Professional Documents
Culture Documents
HENDRA H (Anyar) 2 PDF
HENDRA H (Anyar) 2 PDF
Hendra Herdiansyah
KABUPATEN GARUT
2021
DAFTAR ISI
37
2.3. Kerangka Konsep...........................................................................
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan manusia, individu bisa saja merasakan sehat maupun sakit.
Sehat adalah keadaan dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan
(lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi). Sedangkan sakit adalah proses dimana
perlu kesiapan emosianal yang kuat terhadap segala bentuk prosedur pembedahan.
baik fisik maupun psikologis. Salah satu respon psikologis adalah cemas. Kecemasan
pre operasi merupakan suatu respons antisipasi terhadap suatu pengalaman yang
dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup,
integritas tubuh atau bahkan kehidupannya itu sendiri (Brunner & Suddarth, 2002).
terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama
berulang-ulang kali, sulit tidur dan sering berkemih. Kecemasan yang dialami pasien
mempunyai bermacam- macam alasan diantaranya adalah : cemas menghadapi
ruangan operasi dan peralatan operasi, cemas menghadapi body image yang berupa
cacat anggota tubuh, cemas dan takut 2 mati saat di bius, cemas bila operasi gagal,
kecemasan berat terpaksa menunda jadwal operasi karena pasien merasa belum siap
mental menghadapi operasi. Sehingga perlu mekanisme koping yang dapat membantu
pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti berdoa,
adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, dan faktor pendukung seperti
usia yang dewasa, pendidikan yang baik yang berhubungan dengan pengetahuan
tentang penyakitnya, dan status ekonomi merupakan salah satu faktor yang berperan
besar dalam persiapan operasi. Dimana kebutuhan uang yang cukup akan mengurangi
kecemasan pasien dalam menghadapi operasi yang akan dilaksanakan (P. Rini, 2015).
Menurut Gill (2018), adanya kecemasan bisa saja terjadi setelah operasi
karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan jiwa seseorang (Taryana,
2015).
Suatu penelitian menyebutkan bahwa 80% dari pasien yang akan menjalani
90% pasien pre operatif berpotensi mengalami kecemasan (Yeremia, 2011). Dalam
peneltian yang di lakukan oleh P. Rini (2012) terdapat beberapa penelitian tentang
tingkat kecemasan pada pasien pre operasi, seperti penelitian yang dilakukan oleh
Makmur et.al (2007), responden dalam tingkat kecemasan berat sebanyak 7 orang
(17,5%), 16 orang (40%) yang memiliki tingkat kecemasan kategori sedang, 15 orang
(37,5%) dalam kategori ringan dan responden yang tidak merasa cemas sebanyak 2
orang (5%) dan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2009), RSUD Dr. Soeraji
Tirto Negoro Klaten Jawa Tengah ditemukan bahwa 20 (64,5%) pasien mengalami
cemas ringan dan 11 (35,5%) mengalami cemas berat. Sedikit berbeda dengan hasil
terdapat 30% pasien yang mengalami cemas ringan, 30% pasien yang mengalami
cemas berat, dan 10% lagi dilakukan pembatalan operasi karena pasien mengalami
cemas atau stress berat. Di RSUD Soekarjo tasikmalaya didapatkan hasil penelitian
penelitian dilakukan pada pasien pre operatif kanker payudara S. Guntari (2016),
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian kecil tidak mengalami kecemasan (10%),
(30%) dan sedang (43.33%). Sedangkan penelitian yang dilakukan terhadap pasien
pre operatif hernia di RSUD dr Slamet garut Eva Dewi Stiawati (2018), menunjukkan
emosional yang tidak menyenangkan, penuh kekhawatiran, suatu rasa takut yang tak
terekspresikan dan tidak terarah karena sumber ancaman atau pikiran sesuatu yang
akan datang tidak jelas dan tidak teridentifikasi, (Kaplan. 2002). Dampak dari
kecemasan bisa secara fisik, emosi dan perilaku yang dialami oleh pasien, biasanya
ditampilkan dalam bentuk perilaku selalu bertanya-tanya pada perawat dan minta
pulang paksa, minta alih rawat ke rumah sakit lain, sulit untuk mengambil keputusan
Penurunan rasa cemas dan takut merupakan hal yang sangat penting selama
masa preoperatif karena stress emosional di tambah dengan stress fisik meningkatkan
Operasi mayor biasanya membawa beberapa derajat resiko bagi pasien yang
menjalaninya seperti adanya bagian tubuh yang hilang sehingga akan terjadi
kecacatan dan perubahan bentuk tubuh. Resiko tinggi ini menimbulkan dampak atau
