You are on page 1of 154

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI CA MAMAE


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI DI INSTALASI
RAWAT INAP ANGGREK RSUD dr. ISKAK
TULUNGAGUNG

Oleh :
PUPUT SALEKHA
NIM. A1R14025

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
2017
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI CA MAMAE


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI DI INSTALASI
RAWAT INAP ANGGREK RSUD dr. ISKAK
TULUNGAGUNG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar


Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep) Pada
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
“Hutama Abdi Husada”
Tulungagung

Oleh :
PUPUT SALEKHA
NIM. A1R14025

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
2017

i
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : PUPUT SALEKHA
NIM : A1R14025
Tempat Tanggal Lahir : Tulungagung, 04 April 1996
Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Hutama Abdi Husada”
Tulungagung

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) :


“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Ca Mamae Dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Di Instalasi Rawat Inap Anggrek RSUD dr.
Iskak Tulungagung” merupakan karya sendiri dan bukan Karya Tulis Ilmiah
orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang
telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat peryataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik.

Tulungagung, 12 Mei 2017


Yang menyatakan,

ii
MOTTO

Berangkat dengan penuh keyakinan


Berjalan dengan penuh keikhlasan
Istiqomah dalam menghadapi cobaan
Jadilah seperti karang di lautan, yang kuat di hantam ombak
Dan kerjakanlah hal yang bermanfaat, bagi diri sendiri dan orang lain
Hidup hanya sekali
Ingat hanya pada Alloh SWT apapun dan dimanapun kita berada
Hanya kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon segalanya

HALAMAN P E R S E M B A H A N

iii
Syukur alhamdulillah kupanjatkan kepada Alloh SWT Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang, tidak lupa sholawat serta salam saya panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang senantiasa menuntun umat-Nya. Syukur alhamdulillah
berkat rahmat dan karunia-Mu Ya Alloh, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah Desain Studi Kasus ini. Karya Tulis Ilmiah Desain Studi Kasus ini saya
persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahku Wahyudi dan Ibu Marfu’ah, ini anakmu
yang selalu berusaha dan terus berusaha untuk memberikan yang terbaik
untukmu, anakmu ini hanya ingin melihat orang tuanya bangga, betapa tak
terhitung nilai kasih dan sayang serta pengorbanan kalian padaku. Terima
kasih atas dukungan kalian selama ini, aku sangat menyayangi kalian, semoga
kedua orang tuaku selalu diberikan kesehatan dan tambahan rezeki oleh Alloh
SWT, amin.

2. Bapak ibu dosen yang telah menjadi orang tua keduaku, terima kasih atas ilmu
yang telah beliau berikan sangatlah bermanfaat, semoga menjadi ladang amal
dan ibadah bagi beliau, amin.

3. Dosen pembimbing akademik Bapak Dr. H. Yitno, SKp, MPd yang sabar
dalam memberikan motivasi agar saya selalu fokus dan selalu berusaha demi
menyelesaikan perkuliahan dan tugas-tugas supaya saya dapat menjadi orang
yang sukses. Terima kasih, semoga beliau sehat selalu, amin.

4. Dosen pembimbing karya tulis ilmiah desain studi kasus, Bapak H. Sukanto,
SPd, S.Kep, Ns, M. Kes selaku pembimbing I, dan Ibu Indah Rohmawati,
S.SiT, M. Kes selaku pembimbing II yang dengan sabar dan penuh kasih
sayang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah dari awal hingga akhir penyusunan tanpa kenal lelah maupun bosan.
Semoga bapak ibu pembimbing selalu diberikan kesehatan, amin

5. Untuk sahabat-sahabatku Riri, Lusy, Silva dan Lutfi terimakasih telah memberi
dukungan dan saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah dari awal hingga
akhir penyusunan sampai selesai. Dan untuk teman – temanku D III
Keperawatan angkatan 2014, terimakasih dalam tiga tahun ini telah berjuang
bersama. Semoga kalian sukses dan dapat mewujudkan cita-cita kalian, amin.

6. Almamaterku STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung tempatku bernaung


untuk menimba ilmu dan tempat saya dilahirkan kembali dengan segudang

iv
ilmu. Terima kasih almamaterku, namamu akan selalu ada dalam sanubariku,
aku siap untuk maju dan melangkah lebih tinggi.

7. Yang terakhir dan yang special kedua setelah orang tuaku, seorang yang selalu
membuatku semangat, yang baik dan sekaligus bisa menjadi kakak ku. Terima
kasih atas dukungan dan motivasinya selama ini.

LEMBAR PERSETUJUAN

v
Nama : PUPUT SALEKHA
NIM : A1R14025
Judul : Asuhan Keperawatan Pasien Post Operasi Ca Mamae
Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Di Instalasi Rawat
Inap Anggrek RSUD dr. Iskak Tulungagung

Telah di periksa dan disetujui untuk diseminarkan pada tanggal 16 Mei 2017

Pembimbing I : H. SUKANTO, SPd, S.Kep, Ns, M. Kes


NIDN.07-1512-6404

Pembimbing II : INDAH ROHMAWATI, S.SiT, M. Kes


NIDN. 07-2307-7601

LEMBAR PENGESAHAN

vi
Nama : PUPUT SALEKHA
NIM : A1R14025
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Ca Mamae
Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Di Instalasi Rawat Inap
Anggrek RSUD dr. Iskak Tulungagung

Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada seminar Karya Tulis Ilmiah
Program Diploma III Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Hutama Abdi Husada”
Tulungagung

Pada tanggal 16 Mei 2017

TIM PENGUJI

Ketua : 1. INDAH ROHMAWATI, S.SiT. M. Kes


NIDN. 07-2307-7601

Anggota : 1. Dr. H. YITNO, SKp, MPd


NIDN. 07-2508-6202

2. SUCIATI, S. Kep, Ns, M. Kep


NIDN. 07-0310-6704

Mengetahui
Ketua STIKes “Hutama Abdi Husada”
Tulungagung

H.SUKANTO, SPd, SKep, Ns, M.Kes


NIDN. 07-1512-6404
KATA PENGANTAR

vii
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkah,
rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Ca Mamae dengan Masalah Keperawatan
Nyeri di Instalasi Rawat Inap Anggrek RSUD dr. Iskak Tulungagung” dengan
tepat pada batas waktu yang diberikan.
Pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini di ajukan sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program Diploma III
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Hutama Abdi Husada”
Tulungagung.
Dalam pelaksanaan Studi Pendahuluan hingga penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini peneliti mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Sukanto, SPd, Skep, Ns, M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hutama Abdi Husada Tulungagung.
2. Direktur RSUD dr. Iskak Tulungagung yang telah memfasilitasi peneliti
dalam melakukan studi kasus.
3. Ibu Eny Masruroh, S,Kep,Ns,M.Biomed selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hutama Abdi Husada
Tulungagung.
4. Bapak H. Sukanto, SPd, Skep, Ns, M.Kes selaku dosen pembimbing I yang
telah memberikan pengarahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Indah Rohmawati, S.SiT, M. Kes, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Bapak Mujito, S.Kep.,Ns selaku Kepala Ruang Instalasi Rawat Inap Anggrek
RSUD dr. Iskak Tulungagung yang telah memberikan izin peneliti dalam
melaksanakan studi pendahuluan untuk kelancaran penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Bapak/ Ibu Dosen Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan “Hutama Abdi Husada”
Tulungagung yang telah memberikan pertimbangan, bimbingan, serta
pengarahan selama peneliti mengikuti pendidikan.

viii
8. Kedua Orang Tua ku tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan
dorongan baik material maupun moril selama penyusunan karya tulis ilmiah
desain studi kasus ini.
9. Petugas perpustakaan yang telah membantu dan mengijinkan peneliti mencari
serta meminjam buku – buku referensi.
10. Teman – teman dan semua pihak yang telah bersedia berpartisipasi dan
membantu penelitian sehingga karya tulis ilmiah desain studi kasus ini dapat
terselesaikan.
Dengan berpedoman pada kesempurnaan dan kesuksesan hasil yang
diharapkan, peneliti menyadari dengan sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
karya tulis ilmiah desain studi kasus ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan penyusunan karya tulis ilmiah desain studi kasus ini.
Harapan penulis semoga karya tulis ilmiah desain studi kasus ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umunnya.

Tulungagung, 12 Mei 2017

Peneliti

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN

ix
SAMPUL DALAM.......................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ ii
MOTTO............................................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. vi
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. vii
KATA PENGANTAR...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii
DAFTAR BAGAN........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvii
ABSTRAK........................................................................................................ xviii
ABSTRACT..................................................................................................... xix

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Batasan Masalah.......................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah........................................................................................ 4
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1. Tujuan Umum ........................................................................................ 4
2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
1. Teoritis..................................................................................................... 5
2. Praktis ...................................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Penyakit Ca Mamae........................................................................ 7
1. Anatomi dan Fisiologi Payudara.............................................................. 7
2. Definisi Ca mamae .................................................................................. 9
3. Klasifikasi Ca mamae ............................................................................. 9
4. Stadium Ca mamae.................................................................................. 12
5. Etiologi Ca mamae................................................................................... 14
6. Manifestasi Ca mamae............................................................................. 14
7. Komplikasi Ca mamae............................................................................. 15
8. Patofisilogi Ca mamae............................................................................. 16
9. Penatalaksanaan Ca mamae..................................................................... 18
10. Pemeriksaan diagnostik Ca mamae........................................................ 19
B. Konsep Post Operasi.................................................................................... 24
C. Konsep Nyeri .............................................................................................. 25
1. Definisi Nyeri........................................................................................... 25
2. Fase Nyeri................................................................................................ 25
3. Klasifikasi Nyeri...................................................................................... 27
4. Etiologi Nyeri........................................................................................... 31
5. Manifestasi klinis Nyeri........................................................................... 32
6. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri ............................................ 32
7. Patofisiologi Nyeri................................................................................... 34

x
8. Intensitas Nyeri........................................................................................ 35
9. Skala Pengukuran Nyeri........................................................................... 35
10. Pengkajian Nyeri.................................................................................... 36
11. Penanganan Nyeri.................................................................................. 37
D. Konsep Asuhan Keperawatan...................................................................... 38
1. Pengkajian................................................................................................ 38
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 43
3. Rencana Asuhan Keperawatan................................................................. 44
4. Implementasi............................................................................................ 46
5. Evaluasi.................................................................................................... 46

BAB 3 METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian................................................................................... 48
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 48
1. Lokasi....................................................................................................... 48
2. Waktu....................................................................................................... 48
C. Subjek Penelitian.......................................................................................... 49
D. Pengumpulan Data....................................................................................... 49
1. Wawancara............................................................................................... 49
2. Observasi dan pemeriksaan fisik pasien.................................................. 49
3. Studi dokumentasi dan angket................................................................ 49
E. Uji Keabsahan Data...................................................................................... 50
F. Analisa Data................................................................................................. 50
1. Mereduksi data......................................................................................... 51
2. Penyajian data.......................................................................................... 51
3. Kesimpulan.............................................................................................. 51
G. Etik Penelitian.............................................................................................. 52
1. Informed consent...................................................................................... 52
2. Anonimity................................................................................................. 52
3. Confidentiality.......................................................................................... 53
4. Keterbatasan penulis................................................................................ 53

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil ............................................................................................................ 54
1. Gambaran Lokasi Penelitian ................................................................... 54
2. Pengkajian ............................................................................................... 54
a. Identitas Pasien dan Hasil Anamnesis ................................................ 54
b. Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik .............................................. 57
1) Hasil Observasi ............................................................................... 57
2) Pemeriksaan Fisik ........................................................................... 57
c. Hasil Pemeriksaan Diagnostik ............................................................ 61
d. Analisa Data......................................................................................... 63
3. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 65
4. Rencana Tindakan Keperawatan ............................................................ 65
5. Tindakan Keperawatan ........................................................................... 67
6. Evaluasi ................................................................................................... 70
B. Pembahasan ................................................................................................. 72
1. Pengkajian ............................................................................................... 73

xi
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 78
3. Rencana Tindakan Keperawatan ............................................................ 78
4. Tindakan Keperawatan ........................................................................... 79
5. Evaluasi ................................................................................................... 80

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ................................................................................................. 83
1. Pengkajian ............................................................................................... 83
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 83
3. Rencana Tindakan Keperawatan ............................................................ 84
4. Tindakan Keperawatan ........................................................................... 84
5. Evaluasi ................................................................................................... 84
B. Saran ............................................................................................................ 85
..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86


LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

xii
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi TNM kanker payudara berdasarkan AJCC Center ...... 9
Tabel 2.2 Stadium Ca Mamae berdasarkan pengabungan factor T,N,M ....... 10
Tabel 2.3 Perbedaan nyeri akut dan kronis ................................................... 31
Tabel 2.3 Intervensi keperawatan .................................................................. 45
Tabel 4.1 : Identitas Pasien dan Hasil Anamnesis .......................................... 54
Tabel 4.2 : Hasil Observasi ............................................................................. 56
Tabel 4.3 : Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 57
Tabel 4.4 : Hasil Pemeriksaan Diagnostik ...................................................... 62
Tabel 4.5 : Analisa Data ................................................................................. 63
Tabel 4.6 : Diagnosa Keperawatan ................................................................. 65
Tabel 4.7 : Rencana Tindakan Keperawatan .................................................. 65
Tabel 4.8 : Tindakan Keperawatan ................................................................. 67
Tabel 4.9 : Evaluasi ........................................................................................ 70

DAFTAR BAGAN

xiii
Halaman
Gambar 2.1 : Patofisiologi Post Ca Mamae ................................................... 16

DAFTAR GAMBAR

xiv
Halaman
Gambar 2.1 : Skala Intensitas Nyeri Numerik ............................................... 36

DAFTAR LAMPIRAN

xv
Lampiran 1 Pengajuan judul karya tulis ilmiah
Lampiran 2 Permohonan pengambilan data RSUD dr. Iskak Tulungagung
Lampiran 3 Permohonan pengambilan data di Irna Anggrek RSUD dr.
Iskak Tulungagung
Lampiran 4 Surat balasan dari RSUD dr. Iskak Tulungagung
Lampiran 5 Lembar persetujuan penelitian RSUD dr. Iskak Tulungagung
Lampiran 6 Surat keterangan lolos etik
Lampiran 7 Lembar Informed Consent responden 1
Lampiran 7 Lembar Informed Consent responden 2
Lampiran 7 Lembar keterangan lolos etik
Lampiran 8 Lembar supervisi penelitian
Lampiran 9 Format pengkajian kasus 1 dan kasus 2
Lampiran 10 Rencana asuhan keperawatan SOP RSUD dr. Iskak
tulungagung
Lampiran 11 Lembar Konsultasi bimbingan I Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 12 Lembar Konsultasi bimbingan II Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 13 POA ( Planning Of Action)

DAFTAR ARTI ISTILAH DAN SINGKATAN

xvi
WHO : World Health Organitation
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
IRNA : Instalasi Rawat Inap
Informed consent : Persetujuan menjadi responden
Anonimity : Tanpa nama
Confidentiality : Kerahasiaan
PCR : Polymerase Chain Reaction
NRS : Numerical Rating Scales
NANDA : North American Nurse Diagnosa Association
NIC : Nursing Intervension Clasification
NOC : Nursing Outcome Clasification
ADL : Activity Daily Life
CRT : Capillary Refill Time
GCS : Glasgow Coma Scale
MCH : Mean Corpuscular Hemoglobin
MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration
MCV : Mean Corpuscular Volume
WBC : White Blood Cell
USG : Ultrasonografi
X-Ray : Radiography
Thorax : Dada
Vital Sign : Tanda – tanda vital

Puput, Salekha, 2017, NIM : A1R14025, ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN POST OPERASI CA MAMAE DENGAN MASALAH

xvii
KEPERAWATAN NYERI DI IRNA Anggrek RSUD dr. ISKAK
TULUNGAGUNG, Studi Kasus, Pembimbing 1 : H. SUKANTO, SPd,
S.Kep, Ns, M. Kes, Pembimbing 2 : INDAH ROHMAWATI, S.SiT, M. Kes,
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUTAMA ABDI HUSADA
TULUNGAGUNG TAHUN 2017.

