Professional Documents
Culture Documents
Bab 1
Bab 1
Disusun oleh :
Dosen Pembimbing :
Ns. Dian Anggri Yanti, S.Kep, M.Kep
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
AKTIFITAS FISIK”.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar – besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Atas kritik dan sarannya penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang di kategorikan lansia ini
akan terjadi suatu proses yang di sebut proses penuaan atau Anging Process.
Seseorang di katakana lansia ialah apabila berusia 60 tahun ke atas atau lebih,
karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara,
sosial, jasmani, dan rohani (Nugroho, 2012) Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran misalnya kemunduran pada fisik. Semakin lanjut usia seseorang, maka
Perubahan normal akibat penuaan ini paling jelas terlihat pada sistem
kronis pada otot, tendon, dan saraf yang di sebabkan oleh pengguna tenaga secara
berulang, Gerakan secara cepat, beban yang tinggi, tekanan, postur tubuh yang
janggal, dan rendahnya temperatur sehingga menyebabkan rasa nyeri serta rasa
tidak nyaman pada otot. Perubahan patologis pada sistem muskuloskeletal seperti
fisik.
salah satu, atau semua ekstermitas yang mandiri dan terarah (Renata Komalasari,
2011) Atau penurunan kemampuan untuk berpindah ke satu tempat ke tempat yang
lain atau ke satu posisi ke posisi yang lain. Hambatan mobilitas fisik dapat di
pengaruhi oleh beberapa faktor (Ernawati, 2012) Hambatan mobilitas fisik yang di
dampak pada fisik maupun psikososial pada lansia. Dampak fisik dari sistem
muskuloskeletal yang paling jelas terlihat pada gangguan hambatan mobilitas fisik
otot. Dampak psikososial dari hambatan mobilitas fisik yaitu respon emosional
yang bervariasi (frustasi dan penurunan harga diri, apatis, menarik diri, regresi, dan
Menurut data WHO pada 2008, hambatan mobilitas akibat gangguan sistem
muskuloskeletal telah diderita 151 juta jiwa di dunia dengan 24 juta jiwa
diantaranya
berada di kawasan Asia Tenggara. Prevalensi penyakit musculoskeletal di
Indonesia mencapai 34,4 juta orang dengan perbandingan penyakit sebesar 15,5%
pada pria dan 12,7% pada wanita. Prevalensi data Riset Kesehatan Dasar
Masalah mobilitas yang terjadi pada lansia yang mengalami gangguan sistem
ambulasi, range of motion, kontraksi otot isometrik dan isotonik, kekuatan atau
kesehatan, aerobik, sikap, mengatur posisi tubuh, pasien untuk pemenuhan ADL,
kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi Latihan, range of motion adalah latihan
pergerakan maksimal yang di lakukan oleh sendi, latihan ini menjadi salah satu
bentuk latihan yang berfungsi dalam pemeliharaan fleksibilitas sendi dan kekuatan
jumlah pasien yang mengalami hambatan mobilitas fisik adalah menejemen energi,
pergerakan sendi, dan terapi latihan otot (NIC, 2015) Terapi latihan otot adalah
latihan- latihan gerak tubuh, baik secara aktif maupun pasif, tujuan dari terapi
latihan adalah rehabilitasi untuk mengatasi gangguan fungsi dan gerak, mencegah
mobilitas fisik.
2. Manfaat bagi Klien
dan juga mendapatkan asuhan keperawatan yang efekti, dan efesian yang
TINJAUAN PUSTAKA
umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
katakana lansia ialah apabila berusia 60 tahun ke atas atau lebih, karena
umur 60 tahun adalah permulaan tua. Menua bukanlah suatu dari penyakit,
tetapi menua merupakan suatu proses yang yang terus menerus yang
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
Dalam Buku Ajar Geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H.
kehidupan seksualnya.
dan jaringan lain, hingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Kecepatan
proses menua setiap induvidu pada orang tubuh tidak akan sama, ada pula
seseorang yang belum tergolong lanjut usia atau masih muda, tetapi telah
tergolong lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar dan badan
masi terlihat tegap. Walaupun demikian, harus di akui bahwa ada beberapa
penyakit yang sering dialami oleh lansia. Manusia secara lambat dan
progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menempuh
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah atau rusak.
zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
oragan tubuh.
e. Teori stres
bahan organik seperti protein dan karbohidrat. Radikal bebas ini bisa
g. Teori program
mereka yamg aktif dan ikut bayak kegiatan sosial. Ukuran optimum
sistem sosial.
