You are on page 1of 55

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN KELUARGA

Koordinator Dan Pembimbing:


Ns. DIAN OCTAVIA, M. N. S

DI SUSUN OLEH:
YANTI, S. Kep
2114901021

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HARAPAN IBU JAMBI
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

Kunjungan ke : Pertama Tanggal : 19 september 2022

A. Latar Belakang
a. Karakteristik Keluarga
Keluarga sebagai sistem sosial merupakan kelompok terkecil dari masyarakat.
Didalam menentukan masalah pada suatu keluarga maka diperlukan beberapa unsur
yang sangat terkait dalam melakukan proses keperawatan. Unsur-unsur yang
dimaksudkan dalam proses keperawatan ini meliputi pengkajian, penetapan diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Setiap tahap-tahap dari proses
keperawatan sangatlah penting dalam membantu mengatasi masalah kesehatan
keluarga secara akurat.
Pada pertemuan pertama ini akan dilakukan pengkajian keperawatan keluarga,
kompetensi yang harus dicapai adalah memberikan asuhan keperawatan, pada
keluarga di RT. 10 Kelurahan Teratai Muara Bulian.
b. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
Pengkajian keperwatan keluarga : Data keluarga, data pengkajian individu yang sakit,
data penunjang keluarga, dan kemampuan keluarga melakukan tugas pemeliharaan
kesehatan anggota keluarga
c. Masalah keperawatan
Belum ditemukannya masalah keperawatan pada keluarga.

B. Proses Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan belum dirumuskan karena pengkajian belum dilakukan.
b. Tujuan umum
Setelah 1x30 menit pertemuan keluarga dengan mahasiswa dapat membina hubungan
saling percaya dan memberi informasi tentang cara/ hal-hal yang dibutuhkan dalam
pengkajian termasuk pemeriksaan fisik.
c. Tujuan khusus
Setelah 1x30 menit pertemuan, keluarga dapat:
1. Bersedia menerima kehadiran mahasiswa/perawat
2. Menjawab pertanyaan dari perawat dan kooperatif
3. Dan teridentifikasinya masalah kesehatan pada keluarga.
C. Strategi Pelaksanaan

No Fase Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Keluarga

1 Orientasi 5 Menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam


b. memperkenalkan diri b. Memperhatikan
c. Menjelaskan maksud c. Mendengarkan
dan tujuan kunjungan
d. Melakukan kontrak d. Menyepakati
waktu dengan keluarga
untuk melakukan
pengkajian terkait
masalah kesehatan

2 Kerja 20 Menit Melakukan pengkajian :


a. Data keluarga dan a. Menjawab
anggota keluarga pertanyaan
b. Data pengkajian b. Menanggapi
individu yang sakit pertanyaan
c. Data penunjang c. Menjawab dan
keluarga menanggapi
pertanyaan
d. Kemampuan d. Menjawab
keluarga melakukan pertanyaan
tugas pemeliharaan
kesehatan anggota
keluarga

3 Terminasi 5 Menit a. Memberikan a. Berpartisipasi


kesempatan pada klien
untuk bertanya
b. Menyepakati
b. Membuat perencanaan kontrak waktu,
kontrak waktu, tempat, tempat, dan topik
dan topik selanjutnya c. Menjawab salam
c. Menutup pertemuan
dan memberi salam

D. Implementasi Tindakan Keperawatan


a. Metode
1. Wawancara
2. Diskusi dan tanya jawab
b. Media dan Alat
1. Alat tulis
2. Lembar pengkajian
c. Waktu dan Tempat
1. Hari/tanggal : Kamis, 25 Agustus 2022
2. Waktu : 60 menit
3. Tempat : RT. 08 Kelurahan Durian Luncuk

E. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana
b. Keluarga bersedia menerima kehadiran mahasiswa/perawat
c. Menyiapkan media sebelum pelaksanaan
2. Kriteria Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan mahasiswa/perawat dengan ramah
b. Situasi mendukung selama kegiatan berlangsung
c. Keluarga dapat berpartisipasi dengan baik dan aktif selama kegiatan
d. Pelaksanaan sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan
3. Kriteria Evaluasi
Diharapkan dari hasil pengkajian didapatkan data yang menunjang sesuai dengan
masalah keperawatan yang terjadi didalam keluarga binaan dengan presentase 75%.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

Fasilitas Yankes Poli RS HAMBA Muara bulian No. Register 01.37.76.14


Nama Perawat yang mengkaji Yanti, S. Kep Tanggal Pengkajian 19 september 2022
1. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga Ny.M Bahasa sehari-hari Daerah (Jambi)
Alamat Rumah & Telp RT. 10 Komplek mayang kelurahan teratai / Jarak yankes terdekat 300 M
085266564343
Agama & Suku Islam/ Melayu Alat Transportasi Motor
DATA ANGGOTA KELUARGA
No Nama Hub dgn Umur JK Suku Pendidikan Pekerjaan Status Gizi (TB, TTV (TD, N, Status Alat
KK Terakhir Saat Ini BB, BMI) S, P) Imunisasi Bantu/
Dasar Protesa
1 Tn.A Kepala 66 L Melayu Sarjana Pensiunan TB : 157 cm TD:160/90 - -
keluarga BB : 55 kg S/N:36/80
P:20 x/mnt
2 Ny.M Istri 65 P Jawa Diploma IRT TB : 157 cm TD:170/90 - -
BB: 68 kg S/N:36/82
P: 22 x/mnt

3 Nn.R CUCU 17 P melayu SMA Pelajar TB:150cm TD:120/65 - -


BB:45kg S/N:36/89
LANJUTAN
No Nama Penampilan Umum Status Kesehatan Riwayat Penyakit/ Alergi Analisis Masalah
Saat ini Kesehatan Individu
1 Tn.A Rapi hipertensi hipertensi Hipertensi
2 Ny.M Rapi Diabetes melitus Diabetes Melitus Diabetes Melitus
3 Nn.R Rapi - - -
2. DATA PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT (terlampir)

3. DATA PENUNJANG KELUARGA


Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga
 Kondisi Rumah :  Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan :
Permanen, peralatan di rumah kurang rapih dan bersih, jumlah Tidak Ada
kamar 3 dan 1 kamar mandi  Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif :
 Ventilasi : Tidak Ada
Cukup, terdapat ventilasi di setiap ruangan seperti kamar tidur dan  Jika ada balita, Menimbang balita tiap bln :
ruang tamu Tidak Ada
 Pencahayaan Rumah :  Menggunakan air bersih untuk makan & minum:
Baik, terdapat lampu di ruangan, pencahayaan matahari dari luar Ya, menggunakan air masak
cukup  Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri:
 Saluran Buang Limbah : Ya, menggunakan air PDAM
Baik, pembuangan limbah ada septi tank  Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :
 Sumber Air Bersih : Ya, mencuci tangan menggunakan air bersih dan kadang-kadang menggunakan
Sehat, air yang digunakan dari air PDAM, kualitas air bersih dan sabun
jernih  Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya :
 Jamban Memenuhi Syarat : Ya, dikumpulkan dalam ember plastik dan di buang ke TPS
Ya, klien mengatakan memiliki wc di rumah  Menjaga lingkungan rumah tampak bersih :
 Tempat Sampah: Ya, lingkungan rumah klien tampak cukup tertata rapi dan bersih
Ya, sampah dikumpulkan didalam ember plastik kemudian dibuang  Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari :
di tempat pembuangan sampah Ya, mengkonsumsi kadang ikan kadang juga ayam, tahu, tempe dll
 Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah Anggota Keluarga  Menggunakan jamban sehat :
8m2/orang : Tidak, lebar 5meter dan panjang 10 meter Ya, adanya WC di dalam rumah
 Memberantas jentik di rumah sekali seminggu :
Ya, klien mengatakan bahwa selalum menguras bak mandinya setiap 1 minggu
sekali
 Makan buah dan sayur setiap hari :
Tidak,klien mengatakan hanya makan sayur dan klien jarang mengkonsumsi
buah-buahan
 Melakukan aktivitas fisik setiap hari :
Ya, klien melakukan aktivitas fisik seperti memebersih perkarangan rumah,
menyuci dll
 Tidak merokok di dalam rumah  :Ya (merokok)

4. KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA


1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit: Ada
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya: Ya
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Tidak
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat : Ya
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya: Tenaga kesehatan, yaitu Puskesmas
Putri Ayu dan Dokter
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya: Perlu berobat ke fasilitas yankes
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif : Ya, klien mengatakan selalu konsul
dengan dokter atau puskesmas untuk mengetahui peningkatan kesehatannya
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialami anggota keluarganya : Ya, klien mengatakan
mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialaminya dan anggota keluarganya
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya: Tidak, klien tidak tahu cara
merawat luka yang dialaminya dengan benar
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya: Ya, klien melakukan pencegahan apabila
klien atau keluarganya mengalami masalah kesehatan
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan : Ya, klien membersihkan rumahnya agar tidak berantakan, klien merasa tidak nyaman bila rumahnya berantakan
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya : Ya, klien
terus mencoba mencari tau untuk mengatasi penyakitnya, klien selalu kontrol ke Puskesmas atau dokter
KRITERIA KEMANDIRIAN KELUARGA : Kesimpulan:
1. Menerima petugas puskesmas 5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran - Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana 6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif - Kemandirian II : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar 7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif - Kemandirian III : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran - Kemandirian IV: Jika memenuhi Kriteria 1 s.d 7

