Professional Documents
Culture Documents
Case Study - Corporate Entrepreneurship & Innovation
Case Study - Corporate Entrepreneurship & Innovation
Case Study - Corporate Entrepreneurship & Innovation
1. Pengenalan
Tahun 2019 merupakan tahun yang baik bagi tim Circles.Life. Mereka mendapatkan
pendanaan dari EDBI, Sequoia Capital, Warburg Pincus, Founder's Fund. Sebelumnya
mereka juga mendapatkan pendanaan dari mitra ventura lainnya. Sebagai
penantang industri yang telah mengubah ekonomi yang sudah mengakar dalam
layanan telekomunikasi, yaitu dengan menerapkan strategi berlangganan bulanan
dan layanan pelanggan digital sepenuhnya, Circles mampu bersaing baik dengan
perusahaan telekomunikasi tradisional dengan menghadirkan proposisi nilai baru
mereka.
Namun terlepas dari perkembangan yang menarik ini, ketidakpastian tetap ada.
Ekonomi digital telah memungkinkan pemain digital untuk mengubah permainan
dengan mendaftarkan pelanggan secara eksklusif melalui saluran online, sehingga
menurunkan biaya akuisisi pelanggan (CAC) yang terkait dengan ritel offline.
Ekosistem digital sangat terlokalisasi, terutama di Asia dan Asia Tenggara, di mana
pemain yang didukung ventura dan pemain lama yang berfokus pada niche bersaing
untuk melakukan investasi digital.
Sementara itu, gelombang baru inovasi teknologi sedang bersiap untuk mengejutkan
para pemain tradisional dan penantang digital (termasuk Circles). Infrastruktur 5G
meningkat secara tajam dan Singapura akan memulai uji coba penggunaannya.
Jaringan 5G tampaknya memperkuat komoditisasi konektivitas yang akan
mendorong nilai melalui penyesuaian dan over-the-top (OTT).
Bundling adalah bentuk cross-selling, yaitu cara untuk menjual lebih banyak
volume ke pelanggan yang sama dengan harga lebih rendah dibandingkan
pembelian per items. Menarik pelanggan dapat menjadi tantangan bagi
perusahaan telekomunikasi. Namun, begitu pelanggan “terkunci” dalam
kesepakatan jangka panjang, mereka biasanya dapat mengharapkan margin kotor
mulai dari 30% hingga 80% berdasarkan pada strategi bundling ini. Hal tersebut juga
berlaku untuk perusahaan kabel dan telepon yang tumbuh subur dengan
menggabungkan layanan internet dengan layanan kabel dan telepon. Strategi ini
menjadi kontrak “penguncian” yang merupakan komponen fundamental dari
pertumbuhan yang menguntungkan.
Dengan perubahan struktural ini, tidak sulit untuk melihat bahwa model MVNO
membuka peluang bagi perusahaan yang berfokus pada pelanggan untuk
berinovasi ke produk-produk telekomunikasi dan customer experience tanpa beban
modal infrastruktur jaringan. Pada tahun 2010- 2018, jumlah MVNO di seluruh dunia
telah meningkat 61%, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata 6%. Pada 2018,
ada lebih dari 1.300 MVNO aktif di 79 negara, yang mewakili lebih dari 220 juta koneksi.
Terlepas dari pertumbuhan yang sangat besar, model MVNO adalah ruang
terfragmentasi. Dengan puluhan hingga ratusan pada seiap negara yang
mempunyai jumlah MVNO aktif teratas, rata-rata pangsa pasar kurang dari 1% per
pemain. Tanpa harus menyingkirkan toko ritel fisik atau berinvestasi dalam
tumpukan teknologinya sendiri, mayoritas MVNO membeli akses grosir ke
infrastruktur penyedia jaringan dan memasarkannya kembali ke target pelanggan
mereka.