Dasar kepribadian atau tingkah laku yang tidak berubah pada lansia.
Pada teori ini menyatakan, teori yang terjadi pada sesorang lansia
3. Lansia resiko lebih adalah seorang yang berusia 60 tahun keatas dengan
masalah kesehatan.
5. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial
Rambut semakin berubah dan kusus pada pria tak jarang terjadi
yang berat, terjadi penurunan visus, bahkan pada stadium lanjut hanya
(bibir, mulut dan ekspresi muka) pada lansia saat berbicara; berbicara
lemak kurang lebih 2% per dekade. Masa air berkurang sebesar 2,5%
per dekade.
4. Saluran cerna
lambung.
terganggu.
d) Dispepsia
6. Ginjal
7. Sistem kardiovaskuler
ikat.
8. Sistem Muskuloskeletal
teratur.
dan fraktur.
negatif.
d)Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen
9. Sistem pernafasan
a. penurunan laju ekpirasi paksa satu detik sebesar kurang lebih 0,2
Muskuloskeletal terdiri dari kata Muskulo yang berarti otot dan kata
skeletal yang berarti tulang. Muskulo atau muscular adalah jaringan otot-otot
tubuh. Ilmu yang mempelajari tentang muskulo atau jaringan otot-otot tubuh
3. Tendon (urat otot), yaitu kedua ujung yang mengecil, tersusun dari
jaringan ikat dan besrifat liat. Berdasarkan cara melekatnya pada tulang,
a) Origo, merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah
perintah dari otak), dan melekat pada rangka, misalnya yang terdapat
pada otot paha, otot betis, otot dada. Kontraksinya sangat cepat dan
inti yang terletak di tepi dan tersusun di bagian perifer. Serabut otot
2. Otot Polos
secara tak sadar). Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding berongga
seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada
sel yang terletak di tengah sel otot dan mempunyai permukaan sel otot
3 Otot Jantung
yang sama dengan otot lurik. Otot ini hanya terdapat pada jantung.
Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga
mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut Memilki banyak
inti sel yang terletak di tepi agak ke tengah. Panjang sel berkisarantara
b. Otot Sinergis
keadekuatan sistem
persyarafan dan muskuloskeletal. Jadi dapat diartikan bahwa gangguan
2.3.2 Etiologi
berikut:
1) Kelainan Postur
5) Kekakuan otot
atau perlu bantuan alat ataupun dengan bantuan orang lain, dan memiliki
2.3.4 Patofisiologi
tergantung dari penyebab dari gangguan yang terjadi. Ada 3 hal yang dapat
1. Kerusakan Otot
otot. Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses
pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi
pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal
otak dan anggota gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka akan
gangguan mobilisasi.
atau salah satu, atau semua ekstermitas yang mandiri dan terarah (NANDA,
berpindah ke satu tempat ke tempat yang lain atau ke satu posisi ke posisi
lingkungan.
1. Gaya hidup
2. Ketidakmampuan
atau sakit, (misalnya paralisis akibat cidera atau gangguan pada medulla
otot).
3. Tingkat energi
Energi sangat di butuhan oleh banyak hal, salah satunya adalah untuk
mobilisasi, dalam hal ini cadangan dari energi yang di miliki masing-
4. Usia
Usia dapat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam
2.4.3 Etiologi
1. Intoleransi aktifitas
otot dan tonus otot atau karena gangguan aktifitas sel. Lansia mengalami
kehilangan tonus otot atau masa otot akibat penuaan normal, tetapi juga
elastis. Oleh karena itu lansia memiliki volume tidal yang lebih sedikit
2. Nyeri
3. Gangguan Neuromuskular
Merupakan penurunan gerakan otot karena penurunan system gangguan
dan fungsi seluruh dari bagian tubuh, dengan demikian, kontraksi dan
457- 459)
4. Gangguan Muskuloskeletal
5. Gangguan Psikologis
Merupakan respon yang terjadi saat emosi yang terjadi saat stres
takut atau duka cita yang berlarut-larut akibat kehilangan yang menyertai
penuaan dapat membuat lansia yang sering kali harus menyesuaikan diri
Hambatan pada tipe ini biasanya muncul saat lansia dirawat dipanti.