pengaruh psikologis pada pasien pre operasi, pengaruh psikologis terhadap tindakan
dan kecemasan yang umum diantaranya takut anastesinya (tidak bangun lagi), takut
nyeri akibat luka operasi, takut terjadi perubahan fisik menjadi buruk atau tidak
dianggap sebagai ancaman atau membahayakan individu itu sendiri. Jika perasaan
cemas yang dialami sesorang berlebihan maka dapat menggangu sebagian sistem
tubuh dan dapat membahayakan orang tersebut. Umumnya individu akan merasa
cemas ketika akan menjalani tindakan medis karena tindakan medis merupakan
individu tersebut. Apabila seseorang atau individu yang akan menjalani tindakan
medis seperti pembedahan maka kecemasan yang dialaminya harus ditangani terlebih
fase preoperaif, fase intra operatif, maupun fase postoperatif. Konseling pre operatif
akan membantu mengurangi rasa cemas dan takut akibat ketidak tahuan klien dan
penelitian dengan topik Literatur review Gambaran tingkat kecemasan pasien pre
penelitian ini adalah Literatur review Gambaran tingkat kecemasan pasien pre
RSU Nurhayati.
holistik.
1.4.2. Manfaat Secara Praktis
a. Bagi Perawat
pasien.
c. Bagi Pendidikan
selanjutnya.
BAB II
kecemasan (anxiety) merupakan reaksi yang pertama timbul pada sistem syaraf
otonom, meliputi peningkatan frekuensi nadi dan respirasi, pergeseran tekanan darah
dan suhu, relaksasi otot polos pada kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab.
individu dan dapat meliputi menarik diri, membisu, mengumpat, mengeluh dan
psikofisiologis yang timbul sebagai antisipasi bahaya yang tidak nyata atau khayalan,
tampaknya disebabkan oleh konflik intrapsikis yang tidak disadari secara langsung
(Dorland, 2010).
Ansietas adalah suatu perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang disebabkan
oleh antisipasi bahaya dan merupakan sinyal yang membantu individu untuk bersiap
mengambil tindakan menghadapi ancaman. Pengaruh tuntutan, persaingan, serta
bencana yang terjadi dalam kehidupan dapat membawa dampak terhadap kesehatan
fisik dan psikologi. Salah satu dampak psikologis yaitu ansietas atau kecemasan
(Sutejo, 2018).
Kecemasan bersifat kompleks dan abstrak seperti yang telah ditulis oleh Freud
(mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan
penilaian itu. Ketakutan diakibatkan oleh paparan fisik maupun psikologis terhadap
emosi ini dibedakan dalam ucapan yaitu kita mengatakan memiliki rasa takut tetapi
menjadi cemas. Inti permasalahan dalam suatu bentuk kecemasan adalah pada
keberadaan diri (selfhood), self-esteem (harga diri), atau pada identitas diri,
Kecemasan dapat terjadi pada orang yang takut mendapatkan hukuman, celaan,
penolakan cinta, gangguan hubungan, isolasi, atau kehilangan fungsi tubuh. (Stuard,
peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, susah tidur, mual dan
meliputi rasa lelah, mudah tersinggung, merasa perlu bantuan, menangis dan depresi.
bemasalah, dapat mengintegrasikan pengalaman masa lalu, saat ini dan yang akan
datang. Perasaan relatif aman dan nyaman. Tanda-tanda vital normal, ketegangan otot
minimal. Pupil normal atau kontriksi. Pada tingkat ini dapat memotivasi belajar dan
Pada kecemasan sedang, persepsi sempit dan terfokus pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah,
Pandangan pengalaman pada saat ini berkaitan dengan masa lalu. Mungkin
mengabaikan kejadian dalam situasi tertentu; kesulitan dalam beradaptasi dan
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terkini dan spesifik dan tidak dapat
berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu
berkonsentrasi. Pandangan pengalaman saat ini dikaitkan pada masa lalu. Hampir
tidak mampu mengerti situasi yang dihadapi saat ini. Tanda-tanda vital meningkat,
diaphoresis, ingin kencing, nafsu makan turun, pupil dilatasi, otot-otot tegang,
pucat, tekanan darah menurun, hipotensi, koordinasi otot-otot lemah, nyeri, sensasi
pendengaran minimal. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan dan
jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat
(Chitty,2007). Kesadaran diri juga penting untuk mencegah perawat larut dalam
nonverbalnya. Ini sangat berguna dalam menentukan adanya kecemasan dan untuk
2009). Instrumen lain yang dapat digunakan untuk mengukur skala kecemasan adalah
Hamilton anxiet Rating Scale (HARS) yaitu mengukur aspek kognitif dan afektif
Perasaan cemas, ditandai dengan : Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,
mudah tersinggung.