Kelemahan model MVNO mandiri adalah integrasi yang lebih kuat dengan
penyedia infrastruktur. Misalnya, pada Oktober 2019, Reliance Industries Ltd India
mengumumkan bahwa mereka menginvestasikan $15 miliar untuk menciptakan
perusahaan layanan digital berdasarkan aset telekomunikasi mereka. Perusahaan
tersebut berencana untuk menawarkan layanan digital termasuk layanan berita,
musik, dan video di samping layanan seluler.
Pendiri Circles, Abhishek Gupta, Adeel Najam, dan Rameez Ansar, sangat
berpengalaman dalam industri yang telekomunikasi. Mereka meyakini industri
telekomunikasi global dapat diubah secara radikal. Sejak tahun 2012, mereka
mempelajari berbagai model bisnis untuk meluncurkan sistem operasi
telekomunikasi digital pertama di dunia. Setelah melakukan penelitian mendalam,
mereka menyimpulkan bahwa mereka harus menggunakan model bisnis asset-
light.
Pertama, proposisi nilai kepada pelanggan harus melampaui harga atau akan rentan
terhadap perang harga dan jumlah pelanggan. Bagi Circles, pengalaman
pelanggan adalah garis pertahanan utama. Pada pe penelitian bih lanjut, mereka
tidak dapat menemukan standar keunggulan industri telekomunikasi dalam
customer experience yang menjadi model bagi perusahaan baru mereka.
Kenyataanya memang diperlukan dua tahun tanpa henti dalam pengoperasian
untuk mendapat kepuasan pelanggan berupa Net Promoter Score +50. Berdasarkan
survei, saat ini rata-rata industri di Singapura mempunyai nilai NPS sebesar -25 NPS.
Sejak Circles diluncurkan pada tahun 2016, kemitraan dengan M1 sudah mengejutkan
pasar. Segera setelah Circles diluncurkan, perusahaan telekomunikasi yang sudah
ada bergegas untuk menciptakan merek MVNO mereka sendiri untuk merebut
pangsa pasar dengan memulai “perang proxy”. Starhub dan Singtel sama-sama
meluncurkan paket tanpa kontrak SIM dan merek baru yang mengurangi ARPU
mereka (yaitu, Giga dan GOMO). Pada 1 Juli 2019, redONE, penyedia layanan seluler
pascabayar Malaysia, diluncurkan di Singapura, menjadi MVNO ketujuh di pasar.
Dari tujuh MVNO, redONE, MyRepublic dan VivoBee menyewa jaringan mereka dari
StarHub, Zero Mobile dan Zero 1. Grid Mobile disewa oleh Singtel. Sementara Circles,
MVNO pertama, adalah satu-satunya yang menyewakan jaringannya dari M1.
Penerapan paket tanpa kontrak khusus SIM pada pelanggan pascabayar Singapura
tumbuh dari sekitar 8% di 1Q18 menjadi 13% pada 3Q18. MNO yang dipaksa untuk
memperkenalkan rencana data berat yang sebanding dengan harga mengalami
penurunan ARPU yang stabil dari 2016, seperti yang ditunjukkan pada Figure 2.
Ditambah dengan basis pelanggan yang stagnan, pendapatan dan margin laba
Singtel, Starhub dan M1 terus terkikis. Terlepas dari tantangan dan persaingan yang
ketat, tim Circles menentukan bahwa setidaknya 5% pangsa pasar adalah ceruk
yang dapat dipertahankan, seperti yang dicapai pada 2019. Pelanggan mereka
jelas-jelas digital native, mengonsumsi 3x volume data pelanggan telekomunikasi
lainnya. (17% dikonsumsi lebih dari 10 GB di Singapura), 69% berusia 15-34 tahun,
lajang, dengan pendapatan yang tinggi. Mereka menganggap perusahaan
telekomunikasi sebagai jenis konsumsi digital lainnya, seperti Netflix dan Uber.