7. Kurang pengetahuan
Induvidu sering kali tidak mampu mengelola penyakit atau cidera secara
lakukan. Selain itu lansia lebih mudah mengalami defisit kognitif akibat
penuaan normal dan juga dapat terjadi sekunder akibat penyakit yang
dan terapi lain yang membatasi aktivitas, seperti pemberian cairan iv,
cidera atau penyakit, tetapi juga bias menyebabkan masalah yang serius,
1. Mobilisasi penuh.
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
2. Mobilitas sebagian
Batasan jelas, dan tidak mampu secara bebas, karena di pengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik. Hal ini dapat di jumpai pada
kebutuhan sehari-hari.
dari persendian
padat. serat otot yang terkena mendadak dan atrofi karena tidak
tulang.
c. Gangguan Kardiovaskuler
hanya atau dapat duduk di kursi. Efek kemunduran akan lebih berat
supinasi ke
posisi tegak, tidak lagi efektif. Sebaliknya terjadi vasodilatasi dan
d. Ketidakseimbangan metabolik
ginjal terisi penuh sebelum urine mengalir ke ureter. Oleh karena itu,
g. Gangguan pernapasan
alveoli terisi penuh oleh udara dan dekat dengan sirkulasi darah dan
2. Dampak Psikologis
kebutuhan manusia berkaitan erat dengan konsep diri dan peran diri.
dan emosi dapat di ekspresikan secara berlebihan atau tidak tepat, termasuk
marah, apati, agresi, atau regresi. Isolasi dan ketergantunagn paksa dapat
menunjukan stimulus
intelektual dan sensori, yang di butuhkan oleh perilaku perseptual yang
optimal.
3. Dampak Sosioekonomik
pasangan, orang tua, teman, karyawan, dan anggota kelompok sosial dan
hubungan tulang.
tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau
4) Pemeriksaan Laboratorium
Terapi yang dapat di lakukan antara lain (Potter and Perry (2012)
1) Kesejajaran Tubuh
yang tepat, dan memindahkan klien dengan posisi yang aman dari
2) Mobilisasi Sendi
pada sendi dan kelemahan otot. Latihan-latihan itu, yaitu: Fleksi dan
rotasi bahu, fleksi dan ekstensi jari-jari, infersi dan efersi kaki fleksi
pangkal paha.
sistem tubuh.
2.5.1 Pengkajian
terbentuk hubungan yang baik dan saling percaya yang akan mendasari
a. Identitas
Beberapa penyakit muskuloskeletal banyak terjadi pada klien di atas
sistem muskuloskeletal.
b. Keluhan utama
Internasional, 2015)
2019)
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda-tanda vital
kerontokan rambut.
b. Mata
penggunaan kacamata.
c. Hidung
dan penciuman.
e. Dada
f. Abdomen
Pemeriksaan bentuk perut, nyeri tekan, kembung, bising usus, dan
g. Ekstermitas
0) : Lumpuh
1) : Ada kontraksi
(Nugroho, 2010)
kadang- kadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0) (Nugroho, 2010)
5. Tingkat Depresi
6. Indeks Barthell
Pengkajian ini untuk mengetahui kemandirian lansia dalam melakukan
muskuloskeletal
2.5.5 Intervensi Keperawatan.
41
42
memilih Tindakan non farmakologi yaitu dengan Latihan ROM. Dari hasil
keperawatan yang di angkat oleh peneliti yakni tindakan latihan range of motion
Desiane Uda, Muflih, Thomas Aquino Erjinyuare Amigo yang berjudul Latihan
yang di gunakan penulis ini adalah kualitatif dengan pendekatan action research
sehingga hasil dari perubahan tersebut dapat dimanfaatkan pada penelitian ini. di
dalam penelitian ini membahas tentang lanjut usia, peningkatatan UHH terhadap
populasi lansia, perubahan normal yang terjadi akibat penuaan paling sering
terlihat pada sistem muskuloskeletal berupa penurunan otot dan hambatan pada
lansia. Dampak fisik dari gangguan mobilitas adalah penurunan kekuatan otot,
kontraktur yang membatasi mobilitas sendi, kekakuan dan nyeri pada sendi.
