Professional Documents
Culture Documents
Elektronika Modul 3 Teknik Audio Video
Elektronika Modul 3 Teknik Audio Video
Disusun oleh,
Hormat Penyusun
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
Gambar 1.39. Rangkaian Penguat Daya dengan Output Transformer ……..… 38
Gambar 1.40. Contoh Rangkaian OTL ……………………………….……… 39
Gambar 1.41. Skema Rangkaian Penguat Daya OCL …………………..…… 40
Gambar 1.42. Blok Rangkaian Penguat Daya BTL …………………..……… 41
Gambar 1.43. Skema rangkaian BT ………………………………..………… 42
Gambar 2.1. Contoh Home Theater di Ruangan ………………………..…… 62
Gambar 2.2. Sistem Home Theater ……………………………………….…… 63
Gambar 2.3. Ilustrasi Proses Pembuatan dan Player Dolby System 5.1 …...… 66
Gambar 2.4. Ilustrasi Proses Pembuatan dan Player Dolby System 6.1 ….....… 68
Gambar 2.5. Contoh Penempatan Speaker Dolby System 7.1 ……………...… 69
Gambar 2.6. Karakteristik Bunyi Dalam Ruang Tertutup …………….…...… 71
Gambar 2.7. Reflector, Absorber, dan Diffuser……………………………...… 71
Gambar 2.8. Pemantulan Bunyi dari Permukan dengan Bentuk Berbeda ….... 74
Gambar 2.9. Jenis Permukaan untuk Menghasilkan Difusi Bunyi yang Merata 77
Gambar 2.10. Ilustrasi Audio Video Mobil ……………..………………...… 79
Gambar 2.11. Contoh Komponen Audio Video Mobil ………….………...… 79
Gambar 2.12. Perpaduan Komponen Audio Video Mobil …..……………...… 79
Gambar 2.13. Head unit radio CD dan USB ………………….……….…...… 80
Gambar 2.14. Head Unit Multimedia ………………………………….…...… 80
Gambar 2.15. Speaker ………………………………………...……….…...… 81
Gambar 2.16. Speaker Tweeter ……………………………………….…...… 81
Gambar 2.17. Speaker Midle ………………………………………….…...… 81
Gambar 2.18. Speaker Woofer ……………………………….……….…...… 82
Gambar 2.19. Model Speaker Sub Woofer Dengan Box ………..…….…...… 82
Gambar 2.20. Speaker Full-Range …………………………………….…...… 83
Gambar 2.21. Power Amplifier ……………………………………….…...… 84
Gambar 2.22. TV/Monitor …………………………………………….…...… 84
Gambar 2.23. Dash In TV/Monitor ………………………….……….…...… 85
Gambar 2.24. Sun Visor TV/Monitor ……………………….………….…...… 85
Gambar 2.25. Back Cushion TV/Monitor …………………………….…...… 86
Gambar 2.26. Rear-View TV/Monitor ……………………….……….…...… 86
Gambar 2.27. Contoh Alternatif Rangkaian…………………………….…...… 87
Gambar 2.28. Rangkaian Car Audio Sederhana……………..………….…...… 88
Gambar 2.29. Rangkaian Car Audio dengan Power Amplifier dan Sub Woofer 88
Gambar 2.30. Rangkaian Car Audio dengan Sub Woofer dan TV/Monitor ..… 89
Gambar 2.31.Tata Letak Komponen dan Penggunaan Kabel serta Sekring ..… 90
Gambar 2.32. Potensi Kerusakan ………………………………….………...… 92
Gambar 3.1. Proses Pembuatan Rekaman Audio ……………………..…....… 101
Gambar 3.2. Contoh Konfigurasi Peralatan Dalam Studio Rekaman ………… 102
Gambar 3.3. Mixer Consul ……………………………………………………. 105
Gambar 3.4. Digital Audio Mixer ……….……………………………………. 105
v
Gambar 3.5. Jack XLR Female dan Jack Phone TRS …………………………. 107
Gambar 3.6. Tombol Pengatur Gain atau Sensitive ………………..…………. 108
Gambar 3.7. Tombol PAD ……………………………………………………. 109
Gambar 3.8. Pengatur Frekuensi Equalizer……………………………………. 109
Gambar 3.9. Tombol Phantom/48V …………………………………...………. 110
Gambar 3.10. Tombol Pemutar Level Aux 1, Aux 2 …………………………. 110
Gambar 3.11. Switch Pre Fade Listening (PFL) ……………………………… 111
Gambar 3.12. Tombol Pemutar Pan ………..…………………………………. 112
Gambar 3.13. Tombol Geser Channel Level Control ………………………… 112
Gambar 3.14. Indicator Displtem …………..…………………………………. 113
Gambar 3.15. Salah Satu Dasar Mastering Chain ……….……………………. 118
Gambar 3.16. Blok Diagram Sistem CCTV …………………………………. 125
Gambar 3.17. Ukuran Standar CCD ……………………….…………………. 126
Gambar 3.18. Bentuk Fisik Kamera CCTV Dome ……………………………. 132
Gambar 3.19. Bentuk Fisik Kamera CCTV Speed Dome ……………………. 135
Gambar 3.20. Bentuk Fisik IP Camera …………………….…………………. 136
Gambar 3.21. Blok IP Camera ………………………….……………………. 136
Gambar 3.22. Topologi IP Camera ……………………………………………. 138
Gambar 3.23. Bentuk Fisik Kamera CCTV Weatherproof ……………………. 139
Gambar 3.24. Bentuk Fisik Kamera CCTV Explosion Proof …………………. 139
Gambar 3.25. Bentuk Fisik Kamera CCTV Kamuflase ………………………. 141
Gambar 3.26. Bentuk Fisik Kamera CCTV Box Standar ………….…………. 141
Gambar 3.27. Bentuk Fisik DVR AHD ………………………………………. 143
Gambar 3.28. Topologi Perekaman NVR ……………….……………………. 144
Gambar 3.29. Bentuk Fisisi DVR Tribrid ………………….…………………. 144
Gambar 3.30. Target Sasaran dan Detil Gambar …………..…………………. 153
Gambar 3.31. Blok Diagram Alur Kerja Instalasi CCTV ……….……………. 155
Gambar 4.1. Diagram blok perawatan terencana ………….…………………. 182
Gambar 4.2. Pola kerusakan alat pada umumnya ……….……………………. 183
Gambar 4.3. Rangkaian signal-tracing ………………………..………………. 192
Gambar 4.4. Metoda Signal Tracing sebuah Catu Daya ………………………. 193
Gambar 4.5. Blok Sub Sistem Tersusun Seri …………………………………. 196
Gambar 4.6. Blok 5 sampai 8 Tersusun Seri ………………..…………………. 196
Gambar 4.7. Diagram Blok Power Amplifier …………………………………. 197
Gambar 4.8. Contoh Analisis Kegagalan pada Regulator DC ………………… 198
Gambar 4.9. Power Amplifier Menggunakan Transistor sebagai Penguat ….… 204
Gambar 4.10. Pengujian Transistor ……………………………………………. 205
Gambar 4.11. Pengetesan Transistor dirangkai Paralel ………………………. 205
Gambar 4.12. Pengetesan Transistor saat pemberian bias dihentikan …..……. 206
Gambar 4.13. Pengetesan Basis Transistor diatur secara langsung …………… 206
Gambar 4.14. Pemberian bias rangkaian transistor aktif …...…………………. 206
vi
Gambar 4.15. Power mmplifier menggunakan FET sebagai Penguat ………… 207
Gambar 4.16. Penguat FET dengan sinyal input sangat kecil ………………… 209
Gambar 4.17. Rangkaian Power Amplifier …………………………………… 210
Gambar 4.18. Rangkaian pengetes FET ………………………………….…… 210
Gambar 4.19. Rangkaian Power Amplifier OTL ……………………………… 213
Gambar 4.20. Diagram alir proses perbaikan power amplifier …………..…… 214
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAR2/Profesional/840/03/2019
MODUL 3 KB 1
TEKNIK AUDIO
Disusun oleh,
Drs. Putra Jaya, MT.
1. Deskripsi Singkat
Memberikan pengetahuan tentang teknik audio, meliputi analisis proses
perangkaian komponen semikonduktor sebagai piranti penguat awal,
analisis grafik kurva penguatan nada pada pengatur nada bass dan treble,
serta kreasi sistem rangkaian transistor sebagai penguat daya.
2. Relevansi
Tekhnik audio tidak bisa dilepaskan dari berbagai tekhnik elektronika
lainnya, sejalan dengan adanya kebutuhan manusia untuk mendapatkan
informasi atau merasakan sesuatu melalui pendengarannya. Materi kajian
mempunyai relevansi dengan peralatan elektronika yang berhubungan
dengan audio seperti peralatan sound system, peralatan perekaman, home
teater, audio video mobil, dan peralatan elektronika telekomunikasi.
3. Petunjuk Belajar
a. Pelajari isi modul dengan cermat dan teliti.
b. Pahami setiap materi teori dasar yang akan menunjang dalam
penguasaan dengan cara membaca secara teliti.
c. Kerjakan soal-soal untuk mengukur sampai sejauh mana pengetahuan
yang telah dimiliki.
d. Dalam modul ini terdapat 10 buah soal formatif untuk setiap kegiatan
belajar dalam bentuk pilihan berganda dengan lima alternatif jawaban .
e. Pelajari secara teliti sebelum memberikan jawaban,
2
f. Bila peserta dapat menjawab benar minimal untuk 7 buah soal, peserta
dapat melanjutkan mempelajari isi modul untuk kegiatan belajar
berikutnya.
g. Lakukan diskusi untuk mendapatkan pemecahan masalah untuk setiap
persoalan yang diajukan dalam forum diskusi sesuai dengan topik
pembahasan.
h. Bacalah referensi lainnya yang berhubungan dengan materi modul agar
peserta mendapatkan tambahan pengetahuan.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Peserta PPG mampu menganalisis rangkaian Teknik audio meliputi
rangkaian penguat awal, rangkaian pengatur nada dan penguat daya.
3. Uraian Materi
Sinyal-sinyal suara mempunyai rentang frekwensi antara 20Hz hingga
20kHz. Proses pengolahan hingga teraplikasi sebagai getaran pada speaker
menjadi suara yang dapat didengar oleh telinga manusia, diperlukan sebuah
teknik untuk menghasilkan perangkat elektronik yang disebut Audio
Amplifier (penguat audio). Sistem audio amplifier merupakan sebuah
sistem di dalam tekhnik audio. Peralatan ini berfungsi mengolah sinyal
suara melalui tiga tahapan; menangkap suara untuk diubah menjadi bentuk
gelombang listrik, melakukan proses untuk menghasilkan nada bunyi
3
sesuai dengan keperluan dan menjadikannya sebagai bunyi yang nyata
dapat didengar oleh telinga manusia berdasarkan kekuatan bunyi.
Ketiga tahapan tersebut membutuhkan sebuah teknik standard yang
dibentuk oleh tiga perangkat; pre-amplifier (penguat awal), tone control
(pengatur nada), dan power amplifier (penguat akhir), seperti terlihat pada
gambar 1.1.
a. Penguat Awal
Penguat awal merupakan perangkat terdepan pengolahan sinyal suara.
Peralatan ini memiliki fungsi menguatkan serta menyamakan sinyal
input dan mengarahkannya dari komponen sumber sinyal atau sinyal
line level menuju ke perangkat pengatur nada (tone control). Sinyal-
sinyal input seperti yang berasal dari mikrofon, perangkat MP3 player,
DVD, dan alat lainnya memiliki sifat yang berbeda-beda. Biasanya
level hasil penguatan awal berkisar 150mV (level umum auxiliary).
Sinyal sinyal input dengan sifat yang berbeda membutuhkan
kemampuan penguat awal untuk menyesuaikannya agar dapat
memenuhi keperluan masukan (input) dan keperluan keluaran (output).
Kemampuan penguatan ini ditentukan oleh beberapa karakteristik,
diantaranya impedansi masukan (Zin), impedansi keluaran (Zout), faktor
penguatan, dan cacat keluaran (distortion). Biasanya sebuah penguat
awal mempunyai impedansi masukan yang tinggi dan impedansi
keluaran yang rendah. Semakin tinggi impedansi masukan, semakin
peka terhadap penerimaan sinyal input. Semakin rendah impedansi
keluaran, semakin fleksibel terhadap impedansi input tahap selanjutnya.
Pada prinsipnya penguat awal memiliki fungsi untuk:
1) Menguatkan tegangan sumber sinyal
2) Menggunakan level sinyal yang berbeda
4
3) Mengkompensasi cacat linier
4) Mencampur sumber sinyal yang berlainan
Pada penguat awal yang disebut universal, memiliki artian penguat ini
dapat digunakan untuk menguatkan sumber sinyal dengan tanggapan
frekuensi datar (seperti mikrofon) dan yang tidak datar (seperti sinyal
dari pemungut suara magnetik). Pada prinsipnya, arsitektur sebuah
penguat terdiri penguat dengan penguatan terbuka (open loop) Vuo
yang besar dan dilengkapi jaringan umpan balik negatif.
Umpan balik negatif dalam Gambar 1.2 berfungsi mengembalikan
sebagian sinyal keluaran kemasukkan yang menyebabkan menurunnya
penguatan. Penguat harus memiliki penguatan terbuka yang besar.
8
1) Filter Pasif
a) Low Pass Filter (LPF) RC
Low Pass Filter (LPF) atau Filter Lolos Bawah adalah filter
yang hanya melewatkan sinyal dengan frekuensi yang lebih
rendah dari frekuensi cut-off (fc) dan akan melemahkan sinyal
dengan frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi cut-off (fc).
Pada filter LPF yang ideal sinyal dengan frekuensi di atas
frekuensi cut-off (fc) tidak akan dilewatkan (tegangan output
= 0 volt). Rangkaian low pass filter RC merupakan jenis filter
pasif, dengan respon frekuensi ditentukan oleh konfigurasi R
dan C yang digunakan.
Rangkaian dasar LPF dan grafik respon frekuensi LPF
diperlihatkan pada gambar 1.6.
10
Gambar 1.7. Grafik Frekuensi Respon LPF
11
sinyal input yang diberikan ke rangkaian high pass filter
memiliki frekuensi di bawah frekuensi cut-off, maka sinyal
input tersebut akan dilemahkan dengan mengalirkannya
menuju ground melalui komponen R.
Frekuensi resonansi dari filter high-pass mengikuti nilai time
constant (τ) dari rangkaian RC tersebut.
𝑇 = 𝑅𝐶
Besarnya frekuensi cut-off dari filter tersebut dihitung dengan
formula:
1 1
𝑓𝑐 = =
2𝜋𝑇 2𝜋𝑅𝐶
Sinyal output rangkaian filter high-pass mendahului input
sebesar:
1
𝜙 = 𝑡𝑔−1 ( )
𝜔𝑅𝐶
13
𝜔𝑟
𝑄=
𝐵
𝜔𝑟
𝐵= ⋯ 𝑟𝑎𝑑/𝑠
𝑄
Untuk fiter-filter pita sempit, Q dari rangkaian lebih besar dari
10 dan untuk filter-filter pita lebar Q lebih kecil dari 10. Filter
band-pass disusun dengan filter high-pass dan filter low-pass
seperti pada gambar 1.11.
14
Filter low-pass dibentuk oleh R1, R2 dan C2 dengan
konfigurasi “T” dan filter high-pass disusun oleh C1, C3 dan
R3 dengan susunan konfigurasi “T” sehingga filter ini sering
disebut dengan filter “Twin T”. Dengan menentukan nilai R1,
R2 = 2*R3 dan nilai C1, C3 = 0,5*C2 maka besarnya frekuensi
cutoff pada filter “Twin T”adalah.
1
𝑓𝑐 =
4𝜋𝑅3 𝐶2
2) Filter Aktif
a) Filter Aktif Low Pass (LPF)
Filter aktif low pass adalah sebuah rangkaian filter
menggunakan penguat operasional (Op-Amp). Low Pass
Filter berfungsi meloloskan frekuensi yang berada di bawah
frekuensi cut off (fc) dan meredam frekuensi di atas fc.
Rangkaian dasar Filter Aktif Low Pass (LPF) dan sespon
frekuensi diperlihatkan pada gambar 1.13 dan 1.14.
15
Gambar 1.14. Respon Frekuensi Filter Aktif Low Pass
(3) Pada saat sinyal input dengan frkuensi (f) lebih tinggi dari
frekuensi cut-off (fc) [f > fc],
𝑉𝑜
< 𝐴𝑓
𝑉𝑖
Filter aktif low pass (LPF) akan konstan dari input 0 Hz sampai
frekuensi tinggi Hf cut off. Pada Hf, penguatan melemah
sebesar 0.707 AF. Setelah melewati Hf, penguatan akan
menurun sampai konstan dengan seiring pertambahan
frekuensi. Frekuensi naik 1 decade menyebabkan penguatan
tegangan akan dibagi 10. Dengan kata lain, penguatan turun 20
dB (20 log 10) untuk setiap kenaikan frekuensi dikali 10 dan
rate penguatan secara berturut-turut akan turun 20dB/decade.
Setelah Hf terlampuai saat input frekuensi f = Hf, sering
16
disebut sebagai frekuensi cut-off, saat ini penguatan akan turun
3dB (20 log 0.707) dari 0 Hz.
17
Faktor penguatan tegangan rangkaian penguat pada filter aktif
high pass (Af) adalah:
𝑉𝑜 𝑅2
𝐴𝐹 = = 1+
𝑉𝑖 𝑅1
Rangkaian filter aktif high pass pada gambar 15 adalah jenis
butterworth. Besarnya penguatan tegangan (Av) yang terjadi
dituliskan dengan persamaan sebagai berikut:
𝑓
𝑉𝑜 𝐴𝐹 ( )
𝑓𝐶
𝐴𝑉 = =
𝑉𝑖 2
√1 + ( 𝑓 )
𝑓𝐶
18
(2) Pada saat sinyal input dengan frekuensi (f) sama dengan
dari frekuensi cut-off (fc) :
𝑉𝑜 𝐴𝑉
= = 0,707. 𝐴𝑉
𝑉𝑖
√2
(3) Pada saat sinyal input dengan frekuensi (f) lebih rendah
dari frekuensi cut-off (fc):
𝑉𝑜
< 𝐴𝑉
𝑉𝑖
Dimana 𝑓𝑐 = √𝑓𝐻 − 𝑓𝐿
19
Band Pass Filter Bidang Lebar
Syarat BPF bidang lebar adalah Q<10, biasanya rangkaian
dibentuk dari filter HPF dan LPF yang dirangkai seri dengan
urutan tertentu dan dengan besaran frekuensi cut off tertentu.
Misalnya urutan seri adalah HPF disusul LPF, dan fL dari HPF
harus lebih kecil dari fH dari LPF. Rangkaian Band Pass Filter
(BPF) Bidang Lebar diperlihatkan pada gambar 1.17
21
mengganti nilai R2, sehingga menjadi R2′ dan nilainya dapat
dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
′ 𝑓𝑐
𝑅2 = 𝑅2 ( )
′
𝑓𝑐
22
dimana:
fH = Frekuensi batas atas (frekuensi cut Off rangkaian
Low Pass Filter (LPF)
fL = Frekuensi batas bawah (frekuensi cut Off rangkaian
High Pass Filter (LPF)
RCLPF = nilai R dan C pada sisi rangkaian Low Pass Filter
(LPF)
RCHPF = nilai R dan C pada sisi rangkaian High Pass Filter
(HPF)
23
3) Pengatur Nada (Tone Control)
Dalam sistem audio, bagian pengatur nada terletak di antara bagian
Pre-Amplifier (penguat awal) dan Final Amplifier (Penguat Akhir).
Bagian pengatur nada berfungsi untuk mengatur nada rendah
(Bass) dan nada tinggi (Treble) secara terpisah. Pada bagian
pengatur nada Bass, terjadi penguatan sinyal frekuensi rendah.
Pada nada treble terjadi penguatan sinyal frekuensi tinggi. Kurva
penguatan (AV) terhadap besarnya frekuensi yang dikuatkan
diperlihatkan pada gambar 1.22.
24
Pengaturan nada baik Bass atau Treble pada posisi maksimum,
impedansi input (Z1) menjadi minimum, dan penguatan pada
posisi tersebut menjadi besar.
Salah satu bentuk contoh rangkaian adalah tone control baxandal,
seperti diperlihatkan pada gambar 1.24.
25
Pada posisi maksimum penguatan nada treble, kapasitor C2
dihubung singkat oleh pontensiometer P1. Besarnya penguatan
yang dihasilkan dihitung dengan formula,
𝑅3
𝐴𝑉 =
𝑃1 ∙ 𝑋𝐶1
𝑅1 +
√𝑃2 + (𝑋𝐶1 )2
1
c. Penguat Akhir
Penguat akhir pada sistem audio dibentuk oleh rangkaian pengemudi
(driver), seperti diperlihatkan pada gambar 1.25.
26
antara output dan input, dimana output lebih besar dari pada input.
Secara rumus dinyatakan dengan persamaan:
Penguatan Tegangan :
Vout
AV =
Vin
Penguatan Daya:
Pout
AP =
Pin
Penguat audio (amplifier) secara harfiah diartikan dengan
memperbesar dan menguatkan sinyal input. Namun proses yang
sebenarnya terjadi adalah, sinyal input direplika (copied) dan
kemudian di reka kembali (reproduced) menjadi sinyal yang lebih
besar dan lebih kuat. Disini muncul istilah fidelitas (fidelity) yang
berarti seberapa mirip bentuk sinyal keluaran hasil replika terhadap
sinyal masukan. Ada kalanya sinyal input dalam prosesnya
kemudian terdistorsi karena berbagai sebab, sehingga bentuk sinyal
keluarannya menjadi cacat. Sistem penguat dikatakan memiliki
fidelitas yang tinggi (high fidelity), jika sistem tersebut mampu
menghasilkan sinyal keluaran yang bentuknya persis sama dengan
sinyal input, hanya level tegangan atau amplitudo saja yang telah
diperbesar dan dikuatkan. Di sisi lain, efisiensi juga mesti
diperhatikan. Efisiensi yang dimaksud adalah efisiensi dari penguat
yang dinyatakan dengan besaran persentasi dari power output
dibandingkan dengan power input. Sistem penguat dikatakan
memiliki tingkat efisiensi tinggi (100 %) jika tidak ada rugi-rugi
pada proses penguatannya yang terbuang menjadi panas.
Dalam bidang rancang bangun rangkaian penguat, perancang tak
pernah berhenti mencari berbagai macam konsep yang lebih baik.
Ada beberapa jenis penguat audio yang dikategorikan antara lain
sebagai penguat kelas A, B, AB, C, D, T, G, H.
27
a) Penguat Daya kelas A
Penguat daya kelas A adalah rangkaian dasar common emiter
(CE) transistor. Penguat tipe kelas A dibuat dengan mengatur
arus bias yang sesuai di titik tertentu (titik Q) pada garis
bebannya. Titik Q ini berada tepat di tengah garis beban kurva
VCE - IC dari rangkaian penguat. Gambar 1.26 adalah contoh
rangkaian common emitor dengan transistor NPN Q1.
31
Gambar 1.32. Kurva Penguatan Daya Kelas B
c) Penguat Daya Kelas AB
Cara lain untuk mengatasi crossover adalah dengan menggeser
sedikit titik Q pada garis beban dari titik B ke titik AB seperti
diperlihatkan pada gambar 1.32. Pergeseran ini bertujuan agar
pada saat transisi sinyal dari phase positif ke phase negatif dan
sebaliknya, terjadi overlap diantara transistor TR1 dan TR2,
seperti diperlihatkan pada sinyal keluaran penguat daya kelas
AB gambar 1.33 Pada saat itu, transistor TR1 masih aktif
sementara transistor TR2 mulai aktif dan demikian juga pada
phase sebaliknya.
32
𝑅2
𝑉𝑅2 = × 2𝑉𝐶𝐶
𝑅1 +𝑅2 + 𝑅3
Tentukan arus base dan lihat relasinya dengan arus 𝐼𝐶 dan 𝐼𝐸
sehingga dapat dihitung relasinya dengan tegangan jepit 𝑅2
dari rumus;
VR2 = 2 0,7 + I e ( Re1 + Re 2 )
33
A dan penguat daya kelas B, nilainya sekitar 40%-75% dengan
tetap mempertahankan fidelitas sinyal keluaran.
34
e) Penguat kelas D
Penguat kelas D menggunakan teknik PWM (pulse width
modula-tion), dimana lebar dari pulsa ini proporsioal terhadap
amplituda sinyal input. Pada tingkat akhir, sinyal PWM
mendrive transistor switching ON dan OFF sesuai dengan
lebar pulsanya. Transistor switching yang digunakan biasanya
adalah transistor jenis FET. Konsep penguat kelas D
ditunjukkan pada gambar 1.36. Teknik sampling pada sistem
penguat kelas D memerlukan sebuah generator gelombang
segitiga dan komparator untuk menghasilkan sinyal PWM
yang proporsional terhadap amplituda sinyal input. Pola sinyal
PWM hasil dari teknik sampling ini seperti pada gambar 1.37.
Paling akhir diperlukan filter untuk meningkatkan fidelitas.
35
konversi digital ke analog (DAC) atau ke PWM. Kalaupun
mau disebut digital, penguat kelas D adalah penguat digital 1
bit (on atau off saja).
f) Penguat kelas E
Penguat kelas E pertama kali dipublikasikan oleh pasangan
ayah dan anak Nathan D dan Alan D Sokal tahun 1972.
Dengan struktur yang mirip seperti Penguat daya kelas C,
penguat kelas E memerlukan rangkaian resonansi L/C dengan
transistor yang hanya bekerja kurang dari setengah duty cycle.
Bedanya, transistor kelas C bekerja di daerah aktif (linier).
Penguat kelas E, transistor bekerja sebagai switching transistor
seperti pada penguat kelas D. Transistor yang digunakan
biasanya berjenis FET (MOSFET/CMOS), agar penguat ini
menjadi efisien dalam mengendalikan arus yang besar dengan
arus input yang sangat kecil. Pada level arus dan tegangan
logik sudah bisa membuat transitor switching bekerja. Penguat
kelas E dibuat dalam satu chip IC dengan disipasi panas yang
relatif kecil. Penguat kelas E banyak diaplikasikan pada
rangkaian resonansi peralatan antena transmisi mobile semisal
telepon genggam.
g) Penguat kelas T
Penguat kelas T biasa disebut sebagai penguat digital. Tripath
Technology membuat desain digital amplifier dengan metode
Digital Power Pro-cessing (DPP). Terinspirasi dari penguat
kelas D, rangkaian akhirnya menggunakan konsep modulasi
PWM dengan switching transistor dan filter. Pada penguat
kelas D, proses yang melandasinya adalah proses analog.
Penguat kelas T, proses sebelumnya manipulasi bit bit digital.
Di dalamnya ada audio prosesor dengan proses umpan balik
yang juga digital untuk koreksi timing delay dan phase.
36
h) Penguat kelas G
i) Penguat kelas H
Konsep penguat kelas H sama dengan penguat kelas G dengan
tegangan sumber yang dapat diubah sesuai kebutuhan. Pada
37
penguat kelas H, tinggi rendahnya tegangan sumber didesain
agar lebih linier dan tidak terbatas hanya ada 2 atau 3 tahap.
Tegangan sumber mengikuti tegangan output dan lebih tinggi
hanya beberapa volt. Penguat kelas H ini cukup kompleks,
namun akan menjadi sangat efisien.
2) Penguat Daya
Penguat Daya merupakan rangkaian elektronik pada sistem audio.
Perangkat ini bekerja sebagai penguat tegangan dan arus, biasa
disebut sebagai penguat daya. Dalam sistem audio, penguat daya
berfungsi untuk menghasil besaran signal audio yang mampu
menggerakkan beban Loudspeaker.
Berdasarkan prinsip kerja penguat daya, rangkaian dapat
dikelompok menjadi 4 jenis; Power Amplifier OT (Output
Transformer); Power Amplifier OTL (Output Transformer Less);
Power Amplifier OCL (Output Capasitor Less); dan Power
Amplifier BTL (Bridge Transformer Less).
38
Respon frekuensi power amplifier OT cenderung berada di
range frekuesni audio menengah, sehingga untuk reproduksi
suara nada bass tidak sempurna. Power amplifier jenis OT
memiliki keunggulan dapat mencegah terjadinya hubung
singkat pada penguat akhir, sehingga tidak merusak loud
speaker.
39
singkat pada bagian akhir power amplifier akan merusak loud
speaker.
Berbeda dengan sistem audio OTL, pada power amplifier
model OCL umumnya digunakan untuk penguat daya dengan
amplitudo yang besar. Oleh sebab itu pada power amplifier
OCL dipasangkan catu daya simetris V(+), V(-) dan ground
(0). Teknik ini dipandang lebih aman terhadap output yang
dihasilkan saat dihubungkan ke beban (loudspeaker). Ciri khas
power amplifier model OCL adalah salah satu ujung pada
beban keluaran terhubung dengan CT transformator sebagai
titik tengah dari suatu gelombang yang dihasilkan. Pergerakan
amplitudo gelombang akan menuju V(+) dan V(-) melewati
CT transformator sebagai titik tengah dari amplitudo
gelombang keluaran. Contoh rangkaian penguat daya OCL
diperlihakan pada gambar 1.41.
40
tegangan yang lebih besar atau minimal 2x lebih besar dari
penggunaan penguat OTL atau OCL biasa.
Penguat daya OCL dibuat dengan mengkonfigurasi dua buah
power amplifier model OCL atau dua buah power amplifier
model OTL menjadi satu power amplifier. Antara amplifier 1
dengan amplifier 2 harus sama/identic, seperti diperlihatkan
pada gambar 1.42.
41
Gambar 1.43. Skema rangkaian BTL
Bias pembagi tegangan yang dibentuk oleh komponen R1, R2, RE,
RC, tegangan VCC dan VBE, serta tahanan beban RL biasanya sudah
diketahui, sehingga bisa dihitung IB dengan bantuan Thevenin,
seperti diperlihatkan pada gambar halaman berikut ini,
42
Selanjutnya bisa ditentukan ICQ dan VCEQ dengan menggunakan
𝐼𝐶 = 𝛽 ∙ 𝐼𝐵 . Garis beban dc dan ac dapat digambarkan pada kurva
output, seperti gambar berikut.
Dengan melihat posisi titik Q pada garis beban, maka sinyal output
maksimum tanpa cacat bisa dihitung.
Langkah 1.
Menentukan ekivalen Thevenin RB dan VBB menggunakan R1 dan
R2 dengan persamaan;
43
𝑅1 ∙𝑅2 𝑅2
𝑅B = 𝑅 dan 𝑉𝐵𝐵 = 𝑅 ∙ 𝑉𝐶𝐶
1
+𝑅2 1
+𝑅2
Langkah 2.
