You are on page 1of 48

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian mini project yang
berjudul “Profil Pengetahuan, Perilaku dan Kepatuhan Berobat Terhadap
Hipertensi Pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas nusa penida 1 ”
dapat selesai tepat pada waktunya. Adapun penelitian ini dibuat dalam rangka
memenuhi salah satu persyaratan Program Dokter Internsip Indonesia, serta
berkontribusi dalam upaya memajukan Puskesmas nusa penida 1 agar dapat
menjadi sarana pelayanan kesehatan yang semakin baik di masa mendatang.
Penelitian ini dibuat selama kegiatan internsip berlangsung di Puskesmas
nusa penida 1 sejak tanggal 10 febuari 2022 hingga 06 agustus 2022. Melalui
serangkaian bimbingan, pengarahan, dan perhatian selama program ini
berlangsung, penulis mencoba menyusun dan menyajikan penelitian berupa
“Profil Pengetahuan, Perilaku dan Kepatuhan Berobat Terhadap Hipertensi Pada
Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas nusa penida 1 ”.
Penelitian ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan, serta kerjasama
dalam penelitian ini, kepada:
1. dr. I Ketut Apriantara s.ked , selaku Kepala Puskesmas nusa penida 1
yang telah memberikan kesempatan berpartisipasi dalam pelayanan
kesehatan selama Program Dokter Internsip Indonesia berlangsung di
Puskesmas dan atas bantuan moral yang diberikan.
2. dr. I Ketut Apriantara s.ked , selaku dokter pembimbing Program
Dokter Internsip Indonesia di Puskesmas nusa penida 1 yang telah
bersedia meluangkan waktu dalam membimbing serta memberikan
arahan dalam menyusun dan melaksanakan penelitian ini.
3. Pegawai dan staf Puskesmas nusa penida 1 yang tidak bisa kami
sebutkan satu-persatu atas bantuan, dukungan, dan kontribusi selama
menjalani Program Dokter Internsip Indonesia.
4. Kepada seluruh pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna serta
membutuhkan masukan dan saran agar dapat menjadi lebih baik lagi. Oleh karena
itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan
penelitian ini serta selama menjalankan Program Dokter Internsip Indonesia di
Puskesmas nusa penida 1 . Kami akan sangat menghargai kritik dan saran yang
membangun untuk membantu penyempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini
dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.

Klungkung , juli 2022

Penulis

dr. I wayan mudita


DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan penyakit degeneratif yang


sering dijumpai pada sebagian besar dewasa tua hingga lansia. Seiring dengan
bertambahnya usia, angka kejadian hipertensi di dunia semakin meningkat.1
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah (sistolik atau diastolik) di
dalam arteri melebihi batas normal yaitu >140/90 mmHg dan merupakan salah
satu faktor resiko utama penyebab stroke dan penyakit jantung.2 Hipertensi
disebut sebagai “silent killer” karena jarang disertai dengan gejala pada awalnya,
dan kalaupun muncul, gejala sering diabaikan sehingga korbannya terlambat
menyadari akan datangnya penyakit.2

Menurut WHO, saat ini terdapat 1 milyar penderita hipertensi di seluruh


dunia, dan komplikasi dari hipertensi menyebabkan 9,4 juta angka kematian di
dunia, 45% diantaranya karena penyakit jantung, dan 51% diantaranya karena
stroke.2 Menurut laporan Riskesdas tahun 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 25,8% dan di Jakarta prevalensi hipertensi mencapai 20%. Hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni
mencapai 6,7% dari populasi kematian di Indonesia.3

Usia lanjut membawa konsekuensi meningkatnya penyakit degeneratif


seperti radang sendi atau reumatik, diabetes mellitus, dan hipertensi. Tekanan
darah sistolik meningkat sesuai dengan peningkatan usia, akan tetapi peningkatan
tekanan darah diastolik meningkat seiring dengan tekanan darah sistolik sampai
sekitar usia 55 tahun, yang kemudian menurun oleh karena terjadinya proses
kekakuan arteri akibat asterosklerosis.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai hal,


diantaranya adalah tingkat pendidikan, kebudayaan, dan pengalaman pribadi.
Dengan memiliki pengetahuan dan informasi yang cukup akan membuat lebih
sadar untuk melaksanakan perilaku hidup sehat dan dapat menurunkan resiko
penyakit degeneratif, terutama hipertensi dan penyakit kardiovaskular.5 Prevalensi
hipertensi lebih tinggi ditemukan di negara-negara berpendapatan rendah dengan
sistem kesehatan yang buruk dan pendidikan yang rendah, sehingga tekanan darah
menjadi tidak terkontrol dan terdiagnosa.2 Sebuah penelitian mengungkapkan,
sebanyak 76,1% penduduk Indonesia tidak mengetahui dirinya mengidap
hipertensi, dimana hanya 7,2% penduduk yang mengetahui dirinya menderita
hipertensi. Penelitian lainnya dari International Classification of Diseases tentang
pengetahuan, kewaspadaan, dan perilaku yang diadakan pada populasi hipertensi
di berbagai negara bagian barat tengah mengungkapkan bahwa responden
memiliki pengetahuan hipertensi secara umum, tetapi hanya sedikit yang tahu
tentang faktor spesifik yang mempengaruhi tekanan darahnya. 70% pasien
mengetahui bahwa hipertensi dapat mengakibatkan resiko penyakit
kardiovaskuler. Mengenai perilaku mereka terhadap hipertensi, 46,7%
mengatakan dengan mengkonsumsi obat anti hipertensi dapat mengontrol tekanan
darah mereka, sedangkan 12,6% mengatakan bahwa dengan menurunkan berat
badan dapat menurunkan tekanan darah, dan 7,5% diantaranya mengatakan
bahwa berolahraga dapat mengontrol tekanan darah mereka.28

