You are on page 1of 25

i

BAGIAN KULIT DAN KELAMIN REFERAT


FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2022
UNIVERSITAS BOSOWA

TRICHOMONAS VAGINALIS

DISUSUN OLEH :
Andi Nabila A. Rusli
4521112001

SUPERVISIOR PEMBIMBING :
Dr. Sitti Nur Rahmah, Sp. KK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BOSOWA

2022
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Andi Nabila A. Rusli

Nim : 4521112001

Judul : Trichomonas Vaginalis

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada


bagian Kulit dan Kelamin Universitas Bosowa.

Makassar, Oktober 2022

Supervisor Pembimbing

Dr. Sitti Nur Rahmah, Sp. KK

DAFTAR ISI
iii

Halaman

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv

BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Definisi 2
B. Epidemiologi 2
C. Etiologipatognsis 3
D. Gambaran Klinis 6
E. Pemeriksaan Fisik 8
F. Diagnosis 11
G. Diagnosis Banding 11

BAB II. TATALAKSANA 14


A. Tatalaksana Umum 14
B. Tatalaksana Khusus 14

BAB III. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS 16


A. Komplikasi 16
B. Prognosis 16

DAFTAR PUSTAKA 17

DAFTAR GAMBAR
iv

Gambar Halaman

Gambar 1. Morfologi Trichomonas vaginalis 4

Gambar 2. Siklus Hidup Trichomonas vaginalis 5

Gambar 3. Gambaran Klinis Strawberry cervix pada


7
Trikomoniasis

Gambar 4. Penampakkan Mikroskopis Trichomonas


9
vaginalis pada Sediaan Basah

Gambar 5. Penampakkan Mikroskopis Trichomonas


9
vaginalis pada Sediaan Basah

Gambar 6. InPouch TV 11
v
1

BAB I

PENDAHULUAN

Trikomoniasis adalah penyakit yang ditularkan secara seksual


yang disebabkan oleh parasit protozoa Trichomonas vaginalis. Secara
klinis, infeksi T. vaginalis pada wanita biasanya asimtomatik, atau gejala
dapat muncul beberapa minggu, bulan atau tahun setelah infeksi awal.
Trikomoniasis simtomatik dapat menyebabkan radang serviks ringan,
vagina, dan uretra. Walaupun sebagian besar tanpa gejala, akan tetapi
dapat menimbulkan masalah kesehatan yang tidak kurang pentingnya,
misalnya perasaan dispareunia, dan ridak nyaman saat melakukan
hubungan seksual.1
Dengan insidens Trikomoniasis yang mencapai 248 juta kasus
baru per tahun, infeksi T. vaginalis lebih sering ditemukan dibandingkan
infeksi Chlamydia, gonorrhea, dan sifilis. Hal ini membuat Trikomoniasis
menjadi penyakit infeksi menular seksual (IMS) non-virus yang paling
sering ditemukan. Menurut Tanudadya (2005), prevalensi Trikomoniasis
yang tersebar di sembilan provinsi di Indonesia adalah sebesar 15,1%.
Untuk kota Palembang, dilaporkan bahwa prevalensi Trikomoniasis
sebesar 19% dari seluruh wanita penjaja seksual di Palembang.2
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang jarang
sekali dilaporkan kejadiannya. Padahal, dari data terkini, secara rata-
rata angka kejadian Trikomoniasis sudah lebih banyak ditemukan jika
dibandingkan dengan penyakit menular seksual akibat Syphilis atau
Herpes.3 Namun jika pasien dengan trikomoniasis yang tidak didiagnosa
atau diobati dengan cepat, maka prognosis pasien tersebut lebih buruk
dan lebih mudah terpapar terhadap infeksi HIV. Data prevalensi dan
insidens Trikomoniasis juga masih kurang dilaporkan, ini kemungkinan
disebabkan masyarakat masih merasakan stigma tentang penyakit
menular seksual, sehingga mereka tidak mendapatkan diagnosa yang
sebenarnya.4
2

Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini untuk mengetahui


epidemiologi, etiopatogenesis, gambaran klinis, diagnosis, dan
penatalaksanaan Trikomoniasis, sehingga diharapkan dokter umum
bisa mencapai kompetensi 4A, yaitu mampu mendiagnosis
Trikomoniasis dan memberikan penatalaksanaan hingga tuntas.3

A. Definisi
Trikomoniasis adalah penyakit yang ditularkan secara seksual
yang disebabkan oleh parasit protozoa Trichomonas vaginalis. Secara
klinis, infeksi T. vaginalis pada wanita biasanya asimtomatik, atau
gejala dapat muncul beberapa minggu, bulan atau tahun setelah
infeksi awal. Trikomoniasis simtomatik dapat menyebabkan radang
serviks ringan, vagina, dan uretra. Walaupun sebagian besar tanpa
gejala, akan tetapi dapat menimbulkan masalah kesehatan yang tidak
kurang pentingnya, misalnya perasaan dispareunia, dan ridak nyaman
saat melakukan hubungan seksual.1

B. Epidemiologi
Trichomonas vaginalis adalah infeksi menular seksual yang
paling umum di Amerika Serikat, menyebabkan sekitar 3,7 juta infeksi
(termasuk 2,3 juta di antara wanita dan 1,4 juta di antara pria), dan 1,1
juta infeksi insiden setiap tahunnya (termasuk 680.000 wanita dan
415.000 pria). Perkiraan ini didasarkan pada sampel perwakilan
nasional dari populasi non-pelestarian sipil pada National Health and
Nutrition Examination Survey (NHANES) 2001-2004, yang
memproyeksikan bahwa 3,1% wanita usia subur di AS terinfeksi.
Trichomonas vaginalis lebih disukai menginfeksi uretra pada pria dan
wanita, dan situs vagina dan vulva pada wanita.5,6
Dalam sampel perwakilan nasional dari 12 449 remaja di kelas
7-12, prevalensi di kalangan remaja AS diperkirakan 2,8% populasi
3

wanita dan 1,7% populasi pria. Rikomoniasis juga dapat ditemukan


pada penyakit IMS lainnya. Sebuah penelitian terhadap remaja wanita
AS berusia 12-18 tahun menemukan bahwa kejadian T. vaginalis
adalah 1,3 per 100 orang-bulan di antara 257 remaja terinfeksi HIV,
dan 0,6 per 100 orang, di antara 142 remaja yang tidak terinfeksi HIV.
Penelitian lain menemukan bahwa prevalensi infeksi T. vaginalis
dapat meningkat seiring bertambahnya usia, memuncak lebih dari
11% di antara wanita berusia ≥40 tahun. Berdasarkan temuan
NHANES, prevalensi infeksi pada wanita kulit hitam non-Hispanik
adalah 13,3%, jauh lebih tinggi daripada prevalensi 1,8% di antara
wanita Meksiko-Amerika atau prevalensi 1,3% di antara wanita kulit
putih non-Hispanik.7
Dengan insidens Trikomoniasis yang mencapai 248 juta kasus
baru per tahun, infeksi T. vaginalis lebih sering ditemukan
dibandingkan infeksi Chlamydia, gonorrhea, dan sifilis. Hal ini
membuat Trikomoniasis menjadi penyakit infeksi menular seksual
(IMS) non-virus yang paling sering ditemukan.3 Menurut Tanudadya
(2005), prevalensi Trikomoniasis yang tersebar di sembilan provinsi di
Indonesia adalah sebesar 15,1%.1 Untuk kota Palembang, dilaporkan
bahwa prevalensi Trikomoniasis sebesar 19% dari seluruh wanita
penjaja seksual di Palembang.8