Menghitung ICQ menggunakan persamaan bias.
Berdasarkan rangkaian Thevenin, diperoleh.
𝑉𝐵𝐵 − 𝑉𝐵𝐸
𝐼𝐵 =
𝑅𝐵 + (1 + 𝛽)𝑅𝐸
𝐼𝐶
Persamaan 𝐼𝐶 = 𝛽 ∙ 𝐼𝐵 dan 𝐼𝐵 = , disubstitusikan ke persamaan
𝛽
𝐼𝐵 , diperoleh:
𝑉𝐵𝐵 −𝑉𝐵𝐸 𝑉𝐵𝐵 −𝑉𝐵𝐸
𝐼𝐶𝑄 = 𝑅 ⁄
, bila 𝐼𝐸 ≅ 𝐼𝐶 , maka 𝐼𝐶𝑄 ≅
⁄
B 𝛽 +(1+1 𝛽 )𝑅E
𝑅B ⁄𝛽 +𝑅E
Langkah 3.
Menghitung VCEQ dengan menggunakan persamaan garis beban dc.
𝑉𝐶𝐸𝑄 = 𝑉𝐶𝐶 − 𝐼𝐶 𝑅C − (1 + 1⁄𝛽 ) ∙ 𝑅E
Langkah 4.
Menentukan garis beban dc dan ac pada kurva karakteristik output
menggunakan persamaan,
𝑉𝐶𝐸 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑉𝐶𝐸 𝑄 + 𝐼CQ ∙ 𝑅ac = 𝑉𝐶𝐶
𝑉𝐶𝐶
𝐼𝐶 𝑚𝑎𝑘𝑠 =
𝑅DC
44
dimana:
Vo maks(p-p) adalah tegangan output (sinyal ac) maksimum tanpa
cacat yang merupakan harga dari puncak ke puncak.
ic(p) adalah arus output (sinyal ac) maksimum tanpa cacat yang
merupakan harga puncak.
Harga ic(p) sesuai dengan posisi titik Q pada garis beban ac, yaitu:
ic(p) = ICQ, apabila titik Q terletak pada kurang dari setengah garis
beban ac.
ic(p) = iCmaks - ICQ, apabila titik Q terletak pada lebih dari setengah
garis beban ac.
Apabila titik Q tepat ditengah garis beban ac, boleh pakai salah satu,
karena iCmaks = 2ICQ.
Contoh
Diketahui rangkaian penguat CE seperti gambar berikut.
Tentukan:
a. Titik kerja rangkaian (ICQ dan VCEQ)
b. Garis beban dc dan ac
c. Tegangan output maksimum yang dimungkinkan dari penguat
tersebut.
Penyelesaian:
a. Titik kerja rangkaian (ICQ dan VCEQ)
𝑅1 ∙ 𝑅2 6𝐾Ω ∙ 1,5𝐾Ω
𝑅B = = = 1,2𝐾Ω
𝑅1 +𝑅2 6𝐾Ω + 1,5𝐾Ω
𝑅2 1,5𝐾Ω
𝑉𝐵𝐵 = ∙ 𝑉𝐶𝐶 = ∙ 5𝑉 = 1𝑉
𝑅1 +𝑅2 6𝐾Ω + 1,5𝐾Ω
45
Perhitungan pendekatan untuk ICQ dan VCEQ:
𝑉𝐵𝐵 − 𝑉𝐵𝐸 1𝑉 − 0.7𝑉
𝐼CQ = = = 2,76𝑚𝐴
𝑅B ⁄𝛽 + 𝑅E 6𝐾Ω⁄140 + 100Ω
𝑅𝐶 ∙ 𝑅𝐿 1𝐾Ω ∙ 1𝐾Ω
𝑅a𝑐 = = = 0,5𝐾Ω
𝑅𝐶 ∙ 𝑅𝐿 1𝐾Ω + 1𝐾Ω
𝑉𝐶𝐶 = 𝑉𝐶𝐸 𝑄 + 𝐼CQ ∙ 𝑅dc → 𝑉𝐶𝐸 𝑄 = 𝑉𝐶𝐶 − 𝐼CQ ∙ 𝑅dc
𝑉𝐶𝐶 5𝑉
𝐼𝐶 𝑚𝑎𝑘𝑠 = = = 4,5𝑚𝐴
𝑅DC 1,1𝐾Ω
Garis beban ac
𝑣𝐶𝐸 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑉𝐶𝐸 𝑄 + 𝐼CQ ∙ 𝑅ac = 1,96𝑉 + 2,76𝑚𝐴 ∙ 0,5𝐾Ω
= 3,34𝑉
𝑉𝐶𝐸 𝑄 1,96𝑉
𝑖𝐶 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝐼CQ + = 2,76𝑚𝐴 + = 6,68𝑚𝐴
𝑅ac 0,5𝐾Ω
Gambar garis beban dc dan ac adalah seperti pada gambar
berikut,
2) Disain
Dalam mendesain, urutan proses adalah kebalikan dari
menganalisa, karena akhir dari perencanaan adalah menentukan
komponen-komponen rangkaian penguat. Permasalahan dimulai
dari kondisi penguat yang diinginkan, kemudian bekerja dari
emitor kolektor, sampai diperoleh harga R1 dan R2 yang sesuai.
Namun biasanya harga VCC, VBE, , dan RL bisa ditentukan lebih
dahulu.
Langkah 1.
Menentukan atau memilih titik Q sesuai kebutuhan. Apabila
diinginkan agar penguat dapat menghasilkan sinyal output (ac)
semaksimum mungkin tanpa adanya cacat, maka titik Q arus
diletakkan ditengah garis beban ac. Dengan demikian iC maks =
2ICQ, maka:
𝑉𝐶𝐸 𝑄
𝑖𝐶 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝐼CQ +
𝑅ac
𝑉𝐶𝐸 𝑄
2𝐼CQ = 𝐼CQ +
𝑅ac
47
𝑉𝐶𝐸 𝑄
𝐼CQ =
𝑅ac
𝑉𝐶𝐸 𝑄 = 𝐼CQ ∙ 𝑅ac
Langkah 2.
Menentukan harga RB
Agar diperoleh stabilitas bias yang baik, maka harga RB paling
tinggi harus sebesar 0.1RE, yaitu: 𝑅B ≤ 0,1𝛽𝑅E
Langkah 3.
Menentukan harga VTH atau VBB dengan menggunakan persamaan
bias,
𝑉𝐵𝐵 − 𝑉𝐵𝐸
𝐼CQ =
𝑅B ⁄𝛽 + 𝑅E
Langkah 4
Menentukan R1 dan R2 dari VBB dan RB,
48
𝑅1 ∙ 𝑅2
𝑅B =
𝑅1 +𝑅2
𝑅2 ∙ 𝑉𝐶𝐶
𝑉𝐵𝐵 =
𝑅1 +𝑅2
Dari kedua persamaan tersebut dapat diturunkan harga R1 dan R2,
𝑅2 ∙ 𝑉𝐶𝐶 𝑅2 ∙ 𝑅1 𝑉𝐶𝐶 𝑉𝐶𝐶 𝑉𝐶𝐶
𝑉𝐵𝐵 = = ∙ = 𝑅B ∙ ⟹ 𝑅1 = ∙𝑅
𝑅1 +𝑅2 𝑅1 +𝑅2 𝑅1 𝑅1 𝑉𝐵𝐵 B
𝑅2 ∙ 𝑉𝐶𝐶
𝑉𝐵𝐵 =
𝑅1 +𝑅2
𝑉𝐵𝐵 ∙ 𝑅1 +𝑉𝐵𝐵 ∙ 𝑅2 = 𝑅2 ∙ 𝑉𝐶𝐶
Langkah 5.
Menentukan sinyal output maksimum tanpa cacat dari posisi titik
Q pada kurva output, sebagaimana langkah 5 pada prosedur analisa
titik kerja.
Langkah 6.
Daya dan Efisiensi penguat dapat ditentukan setelah semua nilai
komponen pendukung memenuhi persyaratan sesuai dengan
prinsip disain.
Daya Maksimum pada beban:
Contoh
Berdasarkan hasil analisa ternyata bahwa penguat belum
menghasilkan sinyal output yang maksimum, terlihat dari letak
titik Q-nya yang tidak ditengah garis beban ac. Oleh karena itu
rencanakan agar penguat tersebut dapat menghasilkan sinyal
output maksimum, tentunya hanya dengan mengganti harga R1 dan
R2 yang sesuai. Berdasarkan nilai R1 dan R2, besarnya daya dan
efisiensi dapat ditentu.
Penyelesaian:
Gambar Rangkaian
𝑉𝐶𝐶 5𝑉
𝐼CQ = = = 3,13𝑚𝐴
𝑅ac + 𝑅dc (0,5𝐾Ω + 1,1𝐾Ω)
𝑅B ≤ 0,1𝛽𝑅E
Untuk mendapatkan stabilitas bias yang baik RB dibuat sama
dengan 0,1RE
𝑅B = 0,1𝛽𝑅E = 0,1 ∙ 140 ∙ 100Ω = 1,4𝐾Ω dan
5𝑉
𝐼1 = 6,7𝐾+1,77𝐾 = 0,59𝑚𝐴, IB dianggap sangat kecil
51
1) Frekuensi terendah 20Hz, maka log 20 = 1,301 dan frekuensi
tertinggi 20kHz, maka log 20 000 = 4,301 dengan demikian
jaraknya 4,301 – 1,301 = 3
2) Pada jarak 3 akan dibagi kedalam 30 band, maka jarak antar band
adalah 3/30 = 0,1
3) Jadi band ke-1 ada di fo = 20Hz, maka band ke-2, pada jarak 1,301
+ 0,1 = 1,401 atau pada frekuensi 101,401 = 25Hz dan band-band
selengkapnya seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
FREKUENSI fo (HZ)
BAND LOG 20 JARAK TOTAL JARAK Pendekatan
fo=10^( total jarak)
1 1,301 0 1,301 19,99861870 20
2 1,301 0,1 1,401 25,17676928 25
3 1,401 0,1 1,501 31,69567463 31,5
4 1,501 0,1 1,601 39,90249024 40
5 1,601 0,1 1,701 50,23425895 50
6 1,701 0,1 1,801 63,24118514 63
7 1,801 0,1 1,901 79,61593504 80
8 1,901 0,1 2,001 100,2305238 100
9 2,001 0,1 2,101 126,1827535 125
10 2,101 0,1 2,201 158,8546749 160
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
31 4,201 0,1 4,301 19998,61870 20000
Untuk parameter Q dibuat tetap, fo = 50Hz maka log 50Hz = 1,7 dengan
bandwidth sebesar 0,1 diperoleh jaraknya dari 1,65 hingga 1,75 yang
berarti dari frekuensi 101,65 = 44,7Hz hingga frekuensi 101,75 = 56,2Hz.
Bandwidth adalah 56,2Hz – 44,7Hz = 11,5Hz. Parameter Q = fo/bw =
50/11,5 = 4,35. Nilai parameter Q ini tetap untuk semua band frekuensi.
4. Forum Diskusi
a) Topik Tone Control
Diberikan sebuah rangkaian Low Pass Filter orde 2 seperti gambar
berikut,
52
Diskusikan bagaimana langkah-langkah untuk menentukan besarnya
tegangang keluaran pada masing-masing tingkat, Vout pada C1 dan Vout
pada C2. Tuliskan hasilkan diskusi dalam bentuk rumus-rumus
penghitungan.
C. PENUTUP
1. Rangkuman
a. Proses pengolahan hingga teraplikasi sebagai getaran pada speaker
menjadi suara yang dapat didengar oleh telinga manusia, diperlukan
sebuah teknik untuk menghasilkan perangkat elektronik yang disebut
Audio Amplifier (penguat audio)
53
b. Penguat awal memiliki fungsi menguatkan serta menyamakan sinyal
input dan mengarahkannya dari komponen sumber sinyal atau sinyal
line level menuju ke perangkat pengatur nada (tone control).
c. Filter adalah suatu rangkaian yang berfungsi untuk melewatkan
sinyal-sinyal yang diperlukan dan menahan sinyal-sinyal yang tidak
dikehendaki serta untuk memperkecil pengaruh noise dan interferensi
pada sinyal yang dikehendaki.
d. Filter pasif dan filter aktif dikelompokan berdasarkan respon
frekuensi menjadi 4 kelompok:
1) Filter Lolos Bawah (Low Pass Filter, LPF),
2) Filter Lolos Atas (High Pass Filter, HPF),
3) Filter Lolos Rentang (Band Pass Filter, BPF),
4) Filter Tolak Rentang (Band Stop Filter atau Notch Filter).
e. Low Pass Filter (LPF) atau Filter Lolos Bawah adalah filter yang
hanya melewatkan sinyal dengan frekuensi yang lebih rendah dari
frekuensi cut-off (fc) dan akan melemahkan sinyal dengan frekuensi
yang lebih tinggi dari frekuensi cut-off (fc).
f. Filter high-pass atau sering juga disebut dengan filter lolos atas adalah
suatu rangkaian yang akan melewatkan suatu isyarat yang berada di
atas frekuensi cut-off (ωc) sampai frekuensi cut-off (ωc).
g. Filter band-pass adalah sebuah rangkaian yang dirancang hanya untuk
melewatkan isyarat dalam suatu pita frekuensi tertentu dan menahan
isyarat diluar jalur pita frekuensi tersebut.
h. Band stop filter (BSF), band elimination filter, band reject filter dan
sering juga disebut dengan notch filter atau filter tolak jalur berfungsi
menahan sinyal dengan frekuensi sesuai dengan frekuensi cut-off
i. Dalam bidang rancang bangun penguat (amplifier), terdapat beberapa
jenis penguat audio yang dikategorikan antara lain sebagai penguat
kelas A, B, AB, C, D, T, G, H.
j. Penguat daya berfungsi untuk menghasil besaran signal audio yang
mampu menggerakkan beban Loudspeaker.
k. Berdasarkan prinsip kerja penguat daya, rangkaian dapat dikelompok
menjadi 4 jenis:
1) Power Amplifier OT (Output Transformer),
2) Power Amplifier OTL (Output Transformer Less),
3) Power Amplifier OCL (Output Capasitor Less), dan
4) Power Amplifier BTL (Bridge Transformer Less).
l. Power amplifier OT merupakan jenis power amplifier yang
menggunakan kopling sebuah transformer OT untuk menghubungkan
rangkaian penguat akhir dengan beban pengeras suara (loud speaker)
m. Power amplifier OTL merupakan power amplifier yang tidak
menggunakan transformer sebagai kopling penghubung rangkaian
power amplifier dengan pengeras suara (loud speaker).
54
n. Power amplifier OCL merupakan jenis power amplifier tanpa kopling
tambahan untuk menghubungkan rangkaian penguat dengan pengeras
suara (loud speaker).
o. Power amplifier BTL merupakan pengabungan dua unit rangkaian
power amplifier OTL atau OCL yang bertujuan untuk menguatkan
sinyal audio dengan fasa yang berbeda secara terpisah dan
memberikannya ke loud speaker secara bersama, sehingga diperoleh
suatu penguatan tegangan yang lebih besar atau minimal 2x lebih
besar dari penggunaan penguat OTL atau OCL secara terpisah.
2. Tes Formatif
Pilih jawaban yang tepat dari lima alternatif jawaban A, B, C, D, E
dengan cara memberikan tanda silang.
1. Rangkaian penguat awal pada teknik audio berfungsi untuk
menguatkan sinyal suara hasil tranduser pengubah suara menjadi
sinyal suara. Sinyal ini dikuatkan pada penguat awal sehingga
memenuhi persyaratan sebagai sinyal input penguat daya. Bentuk
konfigurasi yang sering digunakan adalah:
A. Common Base (CB)
B. Common Emitor (CE)
C. Common Collector (CC)
D. Common Emitor (CE) dengan Self Bias
E. Common Emitor (CE) dengan Fixed Bias
2. Penguat Kelas A menggunakan transistor dengan faktor penguatan
arus hFE = 100, Vcc = 12 Volt, VBE = 0,9 Volt, VCE = 6 Volt, dan
resistor basis sebesar 510 KΩ, seperti diperlihatkan pada gambar di
bawah ini,
57
frekuensi yang terdapat di dalam spektrum audio dapat dikuatkan.
Penguat daya ini merupakan kelompok jenis …
A. Audio Power Amplifier OT
B. Audio Power Amplifier OTL
C. Audio Power Amplifier OCL
D. Audio Power Amplifier BTL
E. Audio Power Amplifier OTL dan OCL
DAFTAR PUSTAKA
Herman Dwi Surjono. 2011. Elektronika: Teori dan Penerapan. Jember: Penerbit
Cerdas Ulet Kreatif.
Hendro Hermanto. 2016. Perencanaan Sistem Audio. Jakarta: Pusat PPPTK Bidang
Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jendral Guru dan Tenaga
Kependidikan.
58
DAR2/Profesional/840/03/2019
MODUL 3 KB 2
HOME THEATER DAN AUDIO VIDEO MOBIL
Disusun oleh,
Ahmadulhadi, S.Pd., M.Kom.
Drs. Putra Jaya., MT.
1. Deskripsi Singkat
Modul ini memberikan pengetahuan tentang teknik audio khususnya home
theater dan audio video mobil. Pembahasan home theater meliputi sistem,
konsep akustik, sistem dan instalasi peralatan, dan troubleshotting.
Pembahasan tetang audio video mobil peserta diarahkan untuk dapat
mendesain layout sistem audio video untuk mobil.
2. Relevansi
Tekhnik audio tidak bisa dilepaskan dari berbagai tekhnik elektronika
lainnya, sejalan dengan adanya kebutuhan manusia untuk mendapatkan
informasi atau merasakan sesuatu melalui pendengarannya. Materi kajian
mempunyai relevansi dengan peralatan elektronika yang berhubungan
dengan audio seperti peralatan sound system, peralatan perekaman, home
teater, audio video mobil, dan peralatan elektronika audio untuk
telekomunikasi.
3. Petunjuk Belajar
a. Pelajari isi modul dengan cermat dan teliti.
b. Pahami setiap materi teori dasar yang akan menunjang dalam
penguasaan dengan cara membaca secara teliti.
c. Kerjakan soal-soal untuk mengukur sampai sejauh mana pengetahuan
yang telah dimiliki.
60
d. Dalam modul ini terdapat 10 buah soal formatif untuk setiap kegiatan
belajar dalam bentuk pilihan berganda dengan lima alternatif jawaban .
e. Pelajari secara teliti sebelum memberikan jawaban,
f. Bila peserta dapat menjawab benar minimal untuk 7 buah soal, peserta
dapat melanjutkan mempelajari isi modul untuk kegiatan belajar
berikutnya.
g. Lakukan diskusi untuk mendapatkan pemecahan masalah untuk setiap
persoalan yang diajukan dalam forum diskusi sesuai dengan topik
pembahasan.
h. Bacalah referensi lainnya yang berhubungan dengan materi modul agar
peserta mendapatkan tambahan pengetahuan.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Peserta PPG mampu menerapkan rangkaian elektronika dalam bentuk
instalasi sistem audio video meliputi instalasi home theater, desain ruang
akustik sederhana, dan desain sistem audio video mobil.
3. Uraian Materi
Sebuah home theater diartikan sebagai sebuah theater mini atau
bioskop mini yang ada di dalam rumah. Untuk konsepnya sendiri home
theater ini meniru sistem kerja sebuah theater atau bioskop dalam hal
perlengkapan menonton. Home theater atau bioskop rumah adalah
seperangkat alat elektronik hiburan yang diseting untuk menyajikan
suasana menonton seperti kondisi di bioskop.
61
Biasanya home theater terdiri dari perangkat video dan audio yang
terdiri dari fitur audio 5 in 1 ch (5 in ch biasanya dikenal dengan 5.1ch).
Perangkat ini dalam bentuk standar biasanya menggunakan 5 buah speaker
(terdiri atas 2 front, 2 rear dan 1 unit speaker center) dan 1 sobwofer.
Speaker audio R dan L memiliki karakteristik audio yang berbeda-beda
disesuaikan dengan kualitas audio seperti layaknya audio di dalam
bioskop. Contoh perangkat home theater diperlihatkan pada ganbar 2.1.
62
Gambar 2.2. Sistem Home Theater
(Sumber: http://www.lg.com/fr/audio/lg-BH7530TWB)
63
terbang yang melayang di atas kepala. Speaker depan juga memberi
sensasi gerakan suara, dimulai dari depan dan berpindah ke belakang.
Namun bagaimana semua suara ini dipisahkan, ini merupakan
pekerjaan dari pemutar audio/video (Audio/Video Player), yang
merupakan jantung home teater.
Perangkat yang biasa ditemukan dalam sistem home theater
adalah:
1. Video Display. Perangkat penampil gambar sperti HDTV atau
Proyektor.
2. A/V Player. Perangkat yang memilah, mengolah dan memperkuat
sinyal audio yang kemudian dikirim ke bagian output yaitu bagian
penguat untuk masing-masing channel speaker.
3. A/V Sources. Sumber audio / video seperti CD - DVD - Blue Ray
player, siaran TV Digital (Terrestrial, Satelit, TV kabel), ataupun
internet.
4. Loadspeakers. Beberapa speaker dengan posisi tertentu seperti 3.1,
5.1, 6.1, 7.1
5. Subwoofer. Speaker khusus untuk frekuensi sangat rendah.
64
perekaman bersama dengan jumlah dan posisi saluran tambahan.
Spesifikasi suara surround paling umum, standar 5.1 ITU,
menggunakan untuk 6 speaker: Center (C) di depan pendengar, di kedua
sisi pusat Kiri (Kiri) dan Kanan (Kanan) pada sudut 60 °, Kiri Surround
(LS) dan Right Surround (RS) pada sudut 100–120 °, ditambah
subwoofer yang posisinya tidak kritis.
Suara surround ditandai dengan lokasi pendengar atau sweet spot
di mana efek audio berfungsi paling baik. Penyajian tetap perspektif
maju dari bidang suara ke lokasi ini pendengar. Teknik ini dapat
meningkatkan persepsi spasial suara dengan memanfaatkan lokalisasi
suara; kemampuan pendengar untuk mengidentifikasi lokasi atau asal
suara yang terdeteksi dalam arah dan jarak. Ini dicapai dengan
menggunakan beberapa saluran audio diskrit yang diarahkan ke
loudspeaker
Perangkat home theater akan menghasilkan suara-suara sesuai
dengan aslinya seolah pendengar berada di tengah-tengah film
tersebut. Perangkat home theater berfungsi memproduksi kembali suara
yang diterima dari sumbernya, sehingga suara yang dihasilkan akan
sama dengan sumbernya. Bagaimana suara dari sebuah film diproduksi
(direkam), kira-kira seperti itu pula suara yang akan dihasilkan oleh
home theater. Suara-suara yang dihasilkan oleh perangkat home theater
ini disebut surround sound, yang artinya "suara yang mengelilingi"
pendengar.
Teknologi yang digunakan untuk menghasilkan suara surround,
diantaranya teknologi dari Dolby Labs, DTS (Digital Theater System)
Inc, THX atau SRS. Masing-masing perusahaan tersebut memiliki
teknik sendiri dalam menciptakan format surround sound.
Sekarang format surround sound banyak digunakan pada
perangkat home theater, seperti Dolby® Pro Logic II®, format
surround sound dari Dolby Labs, Dolby® Digital, dari Dolby Labs,
dan DTS-HD™, format surround sound dari DTS Inc.
65
1) Channel surround sound 5.1
Sebuah home theater menggunakan format surround sound,
misalkan format Dolby® Digital, ini berarti home theater tersebut
memiliki kemampuan menterjemahkan (decoding) audio dari
sebuah film yang dibuat dengan format Dolby® Digital. Untuk
lebih jelasnya lihat ilustrasi gambar 2.3.
Gambar 2.3. Ilustrasi proses pembuatan dan player dolby system 5.1
66
b) 1 channel untuk subwoofer untuk menghasilkan efek frekuensi
sangat rendah dengan rentang frekuensi 20 Hz - 120 Hz.
67
Gambar 2.4. Ilustrasi proses pembuatan dan player dolby system 6.1
68
b) Non Lossless Surround Sound: Dolby Digital Plus dan DTS-
HD (High Resolution).
Jenis format yang ke dua ini sedikit lebih rendah dari yang
pertama namun tetap lebih tinggi kualitasnya dibandingkan
format dengan konfigurasi 6.1 atau 5.1 channel. Home theater
yang support format lossless 7.1 channel, juga support Non-
Lossless (Dolby Digital Plus dan DTS-HD/High Resolution).
69
Tabel 2.1. Konfigurasi pengeras suara
Sumber: https://docs.microsoft.com/en-us/windows-hardware/drivers/ddi/content/ksmedia/ns-ksmedia-
ksaudio_channel_config
c. Akustik Suara
Akustik suara pada ruang tertutup secara fisik benar-benar
tertutup, dibatasi oleh dinding, lantai, dan atap atau plafon. Prinsip kerja
ruang akustik pada ruang tertutup saat terjadi bunyi, gelombang bunyi
akan menumbuk dinding-dinding sekat ruang, kemudian sebagian
energinya akan dipantulkan (refleksi), diserap (absorpsi), disebarkan
(difusi), dibelokkan (difraksi) atau ditransmisikan ke ruang yang
berdampingan, tergantung pada sifat akustik dinding, seperti
diperlihatkan pada gambar 2.6 dan 2.7.
70
1) Bunyi datang / bunyi langsung
2) Bunyi pantul
3) Bunyi yang diserap oleh bagian permukaan
4) Bunyi difus / bunyi yang disebar
5) Bunyi difraksi atau bunyi yang hilang dalam
struktur bangunan
6) Bunyi yang ditransmisi
7) Bunyi yang hilang dalam struktur bangunan
8) Bunyi yang dirambatkan oleh struktur
bangunan
71
Tabel 2.2. Skala Intensitas Kebisingan
72
2) Refleksi
Refleksi biasa disebut dengan pemantulan bunyi.
Berdasarkan Environmental Acoustics, permukaan yang keras,
tegar, dan rata, seperti beton, bata, batu plester, atau gelas,
memantulkan hampir semua energi bunyi yang jatuh padanya.
Sinar bunyi datang dan pantul terletak dalam bidang datar yang
sama dan sudut gelombang bunyi datang sama dengan sudut
gelombang bunyi pantul (hukum pemantulan) (Leslie L. Doelle,
1986). Ukuran dan bentuk permukaan akan mempengaruhi bunyi
yang mengenainya dalam bentuk refleksi jika panjang atau lebar
permukaan lebih besar dari empat kali panjang gelombang bunyi,
x>4λ.
Pemantulan yang terjadi dapat berupa pemantulan yang
tersebar (bila mengenai bidang batas mendatar atau bidang batas
cembung) dan dapat juga berupa pemantulan terfokus (bila
mengenai bidang batas cekung). Terdapat tiga kategori hasil
pemantuan suara pada masing-masing bidang. Pertama pada
bidang cembung terjadi pemantulan suara yang buruk, kedua pada
bidang datar dan miring menghasilkan pantulan suara paling efektif
dan ideal, dan terakhir pada bidang cekung, terjadi pemusatan suara
dan sangat buruk dalam memantulkan suara, seperti diperlihatkan
pada gambar 2.8a dan 2.8b.
73
(1) Pemantulan merata
(2) Penyebaran bunyi
(3) Pemusatan bunyi
3) Absorbsi
Absorpsi adalah perbandingan antara energi yang tidak
dipantulkan kembali dan energi bunyi keseluruhan yang datang,
diukur dengan Sabine. Serapan bahan akan menentukan lama
waktu dengung. Bahan lembut, berpori, dan kain serta juga
manusia, menyerap sebagian besar gelombang bunyi yang
menumbuk penyerap bunyi (Leslie L. Doelle, 1986).
Penyerapan bunyi merupakan perubahan energi bunyi
menjadi suatu bentuk lain, biasanya panas, ketika melewati suatu
bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan. Jumlah panas yang
dihasilkan menyebabkan perubahan energi relatif sangat kecil.
74
Kecepatan perambatan gelombang bunyi tidak dipengaruhi oleh
penyerapan. Terdapat unsur-unsur yang yang dapat menunjang
penyerapan: a) lapisan permukaan dinding, lantai, dan atap; b) isi
ruang seperti penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan
lunak dan karpet; c) udara dalam ruang.
Efisiensi penyerapan bunyi suatu bahan pada suatu frekuensi
tertentu dinyatakan oleh koefisien penyerapan bunyi. Koefisien
penyerapan bunyi suatu permukaan adalah energi bunyi datang
yang diserap, atau tidak dipantulkan oleh permukaan, dan
dinyatakan dalam α.
Penyerapan gelombang bunyi akan mengakibatkan
berkurang atau menurunnya energi bunyi yang menimpa batas
tersebut. Penyerapan oleh elemen pembatas ruangan sangat
bermanfaat untuk mengurangi tingkat kekuatan bunyi yang terjadi,
sehingga dapat mengurangi kebisingan dalam ruang dan juga dapat
bermanfaat untuk mengontrol waktu dengung (RT). Tingkat
penyerapan suatu material ditentukan oleh koefisien
serap/koefisien absorpsi material tersebut. Koefisien absorpsi
adalah angka yang menunjukkan jumlah/proporsi dari keseluruhan
energi bunyi yang datang yang mampu diserap oleh material
tersebut. Beberapa jenis absorber yang umumnya dijumpai adalah
material berpori, panel penyerap, dan rongga penyerap.
4) Reverbrasi
Dalam bunyi, terdapat tolak ukur yang digunakan yaitu
Reverberation Time (RT). Ukuran ini biasa disebut sebagai waktu
dengung. Menurut James Cowan (2000), reverberation
(gema/gaung) merupakan penumpukan bunyi dalam ruang, yang
dihasilkan oleh pemantulan gelombang bunyi yang berulang-ulang
dari seluruh permukaan sebuah ruang. Bila waktu yang dibutuhkan
panjang, maka RT ruangan tersebut panjang, dan hal tersebut cocok
75
untuk ruangan untuk musik. Bila waktu yang dibutuhkan pendek,
maka RT ruangan tersebut pendek, sehingga cocok untuk speech
(inteligibilitas perkataan dan kejelasan bunyi).
5) Resonansi
Berdasarkan Akustika Bangunan, resonansi adalah peristiwa
ikut bergetarnya objek yang berada pada jarak tertentu dari sebuah
objek sumber bunyi yang bergetar. Objek yang ikut bergetar
memiliki kesamaan atau kemiripan frekuensi dengan objek sumber
bunyi yang bergetar. Resonansi akan terjadi sangat kuat bila dua
objek tersebut memiliki frekuensi yang sama. Namun tidak terlalu
kuat ketika kedua objek hanya berdekatan frekuensinya. Resonansi
juga terjadi lebih kuat ketika jarak kedua objek cukup dekat.
