Professional Documents
Culture Documents
Keperawatan Keluarga Aldyan
Keperawatan Keluarga Aldyan
DI SUSUN OLEH:
YANTI, S. Kep
2114901021
A. Latar Belakang
a. Karakteristik Keluarga
Keluarga sebagai sistem sosial merupakan kelompok terkecil dari masyarakat.
Didalam menentukan masalah pada suatu keluarga maka diperlukan beberapa unsur
yang sangat terkait dalam melakukan proses keperawatan. Unsur-unsur yang
dimaksudkan dalam proses keperawatan ini meliputi pengkajian, penetapan diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Setiap tahap-tahap dari proses
keperawatan sangatlah penting dalam membantu mengatasi masalah kesehatan
keluarga secara akurat.
Pada pertemuan pertama ini akan dilakukan pengkajian keperawatan keluarga,
kompetensi yang harus dicapai adalah memberikan asuhan keperawatan, pada
keluarga di RT. 10 Kelurahan Teratai Muara Bulian.
b. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
Pengkajian keperwatan keluarga : Data keluarga, data pengkajian individu yang sakit,
data penunjang keluarga, dan kemampuan keluarga melakukan tugas pemeliharaan
kesehatan anggota keluarga
c. Masalah keperawatan
Belum ditemukannya masalah keperawatan pada keluarga.
B. Proses Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan belum dirumuskan karena pengkajian belum dilakukan.
b. Tujuan umum
Setelah 1x30 menit pertemuan keluarga dengan mahasiswa dapat membina hubungan
saling percaya dan memberi informasi tentang cara/ hal-hal yang dibutuhkan dalam
pengkajian termasuk pemeriksaan fisik.
c. Tujuan khusus
Setelah 1x30 menit pertemuan, keluarga dapat:
1. Bersedia menerima kehadiran mahasiswa/perawat
2. Menjawab pertanyaan dari perawat dan kooperatif
3. Dan teridentifikasinya masalah kesehatan pada keluarga.
C. Strategi Pelaksanaan
E. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana
b. Keluarga bersedia menerima kehadiran mahasiswa/perawat
c. Menyiapkan media sebelum pelaksanaan
2. Kriteria Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan mahasiswa/perawat dengan ramah
b. Situasi mendukung selama kegiatan berlangsung
c. Keluarga dapat berpartisipasi dengan baik dan aktif selama kegiatan
d. Pelaksanaan sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan
3. Kriteria Evaluasi
Diharapkan dari hasil pengkajian didapatkan data yang menunjang sesuai dengan
masalah keperawatan yang terjadi didalam keluarga binaan dengan presentase 75%.
Lampiran
2. DATA PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT
Nama Individu yang sakit : Ny.M Diagnosa Medik : Diabetes Melitus
Sumber Dana Kesehatan : BPJS Rujukan Dokter/ Rumah Sakit : RS Hambah
Keadaan Umum Sirkulasi/ Cairan Perkemihan Pernapasan
Kesadaran : Composmentis Edema Bunyi jantung: Pola BAK 4-5 x/hr Sianosis
GCS : 15 Asites Akral dingin Hematuri Poliuria Sekret / Slym
TD : 160/90 mm/Hg Tanda Perdarahan: Oliguria Disuria Irama ireguler
P : 20 x/ menit Tidak ada Inkontinensia Retensi Wheezing
S : 36 C
0
Tanda Anemia : Nyeri saat BAK Ronki ........................................
N : 80 x/ menit Tidak ada Kemampuan BAK : Mandiri Otot bantu napas ..................
GDS :269 gr/dl Tanda Dehidrasi: Alat bantu: Tidak Alat bantu nafas : Tidak ada
Takikardia Tidak ada, turgor kulit baik Gunakan Obat : Tidak Dispnea
Bradikardia Pusing Kemampuan BAB : Mandiri Sesak
Tubuh teraba hangat Kesemutan Stridor
Menggigil Berkeringat Krepirasi
Rasa Haus Reguler
Pengisian kapiler 3 detik
Pencernaan Muskuloskeletal Neurosensori
Mual Muntah Tonus otot Fungsi Penglihatan : Fungsi perabaan :
Kembung Kontraktur Buram Kesemutan pada …….............