lakukan oleh sendi, latihan ini menjadi salah satu latihan yang berfungsi dalam
pemeliharaan fleksibilitas sendi dan kekuatan otot pada lansia. Berdasarkan data
hasil penelitian pada masing-masing sub tema dari gerakan dapat di simpulkan
beda pada setiap lansia. Perubahan tersebut dapat di lihat pada cara dan
Wahyuning Asih pada jurna 2 yang berjudul Pengaruh Latihan ROM aktif
terhadap keaktifan fisik pada lasia di Dusun Karang Templek Desa Andongsari
pre test and post test with control design. Penelitian ini di lakukan pada 30
peneliti membagi atas dua kelompok yaitu 15 orang masuk dalam kelompok
penelitian ini adalah sesuai yang tertera pada tabel 5.4 yakni terdapat berbedaan
antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dan dapat di artikan bahwa
hasil HO di tolak dan H1 di terima, yaitu terdapat pengaruh latihan ROM aktif
terhadap
keaktifan fisik pada kelompok lansia Nusa Indah 02 di wilayah dusun Karang
(ROM pasif terhadap fleksibilitas sendi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werda
dengan pendekatan one groub pretest posttest design yang rancangannya tidak
sendi. Sampel berjumlah 12 orang, dan pengambilan sampel dengan cara total
sampling. teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara
melakukan pretest, postes, observasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini
Latihan range of motion ROM Pasif terhadap fleksibilitas sendi lutut pada
fleksi lutut kanan dan kiri dan antara pengukuran pertama-ketiga pada fleksi
nutrisi yang memungkinkan tulang untuk bergerak dengan lancar dan tanpa rasa
demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka
berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram." (HR. Abu Dawud
dari Abud Darda` radhiallahu 'anhu). Hadis di atas menunjukan bahwa setiap
sakitnya atau berobat kepada yang mengetahuaninya atau ahlinya. Tetapi obat
dari Allah. Semujarab apapun obat dan sehebat apapun dokternya, jika Allah
Bahkan jika meyakini bahwa kesembuhan itu datang dari selain-Nya, berarti ia
telah rela keluar dari agama dan neraka sebagai tempat tinggalnya kelak jika
Sebagaimana manusia yang arif dan bijaksana tentunya kita tidak boleh
lalai dengan urusan duniawi semata, terlebih bagi mereka yang sudah masuk fase
lanjut usia, karena banyak yang harus kita siapkan baik secara dhohir maupun
Artinya: Dan barang siapa yang kami panjangkan umurnya niscaya kami
Maksud dari ayat di atas adalah bahwa siapa yang dipanjangkan umurnya
sampai usia lanjut akan dikembalikan menjadi lemah seperti keadaan semula.
Keadaan itu ditandai dengan rambut yang mulai memutih, penglihatan mulai
kabur, pendengaran sayu sayup sampai, gigi mulai berguguran, kulit mulai
keriput, langkahpun telah gontai. Ini adalah sunnatullah yang tidak bisa ditolak
oleh siapapun. Siapa yang disampaikan oleh Allah pada usia lanjut bersiaplah
keperawatan yang telah di susun pada tahap intervensi dan perencanaan. Fokus
2016).
