You are on page 1of 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”A” G1P0A0 HAMIL 13 MINGGU 4


HARI DENGAN ABORTUS INSIPIENS
DIRUANG BERSALIN RSUD GAMBIRAN

(Dosen Pembimbing : Susanti Pratamaningtyas, M.Keb)

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
HELMI DWI F (P17321195002)
INTAN PURNAMASARI (P17321195006)
KARISMA HIDAYATUL M (P17321195017)
ANITA ARDITAMA (P17321195032)
LIA INDRAWATI (P17321195033)
SILKA INDRIA A.R (P17321195034)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latara Belakang


Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat – akibat tertentu)
pada / sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu / buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan.
Abortus  insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium
sudah terbuka dan ketuban yang teraba, kehamilan itu tidak dapat dipertahankan
lagi. (Prof.Dr.Rustam M.MPH Sinopsis Obstetri 1)
Diperkirakan frekwensi keguguran spontan berkisar 10 – 15%. Namun
demikian, frekuensi keguguran yang pasti sulit / sukar ditentukan. Hal itu
disebabkan sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan
sehingga wanita tidak datang ke dokter / RS.
Pada kasus ini hendaknya penolong dapat memberikan pertolongan yang tepat
dan optimal, sehingga penderita tidak sampai mengalami komplikasi sehingga
dapat mengurangi terjadinya angka kematian ibu. Pada kasus abortus insipiens ini,
janin sudah tidak dapat diselamatkan maka jaringan fetus yang keluar harus benar
– benar bersih dalam rahimnya agar tidak menimbulkan komplikasi.
Alasan penulis mengambil kasus abortus insipiens karena sebelumnya penulis
belum pernah menemukan kasus seperti ini dan penulis berharap mendapatkan
tambahan ilmu untuk membuat asuhan kebidanan.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada pasien dengan
abortus insipiens.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian data pada pasien dengan
abortus insipiens.
b. Mahasiswa dapat menginterpretasi masalah yang terjadi pada pasien.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa/ masalah potensial pada
kasus abortus insipiens.

2
d. Mahasiswa mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
kasus abortus insipiens.
e. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada
pasien abortus insipiens.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan langsung asuhan/implementasi
abortus insipiens
g. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi abortus insipiens.
1.3 Teknik Pengumpulan Data
a. Anamnesis
Dengan wawancara pada keluarga klien untuk mendapatkan data subyektif
Pemeriksaan
Dengan melakukan pemeriksaan langsung pada klien untuk memperoleh
data obyektif.
b. Studi dokumenter
Dengan melihat status yang terdapat pada ruangan.
c. Studi kepustakaan
Dengan menggunakan beberapa referensi buku baik medis maupun
kebidanan yang berhubungan dengan masalah yang ada.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode pengumpulan data
1.4 Teknik Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Terdiri dari konsep dasar Abortus
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian data
3.2 Interpetasi data
3.3 Antisipasi diagnose atau masalah potensial
3.4 Identifikasi kebutuhan segera
3.5 Rencana intervensi

3
3.6 Implementasi
3.7 Evaluasi
BAB IV PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terdiri dari konsep dasar Abortus ( Pengertian )
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (FKUI
Kapita Selekta Kedokteran 1,260).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia
luar. (FK UNPAD, Obstetri patologi : 7)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat – akibat tertentu)
pada / sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan. (Sarwono .P, Pelayanan Kesehatan
maternal dan neonatal, 145).
2.2 Etiologi
Faktor – faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum sendiri,
faktor  ibu dan faktor bapak : 
1. Kelainan Ovum
Menurut HERTIG dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering
menyebabkan abortus spontan. Abortus spontan yang disebabkan oleh
karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinan kalau
kehamilannya  sudah lebih dari 1 bulan, artinya makin muda
kehamilan saat terjadinya abortus makin besar  kemungkinan
disebabkan oleh kelainan ovum (50 – 80%).
2. Kelainan Genetalia Ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :
 Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dll)
 Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
 Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari
ovum yang sudah dibuahi, Ex : kurangnya progesteron /
estrogen, endometritis, mioma submukosa.
 Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola )
 Distosia uterus, Ex terdorong oleh tumor pelvis.

5
3. Gangguan Sirkulasi Plasenta
Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi,
toksemia gravidarum, anomaly plasenta, dan endorteritis oleh karena
luwes.
4. Penyakit – penyakit Ibu, misalnya pada :
 Penyakit yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia,
tifoid, pielitis, rubeola demam malta. Kematian fetus dapat
disebabkan karena toksin dari ibu / invasi kuman / virus pada
fetus.
 Keracunan pb, nikotin, gas racun, alkohol, dll.
 Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit
paru berat, anemia gravis.
 Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme,
hipertiroid, kekurangan vit A,C,E, dan DM.
5. Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah
fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya
fetus.
6. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis atau faktor serviks
yaitu inkompetensi serviks, sevisitis.
7. Perangsangan yang menyebabkan uterus berkontraksi
Umpamanya : sangat terkejut, obat – obat uterotonika, ketakutan,
laporotomi dll. Atau dapat juga karena trauma langsung karena
instrumen, benda dan obat – obatan.
8. Penyakit bapak
Umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemia, dekompensasi
kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol,nikotin, pb) sinar
rontgen, avitaminosis. (Prof.Dr.Rustam Mochtar,MPH. Sinopsis
obstetric 1,209)