Tak bisa melihat Kebas pada ..........................…
Nafsu Makan : Baik, 3 X Fraktur Alat bantu Disorientasi Parese
sehari habis satu porsi Nyeri sendi/tulang* Visus Halusinasi Disartria
Sulit Menelan Drop Foot Lokasi Fungsi pendengaran :
Disphagia Tremor Jenis Amnesia Paralisis
Bau Nafas Malaise / fatique Kurang jelas Refleks patologis ……
Kerusakan gigi/gusi/ Atropi Tuli Kejang : sifat …….. lama ..……
lidah/geraham/rahang/palatum* Kekuatan otot : Baik Alat bantu frekwensi ....................................
Distensi Abdomen Postur tidak normal ................. Tinnitus Fungsi Penciuman
Bising Usus: RPS Atas : bebas Fungsi Perasa Mampu
Konstipasi RPS Bawah :terdapat luka di Mampu Terganggu
Diare .......x/hr kaki kiri Terganggu
Hemoroid, grade ..................... Berdiri : Mandiri
Teraba Masa abdomen : Berjalan : Mandiri Kulit
Tidak Alat Bantu : Tidak Jaringan parut Memar Laserasi Ulserasi Pus
Stomatitis Nyeri : Tidak Bulae/lepuh Perdarahan bawah Krustae
Warna ................... Luka bakar Perubahan warna
Riwayat obat pencahar : Decubitus
Tidak Maag
Konsistensi : Lunak
Tidur dan Istirahat
Diet Khusus :
Ya, rendah gula dan rendah Susah tidur
garam Waktu tidur malam hari ± 8 jam
Kebiasaan makan-minum : Bantuan obat, ( Tidak Ada )
Mandiri
Alergi makanan/minuman :
Tidak
Alat bantu : Tidak
Mental Komunikasi dan Budaya Kebersihan Diri Perawatan Diri Sehari-hari
Cemas Denial Marah Interaksi dengan Keluarga : Gigi-Mulut kotor Mandi : Mandiri
Takut Putus asa Depresi Baik Mata kotor Kulit kotor Berpakaian : Mandiri
Rendah diri Menarik diri Berkomunikasi : Lancar Perineal/genital kotor Menyisir Rambut : Mandiri
Agresif Perilaku kekerasan Kegiatan sosial sehari-hari : Hidung kotor Kuku kotor
Respon pasca trauma Klien sering bersosialisasi Telinga kotor
Tidak mau melihat bagian dengan tetangga di sekitar Rambut-Kepala kotor
tubuh yang rusak rumahnya.
Keterangan Tambahan terkait Individu: Tn. R mengatakan kurang memahami tentang penyakit yang dideritanya, Klien mengatakan jarang
mengkonsumsi obat yang diberikan dan jarang mengontrol kesehatannya di puskesmas, klien mengatakan hanya mengkonsumsi obat yang
diberikan dari bidan dan beli di warung tidak ada obat herbal atau non farmakologi yang dikonsumsinya. Klien mengatakan sering mengkonsumsi
sayur-sayuran,klie mengtakan sring begadang karena ada anak bayi dan menyusui membuat tekanan darahnya rendah.
MENGETAHUI :
Nama Koordinator Tanggal/ Tandatangan
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Kriteria Hasil Intervensi
NO Keperawatan
A
LAPORAN PENDAHULUAN
Kunjungan ke : Ketiga (Tupen 1 dan 2) Tanggal : 27 Agustus 2022
A. Latar Belakang
Pada pertemuan sebelumnya mahasiswa dan keluarga telah memutuskan secara
bersama-sama untuk prioritas masalah yang dirasakan di keluarga. pada Tn. R. Pada
pertemuan hari ini, mahasiswa akan melaksanakan tupen 1 dan 2 pada keluarga yaitu
tentang edukasi kesehatan dan proses penyakit. Pada pertemuan ini, akan membahas
tentang:
a. Pengertian Diabetes Melitus
b. Penyebab Diabetes Melitus
c. Klasifikasi Diabetes Melitus
d. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
e. Komplikasi Diabetes Melitus
B. Proses Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan
Subkategori: penyuluhan dan pembelajaran
b. Tujuan umum
Setelah 1 x 30 menit pertemuan diharapkan keluarga Tn. R mampu mengenal dan
memutuskan masalah.