ABSTRAK

Post operasi ca mamae menimbulkan Post Mastectomy chronic Pain


Syndrome (PMPs) atau sindrom nyeri pasca mastektomi yang merupakan kondisi
di mana pasien mengalami nyeri saraf setelah lumpektomi atau mastektomi.
Pasien juga bisa merasakan nyeri pada bagian bahu, lengan, bekas luka atau
ketiak. Keluhan umum lain yang dialami oleh pasien termasuk dengan rasa gatal
yang tidak bisa ditahan, mati rasa atau nyeri seperti tertusuk. Penelitian ini
bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien post operasi ca
mamae dengan masalah keperawatan nyeri di IRNA Anggrek RSUD dr. iskak
tulungagung.
Metode yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini merupakan metode
studi kasus menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan
dokumentasi dengan jumlah partisipan post operasi ca mamae 2 partisipan,
dengan pendekatan proses keperawatan. Pengumpulan data dilaksanakan pada
waktu yang berbeda, pada partisipan yang pertama pada tanggal 1 - 3 maret 2017,
sedangkan pada partisipan yang kedua pada tanggal 8 - 10 maret 2017, dengan
menggunakan instrument penelitian berupa lembar pengkajian, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Berdasarkan hasil penelitian, setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam
didapatkan penurunan nyeri dari kedua partisipan dengan hasil pada Ny.St
masalah teratasi, sedangkan Ny.Sw masalah teratasi.
Kerjasama antar tim kesehatan dengan klien atau keluarga sangat
diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan, komunikasi terapeutik dapat
mendorong klien dan keluarga lebih kooperatif, dengan dilakukan tindakan
manajemen nyeri yang benar dan secara teratur dapat mengurangi tingkat nyeri
yang diakibatkan dari luka insisi.

Kata kunci : Nyeri, Post Operasi Ca Mamae, Manajemen Nyeri.

Puput, Salekha, 2017, NIM, A1R14025, NURSING INSTITUTIONS IN POST


OPERATION CA MAMAE WITH MASS NURSING IN PAIN IRNA

xviii
ANGGREK RSUD DR. ISKAK TULUNGAGUNG, case study, advisor 1 H.
SUKANTO, SPd, S. Kep, Ns, M. Kes, Supervisor 2 INDAH ROHMAWATI, S.
SiT, M. Kes, SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUTAMA ABDI
HUSADA TULUNGAGUNG 2017

ABSTRACT

Post operation ca mamae cause Post Mastectomy Chronic Pain


Syndrome (PMPS) or syndrome pain after mastektomi that is condition in which
the patient undergo pain nerve after lumpektomi or mastektomi. Patients can also
feel pain in parts of the shoulder, arms, scars or armpit. Complaints another
public experienced by a patient including with itching that cannot be detained,
numbness or kind of pain punctured. This study aims to to do care nursing in
patients post operation ca mamae to the issue of nursing pain in IRNA Anggrek
RSUD dr. Iskak Tulungagung.
Methods used in a piece of writing scientific this is a method of case
study use technique interview, observation, physical examination , and
documentation of by the number of participants post operation ca mamae 2
participants, with the approach the process of nursing .Data collection carried
out at different times , in participants the first on march 1 th to 3th, 2017 , while in
participants the second on march 8 th to 10 th, 2017 , by using instrument research
of sheets of study, diagnosis, planning, the implementation, and evaluation.
Based on the results of the study, after 3 x 24 hours action was obtained
the decrease of pain from both participants with the results on Ny.St issue is
resolved, while Ny.Sw issue is resolved.
Cooperation between health teams with clients or families is essential
for the success of nursing care, therapeutic communication can encourage more
cooperative clients and families, with appropriate pain management actions and
can regularly reduce pain levels resulting from incision wounds.

Keywords: Pain, Ca Mamae Operative Post, Pain Management

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ca Mamae adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan

pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan

yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali memerlukan waktu beberapa

tahun untuk dapat terpalpasi serta mengancam nyawa individu penderitanya.

Kanker bisa mulai tumbuh di kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak,

maupun jaringan ikat pada payudara (Brunner & Suddarth, 2013)

Awalnya, sel kanker yang pertama akan tumbuh menjadi tumor sebesar

1 cm dalam kurung waktu 8-12 tahun. Sel pemicu tersebut hanya diam dalam

tubuh inang. Ketika sudah “aktif”, sel ini bergerak menyebar ke tubuh melalui

aliran darah (Savitri, 2015).

Gejala-gejala fisik yang terlihat pada saat kanker payudara menyerang

antara lain: adanya benjolan pada payudara diawali dengan benjolan

berukuran kecil. Penderita tidak akan merasakan nyeri, walaupun benjolan

tersebut akan terus tumbuh. Benjolan tersebut dapat menempel ataupun dapat

digerakkan. Gejala kedua ditandai adanya retraksi puting susu. Puting susu

pada payudara akan tertarik ke dalam. Timbul perubahan pada kulit payudara

di sekitar puting susu yang semula berwarna merah muda/ coklat menjadi

berwarna kekuningan seperti kulit jeruk atau bahkan bisa keluar cairan (darah/

nanah) dari puting susu. Selain menghancurkan kelenjar payudara, pada tahap

ini payudara mulai mengeluarkan bau busuk dan mudah berdarah. Gejala
2

ketiga ditandai adanya pembesaran kelenjar getah bening diketiak, bengkak

pada lengan, dan penyebaran kanker di seluruh tubuh.

Pengobatan untuk Ca Mamae tergantung dari staging (biasa disebut

stadium). Untuk stadium awal biasanya dilakukan pembedahan. Stadium

selanjutnya ada banyak perbedaan pendapat dari para ahli. Tetapi secara garis

besar, pengobatan untuk ca mamae meliputi pembedahan, kemoterapi dan

radiasi. Dari tindakan pembedahan tersebut dapat menimbulkan diantaranya

nyeri (Dewi L, 2009).

Pada pasien post operasi ca mamae menimbulkan Post Mastectomy

chronic Pain Syndrome (PMPs) atau sindrom nyeri pasca mastektomi yang

merupakan kondisi di mana pasien mengalami nyeri saraf setelah lumpektomi

atau mastektomi. Tanda-tanda yang bisa dilihat adalah bagian bawah lengan

mengalami kesemutan atau dinding dada terasa nyeri. Pasien juga bisa

merasakan nyeri pada bagian bahu, lengan, bekas luka atau ketiak. Keluhan

umum lain yang dialami oleh pasien termasuk dengan rasa gatal yang tidak

bisa ditahan, mati rasa atau nyeri seperti tertusuk (Wordpress, 2013).

Menurut International Agency for Researchon Cancer (IARC) tahun

2012 diketahui bahwa ca mamae merupakan penyakit kanker dengan

persentase kasus baru (setelah dikontrol oleh umur) tertinggi, yaitu sebesar

43,3%, dan persentase kematian (setelah dikontrol oleh umur) akibat kanker

payudara sebesar 12,9% pada perempuan di dunia (Statistik Kanker, 2016).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi Ca Mamae

di Indonesia mencapai 0,5 per 1.000 perempuan (Kemenkes RI, 2015).


3

Sepanjang tahun 2014 di Jawa Timur sebanyak 5. 127 orang menderita Ca

Mamae (Amaludin, 2015).

Berdasarkan angka insiden di RSUD dr. Iskak Tulungagung,

didapatkan angka kejadian penyakit Ca Mamae dilaporkan dalam 1 tahun

terakhir tahun 2016 mulai bulan Januari 21 orang, Februari 18 orang, Maret 9

orang, April 12 orang, Mei 14, Juni 9 orang, Juli 11 orang , Agustus 15 orang,

September 12 orang, Oktober 16 orang, November 41 orang, Desember 20

orang dan total seluruhnya adalah 198 orang. (RSUD dr.Iskak Tulungagung,

2017).

Dampak post operasi ca mamae dengan masalah nyeri menimbulkan

berbagai reaksi pada perempuan pasca mastektomi yang muncul adalah

anoreksia dan insomnia (Zamralita, 1999).

Peran perawat memberikan asuhan keperawatan pada pasien post

operasi ca mamae dengan masalah nyeri dengan melakukan pengkajian yang

seksama tentang frekuensi, lokasi & skala nyeri. Ajarkan tehnik distraksi

relaksasi dengan nafas dalam. Beri tahu pasien untuk turun dari tempat tidur

melalui sisi tubuh yang tidak terkena operasi tujuannya untuk mengurangi

tekananan dan rasa nyeri pada luka bekas operasi. Waktu ambulasi/ duduk,

lengan yang terkena dapat disokong dengan kain untuk mengurangi tekanan

dan benarkan pada bahu untuk menghindari stasis cairan limfe dan darah vena

pada lengan. Kolaborasi dalam pemberian analgesik sesuai program dokter.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik dan ingin melakukan

penelitian dengan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Ca Mamae


4

dengan Nyeri di Instalasi Rawat Inap Anggrek RSUD dr. Iskak

Tulungagung”.

B. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada

pasien post operasi ca mamae dengan masalah nyeri di Instalasi Rawat Inap

Anggrek RSUD dr. Iskak Tulungagung.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah dalam asuhan keperawatan ini “Bagaimana Asuhan Keperawatan

pada pasien Post Operasi Ca Mamae dengan nyeri?”

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Melakukan asuhan keperawatan pada pasien Post Operasi Ca Mamae

dengan Nyeri.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien post operasi ca

mamae dengan nyeri di Instalasi Rawat Inap Anggrek RSUD dr.

Iskak Tulungagung

b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada pasien post operasi ca

mamae dengan nyeri di Instalasi Rawat Inap Anggrek RSUD dr.

Iskak Tulungagung
5

c. Mengidentifikasi perencanaan keperawatan pada pasien post operasi

ca mamae dengan nyeri di Instalasi Rawat Inap Anggrek RSUD dr.

Iskak Tulungagung

d. Mengindentifikasi tindakan keperawatan pada pasien post operasi ca

mamae dengan nyeri di Instalasi Rawat Inap Anggrek RSUD dr.

Iskak Tulungagung

e. Mempelajari evaluasi keperawatan pada pasien post operasi ca

mamae dengan nyeri di Instalasi Rawat Inap Anggrek RSUD dr.

Iskak Tulungagung.

E. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Mengembangkan ilmu keperawatan khususnya asuhan keperawatan

pada pasien post operasi ca mamae dengan masalah keperawatan nyeri.

2. Praktis

a. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman nyata bagi peneliti untuk

mengaplikasikan ilmu keperawatan yang diperoleh selama mengikuti

pendidikan akademik serta dapat menambah wawasan mengenai

tindakan manajemen nyeri pada pasien post operasi ca mamae dengan

nyeri secara mendalam.

b. Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan untuk

meningkatkan pengetahuan, keilmuan, dan dapat menjadi tambahan


6

kepustakaan untuk memperkaya pustaka yang ada, serta dapat

digunakan sebagai referensi peneliti selanjutnya.

c. Bagi Institusi Rumah Sakit

Memberikan masukan dan pertimbangan bagi tim kesehatan

khususnya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien post operasi ca mamae di Instalasi Rawat Inap Anggrek RSUD

dr. Iskak Tulungagung.

d. Profesi Keperawatan

Memberi masukan dan sumbangan bagi perkembangan ilmu

keperawatan dan profesi keperawatan yang profesional.


7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Ca Mamae

1. Anatomi dan Fisiologi Payudara

Kelenjar mammae atau payudara (buah dada) adalah pelengkapan

pada organ reproduksi wanita dan mengeluarkan air susu. Buah dada

terletak di dalam fasia superfisialis di daerah pektoral antara sternum dan

aksila, melebar dari kira-kira iga kedua atau ketiga sampai iga keenam

atau ketujuh. Berat dan ukuran buah dada berlain-lainan pada masa

pubertas membesar, dan bertambah besar selama hamil dan sesudah

melahirkan, dan menjadi atrofik pada usia lanjut. Bentuk buah dada

cembung ke depan dengan puting di tengahnya, yang terdiri atas kulit dan

jaringan erektil dan berwarna tua. Puting ini dilingkari daerah berwarna

cokelat yang disebut areola. Dekat dasar puting terdapat kelenjar

sebaseus, yaitu kelenjar Montgomery, yang mengeluarkan zat lemak

supaya puting tetap lemas. Puting berlubang-lubang 15 sampai 20 buah,

yang merupakan saluran dari kelenjar susu (Pearce, 2011)

Menurut Syaifuddin (2011), struktur payudara meliputi:

a. Cauda axillaris: jaringan payudara yang meluas ke arah axilla.

b. Areola: daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan

mengalami pigmentasi. Areola berwarna merah muda pada wanita

yang berkulit cerah, lebih gelap pada wanita yang berkulit coklat dan

warnaa tersebut menjadi lebih gelap pada waktu hamil.

7
8

c. Papila mamae terletak di pusat areola mamae setinggi iga (kosta ke

empat). Papila mamae adalah suatu tonjolan dengan panjang kira-

kira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil berpigmen. Permukaan

papilla mamae berlubang-lubang berupa papilare ada 4 macam yaitu

normal, pendek, panjang dan terbenam.

d. Alveoli : mengandung sel-sel yang mesekresi air susu, disebut acini

yang mengekstraksi factor-faktor dari darah yang penting untuk

membuuhkan air susu. Disekiling setiap alveolus terdapat sel-sel mio

epitel, apabila sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi

sehingga mengalirkan air susu ke dalam duktus laktifer. Alveolus

yaitu unit terkecil yang memproduksi susu,. Bagian dari alfeolus

adalah sel acini, jaringan lemak, sel plasma,sel otot polos,dan

pembuluh darah. Kumuplan alveolus disebut lobulus.

e. Lobus adalah beberapa lobulus yang terkumpul menjadi 15 sampai 20

lobus pada setiap mamae. Air susu dialirkan dari alveolus ke dalam

saluran kecil (duktulus), kemudian duktulus bergabung membentuk

saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

f. Tubulus laktifer : saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.

g. Duktus laktifer : saluran sentral yang merupakan muara beberapa

tubulus laktifer. Meluas dari ampulla sampai muara papilla mamae.

h. Ampulla : bagian dari duktus laktifer yang melebar sebagai tempat

penyimpanan air susu. Ampulla terletak di bawah areola.

i. Jaringan ikat dan lemak : sebagai jaringan penunjang dan pelindung.


9

2. Definisi Ca Mamae

Carsinoma mamae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel

normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,

berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah

(NANDA, 2015).

Ca mamae adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan

pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami

pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali memerlukan

waktu beberapa tahun untuk dapat terpalpasi serta mengancam nyawa

individu penderitanya. Kanker bisa mulai tumbuh di kelenjar susu,

saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara

(Brunner & Suddarth, 2013)

Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada

jaringan pada payudara, berasal dari komponen kelenjarnya (epitel

saluran maupun lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar seperti

jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara

(Rasjidi, 2010).

3. Klasifikasi Ca Mamae

Klasifikasi Ca Mamae adalah:

Tabel 2.1 Klasifikasi TNM kanker payudara berdasarkan AJCC Center,


Staging Manual, 6th Edition (Rasjidi, 2010)
Klasifikasi Definisi
Tumor primer (T) 
Tx Tumor primer tidak dapat didapatkan.
T0 Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Kanker in situ
Tis (DCIS) Duktal Karsinoma In Situ.
Tis (LCIS) Lobular Karsinoma In Situ.
Tis (Paget) Paget’s Disease tanpa adanya tumor
T1 Tumor <2 cm.
Timic Mikroinvasif > 0,1 cm
10

Klasifikasi Definisi
Tia Tumor > 0,1 - <0,5 cm.
Tib Tumor >0,5 - <1 cm.
Tic Tumor >1 - <2cm.
T2 Tumor >2 – <5 cm
T3 Tumor diatas 5 cm
T4 Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung
ke dinding thorax atau kulit
T4a Melekat pada dinding dada.
T4b Edema kulit, ulkus, peau d’orange
T4c T4a dan T4b
T4d Inflamatory carcinoma.
Nodus limfe regional (N)
Nx Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
N0 Tidak teraba kelenjar axila
N1 Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak
melekat
N2 Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang
melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan
sekitarnya
N3 Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
Metastase jauh (M) :
Mx Metastase jauh tidak dapat ditentukan
M0 Tidak ada metastase jauh
M1 Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan ketiga faktor

tersebut kemudian digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai

berikut :

Tabel 2.2 Stadium Ca Mamae berdasarkan penggabungan faktor T, N, M


(Dewi L, 2009)
Stadium Gabungan faktor T, N, M
0 T0 N0 M0
1 T1 N0 M0
IIA T0 NI M0/ T1 N1 M0/ T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0 / T3 N0 M0
IIIA T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0/ T3 N3 M0
IIIB T4 N0 M0 / T4 N1 M0
IIIC Tiap N3 M0
IV Tiap T- Tiap N- M1
Menurut Dewi L (2009), Ca Mamae berdasarkan sifat serangannya

dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Invasive Breast Cancer (Kanker Payudara Invasif)

Sel kanker merusak saluran dan dinding kelenjar susu serta

menyerang lemak dan jaringan konektif payudara di sekitarnya.