Ketegangan yang ditandai oleh : Merasa tegang, lesu, tidak dapat istirahat tenang,
ketakutan pada orang asing, ketakutan pada binatang besar, ketakutan pada keramaian
nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi-mimpi, mimpi buruk, mimpi yang menakutkan.
Gangguan kecerdasan ditandai oleh : Sukar konsentrasi, daya ingat buruk, daya ingat
menurun.
Perasaan depresi ditandai oleh : Kehilangan minat, sedih, bangun dini hari, kurangnya
Gejala somatik ditandai oleh : Nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi gemeretak,
Gejala Sensorik ditandai oleh : Tinitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat,
nadi mengeras, rasa lemas seperti mau pingsan, detak jantung hilang sekejap.
Gejala pernafasan ditandai oleh : Rasa tertekan atau sempit di dada, perasaan
11) Gejala Gastrointestinal ditandai oleh : Sulit menelan, mual, perut melilit,
gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum atau sesudah makan, rasa panas di
perut, perut terasa kembung atau penuh, muntah, defekasi lembek, berat badan
amenorrhoe, menorrhagia, masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid
beberapa kali dalam sebulan, frigiditas, ejakulasi prekok, ereksi melemah, ereksi
hilang, impoten.
Gejala Otonom ditandai oleh : Mulut kering, muka merah kering, mudah
berkeringat, pusing, sakit kepala, kepala terasa berat, bulu - bulu berdiri.
Perilaku sewaktu wawancara, ditandai oleh : Gelisah, tidak tenang, jari gemetar,
mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat, nafas pendek dan
Cara penilaian :
respon kecemasan pada individu, faktor-faktor tersebut adalah usia, jenis kelamin,
a. Usia
2005 ).
b. Jenis Kelamin
Di antara kaum pria dan kaum wanita terhadap stress yang sangat
dan depresi jika gagal dalam mencapai sasaran yang telah ditargetkan,
dan pria pun dapat semakin putus asa ketika berpikir dirinya sudah
c. Pekerjaan
Goliszek, 2005 ).
d. Pendidikan
).
dijadikan karakteristik bukan suatu sub variabel yang harus diteliti, disini peneliti
memberikan efek yang baik terhadap stressor kecemasan seperti yang dikatakan
kecemasan pasien. Dengan kata lain adanya pendidikan tersebut diharapkan dapat
dilakukan dengan pendidikan baik formal maupaun non formal dari pihak rumah
sakit.
2.2. Konsep Keperawatan Perioperatif
pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase
setiap fase tersebut dimuali dan diakhiri dalam waktu tertentu dalam urutan peristiwa
dan aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan
2010).
memberikan asuhan pada pasien yang mengalami pembedahan atau prosedur invasif
(AORN,2013).
pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup
tiga fase pengalaman pembedahan yaitu preoperative phase (fase pra operasi),
intraoperative phase (fase intraoperasi) dan post operative phase (fase pasca operasi).
Masing-masing fase ini dimulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu
pula dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-
masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yang
sehingga perawat perlu menetapkan strategi yang sesuai dengan kebutuhan individu
selama periode perioperatif (pre, intra, dan post operasi) (Muttaqin, 2009).
kamar operasi rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak
teknologi mutakhir telah mengarahkan kita pada penggunaan prosedur bedah yang
lebih kompleks dengan penggunaan teknik-teknik bedah mikro (micro surgery
techniques) atau penggunaan laser, peralatan by Pass yang lebih canggih dan
peralatan monitoring yang kebih sensitif. Kemajuan yang sama juga ditunjukkan
dalam bidang farmasi terkait dengan penggunaan obat-obatan anstesi kerja singkat,
sehingga pemulihan pasien akan berjalan lebih cepat. Kemajuan dalam bidang teknik
pembedahan dan teknik anastesi tentunya harus diikuti oleh peningkatan kemampuan
Perubahan tidak hanya terkait dengan hal-hal tersebut diatas. Namun juga
pemeriksaan dignostik dan persiapan praoperatif lain sebelum masuk rumah sakit.