C. Etiopatogenesis
Ini hanya memiliki stadium trophozoit, tidak ada tahap kistik. Ini
memiliki tubuh berbentuk buah pir yang berukuran 7 sampai 23
μm, inti anterior tunggal, tiga sampai lima flagela depan yang
diarahkan ke depan, dan flagelum posterior yang paling ujung yang
membentuk batas luar flagelum posterior yang diarahkan ke luar yang
membentuk batas luar Membran bergelombang. Struktur seperti
batang hialin, axostyle, berjalan melewati panjang tubuh dan keluar di
ujung posterior. T. vaginalis mendiami vagina pada wanita, prostat
4

dan vesikula seminalis pada pria, dan uretra pada kedua jenis
kelamin. Dibagi dengan pembelahan biner longitudinal.1,3

Gambar 1. Morfologi Trichomonas vaginalis

Trichomoniasis adalah IMS yang disebabkan oleh parasit


protozoa yang menginfeksi epitel mukosa kelamin. Pada wanita,
organisme dapat diisolasi dari vagina, uretra, leher rahim, kelenjar
Bartholin dan Skene, dan kandung kemih. Pada pria, organisme
dapat ditemukan di daerah genital luar, uretra anterior, epididimis,
prostat, dan air mani. Masa inkubasi sebelum infeksi simtomatik
biasanya antara 4 dan 28 hari. Pada wanita, manifestasi infeksi
berkisar dari keadaan pembawa asimtomatik hingga inflamasi
vaginitis. Karena peningkatan keasaman vagina, situasi yang
menguntungkan bagi pertumbuhan dan reproduksi parasit, gejala
cenderung terjadi selama atau setelah menstruasi. Kebanyakan pria
adalah pembawa asimtomatik.1,10

Parasit Trichomonas vaginalis tersebar melalui hubungan


seksual yaitu hubungan penis dengan vagina atau vulva dengan
vulva (daerah kelamin luar vagina) jika kontak dengan pasangan
yang terinfeksi. Wanita dapat terkena penyakit ini dari infeksi pria
atau wanita, tetapi pria biasanya hanya mendapatkan dari wanita
yang terinfeksi. Suatu salah pengertian yang umum adalah infeksi ini
5

dapat ditularkan melalui toilet duduk, handuk basah atau kolam air
panas. Hal ini tidak mungkin karena parasit tidak bisa hidup lama di
benda dan permukaannya. 11
Sejak ditemukannya trikomoniasis sebagai penyakit menular
seksual, mereka yang kemungkinan besar menyebarkan
trikomoniasis adalah orang yang meningkatkan aktivitas seksual dan
memiliki lebih dari pasangan. Trikomoniasis kadang-kadang disebut
“penyakit ping- pong” karena pasangan seksual sering menyebarkan
kembali. Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat kesembuhan
akan meningkat dan tingkat kambuh turun ketika pengobatan
dilakukan pada pasangan seksual dalam waktu yang sama.7,12

Gambar 2. Siklus Hidup Trichomonas vaginalis

Adhesi T. vaginalis ke sel epitel tampaknya dimediasi oleh


empat protein adhesi: AP65, AP51, AP33, dan AP23 yang bekerja
6

bergantung pada waktu, suhu, dan pH. Ekspresi gen dari empat
protein adhesi dikoordinasikan oleh zat besi. Sel lipid sangat penting
perannya untuk memediasi adhesi T. vaginalis. Karena kemampuan
untuk mensintesis lipid kurang pada T. vaginalis, eritrosit mungkin
merupakan sumber utama asam lemak yang dibutuhkan oleh parasit.
Selain itu, zat besi, yang merupakan nutrisi penting bagi parasit,
mungkin juga diakuisisi oleh lisis sel darah merah.1

