Professional Documents
Culture Documents
Ske 1 Blok 21
Ske 1 Blok 21
Ekspektorasi darah dapat terjadi akibat infeksi tuberkulosis yang masih aktif ataupun
akibat kelainan yang ditimbulkan akibat penyakit tuberkulosis yang telah sembuh.
Susunan parenkim paru dan pembuluh darahnya dirusak oleh penyakit ini sehingga
terjadi bronkiektasi dengan hipervaskularisasi, pelebaran pembuluh darah bronkial,
anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmoner.
Penyakit tuberkulosis juga dapat mengakibatkan timbulnya kaviti dan terjadi pneumonitis
tuberkulosis akut yang dapat menyebabkan ulserasi bronkus disertai nekrosis pembuluh
darah di sekitarnya dan alveoli bagian distal. Pecahnya pembuluh darah tersebut
mengakibatkan ekspektorasi darah dalam dahak, ataupun hemoptisis masif.
Ruptur aneurisma Rassmussen telah diketahui sebagai penyebab hemoptisis masif pada
penderita tuberkulosis ataupun pada bekas penderita tuberkulosis. Kematian akibat
hemoptisis masif pada penderita tuberkulosis berkisar antara 5-7%. Pada pemeriksaan
postmortem, ternyata pada penderita tersebut ditemukan ruptur aneurisma arteri
pulmoner. Umumnya pada penderita yang meninggal tersebut, terjadi ruptur pada bagian
arteri pulmoner yang mengalami pelebaran akibat inflamasi pada kaviti . Hal tersebut
dapat terjadi karena keterlibatan infeksi tuberkulosis pada tunika adventisia atau media
pembuluh darah namun juga akibat proses destruksi dari inflamasi lokal. Hemoptisis
masif juga dapat terjadi pada bekas penderita tuberkulosis. Hal tersebut dapat terjadi
akibat erosi lesi kalsifikasi pada arteri bronkial sehingga terjadi hemoptisis masif. Selain
itu ekspektorasi bronkolit juga dapat menyebabkan hemoptisis
2. Mengapa pasien mengeluhkan demam naik turun dengan keringat pada malam hari, bb
dan nafsu makan turun?
- Keringat malam hari
https://vdokumen.com/patofisiologi-tb-paru-2.html
- Demam
Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan mennyebar ke
bagian tubuh lain melalui peredaran darah, pembuluh limfe atau organ yang terdekat.
Sistem kekebalan tubuh akan merespon dengan reaksi inflamasi. Neutrofil dan
makrofag melakukan fagositosis (menelan bakteri), limfosit menghancurkan basil dan
jaringan normal. Masa infeksi awal setelah bakteri masuk akan timbul dalam waktu
2-10 minggu. Granuloma berubah bentuk menjadi jaringan fibrosa. Makrofag dan
bakteri akan menjadi nekrotik dan selanjutnya akan berbentuk necrotizing caseosa.
Yang akhirnya membentuk jaringan kolagen dan bakteri menjadi nonaktif. Setelah
infeksi jika respon imun tidak adekuat maka penyakit akan lebih parah dan mengubah
bakteri nonaktif kembali aktif. Proses ini akan berjalan terus dan basil akan terus
difagosit atau berkembang biak di dalam sel.
Akibatnya, asupan nutrisi penderita TBC bisa tidak tercukupi dengan baik sehingga
bisa kehilangan berat badan secara cepat dalam waktu singkat.
3. Bagaimana hubungan riwayat batuk 2 bulan yang lalu dengan batuk berdarah saat ini?
4. Bagaimana hubungan keluhan pasien dengan RPD pasien pernah TB dan mendapatkan
pengobatan 6 tahun yang lalu dan dusah dikatakan sembuh?
Reaktivasi (sekunder atau postprimer) TB dihubungkan dengan likuifaksi dan ruptur
granuloma ke sistem bronkoalveolar dan vaskular, yang menyebabkan penyebaran
mikroba. Pada lansia terdapat penurunan respon sel T dan peningkatan risiko infeksi oleh
pathogen intraseluler, termasuk M.Tb. Sekitar 90% kasus TB menyerang lansia
disebabkan oleh proses reaktivasi (Thomas & Rajogapalan, 2011).
Terdapat kesulitan dalam dalam memastikan diagnosa TB pada lansia, salah satu
alasannya adalah sulitnya mengunjungi fasilitas kesehatan untuk menegakkan diagnosa.