Kemudian jika waktu pembedahannya telah tiba, maka pasien bisa langsung
pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup
tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu preoperative phase, intraoperative phase dan
post operative phase. Masing- masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir
pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman
bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang
luas yan dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan
memerlukan dukungan dari tim kesehatan lain yang berkompeten dalam perawatan
pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan
prima.
Fase pre operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi
bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas
pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara pra operatif dan menyiapkan
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi
bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini
psikologis selama induksi anstesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu
(recovery room) dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau
di rumah. Lingkup aktivitas keperawaan mecakup renatang aktivitas yang luas selama
periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anstesi dan memantau
lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta
prosedur pra bedah, intra bedah, dan pasca bedah, serta persiapan pasien menjelang
langkah untuk setiap prosedur sehingga dapat membantu pasien dan keluarga
mengetahui apa yang akan dihadapinya kelak. Prosedur pra bedah diantaranya :
a. Informed consent
Izin tertulis yang dibuat secara sadar dan sukarela dari pasien
melindungi pasien terhadap pembedahan yang lalai dan melindungi ahli bedah
terhadap tuntutan dari suatu lembaga hukum (Brunner & Suddarth, 2002).
memberikan penjelasan yang jelas dan sederhana tentang apa yang akan
bagian tubuh juga tentang apa yang diperkirakan terjadi pada periode pasca
b. Prosedur invasive
jika dokter tidak memberikan penjelasan pada keluarga tentang peralatan yang
akan dipasangkan pada pasien, atau bagian tubuh mana yang akan dibalut, hal
drain, balutan, jalur intra vena, kateter atau NGT (Naso Gastric Tube) dapat
untuk melakukan hal tersebut. Posisi tidur yang benar setelah dioperasi perlu
terutama untuk melakukan latihan pernafasan seperti latihan napas dalam dan
selain itu untuk mencegah bradicardi dan hipotensi sebagai akibat dari
dapat melalui empat jalur yaitu : inhalasi. Intravena, intra muscular dan rectal.
anasthesi.
e. Persiapan intestinal
malam sebelum operasi dan mungkin diulang jika tidak efektif. Pembersihan
ini adalah untuk mencegah defekasi selama anasthesi atau untuk mencegah
fisik dan psikologis, dan memfasilitasi persiapan fisik dan psikologis selama masa pra
pembedahan (Lilis & Taylor, 2007; Rothrock, 2002). Keluarga perlu diberikan
kesempatan untuk mengungkapkan isi hati dan rasa takutnya terhadap tindakan
merupakan fungsi penting dari perawat dari fase pra bedah yang dapat mengurangi
rasa takut pasien dan keluarga. Mengetahui apa yang tidak diketahui oleh pasien dan
keluarga akan mengurangi rasa cemas dan takut sehingga dapat lebih meningkatkan
(Long, 2002).
Penurunan rasa cemas dan takut merupakan hal yang sangat penting selama
masa preoperatif karena stress emosional di tambah dengan stress fisik meningkatkan
secara benar
f. Klien mengatakan akan makan dan minum cukup untuk memenuhi kebutuhan
makannya.
Untuk mencapai tujuan diatas, maka perawat melakukan (lillis & taylor,
2007) :
kebutuhan klien
dan keluarga
hygiene, tidur dan istirahat, medikasi, instruksi khusus dan persiapan kulit (Baradero,
2009). Persiapan fisik dimaksudkan agar pasien mampu menghadapi prosedur bedah
situasi yang bemasalah, dapat mengintegrasikan pengalaman masa lalu, saat ini
dan yang akan datang. Perasaan relatif aman dan nyaman. Tanda-tanda vital
normal, ketegangan otot minimal. Pupil normal atau kontriksi. Pada tingkat ini
Pada kecemasan sedang, persepsi sempit dan terfokus pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain, namun dapat melakukan sesuatu yang
Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terkini dan spesifik
Bagan 2.1
Karakteristik
responden Kecemasan Tingkat kecemasan :
1. Usia Pasien
1. Tidak cemas
2. Jenis kelamin
2. Cemas berat
3. Pekerjaan
3. Cemas sedang
4. Pendidikan
4. Cemas ringan
2.3. Hipotesis
Ha :
Literatur review Gambaran tingkat kecemasan pasien pre operatif Di Instalasi Bedah
METODOLOGI PENELITIAN
metode pengumpulan data pustaka, atau penelitian yang objek penelitiannya digali
majalah, dan dokumen). Metode ini bertujuan untuk mendapatkan bukti kuat yang
berpikir secara ilmiah. Dalam penelitian ini penulis bermaksud melakukan telusuran
terhadap jurnal ilmiah yang telah di publikasikan melalui portal ; Perpusnas dan
Google Schoolar.