6
2.3 Patogenesis / Patologi
Pada awalnya abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengelurkan benda
asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, vili korialis belum menembus
decidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8 – 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan  sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih
dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu dari plasenta. Hasil konsepsi
keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil
yang tidak jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati, janin masih hidup,
molakruenta, fetus kompresus, maserasi / fetus papiraseus. (FKUI, Kapita Selekta
Kedokteran 1, 261) .
2.4 Manifestasi Klinik
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2. Pada Pemeriksaan fisik : KU tampak lemah atau kesadaran menurun,
TD : normal atau menurun, denyut nadi normal / cepat dan kecil, suhu
badan normal / meningkat.
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai
nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
5. Pemeriksaan ginekologi
a. Inspeksi vulva : perdarahan pevaginam ada / tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium / tidak bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo :  perdarahan  dari kavum uteri, ostium uteri terbuka /
sudah tetutup. Ada / tidak jaringan keluar dari ostium, ada / tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok Vagina  :  porsio masih terbuka / sudah tertutup, teraba /
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai / lebih kecil

7
dari usia kehamilan tidak nyeri pada perabaan  adneksa. Kavum
douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri. (FKUI Kapita Selekta
Kedokteran 1,261)
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3
minggu setelah abortus.
2. Pemeriksaan Doppler atau USG menentukan apakah janin masih
hidup.
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen
(FKUI,2002)
2.6 Komplikasi
1. Perdarahan, perforasi syok dan infeksi
2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat
terjadi kelainan pembekuan darah.
(FKUI, Kapital Selekta Kedokteran,263)
2.7 Penanganan Umum
1. Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien
(gawat darurat, komplikasi berat / masih cukup stabil).
2. Pada kondisi gawat darurat, segera upayaklan stabilisasi pasien
sebelum melakukan tindakan lanjutan.
3. Penilaian medik untuk menentukan tindakan difasilitas kesehatan
setempat/ dirujuk ke RS.
 Bila px syok / kondisinya memburuk akibat perdarahan hebat,
segera atasi komplikasi tsb.
 Gunakan jarum infus besar dan berikan tetesan cepat (500 ml
dalam 2 jam) larutan garam fisiologos/ ringer.
 Periksa kadar Hb, gol darah  dan uji padanan silang.
4. Ingat, kemungkinan hasil ekfopik pada px hamil muda dengan syok
berat.
5. Bila terdapat tanda – tanda sepsis, berikan AB yang sesuai.
6. Lakukan penantian ketat tentang kondisi pasca tidakan dan
perkembangan lanjutan.

8
(Prawirohardjo,2014)

2.8 Klasifikasi
Abortus dapat dibagi 2 golongan:
1. Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak di dahului faktor-faktor
mekanis/medisinalis semata – mata disebabkan oleh faktor – faktor
alamiah.
a. Abortus imminens
Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankan.
b. Abortus incipiens
Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat di cegah lagi.
c. Abortus incompletes
Sebagian dari  buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian jaringan
placenta masih tertinggal di dalam rahim.
d. Abortus completes
Seluruh buah kehamilan di lahirkan dengan lengkap.
e. Missed abortion
Keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke – 22 tapi tertahan di
dalam rahim selama 2 bulan / lebih setelah janin mati.
f. Abortus habitalis
Abortus yang telah berulang dan berturut – turut terjadi: sekurang –
kurangnya 3x berturut – turut.(FK UNPAD, Obstetri Patologi )
2.9 Abortus Insipiens
2.9.1 Pengertian Abortus
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks
uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat
perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat

9
dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum,
disusul dengan kerokan.
Abortus yang sedang berlangsung dengan ostium sudah
terbuka dan kebutuhan yang teraba, kehamilan ibu tidak dapat
dipertahankan lagi.
Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda
dimana hasil konsep masih berada didalam cavum uteri. Kondisi
ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan
berlangsung menjadi abortusincomplit dan komplit
(Prawiroradjo,2014).
Tanda-tanda abortus insipiens adalah :
 Perdarahan
 Perut terasa mules menjadi lebih sering dan kuat
 Pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis
terbuka dan jaringan / hasil konsepsi dapat diraba.

