalahan timbul ketika karakter
seseorang terbentuk namun tidak dapat menyesuaikan dengan norma yang telah
disepakati di dalam kehidupan masyarakat. Disitulah muncul sebuah gab antara tingkah
laku seseorang dengan rumusan norma masyarakat. Jika gab antara tingkah laku dan
norma masyarakat jauh maka sudah pasti tindakan seseorang itu dapat dikatakan
menyimpang dari aturan. Pancasila sebagai rumusan berbagai macam nilai yang tumbuh
alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia dari zaman dulu diyakini dan dihayati
masyarakat sebagai takaran menjalankan tingkah laku sehari-hari. Jika kita menjadikan
Pancasila sebagai rujukan pola berperilaku maka kita harus konsisten mengamalkan
nilainya pada setiap tindakan kita.
Strategi yang kelima dengan merevitalisasi konstitusional Pancasila sebagai acuan
yuridis bangsa. Penjabaran nilai Pancasila dalam konstitusi harus direvitalisasi sehingga
dapat menjadi dasar yuridis disetiap tindakan dalam bernegara. Sebagai akibat karena
kita telah berkomitmen bahwa negara Indonesia adalah negara hukum maka di dalam
merumuskan sumber hukum tertinggi yaitu konstitusi68 harus dibentuk secara baik,
fleksibel dan juga rigid. Sifat konsitusi yang fleksibel akan memberikan gambaran bahwa
konstitusi walaupun disepakati menjadi landasan pokok yuridis bangsa ini harus dapat
disesuaikan dengan perkembangan zaman serta kebutuhan hidup bangsa ini. Sedangkan
sifat konstitusi yang rigid atau kaku memberikan makna bahwa konstitusi hanya bisa
di rubah melalui amandemen namun tidak pernah dapat merubah pembukaan/
preambule dari UUD NRI Tahun 1945. Perubahan yang terjadi pada konstitusi melalui
pertimbangan yang mendasar dalam rangka mewujudkan kepentingan bangsa.
68 Konstitusi merupakan aturan dasar yang dijadikan pedoman bagi sebuah negara untuk
menjalankan roda kehidupan bernegaranya yang dapat dikodifikasikan secara tertulis dalam bentuk
undang-undang dasar ataupun dalam bentuk lain seperti konvensi. Sedangkan yang dimaksud konstitusi
bangsa Indonesia ialan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (nama resmi
UUD NRI).

84
BAB IX
PERAN PANCASILA
DALAM MENEKAN DISINTEGRASI
BANGSA

Kompetensi Dasar :
Setelah mengikuti pokok bahasan dalam BAB IX pembaca diharapkan dapat
menjelaskan mengenai peran Pancasila dalam menekan disintegrasi bangsa.

Materi yang di bahas dalam BAB IX:


1. Permasalahan disintegrasi bangsa
2. Penyebab terjadinya disintegrasi bangsa
3. Peran Pancasila dalam menekan disintegrasi bangsa

A. Permasalahan disintegrasi bangsa


Permasalahan disintegrasi menjadi salah satu pemicu terjadinya beberapa konflik internal
dalam sebuah negara yang juga melanda pada bangsa Indonesia. Secara pengertian
disintegrasi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tidak bersatunya komponen-
komponen pembentuk bangsa terutama masyarakat sehingga menyebabkan perpecahan
yang akan mengancam keutuhan bangsa. Disintegrasi bangsa selalu menjadi topik panas
yang diperbincangkan karena mempunyai efek yang besar yang sanggup memecah belah
persatuan dan kesatuan masyarakat sebagai subyek pembentuk sebuah entitas yang
dinamakan negara. Sikap masyarakat dalam membentuk disintegrasi dapat terjadi secara
alamiah dan dapat juga terjadi karena strategi beberapa pihak untuk merusak integrasi
bangsa. Secara alamiah sikap disintegrasi dapat terjadi karena faktor-faktor pembentuk
perpecahan dibiarkan tumbuuh dan kurang disadari pada masing-masing komponen
bangsa. Selain terjadi secara alamiah issue disintegrasi juga dapat dibentuk oleh beberapa
pihak yang ingin memecah belah persatuan Indonesia.
Menyadari Indonesia yang mempunyai karunia terhadap wilayah geografis yang
sangat luas yang terdiri dari beberapa daerah kepulauan sehingga dengan sendirinya
bangsa ini memiliki berbagai macam kebudayaan serta struktur sosial yang berbeda-beda.
Hal itulah terkadang menjadi sebuah pemicu terjadinya gesekan pola pemikiran antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, perlu perlakuan khusus dalam
menyikapi hal ini agar pergesekan pola pikir yang terjadi dalam masyarakat tersebut
tidak semakin meradang dan dapat menciptakan kondisi perpecahan yang meluas.
Dalam mengelola bangsa yang besar harus digunakan strategi yang tepat agar
keutuhan sebuah bangsa dapat terjaga secara baik. Indonesia yang mempunyai wilayah
sangat luas jika dibandingkan negara-negara tetangga yang mempunyai wilayah geografis
lebih kecil seperti malaysia, thailand, singapore dan beberapa negara lainnya tentu akan
sangat berbeda dalam pengelolaannya. Perbedaan struktur dan pengelolaan masing-
masing daerah saja akan terlihat berbeda hal ini disebabkan karakteristik penduduk
yang dipengaruhi kondisi bentang alam yang secara tidak langsung mempengaruhi pola
pikir masyarakatnya. Sebagi contoh orang yang tinggal di daerah pesisir akan memiliki
karakter yang berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pegunungan. Perbedaan
karakter inilah yang harus disikapi dan dipahami oleh pemimpin bangsa ini yang
mempunyai tugas salah satunya menjaga iklim bernegara tetap hangat.
Sedikit saja perbedaan pola pikir yang dimiliki itu digesek maka akan timbul keadaan
yang menjadikan bangsa ini berkonflik. Jika kita pelajari dari masa ke masa konflik
yang terjadi secara internal bangsa tidak lain disebabkan karena adanya ketimpangan
dalam tataran masyarakat seperti konflik pertentangan cara pandang, ketimpangan
pengelolaan sumber daya (baik sumber daya manusia dan sumber daya alam) yang
dalam pelaksanaannya tidak dapat menciptakan keadilan pada masing-masing pihak.
Apalagi pergesekan itu ditumpangi dengan kepentingan pihak tertentu yang berusaha
memanfaatkan kesempatan guna mencari keuntungan dari keadaan tersebut. Semakin
tidak cepat disadari maka keadaan itu akan menjadi boomerang bagi bangsa Indonesia
yang jika keadaan semakin meradang maka penyelesaian terhadap konflik juga akan
menjadi lebih sulit.
Sebenarnya melihat dan mempelajari karakter bangsa Indonesia dapat kita ketahui
dalam menciptakan integrasi bangsa walaupun diperlukan usaha yang tidak mudah
akan tetapi hal itu dapat diusahakan karena kita mempunyai modal dasar yang kuat
karena nenek moyang atau pendahulu kita telah menanamkan semangat gotong royong
yang dibalut dengan budaya ketimuran yang melekat pada jiwa pribadi bangsa. Itulah
sesungguhnya peluang besar untuk membangun semangat persatuan dan kesatuan yang
merupakan keniscayaan pada bangsa ini. Hanya saja kemauan dalam mewujudkan
integrasi bangsa terkadang mendapatkan kendala entah dari faktor internal atau faktor
eksternal karena pengaruh globalisasi secara internasional.
Semua permasalahan yang terjadi pada sebuah bangsa termasuk disintegrasi
sesungguhya dapat terselesaikan jika semua komponen yang membentuk sebuah
negara saling bekerja sama dan mendukung untuk mewujudkan sebuah solusi terbaik.
Komponen tersebut tidak lain adalah pemerintah itu sendiri dan masyarakat sebagai

86
unsur utaa pembentu sebuah negara. Terkadang agenda menciptakan iklim bernegara
yang ideal hanya menjadi perihal isapan jempol semata. Banyak yang tidak menyadari
atau bahkan mengetahui namun merasa cuek karena hal itu tidak berdampak secara
langsung bagi kehidupan mereka. Namun jika kita mau mengkaji secara mendalam
bahwa kemerdekaan individu tidak akan tercapai jika kemerdekaan secara nasional tidak
dibangun dan diupayakan secara nyata. Sikap peduli dari seluruh pihak inilah sejatinya
yang dapat menyelesaikan konflik yang disebabkan dari disintegrasi bangsa. Semakin
upaya dalam mewujudkan integrasi itu digalakkan maka kemungkinan perpecahan
akan menjadi keadaan yang tidak akan pernah terjadi.
Bangsa Indonesia mempunyai sejarah yang panjang dalam menciptakan
negara yang kuat sampai saat ini. Dari masa kerajaan nusantara yang memiliki pola
kepemimpinan masing-masing dapat kita ambil sikap bahwa negara ini besar karena
juga mempunyai mental yang kuat dalam mewujudkan cita-cita dari zaman lampau.
Kesadaran membentuk bangsa Indonesia itu disadari pada masing-masing bagian
karena memiliki kepentingan yang sama yaitu ingin menghilangkan penindasan dari
kaum kolonial yang telah merampas kemerdekaan orang pribumi. Maka dengan
semangat kebersamaan yang dibalut dengan tekat yang kuat sehingga masing-masing
bagian menurunkan egoisme yang ada dalam diri pribadi untuk mewujudkan cita-cita
mengusir penjajah sehingga dapat terwujudkan kemerdekaan bersama.

B. Penyebab terjadinya disintegrasi bangsa


Indonesia merupakan negara kepulauan (Archipelagic State) yang dikaruniai
keanekaragaman dalam suku, adat istiadat, agama, bahasa, dan juga kondisi bentang alam
sebagai kekayaan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain.
Akan tetapi keanekaragaman yang dimiliki Indonesia berpotensi menimbulkan konflik
yang jika tidak dikelola secara baik dapat mengancam keutuhan, persatuan dan kesatuan
bangsa, seperti gerakan separatisme yang berkembang mempunyai keinginan untuk
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini akibat dari
ketidakpuasan dari masing-masing bagian komponen dan perbedaan kepentingan yang
dapat mengakibatkan terjadinya disintegrasi bangsa.
Adapun beberapa faktor yang dapat membentuk disintegrasi bangsa meliputi:
1. Pengaruh Ideologi Selain Pancasila
Munculnya ideologi baru yang berupaya mempengaruhi pemahaman pada rakyat
Indonesia juga menjadi sebuah tantangan tersendiri terhadap eksistensi Pancasila.
Beberapa ideologi yang berkembang antara lain komunisme, kapitalisme,
nasionalisme radikal, Islam fanatisme dan aliran ideologi lainnya. Perkembangan

87
ideologi-ideologi tersebut dapat menyebabkan lemahnya keyakinan masyarakat
pada ideologi Pancasila yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia. Semakin
ideologi selain Pancasila dibiarkan berkembang semakin besar pula peluang
runtuhnya bangsa ini karena banyak masyarakat yang sudah tidak meyakini
kebenaran Pancasila sebagai cara pandang bangsa ini.
Masyarakat sebagai obyek pemaparan ideologi baru mempunyai sifat pasif,
beberapa cenderung tidak menolak namun kebanyakan mudah terpengaruh
oleh ajaran tersebut. Hal inilah yang sangat perlu diwaspadai dan cepat disikapi
terutama oleh pemerintah harus lebih aktif memberikan penyuluhan kepada
warga juga membentuk tim siber guna menangkal beberapa pihak yang mencoba
mengembangkan ideologi baru di negeri ini. Harapan Pancasila untuk menjadi
satu-satunya ideologi harus diwujudkan karena nilai Pancasila telah dirumuskan
secara sempurna.
2. Sistem politik yang tidak sehat
Sistem politik merupakan salah satu cara yang paling ideal sampai saat ini untuk
mengarahkan masyarakat guna mencapai tujuan bernegara. Peran politik sering
kali disalahgunakan beberapa pihak untuk memperoleh keuntungan pribadi,
misalnya untuk tujuan memperkaya diri sendiri, untuk mewujudkan kepentingan
golongan dan untuk tujuan di luar dari tujuan negara paada umumnya. Seringkali
makna politik disalah artikan oleh masyarakat bahwa politik sendiri identik dengan
kekotoran. Persepsi masyarakat yang demikian harus kita berikan pemahaman
agar pola pikir mereka menjadi benar. Politik sebagai sarana alat mengakomodasi
kepentingan-kepentingan di dalam masyarakat itu sendiri sehingga tanpa
menggunakan politik perubahan terhadap sistem sosial masyarakat akan sulit
untuk dilakukan.
Perkembangan sistem politik akhir-akhir ini menunjukkan bahwa banyak
sekali pihak yang terlihat hanya menggunakan atribut politik sebagai alat untuk
memperoleh kekuasaan, yang saat kekuasaan itu diperoleh maka politik digunakan
sebagai sarana melenggangkan kekuasaan tersebut. Itulah sebagai sebuah pertanda
bahwa sistem politik sedang pada keadaan yang tidak sehat. Karena kehidupan
politik yang sedang sakit ini maka kekacauan akan terus terjadi. Pertarungan antara
pihak satu dengan pihak lain terus terjadi terlihat dari upaya saling menjatuhkan
hanya karena adanya perbedaan pandangan politik. Hingga masyarakat saat ini
dapat menilai para kaum elite yang sedang berada di tajuk kepemimpinan sudah
tidak ada waktu lagi memikirkan kepentingan rakyat yang sedang dipimpinnya.

88
3. Pengelolaan Kekayaan Alam yang tidak seimbang
Indonesia dengan bentang kepulauan yang luas mempunyai kekayaan alam yang
sangat luar biasa. Kekayaan alam ini jika dikelola secara benar dan efektif tentu
akan memberikan kesejahteraan buka hanya di tingkat daerah saja namun akan
memberikan kesejahteraan pada skala nasional. Di sisi lain, kekayaan alam yang
dimiliki menjadi mimpi buruk bagi bangsa ini jika dalam pengelolaannya terjadi
ketimpangan. Ketimpangan itu dapat terjadi jika pemerintah tidak merumuskan
kebijakan yang sempurna untuk mengeksplorasi guna mengambil manfaat dari
kekayaan alam pada masing-masing daerah.
Kekayaan alam yang tersimpan di masing-masing daerah harus dimanfaatkan
untuk dapat menciptakan kemakmuran terutama bagi daerah yang mempunyai
kekayaan alam itu. Konsep seperti ini bahwa kesejahteraan daerah harus
diwujudkan secara maksimal sehingga kesejahteraan nasional mendapat dukungan
dari seluruh daerah. Bagaimana kesejahteraan nasional dapat terwujud jika masih
terdapat ketimpangan dalam mengelola kekayaan alam di daerah. Kecemburuan
sosial sering terjadi karena di daerah masih menganggap pengelolaan belum dapat
dilaksanakan secara baik dan berdasarkan asas keadilan menuju pemerataan.
Pemerataan juga akan dapat terwujud jika masing-masing daerah telah menyadari
kepentingan nasional menjadi agenda penting yang harus diwujudkan.
4. Pembangunan infrastruktur yang tidak merata
Dalam mengejar negara yang maju maka pembangunan infrastruktur sangat
diperlukan guna mendukung tujuan itu. Pembangunan terus dilakukan walaupun
terkadang dalam pelaksanaannya sering mengabaikan faktor lain dan dampak yang
ditimbulkan. Seperti dalam pembangunan infrastruktur seperti wilayah industri
dan perkantoran tentu akan mengabaikan kelestarian lingkungan sebagai dampak
negatifnya. Dampak sosial juga akan muncul jika dalam pelaksanaan pembangunan
infrastruktur mengabaikan asas pemerataan. Kecemburuan sosial akan terjadi
karena dipihak lain akan merasa diabakan oleh sentuhan pembangunan nasional.
Akibatnya disintegrasi akan terbentuk dan dapat mengancam semangat persatuan
dan kesatuan bangsa.
Infrastruktur merupakan sarana penunjang bagi perubahan ekonomi pada
wilayah tertentu sehingga angka kesejahteraan sosial dapat tercapai. Persoalan
yang sering terjadi bahwa pembangunan infrastruktur sering kali dilaksanakan
secara abai dan kurang matang. Banyak oknum dari pejabat pemerintahan sering
memainkan dan mengambil keuntungan dari proyek pembangunan infrastruktur.
Sering juga proyek pelaksanaan tidak diberikan secara adil dengan memainkan

89
tender untuk orang-orang yang dekat dengan pemerintahannya saja. Sebagai efek
dari adanya hal tersebut maka sektor swasta tidak dapat bersaing secara bersih dan
sehat. Banyaknya sikap culas dari beberapa pihak inilah yang sering merenggut
mutu dari pembangunan infrastruktur.
5. Lambannya Kemajuan Ekonomi
Tingkat kestabilan ekonomi sangat berpengaruh maju dan tidaknya suatu negara.
Semakin ekonomi stabil dan terus berkembang maka negara akan menjadi negara
yang kuat dan berpengaruh secara mendunia. Pertumbuhan ekonomi sangat
dipengaruhi beberapa faktor yang mendukung seperti kebijakan pemerintah
yang mendukung tingkat kestabilan ekonomi, persaingan pasar yang sehat, daya
beli masyarakat yang baik serta sistem ekonomi yang sempurna. Disamping
fakttor internal dalam negara juga terdapat pengaruh dari faktor eksternal seperti
perubahan ekonomi secara global, perkembangan dunia yang tidak dapat diikuti
oleh negara ini dan kebijakan-kebijakan moneter internasional.
Kemajuan ekonomi yang berjalan lamban akan sangat berpengaruh bagi
kehidupan bernegara yaitu sulitnya bangsa ini berkembang menyesuaikan
kemajuan dengan negara-negara lain. Hal ini juga akan memberikan dampak
negatif kehidupan ekonomi dalam negeri akan melemah. Jika ekonomi semakin
melemah negara ini akan defisit karena tidak ada keseimbangan ekonomi. Daya
saing perekonomian juga akan kacau yang akan menyebabkan perekonomian
rakyat semakin terpuruk. Dampak lain yang mungkin akan muncul secara sosial
rakyat akan sulit mempercayai pemerintah untuk mengelolan negeri ini. Karena
lemahnya kepercayaan rakyat pada pemerintahannya sering kali hal ini ditunggangi
oleh kepentingan-kepentingan pihak lain yang ingin memecah belah bangsa ini.
Maka dari itu sistem untuk mendorong kemajuan ekonomi harus difikirkan secara
baik agar tidak menimbulkan kekacauan kehidupan berbangsa.
6. Menurunnya Tingkat Toleransi di Tengah Masyarakat
Kita masih ingat saat duduk dibangku sekolah dasar sering kali guru mengajarkan
mengenai materi toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Toleransi dalam
kehidupan sangat diperlukan untuk mengurangi pergesekan kepentingan individu
dan kepentingan golongan. Sikap saling menghargai dengan memposisikan diri
kita pada orang lain dapat menekan segala persinggungan yang terkadang memicu
konflik seperti dalam kehidupan suku, agama, ras dan kebudayaan daerah.
Pengetahuan yang dibekalkan oleh guru-guru kita tersebut tidak hanya sebatas
pada materi diskusi dalam kelas saja, namun harus diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari karena mempunyai efek yang nyata untuk menciptakan kerukunan