Selain diakibatkan oleh kesamaan atau kemiripan frekuensi,
resonansi juga dapat terjadi ketika objek sumber bunyi yang
bergetar adalah objek yang memiliki kekuatan getaran yang hebat
(objek dengan panjang gelombang yang besar atau objek dengan
frekuensi rendah), sehingga mampu menggetarkan objek lain yang
tidak memiliki kedekatan frekuensi.
6) Difusi
Ukuran dan bentuk permukaan akan mempengaruhi bunyi
yang mengenainya dalam bentuk difusi jika kedalamannya sama
dengan panjang gelombang bunyi, x=λ. Difusi bunyi atau
penyebaran bunyi terjadi dalam ruang bila tekanan bunyi di setiap
bagian suatu auditorium sama dan gelombang bunyi dapat
merambat dalam semua arah. Difusi merupakan gejala terjadinya
pemantulan yang menyebar, karena gelombang bunyi menerpa
permukaan yang tidak rata.
Terdapat hal penting yang harus diperhatikan dalam usaha
pengadaan difusi dalam ruang, yaitu permukaan tak teratur
76
(permukaan elemen bangunan yang ditonjolkan, langit-langit yang
ditutup, dinding-dinding yang bergerigi, kotak-kotak yang
menonjol, dekorasi permukaan yang dipahat, jendela terbuka
cukup lebar, seperti diperlihatkan pada gambar 2.9.
77
7) Difraksi
Difraksi didefinisi sebagai gejala akustik yang menyebabkan
gelombang bunyi dibelokkan atau dihamburkan sekitar
pernghalang seperti sudut, kolom, dan balok. Pembelokan dan
penghamburan gelombang bunyi sekeliling penghalang, akan lebih
nyata pada frekuensi rendah dibandingkan pada frekuensi tinggi.
78
Gambar 2.10. Ilustrasi Audio Video Mobil
https://soundworldgb.com/car-boat-atv/22150/Car-Audio
79
a) Head Unit
Head unit adalah perangkat utama audio video mobil.
Perangkat ini berfungsi mengolah sinyal audio maupun video
untuk selanjutnya diteruskan ke perangkat lain seperti
amplifier. Pada awalnya head unit hanya terdiri dari radio.
Sesuai dengan perkembangan teknologi, head unit telah
dikembangkan dalam bentuk kombinasi dengan cassette player,
CD/VCD/DVD player. Perkembangan terbaru, head unit sudah
merupakan produk kombinasi dari semua sistem yang disebut
multi media. Head unit pada sistem ini tidak hanya sebagai
penyedia layanan audio vidio, akan tetapi juga digunakan
sebagai sistem navigasi dan net on car. Gambar 2.13 dan 2.14
diperlihatkan perangkat head unit.
b) Speaker
Speaker berfungsi untuk merubah getaran sinyal audio
yang berupa sinyal listrik menjadi suara melalui membran
80
sehingga suara dapat didengarkan, seperti diperlihat pada
gambar 2.15.
81
(3) Woofer
Woofer adalah jenis speaker yang digunakan untuk
mengeluarkan sinyal-sinyal audio pada frekwensi rendah,
atau sering dikenal dengan istilah bass. Sepeaker ini
biasanya mempunyai dimensi lebih besar dibandingkan
tweeter dan midle. Bentuk fisik diperlihatkan pada gambar
2.18.
82
(5) Full-Range
Speaker full-range mempunyai daerah frekwensi
kerja yang lebih lebar. Speaker ini dapat mengeluarkan
sinyal suara mulai dari frekwensi yang rendah sampai
frekwensi tinggi. Biasanya mempunyai keterbatasan
frekwensi yaitu tidak dapat mnghasilkan suara dengan
frekwensi yang terlalu rendah dan suara dengan frekwensi
yang tinggi. Perangkat ini sekarang sudah semakin jarang
digunakan pada sistem car audio. Bentuk fisik diperlihatkan
pada gambar 2.20.
c) Amplifier
Sesuai namanya amplifier berfungsi untuk menguatkan
sinyal audio dari head unit menuju speaker. Hal ini dibutuhkan
manakala pada head unit tidak memiliki penguat audio sendiri
atau pada sistem yang ingin mengeluarkan sinyal suara yang
kuat. Amplifier dibedakan dari daya amplifier dan jumlah
chanel output yang dimiliki. Amplifier yang paling umum
digunakan adalah amplifier dengan 2 chanel output atau 4
chanel output.
Pemilihan daya amplifier disesuaikan dengan kebutuhan
instalasi yang ada. Untuk sistem audio yang menekankan aliran
SPL, biasanya digunakan amplifier dengan daya yang besar
untuk menekankan kekuatan suara yang dihasilkan. Bentuk
fisik diperlihatkan pada gambar 2.21.
83
Gambar 2.21. Power amplifier
d) TV atau Monitor
TV atau monitor salah satu komponen audio video mobil
system dengan fungsi untuk menampilkan tayangan visual
berupa siaran dari stasiun televisi atau tayangan video dari head
unit. Pada sistem terbaru, monitor juga dimanfaatkan sebagai
tampilan dari sistem navigasi. Bentuk fisik diperlihatkan pada
gambar 2.22.
e) Dash In TV/Monitor
In dash TV/Monitor adalah TV/Monitor yang
dikonstruksi untuk dapat dipasang pada dash-board kendaraan.
Bentuk fisik diperlihatkan pada gambar 2.23.
84
Gambar 2.23. Dash In TV/Monitor
85
Gambar 2.25. Back cushion TV/Monitor
86
Penyambungan jalur sumber arus listrik menggunakan kabel
untuk arus listrik, sedangkan jalur sinyal audio video menggunakan
kabel audio video dan untuk speaker menggunakan kabel speaker.
Bentuk fisik diperlihatkan pada gambar 2.27.
87
Gambar 2.28. Rangkaian car audio sederhana
88
4) Rangkaian Audio Video Mobil
Rangkaian audio video mobil pada dasarnya adalah instalasi
rangkaian audio yang ditambah dengan instalasi rangkaian video.
Penyambungan jalur video dari head unit ke monitor ataupun ke
TV menggunakan kabel Video atau dapat pula menggunakan kabel
data. Bentuk fisik diperlihatkan pada gambar 2.30.
89
Gambar 2.31.Tata letak komponen dan penggunaan kabel serta
Sekring (Fuse)
90
d. Keluar suara bass yang pecah
e. TV tidak keluar gambar
f. Radio tidak dapat menerima siaran
g. Monitor tidak keluar gambar
Hal-hal tersebut dapat terjadi karena beberapa penyebab antara lain:
a. Tegangan power suply tidak ada
b. Head unit rusak
c. Speaker rusak
d. Amplifier rusak
e. Kabel putus
f. Penyetelan yang kurang pas
g. Antena kurang bagus
h. Kabel jalur sinyal audio/video ada masalah
Pengecekan dapat dilakukan pada beberapa bagian seperti terlihat pada
gambar 2.32. Kerusakan dapat terjadi dari 4 sumber penyambungan
sebagai berikut:
a. Arus Power Suply
b. Komponen sistem
c. Kabel penghubung
d. Antena
Selain masalah penyambungan, permasalahan muncul akibat dari
penyetelan yang tidak sesuai.
91
Keterangan:
1. Periksa tegangan power suply
2. Periksa komponen sistem
3. Periksa kabel penghubung
4. Periksa antena
4. Forum Diskusi
92
Temukan bentuk instalasi peralatan Audio Video Mobil dengan versi
yang berbeda. Lakukan telaah tentang kelebihan dan kekurangan
perlatan tersebut. Buatlah penjelasan secara tertulis dengan gambar
yang jelas, kemudian kirimkan (diupload) pada sistem spada.
C. PENUTUP
1. Rangkuman
a. Home theater atau bioskop rumah adalah seperangkat alat elektronik
hiburan yang diseting untuk menyajikan suasana menonton seperti
kondisi di bioskop.
b. Surround sound adalah teknik untuk memperkaya kualitas reproduksi
suara dari sumber audio dengan saluran audio tambahan dari speaker
yang mengelilingi pendengar.
93
c. Akustik suara pada ruang tertutup, secara fisik benar-benar tertutup,
dibatasi oleh dinding, lantai, dan atap atau plafon.
d. Parameter-parameter yang menjadi faktor penentu didalam mendisain
ruangan untuk menghasilkan akustik yang baik seperti: 1).
Gelombang Bunyi; 2). Refleksi; 3). Absorbsi; 4). Reverbrasi; 5).
Resonansi; 6). Difusi; 7). Difraksi.
e. Audio video mobil atau biasa juga dikenal dengan istilah Car audio
video system yang ada pada kendaraan adalah merupakan suatu sistem
“car entertaiment” yang berfungsi untuk memberikan hiburan pada
pengendara agar tidak mengalami kebosanan dijalan.
f. Komponen audio video mobil antara lain; a) Head Unit, b) Speaker,
c) Amplifier, d) TV atau Monitor, e) Dash In TV/Monitor.
2. Tes Formatif
Pilih jawaban yang tepat dari lima alternatif jawaban A, B, C, D, E
dengan cara memberikan tanda silang.
1. Pada peralatan home theater 1.5, karakteristik audio yang dihasilkan
dari peralatan angka 1 pada 1.5 adalah...
A. Sebagai penghasil frekuensi rendah dengan rentang frekuensi di
bawah 120Hz
B. Sebagai penghasil frekuensi tengah (centre) yang berada pada
retang frekuensi 120Hz sampai 1500Hz
C. Sebagai penghasil frekuensi rendah dengan rentah frekuensi
antara 20Hz sampai 1KHz.
D. Sebagai frekuensi tinggi yang bekerja pada frekuensi di atasi
1000Hz
E. Sebagai penghasil suara yang bekerja pada frekuensi full range
94
A. Karakteristik akustik pada ruang tertutup, saat terjadi bunyi, maka
terdapat gelombang bunyi yang akan menumbuk dinding-dinding
sekat ruang, kemudian sebagian energinya akan dipantulkan,
diserap, disebarkan, dibelokkan.
B. Saat terjadi bunyi pada suatu ruangan maka akan terdapat
gelombang bunyi yang akan ditransmisikan ke ruang yang
berdampingan, tergantung pada sifat akustik dindingnya.
C. Karakteristik akustik ruang terbuka maka gelombang bunyi akan
menumbuk setiap objek yang ada disekitar sumber bunyi dan
menggetarkan benda tersebut sesuai dengan karakteristik dan
kepadatan benda tersebut.
D. Saat terjadi bunyi pada ruang tertutup, maka karakteristik bunyi
akan menjalar rata pada seluruh ruang dan energinya akan diserap
semuanya oleh dinding tergantung dari kualitas bahan dinding.
E. Saat bunyi terjadi pada ruang terbuka, saat mengenai benda maka
gelombang bunyi akan dipantulkan ke arah 180 derjat dari sumber
bunyi.
5. Fungsi mana dari peralatan head unit yang tidak terdapat pada head
unit multi media....
A. DVD Player, Blue Ray Player, Radio Receiver
B. Miracess, Navigator, USB Player
C. Blueray Player, Radio Receiver, Camera Recorder
D. USB Player, DVD Player, Radio Receiver
E. DVD Player, Miracess, Navigator,
95
6. Didalam instalasi peralatan audio mobil, jika akan menggunakan
banyak speaker dengan berbagai tipe dan karakter speaker, maka
peralatan apa yang harus disediakan....
A. Head Unit, Power Amplifier dan Equalizer
B. Head unit, Crossover dan power amplifier
C. Head unit, Power Amplifier dan subwoofer
D. Head unit, Crossover dan subwoofer
E. Head unit, Equalizer dan subwoofer
7. Pada instalasi peralatan audio mobil yang terdiri dari Head unit dan
power yang terpasang dengan speaker standar, saat diujicoba bunyi
yang dihasilkan kurang menghasilkan bunyi pada nada-nada rendah.
Apa yang sebaiknya direkomendasikan untuk menangani kasus
tersebut...
A. Menambah ukuran daya power dengan daya yang besar
B. Menambah speaker sub woofer
C. Mengganti head unit yang lebih menghasilkan nada rendah
D. Menambah equalizer
E. Menambah speaker subwoofer aktif
8. Pada suatu instalasi audio video mobil bawaan dari pabrik, didapat
bunyi audio yang kurang enak didengar dengan suara yang cendrung
pecah pada nada-nada tinggi tapi pada nada tengah dan rendah normal.
Apa kemungkinan kerusakan yang terjadi...
A. Head unit terdapat kerusakan dan diperlukan perbaikan
B. Apa instalasi yang rusak pada pemasangan loudspeaker
C. Mengganti head unit yang lebih baik untuk menghasilkan nada
tinggi
D. Mengganti tweeter dengan yang baik
E. Mengganti speaker fullrange dengan yang lebih baik
10. ada pemasangan home theater jenis 1.5 dengan kualitas yang baik.
Saat diputarkan suatu lagi dihasilkan suara yang ada beberapa speaker
yang tidak berbunyi. Apa kemungkinan kejanggalan atau kerusakan
yang terjadi.
A. Speaker tersebut bermasalah
B. Jenis Lagu tidak mendukung dolby sistem
96
C. DVD Player ada trouble
D. Jenis inputan dari peralatan tidak baik
E. Terdapat gangguan pada sistem kontroler audio pada DVD Player
DAFTAR PUSTAKA
Doelle, Leslie L., 1986. Environmental Acoustics. (Terjemahan : Akustik
Lingkungan), Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hamond, Conrrad J. 1982. Engeneering Acoustic & Noise Control , Prentice Hall
Sarwono, Joko. 2010. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB,
Bandung: ITB
Mobile Lab Informasi. 2019. Diagram rinci kabel audio mobil yang dipasang
pabrik. Online: http://www.mobileinformationlabs.com/
Specialty%20systems.htm (diakses tanggal 23 September 2019)
97
DAR2/Profesional/840/03/2019
MODUL 3 KB 3
MASTER REKAMAN DAN CCTV
Disusun oleh,
Drs. Putra Jaya., MT.
Ahmadulhadi, S.Pd., M.Kom.
1. Deskripsi Singkat
Modul ini memberikan pengetahuan tentang master rekaman dan sistem
CCTV. Materi pembahasan diarahkan pada perencanaan pembuatan master
rekaman dan penilaian karakteristik peralatan yang dibutuhkan pada
pemasangan CCTV indoor.
2. Relevansi
Tekhnik audio tidak bisa dilepaskan dari berbagai tekhnik elektronika
lainnya, sejalan dengan adanya kebutuhan manusia untuk mendapatkan
hiburan dan rasa aman. Materi pembahasan mempunyai relevansi dengan
peralatan elektronika yang berhubungan dengan teknik audio video, seperti
peralatan sound sistem, home teater, audio video mobil, dan peralatan
elektronika audio video untuk telekomunikasi.
Petunjuk Belajar
a. Pelajari isi modul dengan cermat dan teliti.
b. Pahami setiap materi teori dasar yang akan menunjang dalam penguasaan
dengan cara membaca secara teliti.
c. Kerjakan soal-soal untuk mengukur sampai sejauh mana pengetahuan
yang telah dimiliki.
99
d. Dalam modul ini terdapat 10 buah soal formatif untuk setiap kegiatan
belajar dalam bentuk pilihan berganda dengan lima alternatif jawaban .
e. Pelajari secara teliti sebelum memberikan jawaban,
f. Bila peserta dapat menjawab benar minimal untuk 7 buah soal, peserta
dapat melanjutkan mempelajari isi modul untuk kegiatan belajar
berikutnya.
g. Lakukan diskusi untuk mendapatkan pemecahan masalah untuk setiap
persoalan yang diajukan dalam forum diskusi sesuai dengan topik
pembahasan.
h. Bacalah referensi lainnya yang berhubungan dengan materi modul agar
peserta mendapatkan tambahan pengetahuan.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Peserta PPG mampu merencanakan pembuatan master perekaman dan
penilaian karakteristik peralatan CCTV.
3. Uraian Materi
a. Master Perekaman
Album rekaman yang berisikan suara dan gambar lahir dari sebuah tempat
studio rekaman. Tempat ini dilengkapi fasilitas khusus untuk melakukan
perekaman, mixing, pre mastering, mastering dan produksi terhadap hasil
dari sebuah penampilan musik dan gambar. Tahapan pengolahan untuk
menghasilkan album rekaman audio diperlihatkan pada gambar 3.1.
100
Gambar 3.1. Proses pembuatan rekaman audio.
Sumber: https://slideplayer.info/slide/12862711/
1) Pembuatan Konsep
Konsep dalam perekaman merupakah langkah awal yang harus
dilakukan. Pemain musik dan sound engineer akan membahas seluruh
proses rekaman sampai pembuatan master. Konsep ini bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang proses yang akan dilalui, misalnya
penggunaan alat musik, efek, tipe lagu dan sebagainya.
101
2) Rekaman
Rekaman atau tracking adalah proses pengambilan sinyal audio untuk
disimpan di media rekam. Selain sumber suara vokal, sumber suara dari
alat musik penghasil sinyal audio atau dari sumber lainnya akan
direkam menggunakan peralatan seperti diperlihatkan pada contoh
konfigurasi peralatan rekaman pada gambar 3.2.
102
proses digitalisasi. Secara teori, pengubah analog ke digital (ADC
converter) menerima masukan analog dan mengubahnya menjadi
sekelompok angka kombinasi 0 dan 1. Sebaliknya pengubah digital
ke analog (digital-to-analog converter/DAC) berfungsi mengubah
sinyal digital ke analog. Kecepatan pengambilan sampel (sampling
rate) atau berapa banyak suara dipotong dalam satu detik merupakan
faktor utama pada seberapa baik sebuah suara dapat melalui
proses digitalisasi. Sebagai contoh, sampling rate pada sekeping CD
menurut standar industry dikopi atau disampel pada 44,1K atau
44.100 kali/detik. Beberapa format menggunakan sampling sampai
48K.
Proses Perekaman dimulai dari mengubah sinyal suara menjadi
sinyal listrik audio menggunakan mikrofon. Sinyal listrik audio
kemudian dikirimkan ke low pass filter (filter untuk melewatkan
frekuensi rendah/suara). Setelah melalui proses ini, dilakukan
sampling oleh (ADC). Keluaran ADC sudah merupakan sinyal
digital 0 dan 1. Hasil digitalisasi berupa sinyal 0 dan 1 disimpan pada
media penyimpanan sebagai rangkaian bilangan biner yang
mewakili sampel amplitudo sinyal audio pada selang waktu yang
sama. Rekaman digital dianggap berkualitas lebih tinggi
dibandingkan rekaman analog. Sistem rekaman dalam format digital
dapat mencegah penurunan kualitas yang disebabkan oleh
kebisingan, gangguan elektromagnetik, dan kerusakan mekanis atau
kerusakan pada media penyimpanan.
103
3. Rekaman menggunakan multitrack recorder, yaitu proses
perekaman dengan bebebrapa mikrofon yang terhubung ke mixer,
kemudian dihubungkan ke mutitrack recorder
4. Rekaman menggunakan Digital Audio Workstation, yaitu proses
perekaman menggunakan alat rekaman kombinasi dari mutitrack
recorder dengan mixer. Hasil rekaman disimpan di harddrive
atau mini disk
5. Komputer DAW, yaitu sistem rekaman dengan menggunakan
komputer, software rekaman, dan peralatan audio lain yang
terhubung dengan komputer.
6. MIDI, yaitu merekam dengan menggunakan MIDI.
3) Mixing
Sebuah mixing console analog atau digital, biasa disebut soundboard
atau mixing desk adalah sebuah peralatan elektronik yang berfungsi
memadukan, mengatur jalur (routing), mengatur level, dan membuat
harmonisasi dinamis dari sinyal audio. Dalam penggunaan
professional, baik dengan sistim analog maupun digital adalah sebuah
peralatan elektronik yang berfungsi memadukan (mixing) dari beberapa
channel yang aktif, mengatur bunyi dari segi level maupun frekuensi
pada jalur channel yang aktif ke saluran induk sehingga menghasilkan
kombinasi output.
104
Audio mixer dalam sistem perekaman merupakan bagian penting
sebagai titik pengumpul dari masing masing sumber suara audio. Bila
sebuah sistem audio diumpamakan sebagai tubuh manusia, snake cable
bisa diumpamakan sebagai sistem syaraf, dan mixing console sebagai
jantungnya. Suatu masalah bila terjadi pada mixing, berarti sistem
audio sedang dalam masalah yang besar. Gambar 3.3 dan 3.4
diperlihatkan gambar mixer consul
105
DVD, Laptop, Keyboard dan lainnya. Fasilitas Switch/saklar per
channel terdapat tombol LPF, Tombol Mute (ON/ OFF), Switch Audio
SUB/ MAIN Out.
Dalam sebuah Mixer Audio terdapat susunan kolom berderet dari atas
hingga bawah, yang disebut Channel. Pada posisi ini dapat dilihat ada
Jack untuk input (biasanya paling atas) menggunakan XLR Female dan
TRS (Phone) Jack. Jack XLR berfungsi untuk penyambung Jack
Microphone atau sumber Audio lainnya. Pada bagian bawah biasanya
terdapat Gain atau Sensitive, Treble Level (High), Middle Level (Mid),
Mid Freq, Low Freq Level, Low, AUX 1, AUX 2, Panpot (Balance
Center) dan Volume dengan metode menggesernya ke atas dan bawah.
Jalur input pada saluran (channel Mixer) biasanya dibagi menjadi
beberapa bagian; Input Jack to Jack Connector; Penguat depan
Microphone dan input control (terdiri dari IC Op Amp); Channel EQ
(High, Middle High, Mid, and Low), Bass Middle Treble; Bagian
pencabangan (Router) yang pada koneksinya diteruskan ke posisi
Direct Outs, Aux Sends, Panning control (balance) and Addresing Sub
Group; Output Faders Level Control; Sub Group Faders; dan Output
controls termasuk Master level controls, EQ dan atau Matrix routing.
Di dalam mixer terdapat peralatan yang terdiri dari tombol pemutar,
Jacks, saklar (switch) dan tombol geser (Slider). Kondisi susunan
tombol masing-masing pabrik kadang berbeda-beda dengan
memberikan warna tertentu untuk tombol pemutarnya. Secara bertahap
di uraikan di bawah ini.
Jack Input Channel
Connector Input channel ini menggunakan Jack XLR Female dan Jack
Phone TRS, diperlihatkan pada gambar 3.5. Fungsinya untuk
menghubungkan input dari Microphone dan sumber suara lainnya
dengan terlebih dahulu diatur level gain.
106
Gambar 3.5. Jack XLR Female dan Jack Phone TRS
Jack Insert Channel
Beberapa mixer profesional terdapat dua jenis Jack Insert Point, Insert
Send dan Insert Return. Pada mixer standar bagian Jack Insert Point
hanya berupa insert I/O (input/output). Bagian ini bisa digunakan untuk
menghubungkan sinyal yang berasal dari processor external seperti EQ,
Compressor/ Limiter/ Gate.
Jack Direct Out Channel
Jack ini sering digunakan untuk mengirimkan sinyal audio secara
langsung untuk direkam pada multi-track recording, atau kadang
dipakai oleh sound-man dalam menghubungkan saluran ke channel
Mixer yang lain, biasanya dari mixer panggung ke Mixer FOH.
Istilahnya adalah channel to channel connection.
Fungsi Low Cut Switch
Tombol Low Cut ini berupa saklar On/Off yang berfungsi sebagai High
Pass Filter (HPF) untuk memotong sinyal yang mengandung nada
rendah pada nilai yang tertentu. Bila dalam box tertulis 80 Hz, berarti
alat ini memfilter dan memotong sinyal nada di bawah frekuensi 80 Hz.
Dalam prakteknya, penggunaan tombol Low Cut bisa dimanfaatkan
untuk mengurangi tekanan suara hembusan angin dari mulut pengguna
Mic.
Tombol Pemutar Gain Atau Sensitive (Sens)
Fungsi Gain atau Sensitive seperti diperlihatkan pada gambar 3.6
adalah untuk meyesuaikan kepekaan dan kekuatan sumber input.
107
Microphone dan Spool Guitar merupakan sumber input tanpa
penguatan, posisi Gain akan melaju ke arah kanan dalam satuan dBu.
Gain atau Sens akan memberikan ruang penguatan yang cukup lebar
pada tingkat bagian depan Pre amp channel Mixer.
Untuk pengaturan penguatan berupa Keyboard, VCD Player atau
komputer, Gain Sensitive diatur dibawah 0 dB untuk menghindari
overload level pada penguatan akhir sirkuit Main Mixer. Suara yang
terdengar akan sedikit pecah bila melebihi level di atas 0 hingga 3 dB.
Gerbang input gain memegang peranan penting dan kritis untuk
menghasilkan semua suara yang berkualitas. Usahakan untuk menjaga
agar setiap input terhindar dari noise dan distorsi yang akan mengalir
ke seluruh sistem dan membuat suara jadi terganggu. Bila ternyata input
gain sangat besar atau terlalu besar, lakukan pengurangan sebagai
antisipasi dengan menekan switch tombol PAD pada mixer (bila ada
fasilitas ini) untuk menurunkan gain input signal/ tingkat tekanan suara
mulai –20 dB sampai –30 dB.
Tombol PAD
PAD berfungsi untuk mengurangi level input yang diterima input
channel sebesar 20 dB – 30 dB
108
Gambar 3.7. Tombol PAD
Tombol Pemutar Equalizer (Eq)
Pelabelan EQ dalam sebuah mixer terbagi dalam beberapa pengaturan,
berbentuk tombol putaran level menggunakan potensiometer dengan
warna tersendiri. Tombol pengaturan ini berfungsi untuk mendapatkan
kondisi frekuensi suara;
High, Fungsi tombol pemutar ini adalah untuk mengatur kepekaan
lebar frekuensi tinggi.
Mid, Fungsi tombol pemutar ini adalah untuk mengatur kepekaan
lebar frekuensi tengah.
Mid Freq., Middle Frekuensi berfungsi untuk mengatur lebar rentang
frekuensi Mid. Frekuensi khusus nada mid yang diinginkan dapat
diatur (tidak semua mixer dilengkapi dengan faslitas ini).
Low, Fungsi tombol pemutar ini adalah untuk mengatur kepekaan
lebar frekuensi rendah atau bass.
109
Tombol Phantom/48V
Phantom/48V seperti diperlihatkan pada gambar 3.9 digunakan untuk
menyuplai daya sampai 48V yang dibutuhkan untuk menyalakan
microphone jenis condenser atau untuk menyalakan D I Box tipe Aktif
110
Tombol Pemutar Level Fx Send (Pengiriman Sinyal Fx)
Tombol ini berfungsi untuk mengirimkan seberapa besar dan kecilnya
level suara FX internal pada Mixer.
Switch Pre Fade Listening (PFL)
PFL berarti mendengarkan suara tanpa terpengaruh oleh besar kecilnya
posisi fader channel. Bagian ini sering digunakan oleh teknisi sound
system untuk mengontrol seberapa besar sinyal suara secara individual
melalui headphone.
Tombol saklar ini berperan untuk mengetahui posisi aktif suatu
Channel yang keberadaannya dapat diketahui saat menekan tombol satu
persatu pada saluran mixer. Informasi audio yang aktif terdengar di
Headphone dan juga tampil di indicator LED. Biasanya saat menekan
PFL akan terhubung ke indicator Display LED dan juga diselingi suara
di Phone Output (Headphone). Sebagian produk mixer memberikan
nama knob PFL dengan tulisan SOLO.
111
Gambar 3.12. Tombol Pemutar Pan
Tombol Switch Sub/Main
Tombol ini berfungsi untuk menempatkan ke arah mana tujuan sinyal
output suara akan didistribusikan. Saat menekan saklar, sinyal suara
akan berpindah posisi ke arah Main Output atau Sub Group. Tombol ini
dapat difungsikan sebagai monitor speaker.
Tombol Geser Channel Level Control (Volume Channel)
Tombol ini berfungsi untuk membesarkan dan mengecilkan seberapa
besar level audio pada channel yang diatur.
112
terdekat dengan jack tersebut. Headphone nanti berfungsi untuk
memantau suara baik sebagai suara utama yang telah masuk ke induk
master atau sebagai controling channel saat menekan PFL. Peralatan ini
dapat digunakan untuk menyetel nada atau frekuensi bunyi yang lebih
detail pada pendengaran manusia.
Rec Output
Fungsi Rec (Recording) output adalah untuk menyalurkan sinyal pada
peralatan recording. Sinyal output rec terhubung ke bagian induk
pencampuran. Penggunaan Rec output membutuhkan pengetahuan
khusus dibidang perbandingan faktor penguatan dalam satuan dB.
Perbandingan output yang terlalu tinggi berakibat overload pada hasil
rekaman.
Led Indicator Display
Fungsi Indicator LED Display adalah untuk menunjukkan posisi
kekuatan sinyal audio pada posisi Master Main Output (induk output)
secara keseluruhan. Bisa juga untuk melihat seberapa besar intensitas
audio channel saat menekan tombol PFL. Displaying ini pada satuan
dB saat lampu atau jarum indikator bermain atau berkedip. Perlu
menjadi perhatian saat lampu menyala pada warna kuning hingga
merah. Kekuatan sinyal pada posisi ini akan memberikan dorongan
input yang berlebihan pada Power Amplifier, yang berakibat kurang
baik pada Main output Speaker. LED display sangat berperan dalam
pensettingan.
113
Setelah memahami pengertian, fungsi dan kegunaan masing tombol
pengaturan pada bentuk fisik mixer, selanjutnya diuraikan pembahasan
tentang peran seorang mixer.
Bila semua sumber suara yang dibutuhkan sudah terekam dalam
beberapa track terpisah, atau multiple track, seorang mixer akan
berperan merealisasikan atau menentukan suara track secara individual.
Dengan menggunakan sebuah analogi spatial, dilakukan pemisahan
suara sehingga pendengar bisa mendengar masing masing track
individual. Seorang mixer dalam melakukan mixing akan
memperhatikan masalah paning, kontrol frekuensi dan EQ, dan
pengaturan level dan reverberasi.
Pengertian Panning bagi seorang mixer adalah sebuah pekerjaan untuk
melakukan kontrol guna mengontrol dimensi kiri atau kanan dari suara
track. Contoh dalam musik pop, biasanya instrumen kick drum, bass
dan lead vocal merupakan track yang dipaningkan pada posisi tengah,
yang lainnya dipaningkan ke arah kiri atau ke arah kanan. Tujuan
pengaturan ini untuk mendapatkan pengisian medan suara (sound field).