Mengingat pentingnya memiliki pengetahuan yang cukup tentang hipertensi


dan perilaku pencegahan serta tatalaksana dari hipertensi, maka akan dilakukan
sebuah penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan, perilaku dan kepatuhan
berobat pada terhadap pasien hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengetahuan, perilaku dan kepatuhan berobat pasien


hipertensi terhadap hipertensi?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui pengetahuan, perilaku dan kepatuhan berobat pasien


hipertensi terhadap hipertensi.
1.3.2 Tujuan khusus

- Mendapatkan gambaran tentang hipertensi pada pasien hipertensi

- Mendapatkan gambaran tentang pengetahuan pasien hipertensi


terhadap hipertensi

- Mendapatkan gambaran tentang kepatuhan berobat pasien hipertensi


terhadap hipertensi

- Memperoleh pengetahuan tentang perilaku lansia terhadap


hipertensi

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi bidang akademik

Sebagai salah satu sumber informasi tentang pengetahuan, perilaku


dan kepatuhan berobat pasien hipertensi terhadap hipertensi.
1.4.2 Bagi masyarakat

Menambah wawasan masyarakat tentang pentingnya memiliki


pengetahuan, pencegahan dan kepatuhan berobat terhadap hipertensi.
1.4.3 Bagi pengembangan penelitian

Dapat digunakan sebagai acuan atau studi banding dalam


penelitian selanjutnya tentang pengetahuan dan perilaku lansia
terhadap hipertensi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana


tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90
mmHg.7 Diagnosis hipertensi pada orang dewasa usia <60tahun dan
lansia usia ≥60 tahun adalah ≥140/90mmHg. Namun target terapi
(goal) tekanan darah menurut Joint National Committee (JNC 8)
tahun 2014 untuk usia ≥60 tahun adalah <150/90, sedangkan untuk
usia <60 tahun adalah <140/90.8
2.1.2 Etiologi Hipertensi12

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya


perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c. Kehilangan kelenturan/daya regang pembuluh darah


karena berkurangnya daya relaksasi otot polos.
d. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer akibat
arterosklerosis.
2.1.3 Jenis Hipertensi14

Jenis penyakit darah tinggi yang umum terjadi ada 2 yakni tekanan
darah tinggi primer dan sekunder. Sedangkan empat jenis lainnya
sangat jarang terjadi namun tetap perlu diwaspadai. Keempat jenis
hipertensi yang jarang ditemukan adalah Hipertensi Maligna,
Hipertensi Sistolik Terisolasi, White Coat Hypertention, dan
Hipertensi Resisten.

a. Hipertensi Primer

Hampir 95% dari semua kasus hipertensi yang ditemukan adalah


hipertensi primer atau disebut juga hipertensi esensial.
Penyebabnya adalah gabungan dari beberapa faktor yakni gen,
gaya hidup, berat badan, dan lainnya. Biasanya, disarankan untuk
melakukan modifikasi pada gaya hidup dan pola makan.
b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor


penyebab hipertensi sekunder yang paling umum adalah kerusakan
dan disfungsi ginjal. Penyebab lainnya adalah tumor, masalah pada
kelenjar tiroid, kondisi selama kehamilan, dan lain-lain. Biasanya,
hipertensi jenis ini bisa disembuhkan jika penyebabnya lebih dulu
disembuhkan.
c. Hipertensi Maligna

Ini adalah jenis hipertensi yang paling parah dan cepat


berkembang. Hipertensi maligna sangat cepat untuk merusak organ
dalam tubuh. Jika dalam lima tahun hipertensi maligna tidak
diobati, konsekuensinya adalah kematian yang disebabkan oleh
kerusakan otak, jantung, dan gagal ginjal. Namun, hipertensi jenis
ini dapat diobati dengan catatan pengobatan dilakukan secara
intensif dan berkelanjutan. Seseorang yang menderita hipertensi
jenis ini merasakan kebas di sekujur tubuh, penglihatan kabur,
kecemasan, dan sangat kelelahan.
d. Hipertensi Sistolik Terisolasi

Pada hipertensi ini, arteri menjadi kaku sehingga menyebabkan


sistolik (tekanan darah saat jantung berkontraksi) sangat tinggi,
diatas 140 mmHg, sedangkan diastolik (tekanan darah saat jantung
istirahat) normal, kurang dari 90mmHg. Karena sejalan dengan
bertambahnya usia, tekanan sistolik meningkat sampai usia 80
tahun, dan tekanan diastolik meningkat samapai usia 55-60 tahun,
kemudian diastol berkurang secara perlahan atau menurun.

e. White Coat Hypertension

Hipertensi jenis ini hanya terjadi jika pasien sedang berada di pusat
klinik atau rumah sakit. Jenis tekanan darah tinggi ini disebabkan
oleh kegugupan saat akan diperiksa oleh pihak rumah sakit. Di
luar rumah sakit, tekanan darah pasien ini sangat normal. Jika
terjadi hal yang sama dalam pemeriksaan ulang maka jenis
hipertensi ini tidak perlu diobati.

f. Hipertensi Resisten

Penderita hipertensi resisten tidak merespon obat apapun lagi.