11

Kanker dapat bersifat invasif (menyerang) tanpa selalu menyebar ke

pembuluh limfe atau organ tubuh yang lain.

b. Non Invasive Breast Cancer (Kanker Payudara Non Invasif)

Sel kanker terkunci dalam saluran susu dan tidak menyerang lemak

dan jaringan sekitarnya.

Berdasarkan tingkat prevalensinya Ca Mamae di bagi menjadi dua,

yaitu yang umum terjadinya dan jarang terjadi (Dewi L, 2009)

a. Ca Mamae yang umum terjadi :

1) Lobular carcinoma in situ

Kata “in situ” merujuk pada kanker yang tidak menyebar dari area

dimana kanker tersebut berasal. Pertumbuhan sel jelas terlihat,

berada di dalam kelenjar susu.

2) Mucinous carcinoma

Terbentuk oleh sel kanker yang memproduksi mucus (lendir).

3) Inflamatory breast cancer

Merupakan kondisi dimana payudara terlihat meradang (merah dan

hangat) dengan cekungan atau pinggiran yang tebal, disebabkan

oleh sel kanker yang menyumbat pembuluh limfe kulit

pembungkus payudara.

4) Paget’s disease of the nipple

Satu jenis Ca Mamae yang berawal dari saluran susu, kemudian

menyebar ke kulit areola dan puting. Kulit payudara akan pecah-

pecah, memerah, mengoreng (borok) dan mengeluarkan cairan.

5) Phylloides tumor
12

Ca Mamae dapat bersifat jinak maupun ganas. Tumor phylloides

berkembang di dalam jaringan payudara.

4. Stadium Ca Mamae

Stadium kanker menurut (Savitri, 2015)

a. Stadium 0 :

Kanker payudara pada stadium ini disebut juga denga

carcinoma in situ. Ada tiga jenis carsinoma in situ yaitu ductal

carsinoma in situ (DCIS), lobular carcinoma in situ (LCIS) dan

penyakit Paget puting susu.

b. Stadium I :

Pada stadium I, kanker umumnya sudah mulai terbentuk.

Stadium I kanker payudara dibagi ke dalam dua bagian tergantung

ukuran dan beberapa faktor lannya

1) Stadium IA: tumor berukuran 2 cm atau lebih kecil dan belum

menyebar keluar payudara.

2) Stadium IB: tumor berukuran sekitar 2 cm dan tidak berada pada

payudara melainkan pada kelenjar getah bening.

c. Stadium II

Pada stadium II, kanker umumnya telah tumbuh membesar.

Stadium II dibagi dalam dua bagian yaitu:

1) Stadium IIA: kanker berukuran sekitar 2-5 cm dan ditemukan

pada 3 lajur kelenjar getah bening.


13

2) Stadium IIB: kanker berukuran sekitar 2-5cm dan ditemukan

menyebar pada 1-3 lajur kelenjar getah bening dan atau terletak

didekat tulang dada.

d. Stadium III

Pada tahap ini, kanker dibagi menjadi tiga stadium yaitu:

1) Stadium IIIA : kanker berukuran lebih dari 5 cm dan ditemukan

pada 4-9 lajur kelenjar getah bening dan atau di area dekat tulang

dada.

2) Stadium IIIB : ukuran kanker sangat beragam dan umumnya telah

menyebar ke dinding dada hingga mencapai kulit sehingga

menimbulkan infeksi pada kulit payudara (inflamatory breast

cancer).

3) Stadium IIIC : ukuran kanker sangat beragam dan umumnya telah

menyebar ke dinding dada dan atau kulit payudara sehingga

mengakibatkan pembengkakan atau luka. Kanker juga mungkin

sudah menyebar ke 10 lajur kelenjar getah bening atau kelenjar

getah bening yang berada dibawah tulang selangka atau tulang

dada.

e. Stadium IV

Pada stadium ini kanker telah menyebar dari kelenjar getah

bening menuju aliran darah dan mencapai organ lain dari tubuh

seperti otak, paru-paru, hati atau tulang.


14

5. Etiologi Ca Mamae

Penyebab dari ca mamae, belum dapat dijelaskan tapi banyak

penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan

dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk timbulnya ca mamae

teridiri dari factor resiko yang tidak dapat dirubah dan dapat dirubah

(Rasjidi, 2010)

a. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah

1) Umur (> 40 tahun)

2) Menarse usia dini sebelum usia 12 tahun

3) Menopause usia lanjut setelah usia 55 tahun

4) Riwayat keluarga

5) Riwayat penyakit payudara jinak

b. Faktor resiko yang dapat dirubah atau dicegah

1) Riwayat kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum

pernah hamil

2) Obesitas dan konsumsi lemak tinggi

3) Penggunaan hormone dan kontrasepsi oral

4) Konsumsi zat kimia dalam jangka lama


5) Konsumsi rokok

6) Riwayat keterpaparan radiasi

6. Manifestasi Klinis Ca Mamae

Menurut Intan & Iwan (2012), manifestasi klinis Ca Mamae

a. Ada benjolan yang keras di sekitar jaringan payudara atau bahkan

salah satu payudara tampak lebih besar. Benjolan ini umumnya tidak
15

menimbulkan rasa sakit, mulai dari ukuran kecil yang kemudian

menjadi besar dan teraba seperti melekat pada kulit (terfiksasi).

b. Terjadi perubahan pada kulit payudara sekitar benjolan, di antaranya

berkerut dan iritasi seperti kulit jeruk. Saat benjolan mulai membesar,

barulah menimbulkan rasa sakit (nyeri) saat ditekan.

c. Bentuk dan warna puting berubah (bisa masuk ke dalam, atau terasa

sakit terus-menerus) serta mengeluarkan cairan/ darah.

d. Ada luka di payudara yang sulit sembuh.

e. Payudara terasa panas, memerah, dan bengkak.

f. Terasa sangat gatal di daerah sekitar puting.

g. Pada perabaan ada bagian payudara yang terasa lebih hangat

dibandingkan daerah sekitar.

7. Komplikasi Ca Mamae

a. Gangguan Neurovaskuler

b. Metastasis: otak, paru, hati, tulang tengkorak vertebra, iga, tulang

panjang.

c. Fraktur patologis.

d. Fibrosis patologi

e. Fibrosis payudara

f. Kematian (Sjamsuhidayat, 2004)


16

8. Patofisiologi

Faktor resiko yang tidak dapat dirubah: Faktor resiko yang dapat diubah:
umur, menarche usia dini, menopause riawayat kehamilan, obesitas dan
usia lanjut, riwayat keluarga, riwayat konsumsi lemak tinggi, penggunaan
penyakit payudara jinak. hormon dan komtrasepsi oral, konsumsi
rokok, riwayat keterpaparan radiasi

- Sel epitel saluran kelenjar air susu


- Epitel lobulus
- Gelang puting susu, tempat lain

.
Penyebaran
Langsung limfogen &
Pertumbuhan
hematogen
lokal

Kanker payudara

Sel/jaringan perdarahan Kurang Metastase jauh


pengetahuan

Pertumbuhan Kekurangan Paru Kulit Kelenjar limfa


tidak normal volume cairan cemas

Sesak Gangguan Perubahan


Benjolan pada
payudara Resiko syok integritas perfusi
hipovolemik kulit jaringan
Gangguan
pola napas
Nyeri

Pembedahan

Post Operasi Adanya luka Pengangkatan Kurang


terbuka organ pengetahuan
Luka insisi
Resiko infeksi Gangguan
citra tubuh Cemas
Terputusnya
jaringan

Nyeri

Gambar 2.1 Patofisiologi Post Operasi Ca Mamae (Price, 2005)


17

Faktor resiko dapat merusak sel-sel yag ada di sel epitel payudara,

saluran kelenjar air susu epitel lobulus, puting susu dan tempat lain. Sel

kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses yang disebut

transformasi yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi dan progresif.

Pada tahap inisiasi terjadi perubahan dalam bahan genetik sel yang

memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini

disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa

bahan kimia, virus, hormon dan radiasi. Tidak semua sel memiliki

kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam

sel disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap karsinogen.

Pada tahap promosi, sel yang telah mengalami inisiasi akan

menjadi maligna. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan

terpengaruhi oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan beberapa faktor

untuk terjadinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan

suatu karsinogen).

Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen

pada progresif ini timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan

maligna. Ca Mamae menginvasi secara lokal dan menyebar pertama kali

melalui kelenjar getah bening regional, aliran darah, atau keduanya.

Kanker payudara yang bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh,

terutama paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit (Price, 2005)


18

9. Penatalaksanaan Ca Mamae

Menurut Rasjidi, (2010) penatalaksaan Ca Mamae meliputi:

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer melalui promosi dan edukasi pola hidup

sehat serta menghidari faktor resiko terjadinya Ca Mamae.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dengan SADARI (pemeriksaan payudara

sendiri), pemeriksaan klinis payudara / CBE (Clinical Breast

Examination) untuk menentukan benjolan, melakukan USG

(Ultrasonography) untuk mengetahui batas-batas tumor dan jenis

tumor, melakukan mammografi untuk menemukan adanya kelainan

sebelum terdapat gejala tumor dan adanya keganasan.

c. Pencegahan Tersier

Menerima pelayanan di rumah sakit (diagnosis dan pengobatan)

dan juga mendapatkan terapi paliatif.

Menurut Dewi L (2009), pengobatan Ca Mammae tergantung dari

ukuran dan letak tumor, kanker sudah mengalami penyebaran atau belum,

dan kondisi kesehatan klien secara umum. Pengobatan Ca Mamae

meliputi:

a. Operasi

Tujuan dilakukan operasi adalah mengangkat tumor dan

membersihkan jaringan sekitar. Tindakan operasi dapat dilakukan

pada kanker stadium I, II, dan III. Jenis operasi yang dilakukan untuk
19

mengobati Ca Mamae ada 2 yaitu mastektomi atau operasi

pengangkatan payudara dan pengangkatan Kelenjar Getah Bening

(KGB)/ ketiak. Yang dilakukan terhadap penderita Ca Mamae yang

sudah bermetastasis tetapi besar tumor dari 2,5 cm.

b. Terapi Radiasi

Radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena

kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan

membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi.

c. Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker,

yang dapat diberikan secara oral atau diminum dan intravenous atau

diinfuskan yang bertujuan membunuh sel kanker. Obat-obatan ini

tidak hanya membunuh sel kanker pada payudara.

d. Terapi Hormon

Terapi hormon berguna bagi klien yang hasil biopsinya

menunjukkan hasil positif untuk Estrogen Reseptor (ER +) dan

Progesteron Receptor (PR+). Tipe kanker ini berarti pertumbuhannya

dipengaruhi oleh hormon-hormon tersebut sehingga diperlukan obat

untuk memblock atau mengerem pertumbuhan tumor. Pemakaiannya

bisa sendiri atau bersama dengan obat kemoterapi.

10. Pemeriksaan Diagnostik Ca Mamae

Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi

2 yaitu non invasive dan invasive. Menurut (Rasjidi, 2010)


20

a. Non Invasive

1) Mammografi

Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis

sinar X yang diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi

adalah kemampuan mendeteksi tumor yang belum teraba (radius

0,5 cm) sekalipun masih dalam stadium dini.Waktu yang tepat

untuk melakukan mammografi pada wanita usia produktif adalah

hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada perempuan usia nonproduktif

dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-

beda berkisar antara 83%-95%.

2) Ultrasound

Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut

sangat berguna dan akurat dalam mengevaluasi densitas payudara

dan dan akurat dalam membedakan antara kista dengan massa

padat. Namun untuk masa yang lebih kecil antara 5-10 mm tidak

dapat divisualisasi dan massa pada jaringan lemak payudara sulit

dievaluasi. Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak ada

nyeri.

3) Computed Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans

Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk

mengevaluasi kelainan payudara sekarang sudah mulai diselidiki.

Teknik ini mengambil peran dalam mengevaluasi axila,


21

mediastinum dan area supralivikula untuk adenopati dan

membantu dalam melakukan stging pada proses keganasan.

b. Invasiv

1) Sitologi Aspirasi

Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus

(ukuran 20 atau yang lebih kecil) dengan spuit untuk

mengaspirasi sel pada area yang dicuriga, lalu dismear di atas

slide dan difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi.

Jika specimen diambil secara tepat, prosedur ini sangat akurat.

Namun pemeriksaan ini tidak dapat untuk memeriksa gambaran

histopatologi jaringan sebab pemeriksaan ini tidak mampu

mengambil struktur jaringan sekitar. Teknik stereotaktik untuk

sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum diamerika

serikat. Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk

menentukan secara akurat resptor estrogen dan progesterone pada

specimen yang sangat kecil. Untuk menegtahui resptor

menggunakan teknik ini sudah dikembangkan namun masih

belum merata keberadaanya dilaboratorium patologi anatomi.

2) Core Needle Biopsy (CNB)

Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar

sering dilakukan. Hal tersebut lebih invasive dibandingkan

dengan aspires jarum. CNB lebih akurat dan bisa digunakan

untuk menentukan reseptor estrogen dan progesterone serta bisa

dilakukan untuk memeriksa gambaran histopatologi.


22

3) Biopsy

Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan

ultrasound. Biopsi TerbukaTerdapat berbagai macam teknik

biopsy terbuka yaitu:

a) Biopsy Eksisi

Istilah biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti

dengan mengangkat seluruh massa yang terlihat dan biasanya

dengan sedikit batas jaringan yang sehat. Hal tersebut perlu

direncanakan secara hati-hati dan curiga lesinya bersifat

gana. Kebanyakan bipsi bisa dilakukan dengan lokal anestesi.

Namun dengan kenyamanan pasien biasa dilakukan dengan

sedasi intravena. Poting beku biasa dilakukan dan bisa

disimpan untuk tes resptor estrogen dan progesterone.

b) Biopsi Insisi

Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy

eksisi biasanya dilakukan biopsy insisi dengan hanya

mengambil sedikit jaringan. Hal ini bisa dilakukan dalam

anestesi lokal dan cukup nyaman pada pasien poli.

c) Needle-Guided Biopsy (GNB)

Skrinning mammografi bisa digunakan untuk melihat

lesi mencurigakan sebelum muncul secara klinis. Dan hal

tersebut bisa dijadikan petokan dalam melakukan biopsy


23

jarum dengan bantuan mammografi. Teknik ini dilakukan

atas dasar prinsip menghilangkan lesi secara presisi tanpa

mengorbankan jaringan sehat sekitar. Pasien dilakukan

mamografi yang disesuaikan dengan film aslinya dan

dilakukan introduks berdasarkan gambaran film tersebut. Jadi

bisa disimpulkan NGB merupakan biopsy dengan bantuan

mamograf.

d) Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)

Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat

gambarannya melalui ultrasound. Bisa dilakukan dengan

pasien pada posisi supine, dan payudara discan menggunakan

tranducer. Lalu kulitnya ditandai dengan pensil, lalu

dilakukan biopsy secara standard. Aspirasi kista juga bisa

dilakukan dengan bantuan ultrasound.

e) Nipple Discharge Smear (NDS)

Setelah menekan daerah puting maka akan keluar

cairan. Cairan yang bisa keluar bisa diusap pada gelas kaca

difikasi dan dapat dilihat untuk dievaluasi secara sitologi.

Dilaporkan, sitologi dari NDS memiliki hasil negative palsu

sebesar 18% dan positif sebesar 2,5% jadi dibutuhkan

ketelitian dan kehatihatian dalam menginterprestasi hasil

tersebut.

f) Nipple Biopsy
24

Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan

gatal atau nipple discharge biasa diperbolehkan untuk

dilakukan biopsy puting. Sebuah potongan nipple /areola

complex bisa dieksisi dalam lokal anatesi dengan tepi

minimal.

B. Konsep Post Operasi

Menurut Mary Baradero (2008), perawatan pasca operasi adalah tahap

akhir dari keperawatan perioperatif. Selama tahap ini keperawatan diarahkan

pada usaha untuk menstabilkan kondisi pasien. Bagi perawat perioperatif,

perawatan pasca operasi dimulai sejak pasien dipindahkan ke ruang

pemulihan sampai diserahterimakan kembali kepada perawat ruang, rawat

inap atau ruang intensif.

1. Monitor tanda-tanda vital, keadaan umum klien, drainase,selang dan

komplokasi

2. Manajemen luka

Mengamati kondisi luka operasi dan jahitannya, memastikan luka

tidak mengalami perdarahan abnormal.

3. Mobilisasi dini

Mobilisasi dini dapat diakukan meliputi ROM (ruang of motion),

nafas dalam dan juga batuk efektif yang genting untuk mengaktifkan

kembali fungsi neuromoskuler dan mengeluarkan secret.

4. Rehabilitasi
25

Rehabilitasi diperlukan oleh klien untuk memberikan kondisi

kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan yang

diperlukan untuk memaksimalkan ondisi klien seperti sedia kala.