Seorang mixer melakukan kontrol frekuensi EQ untuk mendapatkan
dimensi naik turun suara di ruang, dengan memainkan pitch. Setiap
track mengandung sekelumit bidang frekuensi harmonik, yang telah
direkam pada level level berbeda. Seorang mixer akan menentukan
bagaimana timbre (warna suara) yang terdengar dari track.
Pengatuturan EQ (Ekualisasi) diperlukan hanya untuk mengedepankan
apa yang menjadi prioritas pada frekuensi berbeda. Tidak semua track
mementingkan kesamaan band frekuensi, yang penting pendengar
rekaman mampu membedakan satu elemen atau instrumen dengan yang
lain.
Tugas lain dari seorang mixer adalam melakukan kontrol level dan
reverberasi dari dimensi dekat-jauhnya suara di ruangan. Jika produser
ingin vokal suara tepat di depan sang pendengar, track akan di-mix pada
sebuah level tinggi tertentu, dengan reverb yang sangat kecil. Suara
114
yang dihasilkan dapat menjangkau telinga dan tidak dipengaruhi oleh
suara sekitarnya.
4) Pre Mastering
Hasil yang diperoleh dari proses mixing diedit. Proses ini masuk dalam
pre mastering atau persiapan menuju mastering. Proses pre mastering
adalah proses penyempurnaan hasil mixing untuk mencapai
“standarisasi” dalam arti, merapikan frekuensi-frekuensi yg
mengganggu (misalnya bass yang terlalu over), pengaturan gain untuk
mencapai gain yang maksimal tetapi tidak overcompression (-12dB
untuk pop,-10 dB untuk rock). Jika proses standarisasi tidak bisa
tercapai karena bost dan cut pada proses mixing terlalu besar harus
dilakukan mixing ulang.
5) Mastering
Mastering adalah pengolahan terakhir sinyal audio dalam proses
perekaman. Mastering merupakan proses secara keseluruhan meliputi
peletakan track, penentuan marker, penataan fade in fade out. Mastering
juga bertanggung jawab perpindahan antar lagu agar di antara lagu yang
diproduksi terkesan satu produk. Hasil akhir dari proses mastering
adalah Master dalam berbagai bentuk format. Berikut ini adalah
macam-macam format file suara:
Format MP3 dikembangkan dan dipatenkan oleh Fraunhofer
Institute. Format MP3 menjadi format paling populer dalam musik
digital. Kepopuleran MP3 disebabkan karena ukuran filenya yang
relative kecil. Beberapa batasan/limit format MP3, diantaranya;
1. Bit rate terbatas, maksimum 320 kbit/s;
2. Resolusi waktu yang digunakan MP3 dapat menjadi terlalu rendah
untuk sinyal-sinyal suara yang sangat transient, sehingga dapat
menyebabkan noise;
3. Resolusi frekuensi dibatasi oleh ukuran window yang kecil dan
mengurangi efisiensi coding;
115
4. Tidak ada scale factor band untuk frekuensi di atas 15,5 atau 15,8
kHz; Mode joint stereo dilakukan pada bassis per frame;
5. Delay bagi encoder/decoder tidak didefinisikan, sehingga tidak ada
dorongan untuk gapless playback (pemutaran audio tanpa gap).
Tetapi, beberapa encoder seperti LAME dapat menambahkan
metadata tambahan yang memberikan informasi kepada MP3
player untuk mengatasi hal tersebut.
Format WAV singkatan dari Wave Form Audio Format. Format ini
merupakan standar format berkas audio yang dikembangkan oleh
Microsoft dan IBM. WAV merupakan varian dari format bitstream
RIFF dan mirip dengan format IFF dan AIFF yang digunakan
komputer Amiga dan Macintosh. Baik WAV maupun AIFF
kompatibel dengan sistem operasi Windows dan Macintosh.
Walaupun WAV dapat menampung audio dalam bentuk terkompresi,
umumnya format WAV merupakan audio yang tidak terkompres.
116
toko musik online, iTunes, iPod, dan pemutar musik digital portabel
dari Apple.
117
menangkap dan merekam gelombang sinyal dari instrument asli,
misalnya bass, gitar, mikrofon, dan lain-lain, yang dikoneksikan
melalui soundcard pada komputer. Track MIDI berperan sebagai media
untuk menampung blok-blok MIDI yang dihasilkan dari ragam
instrument sintesis dari sebuah software.
Penggunaan DAW lebih bisa diandalkan hingga proses akhir
pembuatan mastering. Banyak pilihan DAW yang tersebar dipasaran,
yang masing-masing mempunyai keunggulan tersendiri. Diantaranya
adalah ACID Pro, Cubase Nuendo, Protools, Reason, Presonus Studio
One dan masih banyak lagi yang lainnya. Perangkat lunak Nuendo
menjadi pilihan karena sangat simpel dan cukup familier bagi banyak
pengguna. Langkah langkah penggunaan perangkat lunak akan
diuraikan pada bagian contoh/non contoh/ilustrasi halaman 65 modul
ini.
Cara mastering menggunakan nuendo diawali dengan mengenal
diagram blok proses. Beberapa rantai kerja untuk audio mastering yang
dilakukan mastering engineer, atau yang biasa disebut Mastering Chain.
Salah satu dasar dari Mastering Chain seperti dipelihatkan pada gambar
3.15.
118
colouring (untuk memperhalus suara) guna mendapatkan suara akhir
lebih jernih. Bila hasil mastering dirasakan kurang ‘lebar’, biasanya
ditambahkan dengan efek stereo imaginer. Penambahan ini akan
menghasilkan output bisa terasa ‘lebar’. Namun bila stereo imaginer
terlalu besar, saat hasil mastering pada posisi mode mono atau ringtone,
terdapat beberapa suara instrumen yang hilang, sehingga terjadi
perbedaan bila didengarkan dengan mode stereo.
Dalam perencanaan diinginkan hasil mastering terdengar sangat keras,
bisa disisipkan clipper sebelum limiter. Perlu diingatkan bila sinyal
yang dihasilkan terlalu keras, akan menyebabkan cacat dan dinamika
yang menjadi kecil. Untuk itu clipper hanya digunakan seperlunya,
paling tidak sama kerasnya dengan hasil dari CD-CD komersial.
119
spektrum yang tampak pada layar monitor. Sinyal terlalu besar pada
frekuensi rendah atau terlalu kecil pada frekuensi tinggi berdasarkan
pengamatan tanpa didengar akan mengakibatkan hasil master tidak
memenuhi standar. Pendengaran dan pengamatan spektrum harus
seiring. Pengamatan visual dari spektrum hanya digunakan sebagai
alat bantu.
5. Sinyal audio yang hendak dibuat mastering disarankan mempunyai
headroom sebesar -6dB agar bisa bekerja lebih optimal sampai 6dB.
Sinyal audio yang akan dibuat mastering mempunyai headroom
yang hampir mendekati 0dB, akan diperoleh hasil mastering
terpotong pada bagian puncak. Bila ingin menyelamatkan sinyal
tersebut, hasil mastering bisa lebih rendah amplitudonya
dibandingkan sinyal mixing.
Cara termudah untuk melakukan mastering adalah dengan
menambahkan level volume, mengatur ekualiser (bila diperlukan) serta
menyelaraskan level volume antara lagu yang satu dengan lagu yang
lain. Secara definisi, mengatur equalizer adalah proses mengangkat
(boosting/enhancing) atau menurunkan (cutting) gain dari frekuensi
tertentu tanpa mempengaruhi frequensi lainnya. Untuk dapat
melakukan pengaturan equalizer pada saat mastering, diperlukan
pemahaman terhadap pengaruh atau efek dari beberapa rentang
frequensi bagi sebuah sinyal audio secara keseluruhan. Rentang rentang
frekuensi tersebut dapat dijadikan sebagai acuan pengaturan equalizer
pada proses mastering.
Rentang frekuensi sub bass atau low bass (40 Hz – 80 Hz)
Rentang frekuensi terendah yang biasa ada dalam sebuah lagu adalah
rentang frekuensi 40 – 80 Hz dengan pengaturan equalizer yang
dipusatkan di sekitar 50 Hz. Rentang frekuensi ini dinamakan rentang
frekuensi sub bass/low bass. Memang banyak suara yang memiliki
frekuensi sekitar 20-40 Hz, namun suara tersebut biasanya bukanlah
suara dari alat musik (kecuali untuk beberapa jenis pipe organ). Kick
120
drum, bahkan bass guitar pun tidak memiliki frekuensi pada rentang
tersebut (nada terendah dari senar bass guitar memiliki frekuensi 41 Hz).
Dengan demikian pada banyak kasus, rentang frekuensi 20-40 Hz
dipangkas habis menggunakan HPF (high pass filter) atau low cuts filter.
Rentang frekuensi sub bass / low bass umumnya diatur dengan
equalizer untuk memberikan “power” kedalam sebuah instrument
ataupun keseluruhan lagu. Rentang frekuensi tersebut tidak akan
terdengar jelas ketika mendengarkan lagu pada level volume yang pelan
ataupun mendengarkan lagu menggunakan speaker kecil. Dengan
demikian, agar dapat mengatur rentang frekuensi sub bass/low bass
dengan benar, harus diatur equalizer sambil mendengarkannya pada
level volume yang keras, kemudian mencobanya pada level volume
yang dipelankan.
Rentang frekuensi bass (80 Hz – 250 Hz)
Mengatur equalizer pada rentang frekuensi bass umumnya dipusatkan
pada frequensi sekitar 100 Hz atau 200 Hz, akan mempengaruhi
“ketebalan” dari sebuah instrument ataupun sebuah lagu. Pada track
guitar dan bass guitar, dinaikkannya gain di sekitar frekuensi 100 Hz
biasanya akan menambah suara terdengar lebih “bulat”. Namun harus
berhati-hati karena jika diberikan secara berlebihan akan membuat
suara guitar ataupun bass guitar terdengar “berdentum”. Pada beberapa
kasus, gain di sekitar frekuensi 100 Hz pada track guitar bahkan
diturunkan untuk membuat suara guitar tersebut terpisah dari suara bass
guitar, dan mengurangi suara dentuman dari track tersebut. Namun
konsekuensinya adalah not-not yang dimainkan pada rentang frekuensi
tersebut menjadi terdengar samar. Biasanya, untuk membuat not-not
tersebut kembali terdengar jelas, perlu ditambahkan sedikit gain pada
frekuensi disekitar 200 Hz. Pada track vocal, frekuensi di sekitar 200
Hz menentukan keutuhan dari suara vocal yang direkam. Namun
frekuensi pada rentang ini seringkali dipotong agar suara vocal
terdengar terpisah dari instrument lain. Kecuali jika telah diatur
121
equalizer dan menaikkan gain pada frekuensi high pada track vocal dan
membuat suaranya terdengar tipis, dinaikkannya gain di sekitar
frekuensi 200 Hz biasanya akan mengembalikan ketebalan suara vocal
tersebut.
Rentang frekuensi mid lower (250 Hz – 500 Hz)
Mengatur equalizer pada frekuensi di sekitar 250 – 500 Hz dapat
memberikan aksen pada ambience di studio rekaman dan kejernihan
suara bass dan instrument string yang bernada rendah seperti cello,
ataupun nada rendah dari piano dan organ. Penambahan gain yang
berlebihan pada rentang frekuensi ini dapat membuat kick drum dan
tom terdengar seperti terbuat dari kardus atau karton, sehingga untuk
track-track tersebut serta track cymbal frekuensi mid lower biasanya
dipangkas habis. Pada umumnya, pengaturan equalizer pada mid lower
rentang dapat dilakukan disekitar frekuensi 250 – 500 Hz, namun lebih
sering dipusatkan disekitar frekuensi 300 dan 400 Hz. Bagian terendah
dari rentang frekuensi mid lower (250 Hz – 350 Hz) disebut juga
dengan rentang frekuensi upper bass yang biasa dinaikkan pada track
vocal terutama vocal wanita untuk membuat suaranya terdengar lebih
tebal.
Rentang frekuensi menengah (500 Hz – 2 KHz)
Mengatur equalizer pada rentang frekuensi menengah sering di lakukan
untuk membuat suara instrument terompet ataupun yang berkarakter
hampir sama terdengar jelas (biasanya sekitar 500 Hz sampai 1 kHz),
atau untuk membuat efek suara telephone. Penambahan gain pada
rentang frekuensi menengah juga dapat menambah attack dari track
bass guitar (biasanya di 800 Hz dan 1,5 kHz). Sama halnya dengan
nada-nada rendah dari track rhythm guitar yang juga dapat terdengar
lebih memiliki attack jika gain di frekuensi 1,5 kHz dinaikkan. Untuk
instrument guitar, piano dan vocal, gain dari mid rentang frekuensi ini
lebih sering diturunkan. Menurunkan gain di frekuensi 500 – 800 Hz
untuk track gitar akustik dapat membuatnya terdengar lebih jernih,
122
sementara menurunkan gain di frekuensi 800 Hz pada track vocal dapat
menurunkan suara sengau serta membuatnya terdengar lebih “bulat”
dan jelas. Untuk track snare drum, penurunan gain di frekuensi 800 Hz
dapat menghilangkan kesan suara kaleng.
Rentang frekuensi upper mid (2 kHz – 4 kHz)
Rentang frekuensi ini menentukan efek attack dari rhythm instrument
juga percussive instrument. Pengaturan equalizer dapat diaplikasikan di
frekuensi mana saja di rentang ini, namun biasanya dipusatkan sekitar
frekuensi 3 kHz. Pada kick drum, menaikkan gain di frekuensi 2,5 kHz
dapat memberikan attack pukulan dengan karakter felt beater,
sementara 4 kHz memberikan karakter hardwood. Frekuensi–frekuensi
ini dapat pula memberikan attack lebih jelas pada tom dan snare. Track
guitar pun seringkali diberikan sedikit attack dan pemisahan suara
dengan cara mengatur equalizer di rentang ini. Sementara untuk track
vocal, sedikit boosting (sekitar 1 dB – 3 dB) di rentang frekuensi
menengah akan membuat vocal tersebut terdengar lebih menonjol.
Namun menambahkan gain terlalu berlebihan dapat membuat syllables
dari vocal sulit untuk di reduksi dan membuatnya tidak enak didengar.
Pada track background vocal, umumnya rentang frekuensi menengah di
turunkan agar terdengar lebih “transparan“.
Rentang frekuensi presence (4 kHz – 6 kHz)
Mengatur equalizer pada rentang frekuensi presence dapat membuat
track vocal ataupun instrument melodi lainnya terdengar lebih dekat
dan lebih jelas. Namun jika berlebihan dapat membuat suaranya
terdengar kasar. Pengaturan equalizer pada rentang frekuensi presence
umumnya dipusatkan disekitar frekuensi 5 kHz.
Rentang frekuensi treble (6 kHz – 20 kHz)
Pengaturan frekuensi pada rentang frekuensi treble dapat menentukan
kejernihan dari instrument. Biasanya dipusatkan di sekitar frekuensi 7
kHz, 10 kHz dan 15 kHz. Suara “S” pada vocal biasanya memiliki
frekuensi sekitar 7 kHz, membuat frekuensi tersebut biasanya
123
diturunkan. Namun harus hati-hati pada saat menurunkannya karena
dapat membuat vocal terdengar “tumpul”. Breath sound dari track vocal
biasanya terdengar di frekuensi 15 kHz keatas. Secara garis besar,
mengatur equalizer untuk track vocal adalah menghilangkan aksen “S”
yang terlalu kasar dan memberikan breath sound yang berkualitas.
Frekuensi 7 kHz juga merupakan “metallic attack” dari frekuensi drum,
sementara 15 kHz merupakan desisan bagi track cymbals. Ketika
mengatur equalizer secara keseluruhan, frekuensi 10 kHz digunakan
sebagai penambah level kejernihan secara umum.
b. Sistem CCTV
Isi modul ini lebih banyak bersumber dari CCTVMAN, sebuah situs
internet yang menyajikan teknologi terbaru dalam bidang CCTV,
disamping berasal dari sumber lain yang relevan dengan kisi-kisi isi modul.
Semua tulisan yang disusun sebagai isi modul hanya digunakan untuk
pendidikan dan pengajaran.
Closed-circuit television (CCTV) atau video surveillance adalah sebuah
sistem pengawasan yang menggunakan kamera video untuk mengirim
gambar ke tempat tertentu dalam sebuah sistem pengawasan yang terbatas.
CCTV merupakan sistem pengawasan terpadu yang memanfaatkan
kamera sebagai media input (melihat). Selain kamera CCTV ada
komponen lain yang diperlukan agar sebuah sistem pengawasan terpadu
bisa terwujud.
Beberapa singkatan dan istilah CCTV yang sering digunakan;
CCTV (Closed Circuit Television); HD (High Definition); IP (Internet
Protocol); ONVIF (Open Network Video Interface Forum); PAL (Phase
Alternating Line) (TV encoding system); PoE (Power over Ethernet);
PTZ (Pan-Tilt-Zoom); SXGA+ (Super Extended Graphics Array Plus)
Sistem keamanan CCTV bermanfaat untuk investigasi kriminal dan
memberikan rasa aman kepada masyarakat. CCTV banyak digunakan
untuk sistem keamanan komplementer dan juga digunakan secara luas di
124
berbagai lokasi seperti bandara, militer, kantor, pabrik, dan toko. Bahkan
banyak teknologi canggih, CCTV telah dimasukkan ke dalam suasana
rumah non-publik.
Sebagai sistem keamanan, sistem CCTV dibangun dari peralatan kamera,
media penyimpanan, transmisi dan pengendalian. Koneksi antar perangkat
diperlihatkan pada gambar 3.16.
1) Kamera CCTV
Kamera CCTV adalah alat pengambilan gambar. Kamera merupakan
komponen yang berdekatan langsung dengan objek yang akan diawasi.
Kamera akan menerima informasi objek yang diawasi dan meneruskan
informasi ke DVR untuk diolah lebih lanjut. Kamera CCTV terdiri dari
berbagai macam ukuran yang dibedakan dalam hal performa, kualitas
dan pemakaian. Pemilihan jenis kamera CCTV bisa disesuaikan dengan
kebutuhan dengan mempertimbangkan spesifikasi dan sensor yang
dimiliki setiap perangkat kamera CCTV, seperti CCD, pixel, LUX,
sistem lensa.
125
Gambar 3.17. Ukuran Standar CCD (Sumber: http://cctvman.co.id/)
Piksel (pixel), merupakan singkatan dari picture element. Definisi
pixel adalah wilayah terkecil dari gambar pada monitor yang mampu
menghasilkan gambar saat sinyal listrik melewati sistem. Jumlah
elemen pixel dalam gambar utuh ditentukan oleh karakteristik
geometris berupa informasi jumlah total, ketajaman dan detail
gambar yang dapat ditampilkan pada tinggi vertikal dan lebar
horizontal.
Sensitivitas Cahaya (Lux), kemampuan kamera untuk mereproduksi
gambar berdasarkan jumlah cahaya yang diterima. Biasanya satuan
sensitivitas cahaya dinyatakan dalam footcandles atau lux. Besarnya
sensitivitas kamera CCD secara umum diukur berdasarkan kinerja
dalam kondisi cahaya rendah.
Tabel 3.1. Sensitivitas Cahaya
126
kamera jauh lebih besar, sehingga gambar yang dihasilkan lebih
baik.
Lensa merupakan salah satu faktor mempengaruhi kualitas gambar
pada kamera CCTV. Lensa kamera CCTV bertugas memusatkan
gambar agar tepat mengenai elemen sensor. Berikut ukuran lensa,
sudut pandang dan jarak pandang ideal pada kamera CCTV
berdasarkan standard (www.tronikaonline.com):
Tabel 3.2. Ukuran Lensa, Sudut Pandang dan
Jarak Pandang Ideal
Ukuran Lensa Sudut Pandang Jarak Pandang Ideal
(mm) (derjat) (meter)
2,5 110 8
2,8 100 10
3,6 90 12
4 80 15
6 65 20
8 55 25
toleransi 10-30%, karena adanya perbedaan hasil pengukuran
pada beberapa kamera dan obyek, variasi jarak pandang ideal pada
masing-masing orang.
127
Dengan mengacu pada tabel data teknis, untuk pengukuran detail
wajah seseorang, dapat mengikuti contoh hasil pengukuran pada
tabel berikut.
Tabel 3.4. Contoh Hasil Pengukuran
Jarak Lebar Bidang
Kualitas Gambar
(meter) (Meter)
Lensa 3.6mm, Jarak dan Hasil (toleransi 10-30%)
1,5 2,3 Detail
3 4,6 Cukup detail
4,6 6,9 Masih bisa dikenali
7,6 11,4 Samar-samar
15,2 22,9 Sulit dikenali
30,5 45,7 Tidak dikenali
Lensa 6mm, Jarak dan Hasil (toleransi 10-30%)
1,5 1,2 Lebih Detail
3 2,3 Detail
4,6 3,5 Cukup detail
7,6 5,8 Masih bisa dikenali
15,2 11,6 Samar-samar
30,5 23,2 Sulit dikenali
Lensa 16mm, Jarak dan Hasil (toleransi 10-30%)
1,5 0,4 Super Detail
3 0,9 Sangat Detail
4,6 1,3 Lebih Detail
7,6 2,1 Detail
15,2 4,3 cukup Detail
30,5 8,5 samar-samar
128
kanannya menjadi sempit. Akibatnya, objek akan tampak lebih
dekat. Kebanyakan camera CCTV memakai lensa standar dengan f
= 3,6mm, 3,8 atau 4,0mm. Selain itu ada juga lensa dengan f = 6mm,
f = 8mm, f = 12mm dan seterusnya hingga lensa Zoom (60mm,
80mm dan seterusnya).
Fixed Lens; Fixed artinya lensa dengan ukuran milimeter tetap. Fix
lens memiliki dua pengertian, yaitu Fixed dalam arti ukuran mm-nya
tetap, disebut monofocal dan Fixed dalam arti nilai iris-nya tetap,
bukan auto auto iris.
Varifocal Lens; Varifocal merupakan kependekan dari variable
focal. Lensa varifocal adalah sebuah sistem jarak titik focus lensa
bisa diatur dalam batas minimum dan maksimum. Bila objek terlihat
kurang dekat (kurang jelas), jarak titik focus lensa bisa diatur ke arah
lebih besar, sehingga objek seolah-olah mendekat. Sebaliknya, jika
sudut pandang kurang lebar, jarak titik focus lensa diatur ke arah
yang kecil.
Pemakaian lensa varifocal pada kamera CCTV kebanyakan
diletakkan di atas pintu garasi yang mengarah ke pintu pagar untuk
mengamati objek. Jika objek terlihat “kurang dekat” (sosoknya tidak
jelas), lensa bisa diputar ke nilai mm yang lebih besar.
Zoom Lens; Lensa zoom biasanya memiliki batas jarak titik focus
yang lebih besar, misalnya 6mm – 60mm. Pengaturan jarak titik
focus lensa digerakkan menggunakan motor elektrik dilengkapi
sistem kontrol dan keyboard. Lensa jenis ini dinamakan motorized
zoom. Spesifikasi pengaturan dinyatakan 10x Zoom, berarti batas
atas sama dengan 10x batas bawah. Lensa zoom dengan ukuran 6mm
– 60mm memiliki Zoom 10x. Secara umum, zoom mengandung dua
pengertian, yaitu; Zoom Optical adalah sebuah zoom yang diperoleh
dari gerakan lensa, seperti halnya memutar sebuah teropong atau
binokular untuk memperoleh objek yang jelas (dekat), Zoom
Digital, yaitu perbesaran gambar yang dilakukan oleh sirkuit
129
elektronik di dalam kamera, seperti halnya memperbesar sebuah
perangko di atas mesin foto kopi. Kombinasi kedua jenis zoom
menghasilkan angka-angka zoom sampai dengan 220x (22x Zoom
Optical yang diperbesar 10x lagi secara elektronik oleh Zoom
Digital).
Board Lens; Salah satu lensa fixed yang banyak dipakai pada
kamera ukuran kecil (miniature) dan camera dome. Penggunaan
Board Lens pada kamera yang dinamakan dengan board camera.
Lensa Board Lens termasuk ke dalam lensa fixed (monofocal)
dengan ukuran mulai dari 2,8mm hingga 12mm.
Pinhole Lens; Sebuah bentuk lensa fixed yang ujungnya sebesar
lubang jarum dan biasa dipakai pada board camera. Lensa ini
dinamakan pinhole lens dan memiliki ukuran mm yang umumnya
sama dengan lensa fixed.
Iris; Iris adalah kemampuan lensa dalam menyesuaikan diri
terhadap perubahan cahaya di sekitarnya. Iris berkaitan erat dengan
dengan F Stop, sebuah parameter untuk menyatakan daya tangkal
lensa terhadap cahaya yang masuk. Makin besar F Stop suatu lensa,
maka cahaya masuk yang ditahan akan semakin besar. Lensa
memiliki dua posisi F Stop, saat lensa terbuka penuh (aperture
maksimum, dan F stop minimum, dan posisi lensa tepat sebelum
lensa tertutup (aperture minimum dan F stop maksimum).
F stop berpengaruh pada hasil gambar. Nilai F stop rendah berarti
lensa tersebut dapat meloloskan cahaya lebih banyak, sehingga
kamera akan menghasilkan gambar yang lebih baik pada malam hari.
Nilai F stop yang tinggi berguna untuk menangkal cahaya kuat, agar
gambar tidak silau (whiting out). Untuk meningkatkan F Stop
maksimum, semua lensa auto-iris dilengkapi dengan spot filter
Neutral Density. F stop juga berpengaruh langsung pada kedalaman
medan (depth of field).
130
Berdasarkan F Stop, dikenal berbagai macam jenis lensa; Lensa
Fixed Iris, yaitu lensa dengan nilai F Stop tetap, misalnya; F1.0,
F1.2, F1.4; Lensa Manual Iris, yaitu lensa yang nilai F Stop bisa
diatur secara manual (diputar dengan tangan), misalnya dari F1.2
sampai dengan close (tertutup) atau dari F1.4 sampai close. F Stop
close menyatakan kondisi paling maksimum (tidak ada cahaya
masuk); Lensa Auto Iris, yaitu lensa yang nilai F Stop bisa diubah-
ubah secara otomatis sesuai dengan kondisi kekuatan cahaya di
sekitarnya, misalnya dari F1.2 sampai dengan F64 atau dari F1.4
sampai F64 dan sebagainya. Perubahan ini dilakukan secara
otomatis melalui circuit elektronik yang ada di dalam lensa. Oleh
sebab itu lensa ini memiliki kabel yang terhubung dengan kamera.
Berdasarkan jenis circuit, lensa auto iris terbagi ke dalam dua jenis;
DC (Direct Drive atau Galvanometric), yaitu jenis lensa iris yang
di dalamnya terdapat dua kumparan (coil), driving coil dan dumping
coil; Video (Video Drive), yaitu jenis lensa iris dilengkapi rangkaian
kontrol untuk menyesuaikan diri terhadap kekuatan cahaya.
Pada DC Iris, kamera bekerja lebih aktif untuk menyesuaikan
cahaya yang datang melalui lensa. Sementara pada Video Iris,
semua pengaturan iris dilakukan di dalam lensa. Kamera hanya
menerima “sinyal jadi” dari lensa untuk ditampilkan di
monitor. Oleh karena itu, lensa jenis DC iris umumnya lebih murah
ketimbang jenis Video Drive.
CS-Mount dan C-Mount adalah sebuah istilah untuk menyatakan
jarak antara leher lensa dengan elemen CCD pada kamera
berdasarkan spesifikasi JIS (Japan Industrial Standard). Jarak ini
dinamakan flange back. Untuk C-mount dengan jarak
17.526mm, dan CS-mount dengan jarak 12.5mm, perbedaan
jarak antara keduanya terdapat selisih sekitar 5mm. Pada Camera
CS-mount tidak menimbulkan masalah terhadap perbedaan jarak,
karena kekurangan jarak 5mm bisa diatasi dengan cara memasang
131
ring tambahan pada lensa. Dalam prakteknya lensa CS-mount bisa
dipasang langsung pada camera CS-mount tanpa ring. Lensa C-
mount bila akan dipasang pada camera CS-mount, diperlukan ring
tambahan.
Hubungan Format Lensa dan Format CCD (Image Size);
CCD (Charge Coupled Device) adalah perangkat pencitraan
semikonduktor padat yang sering disebut sebagai sirkuit terintegrasi.
Perangkat ini pada kamera CCTV berfungsi untuk memungut
gambar (image). Perangkat CCD telah diproduksi oleh banyak
pabrikan, seperti Sony, Panasonic, Samsung, Hitachi dan perusahaan
lainnya dalam beberapa ukuran standar berdasarkan variasi panjang
diagonal. Standar ini digunakan sebagai standar format CCD dan
lensa, misal format lensa 1/3" (untuk CCD 6mm), 1/2" (untuk CCD
8mm), 2/3” (untuk CCD 11mm) dan 1" (untuk CCD 16mm).
132
Dome camera adalah pilihan pengawasan keamanan yang paling
populer karena desain yang modis, mudah di instal dan mudah
berbaur dengan lingkungan sekitarnya. Jenis kamera CCTV ini
umum digunakan dalam sistem pemantauan keamanan bisnis seperti
pada kantor, restoran dan toko. Bila hanya melihat dari bentuknya
akan sulit bagi orang untuk membedakan arah lensa kamera.
Jenis kamera CCTV dome terdiri atas berbagai fitur dan jenis seperti
kualitas gambar HD (High Definition), kamera inframerah untuk
pengawasan di tempat gelap, wide dynamic range (WDR),
dan vandalproof (tahan perusakan). Keuntungan tipe dome camera
CCTV membutuhkan bracket atau lensa tambahan. Tipe kamera
kubah merupakan pilihan pengawasan keamanan yang terjangkau
untuk rumah maupun bisnis.
(2) Kamera CCTV Dome Inframerah
Jenis kamera CCTV inframerah memiliki kemampuan untuk
menangkap gambar video dalam kondisi cahaya minim, hingga pada
kondisi Lux = 0 atau tidak ada cahaya sama sekali. Tipe kamera
inframerah disebut juga sebagai kamera IR (Infrared) atau “Night
Vision Camera“. Kamera Dome inframerah memiliki LED IR yang
ditempatkan di bagian luar lensa sehingga memberikan kemampuan
kamera dapat melihat di malam hari. Kamera Dome inframerah
memungkinkan untuk menangkap video dalam kegelapan dengan
menggunakan cahaya inframerah untuk mengganti cahaya tampak.