Setelah infeksi terjadi degenerasi epitel vagina diikuti oleh


infiltrasi leukosit, disertai oleh sejumlah besar polymorphonuclear
neutrofil (PMNs) yaitu mekanisme pertahanan diri tubuh yang
bersama-sama dengan makrofag, membunuh organisme tersebut
yang disertai atau ditunjukkan dengan keluarnya cairan dari vagina
dan jaringan akan menjadi sangat meradang. Infeksi akut akan
menjadi kronis dengan sesekali flare-up. Pada infeksi trichomonas
pria biasanya asimtomatik - walaupun mungkin ada uretritis atau
prostatitis yang iritasi. Infeksi T. vaginalis disertai oleh sejumlah
besar polymorphonuclear neutrofil (PMNs) yaitu mekanisme
pertahanan diri tubuh yang bersama-sama dengan makrofag,
membunuh organisme tersebut yang disertai atau ditunjukkan
dengan keluarnya cairan dari vagina.7,12

D. Gambaran Klinis
1. Gambaran Klinis pada Wanita
Gambaran klinis Trikomoniasis pada wanita merupakan
parameter yang tidak bisa langsung dipercaya. Pada wanita sering
tidak menunjukkan gejala atau keluhan sama sekali. Bila ada
keluhan, biasanya berupa keputihan, duh tubuh kuning kehijauan,
pruritus vulva, pembengkakan dan eritema, dispareunia,
perdarahan pasca koitus, perdarahan intramenstrual,
ketidaknyamanan perut bagian bawah, atau disuria.1,10
7

Keluhan dan gejala klinis Presentase


(%)
Keluhan : tanda-tanda
Tidak ada 9-56
Duh tubuh vagina 50-75
- Berbau 10-67
- Iritasi/gatal 23-82
Dispareunia 10-50
Disuria 30-50
Nyeri perut bagian bawah 5-12

Gejala klinis 15
Tidak ada 10-37
Vulva eritema difus 50-75
Duh tubuh vagina yang banyak 5-42
- Kuning kehijauan 8-50
- Berbusa 20-75
- Keradangan dinding vagina
Strawberry cervix 1-2
- Pengamatan langsung 45
- Kolposkopi

Pada pemeriksaan spekulum sering sulit dilakukan karena


pasien mengeluh nyeri. Pada serviks tampak gambaranyang dianggap
khas untuk trikomoniasis, yaitu strawberry cervix. Tapi hal ini hanya
ditemukan pada 2% kasus Trikomoniasis.10

Gambar 3. Gambaran Klinis Strawberry cervix pada Trikomoniasis

2. Gambaran Klinis pada Pria


Pria biasanya asimtomatik, meskipun beberapa mungkin
mengeluhkan duh uretra dan disuria yang bersifat intermitten atau
8

frekuensi kencing berkurang. Gatal pada uretra juga bisa


dirasakan pada pria dengan Trikomoniasis.10

E. Pemeriksaan Fisik
Trikomoniasis sering tidak terdiagnosis karena banyak kasus yang
asimtomatik, baik pada pria maupun wanita. Berbagai usaha dapat
dilakukan untuk menegakkan diagnosis Trikomoniasis setelah
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik:
1. pH vagina cenderung meningkat di atas 4,5 pada Trikomoniasis,
seperti pada Bakterial Vaginosis, sehingga membuat temuan ini
nonspesifik.1,6
2. Whiff Test
Tes Whiff dilakukan dengan menambah kan KOH pada duh
vagina. Bila positif, akan tercium bau seperti ikan busuk yang
menandakan adanya amin. Tes itu berguna untuk menyingkirkan
diagnosis banding bakterial vaginosis. Pemeriksaan pap smear,
yang biasa digunakan untuk skrining kanker serviks, juga dapat
membantu mendiagnosis trichomoniasis, namun sensitivitasnya
hanya 60-70%.1
3. Sediaan basah
Pada wanita, specimen yang diperiksa berupa apusan forniks
posterior dan anterior yang diambil dengan lidi kapas. Sedangkan
pada pria, specimen diambil dengan mengerok dinding uretra
secara hati-hati dengan sengkelit steril. Pengambilan specimen
sebainya dilakukan sebelum kencing pertama. Bila parasit tidak
ditemukan, maka dilakukan pengambilan specimen berupa
sedimen dari 20 cc pertama urin pertama pada pagi hari.
Kemudian lidi kapas dicelupkan ke dalam 1 cc garam fisiologis,
dikocok. Satu tetes larutan tersebut diteteskan pada gelas objek,
kemudian ditutup dengan kaca penutup, dan dipanaskan sebentar
dengan hati-hati untuk meningkatkan pergerakan T. vaginalis.
9