10
2.9.2 Diagnosis Dan Penatalaksanaan Perdarahan Pada Kehamilan Muda
Perdarahan Serviks Uterus Gejala/Tanda Diagnosis Tindakan
Kram/nyeri
perut bawah
Abortus
belum terjadi Evakuasi
Incipient
ekspulsi hasil
konsepsi
Terbuka Sesuai UK
Kram/nyeri
perut bawah
Abortus
ekspulsi Evakuasi
Incomplit
sebagian hasil
Sedang
konsepsi
hingga
banyak
Mual /muntah
kram perut
Lunak dan bawah
Evakasi
besar dari sindroma  mirip Abortus
Terbuka Tatalaksana
usia PE tak ada Mola
mola
festasi janin keluar
jaringan seperti
anggur

11
2.9.3 Penangganan Spesifik
 Abortus Insipiens
1. Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi
Bila usia gestasi ≤ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan peralatan Aspirasi
Vakum Manual (AVM) setelah bagian – bagian janin dikeluarkan.
Bila usia gestasi ≥ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan prosedur dilatasi
dan kuretase (D & K).
2. Bila Prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi
lebih besar dari 16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan :
 Infus Oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8 tetes /
menit yang dapat dinaikkan dengan hingga 40 tetes / menit, sesuai dengan
kondisi kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi.
 Ergometrin 0,2 mg IM yang di ulangi 15 menit kemudian.
 Misoprostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan, dapat diulangi
dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal.
3. Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan
AVM atau D & K (hati – hati resiko perforasi).

2.9.4 Proses Manajemen Kebidanan


Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengoornasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah,penemuan penemuan,keterampilan dalam rangkaian tahapan yang
logis untuk pengambilan suatu keputusan yan berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan, kemudian
didokumentasikan menggunakan pendekatan SOAP (PDIB, 2015).

12
Tabel 2.1 Proses Manajemen Kebidanan
7 Langkah (Varney) SOAP Notes

Pengkajian Data Subjektif (Hasil


Anamnesis)

Objektif
(Pemeriksaan)

Interpretasi data dasar Analisis /


Diagnosis
Mengidentifikasi
diagnosis atau
masalah potensial

Mengidentifikasi dan
Menetapkan
Kebutuhan yang
Memerlukan
Penanganan segera

Perencanaan Diagnosis/Lab
(Intervensi) b.Rujukan
c.Pendidikan
Pelaksanaan
Plan:
(Implementasi)
Konsul:
Evaluasi a.Uji/konseling
Follow Up
Sumber: Estiwidani, Dwiana.dkk. 2008. Konsep Kebidanan cetakan
kedua.Yogyakarta : Fitramaya.
Keterangan:
= Data yang diperoleh dari langkah sebelumnya dimasukkan ke dalam
langkah selanjutnya.

13
2.9.5 Manajemen Asuhan menurut Varney 1997
Menurut Varney (1997) proses dokumentasi manajemen kebidanan, yaitu
suatu proses penyelesaian masalah merupakan salah satu upaya yang dapat
digunakan dalam manajemen kebidanan. Varney berpendapat bahwa dalam
melakukan manajemen kebidanan, bidan harus memiliki kemampuan berfikir
secara kritis untuk menegakkan diagnosis atau masalah potensial kebidanan.
Selain itu, diperlukan kemampuan kolaborasi atau kerja sama. Hal ini
digunakan sebagai dasar dalam perencanaan kebidanan selanjutnya (Hidayat,
2009).
a. Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini akan dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua
data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap,
yaitu:
a) Riwayat Kesehatan
b) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
c) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d) Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
b. Interprestasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
dasar data-data yang telah dikumpulkan.
c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengindentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial lain yang berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
telah diindentifikasi.
d. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera.
e. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien.
f. Merencanakan asuhan yang menyeluruh

14
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah- langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap
dapat dilengkapi.
g. Melaksanakan perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah kelima
harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
h. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah diidentifikasi di
dalam masalah dan diagnosis (Muslihatun, 2013).
Menurut Kepmenkes RI Nomor 369 tahun 2007,manajemen asuhan
kebidanan adalah pendekatan dan kerangka piker yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sitimatis (Rahayu dkk,
2015). Berdasarkan Kepmenkes RI nomor 938 tahun 2007, standar asuhan
kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Standar asuhan kebidanan terdiri dari.
a. Pengkajian
Bidan mengmpulkan semua informasi yang akurat, relevan,dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Perumusan Diagnosa dan atau masalah Kebidanan
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterprestasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnose
dan maslaah kebidanan yang tepat.
c. Perencanaan
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah
yang ditegakkan

15
d. Implementasi
Bidan melaksanakan rencana asuha kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien, dan aman berdasarkan evidenced based kepada pasien, dalam bentuk
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative. Dilaksanakan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan.
e. Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan,sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien.
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan atau kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan. Pendokumetasiannya menggunakan SOAP.
a. S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa.
b. O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
c. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
d. P adalah penatalaksanaan yang mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan secara komprehensif.
1.2 Pendokumentasian SOAP
Pendokumentasian asuhan dengan menggunakan metode SOAP yakni S
adalah data S adalah Subyektif, O adalah Obyektif, A Analysis/Assessment
dan P adalah planning merupakan catatan yang bersifat sederhana, jenis,
logis, dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran
penatalaksanaan manajement kebidanan (Muslihatun, 2013).
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Secara SOAP
Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan
SOAP terdiri dari empat langkah yaitu;
S Data Subjektif :
Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien.
Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan
diagnosa.