Lampiran
2. DATA PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT
Nama Individu yang sakit : Ny.M Diagnosa Medik : Diabetes Melitus
Sumber Dana Kesehatan : BPJS Rujukan Dokter/ Rumah Sakit : RS Hambah
Keadaan Umum Sirkulasi/ Cairan Perkemihan Pernapasan
Kesadaran : Composmentis  Edema  Bunyi jantung:  Pola BAK 4-5 x/hr  Sianosis
GCS : 15  Asites  Akral dingin  Hematuri Poliuria  Sekret / Slym
TD : 160/90 mm/Hg  Tanda Perdarahan:  Oliguria  Disuria  Irama ireguler
P : 20 x/ menit Tidak ada  Inkontinensia  Retensi  Wheezing
S : 36 C
0
 Tanda Anemia :  Nyeri saat BAK  Ronki ........................................
N : 80 x/ menit Tidak ada  Kemampuan BAK : Mandiri  Otot bantu napas ..................
GDS :269 gr/dl  Tanda Dehidrasi:  Alat bantu: Tidak  Alat bantu nafas : Tidak ada
 Takikardia Tidak ada, turgor kulit baik  Gunakan Obat : Tidak  Dispnea
 Bradikardia  Pusing  Kemampuan BAB : Mandiri  Sesak
 Tubuh teraba hangat  Kesemutan  Stridor
 Menggigil  Berkeringat  Krepirasi
 Rasa Haus  Reguler
 Pengisian kapiler  3 detik
Pencernaan Muskuloskeletal Neurosensori
 Mual  Muntah  Tonus otot Fungsi Penglihatan : Fungsi perabaan :
 Kembung  Kontraktur  Buram  Kesemutan pada …….............
 Tak bisa melihat  Kebas pada ..........................…
 Nafsu Makan : Baik, 3 X  Fraktur  Alat bantu  Disorientasi  Parese
sehari habis satu porsi  Nyeri sendi/tulang*  Visus  Halusinasi  Disartria
 Sulit Menelan  Drop Foot Lokasi Fungsi pendengaran :
 Disphagia  Tremor Jenis  Amnesia  Paralisis
 Bau Nafas  Malaise / fatique  Kurang jelas  Refleks patologis ……
 Kerusakan gigi/gusi/  Atropi  Tuli  Kejang : sifat …….. lama ..……
lidah/geraham/rahang/palatum*  Kekuatan otot : Baik  Alat bantu frekwensi ....................................
 Distensi Abdomen  Postur tidak normal .................  Tinnitus Fungsi Penciuman
 Bising Usus:  RPS Atas : bebas Fungsi Perasa  Mampu
 Konstipasi  RPS Bawah :terdapat luka di  Mampu  Terganggu
 Diare .......x/hr kaki kiri  Terganggu
 Hemoroid, grade .....................  Berdiri : Mandiri
 Teraba Masa abdomen :  Berjalan : Mandiri Kulit
Tidak  Alat Bantu : Tidak  Jaringan parut  Memar  Laserasi  Ulserasi  Pus
 Stomatitis  Nyeri : Tidak  Bulae/lepuh  Perdarahan bawah  Krustae
 Warna ...................  Luka bakar  Perubahan warna
 Riwayat obat pencahar :  Decubitus
Tidak Maag
 Konsistensi : Lunak
Tidur dan Istirahat
Diet Khusus :
Ya, rendah gula dan rendah  Susah tidur
garam  Waktu tidur malam hari ± 8 jam
 Kebiasaan makan-minum :  Bantuan obat, ( Tidak Ada )
Mandiri
 Alergi makanan/minuman :
Tidak
 Alat bantu : Tidak
Mental Komunikasi dan Budaya Kebersihan Diri Perawatan Diri Sehari-hari
 Cemas  Denial  Marah  Interaksi dengan Keluarga :  Gigi-Mulut kotor  Mandi : Mandiri
 Takut  Putus asa  Depresi Baik  Mata kotor  Kulit kotor  Berpakaian : Mandiri
 Rendah diri  Menarik diri  Berkomunikasi : Lancar  Perineal/genital kotor  Menyisir Rambut : Mandiri
 Agresif  Perilaku kekerasan  Kegiatan sosial sehari-hari :  Hidung kotor  Kuku kotor
 Respon pasca trauma Klien sering bersosialisasi  Telinga kotor
 Tidak mau melihat bagian dengan tetangga di sekitar  Rambut-Kepala kotor
tubuh yang rusak rumahnya.
Keterangan Tambahan terkait Individu: Tn. R mengatakan kurang memahami tentang penyakit yang dideritanya, Klien mengatakan jarang
mengkonsumsi obat yang diberikan dan jarang mengontrol kesehatannya di puskesmas, klien mengatakan hanya mengkonsumsi obat yang
diberikan dari bidan dan beli di warung tidak ada obat herbal atau non farmakologi yang dikonsumsinya. Klien mengatakan sering mengkonsumsi
sayur-sayuran,klie mengtakan sring begadang karena ada anak bayi dan menyusui membuat tekanan darahnya rendah.

DATA PENUNJANG MEDIS INDIVIDU YANG SAKIT


Laboratorium Radiologi EKG USG
- Tanggal 19 september - - -
2022
GDS :269 gr/dl
- Tanggal 20 september
2022
GDS : 247 gr/dl
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Symptom Etiologi Problem


Ds :
-Klien mengatakan menderita diabet sejak 10 tahun Manjemen kesehatan keluarga Ketidakmampuan keluarga
yang lalu tidak efektif pada keluarga Ny.M dalam merawat anggota
Do : keluarga yang menderita
-Klien program pengobatan yang telah ditetapkan diabetes
-GDS : 269 gr/dl
Ds : Kurang pengetahuan keluarga Kurang informasi tentang
-Klien mengatakan luka di kakinya sejak satu minggu tentang penyakit diabetes, perjalanan penyakit diabetes
yang lalu perawatan dan senam kaki
-Klien mengatakan kurang memahami tentang diabetes
perawatan luka di kakinya
Do :
-Tampak luka di kaki kiri
-Luka tampak menguning dan kering

MENGETAHUI :
Nama Koordinator Tanggal/ Tandatangan

PERENCANAAN KEPERAWATAN

Fasilitas Yankes RS Hambah Muara Bulian No. Register 01.37.76.14


Nama Perawat yang mengkaji Yanti, S.Kep Nama Penanggungjawab/ KK Tn.A
Nama Individu/ Keluarga/ Kelompok Ny.M Alamat RT. 10 komplek mayang kelurahan
Penyakit/ Masalah Kesehatan Diabetes Melitus Teratai
FORMAT CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA (CATATAN PERAWATAN/ PERKEMBANGAN)

No Hari/tanggal Implementasi Evaluasi


1 SENIN Pada tanggal mahasiswa S : - Keluarga Ny.M mengatakan bersedia
19 SEPTEMBER melakukan pengkajian untuk berbincang dna dilakukan
2022 keluarga dan mengkontrak pendataan serta pemeriksaan TTV
waktu pada tanggal . Setelah -Ny.M mengungkapkan bahwa sering ke
Puskesmas jika ada keluarga yang sakit
dilakukan pengkajian
- Klien mengatakan memiliki riwayat
keperawatan keluarga diabetes sejak 10 tahun yang lalu
diharapkan klien : O : - Klien tampak kooperatif dan
1. Menyebutkan identitas mengungkapkan identitas dan
diri dan keluarga yang menceritakan tentang kondisi
tinggal bersama keluarganya dan keinginan untuk
2. Menyebutkan penyakit meningkatkan kesehatan keluarganya
3. Mahasiswa melakukan
tindakan TTV dan cek GDS A: Masalah belum teratasi
4. Kontrak waktu yang akan
datang P : Intervensi dilanjutkan
Penghitungan Skoring
Kontrak waktu yang akan datang
SKORING/PRIORITAS MASALAH KELUARGA

DIAGNOSA KEPERAWATAN : MANAJEMEN KESEHATAN KELUARGA TIDAK


EFEKTIF BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKMAMPUAN KELUARGA
DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG DIABETES
No kriteria Skor Bobot Pembenaran
1 Sifat masalah : 3/3 x 1 = 1
a. Wellness 3 Tn. R menyatakan bahwa ada dalam
b. Actual 3 1 kehidupan , sifat masalah nyata sedang
c. Resiko 2 dialami.
d. Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat 1/2 x 2 = 1
diubah : Tn. R mengatakan bahwa
a. Dengan Mudah 2 2 kemungkinan masalah dapat di ubah
b. Hanya sebagian 1 hanya sebagian.
c. Tidak Dapat 0
3 Potensial Masalah Dapat 2/3 x 1 = 0,6
Diubah : Tn. R mengatakan bahwa potensial
a. Tinggi 3 1 masalah cukup dapat diubah
b. Cukup 2
c. Kurang 1
4 Menonjolnya Masalah : 2/2 x 1 = 1
a. Masalah berat, harus segera 2 Tn. R mengatakan bahwa menonjolnya
ditangani 1 masalah , masalah berat harus segera
b.Ada Masalah Tidak Perlu 1 ditangani
Harus Segera Ditangani 0
c .Masalah Tidak Dirasakan
JUMLAH: 3,6
SKORING/PRIORITAS MASALAH KELUARGA

DIAGNOSA KEPERAWATAN : KURANG PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG


PERJALANAN PENYAKIT DIABETES BERHUBUNGAN DENGAN KURANG
PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PENYAKIT DIABETES,
PERAWATAN DAN SENAM KAKI DIABETES
No kriteria Skor Bobot Pembenaran
1 Sifat masalah : 2/3 x 1=0,6
a. Wellness 3 Tn. R mengatakan bahwa sifat masalah
b. Actual 3 1 resiko
c. Resiko 2
d. Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat 1/2 x 2 = 1
diubah : Tn. R mengatakan bahwa
a. Dengan Mudah 2 2 kemungkinan masalah dapat di ubah
b. Hanya Sebagian 1 hanya sebagian.
c. Tidak Dapat 0
3 Potensial Masalah Dapat 2/3 x 1 = 0,6
Diubah : Tn. R mengatakan bahwa potensial
a. Tinggi 3 1 masalah cukup dapat diubah
b. Cukup 2
c. Kurang 1
4 Menonjolnya Masalah : 2/1 x 1 = 1
a. Masalah Berat Harus 2 Tn. R mengatakan bahwa menonjolnya
Segera Ditangani masalah , masalah berat harus segera
b. Ada Masalah Tidak Perlu 1 1 ditangani
Harus Segera Ditangani
c .Masalah Tidak Dirasakan 0
JUMLAH: 3,2
FORMAT CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA (CATATAN PERAWATAN/ PERKEMBANGAN)