Hipertensi dikatakan resisten jika 3 jenis obat tidak sanggup
menurunkan tekanan darah. Maka diperlukan 4 macam jenis obat
untuk menurunkan tekanan darah.
2.1.4 Patofisiologi Hipertensi13

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh


darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
2.1.5 Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah sistolik dan


diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat ventrikel
berkontraksi memompa darah ke seluruh tubuh, sedangkan tekanan
diastolik adalah tekanan darah pada saat ventrikel berelaksasi, aliran
darah bergerak dari atrium menuju ventrikel. Berikut ini adalah
klasifikasi tekanan darah normal, prehipertensi, hipertensi, dan
hipertensi krisis berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik.
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah (JNC8)8
Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg

Normal <120 dan <80


Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi tingkat 2 ≥160 atau ≥100

2.1.6 Gejala Hipertensi

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak


memiliki gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah diamati antara lain
yaitu : pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk
terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak
napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang,
mimisan (keluar darah dari hidung).12
2.1.7 Faktor Resiko Hipertensi

Hipertensi termasuk dalam kelompok penyakit tidak menular


(PTM)/Non-communicable disease (NCD), yang berarti kondisi
medis atau penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi dan tidak
disebarkan diantara manusia, namun diakibatkan oleh beberapa faktor
resiko. Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi ada yang dapat
dikontrol (modifying factor) dan ada juga yang tidak dapat dikontrol
(unmodifying factor).15
a. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:

1. Jenis kelamin

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia
dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah
umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita.
Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah
menopause. Namun wanita terlindung dari penyakit
kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor
pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya
imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause
wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen
yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut
berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami,
yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.16
Dari hasil penelitian oleh Anggraini di Pekan Baru tahun 2009,
didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis
kelamin wanita sekitar 56,5%. 33
2. Umur

Semakin tinggi umur semakin tinggi tekanan darahnya, jadi


orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang
tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Kondisi ini berkaitan
dengan arteriosklerosis atau berkurangnya kelenturan arteri-
arteri utama, terutama aorta. Dengan mengerasnya arteri-arteri
ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta tersebut
kehilangan daya elastisitasnya.17
3. Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga akan meningkatkan faktor


risiko hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium. Jika salah seorang dari orang tua ada yang
mengidap tekanan darah tinggi, maka anaknya akan
mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya. Jika
kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang
anda untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.17
Data dari penelitian Manik di Medan, menunjukkan 70,6%
pasien yang menderita hipertensi memiliki riwayat keluarga
hipertensi. 32
b. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:

1. Obesitas

Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut


berat badan dapat meningkat karena berkurangnya aktivitas dan
tingginya asupan kalori. Obesitas dapat memperburuk kondisi
lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti
artritis, jantung dan hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi
volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi
dibandingkan dengan yang berat badannya normal.16 Pada
populasi barat, jumlah kasus hipertensi yang disebabkan oleh
obesitas diperkirakan 30-36% dari data pengamatan tekanan
darah menunjukkan kenakan tekanan darah sistolik 2-3 mmHg
dan tekanan darah diastolik1-3 mmHg untuk setiap kenaikan 10
kg berat18.
2. Kebiasaan Merokok 19

Merokok secara aktif maupun pasif pada dasarnya mengisap


CO (karbon monoksida), CO mempunyai kemampuan mengikat
hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit)
lebih kuat dibanding oksigen, sehingga sel tubuh yang
menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan
yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan
menciut atau spasme dan mengakibatkan meningkatnya tekanan
darah. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus
maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya
proses aterosklerosis (penyempitan). Nikotin yang terkandung
dalam rokok menyebabkan perangsangan terhadap hormon
epinefrin (adrenalin) yang bersifat memacu peningkatan
frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen
jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Jantung
tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan
semakin meninggi, berakibat timbulnya hipertensi
3. Mengkonsumsi garam berlebih20

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization


(WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat
mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Konsumsi natrium yang
berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan
intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler
meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak kepada timbulnya hipertensi.
4. Stress

Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui


aktivitas peningkatan saraf simpatis yang akan memicu kerja
jantung dan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Stress
yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi. 21
2.1.8 Tingkatan Pencegahan ( Levels of Prevention) 34

Pencegahan dan pengendalian penyakit pada populasi manusia


biasanya dicapai dengan menggunakan tiga tingkat pencegahan.
Pencegahan primer bertujuan untuk mengurangi frekuensi kasus baru
penyakit yang terjadi pada populasi. Upaya pencegahan sekunder
untuk mengurangi jumlah kasus yang ada di populasi, oleh karena itu,
paling tepat ditujukan pada mereka yang dalam tahap penyakit
presimptomatik atau tahap awal penyakit klinis. Pencegahan tersier
adalah untuk membatasi kecacatan, meningkatkan fungsi, dan
mencegah komplikasinya, seringkali melalui rehabilitasi. Oleh karena
itu, hal ini sangat berlaku selama tahap klinis akhir.
a. Pencegahan primer

Strategi pencegahan primer menekankan promosi umum


kesehatan, risiko pengurangan faktor-faktor resiko, dan upaya
perlindungan kesehatan lainnya. Strategi ini meliputi
Pendidikan kesehatan dan program promosi kesehatan yang
dirancang untuk mendorong gaya hidup sehat dan program
kesehatan lingkungan yang dirancang untuk meningkatkan
kualitas lingkungan. Contoh dari pencegahan primer adalah
imunisasi dan penyuluhan kesehatan.
b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder berfokus pada deteksi dini dan pengobatan


cepat penyakit. Tujuannya adalah untuk menyembuhkan penyakit,
memperlambat perkembangannya, atau mengurangi dampaknya
terhadap individu atau masyarakat. Pendekatan umum untuk
pencegahan sekunder yang biasanya dilakukan adalah skrining
untuk penyakit.
c. Pencegahan tertier