16
A. DATA SUBYEKTIF
1) Identitas (Biodata)
Merupakan data umum pribadi yang dikaji melalui anamnesa/
pertanyaan kepada klien
 Nama : Pengkajian nama dapat memudahkan bidan dalam
melakukan komunikasi saat memberi asuhan kepada klien.
 Usia : dengan mengetahui usia klien, petugas dapat mengarahkan
kontrasepsi apa yang sesuai
 Agama : Mengetahui apa yang dilarang dan dianjurkan dalam
agama klien sehingga dalam memberikan asuhan akan lebih
mudah.
 Pendidikan: Mengetahui tingkat pendidikan klien agar
memudahkan dalam melakukan koseling.
 Pekerjaan : Mengetahui aktivitas-aktivitas klien.
 Penghasilan : Mengetahui tingkat perekonomian klien
1. Keluhan Utama : perut bagian bawah terasa nyeri dan mengeluarkan darah
2. Riwayat Menstruasi :
 Usia Menarch : mengetahui usia menstruasi pertama
 HPHT : tanggal pada hari pertama periode menstruasi terakhir atau
last normal menstrual periode (LNMP) digunakan sebagai dasar
untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan taksiran partus
(TP), maka penting untuk mendapatkan tanggal perkiraan kelahiran
yang seakurat mungkin. Dengan mengetahui HPHT maka
penapisan dapat dilakukan.
(Varney, 2007 )
 Jumlah darah haid : dapat mengetahui normal tidaknya jumlah
darah yang keluar
 Lama haid : mengetahui normal tidaknya siklus haid
 Keluhan saat menstruasi : mengetahui adanya keluhan seperti
disminorhe,spotting,menoraghia, Pre Menstrual Syndrom.

17
3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu :
 Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya.
 Cara persalinan.
 Jumlah dan jenis kelamin anak hidup.
 Berat badan lahir.
 Cara pemberian asupan bagi bbayi yang dilahirkan.
 Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir
(Prawiroharjo, 2010).
 Tiap komplikasi atau abnormalitas dicatat karena hal ini dapat
mempengaruhi penggunaan kontrasepsi. Wanita yang baru sedikit
mengalami kehamilan biasanya ingin menggunakan metode yang
reversibel. Wanita yang beberapa kali hamil dapat
mempertimbangkan metode jangka panjang atau sterilisasi
(Varney, 2007).
4. Riwayat KB dan rencana KB: penggunaan kontrasepsi sebelumnya dan
pengalaman terhadap kontrasepsi adalah penting. Metode yang tidak
berhasil dapat menimbulkan efek atau masalah mungkin menjadi pilihan
yang buruk kecuali jika metode ini digunakan dengan benar (Varney,
2007).
5. Riwayat Ginekologi :
 mengetahui apakah wanita mengalami masalah yang sebelumnya
disebutkan hospitalisasi operasi,penyakit mayor dan penggunaan
obat yang sedang dijalani (Varney, 2007 ).
 Wanita dengan masalah kesehatan reproduksi yang membutuhkan
perhatian seperti kanker genetalia dan payudara yang terjadi pada
umur 35 atau 40 tahun.
(Prawirohardjo, 2014).
O : Data Objektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi
kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG, dan
lain-lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan

18
dalam kategori ini. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi
komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.
B. DATA OBYEKTIF
1) Pemeriksaan umum
 Keadaan umum : baik, sedang, cukup.
 Tanda vital :
- TD : 110/70-120/80 mmHg (normal) <140 mmHg
- N : 80-100 x/mnt
- S : 36.5-37.5o C
- RR : 16-24 x/mnt
 Lila : >23.5 cm
 Berat Badan : Berat badan diperkirakan akan bertambah 12,5 kg
sampai akhir kehamilan. namun untuk ibu hamil trimester I
perubahan berat badan tidak terjadi secara signifikan. Diperkirakan
setiap bulan akan terjadi penambahan berat badan sebesar 1 kg.
 Tinggi Badan : >145 cm (WHO. 2013) .
2) Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
- Kepala / Rambut : Kulit kepala bersih, tidak ada kotoran seperi
ketombe dan peradangan pada kulit kepala serta rambut tidak
mudah rontok dan tidak bercabang.
- Wajah : Tidak terdapat plek-plek diwajah dan tidak terdapat
oedem
- Mata: Mata ibu terlihat simetris, pada konjungtiva an anemis,
pada sclera an ikterik, pada kelopak mata tidak ada oedema
dan fungsi penglihatan baik.
- Telinga dan hidung:
 Bentuk telinga ibu simetris, keadaan daun telinga bersih, pada
lubang telinga tidak ada serumen, dan fungsi pendengaran
baik.