5. Discharge planning

Merencanakan kepulangan klien dan memberikan informasi kepada

klilen dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dilakukan dan dihindari

sehubungan dengan kondisi atau penyakitnya pasca operasi.

C. Konsep Nyeri

1. Definisi Nyeri

Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa

(International Association for the study of Pain): awitan yang tiba-tiba

atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat

diantisipasi atau diperediksi dan berlangsung < 6 bulan (NANDA, 2015).

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat

individual. Dikatakan individual karena respons individu terhadap sensasi

nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Hal ini

menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri pada klien. (Asmadi,

2008).

2. Fase Nyeri

a. Fase antisipasi (terjadi sebelum nyeri diterima)


26

Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting,

karena fase ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini

memungkinkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk

menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat

penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.

b. Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa)

Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu

bersifat subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga

berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara

satu orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat

toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan

stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya

rendah akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien

dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri

tanpa bantuan, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya

rendah sudah mencari upaya mencegah nyeri, sebelum nyeri datang.

Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan

bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus

yang sama. Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu dengan

endorfin tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit

endorfin merasakan nyeri lebih besar.

Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan,

mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh. Ekspresi

yang ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk


27

mengenali pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus

melakukan pengkajian secara teliti apabila klien sedikit

mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak

mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus

seperti itu tentunya membutuhkan bantuan perawat untuk membantu

klien mengkomunikasikan nyeri secara efektif.

c. Fase akibat (terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti)

Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada

fase ini klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri

bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa

pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka

respon akibat (aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang

berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri

untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang

(Tarwoto, 2006)

3. Klasifikasi Nyeri

a. Nyeri berdasarkan tempatnya:

1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh

misalnya pada kulit, mukosa.

2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang

lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.

3) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena

penyakit organ / struktur di tubuh yang ditransmisikan ke bagian

tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.


28

4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada

sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus, dan lain-lain

(Asmadi, 2008)

b. Nyeri berdasarkan sifatnya:

1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu

menghilang.

2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan

dalam waktu yang lama.

3) Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi

dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ±10-15 menit,

lalu menghilang, kemudian timbul lagi (Asmadi, 2008)

c. Nyeri bedasarkan berat ringannya:

1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.

2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.

3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas tinggi (Asmadi, 2008)

d. Nyeri berdasarkan lama/ durasinya:

1) Nyeri Akut

Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosi yang

tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual

atau potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti

(International Association for the Study of Pain), awitan yang tiba-

tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan


29

akhir dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya

kurang dari enam bulan (Wilkinson, 2013)

Batasan karakteristik menurut (wilkinson, 2013) :

a) Subjektif

Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan [nyeri]

dengan isyarat.

b) Objektif

(1) Posisi untuk menghindari nyeri.

(2) Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak

bertenaga sampai kaku)

(3) Respons autonomik (misalnya; diaforesis, perubahan

tekanan darah, pernapasan, atau nadi, dilatasi pupil).

(4) Perubahan selera makan.

(5) Perilaku distraksi (misalnya; mondar-mandir, mencari

orang dan/ atau aktivitas lain, aktivitas berulang).

(6) Perilaku ekspresif (misalnya; gelisah, merintih, menangis,

kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsang dan

menghela napas panjang).

(7) Perilaku menjaga atau sikap melindungi.


30

(8) Fokus menyempit (misalnya; gangguan persepsi waktu,

gangguan proses pikir, interaksi dengan orang lain atau

lingkungan menurun).

(9) Bukti nyeri yang dapat diamati.

(10) Berfokus pada diri sendiri.

(11) Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur

atau tidak menentu, dan menyeringai).

2) Nyeri kronik

Nyeri kronik merupakan pengalaman sensori dan emosi

yang tidak menyenangkan, akibat kerusakan jaringan aktual atau

potensial atau digambarkan dengan istilah kerusakan

(Iinternasional Association for the Study of Pain), awitan yang tiba-

tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan

akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya

lebih dari enam bulan. (wilkinson, 2013)

Batasan karakteristik menurut (Wilkinson, 2013),

mengungkapkan secara verbal atau dengan isyarat atau

menunjukkan bukti sebagai berikut:

a) Subjektif:

(1) Depresi.

(2) Keletihan.

(3) Takut kembali cedera.

b) Objektif
31

(1) Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas

sebelumnya.

(2) Anoreksia.

(3) Atrofi kelompok otot yang terlibat.

(4) Perubahan pola tidur.

(5) Wajah topeng.

(6) Perilaku melindungi.

(7) Iritabilitas.

(8) Perilaku protektif yang dapat diamati.

(9) Penurunan interaksi dengan orang lain.

(10) Gelisah.

(11) Berfokus pada diri sendiri.

(12) Respons yang dimediasi oleh saraf simpatis (misalnya;

suhu dingin, perubahan posisi tubuh, dan

hipersensitivitas).

(13) Perubahan berat badan.

Tabel 2.3 Perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis (Asmadi, 2008)
Perbedaan nyeri akut
dan nyeri kronis Nyeri akut Nyeri kronis
Karakteristik
Waktu Kurang dari enam Lebih dari enam bulan
bulan
Daerah nyeri Daerah nyeri Daerah nyeri menyebar
terlokalisasi
Karakteristik nyeri Nyeri terasa tajam Nyeri terasa tumpul
seperti ditusuk, disayat, seperti ngilu, linu, dan
dicubit, dan lain-lain. lain-lain.
Respons sistem saraf Saraf simpatis: Saraf parasimpatis:
takikardia, peningkatan penurunan tekanan
respirasi, peningkatan darah, brakikardia, kulit
tekanan darah, pucat, kering, panas, dan pupil
lembap, berkeringat, konstriksi.
dan dilatasi pupil.
Keadaan umum Penampilan klien Penampilan klien tampak
32

Perbedaan nyeri akut


dan nyeri kronis Nyeri akut Nyeri kronis
Karakteristik
tampak cemas, gelisah, depresi dan menarik diri
dan terjadi ketegangan
otot.

4. Etiologi Nyeri

a. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat

bedah atau cidera.

b. Iskemik jaringan.

c. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari

atau tak terkendali, dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme

biasanya terjadi pada otot yang kelelahan dan bekerja berlebihan,

khususnya ketika otot teregang berlebihan atau diam menahan beban

pada posisi yang tetap dalam waktu yang lama.

d. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan

tekanan lokal dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat

kimia bioaktif lainnya.

e. Post operasi setelah dilakukan pembedahan (Asmadi, 2008).

5. Manifestasi Klinis Nyeri

a. Gangguan tidur

b. Posisi menghindari nyeri (menarik bagian yang disentuh)

c. Gerakan menghindari nyeri (memegang bagian yang sakit)

d. Raut wajah kesakitan (menangis, merintih)

e. Perubahan nafsu makan

f. Tekanan darah meningkat (tekanan darah normal 120/80 mmHg)

g. Nadi meningkat
33

h. Pernafasan meningkat

i. Depresi, frustasi (Asmadi, 2008)

6. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri

Menurut Tamsuri (2007) faktor yang mempengaruhi nyeri sebagai

berikut:

a. Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus

mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang

melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan

fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena

mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan

mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika

nyeri diperiksakan.

b. Jenis Kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara

signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor

budaya (ex: tidak pantas jika laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh

mengeluh nyeri)

c. Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka

berespon terhadap nyeri. (ex: suatu daerah menganut kepercayaan

bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka

melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri)

d. Makna nyeri
34

Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap

nyeri dan bagaimana mengatasinya.

e. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang

meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan

upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.

Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi

nyeri.

f. Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa

menyebabkan seseorang cemas.

g. Pengalaman Masa Lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan

saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi

nyerinya.

Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di

masa lalu dalam mengatasi nyeri.

h. Pola Koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri

dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan

seseorang mengatasi nyeri

i. Dukungan Keluarga Dan Sosial


35

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota

keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan

perlindungan

7. Patofisiologi Nyeri

Terdapat 2 tahap konduksi impuls noriseptif yaitu melalui system

noriseptif reseptor di perifer, lewat serabut aferen, masuk medulla spinalis

kemudian ke batang otak oleh mesenfalon. Kedua, melalui tingkat pusat

impuls noriseptif mesenfalon ke korteks serebri di korteks asosiasinya

sensasi nyeri dapat dikenal karakteristiknya. Impuls-impuls nyeri

disalurkan ke sumsum tulang belakang oleh 2 jenis serabut bermielin A

delta dan C dari saraf aferen ke spinal dan sel raat dan sel horn. Impuls

nyeri menyeberangi sumsum belakang pada interneuron-interneuron

bersambung dengan jalur spinalis asenden. Paling sedikit ada 6 jalur

ascenden untuk impuls-impuls nosireseptor yang letak belahan

vencral dari sumsum belakang yang paling utama. Impuls-impuls ke

batang otak dan sebagian ke thalamus mengaktifkan respon automik dan

limbuk pada otak. Kemudian afektif digerakan (Potter, 2005).

8. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan

sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang

berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling

mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu


36

sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat

memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

9. Skala Pengukuran Nyeri

Gambaran skala nyeri merupakan makna yang dapat diukur.

Adapun cara mengkaji intensitas nyeri yaitu:

a. Skala penilaian numerik (Numerical rating scales / NRS)

Skala penilaian numerik (Numerical rating scales / NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini,

klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling

efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah

intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri,

maka direkomendasikan patokan 10 cm. (Potter, 2005)

Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri Numerik (Potter, 2005)

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan (pasien dapat berkomunikasi dengan baik)

4-6 : Nyeri sedang (pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan

lokasi nyeri, dapat mendiskripsikannya, dapat mengikuti perintah

dengan baik)

7-9 : Nyeri berat terkontrol (pasien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respons terhadap tindakan, dapat menunjukkan


37

lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi

dengan teknik relaksasi dan distraksi)

10 : Nyeri berat terkontrol (Pasien tidak mampu lagi berkomunikasi,

memukul)

10. Pengkajian Nyeri

Pengkajian keperawatan pada masalah nyeri secara umum

mencangkup lima hal, yaitu pemicu nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri,

intensitas nyeri, dan waktu serangan (PQRST) meliputi provoking atau

pemicu, yaitu faktor yang menimbulkan nyeri dan mempengaruhi gawat

atau ringannya nyeri. Quality atau kualitas nyeri, misalnya rasa tajam dan

tumpul. Region atau daerah atau lokasi yaitu perjalanan kedaerah lain.

Severity atau keparahan yaitu intensitas nyeri. Time atau waktu, yaitu

jangka waktu serangan dan frekuensi nyeri (Lyndon, 2013).

11. Penanganan Nyeri

a. Penanganan Nyeri dengan Manajemen Nyeri

1) Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien dari nyeri.

Teknik distraksi yang dapat dilakukan diantaranya :

a) Bernafas lambat dan berirama secara teratur

b) Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya

c) Mendengarkan musik

d) Massage (pijatan)

e) Membaca Koran

f) Membayangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata

2) Relaksasi atau latihan nafas dalam


38

Langkah-langkah teknik relaksasi yaitu :

a) Pasien menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan

udara.

b) Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh

menjadi kendor dan merasakan betapa nyaman hal tersebut.

c) Pasien bernafas beberapa kali dengan irama normal.

d) Pasien bernafas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan

dan membiarkan hanya kaki dan telapak tangan yang kendor.

Konsentrasi pikiran pasien pada kakinya yang terasa ringan

dan hangat.

e) Pasien mengulang langkah 4 dan mengkonsentrasikan pikiran

pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot yang

lain.

f) Setelah pasien merasa rileks, pasien dianjurjkan bernafas

pelan-pelan, bila nyeri menjadi hebat, pasien dapat bernafas

secara dangkal dan cepat.

3) Stimulasi kulit, dilakukan dengan cara pemberian kompres hangat

(Lyndon, 2013).

4) Obat analgesik

Obat analgesik mengurangi persepsi seseorang tentang rasa nyeri,

terutama lewat daya kerjanya atau sistem saraf sentral dan

mengubah respons seseorang terhadap rasa sakit.

D. Konsep Asuhan Keperawatan


39

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dimana

kegiatan yang dilakukan yaitu mengumpulkan data, pengelompokkan

data, dan menganalisis data (Aziz, 2006).

a. Pengkajian menurut Doenges, Marrilyn E (2000)

1) Aktivitas/ istirahat:

Gejala: kerja, aktivitas yang melibatkan banyak gerakan tangan/

pengulangan, pola tidur (contoh: tidur tengkurap)

2) Sirkulasi:

Tanda: kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem

limfe)

3) Makananan / cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.

4) Integritas Ego

Gejala : stressor konstan dalam pekerjaan/ pola di rumah. Stress/

takut tentang diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang.

5) Nyeri/ kenyamanan

Gejala : nyeri pada penyakit yang luas/ metastatik (nyeri lokal

jarang terjadi pada keganaan dini). Beberapa pengalaman

ketidaknyamanan pada jaringan payudara. Payudara berat, nyeri

sebelum menstruasi biasanya mengindikasikan penyakit

fibrokistik.
40

6) Keamanan

Tanda : massa nodul aksil, odema, eritema pada kulit sekitar.

7) Seksualitas

Gejala : adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan

kesimetrisan payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau

suhu puting yang tak biasanya, gatal, rasa terbakar atau puting

meregang. Riwayat menarche dini (lebih muda dari usia 12

tahun), menopause lambst (setelah 50 tahun), kehamilan pertama

lambat (setelah usia 35 tahun). Masalah tentang seksualitas/

keintiman.

Tanda: perubahan pada kontur / massa payudara, asimetris, kulit

cekung, berkerut, perubahan pada warna/ tekstur kulit,

pembengkakan, kemerahan atau panas pada payudara, puting

retraksi, keluarnya cairan dari puting.

b. Pengkajian Data Subjektif

1) Identitas Klien

Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku

bangsa, agama, status perkawinan, alamat.

2) Riwayat Kesehatan

a) Alasan utama datang ke rumah sakit

Klien mengatakan terdapat benjolan di payudara, ukuran

payudara tidak sama, keluar cairan dari puting.

b) Keluhan Utama

Klien mengatakan terdapat luka bekas operasi.


41

c) Riwayat Kesehatan Dahulu

Untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya penyakit

tertentu yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka,

misalnya penyakit kardiovaskuler, diabetes, gagal ginjal,

immunosupresi, gastrointestinal, trauma infeksi dsb.

d) Riwayat kesehatan keluarga

Untuk mengetahui adanya anggota keluarga yang mempunyai

penyakit menular atau menurun, misalnya HIV, kanker,

diabetes millitus, penyakit jantung, TBC, dll.

3) Pola Aktivitas Sehari-hari

a) Pola tidur/ istirahat

mengkaji kebutuhan istirahat klien selama perawatan,

bagaimana kondisi serta kebutuhan istirahatnya selama

perawatan.

b) Pola  Eliminasi

Mengkaji BAB dan BAK klien yang berguna untuk data

observasi serta evaluasi

c) Pola Nutrisi

Mengkaji status nutrisi klien selama perawatan, jumlah dan

jenis makanan yang dikonsumsi. Hal yang perlu dikaji adalah

nafsu makan, porsi makan dalam sehari, jumlah minum dan

pola makan. Makanan dan minuman yang bermutu dan cukup

mengandung gizi sangat di perlukan.


42

d) Personal Hygience

Mengkaji kebersihan dari klien selama perawatan.

c. Pengkajian Data Objektif

1) Keadaan Umum

Tingkat kesadaran, klien berbaring di tempat tidur, terdapat

balutan dan luka bekas operasi.

2) Kulit

Kulit tampak bersih, kulit teraba lembap, turgor kulit kembali 2

detik, terdapat luka pada kulit (karakteristik luka) warna kulit.

3) Kepala dan Leher

Tekstur kepala dan leher tampak simestris, kebersihan kulit

kepala baik tidak terdapat ketombe, persebaran rambut merata,

warna rambut, tidak ada benjolan pada kepala, pada leher tidak

terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, leher dapat

digerakkan secara normal.

4) Penglihatan dan Mata

Struktur mata, kebersihan mata, konjungtiva, sklera, ada kelainan

atau tidak pada mata, apakah mata dapat digerakkan kesegala

arah atau tidak kelainan dalam penglihatan. Apakah klien

menggunakan alat bantu penglihatan atau tidak

5) Penciuman dan Hidung


43

Struktur hidung, kebersihan hidung, ada atau tidaknya sekret di

dalam hidung, ada atau tidak ada peradangan, nyeri dan fungsi

penciuman.

6) Pendengaran dan Telinga

Struktur telinga kiri dan kanan, kebersihan telinga, ada atau tidak

ada serum yang keluar, ada atau tidak peradangan, perdarahan

dan nyeri, klien mengatakan telinganya berdengung atau tidak,

fungsi pendengaran, klien menggunakan atau tidak menggunakan

alat bantu pendengaran.