c. Tujuan khusus
Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit diharapkan keluarga Tn. R mampu
a.Menyebutkan pengertian diabetes
b. Menyebutkan penyebab diabetes
c. Menyebutkan jenis diabetes
d. Menyebutkan tanda dan gejala diabetes
e. Menyebutkan komplikasi diabetes
C. Strategi Pelaksanaan
Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) atau yang biasa disebut dengan kencing manis merupakan
penyakit gangguan metabolisme tubuh yang menahun akibat hormon insulin dalam tubuh yang
tidak dapat digunakan secara efektif dalam mengatur keseimbangan gula darah sehingga
meningkatkan konsentrasi kadar gula di dalam darah (Ratih Puspita Febrinasari, dkk. 2020).
Penderita diabetes melitus memerlukan modalitas terapi yang sangat dinamis. Perlu dipahami
dengan baik patologi yang mendasarinya dan dampak hiperglikemia kronik terhadap kerusakan
oegan tubuh, serta memahami dengan baik agen-agen farmakologi yang sesuai dengan keadaan
penyakit seorang penderita diabetes.
Pada penderita diabetes melitus dengan kadar glukosa darah yang tidak terkendali bisa
menyebabkan komplikasi kronik yaitu neuropati , bisa menyebabkan perubahan jaringan syaraf
karena penimbunan fruktosa dan sorbitol sehingga mengakibatkan penurunan kecepatan induksi,
parastesia, penurunan reflek otot, keringat berlebihan, atrofi otot, hilang rasa dan kulit kering
apabila diabetes, apabila penderita diabetes tidak berhati-hati dapat menyebabkan trauma yang
menjadi ulkus diabetikum. Ulkus merupakan luka permukaan kulit yang terbuka atau selaput
lendir, bisa juga dinamakan kematian jaringan yang luas disertai invasif kuman saprofit. Dengan
adanya kuman saprofit tersebut bisa menimbulkan ulkus yang berbau, ulkus diabetikun juga
merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit diabetes dengan neuropati perifer.
Menurut hasil survei International Diabetes Federation (IDF,2015) menunjukkan bahwa
penderita DM di dunia berjumlah 415 juta jiwa,meninggal akibat DM berjumlah 5 juta jiwa,
satu dari 11 orang dewasa menderita DM, jenis kelamin laki-laki yang menderita DM berjumlah
215,2 juta jiwa sedangkan perempuan berjumlah 199,5 juta jiwa. Tingkat kejadian orang yang
menderita DM menurut IDF di Indonesia mencapai 10 juta jiwa dan menduduki peringkat ke-7
dunia dimana peringkat pertama adalah China. Jumlah penduduk Indonesia yang menderita DM
di tahun 2040 diperkirakan mencapai angka 642 juta jiwa.Data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
menunjukkan bahwa pada tahun 2017 terdapat 2268 penderita diabetes melitus dan pada tahun
2018 menjadi sebanyak 3696 penerita diabetes melitus (Dinkes Provinsi Jambi, 2018).
Kadar gula darah yang tinggi secara berkepanjangan pada penderita DM dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi jika tidak mendapatkan penanganan dengan baik.