90
umat. Namun seringkali keadaan yang muncul dan berkembang saat ini kebutuhan
toleransi dalam kehidupan ini sudah semakin tidak tampak sehingga yang terjadi
permasalahan perbedaan pandangan yang kecil saja akan menjadi konflik besar
dan berkepanjangan.
Prinsip toleransi juga mempunyai arti memberikan kebebasan pada orang lain
untuk berpikir dan menentukan sikap sesuai dengan keyakinan masing-masing
sepanjang tidak melanggar norma umum yang telah disepakati dalam masyarakat.
Semakin berkembangnya kehidupan dengan kemudahan berkomunikasi serta
didukung media-media yang dapat memberikan akses informasi yang cepat menjadi
sebuah tantangan tersendiri karena teknologi ini justru memberikan kemudahan
bagi pihak tertentu menyalahgunakan teknologi. Sebagai contoh dengan berita
hoax seseorang dapat mempengaruhi banyak masyarakat untuk bertindak sesuai
apa yang dinginkannya walaupun itu tidak benar. Banyak orang menggunakan
teknologi informasi yang mudah ini untuk melakukan penipuan dan kejahatan
lainnya. Dari perubahan gaya hidup inilah yang menjadi pengaruh pada lunturnya
toleransi umat manusia.
7. Figur pemimpin yang kurang ideal
Suatu organisasi jika ingin berkembang harus mempunyai seorang pemimpin
yang ideal, termasuk negara juga harus mempunyai seorang presiden yang baik dan
ideal. Presiden di Indonesia sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan
harus mampu memanagemen rakyat memberikan pengaruh kepada masyarakatnya
agar menjalankan kehidupan bernegara sebagai mana mestinya. Pengaruh yang
kuat dari seorang pemimpin dapat diterima oleh rakyat jika idealisme tetap
terjaga. Adapun idealisme dapat terjaga serta terlihat dipengaruhi faktor dari dalam
pribadi seorang pemimpin seperti kecakapan memimpin, intelektualitas dan juga
pengalaman. Akan tetapi selain faktor dari dalam pribadi pemimpin terdapat faktor
lain diri pribadi seperti sistem politik serta pengaruh orang-orang disekelilingnya.
Kurang idealnya figur pemimpin akan membentuk sikap apatis dari rakyat
yang dipimpinnya. Di sini peran komunikasi yang baik dan efektif antara kedua
pihak yaitu pemimpin dan rakyatnya harus terjaga sehingga maksud dari apa yang
ingin disampaikan dapat diterima. Seringkali pemimpin mempunyai tujuan atau
visi yang jelas namun tidak tersampaikan kepada masyarakat malah terkadang
terjadi inkonsistensi dalam pelaksanaan visi tersebut. Beberapa hal itulah yang
sering menjadi faktor lunturnya kepercayaan rakyat kepada pemimpin yang akan
memberikan persepsi pada masyarakat bahwa pemimpin mereka terlihat kurang
ideal. Permasalahannya apakah dalam memilih seorang pemimpin sudah dilakukan

91
secara benar pula dan tidak dipenuhi dengan intrik-intrik tertentu. Belum lagi
rakyat akan dihadapkan keadaan yang sulit karena kita sebagai pemilih masih
belum tau tentang bagaimana seharusnya karakter seorang pemimpin yang hebat
itu. Sedangkan bagi kita yang telah memiliki kriteria tentang pemimpin yang ideal
yang merupakan sosok pemimpin yang didambakannya, maka akan lebih mudah
dalam membuat keputusan.

C. Peran Pancasila dalam menekan disintegrasi bangsa


Disintegrasi bangsa menjadi sebuah permasalahan yang sangat serius jika tidak
disikapi secara baik dan benar oleh pemerintah dan masyarakat. Tanggungjawab
untuk memecahkan permasalahan tentang disintegrasi tidak dapat diserahkan saja
oleh pemerintah namun semua komponen pembentuk bangsa termasuk kita sebagai
masyarakat. Lalu bagaimana peran Pancasila dalam menekan disintegrasi bangsa,
apakah dapat berjalan sempurna. Nilai Pancasila sebagai solusi tentang permasalahan
disintegrasi bangsa dapat berjalan sempurna jika penerapan nilainya dilakukan secara
konsisten pada kehidupan bernegara. Konflik tentang perpecahan tidak boleh dibiarkan
begitu saja karena akan berdampak pada kekacauan yang berkepanjangan yang akan
membahayakan bagi keutuhan bangsa Indonesia.
Terkadang issue perpecahan sering digunakan beberapa oknum yang sengaja ingin
memecah belah bangsa ini karena ingin mengambil keuntungan dari kondisi yang
demikian itu. Semakin bangsa ini terpecah belah maka semakin mudah kekuatan asing
untuk mengintervensi ke dalam bangsa ini. Pancasila merupakan solusi terbaik untuk
tetap mempertahankan keutuhan bangsa ini. Adapun strategi Pancasila dalam menekan
disintegrasi bangsa melalui penerapai nilai di setiap silanya yang akan kita bahas di dalam
tiap paragraf selanjutnya.
Sila Ketuhanan yang maha esa, memberikan pemahaman kepada kita bahwa
terciptanya kita sebagai manusia yang hidup sebagai rakyat yang berlindung pada
naungan sebuah negara harus dapat berkeyakinan bahwa Tuhan telah menggariskan
kita sedemikian rupa sehingga sudah menjadi kewajiban kita sebagai rakyat menjaga
keutuhan dalam persatuan bangsa. Jika setiap rakyat berfikir demikian niscaya segala
bentuk pemikiran tentang perpecahan tidak akan pernah terbayangkan. Negara yang
kuat karena mimiliki rakyat yang kuat dan setia menjunjung tinggi kebersamaan
untuk mengatasi permasalahan yang sedang didera oleh bangsa. Walaupun berat dalam
mewujudkan hal seperti itu akan tetapi keyakinan tentang ikut campur tangan Tuhan
yang menggariskan kita untuk hidup di bawah naungan negara harus tetap diyakinkan.

92
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, mampu memberikan dasar keyakinan
pada semua masyarakat bahwa keinginan mewujudkan persatuan dan kesatuan harus
dipahami dan diwujudkan dalam kehidupan ini. Seharusnya tidak hanya terbatas pada
satu negara saja, nilai persatuan merupakan suatu konsep yang harus dipertahankan dalam
kehidupan dunia sehingga perpecahan, peperangan, keinginan saling menghancukan
antara bangsa satu dengan bangsa yang lain tidak akan pernah terjadi. Segala bentuk
disintegrasi akan menjadi awal dari kerusakan kehidupan ini. Jika dalam hati kita ada
keinginan untuk memanusiakan manusia lain maka tidak akan terjadi perselisihan
karena perselisihan bentuk dari perbedaan pandangan akan selalu dapat diselesaikan
secara baik. Keinginan pada diri masing-masing manusia dalam mewujudkan semangat
untuk bersatu harusnya ditumbuhkan yang akan membentuk jiwa persatuan dan
kesatuan yang sangat dibutuhkan dalam mengelola bangsa ini.
Sila persatuan dan kesatuan, merupakan sila yang mengandung prinsip sangat
relevan dengan konsep integrasi bangsa. Sebagai salah satu sila yang memberikan koridor
bagi masyarakat Indonesia agar selalu menjaga semangat persatuan dalam konsep
kebersamaan karena kita memiliki tujuan yang sama untuk mewujudkan cita-cita
kesejahteraan secara menyeluruh. Semangat kebersamaan ini harus mampu menepiskan
segala bibit-bibit perpecahan yang mungkin muncul secara alami ataupun memang
dibentuk secara sengaja karena ingin menghancurkan bangsa Indonesia. Sekarang sudah
waktunya kita menjadi agen yang mendorong untuk mewujudkan persatuan bangsa
dengan cara memberikan pengetahuan dan menyiarkan semangat persatuan kepada
orang di sekitar kita. Melalui cara itulah kita ikut serta dalam mewujudkan bangsa ini
menjadi bangsa yang kuat dan maju.
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, sebagai konsep pengelolaan negara yang ideal. Pengaruh pemimpin sekaligus
pola kepemimpinan sangat menentukan bagaimana negara ini akan dibawa kemana.
Salah satu yang menjadi pemicu konflik disintegrasi bangsa adalah kecemburuan sosial
yang terjadi karena mereka merasa tidak tidak dipedulikan. Rakyat menghendaki figur
pemimpin yang mampu mengelola bangsa ini dengan pola kepemimpinan yang benar
dan bijaksana. Pemimpin yang bijaksana harus mampu melihat serta merasakan keluh
kesah rakyatnya. Bagaimana cara pemimpin mengetahui setiap keluh kesah rakyat
tidak lain dengan dia dekat dengan rakyat tersebut. Dengan pemimpin dekat terhadap
rakyatnya segala bentuk kebutuhan yang diinginkan dapat dipenuhi dan diupayakan.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagai tujuan membentuk suatu
negara. Nilai keadilan harus selalu diupayakan walaupun terwujudnya nilai keadilan
pada masing-masing manusia sangat berbeda dan akan sulit diwujudkan. Permasalahan

93
disintegrasi biasanya muncul dari tidak terciptanya keadilan bagi rakyat karena merasa
tidak mendapatkan apa yang dibutuhkan sesuai dengan apa yang didapatkan orang
lain. Maka jika ingin menghindari konflik disintegrasi bangsa pemerintah harus
mengupayakan untuk memberikan kebutuhan utama pada semua rakyat baik yang
berada dekat dengan pemerintah maupun di daerah yang mungkin sangat jauh dari
pemerintah. Dengan upaya tersebut akan menepis anggapan bahwa tidak ada satu
rakyatpun yang lepas dari perhatian pemerintah sebagai wakil dari negara ini yang
diberikan mandat untuk melakukan pengelolaan negara.

94
BAB X
KORUPSI DAN LUNTURNYA MORAL
BANGSA

Kompetensi Dasar :
Setelah mengikuti pokok bahasan dalam BAB X pembaca diharapkan dapat
menjelaskan tentang korupsi yang berkembang di negara ini sebagai akibat
lunturnya moral bangsa.

Materi yang di bahas dalam BAB X:


1. Korupsi sebagai penyakit bangsa
2. Membangun bangsa yang bersih
3. Ikut serta Pancasila dalam menekan korupsi

A. Korupsi sebagai penyakit bangsa


Permasalahan korupsi yang terjadi di negara ini menjadi sebuah mimpi buruk bagi
masa depan bangsa Indonesia. Bagaimana tidak akibat dari perbuatan korupsi menjadi
sebuah beban tersendiri yang harus dipikul oleh seluruh rakyat. Apa yang menyebabkan
perbuatan korupsi selalu ada bahkan berkembang terus menerus tidak ada penyelesaian
atau solusi dalam permasalahan ini. Jika kita rujuk pada apa yang pernah disampaikan
oleh Lors Acton bahwa Power tend to corrup but absolute power corrupt absolutely. Yang
jika di artikan kekuasaan cenderung korup, namun kekuasaan yang mutlak sudah pasti
korup. Maka dari itu memahami kata-kata dari Lord Acton tersebut awal dari perbuatan
korupsi yaitu manusia mempunyai kekuasaan, kekuasaan itu bisa berada diberbagai
keadaan. Manusia yang diberikan kekuasaan terkadang akan disalahgunakan sehingga
manusia akan semaunya sendiri berbuat sesuatu. Sebagai contoh nyata bila seseorang
diberikan kekuasaan dalam hal jabatan tertentu dia akan bertindak mempermudah akses
bagi orang lain yang dekat dengannya. Dia akan berikan kesempatan-kesempatan lain
kepada orang yang telah dia kenal. Dalam hal ini pemimpin juga akan menentukan
kebijakan sesuai dengan kehendak hatinya sendiri. Kebiasaan seperti itulah yang
cenderung nampak pada pola kepemimpinan di bangsa ini.
Sebagai penyakit yang sangat kronis yang sedang diderita oleh bangsa ini, sangat
sulit sekali untuk menghilangkannya mungkin menjadi sesuatu yang tidak akan mungkin
terjadi. Korupsi sendiri merupakan perbuatan menyalahgunakan wewenang yang
berdampak pada kerugian kekayaan negara dan memiliki efek buruk jauh ke depan bagi
perkembangan bangsa. Kekayaan negara yang seharusnya dialokasikan bagi kesejahteraan
rakyat tidak dapat terjadi karena dikuras habis oleh koruptor. Pembangunan juga akan
terhambat karena minimnya anggaran dan jika korupsi tidak dihentikan negara ini akan
menjadi defisit dan juga akan berdampak merosotnya ekonomi. Bagaimana mungkin
tujuan negara menciptakan kesejahteraan umum dapat terjadi jika bangsa sendiri tidak
mempunyai modal yang kuat. Bahkan tindakan korupsi merupakan penghianatan
besar bagi rakyat itu sendiri. Kekayaan negara yang sebagian besar dipungut dari pajak
yang dibebankan pada rakyat, kemudian setelah terkumpul dalam khas negara ada
oknum tertentu yang mengambil. Bukankah perbuatan itu merupakan perbuatan
yang sangat keji, yang seharusnya khas negara digunakan pemerintah untuk mengelola
pemerintahannya untuk biaya pembuatan infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan
sebagainya.
Sebuah akibat yang akan ditimbulkan dari perbuatan korupsi antara lain: 1]
Pembangunan infrastruktur dalam negeri terhambat; 2) Negara sulit berkembang
karena kebutuhan modal tidak terpenuhi; 2) Hutang negara semakin bertambah; 3)
Hilangnya kepercayaan rakyat kepada para pemimpin; 4) Kredibilitas bangsa akan
dipandang rendah dimata dunia; 5) Berkurangnya investasi yang masuk ke dalam negeri;
6) Hak-hak rakyat dikurangi bahkan tidak terpenuhi; 7) Sistem pengelolaan negara akan
menjadi rusak sehingga tujuan negara tidak akan tercapai. Adapun lebih kelas dari akibat
yang ditimbulkan dari perbuatan korupsi akan dijelaskan pada paragraf selanjutnya.
Mengapa dikatakan bahwa korupsi dapat menghambat pembangunan infratruktur
dalam negeri. Pembangunan infrastruktur sebetulnya ditujukan untuk mempermudah
akses pemerintahan dalam menyentuh daerah-daerah yang menjadi bagian dari negara.
Infrastruktur yang dibangun untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi karena
perputaran ekonomi, sektor perdagangan, investasi di daerah akan berkembang seketika.
Namun mustahil sekali infrastruktur cepat dibangun jika keadaan kekayaaan negara
tidak baik dan stabil. Terhambatnya pembangunan infrastruktur itu akan menghambat
pertumbuhan ekonomi di daerah yang juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
di pusat.
Negara sulit berkembang karena kebutuhan modal tidak terpenuhi. Mengelola
negara ini membutuhkan modal yang tidak sedikit. Bagaimana negara mampu menggaji
petugas pemerintahan (aparatur sipil negara), membiayai pendidikan, untuk membiayai
jaminan kesehatan rakyat yang menjadi kebutuhan utama, melakukan perawatan
barang milik negara, dan kegiatan-kegiatan lain yang membutuhkan anggaran yang
tidak sedikit. Semakin perbuatan korupsi ini dibiarkan dan tidak menjadi fokus kegiatan

96
yang harus dicari solusinya, maka semakin berat juga bangsa ini untuk berjalan menjadi
bangsa yang maju dan berkembang. Negara dapat disebut sebagai negara berkembang
jika ketersediaan infrastruktur yang menunjang kegiatan pengelolaan negara terpenuhi.
Sistem pengelolaan negara juga harus baik dan seimbang agar daya pacu pertumbuhan
ekonomi menjadi lebih baik dalam memenuhi kebutuhan bangsa ini sehingga lebih
mudah mengejar ketertinggalan dengan negara lain.
Dampak dari tingkat korupsi yang semakin tinggi ialah hutang negara akan terus
bertambah. Ibarat perusahan, sebuah negara harus dikelola secara maksimal. Negara
harus memiliki pendapatan yang lebih yang didapatkan melalui pengelolaan sumbar
daya yang ada di dalamnya. Sumber daya tersebut dapat diperoleh dari sumber daya alam
yang telah dimiliki ataupun melalui sumber daya manusia untuk dapat menghasilkan
karya yang dapat dimanfaatkan oleh bangsa ini. Namun di sisi lain jika negara itu berada
dalam taraf ekonomi yang rendah akan sangat sulit berkembang dan untuk menutupi
segala kebutuhan dalam mengelola negara akan di ambil dari hutang kepada negara lain
dan semakin banyak hutang yang diambil maka jika tidak seimbang dengan pendapatan
dari negara akan terus melilit negara.
Hilangnya kepercayaan rakyat kepada pemimpin, akan menjadi suatu keniscayaan.
Rakyat selalu menaruh harapan yang besar kepada pemimpin untuk dapat menciptakan
kesejahteraan hidup. Seorang pemimpin menjadi sebuah petunjuk bagi rakyat yang
selalu dipenuhi dengan keinginan-keinginan untuk hidup secara baik karena mereka
menjadi bagian dari sebuah negara. Akan tetapi akhir-akhir ini seringkali kita lihat banyak
sekali tingkah laku para pemimpin bangsa ini yang duduk mewakili rakyat pada kursi
jabatan malah sering menyalahgunakan kekuasaan dalam kesempatan yang dimilikinya.
Mereka terlupa bahwa hadirnya mereka menjadi seorang pemimpin harusnya menjadi
sebuah jawaban bagi permasalahn yang dihadapi rakyat seperti ketimpangan kehidupan
sosial karena sulitnya mencari pekerjaan, tidak efektifnya pelayanan kesehatan, harga
kebutuhan pangan yang sangat tinggi bahkan tingginya kriminalitas yang ada pada
lingkungan tempat tinggal mereka.
Kredibilitas bangsa akan dipandang rendah dimata dunia yang akan berdampak
pada hubungan internasional yang tidak sehat. Tingkat korupsi yang semakin tinggi
akan mempengaruhi kepercayaan bangsa lain terhadap kita. Akibatnya negara lain
enggan untuk berinvestasi di dalam negara ini dan jika itu terjadi kita akan sulit untuk
berkembang. Investasi menjadi sebuah cara untuk menutup kekurangan modal dalam
negeri dalam melakukan pembangunan guna mendapatkan hasil dari kekayaan sendiri.
Kemungkinan lain yang terjadi jika indeks korupsi kita yang tinggi menyebabkan
embargo ekonomi. Embargo merupakan pelarangan perniagaan dan perdagangan
terhadap sebuah negara. Istilah ini pada umumnya digunakan dalam bidang perniagaan