Strategi Pencegahan tersier melibatkan kedua tindakan terapeutik


dan rehabilitatif pada penyakit yang sudah ada. Contohnya
termasuk pengobatan penderita hipertensi untuk mencegah
komplikasi penyakit, dan manajemen pasien tersebut dengan
obat-obatan, diet, olahraga, dan pemeriksaan berkala. Contoh lain
termasuk meningkatkan fungsi pasien stroke melalui rehabilitasi
dengan terapi okupasi dan fisik, perawatan, terapi wicara,
konseling, dan sebagainya.
2.1.9 Komplikasi Hipertensi24

a. Penyakit jantung koroner dan arteri

Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh


akan semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal.
Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang
mengeras ini.
b. Payah jantung

Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana


jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan
tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau
system listrik jantung.

c. Stroke

Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke,


karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini
terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan
otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi
akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh
yang sudah menyempit.
d. Kerusakan ginjal

Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah


yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran
tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih
sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal
dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.
e. Kerusakan penglihatan

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di


mata, sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau
kebutaan.
2.1.10 Penatalaksanaan Hipertensi23

a. Terapi non farmakologis

Terapi non farmakologis untuk hipertensi antara lain olahraga,


perubahan gaya hidup, menurunkan berat badan bagi pasien
obesitas, meningkatkan konsumsi buah dan sayuran dan diet
natrium. Terapi non farmakologis ini dapat mengurangi angka
kejadian pasien prehipertensi meningkat menjadi hipertensi.

b. Terapi farmakologis

Terapi dengan menggunakan obat-obatan yang dapat membantu


menurunkan serta menstabilkan tekanan darah, serta menurunkan
risiko terjadinya komplikasi akibat hipertensi.The Joint National
Committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of
high blood pressure (JNC) membagi tatalaksana terapi hipertensi
secara farmakologis menjadi menjadi dua :
1. First Line :

Diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (β-blocker),


Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor, penghambat
reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium/Calcium
Channel Blocker (CCB).
2. Second Line :

Penghambat saraf adrenergik, penghambat adrenoreseptor alpha


(a- blocker), dan vasodilator.
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Karakteristik Pasien Pengetahuan tentang


hipertensi:
- Usia
- Jenis kelamin - Pengertian hipertensi
- Pekerjaan - Gejala hipertensi
- Tingkat pendidikan - Komplikasi hipertensi

Perilaku terhadap hipertensi:

- Pencegahan
- penanggulangan

Kepatuhan berobat

- Rutin PASIEN HIPERTENSI


- Jarang
- Tidak sama sekali

Pengetahuan tentang
faktorisiko hipertensi:

- Jenis kelamin
- Umur
- Keturunan
- Obesitas
- Merokok
- Makanan
- Stress
Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:

- Variabel terikat (Dependent) : - Pasien Hipertensi

- Variabel bebas (Independent) : - Karakteristik responden

- Pengetahuan responden:

 Pengertian Hipertensi

 Gejala Hipertensi

 Komplikasi Hipertensi

 Faktor resiko Hipertensi

-Perilaku responden

-Kepatuhan berobat

3.2.2 Definisi Operasional


 Variabel Dependent
Pengertian tentang Hipertensi: Hipertensi adalah tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas
90 mmHg.7
Alat ukur : angket
Skala ukur : nominal
Hasil ukur : 1. Ya
2. Tidak
 Variabel Independent
1. Pengetahuan tentang faktor resiko hipertensi:

 Yang tidak dapat diubah

a. Usia menurut ulang tahun yang terakhir

Alat ukur : angket

Skala ukur: interval

b. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan

Alat ukur : angket

Skala ukur : nominal

Hasil ukur : - Laki-Laki (L)

- Perempuan (P)

c. Keturunan: Ada/tidaknya keluarga dalam garis keturunan


yang menderita hipertensi.
Alat ukur : angket
Skala ukur : nominal
Hasil ukur : - Ada
- Tidak Ada

2. Tingkat pengetahuan pasien tentang faktor resiko hipertensi yang


dapat diubah seperti obesitas, merokok, makanan, dan emosi.
Alat ukur : angket Skala ukur : ordinal
Hasil ukur : pengetahuan tentang faktor resiko
yang dapat diubah, Baik (jika hasil ukur
antara 80-100%), Kurang baik (jika hasil
ukur antara 60-80%), Jelek (jiika hasil
ukur antara <60%).
3. Tingkat pengetahuan responden adalah jenjang pendidikan formal
paling tinggi yang pernah diikuti oleh responden
Alat ukur : angket
Skala ukur : ordinal
Hasil ukur : - Tidak sekolah

- Tamat SD

- Tamat SMP

- Tamat SMA

- Tamat S1

4. Pengetahuan responden yang ingin diteliti adalah pengetahuan


tentang hipertensi, meliputi: pengertian, gejala, dan komplikasi
hipertensi .
Alat ukur : angket

Skala ukur : ordinal

Hasil ukur : - pengetahuan responden baik (jika


total skor angket 80%-100%)
- pengetahuan responden sedang
(jika total skor angket 60 % -
<80%)
- pengetahuan responden buruk (jika
total skor angket< 60 %)
5. Perilaku pasien adalah respons sampel terhadap persepsi yang
dimilikinya berupa tindakan nyata tentang pencegahan hipertensi
dengan menjalankan pola hidup sehat, serta penanggulangan
hipertensi, seperti mengkonsumsi obat anti hipertensi dan
pencegahan hipertensi seperti mengukur tekanan darah secara rutin
dan mengurangi konsumsi garam dan lemak.
Alat ukur : angket
Skala ukur : ordinal
Hasil ukur : - perilaku responden baik (jika total
skor angket 80%-100%)

- perilaku responden sedang (jika total


skor angket 60 - <80%)
- perilaku responden buruk (jika
total skor angket <60%).

