“ Hubungan Dan Tingkat Pengetahuan Prilaku Ibu Terhadap Swamedikasi Diare Pada Anak Di Wilayah Gandaria II Rt 05 Rw06 Ratu Jaya Cipayung Depok”
Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) penyakit diare didefinisikan sebagai
suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasanya yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah (Saputri, N. et.al. 2019). Pada umumnya, diare lebih dominan menyerang anak dan balita karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah dan berada di fase oral sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran bakteri penyebab diare (Endang, S 2015). Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak) peringkat pertama di Indonesia. Semua kelompok usia dapat terserang diare, baik balita, anak-anak dan orang dewasa, tetapi penyakit diare berat dengan kematian yang Menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2016 diare menempati urutan pertama pada pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit, dengan CFR 1,7%. Dimulainya dari data tahun 2013 jumlah kasus diare sebanyak 3.902 kasus dan tahun 2014 sebanyak 4.490 kasus sedangkan ditahun 2015 jumlah kasus diare sebanyak 5.038 kasus. Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa ( KLB ). Tahun 2017 terjadi 21 kali KLB diare yang tersebar di 12 provinsi,17 kabupaten/ kota. Berdasarkan data yang dilakukan dalam study penelitian yang dilakukan dengan wawancara sementara terhadap ibu dilingkungan wilayah gandaria II Rt 05 Rw 06 Ratu Jaya Cipayug Depok, terhadap 12 ibu 9 diantaranya pernah melakukan swamedikasi terhadap anaknya dan dapat diartikan para ibu tersebut berupaya melakukan pengobatan sendiri sebelum mereka membawa anak – anak mereka untuk diperiksa ke puskesmas atau ke rumah sakit. Berdasarkan penelitian Khasanah (2016), masyarakat dengan tingkat pengetahuan swamedikasi cenderung kurang, karena saat melakukan swamedikasi diare sangat tidak rasional dan dipengaruhi kurangnya pengetahuan pada orang tua sehingga anak akan leluasa untuk mengkonsumsi makanan jajanan yang tidak terjamin kebersihannya. Makanan atau jajanan yang sering dikonsumsi anak sekolah sangat sensitif terhadap pencemaran yang bersumber dari bahan tambahan pangan berupa pewarna tekstil, zat pengawet, dan pemanis buatan. Pada umumnya murid sekolah tetap tergiur untuk membeli jajanan tanpa menyadari bahayanya diantaranya adalah diare. Berdasarkan uraian diatas tersebut bahwa saya sebagai penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Hubungan Dan Tingkat Pengetahuan prilaku ibu terhadap swamedikasi diare pada anak di wilayah Gandaria II Rt 05/06 Ratu Jaya Cipayung Depok”.