Pada pemeriksaan juga diperhatikan jumlah leukosit.


Sensitivitasnya berkisar antara 40 hingga 80%.1,10

Gambar 4. Penampakkan Mikroskopis Trichomonas


vaginalis pada Sediaan Basah

4. Pewarnaan Gram
Spesimen dapat diwarnai dengan pewarnaan Giemsa, Leishman,
Gram atau acridine orange. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
pasien yang asimtomatik. Pemeriksaan ini harus dikonfirmasi
dengan sediaan basah atau biakan.10

Gambar 5. Penampakkan Mikroskopis Trichomonas


vaginalis pada Pewarnaan Gram

5. Kultur atau Biakan


Terdapat bermacam media pembiakan untuk diagnosis trikomoniasis
diantaranya medium Trichosel broth, Diamond’s medium, Hollander,
Kupferberg’s atau Feinberg medium. Kultur menjadi standar baku
10

terkini untuk menegakkan diagnosis. Prosedurnya sukar dan


mahal serta membutuhkan waktu 3-5 hari. Hal ini menyebabkan
pemeriksaan kultur tidak digunakan sebagai pemeriksaan rutin.
Beberapa peneliti menyatakan bahwa 95% kasus dapat ditegakkan
diagnosisnya dengan pembiakan.1
6. InPouch TV
InPouch TV adalah wadah berlapis ganda yang terbuat dari plastik
lembut dan transparan. Kantung bagian atas diinokulasi dengan
sekresi alat kelamin yang diduga memiliki trikomonas dan spesimen
ditekan ke kantong bawah, yang berfungsi sebagai wadah untuk
kaldu budaya selama inkubasi berikutnya. Meskipun kombinasi
antara kultur dan uji coba basah tetap merupakan pendekatan
standar untuk mendeteksi T. vaginalis pada sampel pasien, InPouch
menawarkan beberapa keuntungan yang berbeda: sederhana; urin
dapat digunakan sebagai pengganti spesimen uretra; begitu
spesimen ditempatkan oleh klinisi ke dalam ruang InPouch,
pengamatan mikroskopis dapat dilakukan secara langsung melalui
tas karena tas dapat digunakan sebagai slide pada tahap mikroskop
(ini mengurangi kemungkinan kontaminasi); dapat dengan mudah
diangkut dari tempat pengumpulan ke laboratorium; serta bisa
disimpan pada suhu kamar dan biayanya sebanding dengan tabung
kultur biasa.1
11

Gambar 6. InPouch TV

F. Diagnosis
Variasi gambaran klinis Trikomoniasis sangat luas, disamping itu
berbagai kuman penyebab IMS dapat pula menimbulkan keluhan
serta gejala yang sama, sehingga diagnosis belum bisa ditegakkan
hanya berdasarkan gambaran klinis. Meskipun keluhan dan gejala
dapat mengarah pada diagnosis Trikomoniasis baik pada pria maupun
wanita, namun hal tersebut tidak cukup untuk membuat suatu
diagnosis.10
Diagnosis Trikomoniasis ditegakkan setelah ditemukan
pergerakan T. vaginalis pada sediaan basah atau pada kultur duh
tubuh pasien. Diagnosis pada pria lebih sulit dibandingkan pada
wanita, karena infeksi ditandai oleh jumlah kuman yang lebih sedikit
bila dibandingkan wanita. Respons terhadap pengobatan dapat
menunjang diagnosis. Urethritis non-gonore yang gagal diobati
dengan rejimen yang efektif terhadap T. vaginalis, namun responsif
terhadap pengobatan Metronidazol, menunjang diagnosis
Trikomoniasis.10