7) Mulut dan Gigi

Struktur mulut dan gigi, mukosa bibir, kebersihan mulut dan gigi,

terdapat perdarahan dan peradangan pada gusi atau tidak, klien

menggunakan gigi palsu atau tidak.

8) Dada, pernafasan, dan Sirkulasi

Bentuk dada simetris, frekuensi nafas, ad atau tidak nyeri tekan

pada dada, ada atau tidak terdengar bunyi nafas tambahan,

benjolan abnormal pada dada, terdapat luka atau tidak pada dada

(karakteristik luka).

9) Abdomen
44

Struktur abdomen, abdomen tampak datar (ada atau tidak ada

benjolan), perkusi abdomen terdengar suara kembung atau tidak,

saat dipalpasi terasa nyeri atau tidak.

10) Genetalia dan Reproduksi

Mengkaji keadaan genetalia, mencakup kebersihan dan keadaan,

apakah ada gangguan atau tidak.

11) Ektremitas atas dan bawah

Struktur ekstremitas atau bawah (kiri dan kanan) simetris tidak

ada kelainan bentuk, skala kekuatan otot.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai

status kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka

mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk

mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien

yang ada pada tanggung jawabnya (Aziz, 2007).

a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan.

b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan iritasi saraf pada

lengan, payudara, atau dinding dada.

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan atau perubahan

payudara.

d. Risiko hambatan penyesuaian berhubungan dengan diagnosis kanker

dan terapi bedah.

e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas parsial pada

ekstremitas atas di sisi operatif.


45

f. Resiko disfungsi seksual berhubungan dengan kehilangan bagian

tubuh, perubahan citra diri, dan ketakutan terhadap respons pasangan.

g. Defisiensi pengetahuan: pentalaksanaan drain setelah pembedahan

payudara.

h. Defisiensi pengetahuan: latihan fisik lengan untuk mendapatkan

kembali mobilitas pada lengan yang terganggu.

i. Defisiensi pengetahuan: perawatan tangan dan lengan setelah ALND.

j. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan untuk menangulangi masalah keperawatan yang telah

ditentukan dengan tujuan (Aziz, 2007).

Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan Nyeri pada pasien post operasi Ca


Mamae (NANDA, 2015)
Nyeri NOC NIC
Definisi: Pengalaman sensori 1. Pain level Pain Management
dan emosional yang tidak 2. Pain control 1. Lakukan pengkajian
menyenangkan yang muncul 3. Comfort level nyeri secara
akibat kerusakan jaringan yang Kriteria Hasil komprehensif termasuk
aktual atau potensial atau 1. Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
digambarkan dalam hal nyeri (tahu penyebab durasi, frekuensi,
kerusakan sedemikian rupa nyeri, mampu kualitas dan faktor
(International Association for menggunakan tehnik preipitasi
the study of Pain): awitan yang nonfarmakologi untuk 2. Observasi reaksi
tiba-tiba atau lambat dari mengurangi nyeri, nonverbal dari
intensitas ringan hingga berat mencari bantuan) ketidaknyamanan
dengan akhir yang dapat 2. Melaporkan bahwa 3. Gunakan teknik
diantisipasi atau diprediksi dan nyeri berkurang dengan komunikasi terapeutik
berlangsung < 6 bulan. menggunakan untuk mengetahui
Batasan karakteristik: manajemen nyeri pengalaman nyeri
1. Perubahan selera makan. 3. Mampu mengenali pasien
2. Perubahan tekanan darah. nyeri (skala, intensitas, 4. Evaluasi pengalaman
3. Perubahan frekuensi frekuensi dan tanda nyeri masa lampau
jantung nyeri) 5. Evaluasi bersama pasien
4. Perubahan frekuensi 4. Menyatakan rasa dan tim kesehatan lain
pernapasan nyaman setelah nyeri tentang ketidakefektifan
5. Laporan isyarat berkurang kontrol nyeri masa
6. Diaforesis lampau
46

7. Perilaku distraksi (misal: 6. Bantu pasien& keluarga


berjalan mondar-mandir untuk mencari dan
mencari orang lain atau menemukan dukungan
aktivitas lain, aktivitas yang 7. Kontrol lingkungan
berulang) yang dapat
8. Mengekpresikan perilaku mempengaruhi nyeri
(misal: gelisah, merengek, seperti suhu ruangan,
menangis) pencahayaan dan
9. Masker wajah (misal: mata kebisingan
kurang bercahaya, tampak 8. Kurangi faktor
kacau, gerakan mata presipitasi nyeri
berpencar atau tetap pada 9. Pilih dan lakukan
satu fokus meringis) penanganan nyeri
10. Sikap melindungi area (farmakologi, non
nyeri farmakologi dan
11. Fokus menyempit (misal: interpersonal)
gangguan persepsi nyeri, 10. Kaji tipe dan sumber
hambatan proses berfikir, nyeri untuk menentukan
penurunan interaksi dengan intervensi
orang dan lingkungan) 11. Ajarkan tentang teknik
12. Indikasi nyeri yang dapat non farmakologi
diamati 12. Evaluasi keefektifan
13. Perubahan posisi untuk kontrol nyeri
menghindari nyeri 13. Tingkatkan istirahat
14. Sikap tubuh melindungi 14. Kolaborasikan dengan
15. Dilatasi pupil dokter jika ada keluhan
16. Melaporkan nyeri secara dan tindakan nyeri tidak
verbal berhasil
17. Gangguan tidur Analgesic Administration
Faktor yang berhubungan: 1. Tentukan lokasi,
1. Agen cedera (misal: karakteristik, kualitas,
biologis, zat kimia, fisik, dan derajat nyeri
psikologis) sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
47

10. Evaluasi efektivitas


analgesik, tanda dan
gejala
4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan

tindakan kolaboratif (Aziz, 2007).

5. Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian

terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak

berhasil perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu

panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi. Jika

tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya dicari

jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu

dilakukan perubahan intervensi (Aziz, 2007).

a. Klien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan).

b. Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri.

c. Klien mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri).

d. Klien menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang (NANDA,

2013).
48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini merupakan

metode studi kasus. Penelitian studi kasus merupakan studi untuk

mengeksplorasi diri perawat dalam asuhan keperawatan dengan diagnosa

nyeri pada pasien post operasi ca mamae. Selanjutnya pasien diobservasi

selama 3 hari di rumah sakit.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi
49

Pada studi kasus ini dengan keadaan dan rencana penulisan yang

sudah disebutkan diatas, maka lokasi yang akan digunakan untuk

penelitian studi kasus ini di Instalasi Rawat Inap Anggrek RSUD dr.

Iskak Tulungagung.

2. Waktu

Studi kasus ini sudah dilaksanakan kasus satu 1-3 Maret 2017 dan

kasus dua 8 - 10 Maret 2017. Dalam penelitian ini waktu yang digunakan

adalah 3 hari, mengobservasi dan memberikan asuhan keperawatan pada

pasien dimulai dari peneliti terjun langsung kerumah sakit dan memilih

pasien yang akan dijadikan subjek penelitian. Jika sebelum 3 hari pasien

sudah pulang, maka perlu penggantian pasien lainnya yang sejenis.


49

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian kasus ini subjek penelitian yang digunakan sejumlah 2

pasien (2 kasus) dengan masalah keperawatan yang sama yaitu asuhan

keperawatan pada pasien post operasi ca mamae dengan nyeri.

D. Pengumpulan Data

Dalam penelitian studi kasus ini pengumpulan data yang digunakan

yaitu penelitian studi kasus : “Asuhan Keperawatan Pasien Post Operasi Ca

Mamae dengan masalah Nyeri” sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara (wawancara berisi tentang identitas pasien, keluhan

utama pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,

riawayat penyakit keluarga) sumber data dari pasien, keluarga, perawat

ain, hasil laboratorium dan lain-lain.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik pasien

Metode observasi merupakan metode pengumpul data yang

dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-

gejala yang diselidiki. Pengamat benar-benar mengambil bagian dalam

kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan kata lain pengamat ikut aktif

berpatisipasi pada aktivitas yang telah diselidiki. (dengan pendekatan

IPPA: inspeksi , palpasi, perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh pasien.

3. Studi dokumentasi dan angket

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mengambil data yang berasal dari dokumen asli mengenai hal-hal yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda dan
50

sebagainya. (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yang

relevan) (Aziz, 2007).

E. Uji Keabsahan Data

Dalam uji keabsahan data yang dimaksud untuk menguji kualitas data /

informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga data yang dihasilkan

validasi tinggi. Untuk mendapatkan keabsahan (trustworthiness) data di

perlukan teknik pemeriksaan. Salah satu teknik keabsahan data adalah dengan

menggunakan teknik triangulasi. Hal ini merupakan salah satu teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data

itu untuk kepentingan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Teknik trianggulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

trianggulasi sumber dan trianggulasi teori. Uji keabsahan dapat dilakukan

dengan :

1. Memperpanjang waktu pengamatan dan tindakan.

2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber

data yang utama yaitu pasien, perawat, dan keluarga pasien yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu asuhan keperawatan pasien

post operasi ca mamae dengan nyeri.

F. Analisa Data

Dalam pembuatan studi kasus, analisa data yang digunakan sejak

penelitian di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data

terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,

selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya

dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisa yang digunakan


51

dengan cara menarasikan jawaban – jawaban dari penelitian yang diperoleh

dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab

rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi

oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk

selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang ada

sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.

Urutan dalam analisis adalah :

1. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip. Data yang terkumpul

kemudian dibuat koding yang dibuat oleh peneliti dan mempunyai arti,

tertentu sesuai dengan topik penelitian yang diiterapkan. Data obyektif

dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan di diagnostik kemudian

dibandingkan nilai normal.

2. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan

maupun teks naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari responden.

3. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil – hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,

diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.


52

G. Etik Penelitian

Dicantumkan etik yang mendasari suatu penelitian, terdiri dari :

1. Informed consent (persetujuan menjadi partisipan)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan partisipan dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka

harus menandatangani lembar persetujuan. Jika partisipan tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang

harus ada dalam Informed consent tersebut antara lain: partisispasi pasien,

tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhakan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain (Hidayat,

2008).

2. Anonimity (tanpa nama) :

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah di kumpulkan di jamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2008).


53

3. Confidentiality (kerahasiaan) :

Masalah ini merupakan etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua Informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

pada hasil riset (Hidayat, 2008).

4. Keterbatasan penulis

Dalam penulisan ini keterbatasan yang dialami peneliti adalah

a. Pemilihan partisipan yang kurang kooperatif (komunikasi kurang baik)

akan mempersulit dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga

tidak bisa memberikan asuhan keperawatan secara maksimal.

b. Waktu penelitian terbatas sehingga peneliti jadi kurang sempurna dan

memuaskan.

c. Peneliti masih baru pertama kali melakukan penelitian dan masih

dalam proses belajar.


54

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan untuk penelitian studi kasus ini yaitu IRNA

(Instalasi Rawat Inap) Anggrek RSUD dr. Iskak Tulungagung. IRNA

Anggrek merupakan ruang khusus pasien Bedah Wanita.

2. Pengkajian

a. Identitas Pasien dan Hasil Anamnesis

Tabel 4.1. Identitas Pasien dan Hasil Anamnesis

No IDENTITAS PASIEN KASUS 1 (Ny. St) KASUS 2 (Ny. Sw)

1. Nama Ny. St Ny. Sw


2. Umur 53 tahun 45 tahun
3. Jenis Kelamin Perempuan Islam
4. Agama Islam Islam
5. Pendidikan SD SD
6. Pekerjaan Petani Ibu rumah tangga
7. Status Kawin Kawin
8. Suku/ Bangsa Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia
9. Bahasa Jawa Jawa
10. Alamat Ds. Ngadisuko Ds. Sambirobyong
Kec. Durenan Kec. Sumbergempol
Kab. Tulungagung Kab. Tulungagung
11. Ditanggung Oleh BPJS PBI BPJS PBI
12. Tanggal Pengkajian 1 Maret 2017 8 Maret 2017
13. Waktu Pengkajian 08.00 WIB 08.00 WIB
14. Tanggal Masuk 26 Februari 2017 5 Maret 2017
15. Ruangan/ Kelas Anggrek/ IIIB Anggrek/ IB
16. No. Kamar 28 06
17. Nomor Registrasi 11704xxx 11706xxx
18. Diagnosa Medis Ca Mamae sinistra Ca Mamae sinistra
(T4bNxMx) (T4bN1M0)
19. Alasan Masuk Rumah Pasien mengatakan terdapat Pasien mengatakan terdapat
Sakit benjolan di payudara kiri sejak benjolan di payudara kiri
6 bulan yang lalu sejak 3 tahun yang lalu
55

20. Keluhan Utama Pasien mengatakan nyeri pada Pasien mengatakan nyeri
luka bekas operasi di payudara pada luka bekas operasi di
kiri payudara kiri
21. Riwayat Penyakit Pasien diantar keluarganya Pasien di antar oleh anaknya
Sekarang (PQRST) datang ke poli bedah RSUD datang ke Poli Bedah RSUD
dr. Iskak Tulungagung pada dr. Iskak Tulungagung pada
tanggal 31 Januari 2017 untuk tanggal 5 Maret 2017,
menjalani biopsi insisi pada selanjutnya pasien masuk
payudara kiri. Tanggal 26 IGD yellow zone dan
Februari 2017 pasien kontrol kemudian di pindahkan ke
di Poli Bedah dan masuk IGD ruang IRNA Anggrek pada
yellow zone, kemudian pada pukul 12.00 WIB untuk
pukul 10.00 WIB pasien di perawatan pre operasi. Pada
pindahkan ke ruang IRNA tanggal 7 Maret 2017 pasien
Anggrek untuk perawatan pre menjalani operasi
operasi. Pada tanggal 28 pengangkatan payudara kiri.
Februari 2017 pasien Kemudian saat pengkajian
menjalani operasi tanggal 8 Maret 2017 pasien
pengangkatan payudara kiri. mengatakan luka bekas
Kemudian saat pengkajian operasi pada payudara kiri,
tanggal 1 Maret 2017 pasien pasien tampak kesakitan,
mengatakan nyeri pada luka nyeri seperti di tusuk-tusuk,
bekas operasi, pasien tampak skala nyeri 5 nyeri hilang
kesakitan, nyeri seperti timbul, dan panjang luka
ditusuk-tusuk, skala nyeri 6, insisi ±20 cm terdapat 20
pasien takut menggerakkan jahitan.
tangannya dan nyeri hilang
timbul, dan panjang luka insisi
±20 cm terdapat 21 jahitan.
22. Riwayat kesehatan Pasien pernah menjalani Tidak ada riwayat penyakit
Dahulu biopsi insisi pada tanggal 31 yang diderita pasien.
januari 2017 di Poli Bedah
RSUD dr. Iskak Tulungagung
23. Riwayat Kesehatan Ada salah satu anggota Tidak ada anggota keluarga
Keluarga keluarga yang memiliki yang memiliki riwayat
riwayat penyakit yang sama penyakit yang sama,
yaitu Ca mamae, keluarga menurun
tidak ada yang memiliki (kanker, DM, Hipertensi
riwayat menular seperti TBC, dsb) dan menular (TBC,
HIV AIDS, hepatitis dsb. HIV AIDS, hepatitis dsb).
24. Kebiasaan Jarang sekali mengonsumsi Mengonsumsi penyedap rasa
penyedap rasa. dalam jangka waktu yang
lama
Sumber : Hasil Pengkajian Pasien (2017)

Berdasarkan tabel 4.1 hasil anemnesis didapatkan kedua responden

mempunyai diagnosa medis yang sama yaitu Ca Mamae sinistra namun

stadiumnya berbeda. Kedua responden berusia >40 tahun. Kasus 1 berusia 53

tahun sedangkan kasus 2 berusia 45 tahun.


56

Riwayat penyakit sekarang Kedua responden sama-sama telah menjalani

operasi pengangkatan payudara kirinya di RSUD dr. Iskak Tulunggagung dan

kedua pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi, pasien tampak

menyeringai, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri hilang timbul. Perbedaaan nya

pada tingkat skala, kasus 1 skala nyeri 6 dan kasus 2 skala nyeri 5.