6. Kepatuhan berobat adalah tingkat kesediaan serta sejauh mana upaya


dan perilaku seorang responden dalam mematuhi instruksi, aturan
atau anjuran medis yang diberikan oleh seorang dokter untuk
menuju kesembuhan pasien tersebut.
Alat ukur : angket
Skala ukur : ordinal
Hasil ukur : - rutin

- Jarang
- Tidak sama sekali
BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Berdasarkan data yang diambil, penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif dengan desain potong lintang (cross-sectional). Di dalam penelitian
ini akan dihasilkan suatu variabel dependen terhadap independen tanpa
melakukan intervensi terhadap subyek penelitian.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas nusa penida 1
pada bulan juni 2022– juli 2021.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi
Populasi target : Seluruh pasien hipertensi yang ada di nusa
penida .
Populasi terjangkau : Pasien hipertensi yang berada di wilayah kerja
puskesmas kintamani V
4.3.2 Sampel
Pasien yang datang berobat ke Puskesmas nusa penida 1 pada bulan
juni 2021- juli 2021. Perhitungan jumlah sampel sebagai berikut:

Keterangan:
Z𝖺 = konversi luas area di bawah kurva normal pada tingkat
kepercayaan tertentu terhadap simpangan baku.
P = menunjukan prevalensi hipertensi
d = derajat ketepatan yang diinginkan

4.4 Kriteria Objek Penelitian


4.4.1 Kriteria Inklusi : Semua pasien Hipertensi yang keadaan umumnya
baik dan komunikatif.
4.4.2 Kriteria Eksklusi : - Pasien yang tidak bersedia diwawancarai
- Pasien yang menjawab sebagian pertanyaan saja
- Pasien yang tuna rungu / tuna wicara

4.5 Cara Pengumpulan Data dan Alat Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan di penelitian ini adalah data primer, yang
diperoleh dari hasil wawancara dan data sekunder dari pemeriksaan tekanan
darah menggunakan sfigmomanometer air raksa yang akan dilaksanakan oleh
peneliti sendiri.

4.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan akan diolah menggunakan software
SPSS dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing, yaitu memeriksa adanya kesalahan dan kekuranglengkapan
data.
2. Coding, yaitu memindahkan data ke dalam kode-kode.
3. Entry, yaitu memasukkan kode-kode ke dalam program SPSS.
4. Cleaning, yaitu memeriksa adanya kesalahan pada waktu melakukan
coding.
Setelah diolah, data akan dianalisis secara deskriptif dengan interval
kepercayaan (confidence interval) = 95% dan disajikan dalam bentuk tabel dan
narasi.
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Penelitian

Pada penelitian ini didapatkan responden sejumlah 29 pasien. Responden didapatkan dari fasilitas
kesehatan Puskesmas nusa penida 1 pada bulan juni – juli 2021.

5.1.1. Karakteristik Responden

Karakteristik dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, Pendidikan, dan pekerjaan
responden.

a. Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini yang paling banyak adalah responden dengan jenis
kelamin pria dengan total 18 sampel (62,1%) dan responden wanita 11 orang (37,9%).

Tabel 5.1. Distribusi Presentase Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (N) %


Laki-laki 18 62,1
Perempuan 11 37,9
Total 29 100

b. Usia

Berdasarkan usia, responden menjadi tiga kelompok usia. Kelompok usia terbanyak didapatkan
pada kelompok >60 tahun (75,9%) dan paling sedikit pada kelompok usia 40-49 tahun (6,9%).

Tabel 5.2. Distribusi Presentase Responden Menurut Usia

Usia (tahun) Jumlah (N) %


40-49 2 6,9
50-59 5 17,2
60-69 22 75,9
Total 29 100
c. Pendidikan

Berdasarkan Pendidikan dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu tidak sekolah, tamat
SD, tamat SMP, dan tamat SMA. Kelompok terbanyak dalam penelitian adalah responden yang tidak
bersekolah (44,8%) dan paling sedikit responden yang tamat SMA (3,4%).

Tabel 5.3. Distribusi Presentase Responden Menurut Pendidikan

Pendidikan Jumlah (N) %


Tidak bersekolah 13 44,8
Tamat SD 11 37,9
Tamat SMP 2 13,8
Tamat SMA 1 3,4
Total 29 100

d. Pekerjaan

Berdasarkan pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bekerja dan tidak bekerja. Jumlah
responden yang tidak bekerja lebih banyak (72,4%) dibandingkan responden yang masih bekerja
(27,6%), hal ini dikarenakan sebagian besar responden juga merupakan lansia.

Tabel 5.4. Distribusi Presentase Responden Menurut Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (N) %


Masih bekerja 18 62,1
Tidak bekerja 11 37,9
Total 29 100

e. Stage hipertensi Responden

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa 16 responden memiliki hipertensi stage I yaitu tekanan
darah >140/90, sedangkan 44,8% responden memiliki hipertensi stage II yaitu tekanan darah >160/100.

Tabel 5.5. Distribusi Stage Hipertensi Responden

Stage Jumlah (N) %


I 16 55,2
II 13 44,8
Total 29 100

5.1.2. Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden terhadap hipertensi yang diukur mencakup tentang arti, kriteria, bahaya,
gejala, komplikasi, faktor risiko, dan pencegahan hipertensi. Dalam tabel 5.6 dapat dilihat bahwa >80%
responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai arti hipertensi, gejala, komplikasi, dan pencegahan
hipertensi. Sedangkan pengetahuan yang baik mengenai kriteria dan faktor risiko hipertensi hanya dimiliki
oleh 60-79% responden. Hanya sedikit responden (37,9%) yang memiliki pengetahuan baik mengenai
bahaya hipertensi.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Hipertensi

Pengetahuan Jumlah reponden yang %


menjawab benar (N)
Arti hipertensi 26 89,7
Kriteria hipertensi 20 69,0
Bahaya hipertensi 11 37,9
Gejala hipertensi 28 96,6
Komplikasi hipertensi 26 89,6
Faktor risiko hipertensi 23 79,3
Pencegahan hipertensi 24 82,8
Total 29 100

Berdasarkan tabel 5.6, jika skor masing-masing komponen dijumlahkan untuk setiap responden, maka
didapatkan 55,2% responden memiliki pengetahuan yang baik tentang hipertensi, 24,1% memiliki
pengetahuan sedang, dan 20,7% memiliki pengetahuan buruk.