97
dan politik internasional. Embargo akan dideklarasikan oleh beberapa negara terhadap
negara lain untuk mengisolasikannya dan menyebabkan pemerintah negara tersebut
berada dalam keadaan internal yang menyulitkan.
Berkurangnya investasi yang masuk ke dalam negeri akan mempunyai dampak
yang luar biasa, apalagi jika negara ini sudah terbiasa menggunakan sistem investasi
dalam menutupi kebutuhan bangsa ini. Walaupun terkadang untuk keperluan investasi
sering mengabaikan resiko atau efek lain seperti perubahan stabilitas sosial, rusaknya
lingkungan dan monopoli pihak tertentu. Sebagai analogi bahwa investasi yang
dilakukan pihak asing melalui perusahaanya yang berada di Indonesia, perusahaan dapat
meningkatkan peralatan usaha, menambah karyawan, dan melakukan ekspansi pada
usahanya. Nilai positif dari adanya investasi antara lain lapangan kerja akan bertambah
untuk mencari sumber daya yang unggul. Perusahaan dapat berkembang secara baik
sehingga mampu memberikan kontribusi pajak yang lebih besar kepada pemerintah.
Pajak besar yang diberikan oleh perusahaan maka target pertumbuhan ekonomi negara
bisa tercapai. Pemerintah dapat membangun infrastruktur lebih cepat, meningkatkan
kualitas pendidikan, memperluas fasilitas kesehatan, dan sebagainya.
Akibat dari perilaku koruptor yang menguras kekayaan negara ini hak-hak rakyat
akan dikurangi bahkan tidak terpenuhi. Padahal seharusnya banyak rakyat lebih berhak
mendapatkan fasilitas dari negara, namun karena kekayaan dimanfaatkan oleh oknum
tertentu maka hak rakyat menjadi terhambat. Dalam mengatasi hal ini negara tidak boleh
tidak bertindak, harus ada peran aktif dari negara dalam mengurangi angka korupsi yang
semakin meningkat. Bahkan jika hal ini dibiarkan terus menerus bukan tidak mungkin
negara ini menjadi negara defisit yang akan runtuh. Permasalahan korupsi tidak bisa
dibiarkan begitu saja, banyak warga menagih kesejahteraan mereka untuk dapat
dipenuhi. Sebagai rakyat yang telah memberikan sebagian wewenangnya kepada negara
agar negara melalui pemerintahan mengatur kehidupan mereka sehingga kehidupan
rakyat menjadi lebih baik. Ulah para koruptor yang telah secara rakus mengambil apa
yang tidak semestinya terhadap kekayaan negara menjadikan semua agenda-agenda
pemerintah menjadi tersendat.
Sistem pengelolaan negara akan menjadi rusak sehingga tujuan negara tidak akan
tercapai. Perlu dilakukan perbaikan dalam mengatasi permasalahan korupsi melalui
beberapa agenda seperti membuat sistem hukum yang tepat sehingga perbuatan korupsi
mampu untuk ditekan. Sistem hukum yang baik ini memungkinkan permasalahan
korupsi untuk ditekan. Namun agar sistem ini dapat berjalan secara sempurna dan
tujuan agar negara ini bersih dari perbuatan korupsi maka perlu peran dari semua
bagian yang ada dalam negara ini terutama peran dari masyarakat untuk memerangi
korupsi. Jangan sampai negara ini dikelola secara asal-asalan dengan tidak pedulinya kita

98
dengan perilaku korupsi, padahal sebenarnya kita tau ada oknum yang bertindak korup.
Peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan untuk membentuk budaya yang anti korupsi.
Terbukti ketika kita komparasi dengan sistem negara maju lain yang indeks korupsinya
rendah mereka sangat berhasil menciptakan budaya anti korupsi pada masyarakatnya.
Budaya anti korupsi dan disiplin pada aturan yang ditetapkan pemerintah ini yang
merubah mindset rakyat bahwa negara tidak pernah bisa maju jika kesadaran rakyat
untuk membangun negara menjadi negara yang kuat tidak ada.

B. Membangun bangsa yang bersih


Bangsa yang hebat dibangun dengan cara yang hebat pula untuk mewujudkan tujuan
bernegara yang hebat. Untuk membangun sebuah negara yang bersih dibutuhkan usaha
yang kuat dari masyarakat dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Kesadaran kita sangat
diperlukan bahwa negara ini bukan merupakan hadiah dari bangsa lain, sehingga eksistensi
negara perlu dipertahankan. Tidak hanya berhenti pada semangat untuk membangun
negara akan tetapi harus secara nyata dapat terwujud dalam kehidupan bernegara sehari-
hari. Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kehidupan bernangsa ini seperti
korupsi, kemiskinan, keburukan politik, pelanggaran hak asasi manusia, kriminalitas
dan masih banyak permasalahan lain menjadi sebuah tatangan mudahkah dalam
mewujudkan negara seperti yang dicitakan dalam konstitusi kita. Berjalannya sebuah
sistem pengelolaan negara tidak bisa lepas dari peran pemimpin, tim kerja pemerintahan
dan rakyat sebagai pendukungnya. Ketiga bagian itu harus saling berkomunikasi dan
memberikan masukan untuk mengatasi segala persoalan yang terjadi.
Sebenarnya dalam membangun negara yang bersih, sehat dan kuat pada fase awal
tidak pernah lepas dari peran dan fungsi negara dalam melakukan pelayanan publik dan
pembangunan yang tepat sasaran. Disaat pelayanan yang dilakukan kepada rakyat itu
buruk maka tidak pernah terjadi pembangunan yang berdampak pada meningkatnya
kesejahteraan bangsa. Karena pembangunan ditujukan meningkatkan taraf ekonomi
rakyat dan menunjang pelayanan publik sebaik mungkin. Pelayanan publik yang
diwujudkan dalam berbagai instrumen seperti peraturan, perizinan dan himbauan
pada masyarakat agar bertindak sesuai norma yang telah ditetapkan. Maksudnya dari
pernyataan di atas adalah negara yang baik ini dapat terbentuk jika manusia-manusia di
dalamnya saling peduli untuk bertindak sesuai aturan dan himbauan negara dalam hal
ini pemerintah.
Lalu sebenarnya apa yang menyebabkan sulitnya negara untuk menjadi negara
yang maju dan berkembang. Pertama, masih maraknya perbuatan korupsi dari
level pelaksana hingga pada level pejabat. Budaya korupsi sepertinya sudah menjadi
kebiasaan yang mengakar dari kecil. Misalnya disaat kecil kita membiasakan diri

99
untuk menyontek, bolos sekolah, dan tidak jujur kepada orang tua. Kebiasaan buruk
diwaktu dulu secara tidak langsung membentuk karakter kita untuk terbiasa bertindak
menyimpang dari aturan. Kemudian disaat kita telah memasuki dunia kerja kebiasaan
lama tadi menjadikan kita bertindak diluar aturan seperti terbiasa mencuri waktu kerja,
malakukan fraud, menggunakan fasilitas kantor dengan tidak sebagaimana mestinya
dan perbuatan menyimpang yang paling parah ada ketika kita melakukan perbuatan
korupsi yang dapat merugikan keuangan negara. Sebenarnya kebiasaan kita untuk taat
pada aturan bisa dibudayakan sejak kita masih muda agar kita tidak terbiasa berbuat
salah. Melalui pola didikan orang tua, guru dan pola didikan pada saat kita menempuh
pendidikan dapat menjadikan mental kuat yang selalu hidup dengan kedisiplinan.
Kedua, instrumen hukum yang hanya dihargai sebatas sanksi belaka. Sebenarnya
tujuan dibentuknya sebuah norma hukum tidak hanya sebatas aturan yang dilengkapi
dengan sanksi. Hukum harus mampu menunjukkan kepada masyarakat ternyata dalam
kehidupan kita ada batasan-batasan tentang tingkah laku yang harus kita perhatikan jika
kehidupan kita ingin berjalan secara baik dan tertib. Wujud yang ingin diciptakan dari
adanya norma hukum tidak lain ingin membangun masyarakat yang berbudaya hukum
sehingga jika budaya hukum itu telah terbentuk, dengan sendirinya masyarakat akan
meninggalkan persepsi mereka tentang hukum itu kejam yang hanya berisikan sanksi-
sanki yang memberatkan. Paradigma yang masih belum tepat oleh masyarakat tentang
hukum itu harus diluruskan karena hukum ini hanya sebatas alat yang digunakan untuk
mengarahkan ketika masyarakat itu mulai bertindak menyimpang. Akan tetapi ketika
masyarakat itu sudah merasa telah dapat membangun kehidupan masyarakat yang
madani maka peran hukum mulai berkurang bahkan berhenti karena tidak adanya
pelanggaran terhadap norma dalam masyarakat.
Ketiga, lunturnya kepercayaan masyarakat pada pemerintah. Sikap apatis
masyarakat yang tidak lagi percaya kepada pemimpin dan pemerintah yang tidak
dapat menyelesaikan permasalahan negara yang dihadapinya dan gagalnya negara ini
mewujudkan kesejahteraan rakyat justru menambah sulitnya dalam mewujudkan negara
yang kuat dan maju. Sikap masyarakat yang demikian tidak bisa disalahkan begitu saja.
Banyaknya tontonan berbagai pelanggaran oleh elit politik, gagalnya pembangunan
pada beberapa daerah serta abainya janji-janji para pemimpin untuk mewujudkaan
kehidupan yang baik bagi rakyat akan mempengaruhi tingkat kepercayaan pada negara.
Masyarakat tidak cukup hanya diberikan janji-janji yang manis namun tindakan nyata
walau hanya kecil menjadi susuatu yang lebih utama. Rakyat hanya berfikir sederhana,
selama mereka tersentuh dengan perhatian pemerintah mereka akan percaya bahwa
negara hadir dalam kehidupannya. Hal inilah yang seringkali tidak disadari oleh para
pemimpin dan para pejabat pemerintahan bahwa tindakan lupa kepada rakyat dapat

100
menjadikan bangsa ini semakin terpuruk karena tidak ada dukungan dari rakyat.
Sedangkan agenda politik seperti pemilihan umum, rekruitmen pegawai pemerintahan
hanya sebatas acara prosesi semata yang tidak mempunyai makna dan tujuan yang jelas.
Bahkan sekarang ini agenda seperti diatas hanya menjadi ajang tawar menawar atau
lelang jabatan dalam pemerintahan karena banyak sekali manipulasi yang terjadi.
Dalam membangun negara yang bersih maka ada beberapa hal yang harus
kita upayakan, antara lain : 1) Membangun sistem hukum yang kuat dan nyata; 2)
Membangkitkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi aktif kepada pemerintahan;
3) Menciptakan sistem rekruitmen pegawai secara selektif; 4) Terbukanya akses informasi
untuk masyarakat yang memadai; 5) Menghindari praktek monopoli diberbagai bidang
terutama dalam bidang pelaksanaan pembangunan infrastruktur umum. Apabila kelima
upaya tersebut benar-benar diwujudkan cita-cita membangun negara Indonesia menjadi
negara yang maju dan bersih bukan hanya isapan jempol belaka. Namun kesemuanya
itu perlu kita hayati dan pahami agar dapat terwujud secara baik.
Sistem hukum yang ada di Indonesia ini harus dibentuk sebaik mungkin mengingat
negara ini telah menentukan kiblatnya sebagai negara hukum, sehingga konsekuensinya
segala tingkah laku baik masyarakat umum maupun pejabat pemerintahan harus
berlandaskan hukum. Hukum merupakan norma yang disepakati dalam mengatur
tingkah laku manusia agar menjadi tertib tanpa adanya hak yang dilanggar sehingga
kehidupan menjadi seimbang. Walaupun secara normatif istilah hukum sering
dirumuskan menjadi sebuah aturan yang wajib dijalankan dan terdapat sanksi bagi setiap
pelanggaran terhadap hukum. Namun makna hukum itu lebih luas hingga mencakup
seluruh aspek kehidupan karena pada sejatinya manusia dalam kehidupannya dipenuhi
dengan kepentingan yang ingin mereka penuhi walaupun terkadang harus melanggar
aturan yang telah ditentukan.
Hukum yang telah disepakati dan dirumuskan dalam peraturan-peraturan
hendaknya dimaknai dengan pelaksanaan dan penegakan hukum (law enforcement).
Peran nyata hukum dalam membentuk masyarakat yang madani yang jauh dari
kekacauan dapat terwujud jika hukum itu diterapkan secara baik dan masyarakat
tidak mempunyai keinginan untuk menghindari ataupun menolak terhadap aturan
tersebut. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi sistem hukum yang kuat dan nyata.
Sebenarnya dikembangkan dari pemikiran Lawrence M. Friedman bahwa penegakan
hukum ini dipengaruhi oleh substansi, struktur dan budaya hukum. Maka penulis dapat
merumuskan bahwa membangun sistem hukum yang kuat dan nyata bergantung pada
tiga faktor yaitu substansi/isi dari norma hukum, pengaruh politik dalam merumuskan
hukum dan kemauan masyarakat untuk menjalankan hukum.

101
Membangkitkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi aktif kepada
pemerintahan. Kemauan masyarakat untuk berperan aktif pada pemerintahan sangat
ditentukan dengan keaktifan pemerintahan untuk hadir pada kehidupan masyarakat.
Seringkali pemerintah tidak tau akan kebutuhan apa yang diinginkan oleh masyarakat
setempat. Hal itu terlihat banyaknya ketidaktauan permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat sehingga treatment terhadap permasalahan tersebut tidak dapat diberikan
oleh pemerintah. Misalnya permasalahan tentang naiknya kebutuhan bahan pangan,
petani yang kesulitan untuk melakukan perawatan terhadap tanamannya karena
pupuk yang langka ataupun persoalan meningkatnya angka kriminalitas pada daerah
tertentu. Beberapa hal itu yang menyebabkan masyarakat menjadi jauh dari sentuhan
tangan pemerintah. Pelayanan terhadap masyarakat yang tidak efektif dan cenderung
disepelekan seperti pelayanan pembuatan kartu tanda penduduk (KTP), pelayanan
pembuatan surat izin mengemudi (SIM), praktek perdagangan surat menyurat seperti
jual-beli blanko dan sebagainya justru menambah matinya simpati masyarakat kepada
pejabat pemerintahan.
Menciptakan sistem rekruitmen pegawai secara selektif. Permasalahan awal dari
perbuatan korupsi adalah tidak dimilikinya pejabat yang berkomitmen dan mempunyai
integritas yang tinggi. Hal ini disebabkan karena sistem rekruitmen belum sempurna.
Harusnya pemerintah dalam menyeleksi calon pegawai pemerintahan ataupun
pejabat pemerintahan tidak hanya didasarkan pada tes kemampuan akademik saja.
Perlu dilakukan tes kepribadian yang lebih lanjut yang dapat menentukan perilaku
dan sikapnya. Proses rekruitmen juga penuh dengan manipulasi seperti adanya tawar
menawar penerimaan pegawai, kemudian adanya titipan para pejabat dan bentuk
kecurangan lainnya. Seleksi untuk mengisi jabatan dipemerintahan harus dengan
sistem yang baik dan lebih transparan lagi agar diperoleh para pegawai dan pejabat yang
berdasarkan kualifikasi dan kompetensi yang diperlukan.
Perkembangan zaman dengan adanya globalisasi yang menuntut terbukanya
akses informasi untuk masyarakat yang memadai hendaknya harus diperhatikan oleh
pemerintah. Kebutuhan masyarakat akan informasi merupakan hal yang tidak dapat
dihindari lagi. Transparansi pelaporan tentang agenda pemerintah harus tersampaikan
kepada masyarakat umum. Apa saja yang perlu dilakukan agar informasi kepada
masyarakat ini bisa tersampaikan misalnya dengan cara membangun corner-corner
informasi minimal di kantor kecamatan atau di beberapa spot kelurahan atau desa.
Dengan adanya tempat-tempat seperti itu masyarakat tidak perlu bersusah payah hanya
untuk mengetahui informasi misalnya tentang program apaa yang sedang dijalankan
pemerintah setempat, program pembangunan infrastruktur ataupun agenda-agenda lain
yang perlu disampaikan kepada masyarakat. Tempat-tempat seperti itu akan menjadi

102
tempat yang representatif untuk warga mencari sumber informasi karena tidak ada rasa
canggung untuk bertanya kepada pegawai-pegawai pemerintahan sementara mereka
juga harus mendatangi kantor instansi setempat.
Menghindari praktek monopoli diberbagai bidang terutama dalam bidang
pelaksanaan pembangunan infrastruktur umum. Bukan menjadi rahasia umum
dalam praktek pelaksanan pembangunan yang didahului dengan sistem tender pada
pemerintahan seringkali pada fase ini penuh dengan manipulasi bahkan monopoli.
Misalnya yang terjadi tawar menawar tender tentang apa yang dapat diperoleh
masing-masing pihak dari proyek pembangunan yang sedang atau akan dilaksanakan.
Proses pemilihan pelaksana pekerjaan yang tidak menggunakan sistem yang terbuka
menyebabkan dapat dimonopoli beberapa pihak tertentu, misalnya tender selalu
didapat oleh perusahaan yang dekat dengan pejabat atau masih terhitung keluarga dekat
pejabat. Masih juga permainan suap dan tawar menawar pelaksanaan pekerjaan. Yang
sering terjadi juga pelaksanaan proyek pembangunan kurang melibatkan pihak swasta,
akibatnya perusahaan-perusahan swasta merasa tercekik karena sulit mendapatkan
proyek pekerjaan pembangunan.