penelusuran artikel penelitian yang sudah terpublikasi. Jurnal yang digunakan dalam
berdasarkan judul penelitian Gambaran tingkat kecemasan pasien pre operatif. Artikel
yang ditemukan disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eklusi untuk dijadikan
menuliskan kata kunci dengan menggunakan : Kecemasan pasien pre operatif dan
Tabel 3.1
Kriteria Inklusi dan Eklusi
(2011-2021)
Language Penelitian yang Selain Bahasa Indonesia
dilaporkan dalam Bahasa atau Bahasa Inggris
Indonesia atau Bahasa
Inggris
Journal type Jurnal yang diakses full Jurnal yang diakses tidak
text pdf. full text pdf.
Penyusunan literature review ini dilaksanakan oleh peneliti pada bulan Januari-Agustus 2021.
Tabel 3.2
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Menetapkan masalah
2. Pengajuan judul
3. Penelusuran pustaka
4. Penyusunan proposal
penelitian
5. Seminar usulan
proposal
6. Perbaikan Proposal
7. Mengolah dan
menganalisis literatur
8. Penyusunan laporan
penelitian
9. Sidang skripsi
BAB IV
Berdasarkan hasil penelusuran di Google Scholar, dan pubmed dengan kata kunci
dlam bahasa Indonesia Gambaran tingkat kecemasan pasien pre operatif Di Instalasi
Bedah Sentral. Peneliti mengambil 4 jurnal yang memiliki fulltext untuk dianalisis yaitu
tema yang sama, tahun terbit artikel ≥ 2016 dan fulltext, kemudian dilakukan analisis
ringkasan. Hasil dari analisis tersebut disajikan dalam tabel berikut ini:
36
Tabel 4.1
Hasil Penelitian Artikel Untuk Di Telaah
1 Tingkat Kecemasan Untuk Desain Penelitian : Tingkat kecemasan Pada Pasien Google
Pada Pasien Pre mengidentifika Deskriptif, Sampel : 65 Pre Operasi di RSUD Scholar
Operasi di RSUD si tingkat responden pasien pre op, dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya
dr.Soekardjo Kota Pada Pasien 14-20 = Kecemasan 9
Tasikmalaya Pre Operasi di Intrumen :Kuesioner Ringan 21,4%
RSUD 21-27 = Kecemasan 21
Wawan Rismawan, dr.Soekardjo Sedang 50,0%
Fikri Muhammad Kota 28-41 = Kecemasan berat
Rizal, Anih Kurnia Tasikmalaya 42
(2019) 28,6%
35
Oleh: Mario Viligius operasi
Primus Hangga Mete
Zakkiyatus Zainiyah,
2015
Jumlah artikel yang dianalisis yaitu 4 artikel bahasa Indonesia, sesuai dengan hasil
Berdasarkan hasil analisis sesuai tabel 4.1 dari 4 artikel dapat digambarkan
mengenai tingkat kecemasan Pada Pasien Pre Oprasi, ditemukan pada hasil jurnal penelitian
Wawan Rismawan, Fikri Muhammad Rizal, Anih Kurnia (2019), hampir setengah
Viligius Primus Hangga Mete Zakkiyatus Zainiyah, (2015), ditemukan hampir sebagian
besar resoponden kecemasan ringan (77%). Pada Jurnal penelitian Nabhani , Yuli
hasil ada (90%) kecemasan ringan dan jurnal penelitian Pebriana Pane (2019), hampir
Hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa kecemasan Pasien Pre Oprasi Di Ruang
Bedah berbeda beda, hal ini dapat terjadi karena salah satunya faktor umur Hal itu sejalan
kecemasan salah satunya dapat dipengaruhi oleh usia. Mekanisme koping yang baik lebih
banyak diterapkan oleh seseorang dengan usia dan pola fikir yang matang dibandingkan
peristiwa kehidupan sehari hari. Individu akan berhati-hati dan waspada serta lahan persepsi
meluas, belajar menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Pada jurnal tersebut ditemukan
Pasien Pre Oprasi Di Ruang Bedah mengalami kecemasan ringan dan sedang. Kecemasan
ringan dialami Pasien Pre Oprasi Di Ruang Bedah karena merasa sudah aman dengan
lingkungan yang ada, sehingga merasa nyaman dengan perawatan dan penanganan selama
pase perioperatif. Informasi dari tenaga kesehatan merupakan faktor eksternal yang penting
i
bagi Pasien Pre Oprasi Di Ruang Bedah karena informasi yang diperoleh dapat
mempengaruhi tingkat Pasien Pre Oprasi Di Ruang Bedah dalam menghadapi operasi
(Sarifah, 2016).