Tabel 5.7. Distribusi Presentase Responden Menurut Pengetahuan tentang Hipertensi

Pengetahuan Jumlah (N) %


Baik 16 55,2
Sedang 7 24,1
Buruk 6 20,7
Total 29 100

5.1.3. Perilaku Responden

Perilaku responden yang diukur mencakup tentang kepedulian terhadap tekanan darahnya,
pencegahan yang dilakukan terhadap faktor-faktor risiko hipertensi, dan pengobatan hipertensi. Sebanyak
69% responden memiliki kepedulian yang baik terhadap tekanan darahnya, dengan mengontrolnya secara
rutin, mengetahui apakan dirinya memiliki riwayat hipertensi, mengetahui berapa tekanan darah
terakhirnya, dan apakah responden mengontrol rutin pemeriksaan tekanan darahnya. Sebanyak 34,5%
responden memiliki pencegahan yang baik terhadap faktor risiko hipertensi seperti membatasi konsumsi
makanan tinggi garam dan tinggi lemak, berolahraga rutin minimal 2x seminggu, dan mengetahui apakah
keluarganya memiliki riwayat penyakit hipertensi, jantung, atau stroke. Sebanyak 82,8% responden
mengonsumsi obat untuk hipertensi.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Perilaku Responden terhadap Hipertensi

Perilaku Jumlah responden %


berperilaku baik (N)
Peduli terhadap TD 20 69,0
Pencegahan terhadap 10 34,5
faktor risiko HT
Pengobatan hipertensi 24 82,8
Total 29 100
Dalam tabel 5.9, dijelaskan mengenai perilaku responden secara keseluruhan terhadap hipertensi.
Hanya 41,4% responden yang memiliki perilaku baik terhadap hipertensi.

Tabel 5.9. Distribusi Presentase Responden Menurut Perilaku tentang Hipertensi

Perilaku Jumlah (N) %


Baik 12 41,4
Sedang 9 31,0
Buruk 8 27,6
Total 29 100

5.1.4. Kepatuhan Berobat Responden

Dalam tabel 5.8. ditemukan bahwa 24 responden mengonsumsi obat hipertensi dan 5 orang tidak
mengonsumsi obat. Dalam tabel 5.9 ditemukan lebih banyak responden yang jarang mengonsumsi obat
hipertensi (44,8%) dibandingkan yang rutin (37,9%).
Tabel 5.10. Distribusi Kepatuhan Berobat Responden terhadap Hipertensi

Kepatuhan Jumlah (N) %


Rutin 11 37,9
Jarang 13 44,8
Tidak sama sekali 5 17,2
Total 29 100
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan
Dalam penelitian ini terdapat 29 responden yang diteliti. Sebagian besar
responden ada dalam kelompok umur 60-69 tahun. Hal ini sesuai dengan kondisi
umum lansia yang masih aktif dan mampu berkomunikasi dengan baik. Jumlah
responden laki laki yang didapat sebesar 62,1%, jumlahnya lebih banyak daripada
responden perempuan. Menurut Badan Pusat Statistik RI tahun 2012 jumlah populasi
lansia laki laki di Indonesia memang jumlahnya lebih banyak daripada lansia
perempuan. Pendidikan responden yang tidak bersekolah menduduki jumlah yang
paling banyak, yaitu 44,8%, lebih banyak daripada lansia yang tamat SD yaitu
37,9%, sedangakan lansia yang tamat SMP dan SMA menduduki jumlah terendah
dari seluruh responden, hal ini menandakan belum merata nya pendidikan di
Indonesia. Kebanyakan responden lansia sudah tidak bekerja, mengingat usia lansia
>60 tahun bukanlah usia produktif lagi di Indonesia.
Untuk pengetahuan responden terhadap hipertensi yang diukur mencakup
tentang arti, kriteria, bahaya, gejala, komplikasi, faktor risiko, dan pencegahan
hipertensi. Didapatkan >80% responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai
arti hipertensi, gejala, komplikasi, dan pencegahan hipertensi. Sedangkan pengetahuan
yang baik mengenai kriteria dan faktor risiko hipertensi hanya dimiliki oleh 60-79%
responden. Hanya sedikit responden (37,9%) yang memiliki pengetahuan baik
mengenai bahaya hipertensi.