Berdasarkan 4.1 riwayat penyakit dahulu di dapatkan hasil kasus 1 pasien

pernah menjalani biopsi insisi pada payudara kiri, sedangkan kasus 2 pasien

belum pernah menjalani operasi. Riwayat keluarga pada kasus 1 ada salah satu

anggota keluarga memiliki riwayat Ca mamae, sedangkan kasus 2 tidak ada

anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit menurun maupun menular.

b. Hasil observasi dan Pemeriksaan Fisik

1) Hasil Observasi

Tabel 4.2 Hasil Observasi

No Observasi Kasus 1 Kasus 2


1. Keadaan umum
a. Keadaan umum pasien a. Keadaan umum pasien
cukup cukup
b. Nyeri pada luka bekas b. Nyeri pada luka bekas
operasi di payudara kiri operasi di payudara kiri
c. Nyeri hilang timbul c. Nyeri hilang timbul
d. Pasien tampak kesakitan d. Pasien tampak kesakitan
e. Nyeri seperti di tusuk e. Nyeri seperti di tusuk
f. Skala nyeri 6 f. Skala nyeri 5
g. Akral hangat g. Akral hangat
h. Panjang luka insisi ± 20 h. Panjang luka insisi ± 20
cm, terdapat 21 jahitan cm, terdapat 20 jahitan
i. Terdapat drain di payudara i. Terdapat drain di payudara
kiri, keluaran 30 cc kiri, keluaran 10 cc
j. Terpasang infus di kaki j. Terpasang infus di tangan
kanan cairan NaCl 1500 kanan cairan RL 1500 cc /
cc / 24 jam 20 tpm 24 jam 20 tpm
2. Tanda –tanda vital:
a. Tekanan 110/80 mmHg 120/80 mmHg
Darah
b. Nadi 80 x/menit 78 x/menit
57

c. Respirasi 20 x/menit 18 x/menit


d. Suhu 36,5ºC 37ºC
3. CRT < 3 detik < 3 detik
4. GCS 4-5-6 4-5-6
5. Kesadaran Compos mentis Compos mentis
Sumber : Hasil Pengkajian Pasien (2017)

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan dari kedua responden keadaan umum

sadar/composmentis dengan GCS 4-5-6. Pada kasus 1 dan 2 sama nyeri pada luka

bekas operasi dipayudara kiri, namun ada perbedaan pada tingkat nyeri kedua

pasien. Kasus 1 skala nyeri 6 sedangkan kasus 2 tingkat nyeri 5.

2) Hasil Pemeriksaan Fisik

4.3 Tabel Hasil Pemeriksaan Fisik

No Pemeriksaan Kasus 1 Kasus 2


Fisik (6 B)
1. B1 Breathing Inspeksi : Inspeksi :
a. Bentuk thorak simetris a. Bentuk thorak simetris
antara kanan dan kiri antara kanan dan kiri
b. Nafas spontan b. Nafas spontan
c. Frekuensi nafas 20 x/menit c. Frekuensi nafas 18 x/menit
d. Irama pernafasan regular d. Irama pernafasan regular
e. Tidak ada pernafasan e. Tidak ada pernafasan
cuping hidung cuping hidung
f. Tidak ada retraksi intercosta f. Tidak ada retraksi intercosta
Palpasi: Palpasi:
a. Getaran suara (vocal a. Getaran suara (vocal
fremitus) antara kanan dan fremitus) antara kanan dan
kiri sama kiri sama
b. Ekspansi paru simetris b. Ekspansi paru simetris
kanan dan kiri kanan dan kiri
Perkusi Perkusi
a. Suara sonor paru kanan dan a. Suara sonor paru kanan dan
kiri kiri
Auskultasi Auskultasi
a. Suara ucapan normal a. Suara ucapan normal
b. Suara nafas vesikuler b. Suara nafas vesikuler
c. Tidak ada suara tambahan c. Tidak ada suara tambahan
2. B2 Bleeding Inspeksi dan Palpasi Inspeksi dan Palpasi
a. Tidak terdapat pulsasi a. Tidak terdapat pulsasi
b. Ictus cordis ICS V b. Ictus cordis ICS V
midclavicula sinistra midclavicula sinistra
c. Frekuensi nadi : 80 x/menit c. Frekuensi nadi : 78 x/menit
58

Perkusi : Perkusi :
Batas-batas jantung: Batas-batas jantung:
a. Bagian atas ICS II linea a. Bagian atas ICS II linea
sternalis dextra dan sinistra sternalis dextra dan sinistra
b. Batas jantung bagian bawah b. Batas jantung bagian bawah
ICS IV mid clavicula sinistra ICS IV mid clavicula
sinistra
c. ICS VI linea midclavicula
sinistra (ada pembesaran
jantung)
Auskultasi Auskultasi
a. Bunyi jantung 1 dan jantung a. Bunyi jantung 1 dan jantung
2 tunggal 2 tunggal
b. Bunyi jantung 1 terdengar b. Bunyi jantung 1 terdengar
lup, di katup mitral (ICS V lup, di katup mitral (ICS V
midclavicula sinistra) dan midclavicula sinistra) dan
katup trikuspid (ICS IV katup trikuspid (ICS IV
linea steralis sinistra), bunyi linea steralis sinistra), bunyi
jantung 2 terdengar dup d jantung 2 terdengar dup d
katup aorta (ICS II linea katup aorta (ICS II linea
sternalis dekstra) dan katup sternalis dekstra) dan katup
pulmonalis. pulmonalis.
c. Tidak terdengar murmur c. Tidak terdengar murmur
atau bising jantung atau bising jantung
d. Tekanan darah 110/80 d. Tekanan darah 120/80
mmHg mmHg
3. B3 Brain Inspeksi Inspeksi
Kesadaran compos mentis, e. Kesadaran compos mentis,
GCS 456, fungsi motorik GCS 456, fungsi motorik
dan fungsi sensorik dalam dan fungsi sensorik dalam
batas normal batas normal
4. B4 Bladder Inspeksi : Inspeksi :
a. Tidak ada kelainan pada a. Tidak ada kelainan pada
kandung kemih kandung kemih

b. Pasien BAK secara spontan b. Pasien BAK secara spontan

c. Intake cairan : infus NaCl c. Intake cairan : infus RL


1500cc/ 24 jam, frekuensi 1500cc/ 24 jam, frekuensi
minum 4x200cc sehari minum 5x200cc sehari
(800cc/hari) (1000cc/hari)
d. Output cairan: urine 150 cc/ d. Output cairan: urine 200 cc/
3 jam, IWL 1,2 L/ 24 jam 3 jam, IWL 800 ml/ 24 jam
Palpasi Palpasi
a. Bladder tidak penuh a. Bladder tidak penuh
b. Tidak ada benjolan atau b. Tidak ada benjolan atau
massa massa
5. B5. Bowel dan Pola makan : Pola makan :
Reproduksi
a. Nafsu makan pasien baik a. Nafsu makan pasien baik

b. Habis 1 porsi setiap kali b. Habis 1 porsi setiap kali


makan, frekuensi 3x1 sehari makan, frekuensi 3x1 sehari
akan tetapi pasien takut
59

makan ayam

Pola BAB Pola BAB


Pasien sudah BAB 1x kemarin Sudah BAB 2x sejak masuk
tanggal 28 februari 2017 rumah sakit
Inspeksi Inspeksi
a. Bentuk abdomen simetris a. Bentuk abdomen simetris
b. Tidak ada benjolan atau b. Tidak ada benjolan atau
massa massa
c. Tidak ada bayangan c. Tidak ada bayangan
pembuluh darah pada pembuluh darah pada
abdomen abdomen
Auskultasi Auskultasi
Peristaltik usus 5 x/menit Peristaltik usus 5 x/menit
Palpasi Palpasi
a. Benjolan atau massa tidak a. Benjolan atau massa tidak
teraba teraba
b. Tidak ada tanda-tanda b. Tidak ada tanda-tanda
ascites ascites
c. Tidak ada pembesaran hepar c. Tidak ada pembesaran hepar

d. Tidak ada pembesaran lien d. Tidak ada pembesaran lien

e. Titik Mc. Burney tidak ada e. Titik Mc. Burney tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan
Perkusi Perkusi
a. Suara perut timpani a. Suara perut timpani
Pemeriksaan Reproduksi :

a. Tidak ada kelainan-kelainan a. Tidak ada kelainan-kelainan


pada genetalia dan anus pada genetalia dan anus
b. Lubang anus normal b. Lubang anus normal

c. Tidak ada massa atau c. Tidak ada massa atau


benjolan pada anus benjolan pada anus
6. B6. Bone- Inspeksi Inspeksi
musculoskeletal a. Ada luka bekas operasi di a. Ada luka bekas operasi di
payudara kiri payudara kiri
b. Pasien tampak kesakitan b. Pasien tampak kesakitan
c. Nyeri seperti ditusuk-tusuk c. Nyeri seperti ditusuk-tusuk
d. Skala nyeri 6 d. Skala nyeri 5
e. Panjang luka insisi ±20 cm e. Panjang luka insisi ±20 cm
terdapat 21 jahitan terdapat 20 jahitan
f. Otot simetris f. Otot simetris

g. Kekuatan otot g. Kekuatan otot


5 5 5 5

5 5 5 5
h. Tidak ada kelainan pada h. Tidak ada kelainan pada
kuku, ekstremitas atas dan kuku, ekstremitas atas dan
bawah bawah
60

i. Turgor baik i. Turgor baik

j. Tidak ada kelainan pada j. Tidak ada kelainan pada


tulang tulang
k. Warna kulit sawo matang, k. Warna kulit sawomatang,
kulit dalam keadaan bersih kulit dalam keadaan bersih
Palpasi Palpasi

a. Tidak ada oedem pada a. Tidak ada oedem pada


ekstremitas atas dan bawah ekstremitas atas dan bawah
b. Akral hangat b. Akral hangat
c. Ada nyeri tekan pada luka c. Ada nyeri tekan pada luka
bekas operasi di payudara bekas operasi di payudara
kiri. kiri.
7. Pola aktivitas a. Makan dan minum dapat a. Makan, minum, BAK dan
dilakukan secara mandiri BAB dapat dilakukan secara
mandiri
b. BAK, BAB dan personal c. Sementara personal
hygience dilakukan di hygience dilakukan di
tempat tidur dengan bantuan tempat tidur dengan bantuan
keluarga. keluarga.
d. Saat di rumah ADL pasien e. Saat di rumah ADL pasien
dilakukan secara mandiri, dilakukan secara mandiri,
selama di rumah sakit ADL selama di rumah sakit ADL
pasien dibantu sebagian pasien dibantu sebagian
oleh keluarga oleh keluarga
8. Data Psikososial a. Pasien mampu a. Pasien mampu
berkomunikasi dengan baik berkomunikasi dengan baik
b. Orang yang paling dekat b. Orang yang paling dekat
dengan pasien adalah anak- dengan pasien adalah suami
anak pasien pasien
c. Hobbi pasien adalah c. Hobbi pasien adalah
mendengarkan musik memasak
dangdut
d. Penggunaan waktu d. Penggunaan waktu
senggang beristirahat dan senggang untuk berkumpul
berkumpul dengan keluarga dengan keluarga
e. Selama di rawat dirumah e. Selama di rawat dirumah
sakit pasien tidak mampu sakit pasien tidak mampu
melakukan aktivitas seperti melakukan aktivitas seperti
biasanya biasanya
f. Hubungan pasien dengan f. Hubungan pasien dengan
orang lain yakni baik orang lain yakni baik
g. Keluarga yang bisa g. Keluarga yang bisa
dihubungi apabila dihubungi apabila
diperlukan adalah anak diperlukan adalah suami
pasien pasien
9. Data Spiritual Ketaatan ibadah Ketaatan ibadah
Pasien mengatakan di rumah ia Selama di RS pasien tidak dapat
taat dalam beribadah, selama di menjalankan ibadah seperti
RS pasien tidak dapat biasanya, pasien hanya bisa
menjalankan ibadah seperti berdo’a di tempat tidur
biasanya, pasien hanya bisa
berdo’a di tempat tidur
61

Keyakinan terhadap sehat/sakit : Keyakinan terhadap sehat/sakit :


Pasien percaya bahwa setiap Pasien percaya bahwa setiap
penyakit pasti ada obatnya penyakit pasti ada obatnya

Keyakinan terhadap Keyakinan terhadap


Penyembuhan : Penyembuhan :
Pasien yakin bahwa melalui Pasien yakin bahwa melalui
tenaga medis yang didapat, tenaga medis yang didapat,
pasien akan sembuh pasien akan sembuh
Sumber : Hasil Pengkajian Pasien (2017)

Berdasarkan tabel 4.3 pemeriksaan fisik di dapatkan hasil, B2 (Bleeding)

kasus 1 batas jantung mengalami pergeseran (cardiomegali) pada katup mitral

(ICS V midclavicula sinistra) dan katup trikuspid dengan bunyi lup-dup, kasus 2

tidak keluhan. Pada Bone dan Muskuloskeletal (B6), hasilnya kedua responden

terdapat luka dan nyeri pada luka bekas operasi di payudara kiri. Kasus 1 skala

nyeri 6 dan kasus 2 skala 5.

c. Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Hasil Laboratorium Satuan Nilai Rujukan


Kasus 1 (Ny. St) Kasus 2 (Ny. Sw)

Tanggal periksa Tanggal periksa


11/2/2017 10/2/2017

KIMIA DARAH KIMIA DARAH

Glukosa acak 96 Glukosa acak 130 mg/ dl 65-140

SGOT 28 SGOT H 35 U/L <=32

SGPT H 41 SGPT 29 U/L <=33

BUN 8.0 BUN 8.0 mg/dL 6-20

Kreatinin Darah L 0.64 Kreatinin Darah L 0.76 mg/dL 0.67- 1.5

Calsium 8.8 mg/dL 8.6-10.2

Na, K, Cl

Natrium darah 136 mmol/L 135-145

Kalium darah 4.0 mmol/L 3.1-5.1

Klorida darah 100 mmol/L 96-106


62

Koagulasi

PT 12 PT 10 Detik 10-14

APTT H 34 APTT 28 Detik 22-30

Serologi

HbsAg non reaktif HbsAg non reaktif NR

HCV non reaktif HCV non reaktif NR

Anti HIV non reaktif Anti HIV non reaktif NR

Hematologi Lengkap

Hemoglobin 12.2 Hemoglobin 14.1 g/dL 11.0-16.5

Hematocrit L 3.5 Hematocrit 39.8 % 37.0-47.0

WBC 9.88 WBC 9.36 10^3/uL 4.0-10.0

Neutrofil 62.0 Neutrofil H 76.2 % 50-70

Limfosit 23.9 Limfosit L 16.8 % 20-40

Monosit H 11.5 Monosit 5.7 % 2-8

PLT 313 PLT 228 10^3/uL 150-450

Tanggal periksa 26/2/2017

Hematologi L 9.8 g/dL 11.0-16.5

Radiologi Foto thorak Foto thorak

1. Ca mamae sinistra Ca mamae sinistra dengan


penjalaran ke kelenjar axila sinistra

2. Susp. Metastatic proses


pnemonic type
3. Arterosklerosis

4. Cardiomegali

ECG gambaran ECG normal gambaran ECG normal


(Elektro Cardiogram)

Berdasarkan tabel 4.4 pemeriksaan diagnostik, di dapatkan hasil kasus 1 Ca

mamae sinistra Susp. Metastatic proses pnemonic type, sedangkan kasus 2 Ca

mamae sinistra dengan penjalaran ke kelenjar axila sinistra. Kedua responden

melakukan pemeriksaan Elektro Cardiografi gambaran ECG normal.


63

d. Analisa Data
Tabel 4.5 analisa data

No. KELOMPOK DATA PENYEBAB MASALAH


1. Kasus 1 Riwayat keluarga Nyeri
Data subyektif:
Pasien mengatakan nyeri Sel epitel payudara
pada luka bekas operasi di
payudara kiri Penyebaran
Data obyektif:
a. keadaan umum pasien Pertumbuhan local,
cukup langsung limfogen dan
b. GCS 4-5-6 hematogen
c. Nyeri pada luka bekas
operasi di payudara kiri Ca mamae
d. Skala nyeri 6
e. Pasien tampak Pembedahan
kesakitan
f. Nyeri seperti di tusuk-
tusuk Post operasi
g. Nyeri hilang timbul
h. Pasien takut Terputusnya jaringan
menggerakan
tangannya. Nyeri
i. Terdapat luka bekas
operasi yang di balut
dengan elastic bended
di dada.
j. Panjang luka insisi ±20
cm terdapat 21 jahitan
Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 365 ºC
2. Kasus 2: Konsumsi zat kimia dalam Nyeri
Data Subyektif: jangka lama
Pasien mengatakan nyeri
bekas operasi pada payudara Sel epitel payudara
kiri
Data Obyektif:
a. Keadaan umum pasien Penyebaran
cukup
b. GCS 4-5-6 Pertumbuhan local,
c. Nyeri pada luka bekas langsung limfogen dan
operasi di payudara kiri hematogen
d. Pasien tampak
kesakitan Ca mamae
e. Skala nyeri 5
f. Nyeri seperti di tusuk-
64

tusuk Pembedahan
g. Nyeri hilang timbul
h. Panjang luka insisi ±20 Post operasi
cm terdapat 20 jahitan
i. Terdapat luka bekas Terputusnya jaringan
operasi yang di balut
kassa
Nyeri
j. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 78 x/mnt
RR : 18 x/mnt
S : 37 ºC

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan analisa data kedua reponden memiliki

masalah keperawatan nyeri berhubungan dengan luka insisi. Yang di tandai

dengan nyeri pada luka bekas operasi di payudara kiri, pasien tampak kesakitan,

nyeri seperti di tusuk-tusuk, nyeri hilang timbul. Namun ada perbedaan dalam

skala nyeri pada kasus 1 skala nyeri 6, sedangkan kasus 2 skala nyeri 5. Pada

kasus 1 Pasien takut menggerakan tangannya.

3. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.6 Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b/d luka insisi

2. Nyeri b/d luka insisi

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan analisa data kedua responden memiliki

masalah keperawatan nyeri berhubungan dengan luka insisi, di tandai dengan

nyeri pada luka bekas operasi di payudara kiri, pasien tampak kesakitan, nyeri

seperti di tusuk-tusuk, pasien takut menggerakkan tangannya dan nyeri hilang

timbul.
65

4. Rencana Keperawatan

Tabel 4.7 Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Perencanaan dan rasional


1. Kasus 1 Kriteria hasil:
Data subyektif:
1. Mampu mengontrol 1. Kaji karakteristik nyeri
Pasien mengatakan nyeri
nyeri (tahu penyebab ( kualitas, skala, lokasi
pada luka bekas operasi
nyeri, mampu dan lama)
di payudara kiri
menggunakan tehnik R/ untuk mengetahui
Data obyektif: nonfarmakologi untuk sejauh mana
a. keadaan umum pasien mengurangi nyeri, perkembangan rasa
cukup mencari bantuan nyeri yang dirasakan
b. GCS 4-5-6 oleh pasien.
2. Melaporkan bahwa
c. Nyeri pada luka bekas 2. Ciptakan suasana yang
nyeri berkurang dengan
operasi di payudara tenang.
menggunakan
kiri R/ dapat mempengaruhi
manajemen nyeri
kemampuan pasien
d. Skala nyeri 6 3. Mampu mengenali
untuk rileks/istirahat
e. Pasien tampak nyeri (skala, intensitas,
secara efektif dan dapat
kesakitan frekuensi dan tanda
mengurangi nyeri.
f. Nyeri seperti di nyeri)
3. Atur posisi yang
tusuk-tusuk 4. Menyatakan rasa
nyaman.
nyaman setelah nyeri
g. Nyeri hilang timbul R/ dengan posisi yang
berkurang
h. Pasien takut nyaman dapat
menggerakan mengurangi nyeri dan
tangannya. meningkatkan sirkulasi
4. Jelaskan tentang nyeri
i. Panjang luka insisi
(penyebab, akibat,dan
±20 cm terdapat 21
cara menurangi nyeri)
jahitan
pada pasien dan
j. Terdapat luka bekas keluarga
operasi yang di balut R/ Informasi yang tepat
dengan elastic bended dapat mengurangi
di dada. tingkat kecemasan
k. Tanda-tanda vital : pasien.
TD : 110/80 mmHg 5. Ajarkan teknik distraksi
N : 80 x/mnt dan relaksasi.
R/ agar pasien lebih
RR : 20 x/mnt
rileks
S : 365 ºC 6. Observasi tanda-tanda
vital pasien.
R/ Mengetahui status
perkembangan pasien.
7. Berkolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian terapi
analgesik
R/ Mempercepat proses
penyembuhan pasien.
2. Kasus 2 Kriteria hasil:
Data Subyektif :
Pasien mengatakan nyeri 1. Mampu mengontrol 1. Kaji karakteristik nyeri
bekas operasi pada nyeri (tahu penyebab ( kualitas, skala, lokasi
payudara kiri nyeri, mampu dan lama)
menggunakan tehnik R/ untuk mengetahui
66

Data Obyektif : nonfarmakologi untuk sejauh mana


a. Keadaan umum mengurangi nyeri, perkembangan rasa
pasien cukup mencari bantuan nyeri yang dirasakan
b. GCS 4-5-6 2. Melaporkan bahwa oleh pasien.
nyeri berkurang dengan 2. Ciptakan suasana yang
c. Nyeri pada luka bekas menggunakan tenang.
operasi di payudara manajemen nyeri R/ dapat mempengaruhi
kiri 3. Mampu mengenali kemampuan pasien
d. Pasien tampak nyeri (skala, intensitas, untuk rileks/istirahat
kesakitan frekuensi dan tanda secara efektif dan dapat
e. Skala nyeri 5 nyeri) mengurangi nyeri.
f. Nyeri seperti di 4. Menyatakan rasa 3. Atur posisi yang
tusuk-tusuk nyaman setelah nyeri nyaman.
berkurang R/ dengan posisi yang
g. Nyeri hilang timbul
nyaman dapat
h. Panjang luka insisi mengurangi nyeri dan
±20 cm terdapat 20 meningkatkan sirkulasi
jahitan 4. Jelaskan tentang nyeri
i. Terdapat luka bekas (penyebab, akibat,dan
operasi yang di balut cara menurangi nyeri)
kassa pada pasien dan
j. Tanda-tanda vital : keluarga
k. TD : 120/80 mmHg R/ Informasi yang tepat
dapat mengurangi
l. N : 78 x/mnt
tingkat kecemasan
m. RR : 18 x/mnt pasien.
n. S : 37 ºC 5. Ajarkan teknik distraksi
dan relaksasi.
R/ agar pasien lebih
rileks
6. Observasi tanda-tanda
vital pasien.
R/ Mengetahui status
perkembangan pasien.
7. Berkolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian terapi
analgesik
R/ Mempercepat proses
penyembuhan pasien

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan dari kedua responden mempunyai rencana

tindakan keperawatan yang sama dari rumah sakit di IRNA Anggrek RSUD dr.

Iskak Tulungagung dengan NANDA 2015.


67

5. Tindakan Keperawatan

Tabel 4.8 Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Dx Rabu, 1 maret 2017 Kamis, 2 maret 2017 Jum’at, 3 maret 2017


Kep Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi

08.00 Membina hubungan 08.00 Membina 08.00 Membina


K saling percaya hubungan saling hubungan saling
A antara pasien percaya antara percaya antara
S dengan perawat, pasien dengan pasien dengan
U melakukan perawat: Salam dan perawat : Salam
S perkenalan, dan menanyakan dan menanyakan
inform consent keluhan kepada kembali keluhan
1 08.10 Mengkaji pasien. kepada pasien
karakteristik 08.10 Mengkaji 08.10 Mengkaji ulang
nyeri(kualitas, karakteristik karakteristik nyeri
skala, lokasi dan nyeri(kualitas, (kualitas, skala,
lama nyeri) skala, lokasi dan lokasi dan lama
- Pasien lama nyeri) nyeri)
mengatakan - Pasien - Pasien
nyeri pada luka mengatakan mengatakan
bekas operasi di nyeri pada luka nyeri pada luka
payudara kiri, bekas operasi di bekas operasi di
nyeri seperti di payudara kiri, payudara kiri,
tusuk-tusuk, nyeri seperti di nyeri seperti
skala nyeri 6, tusuk-tusuk, ditusuk-tusuk,
nyeri hilang nyeri hilang nyeri hilang
timbul, pasien timbul, skala timbul, skala
takut nyeri 5. nyeri 4
menggerakkan Menciptakan 08.30 Menciptakan
tangannya. 08.20 lingkungan yang lingkungan yang
08.20 Menciptakan aman aman
lingkungan yang - Suasana hening - Suasana hening
aman Menganjurkan 08.40 Menganjurkan
- Suasana hening 08.25 pasien untuk pasien untuk
08.30 Mengobservasi mengatur posisi mengatur posisi
tanda-tanda vital yang nyaman yang nyaman
TD : 110/80 mmHg - Head up 30º - Head up 30º
N : 80 x/menit Mengajarkan 08.45 Mengajarkan
S : 36,5º C 08.40 teknik distraksi teknik distraksi
RR : 20 x/menit dengan mengobrol, dengan mengobrol,
Menganjurkan menutup mata menutup mata
08.40 pasien untuk sambil sambil
mengatur posisi membayangkan membayangkan
yang nyaman yang indah, dan yang indah, dan
- Head up 30º mendengarkan mendengarkan
Menjelaskan music music
08.50 tentang manajemen Mengajarkan Mengajarkan
nyeri kepada pasien teknik relaksasi 08.50 teknik relaksasi
dan keluarga 08.55 dengan nafas dalam dengan nafas dalam
apabila nyeri mucul Memberikan Memberikan
kembali injeksi cefobactam injeksi cefobactam
Mengajarkan teknik 1gr, asam 09.00 1gr, asam
09.00 distraksi dengan 09.00 traneksamat 500 gr traneksamat 500 gr
mengobrol, dan santagesik 1 gr dan santagesik 1 gr
menutup mata lewat intravena lewat intravena
68

sambil Mengobservasi Mengobservasi


membayangkan tanda-tanda vital tanda-tanda vital
yang indah, dan 11.00 TD : 110/90 11.00 TD : 120/80 mmHg
mendengarkan mmHg N : 80 x/menit
musik N : 76 x/menit S : 37º C
Mengajarkan teknik S : 36,7º C RR : 18 x/menit
09.10 relaksasi dengan RR : 18 x/menit Melepaskan
nafas dalam Mengikuti operan fenvlon dan gelang
Memberikan injeksi 13.00 pasien
09.25 cefobactam 1gr, 14.00 Mengikuti operan
kalnex 500 gr dan
santagesik 1 gr 14.00
lewat intravena
Mengobservasi
11.00 tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 36,5º C
RR : 20 x/menit
Mengikuti operan
14.00
Dx Rabu, 8 maret 2017 Kamis, 9 maret 2017 Jum’at, 10 maret 2017
Kep Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi

08.00 Membina hubungan 08.00 Membina 08.00 Membina


saling percaya hubungan saling hubungan saling
K antara pasien percaya antara percaya antara
A dengan perawat, pasien dengan pasien dengan
S melakukan perawat dan perawat
U perkenalan, dan mengkaji keluhan 08.05 Mengkaji
S inform consent pasien Salam dan karakteristik,
08.10 Mengkaji menanyakan lokasi, frekuensi
2 karakteristik, lokasi, keluhan kepada dan kualitas yeri
frekuensi dan pasien. - Pasien
kualitas yeri 08.05 Mengkaji mengatakan
- Pasien karakteristik, nyeri pada luka
mengatakan nyeri lokasi, frekuensi bekas operasi
pada luka bekas dan kualitas yeri di payudara
operasi di - Pasien kiri, nyeri
payudara kiri, mengatakan seperti
nyeri seperti nyeri pada luka tertusuk, nyeri
tertusuk, nyeri bekas operasi di hilang timbul,
hilang timbul, payudara kiri, skala nyeri 3
skala nyeri 5 nyeri seperti 08.15 Menciptakan
08.20 Menciptakan tertusuk, nyeri lingkungan yang
lingkungan yang hilang timbul, aman
aman skala nyeri 4 - Suasana hening
- Suasana hening Menciptakan Menganjurkan
08.25 Mengobservasi 08.15 lingkungan yang 08.20 pasien untuk
tanda-tanda vital aman mengatur posisi
TD : 110/80 mmHg - Suasana hening yang nyaman
N : 80 x/menit Menganjurkan Mengajarkan
S : 36,5º C 08.20 pasien untuk 08.25 teknik distraksi
RR : 20 x/menit mengatur posisi dengan mengobrol,
08.30 Menganjurkan yang nyaman menutup mata
pasien untuk Mengajarkan sambil
mengatur posisi 08.30 teknik distraksi membayangkan
69

yang nyaman dengan mengobrol, yang indah, dan


08.40 Jelaskan tentang menutup mata mendengarkan
manajemen nyeri sambil musik
kepada pasien dan membayangkan Mengajarkan
keluarga apabila yang indah, dan teknik relaksasi
muncul nyeri mendengarkan 08.40 dengan nafas
kembali musik dalam
08.45 Mengajarkan teknik Mengajarkan Memberikan
distraksi dengan teknik relaksasi injeksi cefobactam
mengobrol, 08.35 dengan nafas dalam 09.00 1gr dan santagesik
menutup mata Memberikan 1 gr lewat
sambil injeksi cefobactam intravena
membayangkan 1gr dan santagesik Mengobservasi
yang indah, dan 09.00 1 gr lewat tanda-tanda vital
mendengarkan Intravena 11.00 TD : 120/80 mmHg
musik Mengobservasi N : 80 x/menit
08.50 Mengajarkan teknik tanda-tanda vital S : 36,8ºC
relaksasi dengan TD : 120/90 mmHg RR : 18 x/menit
nafas dalam N : 78 x/menit Melepas fensvlon
09.00 Memberikan injeksi 09.00 S : 36,5ºC dan gelang pasien
cefobactam 1gr dan RR : 20 x/menit Mengikuti operan
santagesik 1 gr Mengikuti operan 13.00
lewat intravena
11.00 Mengobservasi 14.00
tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg 14.00
N : 78 x/menit
S : 37ºC
RR: 18 x/menit
14.00 Mengikuti operan

Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan dari kedua responden mempunyai

tindakan keperawatan yang sama dengan rencana tindakan keperawatan di IRNA

Anggrek RSUD dr Iskak Tulungagung. Dan pada kasus 1 hari pertama skala nyeri

6, hari kedua skala nyeri 5 dan hari ketiga skala nyeri 4. Sedangkan kasus 2 hari

pertama skala nyeri 5, hari kedua skala nyeri 4, dan hari ketiga skala nyeri 3.

6. Evaluasi Tindakan Keperawatan

Tabel 4.9 Catatan Perkembangan Pasien

No. Evaluasi Rabu, 1 maret 2017 Kamis, 2 maret 2017 Jum’at, 3 maret
2017
Hari ke-1 (11.00 Hari ke-2 (11.00 WIB) Hari ke-3 (11.00
WIB) WIB)
1. Kasus 1 S : Pasien mengatakan S : Pasien mengatakan S : Pasien
Diagnosa masih nyeri pada nyeri berkurang mengatakan nyeri
medis: luka bekas operasi O: berkurang
Ca mamae di payudara kiri a. Keadaan umum O:
Diagnosa pasien cukup a. Keadaan umum
70

Keperawatan :
Nyeri O: b. GCS 4-5-6 pasien cukup
berhubungan a. keadaan umum c. Pasien tampak b. GCS 4-5-6
dengan luka pasien cukup kesakitan c. Skala nyeri 2
insisi b. GCS 4-5-6 d. Skala nyeri 4 d. Nyeri hilang
c. Pasien tampak e. Nyeri seperti timbul
kesakitan tertusuk-tusuk e. Terdapat luka
d. Skala nyeri 5 f. Nyeri hilang bekas operasi
e. Nyeri seperti timbul yang di balut
tertusuk-tusuk g. Terdapat luka dengan elastic
f. Nyeri hilang bekas operasi bended di dada
timbul yang di balut f. Aff drain
g. Pasien masih dengan elastic g. Aff fensvlon
takut bended di dada h. Tanda-tanda
menggerakan h. Terpasang infus vital :
tangannya di kaki kanan, TD : 120/80
h. Panjang luka cairan NaCl mmHg
insisi ±20 cm 20tpm N : 80 x/mnt
terdapat 21 i. Terpasang drain RR : 18 x/mnt
jahitan di payudara kiri, S : 37ºC
i. Terdapat luka keluaran ±20 CC A : Masalah (nyeri)
bekas operasi j. Tanda-tanda vital teratasi
yang di balut : P : Intervensi di
dengan elastic TD : 110/90 hentikan pasien
bended di dada mmHg pulang
j. Terpasang infus N : 76 x/mnt 1. KIE untuk
di kaki kanan, RR : 18 x/mnt kontrol 3
cairan NaCl S : 36,7ºC hari stelah
20tpm A : Masalah (nyeri) pulang.
k. Terpasang drain teratasi sebagian 2. KIE untuk
di payudara kiri, P : Intervensi di minum obat
keluaran ±30 CC lanjutkan no 1, 2, secara rutin
l. Tanda-tanda vital 3, 4, 5, 6, dan 7 dan teratur.
TD : 110/80 3. KIE untuk
mmHg makan
N : 80 x/mnt makanan
RR : 20 x/mnt yang
S : 36,5ºC mengandung
A : Masalah (nyeri) protein.
teratasi sebagian
P : Intervensi di
lanjutkan no 1, 2,
3, 4, 5, 6, dan 7