No Hari/tanggal Implementasi Evaluasi


1 SENIN Kunjungan ke dua yaitu S: klien mengatakan siap dan
19 September 2022 menilai Skoring
bersedia di minta waktu
Keperawatan Keluarga
untuk pelaksanaan skoring
1.Ketidakmampuan keluarga
O: Tn. tampak mendengarkan
dalam merawat anggota
penjelasan untuk
keluarga yang menderita
penilaian skoring
diabetes berhubungan
Di dapatkan bahwa nilai
dengan manajemen
skoring paling tinggi ada
kesehatan keluarga tidak
pada diagnosa defisit
efektif pada keluarga
pengetahuan yaitu dengan
Ny.M
nilai bobot 3,6 total
(total nilai bobot 3,6)
keseluruhan
2.Kurang informasi tentang A: masalah belum teratasi
penyakit diabetes, P:intervensi di lanjutkan
perawatan dan senam kaki Kontrak waktu untuk
diabetes berhubungan pertemuan selanjutnya
dengan kurang informasi Tupen 1 dan 2
tentang perjalanan
penyakit diabetes
(total nilai bobot 3,2)
RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa
Kriteria Hasil Intervensi
NO Keperawatan

1 Manajemen Setelah dilakukan


kesehatan tindakan pertemuan 2 x
Diskusikan klien tentang :
keluarga tidak diharapkan keluarga
- penyakit diabetes
efektif pada Ny.M
- diet yang tepat
keluarga Ny.M 1. Paham tentang
- bantu klien untuk masalah latihan fisik
b/d penyakitnya
yang tepat
ketidakmampuan 2. Paham tentang gejala
keluarga dalam dan penyebab penyakit
merawat diabetes

2 Kurang Setelah dilakukan


informasi tindakan Pendidikan
- menjelaskan tentang : pengertian, tujuan
tentang penyakit kesehatan, keluarga
perawatan keluarga DM, perawatan kaki
diabetes, mampu mampu
DM,
perawatan kaki merawat Ny.M dengan
- mendemontrasikan perawatan kaki DM
diabetes b/d masalah diabetes
- memberikan motivasi kepada keluarga
kurang informasi
untuk melakukan senam kaki secara rutin
tentang
- keluarga menjadi tahu tentang masalah
perjalanan
penyakit DM dan perawatan kaki DM
penyakit
diabetes

A
LAPORAN PENDAHULUAN
Kunjungan ke : Ketiga (Tupen 1 dan 2) Tanggal : 27 Agustus 2022

A. Latar Belakang
Pada pertemuan sebelumnya mahasiswa dan keluarga telah memutuskan secara
bersama-sama untuk prioritas masalah yang dirasakan di keluarga. pada Tn. R. Pada
pertemuan hari ini, mahasiswa akan melaksanakan tupen 1 dan 2 pada keluarga yaitu
tentang edukasi kesehatan dan proses penyakit. Pada pertemuan ini, akan membahas
tentang:
a. Pengertian Diabetes Melitus
b. Penyebab Diabetes Melitus
c. Klasifikasi Diabetes Melitus
d. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
e. Komplikasi Diabetes Melitus
B. Proses Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan
Subkategori: penyuluhan dan pembelajaran
b. Tujuan umum
Setelah 1 x 30 menit pertemuan diharapkan keluarga Tn. R mampu mengenal dan
memutuskan masalah.
c. Tujuan khusus
Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit diharapkan keluarga Tn. R mampu
a.Menyebutkan pengertian diabetes
b. Menyebutkan penyebab diabetes
c. Menyebutkan jenis diabetes
d. Menyebutkan tanda dan gejala diabetes
e. Menyebutkan komplikasi diabetes
C. Strategi Pelaksanaan

No Fase Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Keluarga

1 Orientasi 5 Menit Pembukaan:


a. memberi salam a. Menjawab salam
b. menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
pertemuan
c. mengingatkan kontrak c. Menyepakati,
waktu, tempat, dan topik mendengarakan dan
kegiatan atau pertemuan berdiskusi
2 Kerja 20 Menit Pelaksanaan:
a. mengkaji pengetahuan Tn. a. menjawab
R tentang pengertian diabetes
b. mendiskusikan pengertian b. berdiskusi
diabetes pada Tn. R
c. memberikan kesempatan c. bertanya
pada Tn. R untuk bertanya
d. meminta Tn. R untuk d. menjawab
mengulangi kembali
e. memberi reinforcement (+) e. mendengarkan
f. mengkaji pengetahuan
keluarga tentang tanda dan f. menjawab
gejala diabetes
g. mendiskusikan tanda dan g. berdiskusi
gejala diabetes
h. meminta keluarga h. menjawab
mengulang kembali
i. mendengarkan
i. beri reinforcement (+)
j. memotivasi keluarga untuk
j. bertanya
bertanya
k. mengkaji pengetahuan k. menjawab
keluarga tentang jenis
diabetes
l. mendiskusikan tentang l. berdiskusi
jenis diabetes
m. memberi kesempatan m. bertanya
keluarga untuk bertanya
n. memotivasi keluarga untuk n. menjawab
mengulang kembali
o. mendengarkan
o. memberi reinforcement (+)
p. mengkaji pengetahuan
p. menjawab
keluarga komplikasi diabetes
q. menjelaskan dan
q. mendengarkan
mendiskusikan dengan
keluarga tentang komlikasi
adiabetes
r. menjawab
r. meminta keluarga Tn. R
untuk menyebutkan
komplikasi diabetes
s. mendengarkan
s. beri reinforcement (+)
t. menjelaskan dan
t. menjelaskan
mendiskusikan tentang
komplikasi diabetes
u. mengulangi
u .meminta keluarga Tn. R
untuk mengulangi
komplikasi diabetes.
v. mendengarkan
v. beri reinforcement (+)

3 Terminasi 5 Menit Penutup:


a. menyimpulkan bersama a. menjawab
keluarga hasil diskusi
b. melakukan kontrak waktu b. menyepakati
dengan keluarga untuk
pertemuan selanjutnya:
Tupen 3
c. mengucapkan salam c. menjawab salam

D. Implementasi Tindakan Keperawatan


a. Metode
Diskusi dan tanya jawab
b. Media dan Alat
1. Alat tulis
2. Leaflet
c. Waktu dan Tempat
1. Hari/tanggal : Sabtu / 27 Agustus 2022
2. Waktu : 30 menit
3. Tempa : Rumah Tn. R. RT. 08 Kelurahan Durian Luncuk
E. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a) mahasiswa dapat melakukan kegiatan sesuai dengan rencana, sesuai dengan topik,
waktu, dan tempat
b) keluarga dapat menerima mahasiswa sesuai dengan kontrak waktu
2. Kriteria Proses
a) pelaksanaan kegiatan sesuai rencana sesuai topik, waktu dan tempat
b) keluarga Tn. M berpartisipasi aktif dalam kegiatan
3. Kriteria Evaluasi
Keluarga mampu:
a. Menyebutkan pengertian Diabetes Melitus
b. Menyebutkan penyebab Diabetes Melitus
c. Menyebutkan klasifikasi Diabetes Melitus
d. Menyebutkan tanda dan gejala Diabetes Melitus
e. Menyebutkan komplikasi Diabetes Melitus
MATERI PENDAHULUAN

Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) atau yang biasa disebut dengan kencing manis merupakan
penyakit gangguan metabolisme tubuh yang menahun akibat hormon insulin dalam tubuh yang
tidak dapat digunakan secara efektif dalam mengatur keseimbangan gula darah sehingga
meningkatkan konsentrasi kadar gula di dalam darah (Ratih Puspita Febrinasari, dkk. 2020).
Penderita diabetes melitus memerlukan modalitas terapi yang sangat dinamis. Perlu dipahami
dengan baik patologi yang mendasarinya dan dampak hiperglikemia kronik terhadap kerusakan
oegan tubuh, serta memahami dengan baik agen-agen farmakologi yang sesuai dengan keadaan
penyakit seorang penderita diabetes.
Pada penderita diabetes melitus dengan kadar glukosa darah yang tidak terkendali bisa
menyebabkan komplikasi kronik yaitu neuropati , bisa menyebabkan perubahan jaringan syaraf
karena penimbunan fruktosa dan sorbitol sehingga mengakibatkan penurunan kecepatan induksi,
parastesia, penurunan reflek otot, keringat berlebihan, atrofi otot, hilang rasa dan kulit kering
apabila diabetes, apabila penderita diabetes tidak berhati-hati dapat menyebabkan trauma yang
menjadi ulkus diabetikum. Ulkus merupakan luka permukaan kulit yang terbuka atau selaput
lendir, bisa juga dinamakan kematian jaringan yang luas disertai invasif kuman saprofit. Dengan
adanya kuman saprofit tersebut bisa menimbulkan ulkus yang berbau, ulkus diabetikun juga
merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit diabetes dengan neuropati perifer.
Menurut hasil survei International Diabetes Federation (IDF,2015) menunjukkan bahwa
penderita DM di dunia berjumlah 415 juta jiwa,meninggal akibat DM berjumlah 5 juta jiwa,
satu dari 11 orang dewasa menderita DM, jenis kelamin laki-laki yang menderita DM berjumlah
215,2 juta jiwa sedangkan perempuan berjumlah 199,5 juta jiwa. Tingkat kejadian orang yang
menderita DM menurut IDF di Indonesia mencapai 10 juta jiwa dan menduduki peringkat ke-7
dunia dimana peringkat pertama adalah China. Jumlah penduduk Indonesia yang menderita DM
di tahun 2040 diperkirakan mencapai angka 642 juta jiwa.Data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
menunjukkan bahwa pada tahun 2017 terdapat 2268 penderita diabetes melitus dan pada tahun
2018 menjadi sebanyak 3696 penerita diabetes melitus (Dinkes Provinsi Jambi, 2018).