(3) Kamera CCTV Dome Vandalproof
Kamera dome vandalproof adalah dome kamera CCTV mempunyai
casing yang sangat kuat, tangguh dan tidak mudah pecah serta
dilengkapi lapisan pelindung tebal dari kaca atau plastik pada bagian
depan lensa sebagai pelindung lensa kamera. Kamera CCTV tipe
dome vandalproof cocok digunakan di daerah yang rawan aksi
vandalisme, dapat terus beroperasi dan menjamin kamera tetap
berfungsi, walaupun seseorang berusaha untuk merusaknya. Setelah
133
kamera ini dipasang sesuai standar, akan sangat sulit untuk dirusak
dan biasanya membutuhkan alat khusus untuk membuka penutup
kubah.
Kabel CCTV di masukkan ke dalam dinding sehingga sulit bagi
pelaku untuk memotong kabel atau menariknya keluar. Kaca
pelindung lensa dome kamera vandalproof juga dirancang untuk
tahan terhadap pewarna seperti spidol atau cat. Bila seseorang
mencoba untuk menempelkan sesuatu di atas penutup tersebut,
pengawas akan segera mengetahui aksi kejahatan yang sedang
berlangsung. Rekaman pada DVR akan memungkinkan dapat
melihat gambar sebelum pelaku berhasil menutupnya.
(4) Kamera CCTV Dome Pan Tilt
Kamera pan tilt tipe dome adalah jenis kamera CCTV yang mampu
menyediakan gambar resolusi tinggi dengan teknologi keamanan
terbaru yang ideal untuk aplikasi apapun. Kamera Pan Tilt Zoom
(PTZ) populer karena kemampuannya menggerakan arah lensa
kamera ke mana saja. Dengan perangkat tambahan seperti joystick
akan memudahkan kontrol kamera. Arti Pan Tilt Zoom adalah lensa
kamera mampu digerakkan secara horisontal (pan), vertikal (tilt),
serta fokus lensa dapat diubah menjadi lebih dekat atau menjauh
(zoom).
Keunggulan Kamera Dome Pan Tilt dapat dikontrol melalui
DVR, software remote viewing, dan joystick. Dengan fitur zoom
yang disetting dapat melakukan pantauan pada daerah tertentu untuk
melihat atau memperbesar wajah seseorang dari jauh. PTZ Camera
memerlukan kabel tambahan CAT5 dan kabel RG-59 coaksial untuk
mengontrolnya secara langsung melalui internet. Kamera jenis ini
banyak digunakan pada bandara, stasiun, terminal, dan supermarket.
(5) Kamera CCTV Speed Dome
Kamera CCTV Speed Dome adalah kamera CCTV yang telah
dilengkapi fungsi Pan Tilt Zoom (PTZ), decoder dan inframerah
134
yang kompak dalam ukuran namun tetap menarik dalam
penampilan. Kamera CCTV speed dome dapat digerakkan secara
horizontal 360 derajat, vertikal 90 derajat dan berputar membalik
180 derajat. Jenis CCTV ini dapat bergerak lebih cepat dan berputar
nyaris tanpa suara. Bentuk fisik kamera speed dome diperlihatkan
pada gambar 3.18.
135
kendaraan dengan jelas dari jarak hingga 160m. Gambar yang
dihasilkan tajam, jelas, dan kaya warna dan detail. Dengan
kemampuan PTZ dan auto tracking, sebuah kamera speed dome
dapat mengikuti pergerakan seseorang yang berjalan pada jarak
400m. Fitur ini sangat bermanfaat jika tidak ada petugas yang khusus
memonitor keamanan di lokasi yang membutuhkan perhatian
khusus.
(6) IP Camera
IP camera adalah jenis kamera video digital yang biasa digunakan
untuk pemantauan keamanan dan dapat mengirim dan menerima
data melalui jaringan komputer dan internet. Walaupun webcam
juga dapat melakukan hal ini namun istilah ”IP Camera” atau
“Network Kamera” biasanya hanya digunakan untuk sistem
pengawasan keamanan. IP Kamera pertama digunakan pertama kali
pada tahun 1996. Bentuk fisik IP Camera diperlihatkan pada gambar
3.20.
136
Bagian IP Camera;
1. Lensa berfungsi untuk memfokuskan gambar.
2. Sensor gambar (CCD atau CMOS) berfungsi untuk
menguubah cahaya ke bentuk signal listrik.
3. Prosessor berfungsi sebagai pengolah gambar dan kompresi
gambar agar data tidak terlalu besar.
4. Microcomputer dan ethernet berfungsi sebagai pengontrol
sistem dan penghubung ke jaringan komputer.
5. Input Output port berfungsi untuk mengontrol lensa
(fokus,zoom), menggerakan arah kamera, dan menggerakan
relay.
6. Input Audio/suara.
(b) Kelebihan IP Camera
1. IP camera tidak memerlukan biaya banyak. Perangkat
kamera dapat terhubung secara nirkabel ke router Wi-Fi
dan menyimpan file sebagai bukti bila terjadi aksi
kriminal.
2. IP Camera mampu menangkap gambar sesuatu yang
bergerak di depan kamera dan mengirimkan notifikasi ke
email pemilik. Ketika pencuri menyadari tertangkap
kamera, gambar sudah dikirim melalui email pemilik.
3. IP Camera dapat remote login langsung ke kamera
secara live melalui internet menggunakan aplikasi yang
telah disediakan produsen. Penempatan bisa di pintu
depan, belakang rumah dan dalam rumah.
(c) Macam-Macam IP Camera
1. IP camera terpusat. Jenis IP Camera ini memerlukan
pusat Network Video Recorder (NVR) untuk merekam
video dan manajemen alarm.
2. IP camera desentralisasi. Jenis IP kamera CCTV ini
tidak memerlukan pusat NVR karena kamera telah
137
memiliki fungsi perekam built-in, sehingga dapat
merekam langsung ke media penyimpanan seperti SD
card, NAS (Network Attached Atorage), komputer atau
server. Topologi IP Camera diperlihatkan pada gambar
3.22a dan 3.22b.
138
(7) Kamera CCTV Weatherproof
Kamera CCTV weatherproof dirancang untuk mencegah terkena air
hujan, salju, dan kabut serta partikel kecil lain seperti kotoran dan
debu yang dapat merusak internal komponen kamera. Bentuk CCTV
kamera weatherproof tersedia dalam bentuk box, dome, dan peluru,
seperti gambar 3.23.
139
Kegunaan Kamera CCTV Explosion Proof
1. Menciptakan kondisi kerja yang lebih aman, lebih efisien dan
memberi dampat pada pengendalian risiko.
2. Menghemat biaya dengan mengawasi situasi lapangan secara
langsung. Pemantauan pekerjaan lapangan secara real-time akan
memberikan penilaian dan pengambilan keputusan yang lebih
cepat dari ancaman terhadap properti dan karyawan yang bekerja
di lokasi.
3. Sistem kamera CCTV explosion proof dapat digunakan di
bidang:
a. Fasilitas pengolahan hasil pertanian
b. Pertambangan seperti batubara
c. Pembangkit listrik
d. Industri minyak dan gas
e. Industri kimia dan farmasi
f. Industri lepas pantai seperti kilang minyak dan kapal tanker
g. Pabrik pembutan kertas (pulp)
h. Pabrik kayu
i. Pabrik baja
4. Kamera CCTV explosion proof juga cocok digunakan untuk
lingkungan yang memiliki suhu ekstrim seperti pabrik metalurgi,
lingkungan yang sangat korosif, lingkungan yang memiliki
getaran tinggi, serta lokasi berbahaya lainnya.
140
Gambar 3.25. Bentuk Fisik Kamera CCTV Kamuflase
Sumber: http://cctvman.co.id/
141
Kamera CCTV Box dengan lensa Fixed akan selalu melihat ke arah
yang sama. Lensa CCTV yang digunakan dapat berupa lensa tetap,
varifocal atau lensa zoom bermotor, dan lensa dapat diganti-ganti
untuk beberapa jenis kamera CCTV box. Selain kamera biasa, juga
bisa menggunakan tipe kamera penyamar yang sulit dikenali. Tipe
kamera CCTV standar box umumnya digunakan pada ATM bank,
toko, kantor dan hotel.
Fitur Kamera CCTV Box
Detail gambar yang dihasilkan sangat bagus walaupun dalam kondisi
pencahayaan yang minim. Fitur yang dimiliki memungkinkan
gambar yang dihasilkan dengan resolusi gambar tingkat tinggi pada
daerah terang dan gelap. Kamera CCTV box sangat sesuai untuk di
pasang pada pintu masuk kantor, di depan ATM atau subjek terlihat
gelap tapi memiliki latar belakang terang. Pada tipe tertentu, sebuah
kamera CCTV dapat menahan kondisi ekstrim seperti getaran,
guncangan dan suhu yang berubah-ubah. Kelebihan kamera CCTV
box, cocok untuk digunakan dalam kendaraan seperti ambulan,
mobil polisi, truk pemadam kebakaran, dan truk lapis baja yang
digunakan untuk mengangkut uang dan barang berharga lainnya.
142
yang dihubungkan dengan jaringan internet akan dapat di lihat dari
jarak jauh dan mudah dilakukan back up. Untuk menyimpan dan mem-
back up data tersedia port USB, CD / DVD Rewriters. DVR juga
mampu menyimpan rekaman video dalam bentuk format kompresi
kualitas tinggi (HD Resolution), seperti H.264 dan memungkinkan
penyimpanan dalam ruang hardisk yang minimum.
a) AHD DVR adalah Digital Video Recorder yang bekerja berdasarkan
protokol AHD dengan menggunakan analog dari saluran transmisi
kabel koaksial dengan scan video berdefinisi tinggi line by line.
Keuntungan DVR AHD dapat mengurangi kompleksitas konstruksi,
mengurangi biaya pemeliharaan, serta mengurangi persyaratan teknis
konstruksi. Jenis AHD DVR dapat mengupgrade sistem CCTV lama ke
standard definition (SD) dan high definition (HD), tanpa mengubah
sistem yang asli. Kelebihan lain dari AHD DVR Series adalah
kinerja AHD camera yang stabil, kompatibel dengan perekam video
analog tradisional, praktis dan mudah digunakan. DVR AHD
digunakan untuk bank, rumah sakit, supermarket, dan berbagai properti
yang membutuhkan kualitas pemantauan keamanan. Bentuk fisik DVR
AHD terdapat pada gambar 3.27.
143
Gambar 3.28. Topologi Perekaman NVR
Sumber: http://cctvman.co.id/
144
Tampilan antarmuka (GUI) dan fitur hampir sama dengan DVR dan
NVR. Satu-satunya perbedaan yang nyata adalah fitur DVR dan NVR
disatukan dengan menambahkanan beberapa pilihan.
3) Kamera CCTV Indoor dan Outdoor
Berdasarkan lokasi penempatan, kamera CCTV terbagi menjadi dua
kelompok; kamera dalam ruangan (indoor) dan kamera luar ruangan
(outdoor). Masing-masing kelompok memiliki model kamera yang
berbeda-beda. Perbedaan tersebut akan menjadi jelas dengan
membandingkan fitur yang dimilikinya.
a) Indoor Camera
Saat memasang kamera CCTV dalam ruangan (indoor),
pertimbangkan fitur dan jenis Kamera CCTV yang memenuhi
standard keamanan;
(1) Fitur Indoor Camera
Banyak pilihan fitur yang perlu diperhatikan saat memilih
kamera CCTV untuk ruangan indoor, diantaranya;
(a) Remote View (pemantauan jarak jauh): Pemantauan
secara real-time dengan menggunakan aplikasi mobile
pada smartphone, tablet atau melalui browser web.
(b) Activity Alert (peringatan akan adanya suatu aktivitas):
Fitur ini akan mengirimkan notifikasi adanya suatu kejadi
secara real-time melalui email, teks, atau panggilan
telepon jika kamera keamanan Anda mendeteksi adanya
aktivitas yang mencurigakan.
(c) Cloud Storage (penyimpanan data secara online);
Rekaman video dari CCTV dapat disimpan secara online
di cloud storage, sehingga data aman, mudah diakses dan
di share.
(d) Pan Tilt (pergerakan kamera) dan kemampuan Zoom;
Sebagian besar kamera CCTV saat ini memungkinkan
145
pengguna untuk menggeser, memiringkan, dan
memperbesar tampilan gambar menggunakan sistem
aplikasi atau browser web.
(e) Komunikasi suara dua arah: Lengkapi kamera CCTV
dengan speaker dan mikrofon untuk mendengar dan
berkomunikasi dengan siapapun yang sedang berada pada
tempat yang dipantau.
(f) Multichannel Recording: Untuk memantau banyak
ruangan di dalam sebuah rumah memerlukan sistem
keamanan multichannel.
(g) Night vision dan Infrared: Untuk merekam pada malam
hari diperlukan kamera yang dilengkapi dengan teknologi
inframerah.
(2) Jenis kamera CCTV Indoor
Beberapa jenis kamera CCTV yang dapat digunakan,
diantaranya adalah;
(a) Dome Camera untuk mengawasi ruangan tertutup seperti
Kantor, Rumah, toko, ataupun gedung pertemuan ataupun
ruangan indoor lainnya.
(b) DOME IR CAMERA, secara fungsional lebih kompleks
dari dome biasa karena sudah dilengkapi oleh system Infra
Red, sehingga dapat melihat dalam kondisi gelap total.
(c) Standar Camera, paling sering digunakan untuk Bank atau
ruangan eksklusif laninnya karena bentuknya yang stailis
dan elegant. CCTV jenis ini bisa disesuaikan dengan sudut
pandang sehingga dapat menghasilkan gambar sesuai
kebutuhan. Lensa pada kamera dapat diganti-ganti sesuai
selera ataupun kebutuhan lokasi yang diamati.
b) Outdoor Camera
Sudut pandang kamera menentukan berapa banyak ruang diluar
ruangan (outdoor) yang akan dijangkau oleh kamera. Lensa sudut
146
lebar akan membantu mengurangi jumlah kamera yang dibutuhkan
untuk menjangkau keseluruhan ruang outdoor. Faktor lain yang
perlu dipertimbangkan saat memilih resolusi kamera. Semakin
tinggi resolusi kamera, semakin jelas dan detil gambar yang akan
bisa dilihat. Idealnya diperlukan resolusi 1080p atau lebih tinggi
untuk gambar dengan detil yang jelas. Dukungan perangkat DVR
yang kompatibel dengan kamera CCTV sangat diperlukan agar
gambar yang ditampilkan dan direkam tetap berkualitas tinggi.
Beberapa jenis kamera CCTV yang dapat digunakan, diantaranya
adalah;
(1) IR Outdoor Camera dapat digunakan untuk memantau
wilayah yang rentan terkena air hujan, lebih kuat terhadap
goresan dan telah dilengkapi dengan infra merah, sehingga
bisa melihat dan memantau dalam kegelapan.
(2) IR Out door Long Distance, dapat digunakan untuk jarak yang
cukup jauh dalam area kegelapan total. CCTV jenis ini sangat
memungkinkan untuk digunakan pada lorong ataupun area
yang luas seperti Bandara.
(3) Zoom Camera, kamera jenis ini mempunyai keunggulan bisa
melihat objek benda yang sangat jauh dalam radius ratusan
meter dan sangat luas. Kekuatan zoom yang dimiliki sebesar
22x sampai 27x optical zoom.
(4) Speed Dome Camera, adalah kamera CCTV yang paling
canggih. Semua fitur tersedia, seperti fitur Zoom, pergerakan
kearah kanan, kiri, atas, bawah, dan tahan hujan atau
cuaca serta dilengkapi kontrol melalui internet.
(5) IR Speed Dome Camera adalah kamera terlengkap memiliki
fitur, bisa Zoom, bisa digerakkan kanan, kiri, atas, bawah,
tahan terhadap hujan dan cuaca ekstrim, serta bisa melihat
dalam keadaan gelap. Kamera CCTV jenis ini paling banyak
147
diminati untuk proyek jalan tol, pembangkit listrik, dan
Tower.
4) Perencanaan dan Penilaian Karekteristik instalasi Sistem CCTV
Uraian berikut akan dipaparkan masalah perencanaan dan penilaian
instalasi sistem CCTV meliputi; kebutuhan pengguna, Analisa Ancaman,
Kerentanan dan Risiko, Kebutuhan operasional dan persetujuan dengan pengguna,
Target Sasaran dan Detil Gambar, Pertimbangan Lingkungan, dan Peraturan hukum
yang relevan dengan CCTV.
a) Memahami kebutuhan pengguna
Penggunaan sistem kamera CCTV harus selalu dapat memenuhi
kebutuhan keamanan. Dalam melakukan perencanaan instalasi,
informasi dari pengguna akan menjadi dasar perencanaan dan
penilaian karakterik pemasangan instalasi untuk dapat menghasilkan
solusi yang sesuai dengan keinginan pengguna.
Perencanaan sistem CCTV adalah bagian penting bagi pengguna
agar dapat memenuhi karakteristik yang dibutuhkan. Setiap lokasi
akan memiliki kebutuhan yang berbeda. Banyak faktor yang
mempengaruhi, seperti kondisi tempat, lokasi geografis, lingkungan
lokal, dan sejarah. Setiap pengguna memiliki harapan tentang apa
yang bisa sistem berikan untuk mencegah terjadinya tindakan
kriminal, mendeteksi kejahatan, dan pemantauan.
Tidak ada yang mengetahui kebutuhan dan harapan pengguna selain
pengguna sendiri. Oleh karena itu penting untuk melibatkan
pengguna dalam perencanaan guna mengetahui masalah,
pengalaman dan harapan pengguna dari sistem CCTV yang akan
dipasang. Informasi ini akan membantu memberikan gambaran yang
lebih lengkap untuk elemen perencanaan selanjutnya.
b) Analisa Ancaman, Kerentanan dan Risiko
Penilaian karakteristik pemasangan instalasi diharapkan dapat
mencegah ancaman, kerentanan dan risiko. Untuk itu harus
dilakukan perencanaan sistem instalasi yang mampu mengatasi
148
ancaman yang mungkin timbul dan mengurangi risiko keamanan.
Hasil kegiatan ini memberikan kesempatan pengguna untuk dapat
memilih dan menetapkan salah satu penilaian lengkap sebagai dasar
dalam memberikan kesimpulan penggunaan CCTV.
Untuk mengidentifikasi tingkat keamanan, diperlukan penilaian
terhadap faktor-faktor yang mungkin ikut berperan.
Berdasarkan Health & Safety, banyak definisi tentang Ancaman,
Kerentanan dan Risiko. Dinilai dari perspektif keamanan elemen ini
biasanya berupa:
(1) Ancaman (Siapa)
Ancaman biasanya akan didefinisikan sebagai usaha
perlindungan dari orang atau peristiwa tertentu. Tingkat
ancaman akan sangat bervariasi tergantung pada tujuan, tekad,
kemampuan pelaku, akal, seperti;
(a) Pencuri oportunis; Aksi kejahtan ini sering tidak
direncanakan, hanya membutuhkan sedikit keterampilan
dan biasanya dilakukan tanpa kekerasan, seperti pengutil.
(b) Pencuri professional; Ciri-ciri pencuri profesional adalah
direncanakan, mempunyai target yang jelas, membutuhkan
keahlian sedang dan juga tanpa kekerasan.
(c) Kejahatan Terorganisir; Memiliki rencana dan target,
membutuhkan keterampilan tinggi dan mungkin terjadi
tindak kekerasan.
(d) Aksi Massa; Memiliki ciri-ciri direncanakan, ada target
pada peristiwa tertentu. Biasanya sangat terampil dan
memiliki tekad yang kuat. Umumnya menghindari
kekerasan, namun mungkin secara aktif menolak
penangkapan, seperti demonstrasi.
(e) Pada perspektif yang lebih luas, ancaman juga dapat
didefinisikan sebagai non-spesifik atau tidak memiliki
149
target untuk pengawasan kondisi lingkungan misalnya
pemantauan banjir.
150
Biasanya sistem keamanan tidak dapat mengubah ancaman
teridentifikasi atau risiko, tetapi langkah-langkah keamanan
yang dilakukan secara signifikan akan mengurangi kerentanan.
Hal ini akan membantu mengurangi kemungkinan risiko yang
terjadi. Faktor-faktor ancaman, kerentanan dan risiko setelah
diidentifikasi harus digunakan untuk menentukan spesifikasi
atau tingkat peralatan yang akan digunakan.
c) Menetapkan kebutuhan operasional dan persetujuan dengan pengguna
Kebutuhan operasional harus didokumentasikan dengan jelas untuk
mendefinisikan kebutuhan dan harapan dari sistem CCTV dan
relevansinya terhadap ancaman, kerentanan dan risiko serta
menentukan kebutuhan pengguna. Dokumen tersebut harus
mencakup informasi berikut:
(1) Definisi area pengawasan,
(2) Batasan pengawasan. Hal ini mungkin termasuk setiap
peraturan perundang-undangan lokal atau masalah privasi,
(3) Aktivitas yang akan diambil. Mendefinisikan target dan
mengkategorikan tingkat pengamatan target (misalnya
mendeteksi, mengenali, atau mengidentifikasi),
(4) Kualitas gambar / video. Kualitas gambar akan menentukan
tingkat detil yang dapat dilihat oleh operator,
(5) Waktu operasi,
(6) Kondisi lokasi. Kondisi spesifik pada suatu lokasi yang dapat
mempengaruhi pandangan kamera seperti kabut, pergerakan
kendaraan besar dan kondisi pencahayaan,
(7) Ketahanan. Misalnya kebutuhan untuk pasokan listrik
cadangan,
(8) Media penyimpanan dan pemantauan. Hal ini dapat berupa
kualitas perekaman gambar pada waktu normal dan saat ada
peristiwa tertentu, periode retensi (berapa lama gambar harus
disimpan), serta di mana dan siapa yang harus memantau.
151
(9) Mengekstrak / Mengekspor gambar. Termasuk prosedur, siapa
dan di mana dapat dilakukan, media, lama dan kuantitas data
yang akan diekspor.
(10) Respon operasional. Orang yang bertanggung jawab untuk
merespon, prosedur dan waktu respon.
(11) Training. Pelatihan yang dibutuhkan untuk menjalankan
berbagai elemen dari sistem keamanan misalnya pemantauan
rutin, ekspor gambar. Juga perlu dijelaskan jumlah orang yang
membutuhkan pelatihan tersebut.
(12) Kemungkinan ekspansi atau upgrade sistem di masa depan,
seperti penambahan kamera, lokasi dan integrasi dengan
sistem pemantauan lain.
(13) Idealnya dokumen harus diajukan oleh pengguna atau
perwakilan resmi (seperti konsultan keamanan) dan digunakan
sebagai dasar untuk menentukan sistem yang diperlukan dan
tes kinerja berikutnya.
d) Target Sasaran dan Detil Gambar
Penting untuk mempertimbangkan tingkat detail gambar yang
diperlukan sehingga sesuai dengan kebutuhan pengguna. Hal ini
harus didiskusikan dengan pengguna. Tingkat detil gambar akan
diketahui apakah klien membutuhkan kamera dengan sudut pandang
luas atau sempit. Tingkat detail dapat dicapai apakah dengan
menggunakan kamera PTZ atau dengan menggunakan kamera biasa
beresolusi tinggi adalah hal yang harus disepakati.
152
Gambar 3.30. Target Sasaran dan Detil Gambar
Sumber: http://cctvman.co.id/
153
Untuk mengetahui rincian karakteristik individu, seperti detil
pakaian yang dikenakan, juga memungkinkan pandangan
aktivitas di sekitarnya yang lebih jelas.
Perlu dibedakan antara live operation, playback dan review ketika
mempertimbangkan kebutuhan ukuran gambar. Misalnya dalam
situasi pemantauan langsung di mana penilaian cepat dari situasi
mungkin diperlukan, tingkat detail layar yang lebih tinggi mungkin
diperlukan agar sistem menjadi lebih reaktif. Sementara bila
interaksi langsung hanya sedikit atau tidak ada maka perekamanan
peristiwa dapat ditinjau dalam waktu yang lebih lambat.
e) Pertimbangan Lingkungan
Pertimbangan juga harus diberikan untuk kebutuhan peralatan
spesifik atau teknik instalasi khusus yang diperlukan pada
lingkungan tertentu. Misalnya pertimbangan untuk kebutuhan
peralatan pada lingkungan daerah berpotensi terjadinya ledakan
seperti petro-kimia, peralatan anti korosi di pabrik kimia atau
berlokasi di dekat laut. Peralatan harus sesuai dengan standar yang
berlaku untuk lingkungan tersebut.
Pertimbangan khusus juga harus diberikan untuk instalasi CCTV di
daerah yang memiliki cuaca ekstrim panas atau dingin untuk
memastikan bahwa kondisi tersebut tidak memiliki efek buruk pada
sistem operasi. Beberapa pertimbangan juga harus diberikan kepada
hal tertentu, misalnya jika sistem penyimpanan hard disk yang akan
menaikkan suhu memerlukan metode pendinginan buatan seperti
AC untuk membantu memastikan umur peralatan yang lebih lama.
f) Peraturan hukum yang relevan dengan CCTV
Penggunaan sistem kamera CCTV harus memperhitungkan
dampaknya pada privasi individu untuk memastikan penggunaannya
tetap dibenarkan. Sebaiknya harus ada transparansi dalam
penggunaan sistem kamera pengintai termasuk nomor kontak untuk
mengakses informasi dan menyampaikan keluhan.
154
Ada banyak persyaratan hukum dan peraturan yang berlaku ketika
memasang CCTV. Ini adalah tanggung jawab pemilik, pemasang,
perusahaan yang melakukan pemeliharaan dan operator untuk
memastikan peraturan tersebut sesuai dengan aktivitas dan lokasi
pengguna. Pertimbangan juga harus diberikan berdasarkan hukum
pemerintah lokal yang bervariasi dari daerah ke daerah.
5) Instalasi CCTV
Setelah tahap desain sistem CCTV, maka tahap selanjutnya adalah
pemasangan instalasi CCTV. Instalasi peralatan dan kamera CCTV
harus dipasang dalam posisi bebas dari penghalang dan sedapat
mungkin tidak mengarah langsung ke sumber cahaya yang terang.
Posisi pemasangan juga harus memungkinkan instalasi dan
pemeliharaan dapat dilakukan dengan cara yang aman.
a) Alur Kerja Instalasi CCTV
Diagram blok alur kerja instalasi CCTV diperlihatkan pada gambar
3.31.
b) Evaluasi Peralatan
Evaluasi peralatan mungkin diperlukan untuk bertukar informasi
dalam rangka penerapan fungsi dari beberapa jenis peralatan.
Misalnya untuk memindahkan kamera PTZ ke posisi tertentu
155
berdasarkan masukan dari sistem lain, atau meningkatkan tingkat
perekaman dan resolusi perangkat berdasarkan masukan dari
perangkat lain. Dalam kasus ini dianjurkan perangkat diuji terlebih
dahulu sebelum atau sedang digunakan. Terutama jika peralatan
yang akan digunakan dibuat oleh produsen yang berbeda. Perlu
dilakukan uji walaupun peralatan tersebut mengklaim kompatibel
dengan sistem lain.
Bila diperlukan kustomisasi produk atau software untuk memenuhi
kebutuhan pengguna, kustomisasi ini harus diuji sebelum peralatan
digunakan. Kustomisasi juga harus diuji terhadap kebutuhan
pengguna yang didefinisikan dalam kebutuhan operasional.
c) Peralatan mounting, kabel, daya listrik dan konfigurasi
(1) Pasokan listrik
Pasokan listrik harus mampu memenuhi beban terbesar di bawah
kondisi operasi normal. Beban maksimum listrik biasanya terjadi
selama sistem mulai menyala setelah terjadi kegagalan daya (mati
listrik). Penilaian arus listrik untuk tujuan desain juga harus
mencakup toleransi tambahan 5% sampai 10% dari kapasitas.
Ketika pertimbangan keselamatan dan keamanan tidak memerlukan
operasi sistem CCTV selama terjadi kegagalan pasokan listrik, maka
pasokan listrik publik seperti PLN dapat menjadi satu-satunya
pasokan untuk sistem. Beberapa sistem CCTV mengharuskan semua
peralatan yang akan terhubung ke fase listrik yang sama. Pasokan
listrik harus berada dalam area aman, dalam posisi yang aman dari
gangguan, dan harus berventilasi sesuai dengan persyaratan
produsen untuk pengoperasian yang aman.
Tambahan instalasi pasokan listrik cadangan harus dipertimbangkan
jika kemungkinan terjadi tegangan turun. Atau dalam beberapa
kasus dimungkinkan untuk mengurangi turun tegangan di kabel
dengan menggunakan kabel yang kurang resistensinya, ukuran
156
konduktor yang lebih besar atau dengan menggunakan kabel dengan
inti lebih untuk pasokan daya.
(2) Instalasi kabel CCTV
Persyaratan untuk instalasi listrik harus dipenuhi menggunakan arus
yang tepat pada saat instalasi. Semua kabel yang berhubungan harus
cocok dan kompatibel agar sesuai dengan praktek-praktek kerja yang
baik.
(3) Peralatan Kamera
Kamera harus dipasang dalam posisi bebas dari penghalang dan
sedapat mungkin tidak mengarah langsung ke sumber cahaya yang
terang. Posisi pemasangan juga harus memungkinkan instalasi dan
pemeliharaan dapat dilakukan dengan cara yang aman. Jika kamera
harus dipasang di menara atau bracket maka perlu dipertimbangkan
hal-hal berikut:
(a) Rigidity, dengan memperhitungkan potensi kecepatan angin,
jenis peralatan dan peralatan pemasangan dan perbaikan posisi.
(b) Gangguan listrik dan kemungkinan kerusakan karena petir.
(c) Debu, partikel udara dan sumber potensial korosi atau
kontaminasi lainnya.
(d) Kondensasi dalam housing dan peralatan lainnya karena
perubahan suhu.
Menara dan peralatan braket harus dipasang sesuai dengan instruksi
pabrik dan sesuai spesifikasi pembebanan. Bila mungkin terjadi
pergerakan pada menara, kabel dan kamera harus dipasang dengan
aman terhadap gangguan yang mugkin muncul. Gerakan karena
pengaruh alam seperti yang dialami oleh gedung-gedung tinggi
dapat mempengaruhi kinerja sistem.
Bila menggunakan koneksi dengan kabel, sedapat mungkin
disembunyikan. Perlindungan kabel untuk kamera bergerak harus
dipertimbangkan di mana kerusakan fisik mungkin terjadi misalnya
pada metal conduit atau fleksibel conduit.
157
Kamera harus dipasang sedemikian rupa sehingga sulit bagi orang
yang tidak berhak untuk mengubah bidang pandang kamera. Hal ini
dapat dicapai dengan memasang di lokasi yang tepat dan tinggi,
penggunaan pemasangan mounting yang sesuai dan mungkin
menggunakan pelindung keamanan tambahan.