C. Ikut serta Pancasila dalam Menekan Korupsi


Pancasila sebagai ideologi bangsa dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
berusaha keras untuk mempengaruhi masyarakat Indonesia untuk dapat menjalankan
kehidupan secara baik. Nilai filosofis yang disematkan dalam setiap sila harus dimaknai
menjadi cara pandang kita agar berbuat sebaik mungkin bagi bangsa ini dengan jalan
masing-masing. Perlu kerjasama dari semua komponen dan masyarakat sebagai pelaku
utama dalam memerangi permasalahan korupsi. Korupsi tidak dapat dihilangkan
dengan sekejap, akan tetapi butuh proses dan harus menempuh jalan yang panjang
karena korupsi telah mendarah daging dan beberapa pelaku korupsi beranggapan apa
yang dilakukan itu merupakan hal yang biasa dan lumprah. Semakin hal ini tidak segera
diatasi maka yang terjadi kekacauan dinegeri ini dan awalnya beberapa pihak yang
peduli karena merasa dirinya tidak dapat bertidak apa-apa menjadi acuh terhadap semua
pelanggaran dalam bentuk korupsi tersebut.
Nilai ketuhanan harus mampu memberikan pengaruh religius pada setiap manusia
di Indonesia ini agar takut untuk berbuat korup. Tuhan sebagai maha melihat yang akan
tau tentang segala perbuatan yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk ciptaanya
yang harus berbakti dengan melakukan hal-hal yang jauh dari keburukan. Manusia
jika memiliki keyakinan kepada Tuhan sebagai sebuah dzat yang selalu mengawasinya
dalam segala tingkah laku memberikan kepercayaan setiap tindakan korupsi akan
mendapatkan dosa dan adzab dari Tuhan. Keyakinan manusia inilah yang sebenarnya

103
menjadi kontrol pada diri manusia bahwa dia akan takut untuk bertindak culas dan
berupaya menghindari perbuatan buruk tersebut yang dirasa jauh dari ketentuan Tuhan.
Keyakinan terhadap Tuhan inilah yang dapat ditemui ketika manusia yang ada dalam
sebuah negara ini diwajibkan untuk beragama dan menentukan keyakinan masing-
masing. Sebagaimana telah menjadi idealisme bangsa Indonesia bahwa semua rakyatnya
wajib memeluk agama yang tertuang di dalam Pasal 29 UUD NRI 1945 tepatnya
tertulis pada Ayat (2) yang berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”.
Nilai kemanusiaan yang merupakan inti dari sila kedua Pancasila harus memberikan
pemahaman bagi kita bahwa di setiap kehidupan yang kita jalani yang dihadapkan dengan
interaksi pada manusia lain hendaknya dalam bertingkah laku harus kita harus mampu
memanusiakan manusia yang lainnya. Ada hak orang lain yang harus kita upayakan
untuk selalu dipenuhi maka segala tindakan kita seharusnya tetap mempertimbangkan
pemenuhan terhadap hak orang tersebut. Maka jika kita berkiblat pada nilai kemanusiaan
dalam diri kita akan berprinsip tidak akan mengorbankan kesengsaraan orang lain hanya
untuk mengejar kepentingan sendiri. Perbuatan korupsi tidak hanya menciderai nilai
kemanusiaan namun dia mengingkari kodrat sebagai manusia yang pada hakikatnya
kita tidak ingin dirampas haknya. Sedangkan perbuatan korupsi akan berdampak pada
kerugian yang masif karena kekayaan negara yang diambil tersebut ditujukan untuk
kemaslahatan umat secara bersama.
Persatuan dan kesatuan merupakan jawaban jika kita ingin melawan perbuatan
korupsi secara bersama-sama. Nilai persatuan ini dapat memberikan pengaruh yang
kuat bagi kesuksesan bangsa ini dalam memerangi korupsi. Bagaimana jika seluruh
komponen bangsa ini bersatu dan memiliki keinginan yang sama untuk menghilangkan
korupsi dari bangsa tercinta ini maka tidak akan ada kesempatan bagi para koruptor
untuk melenggang bebas mengeruk kekayaan negara ini. Kesadaran pada masing-
masing jiwa sangat dibutuhkan karna yang terjadi saat ini justru bertolak belakang pada
statement di awal tadi. Bahkan kenyataannya masyarakat sangat acuh padahal mereka
tau banyak oknum yang mengambil kesempatan mengeruk kekayaan bangsa ini. Yang
paling lucu lagi seorang mantan narapidana kasus korupsi juga masih diperbolehkan
untuk menjabat pada kursi-kursi kepemimpinan di dalam beberapa lembaga. Hal ini
memperlihatkan bahwa bangsa ini sudah semakin tidak peduli lagi siapa yang diberikan
mandat untuk mengelola negara ini.
Nilai Kerakyatan dan kebijaksanaan harus mampu menjadi sistem yang dapat
menjawab tantangan semakin tingginya kasus korupsi di negara ini. Pola kepemimpinan
menjadi hal yang paling patut disorot karena figur kepemimpinan ini memiliki pengaruh

104
yang sangat kuat untuk mengatur negara. Peran pimpinan baik di pusat dan di daerah
yang diberikan mandat oleh rakyat dalam melakukan pengaturan sekaligus melakukan
pengawasan pada setiap tindakan atau kesempatan yang memungkinkan untuk
menyelewengkan wewenangnya. Atau justru muncul pertanyaan apakah ada oknum
pemimpin yang justru membuka lebar peluang untuk bertindak korup oleh beberapa
orang. Seharusnya tidak demikian, pemimpin harus mampu membentuk sistem
kepemimpinan yang ideal terutama jika pemimpin tersebut memiiki kapasitasnya,
kompetensi serta kemauan yang kuat untuk memberantas korupsi. Saat ini terlihat
banyak pemimpin kita yang memiliki kapasitas dan komitmen yang kuat untuk
membersihkan pemerintahan sebagai pelaku utama bernegara dengan jalan pemimpin
melakukan sidak secara langsung, melakukan pemantauan serta meminta pelaporan
berkala juga adanya sistem keterbukaan melalui wistle blowing system.69
Nilai keadilan menjadi sebuah nilai filosofis yang sangat tinggi yang patut sekali
untuk menjadi acuan segala tingkah laku kita dalam kehidupan ini. Mewujudkan nilai
keadilan dalam kehidupan sosial masyarakat tidak akan terjadi secara menyeluruh jika
perbuatan korupsi masih terus terjadi. Bagaimana mungkin keadilan dapat diwujudkan
sedangkan di sisi lain masih terdapat kecurangan yang dilakukan koruptor yang
mengambil yang bukan dari haknya. Kemungkinan kekayaan negara yang diambil itu
ditujukan untuk kemaslahatan dan digunakan untuk pengelolaan yang berdampak luas
pada kebutuhan hidup rakyat tertentu. Sehingga sudah sepantasnya pelaku korupsi
diberikan sanksi yang tegas dan memberatkan. Tidak ada dasar pelanggaran hak asasi
bagi pelaku korupsi karena sejatinya koruptor telah melakukan pelanggaran hak asasi
kepada banyak orang terlebih dahulu. Demi mewujudkan kehidupan yang adil dan
seadil-adilnya maka diperlukan keringanan tangan dari pemerintah, dari masyarakat
untuk bersama-sama memerangi pelanggaran korupsi.
Mengembalikan peran Pancasila sebagai dasar kemanusian dalam memerangi
setiap bentuk kecurangan oleh para koruptor agar agenda pemberantasan korupsi ini
benar-benar terlaksana dan tidak hanya menjadi sebuah angan belaka. Korupsi telah
merenggut hak banyak orang di negeri ini dan memungkinkan hancurnya bangsa ini
dikemudian hari. kita harus mulai bergerak dengan cara bersinergi antara pemerintah
dan rakyat. Pemerintah harus menciptakan sistem hukum yang kuat dan tegas yang

69 Pelaporan pelanggaran (whistleblowing) merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang


atau beberapa orang untuk membocorkan kecurangan yang terjadi entah yang dilakukan oleh pejabat
ataupun pegawai yang memungkinkan untuk bertindak menyimpang kepada pihak lain. Whistleblowing
sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru melainkan sesuatu yang sudah lama ada karena ini merupakan
bentuk partisipasi dari kita yang masih peduli akan adanya kecurangan oknum tertentu. Pelanggaran
yang dapat dilaporkan adalah perbuatan yang melanggar hukum dan dapat menimbulkan tidak hanya
kerugian tetapi ancaman bagi masyarakat.

105
memberlakukan sanksi tidak pandang buluh yang diimbangi dengan law enforcement.
Sanksi yang diberikan bagi setiap perbuatan korupsi harus menjadi sanksi yang berat
dan memberi efek jera pada pelaku. Membudayakan masyarakat dengan kedisiplinan
karena kedisiplinan merupakan modal awal untuk kita sehingga tidak akan melakukan
pelanggaran hukum apalagi dalam bentuk korupsi. Sedangkan sebagai masyarakat kita
harus mendukung sistem pemerintah yang telah dibentuk dan memberikan kontribusi
dengan kepedulian kita untuk melakukan pelaporan jika melihat tindakan korupsi
yang dilakukan oleh oknum tertentu. Masyarakat tidak perlu takut dan sungkan untuk
melakukan pelaporan dan diberikan jaminan perlindungan pada pelapor.
Kepedulian kita untuk bersama-sama memerangi perbuatan korupsi setidaknya
membuktikan bahwa kecintaan kita terhadap bangsa ini sangat nyata. Kita tidak ingin
melihat bangsa ini semakin terpuruk karena kekayaan negara semakin berkurang dan
cenderung tidak mencukupi untuk digunakan dalam pengelolaan negara ini. Peran
Pancasila dalam menekan angka korupsi harus benar-benar dinyatakan dalam kehidupan
sehari-hari. masyarakat harus bersama melakukan pengawasan dan pemantauan dengan
dibentuk satgas serta rumah-rumah pengaduan dan setiap pelapor diberikan reward
sehingga masyarakat juga merasa diperhatikan dan dilindungi. Hal yang harus dilakukan
oleh negara ini harus menciptakan sistem pemilihan kepemimpinan serta pengisian
jabatan dibeberapa badan negara. Seleksi yang dilakukan benar-benar berkualitas dan
benar-benar melakukan penyaringan secara ketat. Kita harus mencontoh dibeberapa
negara maju telah membuat sistem pemilihan yang baik dan berupaya menjauhkan dari
peluang moneypolitic yang penuh dengan kecurangan. Jika dari sistem pemilihan calon
pemimpin atau pejabat yang menduduki di kursi badan negara dilakukan dengan cara
yang tidak benar maka sangat dimungkinkan jika nanti terpilih menjadi pejabat atau
pemimpin akan mencari keuntungan dan hanya berupaya menguras kekayaan bangsa.

106
BAB XI
THE PRINCIPLES
OF GOOD GOVERNMENT
DALAM MENEKAN KORUPSI

Kompetensi Dasar :
Setelah mengikuti pokok bahasan dalam BAB XI pembaca diharapkan dapat
menjelaskan tentang prinsip pemerintahan yang baik guna menekan korupsi yang
semakin mendarah daging yang dapat meruntuhkan bangsa Indonesia.
Materi yang di bahas dalam BAB X:
1. Masyarakat dan Perilaku Korupsi
2. The Principles Of Good Government Dalam Menekan Korupsi

A. Masyarakat dan Perilaku Korupsi


Korupsi menjadi salah satu permasalahan besar dalam sebuah negara yang akan
menghancurkan negara itu jika tidak segera diberantas mulai sejak dini. Sebagai
sebuah penyakit bagi suatu negara, maka penyelesaiannya tidak hanya dengan
memberikan sanksi yang tegas kepada pelakunya, tetapi terutama sekali adalah dengan
menyembuhkan penyakit masyarakat yang menyebabkan tingkah laku korup. Setelah
kejahatan korupsi ditumpas melalui penegakan hukum yang benar, maka tugas negara
dan masyarakat selanjutnya adalah membina masyarakat melalui pendidikan formal,
pendidikan masyarakat dan pendidikan rumah tangga. Walaupun bukan menjadi hal
yang mudah akan tetapi perlawanan kepada perbuatan korupsi harus kita lakukan untuk
dapat menyelamatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.70
Perilaku korupsi dapat terjadi karena beberapa hal, baik yang bersifat internal
maupun eksternal. Adapun yang menjadikan orang untuk melakukan korupsi antara
lain:
a) Ketidakmampuan dan kelemahan pemimpin
Ketidakmampuan pemimpin untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya,
merupakan peluang bagi pegawai untuk melakukan korupsi. Pemimpin yang
tidak memiliki kemampuan kontrol manajemen terhadap lembaganya akan
70 Rifyal Ka’bah, Korupsi di Indonesia, Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun Ke-37 Volume 1
Nomor 1, Januari-Maret 2007, hlm. 79
memicu perilaku korup bagi pegawainya. Kelemahan pemimpin ini juga termasuk
leadership artinya, seorang pemimpin juga dituntut memiliki karisma agar pegawai
mudah untuk diberikan sugesti menjalankan pekerjaan secara baik dan merasa
takut untuk berbuat menyimpang.
b) Rendahnya pendidikan
Masalah ini sering pula sebagai penyebab timbulnya korupsi. Minimnya
ketrampilan, skill, dan kemampuan membuka peluang usaha adalah wujud
rendahnya pendidikan. Dengan berbagai keterbatasan itulah mereka berupaya
mencsri peluang dengan menggunakan kedudukannya untuk memperoleh
keuntungan yangbesar. Yang dimaksud rendahnya pendidikan di sini adalah
komitmen terhadap pendidikan yang dimiliki. Karena pada kenyataannya koruptor
rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang memadai,kemampuan, dan skill.
c) Melemahnya etika masyarakat
Hal ini dapat terjadi karena belum adanya keseimbangan dari sistem pendidikan
dan substansi pengajaran yang diberikan pada tingkat pendidikan yang ada. Pola
pengajaran etika dan moral lebih ditekankan pada pemahaman teoritis, tanpa
disertai dengan bentuk-bentuk pengimplementasiannya.
d) Tingkat ekonomi yang rendah
Kebutuhan yang semakin tinggi serta budaya hedonisme mampu mengantarkan
seseorang melakukan korupsi. Keinginan seseorang untuk memiliki sesuatu benda
ataupun kebutuhan yang lain mengantarkan seseorang cenderung melakukan apa
saja yang dapat mengangkat derajatnya. Atas keinginannya yang berlebihan ini,
orang akan menggunakan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya walaupun menggunakan cara yang salah.
e) Sanksi yang tidak tegas
Hukuman yang tegas, seperti hukuman mati, seumur hidup atau di buang ke Pulau
terpencil diperlukan untuk menuntaskan tindak pidana korupsi. Sanksi yang tegas
diharapkan memberikan efek yang jera agar seseorang tidak akan lagi melakukan
perbuatan jahat tersebut. Pemerintah harus mampu merumuskan aturan yang
memberikan sanksi tegas terhadap pelaku tindakan korupsi.
Banyaknya kasus korupsi yang ada di Indonesia bukan berarti sebagian besar
masyarakat melakukan tindakan korupsi, masih banyak pula warga negara yang baik
dan jujur yang juga berusaha dalam memerangi korupsi. Masalah korupsi terlihat besar
karena kebanyakan yang melakukan tindakan ini adalah figur publik yang dikenal
semua orang sehingga perlakuannya dapat terekspos. Untuk itu semua kita harus

108
membudayakan dan menerapkan tindakan positif kita untuk membuat masa depan
yang lebih baik.
Kepatuhan masyarakat Indonesia terhadap hukum masih rendah sehingga
pencegahan korupsi mutlak untuk dilaksanakan secara konsisten dan komprehensif.
Kewajiban dalam pencegahan tindak pidana korupsi itu tidak hanya menjadi tugas
instansi pemerintah, swasta, dan pendidikan, tapi harus juga diawali dari keluarga. Untuk
itu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus melakukan koordinasi, supervisi, dan
pemantauan selain penindakan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang komisi pemberantasan tindak pidana korupsi. Tugas pokok tersebut merupakan
bentuk penguatan eksistensi KPK sekaligus menjadi strategi untuk meminimalkan
penyakit menular korupsi yang sudah sempat mewabah di seluruh aspek kehidupan
bangsa ini.71
Perbuatan korupsi dianggap sebagai sesuatu kegiatan yang lumrah dilakukan
bagi para petinggi publik, maka dari itu perlu adanya transparansi terhadap jalannya
pemerintahan. Membekali aparat negara dengan ketaqwaan, memilih aparat negara
yang memiliki kapabilitas teladan pemimpin dan pengawasan masyarakat merupakan
sebagian dari banyak cara untuk mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Dan yang
paling utama adalah perlunya menanamkan sikap jujur sejak dini, karena sikap Jujur yang
telah melekat dalam setiap jiwa seseorang maka orang tersebut tidak akan melakukan
tindak korupsi dalam kondisi dan keadaan apapun.Persoalan tindak pidana korupsi
telah menjadi hal yang biasa dibicarakan diberbagai kalangan masyarakat Indonesia.
Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi telah menjadi polemik sejak lama
yang belum mendapatkan titik terang karena belum mampu memberantas tindakan jahat
tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan dinamika politik sebuah kekuasaan yang hidup
saat ini. Sejarah telah menunjukkan bahwa korupsi ada sejak jaman orde lama. Pelaku
korupsi banyak berasal dari kalangan eksekutif yang mempunyai peluang lebih dalam
menjalankan kekuasaan pemerintahan. Perilaku buruk tersebut terus menjamur hingga
sampai pada pemerintahan orde baru bahkan di era reformasi, yang semakin tersebar di
berbagai lini, baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Oleh karenanya, korupsi merupakan
musuh bersama yang patut untuk diperangi. Namun, upaya pemberantasannya harus
tetap mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.72
Penanganan bagi tindak pidana korupsi bukan hanya merupakan tanggung
jawab Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan penegak hukum saja, akan tetapi
juga memerlukan peran aktif dari masyarakat. Peran serta masyarakat yang baik sangat
penting mengingat bahwa KPK belum memiliki perwakilan di daerah, maka cukup
71 https://antikorupsi.org/id/news/kpk-dan-pencegahan-korupsi , di akses tanggal 2 April 2019
72 https://www.uii.ac.id/masyarakat-bersatu-melawan-korupsi/, di akses tanggal 2 April 2019