19
 Bentuk hidung ibu simetris, pada lubang hidung dibatasi oleh
septum nasal, tidak ada peradangan dan cairan yang keluar dri
lubang hidung.
- Mulut dan Gigi :
 Bentuk mulut simetris, pada gigi tidak ada caries dan lubang
serta tidak ada peradangan gusi, pada lidah berwarna merah
muda dan tidak kotor.
- Leher :
 Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar
thyroid, pembengkakan vena yugolaris dan tidak terdapat kaku
kuduk.
- Dada
 Jantung : Bunyi jantung terdengar teratur dan normal
 Paru – paru : Pada saat ekspirasi tidak terdengar wheezing dan
pada saat inspirasi tidar terdengar ronchi
 Payudara : Simetris kanan dan kiri, putting susu menonjol,
tidak ada benjolan dan colostrum belum keluar
- Abdomen :
Palpasi
- Palpasi abdomen menggunakan manuver Leopold I-IV :
 Leopold I : menentukan TFU dan bagian janin yang
terletak di fundus uteri (dilakukan sejak TM I).
 Leopold II : menentukan bagian janin pada sisi kiri dan
kanan ibu (dilakukan mulai akhir TM II)
 Leopold III : menentukan bagian janin yang terletak di
bagian babwah uterus (dilakukan mulai akhir TM II)
 Leopold IV : menentukan berapa jauh masuknya janin ke
PAP (dilakukan bila usia kehamilan >36 minggu)
 Auskultasi
- DJJ menggunakan fetoskop atau doppler (jika UK >16
minggu). DJJ normal 120-160x/menit(WHO, 2013)
- Punggung dan Pinggang :

20
 Posisi pinggang normal dan tidak ada nyeri ketuk pada
pinggang.
- Anogenital :
 Inspeksi : terlihat Ostium Uteri Eksternum (OUE)
terbuka danketuban menonjol
 Pemeiksaan dalam : Terdapat pembukaan atau tidak
- Ekstremitas atas dan bawah
 Tidak terdapat oedem, simetris kanan dan kiri, refleks
patella (+)
 Pemeriksaan dalam (VT) : Ostium membuka 1-2 cm,
teraba kantung ketuban dan menonjol.
- Pemeriksaan Laboratorium
 Hemoglobin : >12, 5 g/dl
 Protein :-
 Reduksi :- (Prawiroharjo, 2014).
A Analisa/Assessment :
Diagnosa Ibu : G..P....UK...minggu dengan abortus insipient
Dianosa Bayi : -
P penatalaksaan
Tanggal/jam.....
1. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan
tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
2. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai
perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret
vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai
kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
3. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10
IU dalam deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan
naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
4. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :Berikan
ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit
bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4
jam bila
perlu).

21
5. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari
uterus.
6. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
7. Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa
hasil konsepsi.
8. Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan
intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40
tetes per
menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

22
BAB III
TINAJUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN PATOLOGI


TERHADAP Ny. A DENGAN ABORTUS INSIPIENS
DI RUANG VK RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Tanggal : 12 Desember 2019


Jam : 05.00 WIB
Tempat Praktek : Ruang VK RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
A. Data Subjektif

1. Identitas

Nama ibu : Ny. A Nama suami : Tn. A


Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun
Suku/bangsa : Jawa Suku/bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Tales RT 1/RW 3 Alamat : Tales RT 1/RW 3
Ngadiluwih, Ngadiluwih,
Kabupaten Kediri Kabupaten Kediri

2.  Anamnemis
Pada tanggal : 12 Desember 2019 Pukul : 05.00 WIB
a. Keluhan Utama : Nyeri bagian perut bagian bawah, mual dan
muntah, perdarahan pervaginam
b. Riwayat MRS : ibu datang ke IGD PONEK RSUD Gambiran
dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak tanggal 12 Desember
2019, pukul : 02.00 WIB, dengan frekuensi 2 x ganti pembalut dalam
waktu 3 jam.

23
c. Riwayat Kehamilan Sekarang :
 Riwayat Mentruasi
a) HPHT : 8 September 2019
b) Lamanya : 7 hari, banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut, siklus :
28 hari, haid teratur, konsistensi cair
c) Taksiran Partus : 15 Juni 2020
 Tanda-tanda kehamilan : Amenoria : PP Test (+)
 Pergerakan janin dirasakan pertama kali : Belum terasa
 Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir :-
 Pola makan : Ibu mengatakan makan 2 x sehari dengan porsi
sedang, nafsu makan : kurang, ibu juga mengatakan sering mual
dan muntah
 Pola eliminasi : Ibu mengatakan BAB 1x sehari dan BAK 5x sehari
serta tidak terdapat keluhan.
 Pola aktifitas sehari-hari :
a) Istirahat dan tidur : ibu mengatakan tidur malam + 8 jam dan
tidur siang + 1-2 jam
b) Seksualitas : ibu mengatakan masih sering melakukan
hubungan seksual dengan suaminya.
c) Pekerjaan : ibu mengatakan telah mengurangi
kegiatannya sehari-hari.
 Imunisasi : ibu mengatakan belum pernah melakukan imunisasi
Ibu juga mengatakan hanya mengkonsumsi obat-obatan yang
diberikan oleh bidan.
 Kontrasepsi yang pernah digunakan : ibu mengatakan belum
pernah menggunakan alat kontrasepsi.
d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :
Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya.