gerak pasif. Mobilisasi sendi juga ditingkatkan dengan berjalan. Latihan ini baik
kekakuan pada sendi dan kelemahan otot. Latihan-latihan itu, yaitu: Fleksi dan
ekstensi pergelangan tangan, fleksi dan ekstensi siku, pronasi dan supinasi lengan
bawah, pronasi fleksi bahu, abduksi dan adduksi, rotasi bahu, fleksi dan ekstensi
jari-jari, infersi dan efersi kaki fleksi dan ekstensi pergelangan kaki, fleksi dan
2.5.7 Evaluasi
sistematis yang terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah di
tetepkan, di lakukan dengan cara bersambungan dengan melibatkan klien,
kemampuan klien untuk mencapai tujuan yang di sesuaikan dengan kriteria hasil
A: Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontraksi
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil Analisa pada respon klien
tidak
berubah, rencana dimodifikasi jika masalah tetap dan semua tindakan sudah
masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa lama
dibatalkan, rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang
(Hermanus, 2015)
evaluasi: klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan, sehingga
1) Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan, sehingga perlu
b. Membuat outcome yang baru, mungkin outcome pertama tidak realitis atau
perawat
tujuan sebelumnya
2.6 Hubungan antar konsep
Gangguan Muskuloskeletal
Keterangan:
Gangguan Aktivitas
= konsep utama yang ditelaah
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Tabel 3.1 Anamnesis Biodata Klien dengan Pasca Stroke di Panti Tresna Werdha Nirwana
Puri Samarinda
Diet, pembatasan
makanan minuman
Riwayat peningkatan / Tidak ada penurunan atau Tidak ada penurunan atau
penurunan berat badan peningkatan berat badan. peningkatan berat badan.
Pola konsumsi makan Klien mampu makan Klien mampu makan
(missal frekuensi, sendiri dengan mandiri. dengan mandiri.
atau dengan orang lain)
Masalah-masalah yang Klien tidak mengalami Klien tidak mengalami
mempengaruhi masukan kesulitan dalam kesulitan dalam
makanan (missal : mengunyah ataupun mengunyah ataupun
pendapatan tidak adekuat, menelan makanan. menelan makanan.
kurang transporatsi,
Masalah
menelan/mengunyah,
stress emosional) :
Kebiasaan Tidak mau makan jika Klien jarang makan
tidak ada sambal. dengan lauk-pauk,
biasanya makan hanya
dengan sayur
Keterangan :
a. ≥ 130 : Mandiri
b. 65-125 : Ketergantungan Sebagian
c. ≥ 60 : Ketergantungan Total
Pengkajian Status Fungsional (Modifikasi dari Barthel
Indeks) Klien 2
NO KRITERIA BANTUAN MANDIRI KETERANGAN
1 Makan I porsi nasi dengan
5 10 sayur
√
2 Minum 1 gelas air putih
5 10 √
3 Berpindah dari kursi
roda ke tempat 5-10 15 √
tidur, sebaliknya
4 Personal toilet 3x sehari
(cuci muka, 0 5√
menyisir rambut,
gosok gigi)
5 Keluar masuk
5 10 √
toilet (mencuci
pakaian, menyeka
tubuh, menyiram)
6 Mandi 2x sehari
5 15 √
7 Jalan di permukaan
datar 0 5√
8 Naik turun tangga 10 √
5
9 Mengenakan pakaian
5 10 √
10 Kontrol Bowel (BAB) BAB 1x sehari
5 10 √ konsistensi lembek
11 Kontrol 5-6x sehari warna
Bladder (BAK) 10 √ kuning jernih
5
12 Olahraga atau latihan Jalan-jalan sekitar
panti dan
5 10 √ mengikuti senam
setiap rabu dan
jumat
13 Rekreasi atau Pengajian
pemantapan waktu 5 10 √
luang
Jumlah 130 Mandiri
Keterangan :
a. ≥ 130 : Mandiri
b. 65-125 : Ketergantungan Sebagian
c. ≥ 60 : Ketergantungan Total
JUMLAH 8 2 6 4
Interpretasi Hasil
Salah 0-3 = fungsi intelektual utuh Fungsi intelektual Fungsi intelektual
Salah 4-5 = fungsi intelektual ringan utuh ringan
Salah 6-8 = kerusakan intelektual
sedang
Salah 9-10 = kerusakan intelektual berat
Diagnosa Keperawatan
Klien 1
a) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
(D.0054)
b) Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan citra tubuh
(D.0087)
c) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan neuromuskuler (D.0119)
d) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111)
e) Resiko jatuh berhubungan dengan kelemahan anggota gerak (D.0143)
Klien 2
Perencanaan Keperawatan
Tabel 3.14 Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan
1 Gangguan mobilitas Setelah di lakukan 1.1 Kaji kemampuan klien
fisik berhubungan tindakan selama 3x23 jam dalam melakukan
dengan diharapkan gangguan mobilisasi
mobilitas fisik tidak 1.2 Latih klien dalam
memburuk, dengan melakukan activity daily
kriteria hasil : living
1. Klien meningkat 1.3 Dampingi dan bantu klien
dalam aktifitas fisik saat mobilisasi.