perlu kesiapan emosianal yang kuat terhadap segala bentuk prosedur pembedahan.
baik fisik maupun psikologis. Salah satu respon psikologis adalah cemas.
pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya
dalam hidup, integritas tubuh atau bahkan kehidupannya itu sendiri (Brunner &
Suddarth, 2002).
yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian
yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Pada kecemasan sedang, Pasien
Pre Oprasi Di Ruang Bedah memusatkan perhatian kepada ketakutan pada pembedahan serta
dampaknya. Sehingga kondisi ini menyebabkan pasien cemas dalam kategori sedang.
terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama
berulang-ulang kali, sulit tidur dan sering berkemih. Kecemasan yang dialami pasien
ruangan operasi dan peralatan operasi, cemas menghadapi body image yang berupa
cacat anggota tubuh, cemas dan takut 2 mati saat di bius, cemas bila operasi gagal,
cemas masalah biaya yang membengkak. Beberapa pasien yang mengalami
kecemasan berat terpaksa menunda jadwal operasi karena pasien merasa belum siap
membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti
berdoa, adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, dan faktor pendukung
seperti usia yang dewasa, pendidikan yang baik yang berhubungan dengan
pengetahuan tentang penyakitnya, dan status ekonomi merupakan salah satu faktor
yang berperan besar dalam persiapan operasi. Dimana kebutuhan uang yang cukup
dilaksanakan (P. Rini, 2015). Menurut Gill (2018), adanya kecemasan bisa saja
karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan jiwa seseorang (Taryana,
2015).
Timbulnya kecemasan terjadi karena adanya factor faktor atau sumber yang
dianggap sebagai ancaman atau membahayakan individu itu sendiri. Jika perasaan
cemas yang dialami sesorang berlebihan maka dapat menggangu sebagian sistem
tubuh dan dapat membahayakan orang tersebut. Umumnya individu akan merasa
cemas ketika akan menjalani tindakan medis karena tindakan medis merupakan
individu tersebut. Apabila seseorang atau individu yang akan menjalani tindakan
medis seperti pembedahan maka kecemasan yang dialaminya harus ditangani
dapat menyangga efek stres prenatal dan telah terbukti mengurangi dampak kecemasan
prenatal dan gejala depresi pada sistem respons pasien. Aktivitas fisik juga dikaitkan dengan
5.1 Kesimpulan
Instalasi Bedah Sentral disimpulkan bahwa : Kecemasan hampir sebagian besar responden
berada pada kecemasan kategori ringan dan sedang dan sebagian kecil dari responden
5.2 Saran
Studi Literatur ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan pertimbangan
bagi petugas kesehatan, untuk terus meningkatkan promosi kesehatan dan membimbing
pasien pre operatif Di Instalasi Bedah Sentral dalam upaya mengatasi gangguan
mengenai faktor-faktor resiko lain yang dapat mempengaruhi gangguan psikologis pada
SKRIPSI
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Penelaah I Penelaah II
Sri Yekti Widadi, S.Kp., M.Kep Devi Ratnasari. S.Kep., Ners., M.Ke
DAFTAR PUSTAKA
Cipta
Brunner dan Suddarth. (2010) Buku ajar keperawatan Medikal bedah, alih bahasa
Kuncara, Y., DKK. Jakarta : EGC
Burns, Nancy dan Grove, Susan K. (2015) Understanding nursing research, 2nd ed.,
W.B Saunders co., Philadelphia
Chaplin, J. P.. 2016. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Chity, Kay K. (2018) Profesional nursing, concepts and challenge, 2nd edition W.B
Saunders co., Philadelphia
Hidayat, A.A (2019) Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Persada
Notoatmodjo, S. (2014) Pendidikan dan prilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Willis, Sofyan S.2014. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta
STIKes Karsa Husada (2021) Buku panduan penulisan dan penyusunan skripsi.
Garut : STIKes Karsa Husada