Mereka mendambakan moment of delight. Pada tanggal 14 Februari 2019, Circles
menaikkan taruhannya, mengumumkan bahwa mereka akan mengganti 20GB
untuk opsi S$ 20 Data Plus dengan paket data tak terbatas S$ 20. Pada bulan
September, mereka meluncurkan ofensif lain dengan rencana S$5 untuk 2GB. Sebuah
langkah yang kemungkinan akan menarik bagi pengguna yang skeptis dan untuk
memperluas saluran pelanggan mereka.
5. Apakah Semua Itu Permainan Harga? Leaner Telco vs Digital Telco vs Neo-
Telco
Dalam dua tahun peluncurannya, Circles berhasil secara radikal mengubah waktu
untuk melayani konsumennya (Figure 3). Strategi tersebut dilakukan dengan
menghilangkan beberapa titik kontak, baik dengan orang maupun kertas, dan
memusatkan informasi. Circles berhasil mengotomatisasikan seluruh proses dalam
kelompok yang ketat melalui kombinasi perangkat lunak “Pengenalan Karakter
Optik” (lebih dari 50% pemeriksaan dokumen disetujui secara otomatis), koneksi API
langsung ke agen pengecekan kredit, dan algoritma persetujuan kredit dengan
menggunakan AI Otomatis yang melakukan lebih dari 13 pemeriksaan back-end.
Pada 19 November 2018, Circles meluncurkan Discover, layanan untuk gaya hidup
berbasis aplikasi yang muncul dari hackathon internal. Discover membantu
pelanggan melakukan konsolidasi dan menjelajahi acara menarik yang terjadi di
sekitar kota. Menggunakan fitur yang memberdayakan AI, semakin banyak Discover
Movies yang digunakan, semakin pintar aplikasi tersebut merekomendasikan
pilihan yang sesuai dengan minat pengguna.
Suntikan investasi senilai ratusan juta dilakukan untuk ekspansi ke luar negeri
dengan setidaknya lima pasar diperuntukkan untuk peluncuran produk pada akhir
2020. Ini adalah ujian nyata dari asumsi Circles tentang unit ekonomi dan langkah
kritis dalam memvalidasi modelnya, mengingat biaya transaksi dan lingkungan
regulasi Singapura yang relatif menguntungkan. Di tempat lain di Asia, peraturan
mengenai sektor pertelekomunikasian jelas kurang berpandangan ke depan dan
tidak pasti. Di Filipina, industri telekomunikasi baru saja dideregulasi. Indonesia
masih belum mengizinkan lisensi MVNO pada akhir 2019, dan tiga perusahaan milik
negara masih menjalankan infrastruktur telekomunikasi di Vietnam. Perilaku
konsumen juga sangat bervariasi di Asia Pasifik, antara gaya hidup pedesaan dan
perkotaan.
Jika Circles mengambil 10% pangsa pasar di Singapura dan 3% hingga 5% dari
pangsa pasar negara-negara lain selama tiga tahun ke depan dengan
menargetkan digital native, hal itu akan sangat berdampak pada kesuksesannya.
Pasarnya dipilih secara cermat, berdasarkan ARPU tinggi atau populasi tinggi,
penetrasi 4G yang siap, penetrasi smartphone, meningkatnya konsumsi data, dan
kemampuan untuk mengejar data driven secara vertical di atas produk konsumen
inti, seperti di Singapura.
Namun, analisisis pasca peluncuran 3 bulan mendapati bahwa setiap pasar terlalu
berbeda untuk hanya mereplikasi strategi dengan mudah. Buku pedoman untuk
terobosan pasar dan pertumbuhan harus direvisi. Misalnya, di Taiwan, peralihan
telekomunikasi jarang terjadi, 55% pelanggan telah bersama penyedia komunikasi
lama mereka selama lebih dari 4 tahun, 34% dari pengguna pasar sasaran
bepergian ke luar negeri, yang berarti roaming itu penting, dan pelanggan lebih
memilih untuk mengambil kartu SIM di toserba daripada menjadwalkan pengiriman
ke rumah.