109
sulit untuk KPK dalam mengawasi tindak pidana korupsi di seluruh wilayah yang ada
di Indonesia. Walaupun demikian adanya partisipasi masyarakat di daerah, mungkin
akan dapat membantu KPK dalam menjalankan tugasnya untuk memberantas tindak
pidana korupsi.73
Masyarakat dapat berperan aktif dengan cara menyampaikan pengaduan kepada
KPK melalui surat, datang langsung, telepon, faksimile, SMS, atau KPK Whistleblower’s
System (KWS). Tindak lanjut penanganan atas laporan tersebut sangat bergantung pada
kualitas laporan yang disampaikan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menyampaikan laporan kepada KPK, yang meliputi persyaratan dan kelengkapan atas
pelaporan tersebut. Sebab, laporan yang lengkap akan mempermudah KPK dalam
memproses tindak lanjutnya. Jika memiliki informasi maupun bukti-bukti terjadinya
korupsi, jangan ragu untuk melaporkannya ke KPK. Kerahasiaan identitas pelapor
dijamin selama pelapor tidak mempublikasikan sendiri perihal laporan tersebut. Jika
perlindungan kerahasiaan tersebut masih dirasa kurang, KPK juga dapat memberikan
pengamanan fisik sesuai dengan permintaan pelapor.
Posisi yang tegas bahwa rakyat adalah pemegangan kedaulatan dijabarkan lebih
lanjut pada Pasal 28C ayat (2) UUD 1945: “Setiap orang berhak untuk memajukan
dirinya dalam memperjuangkan secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa
dan Negara”. Hak asasi untuk berperan dalam membangun masyarakat, bangsa dan
Negara ini tentu saja sesuai dengan peran masyarakat terlibat dalam pemberantasan
korupsi. Karena perilaku korupsi dapat menghambat kepada pembangunan yang ada
dalam negara. Keuangan negara banyak disalah gunakan dan digerogoti oleh beberapa
oknum pejabat.
Salah satu bentuk perlindungan hukum bagi masyarakat dalam pemberantasan
korupsi, masyarakat yang telah melakukan pelaporan terhadap tindak pidana korupsi
mendapatkan perlindungan lebih khusus seperti diatur dalam UU No. 13 Tahun 2006
tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Pada Pasal 10 ayat (1) terdapat ketentuan
pelapor tidak dapat dituntut secara hukum baik pidana maupun perdata atas laporan
yang akan, sedang, atau telah diberikannya.
Suatu negara dapat disebut sebagai negara maju mempunyai salah satu indikasi
adanya penurunan angka korupsi. Pada negara berkembang yang belum mempunyai
sistem kelembagaan yang baik angka korupsi cenderung tinggi. Korupsi menghancurkan
sendi-sendi negara, pemerintah dan masyarakat. Tidaklah berlebihan jika Kofi A. Annan,
mantan Sekjen PBB, menggambarkan dampak korupsi sebagai berikut :

73 http://indonesiabaik.id/infografis/masyarakat-dapat-ikut-berperan-memberantas-korupsi, di
akses tanggal 2 April 2019

110
“korupsi ibarat penyakit menular yang menjalar pelan namun mematikan,
menciptakan kerusakan yang sangat luas di masyarakat. Korupsi merusak demokrasi
dan supremasi hukum, mendorong pelanggaran terhadap hak azasi manusia,
mendistorsi perekonomian, menurunkan kualitas kehidupan dan memungkinkan
organisasi criminal, terorisme dan berbagai ancaman terhadap keamanan untuk
berkembang”.
Korupsi selalu melemahkan aspek kelembagaan di suatu negara. North (1990)
mendefinisikan aspek kelembagaan sebagai aturan main yang berkembang di suatu
masyarakat secara manusiawi agar terbentuk interaksi yang kondusif antar anggota
masyarakat. Pembangunan kelembagaan bertujuan untuk menekan biaya transaksi,
sehingga transaksi antar masyarakat meningkat, perekonomian negara semakin
kompetitif dan roda kegiatan ekonomi akan menjadi semakin efisien. Namun demikian,
korupsi justru menciptakan dampak pelemahan kelembagaan sehingga biaya transaksi
cenderung meningkat sejalan dengan maraknya korupsi. Pada gilirannya, ketika korupsi
marak di suatu negara, daya saing negara tersebut akan mengalami kemunduran dan
pada akhirnya menurunkan kesejahteraan masyarakat di negara tersebut (Pradiptyo, et
al, 2015). 74
Memahami korupsi sebagai kejahatan yang sistemik, maka dalam penanggulangan­
nya serta penyelesaiannya harus dilaksanakan secara sistemik. Dalam ilmu hukum
terdapat Teori Legal System dari Lawrence M. Friedman yang meliputi: (1) Legal
Substance, (2) Legal Structure dan (3) Legal Culture, yang ditawarkan sebagai saran untuk
pemberantasan tindak pidana korupsi, yaitu:
Pertama, dari segi aturan hukum (Legal Substance). Perlu adanya penguatan aturan
hukum tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Di Indonesia masih terdapat
upaya pelemahan terhadap kinerja KPK, seperti adanya draf Rancangan UUKPK
yang akan dibahas di Komisi III DPR dimana ICW menemukan 8 poin krusial yang
mengancam eksistensi KPK dan jika diundangkan seperti itu niscaya benar-benar akan
melumpuhkan kerja pemberantasan korupsi.
Kedua, dari segi lembaga hukum (Legal Structure). Lembaga penegak hukum perlu
diberikan pemahaman yang benar tentang tugas pokok, fungsi dan kewenangan dalam
menjalankan kegiatannya, baik dari kalangan Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif, serta
yang diatur dalam konstitusi untuk melaksanakannya secara murni dan konsekuen
dengan tidak melaksanakan perbuatan menyalahgunakan kekuasaan dan/atau
melampaui batas kewenangan. Pemimpin lembaga Pemerintah dapar berperan sebagai
Guru dengan mengikuti ajaran Ki Hajar Dewantoro, sebab masyarakat Indonesia

74 https://cegahkorupsi.wg.ugm.ac.id/index.php/fakta-korupsi , di akses tanggal 2 April 2019

111
selalu patuh kepada atasannya dan cenderung menirunya. Penguatan terhadap kinerja
aparat penegak hukum perlu dilakukan guna meningkatkan kualitas dalam bekerja.
Pemantauan secara berkala dan audit mutu kinerja dengan cara sidak dan laporan
berkala juga perlu dilakukan.
Ketiga, dari segi budaya hukum (Legal Culture). Menurut Kriminologi kejahatan
lahir dari sebab pelaku kurang berbudaya atau bodoh, dalam bahasa biologis dikatakan
masih anak-anak dengan sikap kekanak-kanakan. Berkaitan dengan itu perlu adanya
peningkatan pembelajaran menuju kesadaran dan kedewasaan, khususnya terhadap
Pendidikan Moral Pancasila, karena korupsi merupakan kejahatan moral dan Pancasila
berfungsi sebagai Ideologi dan Falsafah Negara, serta sebagai Dasar Negara dan Sumber
dari Segala Sumber Hukum di Indonesia. Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila harus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.75
Seiring dengan perkembangan bangsa Indonesia, upaya dalam melakukan
pemberantasan korupsi terlihat semakin berkembang di setiap zaman. Walaupun banyak
kendala yang dihadapi oleh KPK dalam melakukan pemberantasan korupsi, namun
perjuangan dalam menciptakan negara yang bersih tidak boleh berakhir. Pemberantasan
tindak pidana korupsi tidak hanya menjadi tugas dari badan pemberantasan korupsi
saja (KPK), namun peran serta dan kerjasama masyarakat yang anti korupsi juga sangat
berpengaruh dalam suksesnya upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan. Jika
dilihat dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, badan-badan pemberantasan korupsi
dari era Orde Lama hingga Reformasi yang awalnya mengalami keberhasilan namun
lama-kelamaan mengalami penurunan dan pada akhirnya tidak bisa berjalan lagi karena
kurangnya dukungan serta kepercayaan masyarakat terhadap badan anti korupsi yang
dibentuk oleh pemerintah.
Upaya dalam melakukan pemberantasan korupsi di era Reformasi mengalami
banyak kemajuan dibandingkan dengan era-era sebelumnya. Jika di era sebelumnya
upaya pemberantasan korupsi mengalami banyak kegagalan maka di era Reformasi,
pemberantasan korupsi terutama yang dilakukan oleh KPK mengalami banyak
kemajuan. Banyak catatan mengenai prestasi dari kasus-kasus korupsi yang berhasil
ditangani dan diselesaikan oleh KPK. Bahkan banyak dari para pelaku korupsi yang
ditangkap oleh KPK merupakan para pejabat tinggi negara. Hal ini terlihat keseriusan
KPK dalam menangani kasus korupsi dan tidak memandang jabatan atau posisi yang
dimiliki oleh para pelaku korupsi. Walaupun dalam kenyataan saat ini masih terdapat
kekurangan atas kinerja KPK, namun secara dominan terlihat kepuasan masyarakat

75 M. Darin Arif Mu’allifin, Problematika Dan Pemberantasan Korupsi Di Indonesia, AHKAM,


Volume 3, Nomor 2, November 2015: 311-325

112
kepada KPK. Keseriusan KPK dalam menangani korupsi di Indonesia membuat
masyarakat mendukung sepenuhnya tindakan-tindakan yang dilakukan oleh KPK.76

B. The Principles Of Good Government dalam Menekan


Korupsi
Persepsi Masyarakat terhadap korupsi dapat dianggap sebagai fenomena budaya
karena mereka bergantung pada bagaimana masyarakat memahami aturan dan apa
yang membentuk penyimpangan terhadap aturan tersebut. Memang, itu tidak hanya
bergantung pada masyarakat tetapi juga pada nilai-nilai pribadi dan moralitas. Sementara
seseorang berpendapat tidak akan pernah membayar suap, akan tetapi orang lain mungkin
menganggap membayar suap merupakan suatu tindakan yang dapat dibenarkan.
Disposisi untuk membayar ini cenderung positif berkorelasi dengan persepsi masyarakat
tentang korupsi. Untuk menyelaraskan pandangan masyarakat bahwa korupsi adalah
tindakan kejahatan yang bagaimanapun dalilnya tidak dapat dibenarkan. Peran aktif
semua komponen yang ada dalam negara ini sangat diperlukan untuk dapat memerangi
perbuatan korupsi agar masyarakat secara sadar bahwa tindakan tersebut adalah salah.77
Masalah korupsi bukanlah hal yang mudah untuk di pecahkani, sekalipun harus
melibatkan seluruh elemen bangsa termasuk rakyat, hal ini karena korupsi merupakan
kejahatan yang dinamakan dengan White Collar Crime yaitu kejahatan yang dilakukan
oleh mereka yang memiliki kedudukan tinggi dan dipandang “terhormat”, karena
mempunyai kedudukan penting baik dalam pemerintahan atau di dunia perekonomian,
bahkan menurut Harkristuti Harkrisnowo, pelaku korupsi bukan orang sembarangan
karena mereka mempunyai kemudahan akses untuk melakukan tindakan korupsi
tersebut, dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan-kesempatan atau sarana
yang ada padanya. Sedangkan menurut Marella Buckley korupsi merupakan penyalahan
jabatan publik demi keuntungan pribadi dengan cara suap atau komisi tidak sah.78
Korupsi di Indonesia yang semakin parah merupakan penyakit sosial yang bersifat
menyeluruh dan telah menjadi permasalahan yang tak dapat diselesaikan semenjak awal
perjalanan manusia. Dampak yang demikian luas pada dasarnya akan menjadi ancaman
yang sangat serius bagi kelangsungan bangsa dan negara, bahkan Romli Atmasasmita
menyatakan bahwa masalah korupsi sudah merupakan ancaman yang bersifat serius

76 Hikmatus Syuraida, Perkembangan Pemberantasan Korupsi Di Indonesia Era Orde Lama Hingga
Era Reformasi, AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 2, Juli 2015,hal.236.
77 Natalia Melgar,Ma´ximo Rossi and Tom W.Smith, The Perception Of Corruption, International
Journal of Public Opinion Research Vol. 22 No. 1 Tahun 2010.
78 Ridwan, Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Melalui Peran Serta Masyarakat, Kanun
Jurnal Ilmu Hukum No. 64, Th. XVI (Desember, 2014), hlm.386.

113
terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat nasional dan internasional. Sehingga akan
menciptakan kepincangan pada bagian pendapatan yang diterima oleh berbagai golongan
masyarakat yang disebut sebagai relatif inequality atau terdapat tingkat kemiskinan yang
absolut (absolut poverty). Kondisi yang demikian tentu yang akan sangat dirugikan
adalah rakyat dalam tataran bawah, yang seharusnya mendapat jaminan kesejahteraan
sesuai dengan jaminan yang dituangkan dalam konstitusi.
Peran The Principles Of Good Government dalam membantu menekan angka
korupsi diharapkan mampu mengurangi kecenderungan beberapa pejabat atau pegawai
pemerintahan melakukan tindakan korupsi. Di Indonesia istilah korupsi sangat identik
dengan kegiatan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat, maka dari itu zona yang
rawan terhadap tindak korupsi adalah dalam hal pelayanan publik.
Modus dalam melakukan tindak korupsi adalah cara-cara bagaimana korupsi itu
dilakukan berupa: pemerasan pajak, manipulasi tanah, jalur cepat pembuatan ktp, sim
jalur cepat, mark up budget/ anggaran, proses tender, penyelewengan dalam penyelesaian.
Pernyataan di atas seirama dengan Quah yang mengungkapkan bentuk aktivitas yang
termasuk di dalam tindak korupsi adalah penyuapan, nepotisme, penggunaan dana-dana
atau properti publik yang tidak semestinya, ketidakwajaran dalam pemberian lisensi,
dan terlalu rendahnya penaksiran pembayaran pajak untuk tujuan-tujuan yang tidak
semestinya. Korupsi hanya dapat diatasi dengan reformasi administrasi. Sebagaimana
Quah mengatakan, bahwa reformasi administrasi merupakan ukuran terpenting dan
paling efektif yang digunakan peme rintah untuk mengatasi masalah korupsi birokrasi.
Hal ini perlu dilakukan karena korupsi birokrasi merupakan hambatan paling serius dan
memalukan dalam pembangunan nasional di semua negara berkembang (Caiden,1982).79
Lemahnya integritas dan etika penyelenggara atau aparatur negara menjadi penyebab
utama terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan kewenangan atau kekuasaan.
Aparatur negara merupakan faktor utama keberhasilan pemerintah mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang baik, bersih, dan bebas Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN).
Tanpa aparatur yang berintegritas dan beretika mustahil program kerja pemerintah
dapat berjalan dengan baik. Untuk itu, salah satu aspek utama dari program reformasi
birokrasi ialah reformasi aspek sumber daya manusia (SDM), karena aspek inilah yang
nantinya akan mengimplementasikan atau menggerakkan semua program reformasi
birokrasi.80

79 Sri Suwitri, Pemberantasan Korupsi Di Indonesia : Sebuah Upaya Reformasi Birokrasi, DIALOG
Jurnal Ilmu Administrasi Dan Kebijakan Publik, Vol. 4, No. 1, Januari 2007, hlm.24
80 Bambang Waluyo, Optimalisasi Pemberantasan Korupsi Di Indonesia, Jurnal Yuridis Vol. 1 No.
2, Desember 2014, hlm. 175-176

114
The Principles Of Good Government yang di Indonesia sering kita kenal dengan
Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB) diharapkan dapat meningkatkan
kualitas penyelenggara pemerintahan serta mendukung pelaksanaan reformasi birokrasi.
Kehadiran Undang-Undang Administrasi Pemerintahan Nomor 30 Tahun 2014
dimaksudkan untuk menciptakan hukum, mencegah terjadinya penyalahgunaan
wewenang, menjamin akuntabilitas badan dan/atau Pejabat Pemerintah, memberikan
perlindungan hukum kepada masyarakat dan aparatur pemerintah serta menerapkan
asas-asas umum pemerintahan yang baik.81
Pada pasal 10 Undang Undang Nomor 30 Tahun 30014 tentang Administrasi
Pemerintahan menguraikan ruag lingkup AUPB yang berlaku dalam administrasi
pemerintahan. Asas Umum Pemerintahan yang Baik yang dimaksud meliputi asas:
a) Kepastian hukum. asas kepastian hukum merupakan asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan ketentuan peraturan perundang-undangan, kepatutan,
keajegan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan pemerintahan.
b) Kemanfaatan. asas kemanfaatan maksudnya manfaat yang harus diperhatikan
secara seimbang antara: (1) kepentingan individu yang satu dengan kepentingan
individu yang lain; (2) kepentingan individu dengan masyarakat;(3) kepentingan
Warga Masyarakat dan masyarakat asing; (4) kepentingan kelompok masyarakat
yang satu dan kepentingan kelompok masyarakat yang lain; (5) kepentingan
pemerintah dengan Warga Masyarakat; (6) kepentingan generasi yang sekarang
dan kepentingan generasi mendatang; (7) kepentingan manusia dan ekosistemnya;
(8) kepentingan pria dan wanita.
c) Ketidakberpihakan. Asas ketidakberpihakan adalah asas yang mewajibkan Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menetapkan dan/atau melakukan Keputusan
dan/atau Tindakan dengan mempertimbangkan kepentingan para pihak secara
keseluruhan dan tidak diskriminatif.
d) Kecermatan. asas kecermatan dimaksudkan sebagai asas yang mengandung arti
bahwa suatu Keputusan dan/atau Tindakan harus didasarkan pada informasi
dan dokumen yang lengkap untuk mendukung legalitas penetapan dan/atau
pelaksanaan Keputusan dan/atau Tindakan sehingga Keputusan dan/atau
Tindakan yang bersangkutan dipersiapkan dengan cermat sebelum Keputusan
dan/atau tindakan tersebut ditetapkan dan/atau dilakukan.
e) Tidak menyalahgunakan kewenangan. Asas tidak menyalahgunakan kewenangan
adalah asas yang mewajibkan setiap Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak
menggunakan kewenangannya untuk kepentingan pribadi atau kepentingan
81 http://pemerintah.net/asas-asas-umum-pemerintahan-yang-baik-aupb/ , diakses pada tanggal 2
April 2019