G. Diagnosisa Banding

1. Kandidiasis
12

Kandidiasis merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh


Candida albicans atau kadang Candida yang lain. Gejala yang
awalnya muncul pada kandidiasis adalah pruritus akut dan
keputihan. Keputihan seringkali tidak ada dan hanya sedikit. Kadang
dijumpai gambaran khas berupa vaginal thrush yaitu bercak putih
yang terdiri dari gumpalan jamur, jaringan nekrosis epitel yang
menempel pada vagina. Dapat juga disertai rasa sakit pada vagina
iritasi, rasa panas dan sakit saat berkemih. Pada pemeriksaan
mikroskopik, sekret vagina ditambah KOH 10% berguna untuk
mendeteksi hifa dan spora Candida. Keluhan yang paling sering
pada kandidiasis adalah gatal dan iritasi vagina. Sekret vagina
biasanya putih dan tebal, tanpa bau dan pH normal.10
Klinis: discharge banyak, berwarna putih, kental seperti susu
pecah, kadang berbau, kadang tidak berbau, pada vulva dan
vagina terdapat tanda-tanda radang disertai maserasi,
pseudomembran, fisura, lesi satelit papulopustular. Labia mayor
tampak bengkak, merah dan ditutupi oleh lapisan putih yang
menunjukkan maserasi.6,10
2. Bakterial Vaginosis
Kriteria klinis untuk bakterial vaginosis yang sering disebut
sebagai kriteria Amsel (1983) yang berpendapat bahwa terdapat
tiga dari empat gejala1, yaitu:
- Adanya sekret vagina yang homogen, tipis, putih, melekat pada
dinding vagina dan abnormal
- pH vagina > 4,5 (dites dengan nitrazine paper).

- Tes amin yang positif, yangmana sekret vagina yang berbau


amis sebelum atau setelah penambahan KOH 10% (Whiff test).
- Adanya clue cells pada sediaan basah (sedikitnya 20 dari seluruh
epitel). Clue cells merupakan sel epitel vagina granular yang
diliputi oleh kokobasil sehingga batas sel tidak jelas.
- Ditemukannya G. vaginalis sebagai flora vagina utama
13

menggantikan laktobasilus
Klinis: Cairan vagina homogen, putih keabu-abuan, melekat
pada dinding vagina, sekret berbau amis, tidak ditemukan adanya
peradangan pada vagina dan vulva.
14

BAB II

TATALAKSANA

A. Tatalaksana Umum
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita,
seperti:11
 Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan
seksual untuk mencegah jangan terjadi ‘fenomena
pingpong’.
 Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan
dan sebelum dinyatakan sembuh.
 Hindari pemakaian barang-barang yang mudah
menimbulkan transmisi.
B. Tatalaksana Khusus
Metronidazol dan tinidazol efektif untuk pengobatan infeksi
T. vaginalis. Pedoman CDC saat ini merekomendasikan bahwa
metronidazol diberikan secara oral sebanyak 2 g dosis tunggal atau
dalam dosis 500 mg dua kali sehari selama 7 hari sebagai
alternatifnya dan tinidazol diberikan secara oral sebanyak 2 g dosis
tunggal.1,10
Berbagai laporan menunjukkan angka kesembuhan antara
82-88% pada wanita dan angka ini akan meningkat menjadi 95%
jika pasangan seksual diberi pengobatan juga. Jika keluhan
menetap penderita harus datang untuk pemeriksaan 7 hari setelah
pengobatan. Penderita dinyatakan sembuh apabila keluhan dan
gejala telah menghilang, serta parasit tidak ditemukan lagi pada
pemeriksaan sediaan basah.1,10
Jika terjadi kegagalan pengobatan, maka tahapan berikutnya
adalah pemberian Metronidazole 2 x 0,5 g oral selama 7 hari. Jika
15

masih gagal, dapat diberikan Metronidazole 2 g oral dosis tunggal


selama 3-7 hari ditambah metronidazole tablet vagina 0,5 g,
malam hari selama 3-7 hari. Jika ternyata masih gagal juga,
hendaknya dilakukan biakan dan tes resistensi.
16