24
e. Riwayat kesehatan :
 Riwayat penyakit yang pernah/sedang diderita :
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit turunan, menular
dan penyakit berat lainnya, seperti : DM, hipertensi, asma dan
jantung
 Perilaku kesehatan :
Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi minum-minuman
keras, tidak merokok dan mengkonsumsi obat-obatan. Ibu juga
mengatakan mengganti dalam setiap habis BAK dan saat mandi +
3-4 kali sehari.
f. Riwayat sosial :
Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan, jenis kelamin yang
diharapkan adalah laki-laki, status perkawinan ibu syah, susunan keluarga
yang tinggal serumah yaitu : suami dan istri, pemegang keputusan dalam
keluarga adalah suami, ibu mengatakan tidak ada kepercayaan yang
berhubungan dengan kahamilan, persalinan dan nifas.
g. Riwayat kesehatan keluarga :
Ibu mengatakan semua anggota kelurganya tidak ada yang menderita
penyakit berat atau kronis serta penyakit menular, dalam keluarga tidak
ada riwayat kehamilan kembar.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum :
a.       Keadaan Umum : Cukup Kesadaran : composmentis
b.       Tanda – tanda vital :
TD : 120/80 mmHg, Pernapasan : 24 x/menit, Suhu : 36,50 C,
Nadi : 80 x/menit.
c. TB : 158 cm, BB sekarang : 54 kg, BB sebelum hamil : 51 kg,
LLA : 25 cm.

25
2. Pemeriksaan Fisik Obstetri :
1) Kepala / Rambut :
Kulit kepala bersih, tidak ada kotoran seperi ketombe dan
peradangan pada kulit kepala serta rambut tidak mudah rontok dan
tidak bercabang.
2) Wajah :
Tidak terdapat plek-plek diwajah dan tidak terdapat oedem
3) Mata:
Mata ibu terlihat simetris, pada konjungtiva an anemis, pada sclera
an ikterik, pada kelopak mata tidak ada oedema dan fungsi
penglihatan baik.
4) Telinga dan hidung:
Bentuk telinga ibu simetris, keadaan daun telinga bersih, pada
lubang telinga tidak ada serumen, dan fungsi pendengaran baik.
Bentuk hidung ibu simetris, pada lubang hidung dibatasi oleh
septum nasal, tidak ada peradangan dan cairan yang keluar dri
lubang hidung.
5) Mulut dan Gigi :
Bentuk mulut simetris, pada gigi tidak ada caries dan lubang serta
tidak ada peradangan gusi, pada lidah berwarna merah muda dan
tidak kotor.
6) Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar thyroid,
pembengkakan vena yugolaris dan tidak terdapat kaku kuduk.
7) Dada
a) Jantung : Bunyi jantung terdengar teratur dan normal
b) Paru – paru : Pada saat ekspirasi tidak terdengar wheezing dan
pada saat inspirasi tidar terdengar ronchi
c) Payudara : Simetris kanan dan kiri, putting susu menonjol,
tidak ada benjolan dan colostrum belum keluar

26
8) Abdomen :
Hasil pemeriksaan Leopold teraba ballottement, TFU 2 jari diatas
sympisis pubis, DJJ belum terdengar.
9) Punggung dan Pinggang :
Posisi pinggang normal dan tidak ada nyeri ketuk pada pinggang.
10) Anogenital :
Pemeriksaan dalam (VT) : Ostium membuka 1-2 cm, teraba
kantung ketuban dan menonjol.
11) Ekstremitas atas dan bawah
Tidak terdapat oedem, simetris kanan dan kiri, terpasang cairan
infus RL 20 tpm, refleks patella (+),
3. Pemeriksaan Penunjang
HB : 10,6 gr%
HbsAg : Non reaktif
USG : (+) hasil konsepsi masih ada di dalam uterus
C.    ANALISA / INTERPRETASI DATA
Diagnosa Ibu : G1P0A0 UK 13 minggu 4 hari dengan abortus insipiens
Diagnosa Bayi : -
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal: 12 Desember 2019 pukul: 05.30 WIB
1. Mengobservasi keadaan umum ibu, yaitu:
K/U : Cukup kesadaran: composmentis
TD: 110/70 mmHg Denyut nadi: 78 x/menit
RR : 22 x/menit suhu : 36,50C
2. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaannya saat ini
bahwa kehamilannya sudah tidak dapat dipertahankan, perdarahan
dan nyeri perut yang timbul disebabkan karena adanya kontraksi di
rahim ibu, ibu dan keluarga tampak cemas dan berusaha menerima
keadaan ibu.
3. Menganjurkan ibu untuk bedrest total agar ibu tidak mudah lelah dan
menjaga kestabilan keadaan fisik ibu, ibu bersedia bedrest total

27
4. Memberikan terapi sesuai anjuran DSOG : anbacim 1 gr IV, metal
ergometrim 100 mg per oral , misoprostol 400 mg per oral , asam
mefenamat 500 mg per oral telah dilakukan
5. Memberitahu keluarga tentang tindakan kuretase yang akan
dilakukan tujuannya untuk mengeluarkan jaringan yang ada di dalam
rahim ibu, ibu dan keluarga bersedia untuk dilakukan tindakan
kuretase
6. Menganjurkan ibu untuk berpuasa sebelum dilakukan tindakan
kuretase yaitu 6 jam sebelum dilakukan tindakan, ibu bersedia
berpuasa.

CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE – 2


Tanggal : 13 Desember 2019
Pukul : 08.00 WIB

S:
Ibu mengatakan lemas dan sedikit pusing pasca tindakan curet

O:
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Baik
TTV : TD : 120/80 mmHg, S : 36,5 0C, N : 80 x/menit,
R : 24 x/menit
Pemeriksaan fisik: Conjungtiva an anemis, pengeluaran darah pervaginam
 50 cc dilihat dari banyaknya pemakaian pembalut
A:
Diagnosa Ibu : P0A1, post curet
Dasar :
1. Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya dan keguguran yang pertama
2. HPHT : 8 september 2019
3. Usia kehamilan 13 minggu 4 hari
4. Masalah : Tidak ada

28
5. Kebutuhan : Tidak ada
P:
Pukul : 08.15 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan ibu saat ini, ibu mengetahui kondisinya
saat ini.
2. Mengobservasi pengeluaran pervaginam, darah yang keluar ± 50 cc
3. Memberikan terapi per Oral a/p DSOG pasca curet yaitu :
- Ciprofolaxin 500 mmg 3x1
- Metherinal 125 mg 3x1
- Asam Mefenamat 500 mg 3x1
- Mesoprostol 400 mg 3x1
Pukul : 10.00 WIB
1. Keadaan pasien sudah pulih pasien sudah bia jalan-jalan dan ke kamar
mandi, hasil pemeriksaan TD : 110/70 mmHg, N: 87 x/menit, RR : 21
x/menit, S: 36,7⁰C
2. Lapor DSOG
3. Pasien boleh pulang pukul 11.00 WIB

29
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada antara


penatalaksanaan kasus dengan konsep yang telah diuraikan pada bab II, karena
penulis menggunakan manajemen kebidanan dengan tujuh langkah Varney, maka
pembahasan akan diuraikan langkah demi langkah sebagai berikut: 1. Pengkajian
Pengkajian dengan menggumpulkan data dasar yang merupakan data awal dari
manajemen kebidanan menurut Varney, dilaksanakan dengan wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, studi kepustakaan dan studi dokumentasi.

Menurut Sujiati (2009), ibu hamil dengan abortus insipien merupakan


suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi ditandai dengan pecahnya
selaput ketuban dan adanya pembukaan serviks. Pada keadaan ini didapatkan juga
nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolik uterus yang hebat. Pada pemeriksaan
vagina memperlihatkan dilatasi ostium servik dengan bagian kantong konsepsi
menonjol. Pada pengkajian Ny.A G1P0A0 dengan abortus insipien diperoleh data
subyektif dengan keluhan ibu mengatakan mengeluarkan darah dari jalan lahir
sejak tadi malam dan perut terasa kenceng-kenceng serta nyeri dan data obyektif
dilakukan pemeriksaan KU ibu baik dan pemeriksaan dalam ada pembukaan
serviks dan portio membuka serta dilakukan PP test hasilnya positif (+). Jadi
dalam pengkajian tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik di
lapangan. 77 2. Interpretasi Data Interpretasi data terdiri dari penentuan diagnosa,
menentukan masalah dan kebutuhan pada ibu hamil dengan abortus insipien. Pada
kasus ini penulis mendapatkan diagnosa kebidanan Ny.A umur 22 tahun G1P0A0
hamil 12 minggu dengan abortus insipien. Masalah yang ditemukan pada ibu
hamil Ny.R adalah ibu merasa cemas dengan kehamilannya. Kebutuhan yang
diberikan berupa dukungan mental terhadap ibu dan penjelasan tentang abortus.
Adapun yang mendasari penulis menentukan diagnosa kebidanan tersebut adalah
dari anamnesis, HPHT, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Menurut Varney (2007), interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan


data subyektif dan data obyektif, masalah dan kebutuhan. Masalah pada ibu hamil
dengan abortus insipien yaitu merasa cemas dengan kehamilannya, sedangkan
kebutuhan pada ibu hamil dengan abortus insipien yaitu memberi dukungan moral
dan memberi informasi tentang abortus insipien (Saifuddin, 2010). Jadi pada
langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan di lahan praktik.
3. Diagnosa Potensial Pada kasus ibu hamil dengan abortus insipien diagnosa
potensial bila perdarahan tetap berlanjut yaitu terjadi abortus inkomplit dan
abortus komplit (Manuaba, 2008).
Antisipasi umur 20 tahun dengan abortus insipien antisipasi yang
diberikan adalah pemberian terapi infus RL 20 tetes per menit, bed rest total di
tempat tidur, rencana curretage jam 07.35 WIB, serta meminta ibu untuk puasa