Interkoneksi kamera seperti kabel atau antena harus sulit dijangkau
dan dirusak. Tergantung pada kelas keamanan peralatan, metode
otomatis harus dikerahkan untuk mendeteksi perubahan bidang
pandang kamera yang sesuai. Pertimbangan harus diberikan untuk
mendeteksi hilangnya sinyal video, penghalang atau cahaya
menyilaukan yang dapat menutupi pandangan kamera. Audio atau
visual sistem alarm yang dihasilkan harus dapat menginformasikan
kebutuhan operator sistem.
(4) Kontrol dan Peralatan Perekaman
Kondisi lingkungan di mana peralatan beroperasi harus
diperhitungkan dan housing yang memberikan perlindungan yang
sesuai harus ditentukan. Peralatan harus dipasang sesuai dengan
instruksi produsen. Untuk mengurangi risiko kondensasi harus
dipasang pemanas dalam housing yang dapat bekerja terhadap
perubahan suhu.
Ketika terdapat kemungkinan penetrasi oleh benda padat, debu atau
air, housing yang mampu perlindungan yang sesuai harus digunakan.
Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan, perlu dipertimbangkan
pengunci untuk peralatan kontrol dan perekaman. Metode
penggunaan nama pengguna dan password untuk mengakses fungsi
kontrol harus dipertimbangkan untuk membatasi akses hanya untuk
operator yang diberi wewenang. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih peralatan kontrol dan perekaman
yaitu:
(a) Suhu
158
(b) Aliran udara peralatan dari depan ke belakang, sisi ke sisi,
bawah ke atas, dan pastikan tata letak peralatan tidak memiliki
penghalang
(c) Kelembaban
(d) Debu dan kontaminasi udara lainnya
(e) Getaran
(f) Gangguan listrik
(g) Kekakuan, dengan kecepatan angin tinggi.
(h) Kemudahan akses untuk pemeliharaan dan layanan
(i) Kenyamanan penggunaan operator
(j) Layar Tampilan
Ukuran, resolusi dan posisi tampilan layar harus dipilih sesuai
dengan kebutuhan penggunaan, ruang yang tersedia dan jumlah
operator. Tampilan layar bisa diletakkan pada meja atau dipasang
pada dinding dengan pertimbangan ergonomi operator. Layar
display harus dipasang pada posisi yang meminimalkan efek
pencahayaan terutama sinar matahari yang dapat mempengaruhi
kenyamanan monitoring. Bila dipasang di dinding atau langit-langit
maka sebaiknya menggunakan bracket yang sesuai dengan instruksi
pabrik.
(5) Commissioning, Acara Serah Terima dan Dokumentasi
Commissioning harus terdiri dari pemeriksaan dan pengujian sistem
yang dipasang oleh teknisi CCTV; acara serah terima memerlukan
demonstrasi sistem hingga diterima oleh pengguna. Komisioning
harus mencakup pengujian visual dan fungsional untuk memastikan
bahwa sistem ini dipasang sesuai dengan spesifikasi yang telah
disepakati dan dalam standar pengerjaan yang tinggi. Sebuah
rencana uji sistem harus dilakukan selama acara serah terima dengan
tujuan untuk memastikan bahwa sistem CCTV telah memenuhi
spesifikasi yang disepakati. Cakupan pengujian sistem terdiri atas
beberapa aspek:
159
(a) Semua kabel dipasang dengan benar.
(b) Supply tegangan sesuai dengan perencanaan sistem CCTV.
(c) Operasi pemantauan, switching, peralatan rekam dan playback
adalah memuaskan.
(d) Antarmuka dengan alarm (misalnya alarm gerakan)
memuaskan dan alarm bekerja dengan baik.
(e) Beam detektor diselaraskan dengan benar, bila digunakan
untuk memicu sistem CCTV.
(f) Pemberitahuan yang menunjukkan CCTV sudah beroperasi.
(g) Semua lampu indikator bekerja.
(h) Jika menggunakan power supply tambahan, pastikan sistem
terus beroperasi dengan baik sesuai spesifikasi ketika pasokan
listrik utama terputus.
(i) Pengujian aspek-aspek untuk setiap kamera:
1. Jenis kamera yang digunakan tepat dan lensa dipasang
dengan posisi yang benar.
2. Operasi semua fungsi kamera (misalnya pan, tilt, zoom,
fokus, iris elektronik, wiper) memuaskan.
3. Pengaturan yang benar hingga batas pan dan tilt.
4. Pergerakan kamera dan bidang pandang dilihat melalui
monitor yang tepat dan bebas dari halangan.
5. Pengoperasian iris elektronik dan fokus memuaskan di
bawah kisaran tingkat cahaya yang sesuai (kondisi malam
dapat disimulasikan melalui penggunaan filter density netral
yang cocok).
6. Operasi pencahayaan tambahan memuaskan.
7. Label peringatan berada di tempat yang tepat sehubungan
kemungkinan gerakan tiba-tiba dari kamera dan sehubungan
perangkat yang bisa menyebabkan cedera seperti kerusakan
mata.
(j) Acara Serah Terima
160
(k) Pada acara serah terima, perusahaan instalasi CCTV harus:
1. Menunjukkan semua aspek operasi sistem CCTV kepada
pelanggan, termasuk tindakan pencegahan keamanan yang
diperlukan.
2. Pastikan dokumentasi yang benar diberikan kepada
pelanggan untuk mengaktifkan sistem yang akan
dioperasikan, disesuaikan dan dirawat.
3. Melatih pengguna sistem cara pengoperasian yang benar dan
mengatur pelatihan di masa depan bila diperlukan.
4. Pastikan bahwa pengguna mengetahui prosedur untuk
memanggil bantuan teknisi CCTV bila terjadi kerusakan
sistem.
5. Setelah serah terima pelanggan harus diminta untuk
menandatangani dokumen penerimaan dan memasukkan
informasi rahasia (misalnya password yang membatasi akses
pengguna) yang diperlukan untuk membuat sistem bekerja
dengan spesifikasi yang disepakati.
(l) Dokumentasi
Setelah menyelesaikan instalasi CCTV harus ada catatan
informasi untuk setiap sistem yang dipasang berupa:
1. Nama dan alamat lokasi yang dimonitor.
2. Nama dan alamat pelanggan.
3. Lokasi masing-masing unit kontrol dan jenis dan lokasi
masing-masing kamera dan perangkat keras terkait.
4. Indikasi tampilan kamera, tujuan, dan daerah yang dipantu
harus didokumentasikan. Pandangan kamera dapat diberikan
dalam bentuk gambar, salinan hard copy atau rekaman video.
5. Jenis dan lokasi pasokan listrik.
6. Rincian dari kamera yang dimiliki pelanggan.
7. Jenis dan lokasi monitor dan perangkat peringatan.
161
8. Dokumentasi dari produsen yang berkaitan dengan peralatan
dan kontrol pengaturan operasional.
9. Instruksi lengkap cara penggunaan sistem yang benar,
termasuk rincian prosedur pengujian rutin dan pemeliharaan
yang diperlukan; sumber-sumber gangguan pada sistem dan
peralatan yang mungkin muncul harus diidentifikasi.
10. Operasi, penyimpanan data dan siklus perekaman media.
Pembuat dan model semua peralatan harus dimasukan dalam
catatan sistem. Sistem CCTV harus disepakati dan salinan
diberikan kepada pengguna. Pelanggan harus ditawarkan
gambar instalasi CCTV. Bila menggunakan simbol,
penjelasan tentang simbol-simbol ini harus selalu disediakan
untuk memungkinkan pelanggan memahami isi gambar.
User juga harus diberikan catatan hasil tes sesuai dengan
kebutuhan pelanggan. Semua dokumentasi yang mengacu
pada sistem keamanan ini harus disimpan di tempat aman
yang hanya bisa diakses oleh orang yang berwenang.
162
Hasil insert diperlihatkan pada gambar berikut.
163
3. Langkah berikutnya adalah menginsertkan REQ 6 dari waves. Atur
sebagai Hi-Pass channel 1 pada 20 Hz dan atur sebagai Low-Pass
channel 6 pada frekuensi 20 kHz. Tujuannya adalah membuang
sinyal di bawah 20 Hz yang umumnya berupa noise yang tidak
dibutuhkan. Buang frekuensi di atas 20 kHz karena suara tidak bisa
didengar di atas frekuensi 20 kHz. Ini bisa membuat track lebih
‘warm’ dan berenergi.
164
6. Langkah berikutnya tambahkan Exciter pada sinyal audio di slot ke
empat insert. Pada contoh ini digunakan Izotope Ozone, tetapi yang
diaktifkan hanya bagian Multiband Harmonic Exciter. Biasanya
hanya digunakan pada band ke 4, yaitu untuk menghasilkan
harmonik pada frekuensi tingginya. Hal ini untuk ‘membuka suara’
agar tidak terlalu ‘tenggelam’ (mengangkat sinyal treble dan
mengurangi sinyal pada frekuensi bass).
165
8. Selanjutnya pada slot insert ke enam isi dengan Sonnox Oxfort
Inflator. Plug in ini digunakan untuk menambah kesan ‘analog’ pada
sinyal digital, sehingga terkesan sinyal lebih ‘warm’. Atur pada slide
Effect sambil mendengarkan.
166
10. Untuk slot terakhir, insert plug in jenis multimeter untuk memonitor
secara visual. Dalam hal ini digunakan IXL Multimeter dari Roger
Nichols. Pada multimeter ini tersedia tampilan untuk level kekerasan
suara, spektrum analiser dan stereo analiser.
167
Namun bila menginginkan hasil mastering mempunyai dinamika
yang kecil, bisa menggunakan skala logaritmik, seperti diperlihatkan
pada gambar berikut.
Selain itu nilai dari Balance Meter usahakan senantiasa di tengah, ini
menunjukkan sinyal dalam kondisi seimbang antara kanal kiri dan
kanal kanan. Correlation meter tidak boleh melebihi nilai 0.
168
Usahakan senantiasa bernilai positif. Bila nilai korelasinya negatif,
hasil mastering akan terdengar pada mode mono, berarti ada bagian
dari suara instrumen yang hilang, sehingga hasilnya berbeda bila
dibandingkan antara didengarkan pada mode mono dan stereo,
seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
169
meliputi pencahayaan, cuaca, keamanan dari peralatan CCTV dan detail
yang diinginkan dari gambar yang diperagakan oleh monitor.
Kedua; mempersiapkan kebutuhan medium tranmisi yang akan
digunakan, apakah akan menggunakan kabel untuk sistem transmisi atau
menggunakan gelombang suara. Jika menginstal di luar ruangan,
diperlukan disediakan kabel kualitas terbaik, tahan terhadap segala
macam cuaca. Jika menggunakan gelombang radio, diperlukan teknologi
gelombang radio yang mampu mengirimkan sinyal dari kamera ke
penerima dengan kualitas gambar yang jernih.
Ketiga; menentukan sistem dan berapa jumlah titik kamera yang akan
dipasang. Instalasi untuk sistem keamanan, tempat strategis penempatan
kamera CCTV dinilai dari gambar yang dihasilkan dapat memantau
keseluruhan tempat atau ruangan yang ingin di awasi. Posisi kamera
CCTV ditempatkan pada posisi yang aman dan tidak mudah dijangkau,
serta terhindar dari pengrusakan oleh penjahat atau pencuri.
Keempat; menentukan jenis kamera CCTV apa yang ingin dipakai.
Untuk sistem keamanan, direkomendasikan menggunakan kamera
CCTV jenis PTZ, karena kecanggihan dan kelebihan fitur yang
dimilikinya, memungkinkan dapat merekam atau memantau suatu
tempat dengan hasil gambar yang terbaik.
Kelima; menentukan kapasitas hardisk pada DVR yang akan digunakan,
lebih besar kapasitas hardisknya lebih baik, dapat menyimpan video lebih
banyak. Monitor, DVR atau multiplexer dan alat-alat pendukung lainnya
disediakan sesuai dengan kebutuhan.
Jika semua kebutuhan peralatan dan bahan sudah terpenuhi, lakukan
pembuatan sistem keamanan CCTV dengan teliti dan secermat mungkin.
Untuk mempermudah dalam melakukan instalasi, pedomani gambar
berikut,
170
Dengan melihat gambar instalasi sistem CCTV dengan kombinasi
interkoneksi pada perangkat lain, dapat diperoleh gambaran bagaimana
sistem CCTV untuk keamanan dapat di instal dengan penempatan
kamera di titik strategis dan dapat memantau seluruh sudut area pantau.
Jika semua peralatan sudah terkoneksi dan terinstalasi dengan baik, mulai
dari kamera CCTV, medium tranmisi, DVR, hingga ke monitor, maka
akan menghasilkan bentuk gambar sebagai berikut.
171
masing chanel. Dengan demikian sistem CCTV sudah dapat memantau
suatu kondisi ruangan atau lingkungan guna meningkatkan keamanan di
ruangan/lingkungan tersebut.
4. Forum Diskusi
a. Topik Master Rekaman
Banyak program yang bisa dipakai untuk membantu proses mastering.
Diantaranya adalah Wavelab. Insertkan program Wavelab kedalam
nuendo untuk menambah level amplitude, dan ditambah program Isotope
Ozone untuk menganalisa hasil mastering. Lakukan diskusi untuk
membuat urutan langkah kerja dan praktekkan. Kemudian kirimkan
(diupload) hasilnya pada sistem spada.
b. Topik CCTV
Gambarlah suatu area di sekolah Bapak-bapak dan ibuk, misalkan ruangan
bersama Guru dan sekitarnya. Rencanakanlah pemasangan sistem CCTV
yang sederhana dengan menggunakan kamera yang sesuai dengan
lingkungan. Lakukan diskusi untuk menentukan:
1. Peralatan kamera CCTV yang digunakan, jelaskan secara tertulis
spesifikasi kamera dan teknologi yang ada pada kamera tersebut.
2. Jenis medium tranmisi yang digunakan, dan buat penjelasan secara
tertulis medium yang digunakan.
3. Tentukan jenid DVR/NVR yang digunakan, dan buat penjelasan secara
tertulis peralatan yang anda pilih.
Kemudian kirimkan (diupload) hasilnya pada sistem spada.
C. PENUTUP
1. Rangkuman
a. Master Rekaman
1) Proses pembuatan rekaman audio terdiri atas lima tahap, yaitu tahap
pembuatan konsep, rekaman, mixing, pre mastering, dan tahap
pembuatan mastering.
172
2) Pembuatan Konsep dalam perekaman merupakah langkah awal yang
harus dilakukan dengan tujuan antara pemain musik dan sound
engineer terjadi pembahasan tentang gambaran penggunaan alat
musik, efek, tipe lagu dan sebagainya selama proses rekaman sampai
pembuatan master.
3) Rekaman atau tracking adalah proses pengambilan sinyal audio untuk
disimpan di media rekam.
4) Sebuah mixing console analog atau digital, biasa disebut soundboard
atau mixing desk adalah sebuah peralatan elektronik yang berfungsi
memadukan, mengatur jalur (routing), mengatur level, dan membuat
harmonisasi dinamis dari sinyal audio.
5) Proses pre mastering adalah proses penyempurnaan hasil mixing
untuk mencapai “standarisasi” dalam arti, merapikan frekuensi-
frekuensi yg mengganggu (misalnya bass yang terlalu over),
pengaturan gain untuk mencapai gain yang maksimal tetapi tidak
overcompression.
6) Mastering adalah proses terakhir pengolahan sinyal audio. Mastering
merupakan proses secara keseluruhan meliputi peletakan track,
penentuan marker, penataan fade in fade out. Mastering juga
bertanggung jawab perpindahan antar lagu agar di antara lagu yang
diproduksi terkesan satu produk.
b. CCTV
1) Closed Circuit Television (CCTV) atau yang sering disebut video
surveillance adalah penggunaan kamera video untuk mengirim
gambar ke monitor pada suatu tempat tertentu dalam sebuah sistem
pengawasan yang terbatas. sinyal CCTV ditransmisikan secara
tertutup melalui media kabel coaxial, FO, UTP, Wireless bahkan
menggunakan jaringan internet. CCTV paling banyak digunakan
untuk pengawasan pada area yang memerlukan monitoring seperti
daerah yang berbahaya, beradiasi, bank, gudang, tempat umum,
rumah yang ditinggal pemiliknya dan tempat-tempat khusus yang
diperlukan pemantauan dan perekaman.
2) PTZ Camera merupakan kamera CCTV yang banyak digunakan yang
mempunyai fitur dengan fasilitas Pan (Kiri/Kanan), Tilt (Atas/Bawah)
dan Zoom (Digital Zoom). Penggunaan kamera cctv ini biasanya
digunakan untuk indetifikasi pada area-area luas dan juga dibutuhkan
untuk proses detail identifikasi pada sebuah object view dari sebuah
fasilitas pemantauan. Fitur kamera CCTV PTZ merupakan fitur
keamanan yang sangat diperlukan oleh lokasi yang membutuhkan
keamanan ekstra aman, gambar yang jelas dan hasil pemantauan yang
optimal.
173
2. Tes Formatif
Pilih jawaban yang tepat dari lima alternatif jawaban A, B, C, D, E dengan
cara memberikan tanda silang.
1. Album rekaman yang berisikan suara dan gambar lahir dari sebuah
tempat studio rekaman. Tempat ini dilengkapi fasilitas khusus untuk
melakukan perekaman, mixing, pre mastering, mastering dan produksi
terhadap hasil dari sebuah penampilan musik dan gambar. Penerapan
standar, melakukan penilaian terhadap musisi atau vokalis dalam
melakukan tugas, serta menilai track rekaman yang telah direkam
merupakan tugas dari…….
A. Pembuat Master
B. Enggineer
C. Petugas Mixer
D. Produser
E. Vokalis dan pemusik
2. Pembahasan seluruh proses rekaman sampai pembuatan master dengan
tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang proses yang akan dilalui,
seperti penggunaan alat musik, efek, tipe lagu dan sebagainya merupakan
tugas dari ……..
A. Pemain music dan sound engineer
B. Sound engineer dan petugas mixer
C. Vokalis dan pemain music
D. Petugas mixer dan pembuat master
E. Sound engineer dan pembuat master
3. Dalam sebuah Mixer Audio terdapat susunan kolom berderet dari atas
hingga bawah, yang disebut Channel dan berisikan Jack XLR Female dan
TRS (Phone) Jack, Gain atau Sensitive, Treble Level (High), Middle
Level (Mid), Mid Freq, Low Freq Level, Low, AUX 1, AUX 2, Panpot
(Balance Center) dan Volume. Fungsi dari Jack XLR adalah…….
A. Penghubung sinyal yang berasal dari processor external
B. Penghubung sinyal yang berasal dari Compressor
C. Penghubung sinyal yang berasal dari Microphone
D. Penghubung sinyal yang berasal dari Limiter
E. Penghubung sinyal yang berasal dari Gate
4. Proses peletakan track, penentuan marker, penataan fade in fade out
dalam proses pengolahan sinyal audio merupakan tanggung jawab dari
seorang…..
A. Vokalis dan pemain music
174
B. Produser
C. Mixing
D. Pre mastering
E. Mastering
5. Format penyimpanan sinyal audio yang dibatasi beberapa factor,
diantaranya oleh bit rate terbatas, resolusi waktu terlalu rendah sehingga
dapat menimbulkkan noise, dan resolusi frekuensi dibatasi oleh ukuran
window yang kecil menyebabkan coding kurang efisien, merupakan ciri
format penyimpanan sinyal audio untuk jenis……
A. Ogg Vorbis
B. MP3
C. AAC
D. WMA
E. Polyphonic
6. Manakah kamera berikut ini yang umum digunakan pada sistem CCTV...
A. Kamera Dome, Kame SLR dan Kamera PTZ
B. Kamera PTZ, Kamera Infra Red dan Kamera SLR
C. Kamera CCTV, Kamera Infra Red dan Spy Cam
D. Kamera PTZ, Kamera Dome dan Kamera IP
E. Kamera Infra Red, Kamera PTZ, Kamera CCTV
7. Pada sebuah kamera CCTV berjenis wireles, jenis signal yang dikirimkan
dari pemancar kamera ke bagian penerima pada peralatan DVR adalah:
A. Sinyal RF
B. Sinyal Video Komposit
C. S-Video
D. Sinyal Digital
E. Sinyal DVI
8. Peralatan CCTV berikut ini yang digunakan untuk merekam video dari
CCTV yang melalui jaringan komputer adalah...
A. Digital Video Recorder
B. Harddisk
C. NVR
D. Server Storage
E. DVD Rom External
9. Untuk mengirimkan sinyal video dari kamera ke penerima DVR maka
perlu dilakukan teknik pengamanan pada kamera yang dikenal juga
dengan instilah...
A. Encoder dan Deskripsi
B. Kriptografi dan Sensor
C. Enkripsi dan Encoder
D. Tranmisi dan Encoder
E. Kriptografi dan Tranmisi
175
10. Jika kamera CCTV berjenis Kamera IP dipasangkan pada DVR jenis IP,
maka konfigurasi terpenting yang harus dilakukan pada kamera jenis ini
adalah...
A. Memberikan Identitas pada kamera agar kamera bisa di kenal.
B. Memberikan Identitas agar mudah didefenisikan
C. Memberikan IP Addres publik
D. Memberikan IP Address yang berada satu segmen pada DVR
E. Memberikan penomoran sesuai dengan nomor urut kamera
DAFTAR PUSTAKA
Audio Pro. 2017. Antara Mixing Dan Mastering. Online: Antara Mixing dan
Mastering (diakses 04 Oktober 2019)
Eko Hari Atmoko. 2012. Membuat Sendiri CCTV Berkelas Enterprise dengan
Biaya Murah. Andi Offset: Yogyakarta.
Lavie Aswyne. 2013. Panduan Mengatur Equilizer pada saat Mixing dan
Mastering. Online: https://id.scribd.com/doc/157462581/Panduan-
Mengatur-Equalizer-Pada-Saat-Mixing-Dan-Mastering (diakses 04
Oktober 2019)
M. Amin, Onno W. Purbo. 2017. Buku Panduan Membuat CCTV Live Sreaming
Dengan SmartPhone.
176
Stealh. 2018. Kamera CCTV. Online: http://www.stealth.co.id/kamera-cctv/ip-
camera/ (diakses 03 Oktober 2019)
177
DAR2/Profesional/840/03/2019
MODUL 3 KB 4
PERAWATAN DAN PERBAIKAN AUDIO AMPLIFIER
Disusun oleh,
Drs. Putra Jaya., MT.
1. Deskripsi Singkat
Modul ini memberikan pengetahuan tentang cara perawatan dan perbaikan
perangkat elektronika secara umum. Penerapannya diarahkan untuk dapat
mendesain alur perawatan power amplifier.
2. Relevansi
Tekhnik audio video tidak bisa dilepaskan dari berbagai tekhnik
elektronika lainnya, sejalan dengan adanya kebutuhan manusia untuk
mendapatkan hiburan dan rasa aman. Materi pembahsan mempunyai
relevansi dengan peralatan elektronika yang berhubungan dengan
perawatan dan perbaikan.
179
3. Petunjuk Belajar
a. Pelajari isi modul dengan cermat dan teliti.
b. Pahami setiap materi teori dasar yang akan menunjang dalam
penguasaan dengan cara membaca secara teliti.
c. Kerjakan soal-soal untuk mengukur sampai sejauh mana pengetahuan
yang telah dimiliki.
d. Dalam modul ini terdapat 10 buah soal formatif untuk setiap kegiatan
belajar dalam bentuk pilihan berganda dengan lima alternatif jawaban .
e. Pelajari secara teliti sebelum memberikan jawaban,
f. Bila peserta dapat menjawab benar minimal untuk 7 buah soal, peserta
dapat melanjutkan mempelajari isi modul untuk kegiatan belajar
berikutnya.
g. Lakukan diskusi untuk mendapatkan pemecahan masalah untuk setiap
persoalan yang diajukan dalam forum diskusi sesuai dengan topik
pembahasan.
h. Bacalah referensi lainnya yang berhubungan dengan materi modul agar
peserta mendapatkan tambahan pengetahuan.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Disajikan materi perawatan dan perbaikan, peserta PPG dapat mendesain
alur perawatan power amplifier.
2. Sub Capaian Pembelajaran
a. Peserta PPG mampu menerapkan alur perawatan perangkat power
amplifier.
b. Peserta PPG mampu menerapkan metoda pelacakan kerusakan dan
perbaikan perangkat power amplifier.
3. Uraian Materi
a. Perawatan Power Amplifier
Pengertian perawatan (maintenance) adalah kegiatan pemeliharaan
terhadap fasilitas peralatan dengan melakukan penyesuaian dan
180
perbaikan agar suatu keadaan operasi peralatan dapat dicapai secara
optimal. Perawatan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis
terhadap peralatan merupakan kegiatan pemeliharaan guna
mendapatkan hasil sesuai dengan keinginan. Kegiatan perawatan
Power Amplifier sebagai bagian dari perangkat elektronika dapat
mengikuti metoda yang berlaku secara umum dalam bidang teknik
elektronika. Kegiatan ini merupakan upaya untuk menghindari
kegagalan terhadap keandalan masing-masing komponen. Secara
umum, kegagalan sistem perangkat elektronika dapat berupa
kegagalan dini, dan kegagalan normal karena faktor usia pakai alat.
Kegiatan perawatan secara rutin pada umumnya dilakukan oleh
industri dan lembaga sekolah. Perawatan rutin di industri selalu
dikaitkan dengan tanggungjawab terhadap produk yang berkualitas,
tepat waktu dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Untuk
industri yang berskala besar, kegiatan perawatan selalu dikaitkan
dengan aset dan investasi. Keberadaan unit perawatan pada industri
merupakan bagian yang sangat penting.
Bagi sekolah yang memiliki peralatan pendukung keterampilan,
khususnya bidang teknik elektronika, kegiatan perawatan berkaitan
penyediaan peralatan yang siap pakai sangat diperlukan dalam
melaksanakan proses belajar mengajar. Keberadaan unit perawatan di
sekolah, secara khusus melakukan perawatan belum seluruh sekolah
memilikinya. Penanganan kegiatan perawatan dilakukan sesuai
bidang kompetensi keahlian dan pada umumnya dilakukan oleh
teknisi.
Berkaitan dengan masalah perawatan, kegiatan yang dilakukan
memiliki tujuan, antara lain; (1) memperpanjang usia pakai peralatan,
(2) menjamin daya guna dan hasil guna, (3) menjamin kesiapan
operasi atau siap pakai peralatan, dan (4) menjamin keselamatan
orang yang menggunakan peralatan.
181
Aktifitas perawatan dilakukan secara tidak terencana dan terencana.
Aktifitas perawatan tidak terencana diperlukan pada saat terjadinya
kondisi darurat, misalnya saat terjadi kerusakan yang tidak normal,
alat pengaman (fuse) putus, instalasi pengawatan terbakar karena usia
dan memungkinkan dapat ditangani secara darurat. Aktifitas
perawatan terencana dilakukan dalam bentuk korektif dan preventif.
Secara diagram blok, prosedur perawatan terencana dalam hubungan
antar bagian diperlihatkan pada gambar 4.1.
182
semakin sering dilakukan sampai masa pakai alat habis (rusak yang
tidak dapat diperbaiki atau perbaikan yang membutuh biaya yang
tidak seimbang dibanding manfaat yang diperoleh). Secara grafik
dapat diperlihatkan pola kerusakan alat pada umumnya, seperti
gambar 4.2.
183
gangguan pada alat tersebut. Buku manual yang lengkap berisikan
deskripsi sistem dan cara mengoperasikan alat, spesifikasi kinerja
sistem, teori operasi (sistem, blok diagram dan atau rangkaian), cara
pemeliharaan (preventif dan cara mengatasi kondisi darurat), daftar
suku cadang, dan tata letak mekanis. Ikuti cara perawatan langkah
demi langkah sesuai buku petunjuk dan diagram alir.
184
informasi penting dan berguna, meliputi beberapa aspek sebagai
berikut:
1. Dimensi fisik memuat ukuran-ukuran standar untuk masing
jenis komponen.
2. Rentangan resistansi meliputi nilai maksimum dan
minimumnya.
3. Toleransi seleksi mencakup nilai batas maksimum dan
minimum yang dimiliki komponen, misalnya ± 2 %, ± 5 %, ±
10 % atau ± 20 % .
4. Rating daya memuat daya maksimum dalam watt yang dapat
didisipasikan, biasanya dinyatakan pada temperatur 70° C
(komersial), 125° (militer).
5. Koefisien temperatur terhadap perubahan resistansi menurut
temperatur dan dinyatakan dalam bagian-bagian per sejuta
(ppm) per °C. Koefisien ini diperlukan untuk mendapatkan
data tentang sifat perubahan dalam bentuk fungsi linier dan
non linear. Komponen dengan perubahan linear lebih disukai
dibandingkan non linear.
6. Koefisien tegangan pada data komponen diperlukan untuk
mengetahui perubahan resistansi menurut tegangan yang
terpasang dan dinyatakan dalam ppm per volt.
7. Tegangan kerja maksimum diperlukan untuk mengetahui
tentang nilai tegangan maksimum yang dapat dipasangkan
pada kaki komponen.
8. Tegangan breakdown merupakan batas tegangan maksimum
yang dapat dipasang di antara badan resistor dan konduktor
yang menyentuh bagian luar (tegangan breakdown dari
pelapis yang mengisolasi resistor).
9. Resistansi penyekat (insulation resistance) menyatakan nilai
resistansi dari pelapis yang mengisolasikan.
185
10. Stabilitas umur pembebanan yaitu perubahan resistansi setelah
batas waktu operasi dengan beban penuh pada 70° C. Waktu
operasi biasanya diambil 1000 jam.
11. Range temperatur kerja mencakup nilai minimum dan
maksimum yang diizinkan untuk temperatur ambient.
12. Temperatur permukaan maksimum yaitu nilai temperatur
maksimum dan minimum yang diizinkan untuk badan resistor,
kadang-kadang disebut "HOT SPOT TEMPERATURE".
13 Noise (desah) kelistrikan yang disebabkan oleh tegangan yang
terpasang.
14 Klasifikasi kelembaban menyatakan batas tertentu perubahan
resistansi dalam mengikuti suatu temperatur standar yang
tinggi sesuai dengan test siklus waktu kelembaban.
15. Efek penyolderan yaiitu perubahan resistansi yang diakibatkan
oleh test penyolderan standar.
d. Keandalan dan Kegagalan
Keandalan dan Kegagalan memiliki hubungan erat terhadap
pelacakan kerusakan. Rangkaian elektronika memiliki keandalan
yang teruji, tidak terlalu sering mengalami kerusakan. Sebaliknya
rangkaian elektronika dengan keandalan yang rendah akan mengalami
kegagalan. Saat terjadi kegagalan diperlukan proses pelacakan
kerusakan.