115
yang lain dan tidak sesuai dengan tujuan pemberian kewenangan tersebut,
tidak melampaui, tidak menyalahgunakan, dan/atau tidak mencampuradukkan
kewenangan.
f) Keterbukaan. Asas keterbukaan adalah asas yang melayani masyarakat untuk
mendapatkan akses dan memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
g) Kepentingan umum. Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan
kesejahteraan dan kemanfaatan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif,
selektif, dan tidak diskriminatif.
h) Pelayanan yang baik. asas pelayanan yang baik dimaksudkan sebagai asas yang
memberikan pelayanan yang tepat waktu, prosedur dan biaya yang jelas, sesuai
dengan standar pelayanan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.82

AAUPB yang telah mendapat pengakuan dalam praktek hukum di Belanda,


yaitu asas persamaan, asas kepercayaan, asas kepastian hukum, asas kecermatan, asas
pemberian alasan (motivasi), larangan penyalahgunaan wewenang dan larangan
bertindak sewenang-wenang.83 Konsepsi AAUPB menurut Crince le Roy yang meliputi:
asas kepastian hukum, asas keseimbangan, asas bertindak cermat, asas motivasi untuk
setiap keputusan badan pemerintah, asas tidak boleh mencampuradukkan kewenangan,
asas kesamaan dalam pengambilan keputusan, asas permainan yang layak, asas keadilan
atau kewajaran, asas menanggapi pengharapan yang wajar, asas meniadakan akibat-
akibat suatu keputusan yang batal, dan asas perlindungan atas pandangan hidup
pribadi. Koentjoro menambahkan dua asas lagi, yakni: asas kebijaksanaan dan asas
penyelenggaraan kepentingan umum.
Prinsip penting dalam penyelenggaran administrasi pemerintahan menurut
Philipus Hadjon adalah: (1) Berbasis pada kedaulatan rakyat, dimana terdapat ruang
bagi rakyat untuk berpatisipasi dalam pengambilan keputusan dan kebijakan publik
(2) pembentukan kelembagaan yang sesuai dengan kebutuhan, potensi objektif
dan karakater sosial ekonomi dan budaya rakyat (3) perimbangan kekuasaan dalam
hubungan antar lembaga yang dapat menjadi check dan balance (4) pembagian
kewenangan yang jelas diantara bidang-bidang pemerintahan sesuai dengan tugas dan
fungsinya yang memiliki sinergi satu sama lainnya (5) fungsi manajemen pemerintahan
yang berdasarkan pada rasionalitas, objektivitas, efisiensi dan transparansi (6) lembaga

82 Muhamad Azhar, Relevansi Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik Dalam Sistem
Penyelenggaraan Administrasi Negara, NOTARIUS ▪ Edisi 08 Nomor 2 September (2015), hlm.181-182
83 Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2008, hlm. 270

116
legislatif yang dapat meningkatkan kemampuannya dalam melakukan fungsi kontrol,
legislasi dan perumusan kebijakan pemerintah (7). Penerapan prinsip akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pemerintahan (8). prinsip-prinsip penetapan visi, misi dan tujuan yang
jelas dalam menetapkan strategi kebijakan yang responsif terhadap kebutuhan rakyat.84
Dalam pemberantasan tindak pidana korupsi, tidak lagi memikirkan bagaimana
agar menghapus korupsi atau menuntut pelakunya ke persidangan, tetapi yang harus
dilakukan adalah melaksanakan kewajiban sesuai dengan hukum administrasi dengan
baik. Apabila hukum administrasi dapat dijalankan dengan baik, maka perbuatan
korupsi dengan sendirinya akan hilang. Kehadiran AAUPB diakui sebagai hukum yang
tidak tertulis dalam penjelasan UUD 1945, dalam pelaksanaannya dapat dipaksakan
oleh pengadilan. Banyak dijumpai putusan pengadilan Tata Usaha Negara menguji
sebuah keputusan tata usaha negara dengan AAUPB. Sehingga AAUPB diakui sebagai
salah satu sumber Hukum Administrasi Negara.
Penggunaan kekuasaan negara terhadap Masyarakat bukanlah tanpa persyaratan.
Warga Masyarakat tidak dapat diperlakukan secara sewenangwenang sebagai objek.
Keputusan dan/atau tindakan pejabat terhadap Warga Masyarakat harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan AAUPB. Pengawasan terhadap
Keputusan dan/atau Tindakan merupakan pengujian terhadap perlakuan kepada
Masyarakat yang terlibat telah diperlakukan sesuai dengan hukum dan memperhatikan
prinsip-prinsip perlindungan hukum yang secara efektif dapat dilakukan oleh lembaga
negara, Peradilan Tata Usaha Negara dan aparat penegak hukum dibidang pidana
bahkan masyarakat itu sendiri.
Puncak kekuasaan pemerintah dan pemerintah daerah diperoleh melalui proses
politik, yaitu melalui Pemilihan Umum atau Pemilihan Umum Kepala Daerah. Pejabat
yang menduduki jabatan tertinggi di pusat maupun di daerah harus dapat menjadi
teladan bagi pejabat di bawahnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pejabat bukan sebagai raja yang memimpin rakyat, melainkan “pelayan” bagi rakyat.
Proses politik untuk menjadi pemimpin (kepala daerah dan presiden) merupakan proses
yang mahal, sedangkan gaji setelah terpilih dan menjabat tidak akan mungkin dapat
mengembalikan biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai prosesnya (kampanye).
namun demikian, jabatan tersebut bukanlah jalan untuk mendapatkan kembali
“modal” yang telah dikeluarkan, terlebih mendapatkan keuntungan. Pejabat terpilih
karena kedudukan, wewenang dan kesempatan yang ada pada jabatannya, sangat
berpotensi disalahgunakan untuk kepentingan pribadi, keluarga atau kelompoknya
84 Sudardi, Konsep dan Materi Dari Segi Hukum Tata Negara Untuk Naskah Akademik RUU
tentang Administrasi Pemerintahan, Semiloka I kajian Reformasi Hukum Administrasi Pemerintahan,
Kementrian PAN, 27-28 April 2004.

117
sendiri. Sehingga dalam melaksanakan wewenangnya itu, diperlukan rambu-rambu agar
pemerintahan tetap berjalan baik untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.85
Untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme, dalam Undangundang ini ditetapkan asas-asas umum
penyelenggaraan negara yang meliputi asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan
negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas
profesionalitas, dan asas akuntabilitas.Pengaturan tentang peran serta masyarakat
dalam Undangundang ini dimaksud untuk memberdayakan masyarakat dalam rangka
mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
Dengan hak dan kewajiban yang dimiliki, masyarakat diharapkan dapat lebih
bergairah melaksanakan kontrol sosial secara optimal terhadap penyelenggaraan negara,
dengan tetap mentaati rambu-rambu hukum yang berlaku.Agar Undang-undang ini
dapat mencapai sasaran secara efektif maka diatur pembentukan Komisi Pemeriksa yang
bertugas dan berwenang melakukan pemeriksaan harta kekayaan pejabat negara sebelum,
selama, dan setelah menjabat, termasuk meminta keterangan baik dari mantan pejabat
negara, keluarga, dan kroninya, maupun para pengusaha, dengan tetap memperhatikan
prinsip praduga tak bersalah dan hak-hak asasi manusia. Susunan keanggotaan Komisi
Pemeriksa terdiri atas unsur Pemerintah dan masyarakat mencerminkan independensi
atau kemandirian dari lembaga ini.86
Para pejabat pemerintahan di Pusat dan Daerah harus memahami substansi
Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan agar bisa
terhindar dari jerat tindak pidana korupsi. Undang-Undang Administrasi Pemerintahan
telah memuat ‘panduan’ dan langkah-langkah yang harus dipenuhi seorang pejabat
pemerintahan ketika hendak mengambil keputusan atau kebijakan publik. Dengan
mengikuti ‘panduan’ yang diatur dalam Undang-Undang tersebut, seorang pejabat bisa
terhindari dari penyalahgunaan wewenang.
Mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang adalah salah satu tujuan lahirnya
UU Administrasi Pemerintahan. Tujuan lain adalah tertib administrasi pemerintahan,
menciptakan kepastian hukum, menjamin akuntabilitas badan/pejabat pemerintahan,
memberikan perlindungan hukum baik bagi pejabat/badan maupun kepada warga
negara, serta menerapkan asas-asas umum pemerintahan yang baik.

85 Heri Hartanto dan Zaki Adlhiyati, Pencegahan Korupsi Dengan Menerapkan Asasasas Umum
Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Baik Dalam Pemerintahan, Jurnal Publikasi Ilmiah, 2017,hlm.273-
274
86 https://acch.kpk.go.id/id/jejak-pemberantasan/uu-28-tahun-1999-enyelenggaraan-negara-
bersih-dari-kkn , di akses tanggal 2 April 2019

118
Tinjauan mengenai penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance)
tidak hanya dikaitkan dengan kekuasaan pemerintahan yang dijalankan oleh administrasi
negara, tetapi juga meliputi cabang-cabang kekuasaan negara lainnya seperti kekuasaan
pembentukan undang-undang (legislatif) dan kekuasaan penegakan hukum (judicatif).
Pada praktek penyelenggaraan pemerintahan yang baik, berbagai ungkapan teoritik
sering dilekatkan kepada bentuk dan isi penyelenggaraan pemerintahan yang baik
seperti: responsible, accountable, controlable, transparancy, limitable, dan lain sebagainya
yang semuanya dapat diterapkan kepada penyelenggara kekuasaan eksekutif, legislatif
dan judicatif.
Dalam kaitan pelayanan publik dan perlindungan (hukum) kepada masyarakat,
ada dua cabang kekuasaan pemerintahan negara yang berhubungan langsung dengan
rakyat yaitu aparat administrasi negara (eksekutif) dan aparat penegak hukum (judicatif).
Karena itu sangat wajar, apabila muncul tuntutan penyelenggaraan pemerintahan
yang baik, pada awalnya terutama ditujukan kepada pembaharuan administrasi
negara (reformasi birokrasi) dan pembaharuan penegakan hukum (reformasi hukum).
Sebagai contoh, pelayanan publik yang sering secara sengaja ditunda atau bertele-tele,
bukan hanya dengan memperlambat pelayanan, tetapi birokrasi telah menjadi bersifat
komersial, karena melahirkan sistem “uang pelicin”, “hadiah”, suap dan lain sebagainya.
Hal yang serupa terjadi juga pada aparat penegakan hukum, dimana berbagai praktek di
lembaga peradilan menunjukkan bahwa ada putusan hakim yang seringkali ditengarai
ditentukan berdasarkan negosiasi, suap dan lain sebagainya, dan bukan berdasarkan
prinsip keadilan yang sesungguhnya.87
Bidang pelayanan publik yang cenderung memberikan peluang besar dalam
melakukan tindak korupsi harus menjadi prioritas utama untuk dilakukan perbaikan
sistem. Dengan The Principles Of Good Government kita semua dapat berharap terciptanya
sistem pemerintahan yang bersih dan dapat menciptakan pelayanan yang ekstra kepada
masyarakat. Tujuan lain yang paling utama adalah negara Indonesia dapat bebas dari
tindak pidana korupsi yang semakin lama akan semakin meruntuhkan bangsa ini.

87 https://www.bphn.go.id/data/documents/pemerintahan_yang_baik.pdf , di akses pada tanggal


2 April 2019

119
BAB XII
MENYEMAI NILAI PANCASILA
PADA GENERASI MUDA CENDEKIA

Kompetensi Dasar :
Setelah mengikuti pokok bahasan dalam BAB XII pembaca diharapkan dapat
menjelaskan mengenai bagaimana cara menumbuhkan jiwa Pancasila pada generasi
muda.

Materi yang di bahas dalam BAB XII:


1. Peran generasi muda dalam pembangunan nasional
2. Menyemai nilai pancasila pada generasi muda

A. Peran Generasi Muda dalam Pembangunan Nasional


Bangsa Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang besar hal ini
dapat terlihat dari prestasi-prestasi di tingkat Internasional yang ditorehkan diberbagai
bidang. Generasi muda adalah generasi harapan bangsa. Pernyataan ini akan sangat
membanggakan bagi masyarakat Indonesia apabila dapat menjadi kenyataan. Akan
tetapi, faktanya membuktikan bahwa generasi muda di Indonesia saat ini cenderung
mengkhawatirkan perilakunya bagi kelanjutan masa depan bangsa ini. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya kasus yang terjadi pada generasi muda antara lain kasus narkoba,
kejahatan, pergaulan bebas dan lain sebagainya. Peranan pemuda dan mahasiswa tentunya
masih sangat diperlukan untuk regenerasi dalam mewujudkan dan melanjutkan cita-cita
bangsa ini yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan terdahulu.
Masa depan Bangsa Indonesia sangatlah ditentukan oleh para generasi muda
Bangsa ini. Kaum Muda Indonesia adalah masa depan Bangsa ini. Karena itu, setiap
pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus pelajar, mahasiswa ataupun yang sudah
menyelesaikan pendidikannya merupakan faktor-faktor penting yang sangat diandalkan
oleh Bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan juga mempertahankan
kedaulatan Bangsa. Dalam upaya mewujudkan cita-cita dan mempertahankan
kedaulatan bangsa ini tentu akan menghadapi banyak permasalahan, hambatan,
rintangan dan bahkan ancaman yang harus dihadapi. Masalah-masalah yang harus
dihadapi itu beraneka ragam dan terbilang cukup kompleks. Banyak masalah yang timbul
sebagai warisan masa lalu, masalah yang timbul sekarang maupun masalah yang timbul
di masa depan negara kita. Dengan masalah-masalah yang sudah ada maupun yang akan
datang, penting bagi rakyat Indonesia, terutama kaum pemuda dan mahasiswa untuk
membiasakan diri dalam meningkatkan dan memperbaiki produktifitas kita sebagai
Bangsa Indonesia.
Bangsa ini terutama generasi muda harus tahu bahwa kita hidup di suatu negara
yang sangat plural atau beragam dari segala aspek , dan Pancasila sebagai dasar negara
juga harus betul-betul diketahui. Bahkan, semua lapisan masyarakat, tidak hanya
generasi muda harus memahami Pancasila, sebab tantangan terhadap keutuhan negara
tidak hanya datang dari luar negeri, tetapi juga dari dalam negeri. angkah pertama untuk
kembali menguatkan karakter generasi penerus bangsa dengan memberikan pondasi
pendidikan, terutama penguatan ideologi bangsa. Itu bisa dilakukan dengan memberi
pemahaman lagi tentang 4 Pilar Kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 45, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika. Sebagai generasi penerus bangsa yang akan menjadi akar bangsa
Indonesia di masa mendatang harus dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional
dengan memiliki modal dasar yang membuat ia mampu disebut sebagai agent of change
(agen perubahan) dan agent of social control (agen pengawas sosial) yaitu kekuatan
moralnya dalam berjuang karena pada intinya apa yang dibuat adalah semata–mata
berlandaskan pada gerakan moral yang menjadi idealismenya dalam berjuang.
Peranan pemuda dalam pembangunan bangsa, terutama dalam pembangunan
perekonomian, sangat dibutuhkan. Pada hakikatnya, pembangunan yang dilakukan
adalah pembangunan insan-insannya, agar bisa menjadi Sumber Daya Manusia (SDM)
berkualitas, karena Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah saja tidak cukup jika
tidak didukung oleh SDM berkompeten dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagai pemuda sudah selayaknya kita mengambil peran kita dalam kehidupan
berbangsa. Kita harus bisa menjalankan tugas dan kewajiban sebagai generasi penerus
bangsa yaitu mampu melakukan perubahan. Sebagai tulang punggung perekonomian
yang memikul tanggung jawab demi memajukan bangsa, pemuda harus bisa melanjutkan
dan mengisi perannya untuk pembangunan dan perbaikan bangsa, termasuk dalam
bidang ekonomi. dengan menggali kembali eksistensi dalam cita-cita kemandirian
bangsa di bidang perekonomian.
Apa yang harus kita lakukan sebagai pemuda untuk mewujudkan kemandirian
bangsa?. Pertama, meningkatkan produktivitas dan kualitas dalam proses industri. Tanpa
peningkatan tersebut kita tidak akan mampu bersaing, karena kenyataanya masyarakat
kita lebih percaya pada produk luar. Sebuah kalimat “kemandirian” akan terealisasi, jika
sebagai penggerak pembangunan pemudanya mampu menciptakan konsep kreatifitas
dan daya saing guna memenuhi kebutuhan bangsanya sendiri, baik dalam kebutuhan
sandang, pangan maupun papan.