30
terlebih dahulu. Menurut Wiknjosastro (2006), abortus insipien perlu antisipasi
dengan kolaborasi dr. Obsgyn untuk pemberian terapi: untuk tindakan segera
yaitu memasang infus garam fisiologik atau RL 20 tetes/menit, metil ergometrin
0,2 mg IM (dapat diulang sesudah 15 menit jika perlu) misoprostol 400 mcg per
oral (dapat diulang sesudah 4 jam jika perlu) serta motivasi berupa dukungan
kepada ibu. Langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.
Perencanaan Pada kasus Ny. A G1P0A0 umur 22 tahun dengan abortus insipien
ini, rencana tindakan yang akan diberikan adalah observasi keadaan umum, tanda-
tanda vital, observasi perdarahan dan kontraksi uterus, anjurkan ibu istirahat di
tempat tidur, beri penjelasan pada ibu dan keluarga tentang pemeriksaan yang
dilakukan, pasang infus RL, pemberian oksigen sesuai kebutuhan. Menurut
Saifuddin (2002), rencana yang dapat dilakukan pada ibu hamil dengan abortus
insipien adalah sebagai berikut:
1) Lakukan penilaian keadaan umum pasien, termasuk tanda vital
2) Lakukan pemeriksaan tanda-tanda syok ( pucat, berkeringan banyak, tekanan
sistolik kurang dari 80 mmHg, nadi lebih dari 112 kali/menit )
3) Lakukan pemasangan infus berupa larutan garam fisiologik atau RL
4) Bila perdarahan:
a) Terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG) lakukan
konfirnasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola)
b) Lakukan kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk melakukan tindakan
selanjutnya berupa tindakan curretage
5) Lakukan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi ibu
6) Lakukan pencegahan infeksi dengan melakukan vulva hygiene. Pada langkah
ini terdapat kesenjangan yaitu tidak dilakukan penilaian tanda-tanda syok.
Pelaksanaan/Implementasi Pada kasus ini dilakukan secara menyeluruh
dari apa yang sudah direncanakan, yang terpenting dari penanganan abortus
insipien adalah segera dilakukan curretage supaya tidak terjadi abortus inkomplit
atau abortus komplit. Menurut Hyre (2003), mengobservasi keadaan umum, vital
sign, pengeluaran pervaginam, dan kontraksi rahim, serta terapi. Anjurkan
istirahat tirah baring, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi. Dengan
80 demikian asuhan kebidanan yang telah diberikan sesuai dengan teori yang ada,
sehingga tidak terdapat kesenjangan teori dalam pemberian terapi.
Evaluasi Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan ibu hamil dengan
abortus insipien ini adalah KU ibu baik, perdarahan teratasi, rasa nyeri teratasi
(Wiknjosastro, 2006). Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 3 hari pada ibu
hamil Ny. A G1P0A0 umur 22 tahun hamil 17 minggu dengan abortus insipien di
RSUD Gambiran Kota Kediri, maka hasil asuhan yang didapat yaitu keadaan
umum ibu baik, perdarahan pervaginam dapat teratasi dengan dilakukan curretage.
Demikian asuhan kebidanan yang telah diberikan dengan teori yang ada, sehingga
terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu dalam antisipasi dan
perencanaan dan itu tidak membuat masalah.

31
BAB. V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (FKUI Kapita
Selekta Kedokteran 1,260).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia
luar. (FK UNPAD, Obstetri patologi : 7)
Faktor – faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum sendiri,
faktor  ibu dan faktor bapak : 
1. Kelainan Ovum
2. Kelainan Genetalia Ibu
3. Gangguan Sirkulasi Plasenta
4. Penyakit – penyakit Ibu, misalnya pada :
5. Antagonis Rhesus
6. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis atau faktor serviks yaitu
inkompetensi serviks, sevisitis.
7. Perangsangan yang menyebabkan uterus berkontraksi
8. Penyakit bapak
Pada awalnya abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengelurkan benda
asing tersebut.
5.2 Saran
Kegawatdaruratan kehamilan harus segera di tangani guna mencegah
kematian pada ibu. Seorang ibu bersalin harus mempersiapkan mentalnya untuk
menghadapi kejadian yang tidak terduga.
Demikian askeb ini kami buat,sebagaimana pepatah mengatakan “tiada
gading yang tak retak”. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

32
DAFTAR PUSTKA

Aini, Nur. 2015. Panduan lengkap ibu hamil dan perawatan bayi.Yogyakarta: Real
book.
Maryuni, Anik & Eka Puspita. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal. &
Neonatal. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Nugroho, T, dkk. (2014). Buku Ajar Askeb 1 Kehamilan. Yogyakarta: Nuha.
Medika.
Prawirohardjo,S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Varney,H., 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta;EGC.

FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offet

FK Kedokteran UI. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : Media


Aesculaplus

FKUI, 2002. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius.

FKUNPAD, 2002. Obstetri Patologi. Jakarta : Bagian Obstetri dan Ginekologi.

Mochtar, Rustam. 2008. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

33

You might also like