PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Nama : Dewi Sangadati Rohmah
Pilihan Bahan Ajar : Jurnal 2 Tema : Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran
A. Konsep yang dipelajari dalam artikel ini yaitu:
1. Pengertian Teori Belajar Behavioristik Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah laku manusia. Menurut Desmita (2009:44) teori belajar behavioristik merupakan teori belajar memahami tingkah laku manusia yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian. Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang terlihat, bukan dengan mengamati kegiatan bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons. Stimulus adalah sesuatu yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respons tidak penting untukdiperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respons, oleh karenaitu ,apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respons) harus dapat diamati dan diukur.
2. Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik
Behaviorisme adalah suatu studi tentang tingkah laku manusia. Behaviorisme dapat menjelaskan perilaku manusia dengan menyediakan program pendidikan yang efektif. Fokus utama dalam konsep behaviorisme adalah perilaku yang terlihat danpenyebab luar menstimulasinya. Menurut teori behaviorisme belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar jika dapat menunjukkan perubahan perilaku. Teori belajar behavioristik adalah sebuah aliran dalam teori belajar yang sangat menekankan pada perlunya tingkah laku (behavior) yang dapat diamati. Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respons. Oleh karena itu teori ini juga dinamakan teori stimulus-respons. Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak- banyaknya. Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu lebih kepada sisi fenomena jasmaniah dan mengabaikan aspek- aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam kegiatan belajar.
3. Ciri-Ciri Teori Belajar Behavioristik
a. Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalamanpengalaman batin di kesampingkan serta gerak- gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa. b. Segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadaran yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu pengarang. Manusia dianggap sesuatu yang kompleks refleks atau suatu mesin. c. Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa, manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek keinginan hati.
4. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Behavioristik
a. John Broades Watson Menurut Watson (dalam Putrayasa, 2013:46), belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respons, stimulus dan respons yang dimaksud harus dapat diamati dan dapat diukur. Oleh sebab itu seseorang mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri selama proses belajar. Seseorang menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. b. Ivan Petrovich Pavlov Teori belajar pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan karena satu stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lainnya dalam mengembangkan suatu respon. Prosedur ini disebut klasik karena prioritas historisnya seperti dikembangkan Pavlov. Kata clasical yang mengawali nama teori ini semata-mata dipakai untuk menghargai karya Pavlov yang dianggap paling dahulu dibidang conditioning (upaya pengkondisian) dan untuk membedakannya dari teori conditioning lainnya. Perasaan orang belajar bersifat pasif karena untuk mengadakan respon perlu adanya suatu stimulus tertentu, sedangkan mengenai penguat menurut pavlov bahwa stimulus yang tidak terkontrol (unconditioned stimulus) mempunyai hubungan dengan penguatan. Stimulus itu yang menyebabkan adanya pengulangan tingkah laku dan berfungsi sebagai penguat. c. Burrhus Frederic Skinner Skinner adalah adalah seorang psikolog dari Amerika yang terkenal akan aliran behaviorismenya. Skinner memiliki pendapat bahwa hubungan antara stimulus dengan respon yang ditunjukkan individu atau subyek terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Respon yang ditunjukkan pun tak seluruhnya merupakan hasil dari rangsangan yang ada, tetapi karena interaksi antara stimulus yang menghasilkan respon. Respon menghasilkan konsekuensi. Pada akhirnya konsekuensi akan menghasilkan atau memunculkan perilaku.
5. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran
Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa komponen seperti: tujuan pembelajaran, materi pelajaran, karakteristik siswa, media, fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan penguatan. Teori belajar behavioristik cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir. Pandangan teori belajar behavioristik merupakan proses pembentukan, yaitu membawa siswa untuk mencapai target tertentu, sehingga menjadikan siswa tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Pembelajaran yang dirancang pada teori belajar behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada siswa. Oleh sebab itu siswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang diterangkan oleh guru itulah yang harus dipahami oleh siswa. Hal yang paling penting dalam teori belajar behavioristik adalah masukan dan keluaran yang berupa respons. Menurut teori ini, antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur. Dengan demikian yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Faktor lain yang penting dalam teori belajar behavioristik adalah factor penguatan. Di lihat dari pengertiannya penguatan adalah segala sesuatu yang dapat memperkuat timbulnya respons.
B. Refleksi dan Evaluasi Bahan Ajar
1. Refleksi bahan ajar Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dari beberapa teori belajar behavioristik yang dikembangkan dapat disimpulkan bahwa untuk memunculkan respon yang diharapkan dibutuhkan penguatan (reinforcement). Dari artikel dan modul bahan ajar yang telah saya baca,saya menyadari pentingnya aplikasi teori belajar behavioristik sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya.
2. Evaluasi bahan ajar
a. elayakan isi : Sangat Baik b. Tata Bahasa : Sangat baik c. Kelengkapan informasi : Sangat Baik d. Desain penyajian bahan ajar : Cukup
C. Kelebihan dan kekurangan pada bahan ajar
1. Kelebihan bahan ajar jurnal sangat bagus, materi jelas, berurutan dalam penyajian materi dan sangat lengkap dalam pembahasanya. 2. Kekuranganya, yaitu penyajian materi yang perlu dilengakapi dengan desain gambar, agar semakin menarik dalam segi visual.
D. Keterkaitan bahan ajar dengan moderasi beragama
Terdapat teori belajar dalam Islam yang sepadan dengan teori belajar behavioristik, yaitu: Teori belajar akhlaq yang menekankan pada pembentukan tingkah laku, yang terdiri dari tiga model; taqlid (imitasi), ta’wid (pembiasaan), dan tajribah wa khata’ (trial and error). Meskipun demikian, tidak semua konsep teori belajar behavioristik itu bersifat destruktif atau bertentangan dengan Islam. Di sisi lain, masih terdapat teori-teori belajar yang tidak bertentangan dengan Islam, sehingga perlu diadakan perpaduan. Dari perpaduan kedua teori belajar tersebut muncul teori belajar terpadu yang selaras dengan idealisme Islam, yaitu kumpulan dari beberapa prinsip yang berkaitan dengan belajar yang bersumber dari al-Qur’an, as-Sunah, khazanah pemikiran intelektual muslim, dan mengadopsi teori belajar Barat yang relevan dengan Islam. Teori belajar terpadu ini memberikan implikasi pada proses pembelajaran yang holistik, efektif, dan efisien.
Kebumen, 10 Oktober 2022
Mahasiswa PPG Daljab IAIN Surakarta Batch 3 Tahun 2022