122
Kedua adalah membiasakan untuk menjadi pencipta sesuatu yang selalu muncul
dengan gebrakan-gebrakan kreatifitasnya, sehingga kita sebagai pemuda tidak hanya
menjadi penikmat konsumsi. Muncul ini ikutan ini, muncul itu ikutan itu. Harus
kita akui arus globalisasi yang berkembang dewasa ini meyebabkan kaburnya batasan
antar negara. Tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Dalam keadaan seperti itu pemuda
dituntut untuk lebih kreatif dalam mengeluarkan ide-idenya.
Untuk menghadapi globalisasi dan perubahan yang semakin pesat dibutuhkan
peranan pemuda dalam perencanaan menjadi kelompok inovatif, kreatif, kompetitif,
mandiri serta mempunyai ketangguhan untuk tetap bertahan pada persaingan dengan
dunia luar. Sebenarnya perlu dibangun oleh bangsa Indonesia adalah kualitas SDM,
dimana kekuatan terbesar SDM terletak pada generasi muda.
Ketiga, mewujudkan kemandirian dan kemajuan bangsa perlu didukung
oleh kemampuan mengembangkan potensi diri dan konsep yang terarah. Konsep
kemandirian itu sendiri bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan dan pengerjaan segala
sesuatu untuk diri sendiri dengan kekuatan dan kemampuan sendiri. Sebisa mungkin
tidak bergantung pada orang lain sesuai dengan semangat yang dicita-citakan oleh Bung
Karno: berdiri di atas kaki sendiri (berdikari).
Generasi muda hendaknya menyadari bahwa mereka adalah andalan dan harapan
bangsa yang sedang membangun untuk mengejar keterbelakangan. Karena itu kegiatan
generasi muda hendaknya dapat menunjukkan peran pelopor kaum muda dalam
pembangunan. Pemuda adalah ujung tombak perubahan bangsa, maka peran pemuda
dalam kondisi ini ialah terlibat langsung dalam memperbaiki keadaan bangsa atau
terus belajar menjadi generasi mandiri sehingga bisa membangkitkan bangsa ini dari
keterpurukan.
Masa depan bangsa ada di tangan pemuda. Ungkapan ini memiliki semangat
konstruktif bagi pembangunan dan perubahan. Pemuda tidak selalu identik dengan
kekerasan dan anarkisme tetapi daya pikir revolusionernya yang menjadi kekuatan
utama. Sebab, dalam mengubah tatanan lama budaya bangsa dibutuhkan pola pikir
terbaru, muda dan segar. Masyarakat masih membutuhkan pemuda-pemudi yang
memiliki kematangan intelektual, kreatif, percaya diri, inovatif, memiliki kesetiakawanan
sosial dan semangat nasionalisme yang tinggi dalam pembangunan nasional. Pemuda
diharapkan mampu bertanggung jawab dalam membina kesatuan dan persatuan NKRI,
serta mengamalkan nilai-nilai yang ada di dalam pancasila agar terciptanya kedamaian,
kesejahteraan umum, serta kerukunan antar bangsa.
Kesadaran yang diharapkan mendorong segenap kaum muda untuk segera
mempersiapkan dan merancang prosesi pergantian generasi. Karena pada hakikatnya

123
kita membutuhkan wajah-wajah baru dalam mengisi roda kenegaraan ini. Sehingga
muka lama yang hampir usang itu bisa tergantikan dengan muka baru yang lebih muda
serta juga memiliki cita-cita dan semangat baru. Indonesia membutuhkan pemimpin
dari kaum muda yang mampu merepresentasikan wajah baru kepemimpinan bangsa
yang dapat menciptakan trobosan-trobosan pemikiran dalam mengelola sumber daya
yang ada di Negara. Ini bukan tanpa alasan, karena kaum muda dapat dipastikan
hanya memiliki masa depan dan nyaris tidak memiliki masa lalu. Hal ini sesuai dengan
kebutuhan Indonesia kini dan ke depannya yang perlu mulai belajar melihat ke depan,
dan tidak lagi berasyik-masyuk dengan tabiat yang suka melihat ke belakang.
Kita harus segera maju ke depan dan bukan berjalan ke masa lalu. Secara filosofisnya,
masa depan itu adalah milik kaum muda. Mereka lebih steril dari berbagai penyimpangan
orde yang telah lalu. Mereka tidak memiliki dendam masa lalu dengan lawan politiknya.
Mereka tidak memiliki kekelaman masa lalu. Mereka juga tidak memiliki trauma masa
lalu yang sangat mungkin akan membayang-bayangi jika nanti ditakdirkan memimpin.
Lebih dari itu, kaum muda paling memiliki masa depan yang bisa mereka tatap dengan
ketajaman dan kecemerlangan visi serta memperjuangkannya dengan keberanian dan
energi yang lebih baru.
Jika dikaitkan hubungan antara pemuda dan pembangunan daerah dapat di kaji
mengenai pola piker yang sejalan dengan semangat desentralisasi, dengan pelimpahan
kekuasaan dan wewenang yang lebih luas kepada pemerintah daerah, membuka
kesempatan bagi setiap masyarakat mengisi pembangunan daerah. Pemuda sebagai
elemen penting masyarakat dalam pembangunan daerah, sudah sepatutnya memaknai
dan mewarnai setiap kebijakan pembangunan daerah. Disinilah pentingnya pemuda
memposisikan diri dan mengambil peran-peran strategis dalam pembangunan daerah
saat ini.
Semangat perubahan yang menjiwai semangat desentralisasi mestinya menemukan
titik yang sama dengan peran yang telah melekat dalam diri pemuda. Menterjemahkan
peran-peran strategis yang memberi konstribusi bagi percepatan pembangunan daerah
menjadi pilihan yang tidak boleh berlalu tanpa pemaknaan dari pemuda. Praktek
desentralisasi yang acapkali tidak tepat diterjemahkan oleh pemerintah daerah, perlu
terus mendapat kontrol dari masyarakat. Maka, Pilihan sebagai oposisi (pengontrol
kebijakan) dalam setiap kebijakan pembangunan daerah juga merupakan pilihan
strategis bagi pemuda.
Sepatutnya, pemuda tidak lagi hanya dalam posisi berpangku tangan atau menunggu
inisiasi dari pemerintah daerah untuk bersama-sama berperan mengisi pembangunan
daerah. Menginisiasi dan mendorong konsep pembangunan daerah dalam era

124
desentralisasi ini, sangat terbuka bagi pemuda. Pemuda yang mampu membaca tanda-
tanda zamannya, seyogyanya telah berada pada pilihan penguatan kelembagaan lokal,
guna mendorong kesadaran semua elemen masyarakat tuk terlibat aktif mendorong
percepatan pembangunan daerah. Akhirnya, pemuda harus menyadari bahwa, harapan
dan cita-cita kemerdekaan akan kedaulatan sepenuhnya untuk rakyat, dengan semangat
demokrasi oleh dan untuk rakyat, di era desentralisasi ini, ada dipundak para pemuda.

B. Menyemai Nilai Pancasila pada Generasi Muda


Ideologi Pancasila merupakan falsafah bangsa Indonesia yang sudah tidak boleh
ditawar-tawar lagi. Pancasila merupakan konsensus nasional yang diramu dan sudah
disepakati oleh masyarakat Indonesia yang beragam, untuk menjaga kerukunan dan
juga membangun kedamaian. Namun, di era globalisai ini, pemahamam masyarakat,
terutama para generasi milenial terhadap Pancasila ini mulai tergerus dengan mulai
masuknya ideologi lain.
Padahal, Pancasila merupakan warisan dari para pendahulu bagi generasi muda
untuk tetap konsisten dalam menjaga perdamaian di Indonesia. Menjaga Pancasila
sebagai pedoman bagi bangsa tentunya bukan sekadar menjaga warisan para pendahulu.
Pancasila, bagi generasi milenial, adalah untuk menjaga bangsa ini dari kerusakan dan
pertumpahan darah akibat perpecahan. Generasi muda harus bisa memaknai Pancasila
sebagai ideologi bangsa yang dapat menyatukan dan menciptakan kedamaian di
masyarakat.
Hakikat dari sila Pancasila adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
itu sendiri. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pansasila mempunyai tingkatan dan
bobot yang berbeda, namun nilai-nilai itu tidak saling bertentangan, akan tetapi saling
melengkapi. Hal ini dikarenakan sebagai suatu substansi, Pancasila merupakan kesatuan
yang bulat dan utuh, atau kesatuan organic (organic whole). Dengan demikian berarti
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan
utuh pula. Nilai-nilai itu saling berhubungan secara erat dan nilai-nilai yang satu tidak
dapat dipisahkan dari nilai yang lain. Atau nilai-nilai yang ada itu dimiliki bangsa
Indonesia, yang akan memberikan pola (patroon) bagi sikap, tingkah laku dan perbuatan
bangsa Indonesia.
Seiring perkembangan zaman di era globalisasi saat ini turut mengiringi adanya trend
yang semakin dinamis dan selalu diwarnai oleh ketidakteraturan dan ketidakpastian.
Kondisi ini memunculkan kecenderungan permasalahan baru yang semakin beragam
dan multi dimensional. Teknologi informasi yang berkembang cepat, telah membawa
dampak bagi kehidupan manusia. Dapat berdampak menguntungkan dan merugikan

125
,berdampak menguntungkan apabila mampu memanfaatkannya untuk meningkatkan
taraf hidup. Namun juga dapat berdampak merugikan, apabila terperdaya dengan
pemanfaatan untuk kepentingan yang negatif. Hal ini berarti dampak teknologi
informasi berimplikasi secara langsung pada perubahan berbagai aspek kehidupan,
termasuk terhadap karakter generasi muda.
Persoalan karakter para pemuda kini menjadi sorotan tajam dalam masyarakat.
Berbagai sorotan tersebut termuat dalam media cetak, wawancara, dialog atau gelar
wicara di beberapa media elektronik. Ironisnya, persoalan yang muncul seperti
meningkatnya tindak kriminal,semakin menjadi-jadinya korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN), kekerasan, kejahatan seksual, pengrusakan, perkelahian massal, kehidupan
yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan lain-lain yang seringkali
menjadi topik hangat dan tidak ada henti-hentinya untuk dibicarakan .Padahal sudah
lebih dari setengah abad bangsa Indonesia merdeka, tapi sampai saat ini justru bangsa
Indonesia semakin mengalami degradasi karakter kebangsaan. Tampaknya bangsa ini
khususnya generasi muda telah dihadapkan pada dinamika perkembangan lingkungan
strategis yang penuh dilema, tantangan hidup yang semakin kompleks dan diwarnai
dengan fenomena terjadinya degradasi nilai-nilai luhur bangsa.
Bahkan pendidikan di Indonesia saat ini cenderung lebih mengedepankan
penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan, namun mengabaikan pendidikan karakter.
Aristoteles mendefinisikan karakter yang baik sebagai kehidupan dengan melakukan
tindakan-tindakan yang benar sehubungan dengan diri seseorang dan orang lain.88
Pengetahuan tentang kaidah moral yang didapatkan dalam pendidikan moral atau
etika di sekolah-sekolah saat ini semakin ditinggalkan. Sebagian orang mulai tidak
memperhatikan lagi bahwa pendidikan tersebut berdampak pada perilaku seseorang.
Sebagai contoh terjadinya pergeseran budaya tolong menolong di Indonesia sangat
akrab disebut gotong royong, sebagaimana Kaelan menjelaskan bahwa: “Semangat
gotong royong mengungkapkan cita-cita kerakyatan, kebersamaan dan solidaritas sosial.
Berdasarkan semangat gotong royong dan asas kekeluargaan, negara mempersatukan
diri dengan seluruh lapisan masyarakat.” Hal tersebut diperkuat dengan sejarah yang
mengatakan bahwa, penyederhanaan Pancasila yang pada intinya adalah gotong royong.89
Dalam mengahadapi masalah yang begitu rumit dan komplek seperti di atas
dibutuhkan pendidikan karakter yang dibangun melalui pendidikan, yang melibatkan
berbagai elemen bangsa terlebih sebagai pemangku kepentingan seperti pendidikan
pancasila misalnya. Dengan manajemen yang seperti ini diharapkan dapat meminimalisir

88 Thomas Lickona, Educating For Character, Jakarta, Bumi Aksara, 2012, Hlm. 81
89 Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila, Yogyakarta, Paradigma, 2013, Hlm. 59

126
dan menangkal kemungkaran yang terjadi saat ini. Pendidikan pancasila diharapkan
mampu menghadirkan karakter generasi muda yang tidak hanya cerdas namun juga
berkarakter. Maksudnya adalah generasi muda yang tidak hanya berkompeten tatapi
juga perduli terhadap kemajuan Indonesia. Pendidikan pancasila sangatlah penting
bagi para generasi muda Indonesia agar dapat terbentuk karakter yang unggul dan
bereakhlak mulia. Sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan dan santun
dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Karena karakter merupakan nilai – nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perhatian, dan perbuatan berdasarkan norma – norma agama, hukum, tatakrama,
budaya dan adat istiadat. Sehingga tidak akan ada lagi tindak kriminal seperti kasus
korupsi dan lainnya.
Upaya untuk mencetak generasi penerus yang paham akan nilai Pancasila dan
menjadi insan berkualitas, cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia tentu tidak lepas dari
berbagai hambatan. Hambatan tersebut di antaranya adalah masuknya budaya asing ke
Indonesia yang sebagian besar cenderung menjurus pada hal-hal yang negatif. Akibatnya,
generasi muda semakin meninggalkan akar budaya luhur bangsanya dan cenderung
mengikuti budaya negatif, seperti pergaulan bebas, sikap hidup boros dan glamour, serta
penyalahgunaan narkoba. Budaya tersebut jelas sangat memengaruhi mental generasi
muda. Mereka menjadi malas belajar, suka keluyuran pada malam hari bahkan mabuk
tidak sadarkan diri. Mereka yang seharusnya menjadi generasi penerus cita-cita bangsa
hanya akan memperburuk citra negara. Akibatnya, negara ini akan kekurangan sumber
daya manusia yang berkualitas. Tidak aneh kalau tingkat pengangguran dan kemiskinan
di Indonesia semakin meningkat. Belum lagi masalah-masalah sosial lain yang menambah
keruhnya suasana. Lantas, bagaimana nasib bangsa ini kalau para generasinya rusak
seperti itu? Dapat dipastikan negara ini akan terpuruk jika permasalahan semacam itu
dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu, melalui pelaksanaan pendidikan sebagai cara yang
utama dalam menularkan nilai terkandung dalam Pancasila dituntut untuk bekerja lebih
optimal.
Di samping pendidikan, faktor lain yang juga berperan dalam membentuk generasi
bangsa yang berkualitas adalah rasa iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Rasa keimanan dan ketakwaan akan membentengi seseorang dari perbuatan-perbuatan
tercela. Sebuah pepatah yang berbunyi ‘ilmu tanpa agama adalah buta’ rasanya memang
benar adanya. Setinggi apa pun ilmu yang didapatkan tanpa diikuti kepatuhan terhadap
perintah agama pasti akan binasa. Sebagai contohnya adalah para pejabat yang terjerat
kasus korupsi. Dilihat dari tingkat pendidikannya, seorang pejabat jelas merupakan
orang yang berpendidikan tinggi. Hal ini membuktikan bahwa faktor iman dan takwa

127
terhadap Tuhan Yang Maha Esa belum tertanam dalam diri mereka. Oleh karana itu,
generasi muda hendaknya mempunyai rasa iman dan takwa, di samping juga cerdas dan
kreatif. Tuhan lah yang seharusnya kita takuti. Dengan demikian, manusia tidak akan
berani melakukan perbuatan-perbuatan keji karena Tuhan senantiasa melihat setiap
perbuatan yang kita lakukan dan setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban.
Untuk menanamkan faktor di atas kepada generasi muda, Pemerintah Indonesia
telah memasukkan materi pendidikan agama ke dalam kurikulum pembelajaran di
sekolah. Selain itu, kegiatan keagamaan seperti majelis taklim dan peringatan hari besar
agama juga merupakan solusi lain dalam rangka menanamkan dan meningkatkan
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan. Dengan demikian, terbentuklah generasi
penerus pilihan yang cerdas, kreatif, berakhlak mulia, dan mengedepankan nilai-nilai
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan. Setidaknya nilai-nilai di atas merupakan
cerminan dari salah satu sila pada Pancasila yaitu sila pertama “Ketuhanan yang maha
esa”.
Dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila pada anak muda tidak bisa dengan
pemaksaan apalagi tuntutan. Melainkan, pembicara harus bisa memahami suasana
kebatinan anak muda sekarang dan mengantarkannya dengan cara menarik. Penanaman
Pancasila pada anak muda harus ditambah dengan promis, harapan, bahwa dengan
berpegang teguh pada Pancasila kita bisa meraih kemajuan dan prestasi, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan. Cara yang digunakan juga harus atraktif untuk memotivasi
dan menggerakkan kesukarelaan pemuda untuk mengembangkan itu dari panggilan
nuraninya sendiri. Ada beragam cara, dengan pencerdasan musikal, olahraga, perjumpaan,
maupun visitasi, dan berbagai hal yang disesuaikan dengan disiplin ilmu masing-masing.
Sosialisasi Pancasila juga tidak bisa ditentukan oleh lama waktu penyampaian materi.
Jika penyampaian tidak menarik, malah akan membuat generasi muda merasa bosan
dan kemudian memicu rasa benci.
Sebagai salah satu cara yang efektif dalam menyampaikan nilai-nilai Pancasila adalah
dengan cara mengemas dalam suatu kegiatan yang menarik. Seperti dilakukan dalam
kegiatan belajar bersama yang difasilitasi dengan tempat yang representative agar anak-
anak merasa nyaman sehingga nilai-nilai yang ingin dicapai dari sila-sila Pancasila dapat
tertanam di jiwa masing-masing anak. Sebagai salah satu media yang telah dibentuk
guna mendapatkan tempat yang representative dan nyaman dalam belajar bersama
yaitu dengan dibentuknya Ruang Cendekia. Konsep yang ingin ditawarkan dari Ruang
Cendekia merupakan design perpustakaan yang informal sebagai tempat bermain dan
belajar. Disela-sela anak bermain dan belajar disisipkan nilai-nilai kebersamaan dan rasa
tanggungjawab serta saling peduli satu dan yang lainnya.

128
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Alif Lukmanul Hakim, Kontekstualisasi dan Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara Dalam Memaknai Kembali Pancasila, Badan Penerbit
Filsafat UGM, Yogyakarta, 2007.
Albertus Istiarto, Martinus Suharsono, Pendidikan Pancasila, Kanisius, Yogyakarta, 2017.
Amran, Ali, Pendidikan Pancasila, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2016.
Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Bumi Aksara,
Jakarta, 2017.
Ani Sri Rahayu, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar (Perspektif Baru Membangun Kesadaran
Global Melalui Revolusi Mental), Bumi Aksara, Jakarta, 2016.
Bambang Suteng Sulasmono, Dasar Negara Pancasila, Kanisius, Yogyakarta, 2015.
Bernard L. Tanya, Politik Hukum Agenda Kepentingan Bersama, Genta Publising,
Yogyakarta, 2011.
Dasim Budimansyah, Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam membangun karakter warga
negara, Widya Aksara Press, Bandung, 2011.
Cahyono, Konsep Ideologi Pancasila, Alumni, Bandung, 1986.
Darji Darmodiharjo dkk., Santiaji Pancasila Suatu Tinjauan Filosofis, Historis dan Yuridis
Konstitusional, Usaha Nasional, Surabaya, 1991.
Faruk, Nasionalisme Puitis Sastra, Politik dan Kajian Budaya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2018.
Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa, UNS Press,
Surakarta, 2010.
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, AdiCita, Yogyakarta, 2002.
Jalaluddin, Filsafat pendidikan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012.
Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila, Yogyakarta, Paradigma, 2013.
Merphin Panjaitan, Dari Gotong Royong Ke Pancasila, Jala Permata Aksara, Bekasi, 2013.
Mohammad Takdir Ilahi, Nasionalisme Dalam Bingkai Pluralitas Bangsa Paradigma
Pembangunan dan Kemandirian Bangsa, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2017.
Notonegoro, Pancasila Dasar Filsafat Negara, Cetakan Ke-4, Panijuruan Tudjuh, Jakarta,
2004.