Kadar gula darah yang tinggi secara berkepanjangan pada penderita DM dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi jika tidak mendapatkan penanganan dengan baik.
Komplikasi yang sering terjadi antara lain, kelainan vaskuler, retinopati, nefropati, neuropati dan
ulkus kaki diabetik (Poerwanto, 2012). Ulkus kaki diabetikum tergolong luka kronik yang yang
sulit sembuh. Kerusakan jaringan yang terjadi pada ulkus diabetikum diakibatkan oleh gangguan
neurologis (neuropati) dan vaskuler pada tungkai. Gangguan tersebut secara tidak langsung
menyebabkan ulkus kaki diabetikum, namun diawali dengan mekanisme penurunan sensasi
nyeri, perubahan bentuk kaki, atropi otot kaki, pembentukan kalus, penurunan aliran darah yang
membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan.
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Diabetes Melitus


Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolit yang ditandai
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikimia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya (Smeltzer dan Bare, 2015 ).
2. Etiologi
Diabetes melitus atau labih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis mempunyai
beberapa penyebab (Smeltzer dan Bare, 2015) antara lain:
a. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh dapat
memacu timbulnya diabetes melitus. Kosumsi makanan berlebihan dan tidak di imbangi
dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam
darah meningkat dan pasitnya akan menyebabkan diabetes melitus.
b. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih besar
untuk trkena penkit diabetes melitus.Sebilan dari sepuluh orang gemuk bepotensi untuk
teserang diabets melitus.
c. Faktor genetis
Diabetes melitus dapat diariskan orang tua kepada anak. Gan penyebab diabetes melitus
akan dibawa oleh anak jika orangtuanya menderita diabetes nelitus. Pewarisan gen ini
dapat sampai ke cucu cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
d. Bahan-bahan kimia dan obat obatan
Bahan bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pangkreas,
radang pada pangkreas akan mengakibatkan fungsi pankres menurun sehingga tidak ada
sekresi hormon hormon untuk pross metabolism tubuh termasuk insulin. Segala jenis
residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
e. Penyakit dan infeksi pada pancreas
Infeksi mikro organisme dana virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada
sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti
kolesterol tinggi dan dislipedemia dapat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus.
f. Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi fakor penyebab diabetes melitus. Jika orang malas
berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes melitus karena
olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang tertimbun didalam tubuh, kalori yang
tertimbun didalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes melitus selain
disfungsi pankreas.
g. Kadar Kortikosteroid YangTinggi, kehamilan gestasional.
h. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
i. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin
3. Klasifikasi
Diabetes melitus dapat diklasifikasikan kedalam empat kategori klinis (SmeltZer dan
Bare. 2015), yaitu :
a. Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe satu atau Insulin Dependen Diabetes Melitus
(IDDM), dapat terjadi disebabkan karena adanya kerusakan sel-B,
biasanya menyebabkan kekurangan insulin absolut yang disebabkan oleh proses autoimun
atau idiopatik. Umumnya penyakit ini berkembang kearah ketoasidosis diabetik yang
menyebabkan kematian. Diabetes melitus tipe 1 terjadi sebanyak 5-10 % dari semua
diabetes melitus. Diabetes melitus tipe 1 dicirikan dengan onset yang akut dan biasanya
terjadi pada usia 30 tahun.
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 atau Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM), dapat
terjadi karena kerusakan progresif sekretorik insulin akibat resistensi insulin. Diabetes
melitus tipe 2 juga merupakan salah satu gangguan metabolik dengan kondisi insulin yang
diproduksi oleh tubuh tidak cukup jumlahnya akan tetapi reseptor insulin dijaringan tidak
berespon terhadap insulin tersebut. Diabetes melitus tipe 2 mengenai 90-95 % pasien
dengan diabetes melitus. Insidensi terjadi lebih umum pada usia 30 tahun, obesitas,
herediter, dan faktor lingkungan. Diabetes melitus tipe ini sering terdiagnosis setelah
terjadi komplikasi.
c. Diabetes Melitus Tipe Tertentu
Diabetes melitus tipe ini dapat terjadi karena penyebab lain misalnya, efek genetik pada
fungsi sel-B, defek genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas (Seperti fibrosis
kistik dan pankreatitis), penyakit metabolik endokrin, infeksi, sindrom genetik lain dan
karena disebabkan oleh obat atau kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS
atau setelah transplantasi organ.
d. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes melitus ini merupakan diabetes melitus yang didiagnosis selama masa kehamilan
dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan. Terjadi pada 2-5%
semua wanita hamil tetapi hilang saat melahirkan.
4. Patofisiologi
Diabetes tipe 1 pada diabetes tipe satu terdapat ketidak mampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping
itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia prosprandial (sesudah makan).Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa
yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glikosuria). Ketika
glukosa yang berlebihan diekspresikan kedalam urin, ekseri ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis kosmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia), (Smeltzer dan Bare,2015).
Defisiensi insulin juga akan menganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selerah makan
(polifagia) akibat menurunya simpanan kalori. Gejala lainya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa
yang disimpan. Dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino dan
subtansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
disebabkannya dapat menyebabkan tanada-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,mual,
muntah, hiperventilasi,nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
penurunan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit
sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolic tersebut dan mengatasi
gejala hiperglikemia serta ketoaasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting (Smeltzer dan Bare, 2015).
Diabetes melitus merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik utama
adalah terjadinya hiperglikemik kronik.Meskipun pola pewarisanya belum jelas, faktor
genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat penting dalam munculnya diabetes melitus
tipe 2.faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan seperti gaya hidup,
obesitas, rendahnya aktivitas fisik, diet, dan tingginya kadar asam lemak bebas (Smeltzer dan
Bare, 2015).
Mekanisme terjadinya diabetes melitus tipe 2 umumnya disebabkan karena resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normal insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glokosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
melitus tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa dan jaringan.Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dan darah, harus terjadi peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan (Smeltzer dan Bare, 2015).
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel-sel B tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat akan terjadi diabetes
melitus tipe 2. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes
melitus tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.Karena itu, ketoasidosis
diabetik tidak terjadi pada diabetes melitus tipe 2. Meskipun demikian, diabetes melitus
tipe 2 yang tidak terkontrol akan menimbulkan masalah akut lainya seperti sindrom
hiperglikemik hiperosmolar non-ketotik (HHNK), (Smeltzer dan Bare, 2015).
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan
progresif, maka awitan diabetes melitus tipe 2 berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti : kelelahan, ritabilitas, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang lama-lama sembuh, inveksi vagina atau pandangan kabur
(jika kadar glukosa sangat tinggi). Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit
diabetes melitus selama bertahun-tahun adalah terjadinya konplikasi diabetes melitus jangka
panjang (misalnya kelainan mata, neuropati feriver, kelainan vaskuler ferifer) mungkin sudah
terjadi sebelum diagnosis ditegakan (Smeltzer dan Bare, 2015).
5. Manifestasi Klinis
Adanya penyakit diabetes melitus ini pada awalnya sering kali tidak dirasakan dan
tidak disadari oleh penderita.Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi
metabolik defisiensi insulin.Jika hiperglikimianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat
ini, maka timbul glikosurya. Glikosurya ini akan mengakibatkan diuresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) jika melewati ambang ginjal untuk ekskresi
glukosa, yaitu kurang lebih 180 mg/dl serta timbulnya rasa haus (polidipsia). Rasa lapar yang
semakin besar (polivagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori (Price dan
wilson. 2012). Pasien dengan diabetes tipe 1 sering memperlihatkan awitan gejala yang
eksplosif dengan polidipsia, poliuria, turunya berat badan, polivagia, lemah, somnolen yang
terjadi selama beberapa hari atau beberapa Minggu. Pasien dapat menjadi sakit berat dan
timbul ketoasidosis, serta dapat meninggal kalau tidak mendapatkan pengobatan segra.Tetapi
insulin biasanya diperlukan untuk mengontrol metabolisme dan umumnya penderita peka
terhadap insulin. Sebaliknya pasien dengan diabetes tipe 2 mungkin sama sekali tidak
memperlihatkan gejala apa pun, dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah
dilaboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. Pada hiperglikemia yang lebih berat
pasien tersebut mungkin menderita polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen.Bisanya mereka
tidak mengalami ketoasidosis karena pasien ini tidak depisiensi insulin secara absolut namun
hanya relatif. Sejumlah insulin tetap disekresi dan masih cukup untuk menghambat
ketoasidosis (Price dan Wilson. 2012).
Gejala dan tanda-tanda diabetes melitus dapat digolongkan menjadi dua, yaitu gejala
akut dan gejala kronik (PERKENI, 2015).
a. Gejala Akut Penyakit Diabetes Melitus
Gejala penyakit diabetes melitus berfariasi pada setiap penderita, bahkan mungkin tidak
menunjukan gejala apa pun sampai saat tertentu. Permulaan gejala yang ditunjukan
meliputi serba banyak (Poli) yaitu banyak makan (Poliphagi), banyak minum (polidipsi),
dan banyak kencing (poliuri).keadaan tersebut jika tidak segera diobati maka akan timbul
gejala banyak minum, banyak kencing, napsu makan mulai berkurang atau berat badan
turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 Minggu), mudah lelah, dan bila tidak
lekas diobati, akan timbul mual.
b. Gejala Kronik Penyakit Diabetes Melitus
Gejala kronis yang sering dialami oleh penderita diabetes melitus adalah kesemutan, kulit
terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal dikulit, kram, mudah mengantuk,
mata kabur, biasanya sering ganti kaca mata, gatal disekitar kemaluan terutama pada
wanita, gigi mudah goyah dan muda lepas, kemampuan seksual menurun, dan para ibu
hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan
bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
6. Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada diabetes melitus tipe 2 akan
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi diabetes melitus tipe 2 terbagi dua
berdasarkan nama terjadinya, yaitu : komplikasi akut dan komplikasi kronik (Smeltzer dan
Bare, 2015).
a. Komplikasi Akut
1) Ketoasidosis diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai dengan adanya tanda dan
gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320
mOs/mL) dan terjadi peningkatan anion gap (PERKENI, 2015).
2) Hiperosmolar non ketotik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL),
tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380
mOs/mL), plasmaketon (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat (PERKENI,
2015).
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa darah mg/dL. Pasien diabetes
melitus yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia.
Gejala hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar,
pusing, gelisah, dan kesadaran menurun sampai koma (PERKENI. 2015)
b. Komplikasi Kronik
Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada pasien diabetes melitus saat
ini sejaan dengan penderita diabetes melitus yang bertahan hidup lebih lama. Penyakit
diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu yang lama akan menyebabkan
terjadinya komplikasi kronik. Kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri dari :
1) Komplikasi makrovaskular
Komplikasi makrovaskular pada diabetes melitus terjadi akibat akteros
leorosis dari pembulu-pembulu darah besar, khususnya arteri akibat timbunan plat
ateroma. Makroangiopati tidak spesifik pada diabetes mellitus namun dapat timbul lebih
cepat, lebih sering terjadi dan lebihserius.Berbagai studi epidemiologis menunjukan
bahwa angka kematian akibat penyakit kardiovaskular dan penderita diabetes mellitus
meningkat 4-5 kali dibandingkan orang normal. Komplikasi makroangiopati umumnya
tidak ada hubungan dengan control kadar gula darah yang baik. Tetapi telah terbukti
secara epidemiologi bahwa hiperinsulinemia merupakan suatu factor resiko mortalitas
kardiovaskular dimana peninggian kadar insulin dapat menyebabkan terjadinya resiko
kardiovaskular menjadi semakin tinggi. Kadar insulin puasa > 15 mU/mL akan
meningkatkan resiko mortalitas coroner sebesar 5 kali lipat. Makroangiopati, mengenai
pembuluh darah besar antara lain adalah pembulu darah jantung atau penyakit jantung
koroner, pembuluh darah otak atau strok, dan penyakit pembuluh darah.
Hiperinsulinemia juga dikenal sebagai faktor aterogenik dan diduga berperan penting
dalam timbulnya komplikasi makrovaskular (Smeltzer dan Bare, 2015).
2) Komplikasi Mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah kecil
khususnya kapiler yang terdiri dari retinopati diabetik dan neprovati diabetik.Retinopati
diabetic dibagi dalam dua kelompok, yaitu retinopati non-proliveratif dan retinopati pro-
liveratif. Retinopati non-proliveratif merupakan stadium awal dengan ditandai adanya
mikroaneorisma, sedangkan retinopati pro-liveratif, ditandai dengan adanya
pertumbuhan pembuluh darah kapiler, jaringan ikat dan adanya hipoksiaretina.
Seterusnya, neprovati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput
penyaring darah. Nefrovati diabetic ditandai dengan adanya proteinuria persisten (>0,5
gr/24 jam), terdapat retinopati dan hipertensi. Kerusakan ginjal yang spesifik pada
diabetes mellitus mengakibatkan perubahan fungsi penyaring, sehingga
molekul-molekul besar seperti protein dapat masuk kedalam kemih (albuminoria).
Akibat dari neprovatik diabetic tersebut dapat menyebabkan kegagalan ginjal progresif
dan upaya preventif pada nepropati adalah control metabolism dan control tekanan
darah (Smeltzer dan Bare. 2015).
3) Neuropati
Diabetes neuropati adalah kerusakan saraf sebagai komplikasi serius akibat diabetes
mellitus. Komplikasi yang tersering dan paling penting adalah neuropati terifer, berupa
hilangnya sensasi distal dan biasanya mengenai kaki terlebih dahulu, lalu kebagian
tangan. Neuropati beresiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi.Gejala yang
sering dirasakan adalah kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit
dimalam hari.Setelah diagnosis diabetes mellitus ditegakan, pada setiap pasien perlu
dilakukan skrining untuk mendeteksi adanya polineuropatidistal. Apabila ditemukan
adanya polineuropati distal, perawatan kaki yang memadai akan menurunkan resiko
amputasi. Semua penyandang diabetes mellitus yang disertai neuropati perifer harus
diberikan edukasi perawatan kaki untuk mengurangi resiko ulkus kaki (PERKENI,
2015).
7. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penderita
diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi :
a. Tujuan Jangka Pendek : menghilangkan keluhan diabetes mellitus, memperbaiki kualitas
hidup, dan mengurangi resiko komplikasi akut.
b. Tujuan Jangka Panjang : mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati
dan makroangiopati.
c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunya morbiditas dan mortalitas diabetes mellitus. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat
badan, dan profil lifid (mengukur kadar lemak dalam darah), melalui pengelolaan pasien
secra komprehensif. Pada dasarnya, pengelolaan diabetes mellitus dimulai dengan
pengaturan makan disertai dengan latihan jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2-4
Minggu). Bila setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar sasaran
metabolikyang diinginkan, baru dilakukan intervensi farmakologik dengan obat-obat anti
diabetes oral atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi. Dalam keadaan dekomvensasi
metabolic berat, misalya ketoasidosis, diabetes mellitus dengan stress berat, berat badan
yang menurun dengan cepat, insulin dapat segra diberikan. Pada keadaan tertentu obat-obat
anti diabetes juga dapat digunakan sesuai dengan indikasi dan dosis menurut petunjuk
dokter. Pemantauan kadar glukosa darah bila dimungkinkan dapat dilakukan sendiri
dirumah, setalah mendapat pelatihan khusus untuk itu (PERKENI. 2015). Menurut
Smeltzer dan Bare (2015), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada diabetes mellitus
adalah menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah. Sedangkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Tatalaksana diabetes
terangkum kedalam empat pilar pengendalian diabetes. Empat pilar pengendalian diabetes,
yaitu :
1) Edukasi
Penderita diabetes perlu mengetahui seluk beluk penyakit diabetes.
Dengan mengetahui faktor resiko diabetes, proses terjadinya diabetes, gejala diabetes,
komplikasi penyakit diabetes, serta pengobatan diabetes, penderita diharapkan dapat
menyadari pentingnya pengendalian diabetes, meningkatkan kepatuhan gaya
hidup sehat dan pengobatan diabetes.Penderita perlu menyadari bahwa mereka mampu
menanggulangi diabetes, dan diabetes bukanlah suatu penyakit diluar kendalinya.
Terdiagnosis sebagai penderita diabetes bukan berarti akhir dari segalanya.Edukasi
(penyuluhan) secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah
merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil.
2) Pengaturan makan (diit)
Pengaturan makan pada penderita diabetes bertujuan untuk mengendalikan gula darah,
tekanan darah, kadar lemak darah, serta berat badan ideal. Dengan demikian,
komplikasi diabetes dapat dihindari, sambil tetap mempertahankan kenikmatan proses
makan itu sendiri.Pada prinsipnya, makanan perlu dikonsumsi teratur dan disebar
merata dalam sehari. Seperti halnya prinsip sehat umum, makanan untuk penderita
diabetes sebaiknya rendah lemak terutama lemak jenuh, kaya akan karbohidrat
kompleks yang berserat termasuk sayur dan buah dalam porsi yang secukupnya, serta
seimbang dengan kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari penderita.
3) Olahraga/ latihan jasmani
Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga membutuhkan aktivitas
fisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga memiliki efek sangat baik meningkatkan
sensitivitas insulin pada tubuh penderita sehingga pengendalian diabetes lebih mudah
dicapai. Porsi olahraga perlu diseimbangkan dengan porsi makanan dan obat sehingga
tidak mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu rendah. Panduan umum yang
dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas ringan-selama 30 menit dalam sehari
yang dimulai secara bertahap.Janis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga
aerobik seperti berjalan, berenang, bersepeda, berdansa, berkebun. Penderita juga perlu
meningkatkan aktivitas visik dalam kegiatan sehari-hari, seperti lebih memilih naik
tangga ketimbang naik lift. Sebelum olahraga, sebaiknya penderita diperiksa dokter
sehingga penyulit seperti tekanan darah yang tinggi dapat diatasi sebelum
olah raga dimulai.
4) Obat/Terapi Farmakologi
Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila gula darah tetap tidak
terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba menerapkan gaya hidup sehat di atas.
Obat juga digunakan atas pertimbangan dokter pada keadaan-keadaan tertentu seperti
pada komplikasi akut diabetes, atau pada keadaan kadar gula darah yang terlampau
tinggi.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus

1. Pengkajian
Pada kegiatan asuhan keperawatan yang paling penting diperhatikan bagi para pihak yang
terlibat seperti perawat, yakni pengkajian keperawatan. Pengkajian menurut Gartinah, dkk
(2014) adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan
pasien. Pengkajian lanjut Gartinah merupakan langka pertama untuk mengumpulkan semua
informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien, Gartinah, dkk
(2014).
a. Identitas
Nama
Dikaji untuk mengetahui datademografi klien.
b. Umur
Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa reproduksi atau
sudah menopause.
c. Agama
Untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai gangguan reproduksi.
d. Pendidikan
Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya sehingga perawat dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikanya. Menurut Iyus (2015), semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi dan pada akhirnya
pengetahuan yang dimiliki semakin banyak.
e. Suku/Bangsa
Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari pasien.
f. Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya.
g. Alamat
Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang kefasilitas kesehatan.
Nyeri dapat disebabkan oleh berbagai stimulus seperti mekanik, termal, kimia, atau
elektrik pada ujung- ujung saraf. Perawat dapat mengetahui adanya nyeri dari keluhan
pasien dan tanda umum atau respon fisiologis tubuh pasien terhadap nyeri. Sewaktu nyeri
biasanya pasien akan tampak meringis, kesakitan, nadi meningkat, berkeringat, napas lebih
cepat, pucat, berteriak, menangis, dan tekanan darah meningkat.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini, apakah ada riwayat kesehatan sekarang
juga yang perlu dikaji untuk mengetahui adanya penyakit kronis (DM atau asma) dan
adanya keterbatasan fisik (Wahyuningsih, 2014).
c. Riwayat Kesehatan Yang lalu
Dikaji untuk mengetahui apakah ada hubunganya dengan masalah yang dihadapi oleh klien
pada saat ini.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menurun dalam keluarga seperti asma, diabetes
melitus, hipertensi, jantung dan riwayat penyakit menular lainya (Jannah. 2011).
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, cukup atau kurang.
2) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai dari keadaan composmentis, apatis,
sampai dengan koma.
3) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan
nilai satuanya mmHg. Keadaan ini sebaiknya antara 90/60-
130/90 mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih dari 30
mmHg dan peningkatan diastolik tidak lebih dari 15 mmHg dari
keadaan normal pasien atau paling sedikit pada pengukuran 2
kali berturut-turut pada selisih 1 jam.
4) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan klien kemungkinan demam atau febris merupakan gejala
adanya infeksi.
5) Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang dihitung dalam satu menit, denyut nadi
normal 60-86 x/menit (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
6) Respirasi
Untuk mengetahui prekuensi pernapasan yang dihitung dalam
satu menit, respirasi normal, yaitu 20-30 x/menit (Ambrawati
dan Wulandari, 2010).
7) Rambut
Untuk mengetahui apakah rambut rontok atau tidak, menilai warnanya, kelebatan dan
karakteristik rambut.
8) Wajah
Untuk mengetahui apakah oedema atau tidak (Jannah. 2011).
9) Mata
Untuk mengetahui keadaan conjungtiva pucat atau merah mudah, warna sklera putih
atau kuning.
10) Hidung
Untuk mengetahui keadaan hidung dari kebersihan, alergi debu atau tidak dan ada
polip atau tidak (Sulistyawati, 2013).
11) Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga apakah ada gangguan pendengaran atau tidak, ada
serumen atau tidak (Sulistyawati, 2013).
12) Mulut
Untuk mengetahui keadaan mulut apakah karies, bersih atau tidak, keadaan bibir
kering atau tidak, lidah kering dan kotor atau tidak (Sulistyawati, 2013).
13) Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembengkakan kelenjar limfe atau kelenjar tiroid.
14) Payudara
Untuk mengetahui keadaan payudara membesar atau tidak, simestris atau tidak,
puting susu menonjol atau tidak, ada tidaknya benjolan dan nyeri tekan (Andriyani,
A. 2013).
f. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi
Merupakan proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik yang dilakukan
dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran, penciuman sebagai alat
untuk mengumpulkan data (Nursalam. 2014).
2) Palpasi
Merupakan tekhnik pemeriksaan yang menggunakan idera peraba.Untuk meraba
apakah ada nyeri tekan pada bagian perut (Nursalam. 2014).
3) Perkusi
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengetuk-ngetukan jari ketubuh klien yang
akan dikaji untuk membandingkanm bagian kanan dan kiri yang bertujuan untuk
mengidentifikasi mlokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan (Jannah. 2011).
4) Auskultasi
Merupakan tehnik pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk membenarkan
bunyi yang dihasilkan oleh tubuh (Sulistyawati.2013).pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui adanya bising usus atau tidak.
5) Ekstremitas
Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya varises atau tidak, adanya
kelainan atau tidak, replek patella positif atau negatif
3. Data Sosial
Hal yang perlu dikaji, yaitu kondisi ekonomi pasien serta kebudayaan yang dianut
pasien saat ini.
4. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaanya sesuai dengan kepercayaanya.
5. Data Psikologis
Hal yang perlu dikaji, yaitu perasaan pasien setelah mengetahui penyakit yang
diderita saat ini.
6. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam
aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan gula darah.
8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan objektif yang
telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakan diagnosis keperawatan. Diagnosis
keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien,
keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Diagnosis keperawatan dapat dibedakan menjadi lima kategori, antara lain:
a. Aktual
Menjelaskan masalah yang sedang terjadi saat ini dan harus sesuai dengan data-data klinik
yang diperoleh.
b. Resiko
Menjelaskan masalah kesehatan yang akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi
keperawatan.
c. Potensial
Data tambahan diperlukan untuk memastikan masalah keperawatan yang potensial.Pada
keadaan ini data penunjang dan masalah belum ditemukan tetapi sudah ada faktor yang
dapat menimbulkan masalah.
d. Wellness
Diagnosis keperawatan sejahtera (wellness) adalah kemampuan klinik tentang kemampuan
individu, keluarga dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu
ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
e. Sindrom
Diagnosis keperawatan sindrom adalah diagnosis yang terdiri dari kelompok diagnosis
aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian atau situasi
tertentu. Sesuai teori penderita DM muncul 11diagnosis, diagnosis keperawatan yang
muncul pada penderita diabetes mellitus menurut (SDKI, Edisi 1. 2016) sesuai dengan
prioritas masalah antara lain :
1. Kurangnya pengetahuan b.d. kurangnya informasi tentang perjalanan penyakit diabetes
melitus.
2. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga b.d. ketidak mampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita DM.
3. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d. ketidak mampuan mengatasi masalah
individu/keluarga.
9. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan pada diagnosis keperawatan yang muncul pada penderita DM antara lain :
a. Kurangnya pengetahuan b.d. kurangnya informasi tentang perjalanan penyakit diabetes
melitus.
b.. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga b.d. ketidak mampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang menderita DM.
c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d. ketidak mampuan mengatasi masalah
individu/keluarga Dengan tujuan meningkatkan pengetahuan penderita DM tentang;
gejala, penyebab, kompilkasi, diit, perawatan kaki DM.
Intervensi : penyuluhan kesehatan, senam dan perawatan kaki DM.
10. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan/implementasi keperawatan merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat
memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien (Potter &
Perry, 2016).
11. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langka proses keperawatan yang memungkinkan perawat untuk
menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien
(Potter & Perry, 2016).

DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, A. 2013. Panduan Kesehatan Wanita, Suarakarta : As-Salam Publisher.
Arizal Fahri. 2013. Perawat Yang Profesional, Jakarta : Bina Media Perintis.
Chazawi Adami, 2014. Kedokteran, Malang : Bayumedia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Diabetes Melitus Masalah
Kesehatan Yang Serius, Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 35 tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian, Jakarta : Depkes RI.
Gartinah, dkk. 2014. Keperawatan dan Praktik Keperawatan, Jakarta : PPNI.
Isniati. 2013. Hubungan Diet Penderita Diabetes Melitus Dengan Keterkendalian Gula Darah.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2010, 1 (2) FK Unand. Padang.
Ismani Nila. 2013. Etika Keperawatan, Jakarta : Widya Medika.
Jannah. 2011. Konsep Keperawatan Praktis, Jakarta : Salemba Medika.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013, Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Nursalam. 2014. Konsep Asuhan Keperawatan, Yogyakarta : Diffa Press.
Perkeni. 2012. Konsensus Pengelolaan Diabetes Pada Diabetes Melitus Tipe PB, Jakarta :
Rineka Cipta.
Potter & Perry. 2016. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, & Praktik,
Jakarta : EGC.
Price SA, Wilson LM. 2012. Patofisiologi konsep klinis proses- proses penyakit, edisike- 6
Jakarta: EGC.
Riskesdas. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional, Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
SDKI, DPP & PPNI.(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan indikator
diagnostik. (Edisi 1). Jakarta: DPPPPNI.
Smeltzer & Bare (2013),Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Bruner & Suddarth Edisi
8.Jakarta : EGC.
Sulistyawati. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas,Yogyakarta :Andi Offset.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013, Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
FORMAT CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA (CATATAN
PERAWATAN/ PERKEMBANGAN)
No Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
1 Sabtu Kunjungan ke tiga yaitu S:- klien mengatakan bersedia
27 Agustus 2022 untuk berbincang bincang
pukul 10:30 WIB
dengan waktu 30 menit
TUPEN 1 DAN 2 - klien mengatakan ia berobat
di puskesmas putri ayu
1.edukasi kesehatan
- klien tampak kooperatif
a.menanyakan tentang upayaklien menyebutkan tanda dan
gejala penyakit serta tindakan
pengobatan yang telah
lanjut
dilakukan - klien tampak sedikit
memahami apa yang
keluarga
disampaikan
b.menjelaskan pengobatan - klien mencoba mengulangi
kembali
yang tepat.
- klien mengatakan jika akan
c.menganjurkan kepada membaca leaflet yang
klien untuk melakukan diberikan
kontoling pengobatan di O:- klien tampak kooperatif
puskesmas terdekat dengan - klien menjawab pertanyaan
rutin - klien mendengarkan
penjelasan
2.edukasi peroses penyakit - klien mencoba mengulangi
a. pengertian diabetes kembali
b. penyebab diabetes - klien tampa sedikit
c. klasifikasi diabetes memahami
d. Tanda dan Gejala diabetes- klien diberikan leaflet untuk
e. komplikasi diabetes membaca
A:masalah belum teratasi
P:kontrak waktu tupen 3

LAPORAN PENDAHULUAN

Kunjungan ke : Keempat (Tupen 3) Tanggal : Senin, 29 Agustus 2022


B. Latar Belakang
a. Karakteristik Keluarga
Pada pertemuan sebelumnya, keluarga telah mampu mengenal masalah dan
mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Pada pertemuan kali ini, akan dilanjutkan dengan tujuan pertemuan 4 (Tupen 3),
yaitu edukasi peawatan luka diabetes pada Tn. R
b. Data Yang Perlu Dikaji Lebih Lanjut
1.Edukasi perawatan luka diabetes
B. Proses Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan
Defissit pengetahuan Kategori: Prilaku
Subkategori: penyuluhan dan pembelajaran
b. Tujuan umum
Adapaun tujuan umum pada tupen 3 ini adalah untuk mengetahui kemampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
c. Tujuan khusus
Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit diharapkan keluarga mampu merawat
anggota keluarga dengan anemia, yaitu:
1) Mampu melakukan perawatan luka secara mandiri.
2) Keluarga juga ikut berpartisifasi dalam program pengiobatan Tn. R