Lebih jauh lagi, pasien lansia sulit untuk menjalani terapi TB secara tuntas, kurangnya
kesadaran terhadap kesehatannya, dan tidak mengerti tingkat keparahan penyakit.Sulitnya
menjalani terapi TB lebih karena efek samping obat dan ini menjadi masalah buat
paramedis dalam memberikan terapi TB pada lansia. Pasien lansia merupakan salah satu
populasi yang rentan terhadap terjadinya TB resisten obat (Bele et al., 2014).
5. Bagaimana hubungan pekerjaan dengan keluhan pasien?
Faktor sosial ekonomi
Faktor yang snagat mempengaruhi adalah keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan
perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja yang buruk dapat memudahkan
penularan 2. Status gizi Tb. Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan Tb
karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat layak dengan memenuhi
syarat-syarat kesehatan.
6. Bagaimana hubungan riwayat merokok dgn keluhan?
Merokok merupakan salah satu faktor risiko bermakna, jika dihubungkan dengan umur
lanjut. Merokok dan durasi merokok meningkatkan kecurigaan infeksi TB (H. Zhang et
al., 2017). Merokok dapat merubah fungsi normal makrofag di alveolus dan imunologi
host yang dapat meningkatkan risiko infeksi TB (Prihanti et al., 2015). Padrao et al
mencoba meneliti jumlah rokok yang dikonsumsi dan dihubungkan dengan risiko TB.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsumsi rokok 20 batang/hari berisiko untuk
infeksi TB, namun hasil ini bermakna pada lakilaki usia ≤45 tahun (Padrão, Oliveira,
Felgueiras, Gaio, & Duarte, 2018). Merokok berhubungan pula dengan derajat keparahan
TB dan memiliki kecenderungan apusan BTA positif. 16,7% gagal terapi OAT pada
kelompok merokok (Leung et al., 2015). Hasil penelitian sebelumnya di Indonesia,
menemukan hal yang berbeda, yakni hubungan antara rokok dan kejadian paru tidak
begitu bermakna (Sahiratmadja & Nagelkerke, 2011).
7. Bagaimana hubungan istri pasien yang meninggal krn penyakit paru?
kontak erat dengan penderita TB merupakan salah satu faktor penularan untuk terjadinya
TB. Kontak dengan penderita TB memungkinkan risiko penularan TB melalui droplet.
Wijayanto mendapatkan hubungan antara riwayat kontak erat penderita TB dengan TB
paru pada pasien DM tipe 2 dengan subjek yang kontak dengan penderita TB berisiko 3,2
kali lebih besar (aOR 3,2;95% CI: 0,538-3,164 ).
8. Bagaimana hubungan tempat tinggal pasien dengan keluhannya?
TB paru merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang di tularkan melalui
udara. Keadaan b mempengaruhi penyebaran Tb erbagai lingkungan yang dap at paru
salah satunya adalah lingkunga n yang kumuh,kotor. Penderita Tb Paru lebih banyak
terdapat pada masyarakat yang menetap pada lingkungan yang kumuh dan kotor
Tempat tinggal perkotaan dilaporkan sebagai faktor terkait/risiko untuk pengembangan
kondisi komorbiditas TBDM. Ini mungkin karena kondisi hidup yang penuh sesak,
kurang aktivitas fisik dan konsumsi makanan kaya kalori tinggi di antara penduduk di
daerah perkotaan. Selain itu, warga kota memiliki akses yang lebih baik untuk diagnosis
TB dan DM.
9. Bagaimana hungan dengan usia?
TB paru lebih besar pada kelompok usia produktif dan lansia yang dihubungkan dengan
proses menua dan terjadi penurunan seluruh fungsi organ sehingga kemampuan untuk
melawan kuman M.TB melemah (Andayani & Astuti, 2017). Dari kementerian kesehatan
dipaparkan bahwa kelompok yang paling rentan tertular TB adalah keompok usia dewasa
yang juga merupakan kelompok usia produktif
Pada pemeriksaan GCS, respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu:
Fremitus mengacu pada getaran getaran yang dapat dirasakan melalui dada dengan
palpasi. Untuk menilai fremitus taktil, minta pasien untuk mengatakan "99" atau
"bulan biru". Peningkatan fremitus dapat menunjukkan kompresi atau konsolidasi
jaringan paru-paru, seperti yang terjadi pada pneumonia.