Komplikasi yang sering terjadi antara lain, kelainan vaskuler, retinopati, nefropati, neuropati dan
ulkus kaki diabetik (Poerwanto, 2012). Ulkus kaki diabetikum tergolong luka kronik yang yang
sulit sembuh. Kerusakan jaringan yang terjadi pada ulkus diabetikum diakibatkan oleh gangguan
neurologis (neuropati) dan vaskuler pada tungkai. Gangguan tersebut secara tidak langsung
menyebabkan ulkus kaki diabetikum, namun diawali dengan mekanisme penurunan sensasi
nyeri, perubahan bentuk kaki, atropi otot kaki, pembentukan kalus, penurunan aliran darah yang
membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengkajian
Pada kegiatan asuhan keperawatan yang paling penting diperhatikan bagi para pihak yang
terlibat seperti perawat, yakni pengkajian keperawatan. Pengkajian menurut Gartinah, dkk
(2014) adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan
pasien. Pengkajian lanjut Gartinah merupakan langka pertama untuk mengumpulkan semua
informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien, Gartinah, dkk
(2014).
a. Identitas
Nama
Dikaji untuk mengetahui datademografi klien.
b. Umur
Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa reproduksi atau
sudah menopause.
c. Agama
Untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai gangguan reproduksi.
d. Pendidikan
Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya sehingga perawat dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikanya. Menurut Iyus (2015), semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi dan pada akhirnya
pengetahuan yang dimiliki semakin banyak.
e. Suku/Bangsa
Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari pasien.
f. Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya.
g. Alamat
Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang kefasilitas kesehatan.
Nyeri dapat disebabkan oleh berbagai stimulus seperti mekanik, termal, kimia, atau
elektrik pada ujung- ujung saraf. Perawat dapat mengetahui adanya nyeri dari keluhan
pasien dan tanda umum atau respon fisiologis tubuh pasien terhadap nyeri. Sewaktu nyeri
biasanya pasien akan tampak meringis, kesakitan, nadi meningkat, berkeringat, napas lebih
cepat, pucat, berteriak, menangis, dan tekanan darah meningkat.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini, apakah ada riwayat kesehatan sekarang
juga yang perlu dikaji untuk mengetahui adanya penyakit kronis (DM atau asma) dan
adanya keterbatasan fisik (Wahyuningsih, 2014).
c. Riwayat Kesehatan Yang lalu
Dikaji untuk mengetahui apakah ada hubunganya dengan masalah yang dihadapi oleh klien
pada saat ini.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menurun dalam keluarga seperti asma, diabetes
melitus, hipertensi, jantung dan riwayat penyakit menular lainya (Jannah. 2011).
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, cukup atau kurang.
2) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai dari keadaan composmentis, apatis,
sampai dengan koma.
3) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan
nilai satuanya mmHg. Keadaan ini sebaiknya antara 90/60-
130/90 mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih dari 30
mmHg dan peningkatan diastolik tidak lebih dari 15 mmHg dari
keadaan normal pasien atau paling sedikit pada pengukuran 2
kali berturut-turut pada selisih 1 jam.
4) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan klien kemungkinan demam atau febris merupakan gejala
adanya infeksi.
5) Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang dihitung dalam satu menit, denyut nadi
normal 60-86 x/menit (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
6) Respirasi
Untuk mengetahui prekuensi pernapasan yang dihitung dalam
satu menit, respirasi normal, yaitu 20-30 x/menit (Ambrawati
dan Wulandari, 2010).
7) Rambut
Untuk mengetahui apakah rambut rontok atau tidak, menilai warnanya, kelebatan dan
karakteristik rambut.
8) Wajah
Untuk mengetahui apakah oedema atau tidak (Jannah. 2011).
9) Mata
Untuk mengetahui keadaan conjungtiva pucat atau merah mudah, warna sklera putih
atau kuning.
10) Hidung
Untuk mengetahui keadaan hidung dari kebersihan, alergi debu atau tidak dan ada
polip atau tidak (Sulistyawati, 2013).
11) Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga apakah ada gangguan pendengaran atau tidak, ada
serumen atau tidak (Sulistyawati, 2013).
12) Mulut
Untuk mengetahui keadaan mulut apakah karies, bersih atau tidak, keadaan bibir
kering atau tidak, lidah kering dan kotor atau tidak (Sulistyawati, 2013).
13) Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembengkakan kelenjar limfe atau kelenjar tiroid.