Adapun Australia, dengan lebih dari 60 pemain, termasuk pengecer kecil dan
supermarket sulit untuk membedakan produk Circles dengan produk yang lainnya.
Selain fragmentasi pasar, ada tantangan untuk mengontrol regulasi lokal yang
kompleks, serta bagaimana menemukan talenta yang mampu memahami pasar
telekomunikasi dan teknologi digital.
Dampak Circles pada perusahaan yang sudah ada ialah asimetris. Dengan
menurunkan ARPU industri melalui penetapan harga, membuat para pemain lama
merasa tidak nyaman. Hal tersebut karena mereka mengandalkan kompetensi
dalam meningkatkan ARPU (misalnya melalui bundling) untuk mendapatkan
keuntungan. Bagi Circles, sangat penting untuk membuat kontrak jangka panjang
dan penyelarasan nilai dengan MNO di masing-masing negara. Karena penetapan
harga industri telekomunikasi sering berubah, Circles mencari kelayakan margin
jangka panjang dari kemitraan strategis. Oleh karena itu kecepatan pertumbuhan
internasional dan probabilitas profitabilitas akan ditetapkan. Pertama, dengan
kecepatan kemitraan MNO dan kekuatan tawar-menawar yang dapat diperintahkan
oleh Circles di tingkat bisnis mikro dan antar tim. Kedua, di setiap pasar baru, CAC
dilokalkan, berdasarkan ekosistem saluran, fragmentasi pasar dan budaya
konsumen. Perilaku pelanggan saja dapat meningkatkan biaya pengiriman dan
pengambilan SIM. Minat yang lebih besar dalam perjalanan internasional akan
memaksa Circles untuk bersaing dalam penawaran roaming sebagai titik penjualan.
Proposisi nilai neo-telco di setiap pasar mungkin berbeda. Ketiga, begitu pelanggan
diperoleh, tingkat churn dan retensi pelanggan adalah masalahnya. Sama halnya
seperti CAC, hal tersebut sangat tergantung pada struktur industri pasar. Di luar
‘digital native’, tingkat churn dipastikan akan lebih tinggi. Mengingat perbedaan
besar dalam postur regulasi dan aturan persaingan Asia, tidak semua perang
harga akan dimainkan secara adil dan ketidakpastian akan kemampuannya untuk
mempertahankan pelanggan.
Pembicaraan seputar sinergi produk dan ekosistem digital juga harus melihat ke
belakang dengan menyusun ulang strategi, dimana Circles akan bermain.
Beberapa perusahaan telekomunikasi bertindak seperti neo-telco tetapi tidak
sepenuhnya digital (misalnya tanpa toko eceran fisik). Axiata yang berkantor
pusat di Malaysia telah memulai menggunakan layanan seluler berbasis lokasi
yang menggunakan geo-fencing, yang memungkinkan promosi dikirim secara
otomatis ke ponsel cerdas pelanggan ketika mereka memasuki toko, mal, atau
lingkungan tertentu. TELUS dan Telenor bekerja dengan penyedia medis
membangun produk baru berbasis aplikasi kesehatan dan menyesuaikan premi
asuransi kesehatan berdasarkan aktivitas pengguna di masa depan.
Pertanyaan
1. Bagaimana Model Bisnis Circle Life berbeda dengan model bisnis
telekomunikasi tradisional? Apa bedanya dengan MVNO (mobile virtual network
operator)?
2. Layanan apa yang seharusnya ditawarkan oleh Circles kepada pelanggan?
3. Apakah layanan tersebut rentan pada kompetisi di masa depan dan rentan
untuk ditiru?Bagaimana layanan tersebut dapat menjaga segala kelebihan
yang mungkin dimilikinya?
4. Peran apa yang akan dimiliki pengembangan teknologi baru dalam
keberlangsungan bisnis Circles.Life?