129
Nurani Soyomukti, Pengantar Sosiologi (Dasar Analisis, Teori, Dan Pendekatan Menuju
Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial Dan Kajian Strategis), Ar-Ruzz
Media, Jogjakarta, 2010.
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 2008
Pimpinan MPR dan Tim kerja Sosialisasi MPR RI Periode 2009-2014, Materi Sosialisasi
Empat Pilar MPR RI, Sekretariat Jenderal MPR RI, Jakarta, 2015.
Rozali Abdullah, Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa, Rajawali
Pers, Jakarta, 1993.
Saddam Al Jihad, Pancasila Ideologi Dunia Sintesis Kapitalisme, Sosialisme dan Islam,
Pustaka Alvabet, Tangerang Selatan, 2018.
Satrio Wahono, Surajiyo, Donie Kadewandana Malik, Pendidikan Pancasila Untuk
Perguruan Tinggi, Jakarta, Akademika, 2017.
Slamet Sutrisno, Filsafat Dan Ideologi Pancasila, Andi Publisher, Yogyakarta, 2006
Sudardi, Konsep dan Materi Dari Segi Hukum Tata Negara Untuk Naskah Akademik
RUU tentang Administrasi Pemerintahan. Semiloka I kajian Reformasi Hukum
Administrasi Pemerintahan. Kementrian PAN. 27-28 April 2004, 2004
Sudaryanto, Filsafat Politik Pancasila Refleksi Atas Teks Perumusan Pancasila, Kepel Press,
Yogyakarta, 2007.
Sulis W.H, Pancasila dan Wawasan Nusantara, Indoeduka, Yogyakarta, 2017.
Sutrisno, Revolusi Mental Menumbuh-kembangkan Rasa Nasionalisme, Indoliterasi,
Yogyakarta, 2016.
Teguh Prasetyo dan Arie Purnomosidi, Membangun Hukum Berdasarkan Pancasila,
Nusa Media, Bandung, 2015.
Teguh Purnomo, Sukarno, Mengawal Demokrasi Dengan Ikhlas, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2016.
Titik Triwulan Tutik, Kontruksi hukum tata negara indonesia pasca amandemen UUD
1945, Kencana, Jakarta, 2011.
Thomas Lickona, Educating For Character, Jakarta, Bumi Aksara, 2012.
Tukiran Taniredjo, Acep Supriadi, Harmanto, Maftuhin Ridha, Kedudukan dan Fungsi
Pancasila Bagi Bangsa Negara Indonesia, Alfabeta, Bandung, 2014.
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Pancasila, Bumi Aksara, Jakarta, 2016.
Yugha Erlangga, Ayo Merawat Indonesia (Panduan Nilai-nilai Toleransi dan Kebhinekaan
Untuk Siswa), Erlangga, Jakarta, 2017.
Yudi Latif, Wawasan Pancasila Bintang Penuntun Untuk Pembudayaan, Mizan, Bandung,
2018.

130
JURNAL
A. Aco Agus, Relevansi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Di Era Reformasi, Jurnal Office,
Vol. 2 No.2, 2016, Hlm. 232
August Hadiwijono, Pendidikan Pancasila, Eksistensinya bagi Mahasiswa, Jurnal
Cakrawala Hukum, Vol.7, No.1 Juni 2016, hlm. 87
Bambang Waluyo. (2014). Optimalisasi Pemberantasan Korupsi Di Indonesia, Jurnal
Yuridis Vol. 1 No. 2, Desember 2014, hlm. 175-176
Derita Prapti Rahayu, Aktualisasi Pancasila Sebagai Landasan Politik Hukum Indonesia,
Yustisia. Vol. 4 No. 1 Januari - April 2015, Hlm. 196Mahnan Marbawi, Penguatan
Ideologi Pancasila Dalam Pendidikan, Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol.
6, No. 2, Juni-Desember 2018, Hlm. 160
Fais Yonas Bo’a, Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional,
Jurnal Konstitusi, Volume 15, Nomor 1, Maret 2018, Hlm. 30-31
Ferry Irawan Febriansyah, Keadilan Berdasarkan Pancasila Sebagai Dasar Filosofis Dan
Ideologis Bangsa, DiH Jurnal Ilmu Hukum Volume 13 Nomor 25 Februari 2017,
Hlm.4
Fransiska Novita Eleanora, Pancasila Sebagai Norma Dasar Dalam Sistem Hukum
Indonesia, ADIL : Jurnal Hukum Vol. 3 No.1, Hlm.141
Handitya, B. (2018). Peran Pendidikan dalam Membangun Moral Bangsa di Era Disrupsi.
Universitas Ngudiwaluyo. Seminar Nasional PKn UNNES, 2018
Hikmatus Syuraida. (2015). Perkembangan Pemberantasan Korupsi Di Indonesia Era Orde
Lama Hingga Era Reformasi, AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3,
No. 2, Juli 2015,hal.236.
Ida Bagus Brata, Ida Bagus Nyoman Wartha, Lahirnya Pancasila Sebagai Pemersatu
Bangsa Indonesia, Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 7, Nomor 1, Januari 2017,
Hlm. 121
Muhamad Azhar. (2015). Relevansi Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik Dalam
Sistem Penyelenggaraan Administrasi Negara, NOTARIUS ▪ Edisi 08 Nomor 2
September (2015), hlm.181-182
M. Darin Arif Mu’allifin. (2015). Problematika Dan Pemberantasan Korupsi Di Indonesia,
AHKAM, Volume 3, Nomor 2, November 2015: 311-325
Musdalipah, Holilulloh, Yunicsa Nurmalisa, Pengaruh Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila
Terhadap Kemampuan Sosial Siswa, Jurnal Kultur Demokrasi, Vol. 3 No.6 (2015),
Hlm. 3-4
Nabella Puspa Rani, Reaktualisasi Pancasila Sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme,
Fikri, Vol. 2, No. 2, Desember 2017, Hlm. 346

131
Natal Kristiono, Penguatan Ideologi Pancasila Di Kalangan Mahasiswa, Harmony Vol.2
No. 2, Hlm. 195
Natalia Melgar,Ma´ximo Rossi and Tom W.Smith. (2010). The Perception Of Corruption,
International Journal of Public Opinion Research Vol. 22 No. 1 Tahun 2010
Nilai-Nilai Pancasila bagi Generasi Milenial di Zaman Now, Mayjen TNI Joni Supriyanto
Panglima Kodam Jaya/Jayakarta, https://mediaindonesia.com/read/detail/163965-
nilai-nilai-pancasila-bagi-generasi-milenial-di-zaman-now
Nurul Fadilah, Tantangan Dan Penguatan Ideologi Pancasila Dalam Menghadapi Era
Revolusi Industri 4.0, Journal of Digital Education, Communication, and Arts Vol.
2, No. 2, September 2019, Hlm. 67
Purwito Adi, Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila Bagi Masyarakat Sebagai Modal Dasar
Pertahanan Nasional NKRI, Jurnal Moral Kemasyarakatan Vol. 1, No.1, JUNI
2016, Hlm. 41
Pramudyasari Nur Bintari, Cecep Darmawan. (2016). Peran Pemuda Sebagai Penerus
Tradisi Sambatan Dalam Rangka Pembentukan Karakter Gotong Royong, JPIS,
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 25, No. 1, Edisi Juni 2016, hlm. 57
Ridwan. (2014). Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Melalui Peran Serta
Masyarakat, Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 64, Th. XVI (Desember, 2014),
hlm.386.
Rifyal Ka’bah. (2007). Korupsi di Indonesia, Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun
Ke-37 Volume 1 Nomor 1, Januari-Maret 2007, hlm. 79
Siswanto, Pancasila Sebagai Pengawal Solidaritas Kebangsaan, Jurnal Pertahanan & Bela
Negara April 2019, Volume 9 Nomor 1, Hlm.110
Siswanto, Transformasi Pancasila dan Identitas Keindonesiaan, Jurnal Penelitian Politik
Volume 14 No 1 Juni 2007, Hlm. 60
Soeprapto, Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan
Bernegara, Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. X Nomor (2)Agustus 2005, Hlm. 24
Sutan Syahrir Zabda, Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara dan
Implementasinya Dalam Pembangunan Karakter Bangsa, Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, Vol 26, No.2, Desember 2016, Hlm. 108
Sunarni Yassa, Pendidikan Pancasila ditinjau dari perspektif filsafat (aksiologi), Jurnal
Citizenship: Media Publikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 1,
No. 1 Tahun 2018, Hlm. 3
Syamsudin, Pentingnya Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara,
Transformasi : Jurnal Studi Agama Islam, Vol.12 No. 2 (2019), Hlm. 79

132
Sri Suwitri. (2007). Pemberantasan Korupsi Di Indonesia : Sebuah Upaya Reformasi
Birokrasi, DIALOG Jurnal Ilmu Administrasi Dan Kebijakan Publik, Vol. 4, No.
1, Januari 2007, hlm.24
Soenarjo. (2013). Membangun Kehidupan Demokrasi Melalui Pendidikan
Kewarganegaraan, Citizenship: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan Volume 1
Nomor 2, 2013, hlm. 112

DATA ELEKTRONIK
https://antikorupsi.org/id/news/kpk-dan-pencegahan-korupsi , di akses tanggal 2 April
2019
https://www.uii.ac.id/masyarakat-bersatu-melawan-korupsi/, di akses tanggal 2 April
2019
http://indonesiabaik.id/infografis/masyarakat-dapat-ikut-berperan-memberantas-
korupsi, di akses tanggal 2 April 2019
https://cegahkorupsi.wg.ugm.ac.id/index.php/fakta-korupsi , di akses tanggal 2 April
2019
http://pemerintah.net/asas-asas-umum-pemerintahan-yang-baik-aupb/ , diakses pada
tanggal 2 April 2019
https://acch.kpk.go.id/id/jejak-pemberantasan/uu-28-tahun-1999-enyelenggaraan-
negara-bersih-dari-kkn , di akses tanggal 2 April 2019
https://www.bphn.go.id/data/documents/pemerintahan_yang_baik.pdf , di akses pada
tanggal 2 April 2019
https://www.merdeka.com/peristiwa/tiga-upaya-kuatkan-karakter-generasi-muda.html
https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/generasi-muda-masa-depan-bangsa-38,
ditelusuri pada tanggal 25 Juli 2019.
https://www.uii.ac.id/pemuda-harus-terlibat-dalam-pembangunan-bangsa ditelusuri
pada tanggal 25 Juli 2019.
https://www.salingsapa.com/blog/read/uncategorize/7874/peranan-pemuda-dalam-
pembangunan-bangsa.html, diakses tanggal 26 Juli 2019.
https://pelitanusantarakasih.sch.id/home/oneArticle/51, diakses tanggal 26 Juli 2019.
https://sinergibangsa.org/nilai-nilai-pancasila-pada-generasi-muda/, diakses tanggal 26
Juli 2019.

133
INDEKS diktator .................................. 47, 53, 54
A dinamis ....................... 10, 40, 64, 65, 80
A Theory of Justice ................................. 59 disrupsi ........................................... vi, 91
Abdoel Kahar Moezakir ........................ 4 E
Abikoesno Tjokrosoejoso ...................... 4 egoisme ..................... 35, 45, 46, 55, 68,
adil ................................................ 26, 63 75, 77, 79
ajere kontra ........................................... 19 eka prasetya pancaskarsa ..................... 35
Alternatif ............................................. 57 eksistensi pancasila ................... vi, 81, 86
Antoine Destutt de Tracy .................... 49 ELS ....................................................... 3
Aristoteles ...................................... 17, 28 Epicurus .............................................. 17

B etis .............................. 12, 17, 45, 59, 68

Badui ................................................... 33 etisme ................................................ 58

Batak ................................................... 33 F
Batavia ................................................... 3 falsafah ........................ 15, 16, 37, 66, 88
bhineka tunggal ika ........... 71, 75, 76, Fasisme .......................................... 59, 60
77, 98, 99
G
bioteknologi ........................................ 91
gab ..................................................... 100
borderless .............................................. 92
Gajahmada ........................................ 7, 8
borjuis ........................................... 55, 60
GAM ................................................... 73
BPUPKI ................................... 2, 3, 4, 5
gaming ................................................. 42
Brahmana .............................................. 6
generasi melenial ................................ 43
C Gerakan Aceh Merdeka ..................... 73
chatting ................................................ 42 globalisasi ............. 9, 32, 41, 44, 93, 94
clean governance ................................... 36 Good Electoral system ............................ 75
Compactdisk ....................................... 92 Good Governance ................................. 74
core values ............................................. 54 gotong royong .................. 29, 56, 70, 96
cyber war ............................................ 42 gotong-royong ....................... 20, 29, 32
D Government ......................................... 55
Dayak .................................................. 72
demografis ........................................... 65

134
H Kedukan Bukit ...................................... 6
Hakikat ......................................... 27, 62 Koento Wibisono ............................... 12
handarbeni .................................... 29, 97 Komunisme ........................................ 52
Hatta ................................................. 4, 5 Komunitarianisme .............................. 59
Hayam Wuruk ...................................... 7 kontemporer ........................ i, 81, 84, 85
hedonistik ........................................... 44 konvensial ........................................... 43
Hindia Belanda ..................................... 5 Korea Selatan ...................................... 32
hindu ..................................................... 6 krisis ekonomi ............................... 63, 77

I Kutai .................................................. 5, 6

ideal .......................... 9, 11, 28, 40, 47, L


60, 68, 69, 74, 79, 80, 86 legowo .................................................. 30
In-concreto ........................................... 14 Leninisme ........................................... 51
individu ........ 29, 31, 35, 36, 40, 44, 46, liberal ...................................... 54, 56, 60
50, 53, 54, 55, 56, 57, 59, 60, 68, 69
Liberalisme .......................................... 53
individualistik ..................................... 43
Life, Liberty and Property ..................... 54
infrastruktur ........... 9, 38, 53, 79, 84, 85
logos ..................................................... 49
inovasi ........................................... 32, 97
intelektual ....................................... 1, 52 M
Internasionalisme .............................. 3, 8 Mahayana .............................................. 7
Internet of Things ............................... 91 Marxis ........................................... 51, 52
interpretasi .......................................... 66 Masehi ............................................ 5, 55
intervensi ....................................... 28, 50 milenial ..................... 39, 41, 42, 43, 44
MKDU ............................................... 11
J
moneypolitic ......................................... 36
Jakarta Charter ...................................... 4
Mongol .................................................. 7
John Stuart Mill .................................. 58
MPR ............................................. 21, 96
Joko Widodo .......................... 43, 85, 97
Mulawarman ........................................ 6
K
N
Kapitalisme ................................... 50, 64
nasionalisme ........... 1, 20, 30, 31, 61, 64
Karl Marx ............................................ 51
Nation ................................................. 61
kearifan lokal ................................. 10, 83

135
nation character building ...................... 69 revolusi industri 4.0 .......... 86, 91, 94, 95
Negara Indonesia Timur ..................... 72 revolusioner ......................................... 51
Negarakertagama ............................ 7, 33 Riau Kepulauan .................................. 72
NKRI) ................................................. 73 RIS ................................................ 71, 72
Nusantara ............................. 1, 8, 33, 94 rule of law ............................................ 55

O S
online ............................... 42, 43, 44, 89 Saka ................................................... 6, 8
Orde Baru ..................................... 19, 20 Samaratungga ........................................ 7

P SDA .................................................... 97

Panca ..................................................... 2 Smith ................................................... 31

Pancasila ....................... iii, 1, 2, 3, 4, 5, social benefit ......................................... 58


9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 18, 19, 20, Socrates ............................................... 17
21, 22, 23, 25, 32, 34, 35, 39, 40, 41, Soebarjo ................................................ 4
42, 44, 45, 49, 62, 63, 64, 65, 66, 67,
68, 69, 70, 71, 76, 77, 78, 81, 86, 87, Soeharto .................................. 19, 20, 35
88, 89, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100 Soekarno ......................... 3, 4, 19, 20, 73
panitia sembilan ................................ 4, 5 Soepomo ............................................... 3
peradaban timur .................................. 64 sosialisme .................... 51, 52, 55, 56, 59
Philosofische grondslag .......................... 20 Sri Jayanasa ............................................ 6
philosophical ......................................... 16 Sriwijaya ............................................ 6, 7
politik ................................... 12, 14, 21, statis ..................................................... 65
33, 49, 51, 52, 54, 57, 60, 61, 65, 66,
67, 68, 69, 70, 72, 74, 75, 77, 79, 86 Sugesti ................................................. 97

ponsel ........................................... 42, 92 supreme .......................................... 23, 29

proletar ................................... 52, 56, 61 T


property rights ....................................... 50 The Closing circle .................................. 38

R The Rule of Law ................................... 55

radikal ............................... 21, 56, 60, 73 tribalisme ............................................. 93

Radjiman ............................................... 2 U
representatif ......................................... 59 UNCI ................................................. 72
retorik .................................................. 12 Unity in Diversity ................................. 75

136
Utilitarianisme .............................. 57, 58
UUD .................. 3, 4, 5, 15, 24, 72, 100
UUDS 1950 ....................................... 73

V
Vladimir Lenin ................................... 51

W
Wachid Hasyim .................................. 4
wartel ............................................ 42, 92
Widyodiningrat .................................... 2
Wijaya ............................................. 6, 7
WNI ................................................... 24
workshop ............................................ 16
WR Supratman ................................... 70

Y
Yamin ................................................ 2, 4
Yunani Kuno ....................................... 17

Z
zaman modern ........................ 49, 54, 61
zoon ..................................................... 28
zoon politicon ....................................... 28

137

You might also like