2. Memperagakan 1.4 Latih rentang gerak / ROM
penggunaan alat 1.5 Berikan alat bantu jika
bantu untuk klien memerlukan
mobilisasi 1.6 Ajarkan klien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
2 Harga diri rendah Setelah di lakukan tindakan 2.1 Kaji alasan-alasan untuk
berhubungan dengan selama 2x24 jam di harapkan
mengkritik atau
Harga diri meningkat dengan menyalahkan diri sendiri.
kriteria hasil:
2.2 Monitor frekuensi
1. Mengungkapkan
penerimaan diri komunikasi verbal pasien
2. Komunikasi terbuka yang negative.
2.3 Dorong pasien
mengidentifikasi kekuatan
dirinya
2.4 Ajarkan kererampilan
bermain perilaku yang
positif memalui bermain
peran, model peran,
diskusi.
2.5 Kolaborasi dengan sumber-
sumber lain (petugas dinas
sosial, perawat spesialis
klinis, dan layanan
keagamaan).
Implementasi Keperawatan
Tabel 3.14 Hasil Implementasi Keperawatan
Klien 1
Waktu Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Evaluasi
Hari : selasa 1.1 Menilai kemampuan klien Klien dapat mobilisasi
tanggal : 16-04-2019 dalam mobilisasi. dengan bantuan benda-
Jam : 08.30 benda di sekitar
Klien mengatakan
1.5 menyediakan alat bantu jika menggunakan kursi roda
klien memerlukan jika ingin berpergian ke
masjid
Klien mengerti
1.6 menjelaskan kepada klien bagaimana cara merubah
bagaimana merubah posisi dan posisi.