48
49

Jumlah lansia laki-laki dan perempuan yang memiliki pengetahuan baik


terhadap hipertensi hampir setara, namun lansia laki-laki yang berperilaku baik lebih
banyak jumlahnya daripada perempuan. Lansia laki-laki yang berperilaku baik
didapati sebanyak 69,6%, sedangkan lansia perempuan yang berperilaku baik didapati
sebanyak 57,9%%. Hasil penelitian Susan et al. menunjukkan hasil yang berbeda,
bahwa perilaku baik terhadap hipertensi lebih banyak didapati pada perempuan
daripada laki-laki, yaitu sebanyak 60,3%.28
Dari hasil yang didapat, semakin tua usia lansia semakin menurun pengetahuan
dan perilakunya terhadap hipertensi. Kelompok usia 60-69 tahun memiliki
pengetahuan dan perilaku yang paling baik, yaitu 30,8% dan 66,7%. Hasil penelitian
Ginting di Medan menunjukkan hasil yang berbeda, bahwa semakin tua usia semakin
baik pengetahuan dan perilakunya.27 Hal ini dikarenakan dalam penelitian tersebut
hanya membandingkan responden dengan usia <45 tahun dan >45 tahun. Namun
menurut penelitian Missimiliano et al. (1996), setelah usia 65 tahun fungsi kognitif
seseorang akan cenderung berkurang, oleh sebab itu akibatnya dapat berpengaruh
terhadap kemampuan ingatannya dalam menjawab berbagai pertanyaan tentang
hipertensi, selain itu semakin tua lansia, kemampuan mengurus diri akan menurun
sehingga berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya dalam mencegah dan
mengobati hipertensi.
Lansia yang masih bekerja yang berpengetahuan baik didapati sebanyak
50,0%, lebih banyak daripada lansia yang tidak bekerja, hal ini berhubungan dengan
pengaruh lingkungan terhadap pengetahuan seseorang.10 Lingkungan sosial dalam
pekerjaan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu
yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini diikuti dengan perilaku mereka
terhadap hipertensi, lansia bekerja yang berperilaku baik didapati sebanyak
78,6%.Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa lansia yang masih bekerja
tingkat pengetahuan dan perilakunya lebih baik daripada yang tidak bekerja.27
Pengetahuan lansia tentang kesehatan berhubungan erat dengan tingkat
pendidikan lansia, pendidikan yang tinggi akan meningkatkan kesempatan lansia
tersebut untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan lansia yang
berpendidikan tamat S1 yang berpengetahuan baik mencapai 75%, jumlah ini jauh
lebih banyak daripada tingkatan pendidikan formal dibawahnya. Pada tabel 5.17
dapat dilihat
50

bahwa lansia tamat SMA dan S1 yang berperilaku baik cukup banyak, yaitu sebanyak
78.9% dan 75%. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, namun dijelaskan juga dalam teori Lawrence Green
bahwa tidak hanya pengetahuan (predisposing factor) saja yang menentukan perilaku
lansia, namun ada faktor lain seperti faktor pendukung (enabling factor) yang
mencakup lingkungan fisik, sarana kesehatan, obat-obatan, dan lain-lain, juga faktor
pendorong (reinforcing factor) yang mencakup dukungan keluarga, tokoh masyarakat
yang menjadi referensi, ataupun sikap petugas kesehatan, yang juga dapat
mempengaruhi perilaku lansia.5

6.2 Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan dan kelemahan yang disebut
keterbatasan penelitian. Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan waktu dalam proses pengambilan data sehingga pada beberapa
proses wawancara dirasa sedikit terburu-buru.
2. Sudah berapa lama responden menderita hipertensi dan apakah responden
menderita penyakit lain tidak ditanyakan dalam angket.
3. Karena keterbatasan waktu pengukuran tensi hanya dilakukan satu kali
sehingga mempengaruhi validasi hasil pengukuran.
4. Keterbatasan dalam cara pengambilan sampel
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan
1. Lansia dengan pengetahuan yang baik tentang pengertian, kriteria, bahaya, gejala,
komplikasi, faktor resiko, dan pencegahan hipertensi pada lansia tidak hipertensi
sebanyak 28%, sedangakan pada lansia hipertensi terkontrol sebanyak 42,1%, dan
pada lansia hipertensi tidak terkontrol sebanyak 5,9%.
Selain itu diperoleh juga informasi bahwa lansia dengan pengetahuan
yang buruk tentang pengertian, kriteria, bahaya, gejala, komplikasi, faktor
resiko, dan pencegahan hipertensi pada lansia tidak hipertensi sebanyak
36%, sedangakan pada lansia hipertensi terkontrol sebanyak 31,6%, dan
pada lansia hipertensi tidak terkontrol sebanyak 64,7%.
2. Lansia dengan perilaku yang baik tentang kepedulian terhadap tekanan darahnya,
pencegahan yang dilakukan lansia terhadap faktor-faktor resiko hipertensi, dan
pengobatan hipertensi pada lansia tidak hipertensi sebanyak 52%, sedangakan
pada lansia hipertensi terkontrol sebanyak 79%, dan pada lansia hipertensi tidak
terkontrol sebanyak 58,8%.
Selain itu diperoleh juga informasi bahwa Lansia dengan perilaku yang
buruk tentang kepedulian terhadap tekanan darahnya, pencegahan yang
dilakukan lansia terhadap faktor-faktor resiko hipertensi, dan pengobatan
hipertensi pada lansia tidak hipertensi sebanyak 48%, sedangakan pada
lansia hipertensi terkontrol sebanyak 21%, dan pada lansia hipertensi tidak
terkontrol sebanyak 41,2%.

51
7.2 Saran
Berdasarkan penelitian pengetahuan dan
perilaku lansia terhadap hipertensi, peneliti
menyarankan untuk dilakukan:
1. Penyuluhan singkat seputar hipertensi oleh
dokter kepada lansia dan kepada
keluarganya / pendamping lansia tersebut ,
agar mereka dapat mencegah timbulnya
hipertensi bagi lansia yang tidak hipertensi,
dan mengobati serta menanggulangi
hipertensi bagi lansia yang sudah menderita
hipertensi.
2. Edukasi bagi pasien hipertensi, agar
mereka lebih sadar menjaga tekanan
darahnya melalui pola hidup sehat dan
minum obat secara teratur.
3. Penyuluhan kepada penduduk dewasa dan
pre lansia agar mereka waspada dan
merubah gaya hidupnya sehingga terhindar
dari hipertensi di masa yang akan datang.
4. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang
pengetahuan dan perilaku lansia terhadap
hipertensi.
5. Memperbaiki keterbatasan penelitian dengan
cara memperbaiki kuesioner dan cara
pengambilan sampel.
LAMPIRAN SPSS

stage

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1.00 16 55.2 55.2 55.2

2.00 13 44.8 44.8 100.0

Total 29 100.0 100.0

Jk

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid pria 18 62.1 62.1 62.1


wanita 11 37.9 37.9 100.0

Total 29 100.0 100.0

usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 40-49 tahun 2 6.9 6.9 6.9