Pada prinsipnya tidak ada peralatan yang dapat bekerja secara
sempurna sepanjang waktu, meskipun kualitas dan teknologinya
canggih. Peralatan elektronika setelah dipakai beberapa waktu akan
mengalami kemunduran kinerja dan akhirnya mengalami kerusakan.
Pengetahuan tentang kualitas komponen yang memenuhi spesifikasi
dapat digunakan untuk menentukan keandalan kualitas terhadap
waktu.
Peralatan elektronika yang dibuat dengan mempertahankan faktor
kualitas akan beroperasi dalam jangka waktu yang lebih lama
186
dibanding sistem yang dikerjakan dengan kurang memperhatikan
faktor kualitas. Peramalan seberapa jauh keandalan suatu alat,
diperlukan pengetahuan tentang kemampuan suatu item untuk
melaksanakan suatu fungsi. Persyaratan yang perlu dipenuhi adalah
batas suatu kondisi yang ditentukan dalam periode waktu tertentu
(lamanya waktu jaminan purna jual).
Keandalan sangat erat hubungannya dengan kegagalan. Akhir
kemampuan suatu komponen elektronika untuk melaksanakan fungsi
yang dipersyaratkan dikenal dengan istilah kegagalan. Bila suatu
komponen elektronika menunjukkan penurunan keandalannya berarti
adanya gejala kegagalan.
Selama usia pakai suatu peralatan akan terjadi tiga tahap kegagalan.
Tahap kegagalan dini (infant mortality) merupakan kegagalan
peralatan sesaat setelah alat tersebut dibuat dan dikirimkan ke
pelanggan. Kegagalan ini disebabkan oleh kerusakan komponen dan
kesalahan perancangan yang terlalu menitikberatkan pada satu bagian
dari peralatan tersebut. Biasanya kegagalan dini masih berada dalam
garansi perusahaan dan perbaikan menjadi tanggung jawab
perusahaan.
Setelah terjadi kegagalan dini akan diikuti dengan kegagalan normal
terhadap usia kerja peralatan elektronika. Pada umumnya laju
kegagalan normal memiliki angka persentase paling rendah.
Kegagalan tahap akhir adalah periode suatu peralatan mengalami laju
kegagalan paling tinggi. Penyebabnya adalah faktor usia kerja alat
sudah berakhir. Cepat tidaknya suatu peralatan memasuki tahap akhir
kegagalan tergantung pada cara pemeliharaan peralatan selama
digunakan.
Upaya menghindari terjadinya kegagalan tahap akhir diperlukan
pelacakan kerusakan berdasarkan gejala yang terjadi. Bila dibekali
pengetahuan tentang suatu komponen telah habis masa pakainya,
187
sebaiknya cepat diganti sebelum menyebabkan kegagalan pada
peralatan tersebut.
Perubahan karakteristik atau parameter di luar batas spesifikasi,
namun tidak sampai mengurangi fungsi alat secara menyeluruh
disebut dengan kegagalan sebagian atau parsial. Jenis kegagalan ini
disebabkan oleh satu faktor, misalnya pada rangkaian audio, terdapat
rangkaian pengatur nada dan power amplifier yang masih berfungsi
menghasilkan sinyal audio. Namum level amplitudo atau besaran
frekuensi yang dihasilkan tidak sesuai dengan posisi batas ukur.
Tabel berikut dapat digunakan sebagai suatu pedoman menentukan
laju kegagalan (Failure Rate) dari komponen elektronik yang sering
digunakan.
Tabel 4.1. Kecepatan Kegagalan (FR) Komponen
Kecepatan kegagalan (FR)
Komponen Tipe
[×10-6/jam]
Resistor Karbon Komposit 0,05
Karbon Film 0,2
Metal Film 0,03
Oxide Film 0,02
Wire wound 0,1
Variabel 3
Kapasitor Kertas 1
Polyestor 0,1
Keramik 0,1
Elektrolit (1 foil) 1,5
Tantalum (solid) 0,5
Komponen Audio Induktors 0,5
Lilitan RF Coils 0,8
Power Transformer 0,4
(each winding)
Semikonduktor Dioda (sinyal) 0,05
Dioda (regulator) 0,1
Dioda (penyearah) 0,5
Transistor 1Watt 0,8
IC Digital (plastic DIL) 0,2
IC Linear (plastic DIL) 0,3
Lampu dan Filament 5
Indikator LED 0,1
Valves (Thermionic) 5
Saklar (per kontak) 0,1
Hubungan Solder 0,01
Crimped 0,02
Wrapped 0,001
Plug dan Sokects 0,05
188
1) Mean Time To Fail (MTTF) adalah lamanya pemakaian
komponen sampai dicapai kegagalan. MTTF digunakan untuk
menghitung usia komponen elektronika yang tidak dapat
direparasi.
Formula penghitungan diberikan oleh rumus:
1
𝑀𝑇𝑇𝐹 =
𝐹𝑅
Sebuah resistor karbon film merupakan komponen yang tidak
bisa diperbaiki bila telah tejadi kerusakan. Nilai FR diperoleh dari
–6
tabel FR sebesar 0,2 x 10 / jam. Lama masa pakai komponen
resistor;
1
𝑀𝑇𝑇𝐹 = = 208333,3 hari
0,2 x 10−6 jam
Angka usia yang diperoleh sangat panjang untuk sebuah
komponen yang berdiri sendiri (belum menyatu dalam sebuah
rangkaian).
2) Mean Time Between Failures (MTBF) adalah lamanya
pemakaian suatu sistem sampai dicapai kegagalan. MTBF
digunakan untuk rangkaian yang dapat diperbaiki, seperti
instrumen dan sistem. Formula penghitungan diberikan oleh
rumus:
𝐹𝑅(𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛) = 𝐹𝑅(𝐴) + 𝐹𝑅(𝐵) + 𝐹𝑅(𝐶)
𝐹𝑅(𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛) = 𝛼
1
𝑀𝑇𝐵𝐹(𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛) =
𝛼
Suatu rangkaian dibentuk oleh 4 buah resistor karbon film, 2 buah
kapasitor elektrolit, 2 buah LED dan 2 buah transistor < 1 Watt.
Berdasarkan tabel FR, diperoleh data FR untuk:
resistor karbon film = 𝐹𝑅(𝐴) = 0,2×10-6/jam
kapasitor elektrolit = 𝐹𝑅(𝐵) =1,5×10-6/jam
LED = 𝐹𝑅(𝐶) =0,1×10-6/jam
189
transistor < 1 Watt = 𝐹𝑅(𝐷) =0,08×10-6/jam
𝐹𝑅(𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛) = 𝐹𝑅(𝐴) + 𝐹𝑅(𝐵) + 𝐹𝑅(𝐶) + 𝐹𝑅(𝐷)
𝐹𝑅(𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛) = [(4 × 0,2) + (2 × 1,5) + (2 × 0,1) + (1 × 0,08)] ∙ 10−6 /𝑗𝑎𝑚
190
t = 2000, Peluang keberhasilan R =e-0,2 =0,819 = 81,9%,
t = 5000, Peluang keberhasilan R =e-0,5 =0,607 = 60,7%,
Nilai R tak mungkin berharga 1, data ini memberikan interpretasi
bahwa sistem radar tak pernah gagal.
Beberapa cara untuk memperbaiki keandalan (R) adalah dengan:
a) Derating: mengoperasikan komponen dibawah batas
maksimumnya. Contohnya: menggunakan resistor ½ Watt
untuk rangkaian yang sebenarnya hanya butuh resistor ¼
Watt.
b) Redundancy: Menyambungkan suatu unit ke unit yang lain
dengan fungsi yang sama, sehingga kalau yang satu gagal
yang lain akan mengambil alih fungsi yang lain. Biasanya
unit ini terpasang secara parallel. Terdapat dua cara
redundancy:
(1) Aktif: bila suatu unit stand by hidup mengikuti suatu
kegagalan. Sebuah UPS terpasang pada komputer,
lampu darurat AC selalu siap menyala apabila tegangan
AC mati.
(2) Pasif: bila elemen-elemen bersekutu membagi beban
atau melaksanakan fungsinya secara terpisah. Sebuah
generator tersedia pada gedung perkantoran, namun
tidak dijalankan dan tidak otomatis.
191
1) Metoda Symptom-function
Metoda Symptom-function (fungsi gejala) diperlukan untuk
mengisolir kerusakan pada bagian tertentu. Metoda ini sudah
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Saat mengoperasikan
power amplifier ternyata lampu indikator power tidak menyala
(gejalanya), periksa kabel power, terhubung atau terputus. Lampu
indikator power mati atau hidup, jika masih tidak menyala
mungkin switchnya tidak bekerja dengan baik dan seterusnya.
Dengan melihat gejala kerusakan, dapat diperkirakan jenis dan
letak kerusakan alat tersebut.
Dengan mengetahui prinsip kerja power amplifier berdasarkan
pengamatan kerja alat, memungkinkan diketahui kerusakannya,
tanpa menggunakan alat ukur dan tanpa melakukan pengukuran.
2) Metoda Signal-tracing
Metoda Signal-tracing dipakai untuk menemukan blok tertentu
penyebab kegagalan pemakaian. Prinsip kerja metoda signal-
tracing dalam pemakaiannya dijelaskan oleh gambar 4.3.
Sig.Gen.
RG
AMP
V1 VO
R1 RL
192
b) Dengan mengubah amplitudo keluaran dari generator sinyal,
dapat dilihat apakah penguat linear di daerah sinyal input.
c) Dengan variasi impedansi beban RL, dapat dilihat apakah
penguatan linear terhadap perubahan beban.
d) Dengan mengubah frekuensi generator sinyal, dapat
ditentukan respon frekuensi dari penguat.
Dengan pengaturan yang sederhana, karakteristik penting dari
penguat dapat diukur dengan sistem signal-tracing meliputi
amplitudo dan frekuensi dari input ke output penguat.
Pada beberapa peralatan elektronik, pemberian sinyal dari luar
tidak selalu diperlukan, terutama bila sinyal yang seharusnya ada
pada peralatan tersebut dapat dengan mudah diketahui. Metode
ini disebut dengan metode signal-tracing. Pemakaiannya dapat
digunakan untuk memeriksa sebuah catu daya power amplifier
seperti gambar 4.4.
Pendekatan
Pendekatan
Gambar 4.4. Metoda Signal Tracing sebuah Catu Daya
193
c) Selanjutnya, gunakan saklar meter pada skala DC. Ukur
tegangan pada C1 dan pada C2. Bila tidak ada tegangan DC
pada C1 maupun C2 berarti kapasitor tersebut terhubung
singkat. Bila lilitan L terbuka, maka hanya ada tegangan DC
pada C1, tetapi tak ada pada C2. Bila C1 dan C2 terbuka
(putus), atau bila penyearah terbuka, atau keduanya
terhubung-singkat, maka tegangan DC yang terukur tidak
benar. Dalam kondisi seperti itu, perlu dilakukan pengukuran
resistansi untuk memastikan komponen yang rusak.
d) Pemeriksaan dimulai dari pengukuran tegangan DC pada
kapasitor C2, dilanjutkan dengan pengukuran tegangan DC
pada kapasitor C1 dan seterusnya. Hasilnya sama saja karena
pengukuran hanya menggunakan voltmeter.
Metoda Signal-tracing dalam pemakaian untuk pelacakan
kerusakan dapat dilakukan dengan dua cara. Pelacakan dimulai
dari rangkaian input menuju rangkaian output. Cara ke dua
merupakan kebalikan dari cara pertama, yaitu pelacakan dimulai
dari output mundur kebelakangn menuju rangkaian input.
Kesimpulan: Metoda signal-tracing memerlukan sinyal masukan
pada daerah yang dicurigai dan dapat diukur keluarannya dengan
teliti. Signal-tracing selalu memerlukan sedikitnya satu peralatan
test dan pada umumnya dibutuhkan dua peralatan test.
194
Kondisi operasi normal pada titik tes tertentu, nilai tegangan pada
diagram rangkaian biasanya sama besarnya dengan nilai tegangan
yang terdapat pada lembar data spesifikasi komponen yang
dikeluarkan pabrik. Lokasi kerusakan pada jaringan dan
komponen dapat diketahui bila terjadi perbedaan yang signifikan
antara hasil pengukuran terhadap data spesifikasi komponen.
Pengukuran resistansi merupakan satu metoda yang sangat
bermanfaat untuk memeriksa komponen elektronika. Pengukuran
nilai resistansi merupakan cara sederhana yang dapat digunakan
untuk meyakinkan kesinambungan pengawatan.
Resistor tipe komposisi karbon mayoritas digunakan pada
peralatan elektronik. Nilai resistansi cenderung berubah karena
usia dan panas. Untuk meyakinkan data ukur tahanan resistor atau
komponen lain pada rangkaian, bandingkan data tersebut dengan
hasil pemeriksaan pada gambar rangkaian. Perubahan nilai suatu
resistor yang bertambah besar dalam hubungan paralel, tidak akan
mengubah nilai impedansi.
Teknik metoda tegangan dan hambatan sering digunakan dalam
metoda symptom-function untuk menunjukkan indikasi lokasi
kerusakan pada rangkaian atau komponen tertentu.
KESIMPULAN: Metoda Tegangan dan Hambatan digunakan
untuk menunjukkan dengan tepat suatu komponen atau kerusakan
rangkaian dengan cara membandingkan data hasil ukur terhadap
data spesifikasi komponen yang dikeluarkan perusahaan
pembuat.
4) Metoda Half-splitting.
Metoda ini digunakan untuk rangkaian dengan blok-blok tersusun
seri. Pelacakan dilakukan untuk setengah sistem dan secara
berturut-turut dilakukan untuk setengah sistem yang lainnya
195
sampai kerusakan ditemukan. Cara ini akan mempercepat
menemukan kerusakan, seperti diperlihatkan pada gambar 4.5.
5 6 7 8
196
Gambar 4.7. Diagram Blok Power Amplifier
Sebelum lup diputuskan, periksa tegangan referensi catu daya.
Selanjutnya lakukan pemutusan lup pada titik yang sesuai.
Pemutusan lup tidak mutlak dilakukan pada bagian umpan balik.
Pemutusan dapat dilakukan pada daerah rangkaian sinyal kecil
yang mudah diberi injeksi tegangan DC atau sinyal yang sesuai.
6) Metoda substitusi.
Metoda substitusi biasanya memerlukan penyolderan atau
penggantian komponen sebagai tahap akhir dari proses pelacakan
kerusakan. Dua tahap pokok dalam metoda substitusi yang harus
dilakukan, yakni penggunaan komponen pengganti yang benar
dengan hubungan rangkaian yang benar. Sebelum melakukan
penggantian, disarankan untuk melakukan pemeriksaan dengan
metoda lain, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, sehingga
yakin komponen mana yang mengalami kerusakan.
Lakukan pengukuran tegangan untuk meyakinkan apakah
tegangan yang seharusnya ada memang benar-benar ada.
Pemeriksaan tegangan yang dilakukan pada komponen gabungan
resistor dan kapasitor, akan dapat menunjukkan apakah keduanya
rusak atau hanya salah satu saja. Dalam praktek, biasanya sangat
sulit mencari pengganti komponen berupa IC, transistor dan dioda
yang sama persis dengan komponen yang diganti. Untuk
mengatasi hal ini, diperlu pencarian data ekivalen tipe IC,
transistor atau dioda pada buku petunjuk semikonduktor. Bila
komponen yang diganti mempunyai tipe khusus, perlu dicari
komponen pengganti yang benar-benar sesuai.
197
f. Analisa Problem Solving
Metoda yang telah diuraikan sangat cocok untuk melokalisasi
kerusakan yang bersifat spesifik, hubung-singkat, terputus atau
kerusakan komponen. Bila menghadapi sistem elektronik yang
kompleks atau kerusakan yang berulang, cara yang telah dikemukakan
belum cukup. Cara lain dapat dilakukan dengan melakukan analisa
problem solving melalui metoda analisis kegagalan dan analisis
sinyal. Kedua metode ini dapat dipakai untuk semua tipe sistem.
1) Analisis Kegagalan
Metode analisis kegagalan digunakan ketika kegagalan berulang
pada suatu rangkaian dan menekankan pada penyebab kerusakan
dari pada kerusakan komponen dan perangkat rangkaian
elektronika. Tiga langkah penting yang perlu dilakukan dalam
analisis kegagalan; analisis cara kerja rangkaian, melakukan
pengukuran dan mempelajari data produk.
Contoh yang paling sederhana adalah rangkaian dasar regulator
DC seperti ditunjukkan pada Gambar 4.8.
R1 DC
R2 R3
Q1
Q2 R4
R5
D
198
b) Arus berlebih terjadi karena hubung singkat atau kelebihan
beban pada output DC regulasi. Kombinasi dari R2 dan dioda
D akan mengcutoffkan Q2 dan juga Q1, sehingga tegangan
DC regulasi akan menuju level bawah dan arus lebih karena
kelebihan beban sangat kecil kemungkinan terjadi.
c) Melakukan pengukuran arus melalui Q1, temperatur
pendingin Q1, serta nilai resistansi setiap resistor. Secara
cepat analisis akan dapat menunjukkan bahwa ripel tegangan
AC yang ada pada DC mungkin merupakan salah satu faktor
penyebab beban lebih Q1. Singkatnya, dalam menganalisis
kerusakan pada regulator DC seperti Gambar harus
dipertimbangkan semua aspek rangkaian karakteristik Q1 dan
Q2 untuk mencari penyebab kerusakan yang sering terjadi
pada Q1.
2) Analisis Sinyal
Metoda analisis sinyal dapat membantu dalam membuat analisis,
bila sinyal yang diamati dapat memberikan petunjuk tentang
lokasi kerusakan. Metode ini biasanya memerlukan sebuah
osiloskop memori atau peralatan lain yang dapat
menvisualisasikan sinyal. Analisis Sinyal tanpa alat bantu akan
membingungkan.
199
disebabkan oleh kesalahan pemakaian. Kesalahan yang terjadi
kebanyakan pada saat mengoperasikan komponen diluar batas
kemampuan.
200
c. Pada nilai-nilai resistansi yang tinggi
(lebih besar 1 mega ohm) spiral resistan
sinyal harus tipis dan karenanya
kegagalan sirkit terbuka lebih besar
kemungkinannya.
d. Kontak-kontak ujungnya buruk. Biasanya
disebabkan oleh tekanan mekanik karena
montase yang jelek pada sirkit
Resistor kawat Sirkit terputus a. Keretakan kawat, terutama bila diguna-
(Wire wound) kan kawat kecil , karena ketidakmurnian
menyebabkan keretakan.
b. Perkaratan kawat yang disebabkan oleh
elektrolitis yang ditimbulkan oleh udara
lembab yang terserap.
c. Kegagalan sambungan-sambungan yang
dilas.
201
(1) hubung singkat disebabkan dielektrik tembus,
(2) sirkit terbuka yang disebabkan kerusakan pada
penyambung ujung lepas.
Kerusakan secara berangsur-angsur dan sebagian (degradasi)
dalam bentuk:
(1) Penurunan resistansi dari isolasi atau kenaikan arus
bocor pada jenis elektrolit secara berangsur-angsur,
(2) Kenaikan resistansi seri yang disebabkan oleh kenaikan
faktor disipasi.
Beberapa penyebab kerusakan diantaranya adalah:
(1) Kerusakan ketika fabrikasi: kontaminasi chloride pada
elektrolit, akan menimbulkan perkaratan pada
sambungan internal, kerusakan mekanis pada ujung dari
kapasitor berlapis logam, menimbulkan panas berlebih
dan sirkit terbuka.
(2) Salah pakai: Kapasitor digunakan melebihi tegangan
yang tertulis, atau teknik assembling yang jelek
menimbulkan tekanan mekanis terhadap penyambung-
penyambung ujung dan selubung (seal).
(3) Lingkungan: Kejutan dan getaran mekanik, temperatur
tinggi/rendah, dan kelembaban.
Daftar kerusakan dan kemungkinan penyebab untuk
beberapa jenis kapasitor terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3. Kerusakan Kapasitor dan Penyebabnya.
Jenis
Jenis Kerusakan Kemungkinan Penyebab
Kapasitor
Kertas a. Kering bahan renda a. Kebocoran seal. Kejutan mekanik,
man, menimbulkan termal atau perubahan- perubahan
sambung singkat tekanan.
b. Sirkuit terbuka. b. Kejutan mekanik/thermal.
Keramik a. hubung singkat a. Pecahnya dielektrika karena kejutan
atau getaran
b. Sirkuit terbuka b. Pecahnya sambungan
c. Perubahan-perubah c. Elektroda perak tidak melekat benar
an kapasitansi pada perak
202
Film plastik Sirkuit terbuka Kerusakan pada semprotan diujung,
ketika fabrikasi atau asembeling.
Alumunium a. hubung singkat, a.Hilangnya dielektrika. Temperatur
Elektrolit karena bocor. tinggi.
b. Kapasitansi mengecil. b.Hilangnya elektrolit karena tekanan,
c. Sirkuit terbuka kejutan mekanik atau temperatur.
c. Pecahnya sambungan internal.
Mika a. hubung singkat a. Perpindahan perak disebabkan oleh
kelembaban yang tinggi.
b. Sirkuit terbuka. b. Perak tidak menempel ke mika.
203
gesa melepas solderan suatu komponen, lakukan pengukuran
terlebih dahulu untuk meyakinkannya. Bagian ini akan diuraikan
cara pengujian, pengukuran dan perbaikan komponen aktif yang
terdapat dalam rangkaian power amplifier menggunakan
transistor sebagai penguat, seperti diperlihatkan pada gambar 4.9.
a) Dioda.
Standar tegangan maju dioda silicon, germanium, Schottky,
tunel, dan zener harusnya tidak lebih dari 1,1V (dalam
rangkaian). Bila lebih dari nilai tersebut menandai adanya
dioda terbuka, yang harus dilepaskan, diuji, dan diganti. Bila
suatu dioda mengalirkan arus tetapi drop tegangan dioda nol
atau hanya beberapa milivolt, berarti dioda hubung singkat,
pindahkan, uji, dan ganti.
b) Transistor
Bila ditemukan tegangan transistor pada daerah tegangan
maju basis-emitter lebih dari 1,1V (basis positif untuk NPN,
basis negatif untuk PNP) mempunyai junction base-emitter
yang terbuka dan harus diganti. Transistor yang telah
melewati tahap pengetesan dapat diputuskan bahwa
204
transistor tersebut dalam keadaaan baik. Cara pengetesan
transistor, perhatikan gambar 4.10.
205
Gambar 4.12. Pengetesan Transistor saat pemberian
bias dihentikan
206
Gambar 4.14 menunjukkan pemberian bias rangkaian
transistor aktif, sinyal kolektor terbalik dari sinyal basis
walau pun distorsi. Jika penurunan tegangan kolektor ketika
tegangan basis naik, dan sebaliknya, pada dasarnya transistor
berfungsi.
c) MOSFET
MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect
Transistor) adalah sebuah perangkat semionduktor yang
secara luas di gunakan sebagai switch dan sebagai penguat
sinyal pada perangkat elektronik. MOSFET adalah inti dari
sebuah IC (integrated Circuit) yang di desain dan di fabrikasi
dengan single chip karena ukurannya yang sangat kecil.
MOSFET memiliki empat gerbang terminal antara lain
adalah Source (S), Gate (G), Drain (D) dan Body(B).
Penggunaan komponen MOSFET pada rangkaian power
amplifier bertujuan untuk mendapatkan impedansi input
yang sangat tinggi dan mengurangi desah supaya nilainya
lebih rendah. Rangkaian power amplifier menggunakan
MOSFET sebagai penguat diperlihatkan pada gambar 4.15.
207
Saat pengujian MOSFET, jangan memegang body mosfet
yang terbuat dari logam, karena terhubung dengan D(Drain).
Gunakan penjepit buaya pada ujung probe multitester untuk
memudahkan pengetesan.
Atur multimeter analog pada posisi pengkukuran ohm meter
X10Ω
(1) Tempatkan probe tester warna hitam pada pin Drain, dan
probe merah pada pin Gate. Ini akan melepaskan
kapasitansi dalam MOSFET. Jarum tidak bergerak.
208
(5) Lepaskan probe merah dari source, kemudian tempelkan
lagi ke source, jarum masih tetap di tengah.
Jika jarum meter tidak bergerak (tetap pada angka 0) untuk
semua pengujian meter, MOSFET rusak (hubung singkat),
ganti dengan tipe yang sama.
Pengulangan pengujian, kosongkan kapasitansi MOSFET
dengan cara melepaskan probe merah dan sentuh satu kali
pada pin drain.
Pengujian MOSFET tipe kanal P sama seperti cara mengetes
MOSFET tipe kanal N, hanya posisi probe warna merah dan
hitam ditukar polarisasinya.
c) FET
Sirkuit penguat transistor seperti penguat emitor umum
dibuat menggunakan Transistor Bipolar, tetapi penguat
sinyal kecil juga dapat dibuat menggunakan Field Effect
Transistor (FET). Perangkat ini memiliki keunggulan
dibandingkan transistor bipolar karena memiliki impedansi
input yang sangat tinggi dan noise output yang rendah. FET
membuatnya ideal untuk digunakan dalam rangkaian
penguat yang memiliki sinyal input sangat kecil, seperti
diperlihatkan pada gambar 4.16.
209
Gambar 4.17. Rangkaian Power Amplifier
(Sumber: https://electronicsforu.com/electronics-projects/1-5w-power-
amplifier)
Cara kerja FET sama seperti cara kerja switch. FET kalau
masih bisa on-off berarti masih baik. Biasanya FET dalam
keadaan rusak dapat dideteksi melalui tegangan emiter yang
tidak bisa mencapai tingkat level tertentu. Cara pengujian
diperlihatkan pada gambar 4.18.
210
h. Manajemen Perawatan Dan Perbaikan Rangkaian Elektronika
Aktifitas perawatan dan perbaikan secara sistematis dan terprogram
dengan mengikuti cara tertentu dapat menghindari beberapa bentuk
kerugian, antara lain; rugi waktu karena pekerjaan yang tertunda,
produktifitas turun, efisiensi turun, dan menambah biaya operasional.
Penerapan sistem perawatan dan perbaikan secara sistematis dan
terprogram pada dasarnya merupakan penerapan sistem manajemen
untuk seluruh pekerjaan perawatan dan perbaikan. Secara umum
prinsip manajemen terdiri atas unsur perencanaan, perorganisasian
pelaksanaan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan dan pelaporan, serta
audit dan evalusi.
1) Perencanaan Pekerjaan
Pekerjaan perawatan yang terencana akan mendapatkan hasil
yang baik dan optimal. Untuk itu diperlukan format khusus yang
digunakan untuk membuat perencanaan. Secara umum format
perencanaan pekerjaan perawatan memuat isi tentang jenis atau
tipe pekerjaan, sifat atau level pekerjaan, tenaga pelaksana yang
diperlukan, material atau suku cadang yang diperlukan, waktu
atau lama pengerjaan, dan sebagainya.
211
lembaga industri membutuhkan koordinasi yang melibatkan front
office, bagian bengkel, gudang, administrasi dan keuangan.
Seorang perencana untuk mempermudah pekerjaan biasanya
membuat suatu mekanisme kerja pemeliharaan dengan
menggunakan sarana yang disebut Perintah Kerja (Work Order).
Seluruh prosedur pelaksanaan pekerjaan harus ditaati oleh
seluruh karyawan.
212
Contoh, Non Contoh, Ilustrasi.
Uraian berikut diberikan sebuah kasus proses pelacakan kerusakan dan
perbaikan pada rangkaian power amplifier OTL. Rangkaian power
amplifier diperlihatkan pada gambar 4.19.
OTL adalah singkatan dari Output Transformer Less, sebuah sistem power
amplifier audio dengan meniadakan penggunaan transformator untuk
menyesuaikan impedansi di jalur output. Sistem power amplifier ini
menjadi favorit karena mampu menghasilkan penguatan sinyal audio
dalam spektrum hi-fi. Power Amplifier OTL gambar 19 memerlukan
power-supply tegangan tunggal 52V. Nilai tegangan ini merupakan harga
maksimal Vmax dengan menghasilkan daya di atas 20Watt.
Tegangan ½ Vcc ditentukan oleh susunan seri VR801 dan R819. VR801
dibuat variabel agar bisa dilakukan penyetelan terhadap tegangan ½ Vcc
mendekati 25V. Penguat driver dibentuk dari TR805 dan TR807, dan
penguat akhir dibentuk dari TR809 dan TR811. D801 dioda dipasang di
sirkit basis penguat driver untuk mendapatkan efek arus stasioner (arus
kecil mengalir ketika tanpa sinyal input). Dioda ini juga diletakkan dekat
lokasi pendingin penguat akhir sebagai sensor panas.
Bila penguat akhir menjadi terlalu panas ketika bekerja (menarik arus yang
besar), dioda akan ikut terpanasi pada batas suhu terterntu sehingga
213
tegangan maju (VFD) diode akan berkurang. Penenpatan D801 pada basis
penguat driver dan dekat dengan lokasi pendingin penguat akhir berfungsi
sebagai pencegahan panas pada penguat akahir. VR803 berfungsi untuk
mengatur besarnya arus stasioner penguat akhir sekitar 20 sampai 35mA.
Hasil penguatan sinyal secara keseluruhan mengalir melalui C817 menuju
speaker. Dengan adanya kondensator ini tegangan DC pada titik ½ Vcc
tidak terhubung singkat ke ground oleh speaker.
Kerusakan umum paling sering terjadi pada power amplifier OTL,
diantaranya; a. Tidak ada suara, kecuali suara dengung; b. Suara ada tetapi
kecil dengan disertai dengung; c. Suara ada tetapi terdengar cacat; dan d.
Tidak ada suara dan tidak ada dengung.
Sebagai contoh diberikan disain alur perawatan power amplifier dengan
gejala kerusakan tidak ada suara, kecuali suara dengung. Kemungkinan
kerusakan biasanya terjadi akibat tidak berfungsinya penguat driver
TR805 dan TR807 dan penguat akhir TR809 dan TR811, yang ikuti
rusaknya tahanan di emitor R835 dan R837 dan tahanan R825, R827,
R829, dan D801. Disain alur pelacakan kerusakan dan perbaikan
diperlihatkan pada gambar 4.20.
Gambar 4.20. Diagram alir proses pelacakan kerusakan dan perbaikan power
amplifier tidak ada suara, kecuali suara dengung.