14) Payudara
Untuk mengetahui keadaan payudara membesar atau tidak, simestris atau tidak,
puting susu menonjol atau tidak, ada tidaknya benjolan dan nyeri tekan (Andriyani,
A. 2013).
f. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi
Merupakan proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik yang dilakukan
dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran, penciuman sebagai alat
untuk mengumpulkan data (Nursalam. 2014).
2) Palpasi
Merupakan tekhnik pemeriksaan yang menggunakan idera peraba.Untuk meraba
apakah ada nyeri tekan pada bagian perut (Nursalam. 2014).
3) Perkusi
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengetuk-ngetukan jari ketubuh klien yang
akan dikaji untuk membandingkanm bagian kanan dan kiri yang bertujuan untuk
mengidentifikasi mlokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan (Jannah. 2011).
4) Auskultasi
Merupakan tehnik pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk membenarkan
bunyi yang dihasilkan oleh tubuh (Sulistyawati.2013).pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui adanya bising usus atau tidak.
5) Ekstremitas
Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya varises atau tidak, adanya
kelainan atau tidak, replek patella positif atau negatif
3. Data Sosial
Hal yang perlu dikaji, yaitu kondisi ekonomi pasien serta kebudayaan yang dianut
pasien saat ini.
4. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaanya sesuai dengan kepercayaanya.
5. Data Psikologis
Hal yang perlu dikaji, yaitu perasaan pasien setelah mengetahui penyakit yang
diderita saat ini.
6. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam
aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan gula darah.
8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan objektif yang
telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakan diagnosis keperawatan. Diagnosis
keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien,
keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Diagnosis keperawatan dapat dibedakan menjadi lima kategori, antara lain:
a. Aktual
Menjelaskan masalah yang sedang terjadi saat ini dan harus sesuai dengan data-data klinik
yang diperoleh.
b. Resiko
Menjelaskan masalah kesehatan yang akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi
keperawatan.
c. Potensial
Data tambahan diperlukan untuk memastikan masalah keperawatan yang potensial.Pada
keadaan ini data penunjang dan masalah belum ditemukan tetapi sudah ada faktor yang
dapat menimbulkan masalah.
d. Wellness
Diagnosis keperawatan sejahtera (wellness) adalah kemampuan klinik tentang kemampuan
individu, keluarga dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu
ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
e. Sindrom
Diagnosis keperawatan sindrom adalah diagnosis yang terdiri dari kelompok diagnosis
aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian atau situasi
tertentu. Sesuai teori penderita DM muncul 11diagnosis, diagnosis keperawatan yang
muncul pada penderita diabetes mellitus menurut (SDKI, Edisi 1. 2016) sesuai dengan
prioritas masalah antara lain :
1. Kurangnya pengetahuan b.d. kurangnya informasi tentang perjalanan penyakit diabetes
melitus.
2. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga b.d. ketidak mampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita DM.
3. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d. ketidak mampuan mengatasi masalah
individu/keluarga.
9. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan pada diagnosis keperawatan yang muncul pada penderita DM antara lain :
a. Kurangnya pengetahuan b.d. kurangnya informasi tentang perjalanan penyakit diabetes
melitus.
b.. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga b.d. ketidak mampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang menderita DM.
c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d. ketidak mampuan mengatasi masalah
individu/keluarga Dengan tujuan meningkatkan pengetahuan penderita DM tentang;
gejala, penyebab, kompilkasi, diit, perawatan kaki DM.
Intervensi : penyuluhan kesehatan, senam dan perawatan kaki DM.
10. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan/implementasi keperawatan merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat
memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien (Potter &
Perry, 2016).
11. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langka proses keperawatan yang memungkinkan perawat untuk
menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien
(Potter & Perry, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, A. 2013. Panduan Kesehatan Wanita, Suarakarta : As-Salam Publisher.
Arizal Fahri. 2013. Perawat Yang Profesional, Jakarta : Bina Media Perintis.
Chazawi Adami, 2014. Kedokteran, Malang : Bayumedia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Diabetes Melitus Masalah
Kesehatan Yang Serius, Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 35 tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian, Jakarta : Depkes RI.