50-59 tahun 5 17.2 17.2 24.1

>60 tahun 22 75.9 75.9 100.0

Total 29 100.0 100.0

pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak sekolah 13 44.8 44.8 44.8

tamat SD 11 37.9 37.9 82.8

tamat SMP 4 13.8 13.8 96.6

tamat SMA 1 3.4 3.4 100.0

Total 29 100.0 100.0

pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak bekerja 21 72.4 72.4 72.4


masih bekerja 8 27.6 27.6 100.0

Total 29 100.0 100.0

artiHT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tahu 26 89.7 89.7 89.7

tidak 3 10.3 10.3 100.0

Total 29 100.0 100.0

kriteriaHT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tahu 20 69.0 69.0 69.0

tidak 9 31.0 31.0 100.0

Total 29 100.0 100.0

bahayaHT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tahu 11 37.9 37.9 37.9

tidak 18 62.1 62.1 100.0

Total 29 100.0 100.0


gejalaHT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tahu 28 96.6 96.6 96.6

tidak 1 3.4 3.4 100.0

Total 29 100.0 100.0

komplikasiHT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tahu 26 89.7 89.7 89.7

tidak 3 10.3 10.3 100.0

Total 29 100.0 100.0

faktorrisikoHT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tahu 23 79.3 79.3 79.3

tidak 6 20.7 20.7 100.0

Total 29 100.0 100.0

faktorrisikoHT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tahu 23 79.3 79.3 79.3

tidak 6 20.7 20.7 100.0

Total 29 100.0 100.0

pencegahanHT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tahu 24 82.8 82.8 82.8

tidak 5 17.2 17.2 100.0

Total 29 100.0 100.0

skorpengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 3.00 2 6.9 6.9 6.9

4.00 4 13.8 13.8 20.7

5.00 7 24.1 24.1 44.8

6.00 11 37.9 37.9 82.8

7.00 5 17.2 17.2 100.0

Total 29 100.0 100.0

pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 16 55.2 55.2 55.2

buruk 6 20.7 20.7 75.9

sedang 7 24.1 24.1 100.0

Total 29 100.0 100.0

tahuHT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 23 79.3 79.3 79.3

tidak 6 20.7 20.7 100.0

Total 29 100.0 100.0

riwHT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 25 86.2 86.2 86.2

tidak 4 13.8 13.8 100.0

Total 29 100.0 100.0

tahuTD

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 23 79.3 79.3 79.3

tidak 6 20.7 20.7 100.0


Total 29 100.0 100.0

batasTD

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 23 79.3 79.3 79.3

tidak 6 20.7 20.7 100.0

Total 29 100.0 100.0

kontrolrutinTD

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 19 65.5 65.5 65.5

tidak 10 34.5 34.5 100.0

Total 29 100.0 100.0

TOTALpeduliHT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2 5 17.2 17.2 17.2

3 4 13.8 13.8 31.0

4 9 31.0 31.0 62.1

5 11 37.9 37.9 100.0

Total 29 100.0 100.0


KategoriPeduliHT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 20 69.0 69.0 69.0

buruk 5 17.2 17.2 86.2

sedang 4 13.8 13.8 100.0

Total 29 100.0 100.0

olahraga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 17 58.6 58.6 58.6

tidak 12 41.4 41.4 100.0

Total 29 100.0 100.0

makanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 16 55.2 55.2 55.2

tidak 13 44.8 44.8 100.0

Total 29 100.0 100.0


keluargaHT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 26 89.7 89.7 89.7

tidak 3 10.3 10.3 100.0

Total 29 100.0 100.0

keluargastroke

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 17 58.6 58.6 58.6

tidak 12 41.4 41.4 100.0

Total 29 100.0 100.0

TOTALpencegahan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid .00 2 6.9 6.9 6.9

1.00 6 20.7 20.7 27.6

2.00 3 10.3 10.3 37.9

3.00 8 27.6 27.6 65.5

4.00 10 34.5 34.5 100.0

Total 29 100.0 100.0


KategoriPencegahanHT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 10 34.5 34.5 34.5

buruk 11 37.9 37.9 72.4

sedang 8 27.6 27.6 100.0

Total 29 100.0 100.0

berobat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 24 82.8 82.8 82.8

tidak 5 17.2 17.2 100.0

Total 29 100.0 100.0

rutin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 11 37.9 37.9 37.9

jarang 13 44.8 44.8 82.8

tidak sama sekali 5 17.2 17.2 100.0

Total 29 100.0 100.0

TOTALPERILAKU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2.00 1 3.4 3.4 3.4

3.00 2 6.9 6.9 10.3

4.00 2 6.9 6.9 17.2

5.00 2 6.9 6.9 24.1

6.00 1 3.4 3.4 27.6

7.00 5 17.2 17.2 44.8

8.00 4 13.8 13.8 58.6

9.00 7 24.1 24.1 82.8

10.00 1 3.4 3.4 86.2

11.00 4 13.8 13.8 100.0

Total 29 100.0 100.0

perilaku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 12 41.4 41.4 41.4

buruk 8 27.6 27.6 69.0

sedang 9 31.0 31.0 100.0

Total 29 100.0 100.0

You might also like