214
4. Forum Diskusi
Proses pelacakan dengan memeriksa dan pengujian masing-masing
komponen pasti tidak mudah. Mengenali gejala-gejala yang ditimbulkan
pada masing-masing blok rangkaian elektronika akan memberikan
kemudahan dalam melakukan proses pelacakan kerusakan. Proses ini
diawali dengan melakukan analisis pada masing-masing blok sesuai
dengan bentuk gejala yang terjadi. Pelacakan kerusakan akan menjadi
mudah bila analisis yang dilakukan dilengkapi dengan diagram alur.
Diskusikan proses pelacakan dan perbaikan terhadap kerusakan power
amplifier dengan gejala suara ada tetapi terdengar cacat. Tuliskan
hasilnya dalam bentuk data kemungkinan kerusakan dan buat gambar
diagram alur proses pelacakan dan perbaikan.
C. PENUTUP
1. RANGKUMAN
Rangkuman Perawatan Power Amplifier
1. Perawatan dilakukan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk:
memperpanjang usia alat, meningkatkan kualitas pelayanan,
meningkatkan produktifitas, memelihara aset, dan sebagainya.
2. Sifat perawatan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi direncanakan
(preventif maupun korektif) dan perawatan yang tidak dapat
direncanakan (bersifat darurat).
3. Untuk membantu pelaksanaan kegiatan perawatan diperlukan alat-alat
bantu, seperti buku manual, multimeter, probe, dan lain-lain.
Rangkuman Proses Pelacakan Kerusakan
1. Banyak teknik pelacakan kerusakan dapat digunakan dalam bidang
elektronika. Proses pelacakan kerusakan secara umum dapat dilakukan
melalui pengamatan fisik, mengenali gejala kerusakan, melakukan
pengujian komponen dan pemeriksaan input output tiap blok.
2. Pelacakan kerusakan akan menjadi mudah bila analisis yang dilakukan
dilengkapi dengan diagram alir
3. Lembar spesifikasi komponen akan membantu proses pelacakan dalam
mengenali tentang pemakaian, batas maksimum mutlak, dan batas data
kelistrikan penting lainnya.
215
4. Keandalan dan Kegagalan memiliki hubungan erat terhadap pelacakan
kerusakan. Suatu rangkaian elektronika yang memiliki keandalan yang
teruji, tidak terlalu sering mengalami kerusakan. Sebaliknya rangkaian
elektronika yang memiliki keandalan yang rendah akan mengalami
kegagalan. Saat terjadi kegagalan diperlukan proses pelacakan
kerusakan.
5. Keandalan sangat erat hubungannya dengan kegagalan. Akhir
kemampuan suatu komponen elektronika untuk melaksanakan fungsi
yang dipersyaratkan dikenal dengan istilah kegagalan.
6. Tahap kegagalan dini (infant mortality), kegagalan normal dan
kegagalan akhir
7. Kegagalan dini (infant mortality) merupakan kegagalan peralatan
sesaat setelah alat tersebut dibuat dan dikirimkan ke pelanggan.
Kegagalan ini disebabkan oleh kerusakan komponen dan kesalahan
perancangan yang terlalu menitikberatkan pada satu bagian dari
peralatan rangkaian elektronika.
8. Kegagalan normal disebabkan oleh usia kerja peralatan elektronika dan
pada umumnya laju kegagalan normal memiliki angka persentase
paling rendah.
9. Kegagalan tahap akhir adalah periode suatu peralatan mengalami laju
kegagalan paling tinggi. Penyebabnya adalah faktor usia kerja alat
sudah berakhir.
10. Mean Time To Fail (MTTF) adalah lamanya pemakaian komponen
sampai dicapai kegagalan. Formula penghitungan diberikan oleh
rumus:
1
𝑀𝑇𝑇𝐹 =
𝐹𝑅
11. Mean Time Between Failures (MTBF) adalah lamanya pemakaian
suatu sistem sampai dicapai kegagalan. MTBF digunakan untuk
rangkaian yang dapat diperbaiki, seperti instrumen dan sistem. Formula
penghitungan diberikan oleh rumus:
𝐹𝑅(𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛) = 𝐹𝑅(𝐴) + 𝐹𝑅(𝐵) + 𝐹𝑅(𝐶)
𝐹𝑅(𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛) = 𝛼
1
𝑀𝑇𝐵𝐹(𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛) =
𝛼
12. Hukum Eksponen Keandalan menyatakan bahwa peluang tidak adanya
kegagalan sistem dalam waktu t merupakan fungsi eksponensial dari
waktu tersebut. Secara formula dinyatakan dengan persamaan:
𝑄 = 1 − 𝑅 = 1 − 𝑒 −𝛼𝑡
216
Hubungan antara keandalan (R) dan laju kegagalan sistem (λ) dituliskan
dengan persamaan:
𝑅 = 𝑒 −𝛼𝑡
Karena MTBF atau m = 1/λ
𝑅 = 𝑒 −𝑡/𝑚
13. Pemilihan metoda yang sesuai dalam mencari kerusakan akan dapat
menentukan efisiensi kerja. Beberapa teknik yang bisa digunakan,
antara lain:
Symptom-function, Signal-tracing, metoda tegangan dan hambatan
untuk mengisolasi kerusakan komponen atau daerah rangkaian tertentu,
Metoda Half-splitting, Metoda Pemutusan Lup, dan Metoda substitusi.
14. Analisa problem solving terdiri atas analisis kegagalan, analisis sinyal,
analisa logika dan diagnosa rutin.
Rangkuman Kerusakan dan Perbaikan Rangkaian Elektronika
1. Setiap komponen elektronika bersifat pasif dan aktif memiliki
keterbatasan dalam pemakaian. Bagian penting dalam mencari
kerusakan adalah memahami dengan baik tentang komponen dan
keterbatasannya.
2. Setiap resistor ketika beroperasi akan mendisipasikan daya. Kenaikan
temperatur yang disebabkan oleh daya yang didisipasikan akan
maksimum ditengah-tengah badan resistor, ini disebut “Hot spot
temperature”.
3. Kecepatan kegagalan pada resistor variabel lebih tinggi dari pada jenis
resistor tetap. Potensiometer mempunyai kecepatan kegagalan pada
umumnya kira-kira 3×10-6 per jam, tetapi angka-angka itu berubah
bergantung pada metode yang digunakan oleh pabriknya.
4. Kapasitor merupakan komponen yang dapat diandalkan karena
memiliki tingkat kegagalan yang rendah terutama. Umur kapasitor
dapat diperpanjang dengan cara menggunakan kapasitor di bawah batas
tegangan yang diperbolehkan dan pada temperatur ambient yang
rendah. Penurunan temperatur 10ºC dapat melipatkan umurnya dua kali
lebih panjang.
5. Tiga penyebab kerusakan semikonduktor (komponen aktif); kerusakan
mekanis, kerusakan salah pemakaian dan kerusakan bahaya
lingkungan.
6. Perbaikan rangkaian elektronika terdiri atas tiga kegiatan; kegiatan
pelacakan kerusakan dengan menggunakan berbagai metoda,
melakukan pengukuran dan pengujian, serta melakukan perbaikan
(pergantian).
217
Rangkuman Manajemen Perawatan dan Perbaikan Rangkaian
Elektronika
1. Aktifitas perawatan dan perbaikan secara sistematis dan terprogram
dengan mengikuti cara tertentu dapat menghindari beberapa bentuk
kerugian, antara lain; rugi waktu karena pekerjaan yang tertunda,
produktifitas turun, efisiensi turun, dan menambah biaya operasional.
2. Secara umum prinsip manajemen terdiri atas unsur perencanaan,
perorganisasian pelaksanaan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan dan
pelaporan, serta audit dan evalusi.
3. Format perencanaan pekerjaan perawatan memuat isi tentang jenis atau
tipe pekerjaan, sifat atau level pekerjaan, tenaga pelaksana yang
diperlukan, material atau suku cadang yang diperlukan, waktu atau
lama pengerjaan, dan sebagainya.
4. Koordinasi pekerjaan pemeliharaan yang terorganisir akan membantu
percepatan penyelesaian pekerjaan.
5. Seorang perencana untuk mempermudah pekerjaan biasanya membuat
suatu mekanisme kerja pemeliharaan dengan menggunakan sarana
yang disebut Perintah Kerja (Work Order) dan diakhiri dengan
penyimpanan file Backlog Work Order. Seluruh prosedur pelaksanaan
pekerjaan harus ditaati oleh seluruh karyawan.
6. Secara manajemen dibutuhkan dua jenis pelaporan dari pelaksanaan
pekerjaan; pelaporan menyangkut masalah volume pekerjaan, waktu
dan jumlah pekerja
7. Volume pekerjaan bagi manajemen diperlukan untuk memperkirakan
biaya yang dibutuhkan.
8. Mengetahui jumlah bahan atau material yang dibutuhkan diperlukan
bagi manajemen untuk memperkirakan ketersediaan suku cadang
(industri) dan ketersediaan dana (sekolah).
9. Kegiatan audit dan evaluasi yang melibatkan seluruh bagian memiliki
tujuan untuk selalu menjaga kualitas dan kinerja, baik pada lembaga
industri maupun lembaga pendidikan.
2. Tes Formatif
Petunjuk: Pilih jawaban yang tepat dari lima alternatif jawaban A, B, C,
D, E dengan cara memberikan tanda silang.
218
B. Menjamin daya guna dan hasil guna
C. Menjamin kesiapan operasi atau siap pakai peralatan
D. Menjamin keselamatan orang yang menggunakan peralatan
E. Menjamin ketersediaan komponen pengganti
2. Saat melaksanakan kegiatan praktikum pengukuran atau pengujian
rangkaian elektronika terjadi kerusakan atau kerja alat yang tidak
normal, alat pengaman (fuse) putus, instalasi pengawatan terbakar
karena faktor usia. Kegagalan peralatan memungkinkan dapat ditangani
secara darurat. Bentuk kegiatan ini merupakan aktifitas perawatan
secara:
A. Terprogram
B. Preventif
C. Terencana
D. Tidak direncanakan
E. Korektif
3. Pada prinsipnya tidak ada peralatan elektronika yang dapat bekerja
secara sempurna sepanjang waktu, meskipun kualitas dan teknologinya
canggih. Keandalan dan kualitas suatu peralatan akan mempengaruhi
usia kerja alat. Selama usia pakai suatu peralatan akan terjadi tiga tahap
kegagalan. Istilah infant mortality merupakan tahap......
A. Kegagalan perawatan
B. Kegagalan normal pemakaian
C. Kegagalan awal pemakaian
D. Kegagalan tengah pemakaian
E. Kegagalan akhir pemakaian
4. Lamanya pemakaian komponen elektronika sampai dicapai kegagalan
dikenal dengan istilah:
A. Laju kegagalan
B. Mean Time Between Failures
C. Peluang kegagalan
D. Mean Time To Fail
E. Kecepatan Kegagalan
5. Sebuah rangkaian regulator tegangan dibentuk oleh 3 buah resistor
karbon komposit, 2 buah kapasitor elektrolit, 1 buah LED, 2 buah dioda
penyearah, dan 1 buah dioda regulator. Masing-masing komponen
mempunyai kecepatan kegagalan (FR) sesuai dengan data spesifikasi
pabrik seperti diperlihatkan pada tabel berikut,
Kecepatan kegagalan
Komponen Tipe
(FR) [×10-6/jam]
Resistor Karbon Komposit 0,05
Kapasitor Elektrolit 1,5
Semikonduktor Dioda penyearah 0,5
Dioda Regulator 0,1
Lampu Indikator LED 0,1
219
Berdasarkan data tabel, lamanya pemakaian rangkaian regulator
tegangan sampai dicapai kegagalan adalah...
A. 9578,5441 hari
B. 230414,7465 jam
C. 9622,7868 hari
D. 231481,4815 jam
E. 9667,4401 hari
6. Pemilihan metoda yang sesuai dalam mencari kerusakan rangkaian
elektronika akan dapat menentukan efisiensi kerja. Beberapa teknik
yang bisa digunakan, antara lain, kecuali:
A. Symptom-function,
B. Signal-tracing,
C. Half-splitting
D. Substitusi
E. Full-splitting
7. Pada beberapa peralatan elektronik, pelacakan kerusakan dengan
pemberian sinyal dari luar tidak selalu diperlukan, terutama bila sinyal
yang seharusnya ada pada peralatan tersebut dapat dengan mudah
diketahui. Metode pelacakan kerusakan ini yang dimulai dari input
menuju output ini disebut dengan metode:
A. Signal-tracing pasif.
B. Symptom-function pasif.
C. Half-splitting pasif
D. Substitusi pasif
E. Full-splitting pasif
8. Kegiatan pelacakan kerusakan rangkaian elektronika yang lebih
canggih dilakukan dengan cara menggunakan analisa problem solving
melalui metoda analisis kegagalan, analisis sinyal, analisa logika dan
diagnosa rutin. Metoda yang dapat dipakai untuk semua tipe sistem
adalah.....
A. Analisis kegagalan dan analisis rutin
B. Analisis kegagalan dan analisis sinyal
C. Analisis kegagalan dan diagnosa rutin
D. Analisis sinyal dan analisis sinyal
E. Analisis logika dan diagnosa rutin
9. Rangkanian power amplifier dibentuk dari komponen aktif sebagai
komponen utama. Komponen ini dapat dibedakan atas dua macam,
yaitu semikonduktor bipolar dan semikonduktor unipolar. Untuk
mendapatkan keunggulan dari segi impedansi input yang bernilai
sangat tinggi dan noise output yang rendah, digunakan semikonduktor
unipolar FET atau MOSFET. Hasil pengujian MOSFET menggunakan
ohmmeter skala 10X yang memberikan indikasi komponen tersebut
masih berfungsi, kecuali:
A. Probe warna hitam pada D, merah pada G, jarum meter tidak
bergerak.
220
B. Probe warna hitam pada S, merah pada G, jarum meter tidak
bergerak.
C. Probe warna hitam pada S, merah pada G, jarum meter bergerak.
D. Posisi probe meter sama dengan alternativ jawaban B atau C, antara
D dan G disentuh dengan ujung jari maka jarum meter bergerak
bergerak ke arah tengah.
E. Posisi probe meter dan sentuhan tangan sama dengan alternative
jawaban D, saat sentuhan tangan dilepaskan maka jarum masih
bergerak ke arah tengah.
10. Penerapan sistem perawatan dan perbaikan rangkaian elektronika
secara sistematis dan terprogram pada dasarnya merupakan penerapan
sistem manajemen untuk seluruh pekerjaan perawatan dan perbaikan.
Secara umum prinsip manajemen terdiri atas unsur perencanaan,
perorganisasian pelaksanaan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan dan
pelaporan, serta audit dan evalusi. Seorang perencana untuk
mempermudah pekerjaan dengan membuat suatu mekanisme kerja
perawatan dengan menggunakan sarana yang disebut perintah kerja
(Work Order) dan seluruh prosedur pelaksanaan pekerjaan harus ditaati
oleh seluruh karyawan, bentuk kegiatan ini termasuk dalam penerapan
prinsip manajemen:
A. Perencanaan pekerjaan
B. Perorganisasian pelaksanaan pekerjaan
C. Pelaksanaan pekerjaan dan pelaporan
D. Audit dan evalusi
E. Pelaksanaan pekerjaan dan audit
DAFTAR PUSTAKA
Peni Handayani dan Trisno Yuwono Putro, 2008. Teknik Pemeliharaan dan
Perbaikan Sistem Elektronika Jilid 1, 2 dan 3. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Hendra Jaya dkk, 2018. Perawatan dan Perbaikan Peralatan Elektronika. Makassar:
Universitas Negeri Makassar.
Pekik Argo Dahono, 2012. Keandalan dan Ketersediaan. Bandung: Sekolah Teknik
Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung.
(https://konversi.wordpress.com/2012/11/27/keandalan-dan-ketersediaan/
(diakses tanggal 7 April 2018)
221
TUGAS AKHIR
1. Diberikan sebuah rangkaian penguat seperti gambar di bawah ini.
222
Kondidi sedang beroperasi, tiba-tiba terdengar suara melemah disertai
dengung. Setelah diperiksa ditemukan kemungkinan rangkaian yang tidak
berfungsi menurut semestinya. Tuliskan kemungkinan rangkaian yang tidak
berfungsi dan buat gambar desain alur perbaikan power amplifier tersebut.
TES SUMATIF
Petunjuk: Pilih jawaban yang tepat dari lima alternatif jawaban A, B, C, D, E
dengan cara memberikan tanda silang.
1. Penguat awal merupakan perangkat terdepan pengolahan sinyal suara.
Peralatan ini memiliki fungsi menguatkan, menyamakan sinyal input dan
mengarahkannya dari komponen sumber sinyal atau sinyal line level menuju
ke perangkat pengatur nada (tone control). Kemampuan penguat ini ditentukan
oleh beberapa karakteristik, kecuali:
A. Impedansi masukan (Zin)
B. Impedansi keluaran (Zout)
C. Faktor penguatan,
D. Cacat keluaran (distortion)
E. Cacat masukan
2. Secara umum, penguat awal memiliki fungsi untuk menguatkan dan
menyamakan sinyal input serta mengarahkannya dari komponen sumber sinyal
atau sinyal line level menuju ke perangkat pengatur nada (tone control). Secara
khusus, penguat awal berfungsi untuk……, kecuali;
A. Menguatkan tegangan sumber sinyal
B. Menggunakan level sinyal yang berbeda
C. Menguatkan sumber sinyal dengan tanggapan frekuensi datar
D. Mengkompensasi cacat linier
E. Mencampur sumber sinyal yang berlainan
3. Rangkaian high pass filter aktif pada dasarnya sama dengan filter pasif high
pass, perbedaannya pada bagian output filter aktif high pass ditambahkan
rangkaian penguat tegangan, seperti diperlihat pada gambar di bawah ini.
223
Berdasarkan gambar tersebut, besarnya faktor penguatan tegangan yang
dihasilkan adalah….
A. 10
B. 100
C. 11
D. 101
E. 1000
4. Perangkat rangkaian tone control Baxandal merupakan rangkaian penguat yang
dilengkapi jaringan umpan balik (feedback) dan rangkaian filter aktif, seperti
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
224
𝑅3
D. 𝐴𝑉 = 𝑃 ∙𝑋
2 𝐶2
𝑅1 +
2
√𝑃 +(𝑋 )2
1 𝐶4
𝑅2
E. 𝐴𝑉 = 𝑃 ∙𝑋
1 𝐶1
𝑅1 +
2
√𝑃 +(𝑋 )2
2 𝐶4
Resistor 𝑅2 berfungsi untuk memberi tegangan jepit antara base transistor TR1
dan TR2. Besarnya tegangan jepit pada 𝑅2 dihitung dengan menggunakan
rumus:
𝑅2
A. 𝑉𝑅2 = 𝑅 × 2𝑉𝐶𝐶
1 +𝑅2 +𝑅3
𝑅2
B. 𝑉𝑅2 = 2(𝑅 × 𝑉𝐶𝐶
1 +𝑅2 +𝑅3 )
2𝑅2
C. 𝑉𝑅2 = 𝑅 × 2𝑉𝐶𝐶
1 +𝑅2 +𝑅3
𝑅2
D. 𝑉𝑅2 = × 2𝑉𝐶𝐶
2(𝑅1 +𝑅2 +𝑅3 )
0,5𝑅2
E. 𝑉𝑅2 = 𝑅 × 2𝑉𝐶𝐶
1 +𝑅2 +𝑅3
8. Penguat daya kelas C membutuhkan satu buah transistor dan aktif bekerja
hanya pada phase positif, dan bila perlu cukup bekerja hanya pada puncak-
puncak sinyal yang dikuatkan saja. Tipikal dari rangkaian Penguat daya kelas
C diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
225
Rangkaian LC berfungsi sebagai:
A. Mereplika kembali sinyal input menjadi sinyal output dengan frekuensi
yang sama
B. Mereplika kembali sinyal input menjadi sinyal output dengan tegangan
yang sama
C. Mereplika kembali sinyal input menjadi sinyal output dengan arus yang
sama
D. Mereplika kembali sinyal input menjadi sinyal output dengan daya yang
sama
E. Mereplika kembali sinyal input menjadi sinyal output dengan impedansi
yang sama
9. Usaha memperkaya kualitas reproduksi suara dari sumber audio dengan
saluran audio tambahan dari speaker yang mengelilingi pendengar, disebut
dengan istilah:
A. Surround Sound
B. Digital Theater System
C. THX atau SRS
D. DTS-HD
E. Dolby
10. Untuk dapat menikmati suara dengan rentang frekuensi 20 Hz - 20 kHz
menggunakan format surround Dolby Digital yang ada pada DVD, home
theater harus mampu mengkode ulang (decoding) format Dolby Digital. Untuk
itu diperlukan sebuah perangkat home theater yang memiliki Dolby Digital
decoder dan 6 channel speaker dengan posisi, kecuali:
A. Depan kiri dan kanan,
B. Depan-tengah,
C. Surround belakang-kiri dan kanan,
D. Satu channel untuk subwoofer
E. Satu channel matrix
11. Akustik suara pada ruang tertutup secara fisik dibatasi oleh dinding, lantai, dan
atap atau plafon. Prinsip kerja ruang akustik pada ruang tertutup saat terjadi
bunyi, gelombang bunyi akan menumbuk dinding-dinding sekat ruang dan
sebagian energinya akan mengalami proses………., kecuali;
A. Refleksi
B. Absorpsi
C. Reverbrasi
D. Difusi
E. Difraksi
226
12. Penumpukan bunyi dalam ruang yang dihasilkan oleh pemantulan gelombang
bunyi yang berulang-ulang dari seluruh permukaan sebuah ruang disebut
dengan istilah…….
A. Refleksi
B. Absorpsi
C. Reverbrasi
D. Difusi
E. Difraksi
13. Speaker berfungsi untuk merubah getaran sinyal audio yang berupa sinyal
listrik menjadi suara melalui membran sehingga suara dapat didengarkan.
Speaker yang digunakan untuk mengeluarkan suara dengan frekwensi yang
lebih rendah, biasanya menurut perpaduan komponen audio video mobil
diletakkan pada posisi:
A. Dinding mobil samping kanan
B. Dinding mobil samping kiri
C. Dalam mobil bagian depan samping kanan
D. Dalam mobil bagian depan samping kiri
E. Dalam mobil bagian belakang samping kanan dan kiri
14. Kualitas suatu home theatre terlepas dari suatu susunan televisi, biasanya
ditentukan oleh suara surround. Untuk mencapai sistem suara surround,
diperlukan dua sampai tiga speaker ditempatkan di depan dan dua sampai tiga
speaker ditempatkan di samping atau di belakang penonton. Bila seseorang
atau sesuatu membuat gaduh pada sisi kiri dan sisi kanan layar televisi, yang
terdengar lebih dari speaker yang ada pada sisi kiri dan kanan layar televisi.
Untuk mencegah kegaduhan tersebut ditempatkan satu speaker untuk
menghasilkan suara yang paling menonjol pada posisi:
A. Bagian depan layar televisi
B. Bagian tengah di bawah layar televisi
C. Bagian atas samping layar televisi
D. Bagian belakang layar televisi
E. Bagian tengah atas layar televisi
15. Perangkat yang biasa ditemukan dalam sistem home theater adalah Video
Display, A/V Player, A/V Sources, Loadspeakers, dan Subwoofer. Perangkat
yang memilah, mengolah dan memperkuat sinyal audio, kemudian dikirim ke
bagian output yaitu bagian penguat untuk masing-masing channel speaker,
merupakan fungsi dari peralatan:
A. Video Display
B. A/V Player
C. A/V Sources
D. Loadspeakers
E. Subwoofer
16. Proses pengambilan sinyal audio untuk disimpan di media rekam disebut…….
A. Soundboard
B. Mixing
C. Pre mastering
D. Mastering
227
E. Tracking
17. Sebuah peralatan elektronik untuk memadukan, mengatur jalur (routing),
mengatur level, dan membuat harmonisasi dinamis dari sinyal audio
merupakan fungsi dari……
A. Tracking
B. Soundboard
C. Pre mastering
D. Mastering
E. Enggineering
18. Tombol pengatur dimensi suara atau kesan stereo dengan menyalurkan ke
monitor kiri dan kanan atau mengarahkan polarisasi suara posisi center, posisi
kiri (L) atau posisi Kanan (R) merupakan fungsi dari tombol……..
A. Tombol Pemutar Level Aux 1, Aux 2
B. Tombol Geser Channel Level Control
C. Tombol Pemutar Level Fx Send
D. Tombol Switch Sub/Main
E. Tombol Pemutar Pan
19. Pengaturan untuk mendapatkan track vocal dengan tujuan menghilangkan
aksen “S” yang terlalu kasar dan memberikan breath sound yang berkualitas,
equalizer diatur pada rentang frekuensi……
A. Rentang frekuensi diantara 6 kHz – 20 kHz
B. Rentang frekuensi diantara 4 kHz – 6 kHz
C. Rentang frekuensi diantara 2 kHz – 4 kHz
D. Rentang frekuensi diantara 500 Hz – 2 kHz
E. Rentang frekuensi diantara 250 Hz – 500 Hz
20. Perangkat lunak untuk merekam dan membuat musik dalam dunia musik
digital disebut dengan Digital Music Workstation (DAW). Banyak pilihan
DAW yang tersebar dipasaran, yang masing-masing mempunyai keunggulan
tersendiri. Diantaranya adalah ACID Pro, Cubase Nuendo, Protools, Reason,
Presonus Studio One dan masih banyak lagi yang lainnya. Perangkat lunak
yang paling sering digunakan karena sangat simpel dan cukup familier bagi
banyak pengguna adalah……
A. ACID Pro
B. Cubase Nuendo
C. Protools
D. Presonus Studio One
E. Reason
21. Lensa merupakan salah satu faktor mempengaruhi kualitas gambar pada
kamera CCTV. Lensa kamera CCTV bertugas memusatkan gambar agar tepat
mengenai elemen sensor. Lensa Kamera CCTV yang berfungsi untuk mengatur
sistem jarak titik focus lensa dalam batas minimum dan maksimum adalah….
A. Focal Length
B. Fixed Lens
C. Varifocal Lens
D. Zoom Lens
E. Board Lens
228
22. Berdasarkan lokasi penempatan, kamera CCTV terbagi menjadi dua kelompok;
kamera dalam ruangan (indoor) dan kamera luar ruangan (outdoor). Masing-
masing kelompok memiliki model kamera yang berbeda-beda. Model kamera
CCTV yang digunakan untuk ruang indoor, kecuali:
A. Dome Camera
B. Dome IR Camera
C. Standar Camera
D. IP Camera
E. Explosion Proof Camera
23. Karakteristik peralatan yang dibutuhkan pada pemasangan CCTV indoor
memerlukan penilaian meliputi; kebutuhan pengguna, analisa ancaman, kerentanan
dan risiko, kebutuhan operasional dan persetujuan dengan pengguna, target sasaran dan detil
gambar, pertimbangan lingkungan, dan peraturan hukum yang relevan dengan CCTV.
Menurut Health & Safety suatu usaha perlindungan dari orang atau peristiwa
tertentu tergantung pada tujuan, tekad, kemampuan pelaku, akal, seperti;
pencuri oportunis dan professional, kejahatan terorganisir, dan aksi masa,
merupakan definisi dari:
A. Persetujuan pengguna
B. Pertimbangan lingkungan
C. Ancaman
D. Kerentantan
E. Resiko
24. Melakukan penyesuaian dan perbaikan agar suatu keadaan operasi peralatan
dapat dicapai secara optimal adalah pengertian dari ….
A. Pemeliharaan
B. Perawatan
C. Perbaikan
D. Tindakan preventif dan kuratif
E. Tindakan deteksi kerusakan
25. Perawatan korektif peralatan power amplifier berkaitan dengan deteksi
terhadap…., kecuali:
A. Kerusakan,
B. Penentuan lokasi kerusakan
C. Perbaikan
D. Penggantian bagian yang rusak
E. Fungsi dan kinerja
26. Pelacakan kerusakan rangkaian elektronika pada umumnya dapat dikenali
melalui data spesifikasi komponen yang digunakan. Cara terbaik untuk menilai
spesifikasi komponen adalah dengan menggunakan buku data spesifikasi
komponen. Informasi penting dan berguna dari buku data spesifikasi
komponen, meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
A. Dimensi fisik, rentangan resistansi dan toleransi
B. Rating fisik, koefisien fisik, dan koefisien pemakaian.
C. Tegangan kerja maksimum, tegangan breakdown, dan resistansi penyekat
D. Stabilitas umur pembebanan, range temperatur, temperatur permukaan
maksimum
229
E. Noise kelistrikan, klasifikasi kelembaban, dan efek penyolderan
27. Pada prinsipnya tidak ada peralatan yang dapat bekerja secara sempurna
sepanjang waktu, meskipun kualitas dan teknologinya canggih. Peralatan
power amplifier setelah dipakai beberapa waktu akan mengalami kemunduran
kinerja dan akhirnya mengalami kerusakan. Selama usia pakai akan terjadi
beberapa bentuk kegagalan, kecuali:
A. Kegagalan dini
B. Kegagalan normal
C. Kegagalan tahap akhir
D. Kegagalan kerusakan komponen
E. Kegagalan kerusakan
28. Pengetahuan tentang usia komponen akan membantu dalam proses pelacakan
kerusakan untuk menemukan lokasi kerusakan. Istilah Mean Time To Fail
(MTTF) berkaitan dengan:
A. Kecepatan Kegagalan komponen
B. Peluang kegagalan
C. Lamanya pemakaian suatu sistem sampai dicapai kegagalan
D. Lamanya pemakaian komponen sampai dicapai kegagalan
E. Keandalan dalam waktu t
29. Pemilihan metoda yang sesuai dalam mencari kerusakan akan dapat
menentukan efisiensi kerja. Metoda pelacakan yang digunakan untuk melacak
kerusakan rangkaian power amplifier disekitar rangkaian umpan balik adalah
….
A. Metoda substitusi
B. Metoda tegangan dan hambatan
C. Metoda Pemutusan Lup
D. Metoda Signal-tracing
E. Metoda Symptom-function
30. Bila menghadapi sistem elektronik yang kompleks atau kerusakan yang
berulang, cara melokalisasi kerusakan yang bersifat spesifik, hubung-singkat,
terputus atau kerusakan komponen belum cukup dan diperlukan analisis
problem solving. Langkah-langkah yang diperlukan dalam melakukan problem
solving, kecuali:
A. Analisis cara kerja rangkaian,
B. Melakukan pengukuran
C. Analisis sinyal
D. Mempelajari data produk
E. Analisis data komponen
230
Kunci Jawaban Tes Formatif M3KB3
1.D, 2.A, 3.C. 4.E, 5.B, 6.D, 7.A, 8.C, 9.E, 10.D
231