BAB III

KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

A. Komplikasi
Meskipun kejadian trikomoniasis jauh melebihi gonore dan
klamidia, ini bukan prioritas kesehatan masyarakat. Pencegahan
trikomoniasis belum menjadi prioritas karena kurangnya
pemahaman akan implikasi kesehatan masyarakat dan kurangnya
sumber daya. Telah terlihat bahwa wanita yang terinfeksi selama
kehamilan cenderung mengalami ruptur ketuban, persalinan
prematur, dan bayi dengan berat lahir rendah. Selanjutnya, ini dapat
memperkuat penularan HIV. Sifatnya yang sering tanpa gejala dan
kereta yang berlarut-larut, memainkan peran penting dalam dinamika
penularan HIV.13

B. Prognosis
Prognosis sangat baik dengan infeksi ulang yang terjadi
setelah perawatan yang tepat. Pengobatan pasangan seksual dapat
membantu menghindari infeksi ulang. Infeksi persisten meskipun
pengobatan yang tepat dengan metronidazol mungkin memerlukan uji
resistensi.2,3
17

DAFTAR PUSTAKA

1. Sood S, Kapil A. An Update on Trichomonas vaginalis. Indian J Sex


Transm Dis. 2018.29:7-14p.
2. Laporan Hasil Penelitian Prevalensi Infeksi Saluran Reproduksi pada
Wanita Penjaja Seks di Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2018.
3. Djajakusumah TS. Infeksi Menular Seksual. 4th rev. ed. Daili SF, Makes
WIB, Zubier F, editors. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Indonesia, 2017.183-190p.
4. James WD, Elston DM, Berger TG, editors. Andrew’s Disease of The
Skin: Clinical Dermatology. 11th edition. London: Elsevier Inc.: 2017
5. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine 8th Edition. New York: McGraw-Hill. 2019. Chapter 9
6. Secor WE, Meites E, Starr MC, et al. Neglected Parasitic Infections in the
United States: Trichomoniasis. Am J Trop Med Hyg. 2014;90(5):800-
804p.

7. Incidence, Prevalence, and Cost of Sexually Transmitted Infections in the


United States. Centers for Disease Control and Prevention. 2017.

8. Ginocchio CC, Chapin K, Smith JS, et al. Prevalence of Trichomonas


vaginalis and Coinfection with Chlamydia trachomatis and Neisseria
gonorrhoeae in the United States as Determined by the Aptima
Trichomonas vaginalis Nucleic Acid Amplification Assay. J Clin Micro.
2019;50(8).2601-2608p.
9. Arab-Mazar Z, Niyyati M. Trichomonas vaginalis Pathogenesis: a
Narrative Review. Novel Biomed. 2020;3(3):148-154p.
10. Margarita V. Several Aspects of Pathogenesis of Trichomonas vaginalis.
University of Sassari. 2018:1-62p.
11. Meites E, Gaydos CA, Hobbs MM, et al. A Review of Evidence-Based
Care of Symptomatic Trichomoniasis and Asymptomatic Trichomonas
vaginalis Infections. Clin Infec Dis. 2020;61(S8):S837-S848p.
18

12. Trichomonas vaginalis.The British Association of Sexual Health and HIV.


2017.1-9p.
13. Kissinger P, Adamski A. Trichomoniasis and HIV interactions: a review.
Sex Transm Infect. 2019;89(6):426-433
19
20

You might also like