C. Strategi Pelaksanaan
No Fase Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Keluarga

1 Orientasi 5 Menit Pembukaan:


a. memberi salam a. Menjawab salam
b. menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
pertemuan
c. mengingatkan kontrak c. Menyepakati,
waktu, tempat, dan topik mendengarakan dan
kegiatan atau pertemuan berdiskusi
2 Kerja 20 Menit Pelaksanaan:
a. menjelaskan atau a. mendengarkan
mengingatkan keluarga
tentang materi-materi
sebelumnya b. menjawab
b. menggali pengetahuan
keluarga perawatan luka
c. memberi reinforcement (+) c. mendengarkan
d. menjelaskan tentang d. mendengarkan
perawatan luka
e. meminta keluarga untuk e. mengulang
mengulang
f. memberi reinforcement (+) f. mendengarkan
g. memberi kesempatan klien g. bertanya
untuk bertanya.
h. memperaktikkan h. memperhatikan
perawatan luka
i. minta Tn. R mengulangi i. mempraktikkan
j. . memberi reinforcement j. mendengarkan
3 Terminasi 5 Menit Penutup:
a. menyimpulkan bersama a. menjawab
keluarga tentang pertemuan
hari ini
b. melakukan kontrak waktu b. menyepakati
dengan keluarga untuk
pertemuan selanjutnya:
Tupen 4 dan 5
c. mengucapkan salam b. Menjawab salam
D. Implementasi Tindakan Keperawatan
a. Metode
1. Diskusi dan edukasi perawatan luka diabetes
b. Media dan Alat
1. Leaflet
2. Lembar bolak balik
c. Waktu dan Tempat
1. Hari/tanggal : Senin /29 Agustus 2022
2. Waktu : 16.00 WIB
3. Tempat : Rumah Tn. R. RT. 08 Kelurahan Durian Luncuk

F. Kriteria Evaluasi
Diharapkan dari hasil pelaksanaan TUPEN 3 didapatkan data yang menunjang
sesuai dengan masalah keperawatan yang terjadi didalam keluarga binaan dengan
presentase 75%.
1. Tn. R dan keluarga memperhatikan cara perawatan luka
2. Tn. R dan keluarga melakukan perawatan luka secara mandiri

MATERI
Perawatan luka
1. Pengertian Perawatan Luka
Luka adalah kerusakan pada fungsi perlindungan kulit disertai hilangnya kontinuitas
jaringan epitel dengan atau tanpa adanya kerusakan pada jaringan lainnya seperti otot, tulang
dan nervus yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: tekanan, sayatan dan luka karena
operasi (Ryan, 2014). Perawatan luka adalah membersihkan luka, mengobati dan menutup
luka dengan memperhatikan teknik steril (Ghofar, 2012). Sedangkan menurut Potter and Perry
(2010), perawatan luka dilakukan dengan cara menutup luka dengan balutan basah dan
kering. Bagian yang basah dari balutan secara efektif membersihkan luka terinfeksi dari
jaringan nekrotik. Kassa lembab dapat mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka. Lapisan
luar kering membantu menarik kelembapan dari luka ke dalam balutan dengan aksi kapiler.
Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perawatan luka
adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membersihkan luka, mengobati luka serta
menutup luka dengan balutan basah dan kering sehingga terhindar dari resiko infeksi.
2. Tujuan Perawatan Luka
Menurut Ghofar (2012) tujuan perawatan luka adalah:
a. Mencegah masuknya kuman dan kotoran ke dalam luka.
b. Mencegah penyebaran oleh cairan dan kuman yang berasal dari luka ke daerah sekitar.
c. Mengobati luka dengan obat yang telah di tentukan.
3. Alat dan Bahan Perawatan Luka
Menurut Ghofar (2012) alat dan bahan yang digunakan pada saat perawatan luka :
a. Satu set perawatan luka steril/bak steril:
1) Sarung tangan
2) Pinset anatomis
3) Pinset chirurgis
4) Gunting jaringan
5) Kassa steril
6) Kom berisi larutan pembersih (normal salin 0,9%)
b. Alat non steril:
1) Sarung tangan non steril
2) Cairan Nacl 0,9%
3) Pengalas sesuai luas luka
4) Kapas alcohol
5) Korentang
6) Perlak atau penghalas
7) Bengkok
8) Kom berisi lysol 1%
9) Gunting verban/plester
10) Verban
11) Plester
12) Schort
13) Masker
14) Obat sesuai program terapi
15) Tempat sampah
4. Prosedur Perawatan Luka
Menurut Ghofar (2012), prosedur perawatan luka ialah:
a. Tahap pra interaksi
1) Melakukan pengecekan pada care plan pasien
2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
3) Mencuci tangan
4) Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
b. Tahap orientasi
1) Memberikan salam dan menyapa pasien
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
3) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
c. Tahap kerja
1) Menjaga privacy
2) Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas
3) Membuka peralatan
4) Memakai sarung tangan
5) Membasahi balutan dengan alcohol dan buka dengan menggunakan pinset
6) Membuka balutan lapisan terluar
7) Membersihkan sekitar luka dan bekas plester
8) Membuka balutan lapisan dalam
9) Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk mengeluarkan pus
10) Melakukan debridement
11) Membersihkan luka dengan menggunakan NaCl
12) Melakukan kompres desinfektan dan tutup dengan kassa
13) Memasang plester atau verband
14) Merapihkan pasien
d. Tahap terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2) Berpamitan dengan klien
3) Membereskan alat-alat
4) Mencuci tangan
5) Mencatat kegiatan dalam lembar/catatan keperawatan
5. Evaluasi
Menurut Supartini (2009) untuk melihat perkembangan pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan luka :
a. Tanda-tanda penyembuhan luka.
b. Karakteristik drainage.
c. Tanda-tanda inflamasi.
d. Tingkat nyeri

DAFTAR PUSTAKA
Ghofar, A. (2012), Pedoman Lengkap Keterampilan Perawatan Klinik. Yogyakarta:
Mitra Buku
Potter & Perry. (2010), Fundamental Keperawatan. Buku 3 Edisi 7. Jakarta: EGC.
Ryan, K.J. & Ray, G.C. (2014). Sherris Medical Microbiology . USA: Mc Graw Hil
Supartini, Y., dkk. (2009). Buku Panduan Praktika Mata Kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia II. Jakarta: EGC.

FORMAT CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA (CATATAN PERAWATAN/ PERKEMBANGAN)

No Hari/tanggal Implementasi Evaluasi


1 Senin Kunjungan ke empat yaitu S:klien mengatakan
29 Agustus 2022 pukul 16.00 WIB memahami apa yang telah di
Pelaksanaan TUPEN ke Tiga sampaikan
(3) yaitu Edeukasi -klien menjelaskan tentang
1.Menjelaskan pengertian
yang ia ketahui perawatan
2.Menjelaskan tujuan dan
manfaat perawatan luka
luka
3. Menjelaskan Tata Cara - klien memperaktikan
merawat luka kembali cara merawat luka
4.sebagai tambahan
Menjelaskan tentang bahan O:klien tampak kooperatif
untuk perawatan luka Klien menyampaikan
pengetahuanya tentang cara
merawat luka
-klien tampa mendengarkan
penjelasan
-klien mempraktikkan
kembali cara merawat luka
-klien dan kluarga
bedampingan dan bertukar
fikiran tentang pengobatan

A:masalah belum teratasi

P:intervensi di lanjutkan
tupen 4 dan 5

LAPORAN PENDAHULUAN

Kunjungan ke : Kelima (Tupen 4-5) Tanggal: Rabu, 31 Agustus 2022


A. Latar Belakang
a. Karakteristik Keluarga
Pada pertemuan sebelumnya, keluarga telah mampu mengenal masalah
mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit dan melaksanakan
edukasi perawatan luka diabetes
Pada pertemuan kali ini, akan dilanjutkan dengan tujuan pertemuan kelima
(Tupen 4-5), edukasi program pengobatan dan edukasi prosedur tindakan
b. Data Yang Perlu Dikaji Lebih Lanjut
1.Edukasi Anjurkan Hidup Bersih dan Sehat
2.prosedur tindakan keperawatan : perwatan luka
B. Proses Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan
Defissit pengetahuan Kategori: Prilaku
Subkategori: penyuluhan dan pembelajaran
b. Tujuan umum
Adapaun tujuan umum pada tupen 4 - 5 ini adalah untuk menjelasakan tentang
pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat serta membantu Tn R melakukan perawatan
luka secara mandiri untuk mempercepat proses penyembuhan luka.
c. Tujuan khusus
Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit diharapkan keluarga mampu merawat
anggota keluarga dengan diabetes, yaitu:
1.mampu melakukan hidup bersih dan sehat

2.mampu melaksanakan tindakan perawatan luka secara mandiri

C. Strategi Pelaksanaan
No Fase Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Keluarga
1 Orientasi 5 Menit Pembukaan:
a. memberi salam a. Menjawab salam
b. menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
pertemuan
c. mengingatkan kontrak c. Menyepakati,
waktu, tempat, dan topik mendengarakan dan
kegiatan atau pertemuan berdiskusi
2 Kerja 20 Menit Pelaksanaan:
TUPEN 4 a. mendengarkan
Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat
a. menjelaskan atau
mengingatkan keluarga c. menjawab
tentang materi-materi
sebelumnya
b. menggali pengetahuan
keluarga tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
c. memberi reinforcement (+)
d. menjelaskan tentang d. mendengarkan dan
apa itu PHBS memperhatikan
e. meminta keluarga atau Tn.
R untuk mengulang
f. memberi reinforcement (+) e. mengulangi
g.menjelaskan tengtang
manfaat PHBS
h.menjelaskan macam-
macam PHBS rumah tangga g. bertanya
i.mintak Ny.M mengulangi
j. . memberi reinforcement
TUPEN 5
EDUKASI Batuk Efektif h.menjelaskan
K.menyampaikan tentang
pengertian Batuk efektif serta
manfaat
L.beri kesempatan Keluarga
dan Tn. R untuk bertanya.
m.mempraktikkan cara
perawatan luka i.menjelaskan
n.mintak keluarga untuk
mempraktikan
o.beri reinfocemen fositif j.mempraktikkan
perawatan luka

k.menyimpuklan hasil
kegiatan
3 Terminasi 5 Menit Penutup:
a. menyimpulkan bersama a. menjawab
keluarga tentang pertemuan
hari ini
b. melakukan kontrak waktu b. menyepakati
dengan keluarga untuk
pertemuan selanjutnya:
Tupen 4 dan 5
c. mengucapkan salam d. Menjawab salam