berikan bantuan jika
diperlukan
2.1 menyanyakan alasan- Klien mengatakan malu
alasan untuk mengkritik ketika saat berjalan
atau menyalahkan diri
sendiri
Klien mengatakan bahwa
2.3 mendorong klien klien bisa melakukan
mengidentifikasi kekuatan ADL dengan mandiri
dirinya
Klien terlihat berbicara
3.1 menilai kemampuan dalam dengan sedikit tidak jelas
berbicara
Klien senang jika ada
3.4 mendengarkan dengan penuh yang bisa mendengarkan
perhatian ceritanya
Klien mengatakan
4.2 memberitahu tanda dan gejala mengalami tanda dan
yang muncul pada penyakit gejala yang telah di
sebutkan oleh mahasiswa
Mahasiswa member
3.3 memberikan pujian positif pujian kepada klien
karena masih bisa
elakukan ADL dengan
mandiri
Klien 2
Waktu pelaksanaan Tindakan Keperawatan Evaluasi
Hari : selasa 1.1 Menilai kemampuan klien Klien dapat mobilisasi
tanggal : 16-04-2019 dalam mobilisasi. dengan bantuan benda-
Jam : 11.30 benda di sekitar
Evaluasi keperawatan
Tabel 3.15 Evaluasi Keperawatan
Klien 1
Hari/ Diagnosa Catatan Perkembangan
Tanggal Keperawatan
Selasa, 16 Gangguan mobilitas fisik S : klien mengatakan masih susah
April berhubungan dengan menggerakan tangan kirinya
2019 penurunan kekuatan otot O:klien terlihat susah menggerakan
(D.0054) tangan kirinya
A: masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
1.2 Latih klien dalam melakukan
activity daily living
1.3 Dampingi dan bantu klien saat
mobilisasi
1.4 Latih rentang gerak / ROM
1.5 Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
1.6 Ajarkan klien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan.
Kamis, 18 April Gangguan mobilitas fisik S : klien mengatakan masih sulit untuk
2019 berhubungan dengan menggerakan telapak tangan sebelah
penurunan kekuatan otot kanan
(D.0054) O:klien terlihat susah menggerakan
tangan kanannya
A: masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
1.2 Latih klien dalam melakukan
activity daily living
1.3 Dampingi dan bantu klien saat
mobilisasi
1.4 Latih rentang gerak / ROM
1.5 Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
1.6 Ajarkan klien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan.
Klien
2 Hari/ Diagnosa Catatan Perkembangan
tanggal Keperawatan
Selasa, 15 Gangguan mobilitas fisik S : klien mengatakan tangan sebelah
April berhubungan dengan kirinya lebih lemah dari pada tangan
2019 penurunan kekuatan otot kirinya
(D.0054) O:tanga sebelah kirinya terlihat lemah
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1.2 Latih klien dalam melakukan activity
daily living
1.3 Dampingi dan bantu klien saat
mobilisasi
1.4 Latih rentang gerak / ROM
1.5 Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
3.2 Pembahasan
Otot
anggota gerak yang mengalami kelemahan, klien mengatakan tidak dapat berjalan
lama, kekuatan otot menurun dan di bantu oleh mahasiswa saat berjalan jauh.
damping dan bantu klien saat mobilisasi, dan memberikan alat bantu jika klien
memerlukan.
Data tersebut sesuai dengan teori menurut (Amin,2015), gejala yang timbul
karena Stroke yaitu mengalami kelemahan dan kelumpuhan, tiba-tiba hilang rasa
kepekaan, bicara pelo atau cadel, gangguan bicara, gangguan penglihatan, mulut
mencong atau tidak simetris kletika menyeringai, gangguan daya ingat, nyeri
bebas dan lipid peroksidase yang mempunyai efek merusak terhadap struktur otak
dan fungsinya. Hal ini yang menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan otot
neurologik yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat.
Pasien dengan stroke sering mengalami gangguan fungsi motorik dan sensorik
seperti kesulitan saat berjalan karena mengalami gangguan pada kekuatan otot,
gerakan ROM setiap hari setelah solat subuh. Penulis berasumsi bahwa Stroke
Tubuh
Saat pengkajian pada klien 1 didapatkan data klien mengatakan malu jika
ada orang yang melihat klien berjalan, klien mengatakan malu jika ada yang
membantu dirinya dan klien terlihat hanya menunduk saat berjalan. Setelah di
Data tersebut sesuai dengan teori menurut (zarmi, 2017), akibat dari
dirinya cacat dan kecacatan ini menyebabkan citra diri terganggu, merasa tidak
mengganggu fungsi peran pasien. Hal ini menggambarkan bahwa pasien stroke
kanan dan kiri Pudiastuti (2011). Selain mengalami gangguan fisik pasien stroke
juga secara psikologis mengalami suatu “kehilangan” yang sangat besar dan
2015).
Saat dievaluasi pada hari terkhir klien mengatakan sudah tidak merasa malu
lagi ketika berjalan keluar kamar, dan terlihat sudah mulai merasa percaya diri.