Gartinah, dkk. 2014. Keperawatan dan Praktik Keperawatan, Jakarta : PPNI.
Isniati. 2013. Hubungan Diet Penderita Diabetes Melitus Dengan Keterkendalian Gula Darah.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2010, 1 (2) FK Unand. Padang.
Ismani Nila. 2013. Etika Keperawatan, Jakarta : Widya Medika.
Jannah. 2011. Konsep Keperawatan Praktis, Jakarta : Salemba Medika.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013, Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Nursalam. 2014. Konsep Asuhan Keperawatan, Yogyakarta : Diffa Press.
Perkeni. 2012. Konsensus Pengelolaan Diabetes Pada Diabetes Melitus Tipe PB, Jakarta :
Rineka Cipta.
Potter & Perry. 2016. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, & Praktik,
Jakarta : EGC.
Price SA, Wilson LM. 2012. Patofisiologi konsep klinis proses- proses penyakit, edisike- 6
Jakarta: EGC.
Riskesdas. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional, Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
SDKI, DPP & PPNI.(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan indikator
diagnostik. (Edisi 1). Jakarta: DPPPPNI.
Smeltzer & Bare (2013),Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Bruner & Suddarth Edisi
8.Jakarta : EGC.
Sulistyawati. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas,Yogyakarta :Andi Offset.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013, Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
FORMAT CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA (CATATAN
PERAWATAN/ PERKEMBANGAN)
No Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
1 Sabtu Kunjungan ke tiga yaitu S:- klien mengatakan bersedia
27 Agustus 2022 untuk berbincang bincang
pukul 10:30 WIB
dengan waktu 30 menit
TUPEN 1 DAN 2 - klien mengatakan ia berobat
di puskesmas putri ayu
1.edukasi kesehatan
- klien tampak kooperatif
a.menanyakan tentang upayaklien menyebutkan tanda dan
gejala penyakit serta tindakan
pengobatan yang telah
lanjut
dilakukan - klien tampak sedikit
memahami apa yang
keluarga
disampaikan
b.menjelaskan pengobatan - klien mencoba mengulangi
kembali
yang tepat.
- klien mengatakan jika akan
c.menganjurkan kepada membaca leaflet yang
klien untuk melakukan diberikan
kontoling pengobatan di O:- klien tampak kooperatif
puskesmas terdekat dengan - klien menjawab pertanyaan
rutin - klien mendengarkan
penjelasan
2.edukasi peroses penyakit - klien mencoba mengulangi
a. pengertian diabetes kembali
b. penyebab diabetes - klien tampa sedikit
c. klasifikasi diabetes memahami
d. Tanda dan Gejala diabetes- klien diberikan leaflet untuk
e. komplikasi diabetes membaca
A:masalah belum teratasi
P:kontrak waktu tupen 3
LAPORAN PENDAHULUAN
C. Strategi Pelaksanaan
No Fase Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Keluarga
F. Kriteria Evaluasi
Diharapkan dari hasil pelaksanaan TUPEN 3 didapatkan data yang menunjang
sesuai dengan masalah keperawatan yang terjadi didalam keluarga binaan dengan
presentase 75%.
1. Tn. R dan keluarga memperhatikan cara perawatan luka
2. Tn. R dan keluarga melakukan perawatan luka secara mandiri
MATERI
Perawatan luka
1. Pengertian Perawatan Luka
Luka adalah kerusakan pada fungsi perlindungan kulit disertai hilangnya kontinuitas
jaringan epitel dengan atau tanpa adanya kerusakan pada jaringan lainnya seperti otot, tulang
dan nervus yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: tekanan, sayatan dan luka karena
operasi (Ryan, 2014). Perawatan luka adalah membersihkan luka, mengobati dan menutup
luka dengan memperhatikan teknik steril (Ghofar, 2012). Sedangkan menurut Potter and Perry
(2010), perawatan luka dilakukan dengan cara menutup luka dengan balutan basah dan
kering. Bagian yang basah dari balutan secara efektif membersihkan luka terinfeksi dari
jaringan nekrotik. Kassa lembab dapat mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka. Lapisan
luar kering membantu menarik kelembapan dari luka ke dalam balutan dengan aksi kapiler.
Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perawatan luka
adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membersihkan luka, mengobati luka serta
menutup luka dengan balutan basah dan kering sehingga terhindar dari resiko infeksi.
2. Tujuan Perawatan Luka
Menurut Ghofar (2012) tujuan perawatan luka adalah:
a. Mencegah masuknya kuman dan kotoran ke dalam luka.
b. Mencegah penyebaran oleh cairan dan kuman yang berasal dari luka ke daerah sekitar.
c. Mengobati luka dengan obat yang telah di tentukan.
3. Alat dan Bahan Perawatan Luka
Menurut Ghofar (2012) alat dan bahan yang digunakan pada saat perawatan luka :
a. Satu set perawatan luka steril/bak steril:
1) Sarung tangan
2) Pinset anatomis
3) Pinset chirurgis
4) Gunting jaringan
5) Kassa steril
6) Kom berisi larutan pembersih (normal salin 0,9%)
b. Alat non steril:
1) Sarung tangan non steril
2) Cairan Nacl 0,9%
3) Pengalas sesuai luas luka
4) Kapas alcohol
5) Korentang
6) Perlak atau penghalas
7) Bengkok
8) Kom berisi lysol 1%
9) Gunting verban/plester
10) Verban
11) Plester
12) Schort
13) Masker
14) Obat sesuai program terapi
15) Tempat sampah
4. Prosedur Perawatan Luka
Menurut Ghofar (2012), prosedur perawatan luka ialah:
a. Tahap pra interaksi
1) Melakukan pengecekan pada care plan pasien
2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
3) Mencuci tangan
4) Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
b. Tahap orientasi
1) Memberikan salam dan menyapa pasien
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
3) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
c. Tahap kerja
1) Menjaga privacy
2) Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas
3) Membuka peralatan
4) Memakai sarung tangan
5) Membasahi balutan dengan alcohol dan buka dengan menggunakan pinset
6) Membuka balutan lapisan terluar
7) Membersihkan sekitar luka dan bekas plester
8) Membuka balutan lapisan dalam
9) Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk mengeluarkan pus
10) Melakukan debridement
11) Membersihkan luka dengan menggunakan NaCl
12) Melakukan kompres desinfektan dan tutup dengan kassa
13) Memasang plester atau verband
14) Merapihkan pasien
d. Tahap terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2) Berpamitan dengan klien
3) Membereskan alat-alat
4) Mencuci tangan
5) Mencatat kegiatan dalam lembar/catatan keperawatan
5. Evaluasi
Menurut Supartini (2009) untuk melihat perkembangan pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan luka :
a. Tanda-tanda penyembuhan luka.
b. Karakteristik drainage.
c. Tanda-tanda inflamasi.
d. Tingkat nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Ghofar, A. (2012), Pedoman Lengkap Keterampilan Perawatan Klinik. Yogyakarta:
Mitra Buku
Potter & Perry. (2010), Fundamental Keperawatan. Buku 3 Edisi 7. Jakarta: EGC.
Ryan, K.J. & Ray, G.C. (2014). Sherris Medical Microbiology . USA: Mc Graw Hil
Supartini, Y., dkk. (2009). Buku Panduan Praktika Mata Kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia II. Jakarta: EGC.
P:intervensi di lanjutkan
tupen 4 dan 5
LAPORAN PENDAHULUAN
C. Strategi Pelaksanaan
No Fase Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Keluarga
1 Orientasi 5 Menit Pembukaan:
a. memberi salam a. Menjawab salam
b. menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
pertemuan
c. mengingatkan kontrak c. Menyepakati,
waktu, tempat, dan topik mendengarakan dan
kegiatan atau pertemuan berdiskusi
2 Kerja 20 Menit Pelaksanaan:
TUPEN 4 a. mendengarkan
Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat
a. menjelaskan atau
mengingatkan keluarga c. menjawab
tentang materi-materi
sebelumnya
b. menggali pengetahuan
keluarga tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
c. memberi reinforcement (+)
d. menjelaskan tentang d. mendengarkan dan
apa itu PHBS memperhatikan
e. meminta keluarga atau Tn.