D. Implementasi Tindakan Keperawatan


a. Metode
1. Diskusi dan edukasi teknik nafas dalam
b. Media dan Alat
Leaflet
c. Waktu dan Tempat
1. Hari/tanggal : Rabu / 31 Agustus 2022
2. Waktu : 30 menit
3. Tempat : Rumah Tn. R. RT. 08 Kelurahan Durian Luncuk
G. Kriteria Evaluasi
Diharapkan dari hasil pelaksanaan TUPEN 4-5 Klien dan keluarga mengerti
tatacara batuk efektif dan perilaku hidup bersih dan sehat75%.
1.Tn. R dan keluarga mendengarkan dan mengulangi kembali pengertian,manfaat dan
contoh PHBS Rumah tanngga.
2.Tn. R dan keluarga mengerti cara perawatan luka dan memperaktikanya kembali

MATERI
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
Gerakan PHBS Sebagai Langkah Awal Menuju Peningkatan Kualitas Kesehatan
Masyarakat

PHBS merupakan kependekan dari Perilaku Hidup Bersih dan


Sehat.Sedangkan pengertian PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena
kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada
bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk
menularkan pengalaman mengenai perilaku hidup sehat melalui individu, kelompok ataupun
masyarakat luas dengan jalur – jalur komunikasi sebagai media berbagi informasi. Ada berbagai
informasi yang dapat dibagikan seperti materi edukasi guna menambah pengetahuan serta
meningkatkan sikap dan perilaku terkait cara hidup yang bersih dan sehat.

PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan sebanyak mungkin


anggota masyarakat sebagai agen perubahan agar mampu meningkatkan kualitas perilaku sehari
– hari dengan tujuan hidup bersih dan sehat.

Terdapat langkah – langkah berupa edukasi melalui pendekatan pemuka atau pimpinan
masyarakat, pembinaan suasana dan juga pemberdayaan masyarakat dengan tujuan kemampuan
mengenal dan tahu masalah kesehatan yang ada di sekitar; terutama pada tingkatan rumah tangga
sebagai awal untuk memperbaiki pola dan gaya hidup agar lebih sehat.

Tujuan utama dari gerakan PHBS adalah meningkatkan kualitas kesehatan melalui


proses penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi individu – individu dalam menjalani
perilaku kehidupan sehari – hari yang bersih dan sehat. Manfaat PHBS yang paling utama adalah
terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran
untuk menjalani perilaku hidup yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar kesehatan.

Beberapa Tatanan PHBS


Tatanan PHBS melibatkan beberapa elemen yang merupakan bagian dari tempat
beraktivitas dalam kehidupan sehari – hari. Berikut ini 5 tatanan PBHS yang dapat menjadi
simpul – simpul untuk memulai proses penyadartahuan tentang perilaku hidup bersih sehat :

 PHBS di Rumah tangga


 PHBS di Sekolah
 PHBS di Tempat kerja
 PHBS di Sarana kesehatan
 PHBS di Tempat umum

Manfaat PHBS

Manfaat PHBS secara umum adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mau
menjalankan hidup bersih dan sehat.Hal tersebut agar masyarakat bisa mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan.Selain itu, dengan menerapkan PHBS masyarakat mampu
menciptakan lingkungan yang sehat dan meningkatkan kualitas hidup.

 Manfaat PHBS di Sekolah

PHBS di sekolah merupakan kegiatan memberdayakan siswa, guru dan masyarakat


lingkungan sekolah untuk mau melakukan pola hidup sehat untuk menciptakan sekolah sehat.
Manfaat PHBS di Sekolah mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, meningkatkan
proses belajar mengajar dan para siswa, guru hingga masyarakat lingkungan sekolah menjadi
sehat.

 Manfaat PHBS di Rumah Tangga

Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan keluarga sehat dan mampu
meminimalisir masalah kesehatan. Manfaat PHBS di rumah tangga antara lain, setiap anggota
keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah terkena penyakit, rumah tangga
sehat mampu meningkatkan produktivitas anggota rumah tangga dan manfaat PHBS rumah
tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan pola hidup sehat dan
anak dapat tumbuh sehat dan tercukupi gizi.
 Manfaat PHBS di Tempat Kerja

PHBS di Tempat kerja adalah kegiatan untuk memberdayakan para pekerja agar tahu dan
mau untuk melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan berperan dalam menciptakan tempat
kerja yang sehat.manfaat PHBS di tempat kerja yaitu para pekerja mampu meningkatkan
kesehatannya dan tidak mudah sakit, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan citra
tempat kerja yang positif.

 Manfaat PHBS di Masyarakat

Manfaat PHBS di masyarakat adalah masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang


sehat, mencegah penyebaran penyakit, masyarakat memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan
dan mampu mengembangkan kesehatan yang bersumber dari masyarakat.

Indikator PHBS di Sekolah

PHBS di Sekolah merupakan langkah untuk memberdayakan siswa, guru dan


masyarakat lingkungan sekolah agar bisa dan mau melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
dalam menciptakan sekolah yang sehat.

Contoh PHBS di sekolah

 Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan,


 Mengonsumsi jajanan sehat,
 Menggunakan jamban bersih dan sehat
 Olahraga yang teratur
 Memberantas jentik nyamuk
 Tidak merokok di lingkungan sekolah
 Membuang sampah pada tempatnya, dan
 Melakukan kerja bakti bersama warga lingkungan sekolah untuk menciptakan lingkungan
yang sehat.

Tatanan PHBS Rumah Tangga


Salah satu tatanan PHBS yang utama adalah PHBS rumah tangga yang bertujuan
memberdayakan anggota sebuah rumah tangga untuk tahu, mau dan mampu menjalankan
perilaku kehidupan yang bersih dan sehat serta memiliki peran yang aktif pada gerakan di tingkat
masyarakat.Tujuan utama dari tatanan PHBS di tingkat rumah tangga adalah tercapainya rumah
tangga yang sehat.

Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang dapat dijadikan acuan
untuk mengenali keberhasilan dari praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tingkatan
rumah tangga. Berikut ini 10 indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga :

1. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.


Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan baik itu dokter, bidan
ataupun paramedis memiliki standar dalam penggunaan peralatan yang bersih, steril dan
juga aman. Langkah tersebut dapat mencegah infeksi dan bahaya lain yang beresiko bagi
keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.

2. Pemberian ASI eksklusif


Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan menjadi bagian
penting dari indikator keberhasilan praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tingkat
rumah tangga.
3. Menimbang bayi dan balita secara berkala
Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi. Penimbangan dapat
dilakukan di Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan hingga 5 tahun. Posyandu dapat
menjadi tempat memantau pertumbuhan anak dan menyediakan kelengkapan imunisasi.
Penimbangan secara teratur juga dapat memudahkan deteksi dini kasus gizi buruk.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri sekaligus langkah
pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat tangan yang bersih dan bebas dari
kuman.
5. Menggunakan air bersih
Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.
6. Menggunakan jamban sehat
Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan dengan unit pembuangan
kotoran dan air untuk keperluan pembersihan.
7. Memberantas jentik nyamuk
Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus siklus hidup makhluk
tersebut menjadi bagian penting dalam pencegahan berbagai penyakit.
8. Konsumsi buah dan sayur
Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta serat yang
dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja yang melibatkan
gerakan dan keluarnya tenaga.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah kesehatan bagi
perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok di dalam rumah dapat
menghindarkan keluarga dari berbagai masalah kesehatan.

Salah Satu Aktivitas PHBS - Cuci Tangan Pakai Sabun

Pentingnya Materi PHBS di Setiap Tatanan

Selain PHBS dalam tatanan rumah tangga, masih terdapat tatanan lain yang tidak


kalah penting seperti PHBS di sekolah dan juga PHBS di tempat kerja. Keseluruhan dari materi
PHBS bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan individu dan masyarakat yang terlibat
pada setiap tatanan.

Sekolah yang sehat dengan anggota komunitas tingkat sekolah yang berperilaku Hidup
Bersih dan Sehat dapat mencegah sekolah menjadi titik penularan atau sumber berbagai
penyakit.Demikian pula dengan PHBS di tempat kerja dimana keamanan dan kesehatan menjadi
sesuatu yang tidak kalah penting.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang berasal dari implementasi materi PHBS dapat
menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.Menjalankan praktek
indikator – indikator PHBS di berbagai tatanan dapat menjadi sebuah gerakan untuk
memasyarakatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dimanapun dan juga kapanpun.

FORMAT CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA (CATATAN PERAWATAN/ PERKEMBANGAN)

No Hari/tanggal Implementasi Evaluasi


1 Rabu Kunjungan ke empat yaitu S:- klien menyebutkn manfaat
31- Agustus 2022 pukul 15.00 WIB klien mengatakan memahami
Pelaksanaan TUPEN ke apa yang telah di sampaikan
lima (3) yaitu Edeukasi mengenai PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan -Klien dan anaknya
Sehat memperaktikkan cara
1.Menjelaskan pengertian perawatan luka
2.Menjelaskan tujuan dan
manfaat PHBS O:- klien tampak kooperatif
3. Menjelaskan macam2 Klien menyampaikan
PHBS pengetahuanya tentang PHBS
- Tn. R dan keluarga
Pelaksanaan TUPEN 5 yaitu mendengarkan dan
edukasi perawatan luka mengulangi kembali
1. Menjelaskan pengertian pengertian,manfaat dan
2. Menjelaskan tujuan contoh PHBS Rumah
3. Menjelaskan prosedur tanngga.
tindakan - Tn. R dan keluarga mengerti
cara perawatan luka dan
memperaktikanya kembali
A:masalah teratasi
P:intervensi di hentikan

You might also like