Konsolidasi paru adalah suatu temuan pada gambaran rontgen dada (thorax) berupa gambaran
bercak berawan pada lapang paru. Konsolidasi terjadi ketika udara yang biasanya mengisi
saluran udara kecil di paru-paru digantikan dengan sesuatu yang lain. Tergantung pada
penyebabnya, udara dapat diganti dengan:
- Suara ronkhi
ronkhi merupakan suara napas tambahan yang bernada rendah yang terjadi akibat
adanya penyumbatan jalan napas biasanya akibat adanya lendir. Ronkhi dapat
terjadu pada inspirasi (saat mengambil napas) maupun ekspirasi. Ronkhi sendiri
terdiri dari 2 jenis yaitu ronkhi basah dan ronkhi kering.
1. Ronki kering, merupakan bunyi yang terputus, terjadi oleh getaran dalam lumen saluran
nafas akibat penyempitan. Kelainan ini terjadi pada mukosa atau adanya sekret yang
kental dan lengket. Terdengar lebih jelas pada ekspirasi walaupun pada inspirasi sering
terdengar juga. Suara ini dapat terdengar di semua bagian bronkus, makin kecil diameter
lumen, makin tinggi dan makin keras nadanya. Wheezing merupakan ronki kering yang
tinggi nadanya dan panjang yang biasa terdengar pada serangan asma.
2. Ronki basah. Ronki basah sering juga disebut dengan suara krekels (crackles) atau rales.
Ronki basah merupakan suara berisik dan terputus akibat aliran udara yang melewati
cairan. Ronki basah halus, sedang atau kasar tergantung pada besarnya bronkus yang
terkena dan umumnya terdengar pada inspirasi. Ronki basah halus biasanya terdapat pada
bronkiale, sedangkan yang lebih halus lagi berasal dari alveolus yang sering disebut
krepitasi, akibat terbukanya alveoli pada akhir inspirasi. Sifat ronki basah ini dapat
nyaring (infiltrat)atau tidak nyaring (pada edema paru). Krekel dapat dihilangkan dengan
batuk, tapi mungkin juga tidak. Krekels mencerminkan inflamasi atau kongesti yang
mendasarinya dan sering timbul pada kondisi seperti pneumonia,bronkitis, gagal jantung
kongesti, bronkiektasis, dan fibrosis pulmonal serta khas pada pneumonia dan interstitial
atau fibrosis.Timing (waktu) ronkhi ini sangat penting. Ronki inspirasi awal menunjukan
kemungkinan penyakit pada jalan napas kecil, dan khas untuk hambatan jalan napas
kronis. Ronki lainnya terdengar pada inspirasi awal dan bersifat kasar sedang. Ronki
berbeda dengan yang terdengar pada gagal ventrikel kiri yang terjadi di akhir siklus
pernapasan.
TBC laten
Fase laten terjadi ketika tubuh sudah didiami bakteri TB namun sistem kekebalan tubuh
sedang baik, sehingga sel darah putih dapat melawan bakteri.
Dengan demikian, bakteri tidak menyerang dan tubuh tidak terinfeksi TBC. Anda pun
tidak mengalami gejala-gejala penyakit TBC dan tidak berpotensi menulari orang lain.
Meski begitu, bakteri dapat aktif dan menyerang Anda kembali sewaktu-waktu,
terutama saat sistem kekebalan tubuh sedang melemah.
Meskipun dalam kondisi laten, Anda sebaiknya tetap memeriksakan diri ke dokter guna
mendapatkan pengobatan tuberkulosis. Apabila seseorang yang sedang berada pada
fase TBC laten tidak mendapatkan pengobatan, maka ia berisiko lebih tinggi untuk
mengalami infeksi TB aktif.
Begitu pula jika penderita TB laten memiliki kondisi medis lain, seperti kekurangan
gizi (malnutrisi), aktif merokok, diabetes, atau infeksi HIV.
TBC aktif
TBC aktif adalah kondisi ketika seseorang sudah menderita penyakit TBC. Pada tahap
ini, bakteri TBC dalam tubuh telah aktif sehingga penderitanya mengalami gejala-gejala
penyakit tuberkulosis. Penderita TBC aktif inilah yang bisa menularkan penyakit TBC
pada orang lain.
Oleh karena itu, penderita TBC aktif disarankan untuk mengenakan masker, menutup
mulut ketika batuk atau bersin, dan tidak meludah sembarangan.
Penderita TBC aktif juga perlu mendapatkan pengobatan TBC. Pengobatan ini perlu
dilakukan secara rutin selama minimal 6 bulan. Pengobatan yang tidak selesai atau
berhenti di tengah jalan dapat mengakibatkan kekebalan bakteri terhadap obat TB, atau
disebut juga TB MDR.