R untuk mengulang
f. memberi reinforcement (+) e. mengulangi
g.menjelaskan tengtang
manfaat PHBS
h.menjelaskan macam-
macam PHBS rumah tangga g. bertanya
i.mintak Ny.M mengulangi
j. . memberi reinforcement
TUPEN 5
EDUKASI Batuk Efektif h.menjelaskan
K.menyampaikan tentang
pengertian Batuk efektif serta
manfaat
L.beri kesempatan Keluarga
dan Tn. R untuk bertanya.
m.mempraktikkan cara
perawatan luka i.menjelaskan
n.mintak keluarga untuk
mempraktikan
o.beri reinfocemen fositif j.mempraktikkan
perawatan luka
k.menyimpuklan hasil
kegiatan
3 Terminasi 5 Menit Penutup:
a. menyimpulkan bersama a. menjawab
keluarga tentang pertemuan
hari ini
b. melakukan kontrak waktu b. menyepakati
dengan keluarga untuk
pertemuan selanjutnya:
Tupen 4 dan 5
c. mengucapkan salam d. Menjawab salam
MATERI
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
Gerakan PHBS Sebagai Langkah Awal Menuju Peningkatan Kualitas Kesehatan
Masyarakat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk
menularkan pengalaman mengenai perilaku hidup sehat melalui individu, kelompok ataupun
masyarakat luas dengan jalur – jalur komunikasi sebagai media berbagi informasi. Ada berbagai
informasi yang dapat dibagikan seperti materi edukasi guna menambah pengetahuan serta
meningkatkan sikap dan perilaku terkait cara hidup yang bersih dan sehat.
Terdapat langkah – langkah berupa edukasi melalui pendekatan pemuka atau pimpinan
masyarakat, pembinaan suasana dan juga pemberdayaan masyarakat dengan tujuan kemampuan
mengenal dan tahu masalah kesehatan yang ada di sekitar; terutama pada tingkatan rumah tangga
sebagai awal untuk memperbaiki pola dan gaya hidup agar lebih sehat.
Manfaat PHBS
Manfaat PHBS secara umum adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mau
menjalankan hidup bersih dan sehat.Hal tersebut agar masyarakat bisa mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan.Selain itu, dengan menerapkan PHBS masyarakat mampu
menciptakan lingkungan yang sehat dan meningkatkan kualitas hidup.
Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan keluarga sehat dan mampu
meminimalisir masalah kesehatan. Manfaat PHBS di rumah tangga antara lain, setiap anggota
keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah terkena penyakit, rumah tangga
sehat mampu meningkatkan produktivitas anggota rumah tangga dan manfaat PHBS rumah
tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan pola hidup sehat dan
anak dapat tumbuh sehat dan tercukupi gizi.
Manfaat PHBS di Tempat Kerja
PHBS di Tempat kerja adalah kegiatan untuk memberdayakan para pekerja agar tahu dan
mau untuk melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan berperan dalam menciptakan tempat
kerja yang sehat.manfaat PHBS di tempat kerja yaitu para pekerja mampu meningkatkan
kesehatannya dan tidak mudah sakit, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan citra
tempat kerja yang positif.
Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang dapat dijadikan acuan
untuk mengenali keberhasilan dari praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tingkatan
rumah tangga. Berikut ini 10 indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga :
Sekolah yang sehat dengan anggota komunitas tingkat sekolah yang berperilaku Hidup
Bersih dan Sehat dapat mencegah sekolah menjadi titik penularan atau sumber berbagai
penyakit.Demikian pula dengan PHBS di tempat kerja dimana keamanan dan kesehatan menjadi
sesuatu yang tidak kalah penting.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang berasal dari implementasi materi PHBS dapat
menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.Menjalankan praktek
indikator – indikator PHBS di berbagai tatanan dapat menjadi sebuah gerakan untuk
memasyarakatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dimanapun dan juga kapanpun.