Berdasarkan data yang didapat penulis berasumsi bahwa terjadinya harga diri
dengan pelan dan jelas, klien terlihat berbicara dengan pelan dan jelas, klien
Data tersebut sesuai dengan teori menurut (Amin,2015), gejalan yang timbul
karena Stroke yaitu mengalami kelemahan dan kelumpuhan, tiba-tiba hilang rasa
kepekaan, bicara pelo atau cadel, gangguan bicara, gangguan penglihatan, mulut
mencong atau tidak simetris kletika menyeringai, gangguan daya ingat, nyeri
suara dalam berbicara, maka di perlukan latihan bicara yang dapat meningkatkan
Saat dievaluasi pada hari terakhir klien mengatakan sudah bisa berbicara
dengan pelan dan jelas, mulai banyak berbicara dengan orang dan klien masih
berbicara dengan cadel atau pelo. Berdasarkan data yang di dapat penulis
Informasi
tau apa yang harus di lakukan dengan penyakitnya, klien terlihat sering bertanya
seperti memberitau tanda dan gejala yang muncul pada penyakitnya, menjelaskan
tentang penyakit yang dialami dengan cara yang tepat, dan menyediakan
Defisit pengetahuan klien dipicu oleh tingkat pendidikan yang rendah, faktor
usia, hal ini menurut penelitian (Putro,2012), pasien stroke akan menimbulkan
dampak secara langsung pada penderita seperti pengetahuan, sikap, presepsi,
motivasi, iat, referensi dan sosial budaya. Pendidikan kesehatan yang diberikan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
pengetahuan juga dipengaruhi oleh media massa, lingkungan usia, sosial budaya,
dan ekonomi.
penyakitnya dan klien terlihat tau apa yang harus dilakukan dengan penyakitnya.
dan kemampuan berjalan pasien lemah serta skor skala pada klien 1 adalah 75
dan klien 2 adalah 60, setelah dilakukan tindakan keperawatan seperti menilai
perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh, menyarankan klien untu
menggunakan tongkat atau alat bantu berjalan dan mengamati kemampuan klien
Data tersebut sesuai dengan teori Deniro (2017) usia tua akan mengalami
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Pasca Stroke di
Panti Tresna Werdha NIrwana Puri Samarinda Kalimantan Timur di wisma Wijaya
Kusuma dan wisma Tulip tahun 2019, penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai
berikut :
Hasil pengkajian yang di dapatkan dari kedua kasus menunjukkan adanya tanda dan
gejala yang sama oleh kedua klien. Umumnya keluhan yang di rasakan klien 1
dirasakan juga oleh klien 2. Tanda dan gjala yang muncul dan dirasakan oleh kedua
klien yaitu adanya kelemahan otot pada ekstermitas, susah menggerakan anggota
tubuh, dan adanya kekakuan pada anggota tubuh. Hal ini menunjukan jika seseorang
terdiagnosa Stroke memiliki kemungkinan akan timbul masalah dan keluhan yang
Namun ada satu diagnosa yang berbeda di antara kedua klien. Kedua klien sama-sama
derita oeh klien kedua , diagnosa itu adalah harga diri rendah situasional
mobilitas fisik, defisit pengetahuan, dan resiko jatuh. Dari diagnose yang
sama tersebut tidak ditemukan intervensi yang berbeda antara klien 1 dan
rencana yang dibuat dan penulis tidak menemukan adanya perbedaan antara
Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada kedua kasus di lakukan
selama 4 hari perawatan oleh penulis. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh
penulis pada kedua klien menunjukan tanda dan gejala yang sama. Kedua
setelah di lakukan ROM. Kedua klien mendapat diagnose yang sama, namun
yang membedakan pada klien 1 terdapat diagnosa harga diri rendah
4.2 Saran
1. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda diharapkan adanya
perhatian khusus seperti penyedian pegangan pada sekitar dinding agar dapat
mempermudah klien dan mencegah klien dari jatuh dan sebaiknya pada lansia
motivasi dan dorongan serta perawat lebih aktif dalam menggali sisi positif
3. Untuk peneliti selanjutnya, di harapkan karya tulis ilmiah ini dapat menjadi
Daya, DA. (2017). Pengaruh Terapi Aktif Menggenggam Bola Karet Terhadap
Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Wiliyah Kerja
Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta.
Dinarti dan Yuli Mulyani (2017). Dokumentasi Keperawatan.
http://www.kemkes.go .idpusdiksmdk/wp-
content/uploads/2017/11/praktika-dokumen-keperawatn-dafis.pdf. diunduh
pada 11 desember 2018.
Lukman dan Nurma Ningsih (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Prok, W dkk (2016). Pengarh Latihan Gerak Aktif Menggenggam Bola Pada
Pasien Stroke. Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016.
Suryanti SS. (2011). 14 Penyakit Yang Sering Menyerang Dan Sangat Mematikan.
Jakarta: flash book.