No. Evaluasi Rabu, 8 maret 2017 Kamis, 9 maret 2017 Jum’at, 10 maret
2017
Hari ke-1 (13.00 Hari ke-2 (13.00 WIB) Hari ke-3 (13.00
WIB) WIB)
71

2. Kasus 2 S : Pasien mengatakan S : Pasien mengatakan S : Pasien


Diagnosa masih nyeri pada nyeri berkurang mengatakan
medis: luka bekas operasi O: sudah tidak nyeri
Ca mamae di payudara kiri a. Keadaan umum O:
Diagnosa O: pasien cukup a. Keadaan
Keperawatan : a. Keadaan umum b. GCS 4-5-6 umum pasien
Nyeri pasien cukup c. Pasien tampak cukup
berhubungan b. GCS 4-5-6 kesakitan b. GCS 4-5-6
dengan luka c. Pasien tampak d. Skala nyeri 3 c. Skala nyeri 1
insisi kesakitan e. Nyeri seperti d. Terdapat luka
d. Skala nyeri 4 tertusuk-tusuk bekas operasi
e. Nyeri seperti f. Terdapat luka yang di balut
tertusuk-tusuk bekas operasi kassa
f. Terdapat luka yang di balut e. Aff fensvlon
bekas operasi kassa f. Aff drain
yang di balut g. Terpasang infus g. Tanda-tanda
kassa di kaki kanan, vital :
g. Terpasang infus cairan RL 20tpm TD : 120/80
di kaki kanan, h. Terpasang drain mmHg
cairan RL 20tpm di payudara kiri, N : 78
h. Panjang luka keluaran ±5 CC x/mnt
insisi ±20 cm i. Tanda-tanda vital RR : 18
terdapat 20 : x/mnt
jahitan TD : 120/80 S : 37 ºC
i. Terpasang drain mmHg A : Masalah (nyeri)
di payudara kiri, N : 78 x/mnt teratasi
keluaran ±10 CC RR : 18 x/mnt P : Intervensi
j. Tanda-tanda vital S : 37 ºC dihentikan pasien
: A : Masalah (nyeri) pulang
TD : 120/80 teratasi 1. KIE untuk
mmHg P : Intervensi kontrol 3 hari
N : 78 x/mnt dilanjutkan no 1, 2, setelah
RR : 18 x/mnt 3, 4, 5, 6, dan 7 pulang.
S : 37 ºC 2. KIE untuk
A : Masalah (nyeri) minum obat
teratasi sebagian secara rutin
P : Intervensi dan teratur.
dilanjutkan no 1, 2, 3. KIE untuk
3, 4, 5, 6, dan 7 makan
makanan
yang
mengandung
protein.

Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan bahwa dari kedua responden telah

dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam menunjukkan perbaikan penurunan

nyeri yang di alami. Sesuai dengan evaluasi, penyembuhan nyeri pada luka bekas

operasi di payudara kiri Ny. St lebih lambat dibangdingkan pada Ny. Sw. Dalam

kemampuan mengontrol nyeri pada Ny. St hari ketiga dengan masalah teratasi :
72

pasien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 2. Sedangkan Ny. Sw pada hari

kedua masalah teratasi : pasien mengatakan sudah tidak nyeri, skala nyeri 1.

B. Pembahasan
Pada pembahasan ini, peneliti akan membahas “Asuhan Keperawatan

pada pasien Post Operasi Ca Mamae dengan masalah nyeri di IRNA Anggrek

RSUD dr. Iskak Tulungagung”. Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 1

sampai 3 maret 2017 untuk Ny. St dan tanggal 8 sampai 10 maret 2017 untuk

Ny. Sw.

Peneliti melakukan penelitian terhadap dua partisipan dengan post

operasi Ca Mamae di RSUD dr Iskak Tulungagung dengan lima tahap sesuai

dengan proses keperawatan yang dikembangkan oleh American Nurse

Association (ANA) yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi dan evaluasi. Asosiasi Diagnosa Keperawatan Amerika

(NANDA) kemudian mengembangkan dan mengelompokkan diagnosa

keperawatan serta membantu menciptakan pola komunikasi antar perawat dan

dapat memberikan batasan antara diagnosa keperawatan dengan diagnosa

medis. Diagnosa keperawatan berfokus pada respons klien, sedangkan

diagnosa medis berfokus pada proses penyakit (Tarwoto, 2006).

1. Pengkajian

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan dari kedua partisipan mempunyai

diagnosa medis yang sama yaitu Ca Mamae sinistra. Kedua responden berusia
73

> 40 tahun. Kasus 1 berusia 53 tahun sedangkan kasus 2 berusia 45 tahun.

Pada riwayat penyakit keluarga hasilnya, ada salah satu anggota keluarga

kasus 1 yang memiliki riwayat penyakit yang sama yaitu ca mamae,

sedangkan kasus 2 tidak ada riwayat penyaki yang sama. Pola kebiasaan

kasus 1 jarang mengonsumsi penyedap rasa dan kasus 2 sering mengonsumsi

penyedap rasa.

Dimana menurut NANDA, 2015 merupakan gangguan dalam

pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel

normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh

darah. menurut (Rasjidi, 2010) menimbulkan penyakit Ca Mamae yakni a)

resiko yang tidak dapat dirubah : Umur (> 40 tahun), Menarse usia dini,

Menopause usia lanjut, riwayat keluarga, riwayat penyakit payudara jinak. b)

Faktor resiko yang dapat dirubah atau dicegah : Riwayat kehamilan, Obesitas

dan konsumsi lemak tinggi, konsumsi penyedap rasa dalam jangka waktu

yang lama, riwayat keterpaparan radiasi.

Dari data di atas dan teori terdapat kesamaan, dimana kedua responden

mengalami penyakit ca mamae sinistra. Dan kedua responden sama-sama

berusia > 40 tahun, namun perbedaannya kasus 1 berusia 53 tahun dan kasus

2 berusia 45 tahun.

Berdasarkan 4.1 riwayat penyakit sekarang Kedua responden sama-

sama menjalani operasi pengangkatan payudara kirinya di RSUD dr. Iskak

Tulunggagung dan kedua pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi,

nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri hilang timbul. Sedangkan perbedaannya


74

kasus 1 skala nyeri 6 dan pasien takut menggerakkan tangannya, kasus 2

skala nyeri 5.

Menurut NANDA (2015) nyeri merupakan pengalaman sensori dan

emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan

yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian

rupa (International Association for the study of Pain): awitan yang tiba-tiba

atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat

diantisipasi atau diperediksi dan berlangsung < 6 bulan.

Dari data diatas dan teori terdapat kesamaan, dimana kedua responden

mengeluhkan nyeri pada luka bekas operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri

hilang timbul. Sedangkan perbedaannya kasus 1 skala nyeri 6 dan pasien

takut menggerakkan tangannya, kasus 2 skala nyeri 5.

Berdasarkan 4.1 riwayat penyakit dahulu di dapatkan hasil kasus 1

pasien pernah menjalani biopsi insisi pada payudara kiri, sedangkan kasus 2

pasien belum pernah menjalani operasi.

Menurut Rasjidi (2010) pemeriksaan penunjang pada pasien Ca Mamae

meliputi pemeriksaan payudara baik dilakukan sendiri maupun tenaga medis,

mammografi, biopsi (eksisi dan insisi), ultrasonografi, MRI, Posintron

Emission Tomography Scanning dan tes genetik).

Dari data diatas dengan teori di dapatkan kesamaan, pada kedua

responden melaksanakan pemeriksaan payudara sendiri dengan hasil, kasus 2

teraba adanya benjolan semakin membesar, muncul benjolan diketiak kiri,

dan warna payudara kiri kemerahan. Pada kasus 1 mendapatkan tindakan

biopsi insisi karena benjolan yang muncul masih 6 bulan. Tujuan dilakukan
75

biopsi insisi adalah untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan sel

yang menimbulkan Ca Mamae. Pada kasus 2 tidak dilakukan tindakan biopsi

kemungkinan dikarenakan pasien sebelumnya sudah disarankan untuk operasi

oleh dokter karena adanya benjolan di payudara kiri namun pasien tidak mau

di lakukan biopsi, kemungkinan jika pasien mengalami benjolan >6 bulan

tidak dilakukan biopsi karena ukuran kanker sudah terlalu besar. Berdasarkan

hal tersebut tidak semua penderita Ca Mamae mendapatkan tindakan biopsi.

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil dari kedua responden sama-

sama menjalani operasi pengangkatan payudara kiri. Pada kasus 1 dan 2 sama

nyeri pada luka bekas operasi dipayudara kiri, namun ada perbedaan pada

tingkat nyeri kedua pasien. Kasus 1 skala nyeri 6 sedangkan kasus 2 tingkat

nyeri 5. Menurut Potter, 2005 skala penilaian numerik digunakan untuk

menilai nyeri yang memiliki rentang 0-10.

Dari data di atas dan teori kedua pasien tersebut memiliki perbedaan

yaitu pada skala nyeri, mungkin panjang insisi dan jahitan dapat

mempengaruhi nyeri pada penderita, sehingga di dapatkan hasil pada kasus 1

skala nyeri 6 dan kasus 2 skala nyeri 5.

Berdasarkan tabel 4.3 di dapatkan hasil observasi, Berdasarkan tabel 4.3

pemeriksaan fisik didapatkan hasil B2 (Bleeding), kasus 1 batas jantung

mengalami pergeseran (cardiomegali) pada katup mitral (ICS V midclavicula

sinistra).

Menurut Sjamsuhidayat, 2004 kompilkasi dari ca mamae gangguan

neurovaskuler, metastasis: otak, paru, hati, tulang tengkorak vertebra, iga,

tulang panjang, fraktur patologis, fibrosis patologi, fibrosis payudara,dan


76

kematian. Dalam teori tidak ada yang menyebutkan bahwa ca mamae

berhubungan dengan pembesaran jantung.

Dari data di atas dan teori tidak selaras, kasus 1 pada B2 (Bleeding)

terjadi pergeseran jantung (Cardiomegali) dan kasus 2 pemeriksaan B2

(Bleeding) normal. Komplikasi ca mamae yakni gangguan neurovaskuler,

metastasis: otak, paru, hati, tulang tengkorak vertebra, iga, tulang panjang,

fraktur patologis, fibrosis patologi, fibrosis payudara, bahkan bisa terjadi

kematian.

Berdasarkan tabel 4.3 pemeriksaan fisik didapatkan hasil Bone dan

Muskuloskeletal (B6), kedua responden terdapat luka dan nyeri pada luka

bekas operasi di payudara kiri, nyeri seperti di tusuk-tusuk. Kasus 1 skala

nyeri 6 dan kasus 2 skala nyeri 5.

Menurut Wordpress (2013) pada pasien post operasi ca mamae

menimbulkan Post Mastectomy chronic Pain Syndrome (PMPs) atau

sindrom nyeri pasca mastektomi yang merupakan kondisi di mana pasien

mengalami nyeri saraf setelah lumpektomi atau mastektomi. Tanda-tanda

yang bisa dilihat adalah bagian bawah lengan mengalami kesemutan atau

dinding dada terasa nyeri. Pasien juga bisa merasakan nyeri pada bagian

bahu, lengan, bekas luka atau ketiak. Keluhan umum lain yang dialami oleh

pasien termasuk dengan rasa gatal yang tidak bisa ditahan, mati rasa atau

nyeri seperti tertusuk.

Dari data diatas dan teori terdapat kesamaan, dimana kedua responden

mengatakan nyeri dan terdapat luka bekas operasi di payudara kiri.


77

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan dari pemeriksaan radiologi, kasus 1

Ca mamae sinistra Susp. Metastatic proses pnemonic type, sedangkan kasus

2 Ca mamae sinistra dengan penjalaran ke kelenjar axila sinistra. Kedua

responden melakukan pemeriksaan Elektro Cardiografi gambaran ECG

normal.

Menurut Sjamsuhidayat, 2004 komplikasi dari ca mamae salah

satunya adalah metastase pada organ paru. Menurut Rasjidi, 2010 TNM Ca

mamae salah satunya adalah penjalaran ke kelenjar aksila.

Dari data diatas dan teori pemeriksaan radiologi dengan teori adanya

kesamaaan, dimana salah satu penjalaran dari Ca Mamae yakni ke organ

paru dan kekelenjar aksila.

2. Diagnosa

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan hasil kedua responden mempunyai

masalah keperawatan yang sama yaitu nyeri berhubungan dengan luka insisi

yang di tandai dengan nyeri pada luka bekas operasi di payudara kiri, pasien

tampak kesakitan, nyeri seperti di tusuk-tusuk, nyeri hilang timbul.

Menurut Nanda (2015) nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional

yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang

aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian

rupa, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga

berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <

6 bulan. Menurut NANDA (2016) batasan karakteristik nyeri yaitu

perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, masker wajah, sikap


78

melindungi area nyeri, gangguan tidur, indikasi nyeri yang dapat diamati dan

melaporkan nyeri secara verbal.

Berdasarkan fakta dan teori terdapat kesamaan, bahwa kedua responden

mengalami masalah keperawatan nyeri karena terputusnya kontinuitas

jaringan akibat luka insisi. Sehingga kedua responden mengalami nyeri

bekas operasi.

3. Rencana

Berdasarkan tabel 4.7 Rencana tindakan keperawatan kedua responden

tidak didapatkan adanya perbedaan, karena pada kedua responden mempunyai

karakteristik nyeri yang sama dengan rencana tindakan keperawatan yang

terfokus pada penyembuhan nyeri, yaitu dengan mengkaji karakteristik nyeri,

mengajarkan teknik distraksi relaksasi, dan pemberian terapi analgesik .

Rencana tindakan keperawatan di RSUD dr. Iskak Tulungagung ada

kesesuaian dengan rencana tindakan keperawatan pada teori menurut

NANDA, 2015. Rencana tindakan keperawatan yaitu kaji karakteristik nyeri

( kualitas, skala, lokasi dan lama), diskusikan penyebab, akibat dan cara

menanggulangi nyeri, ciptakan suasana yang tenang, atur posisi yang

nyaman, jelaskan tentang nyeri (penyebab, akibat, dan cara mengurangi

nyeri) pada pasien dan keluarga, ajarkan teknik distraksi dan relaksasi,

observasi tanda-tanda vital pasien, dan berkolaborasi dengan tim medis

dalam pemberian terapi analgesik.

Berdasarkan teori, rencana tindakan keperawatan adalah tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah


79

keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan perencanaan adalah

terpenuhinya kebutuhan pasien (Aziz, 2007).

Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan kedua responden

mendapatkan rencana keperawatan yang sama di IRNA Anggrek RSUD dr.

Iskak Tulungagung, rencana tindakan yang dilakukan di IRNA Anggrek

memiliki persamaan dengan teori NANDA (2015), bahwasanya rencana

tindakan keperawatan meliputi pengkajian karakteristik nyeri, ajarkan teknik

manajemen nyeri, tindakan kolaboratif, dan monitoring vital sign.

4. Implementasi

Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan dari kedua responden mendapat

tindakan keperawatan yang sama dengan rencana tindakan keperawatan dari

IRNA Anggrek RSUD dr. Iskak Tulungagung dan menurut teori NANDA

(2015). Adapun yang membedakan antara kedua responden adalah tidak

adanya tindakan stimulasi kulit.

Menurut NANDA (2015) rencana tindakan keperawatan yang diberikan

pada pasien dengan masalah keperawatan nyeri meliputi pain management,

meliputi pengkajian nyeri secara komprehensif, kontrol lingkungan yang

dapat mempengaruhi nyeri (seperti suhu ruangan, pencahayaan dan

kebisingan), menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi, monitor vital sign,

stimulasi kulit dan penanganan nyeri (farmakologi dan non farmakologi).

Selain itu analgesic administration meliputi menentukan karakteristik nyeri

sebelum pemberian obat, mengecek ketepatan pemberian obat dan riwayat

alergi, serta mengevaluasi efektivitas analgesik.


80

Dari hasil pengkajian yang didapatkan sesuai dengan fakta dan teori

yang ada sesuai dengan tindakan keperawatan NANDA, 2015. Kedua

responden mendapatkan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

tindakan keperawatan di NANDA (2015) dan rencana tindakan keperawatan

di IRNA Anggrek. Adapun yang membedakan antara kedua responden

adalah tidak adanya tindakan keperawatan stimulasi kulit.

5. Evaluasi

Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan bahwa kedua responden mengalami

peningkatan perbaikan nyeri dalam waktu yang berbeda, setelah

dilakukannya tindakan keperawatan pada tanggal 1 maret 2017 sampai 3

maret 2017 pada Ny. St dan tanggal 8 maret 2017 sampai 10 maret 2017

pada Ny. Sw. Kedua responden tersebut memiliki respon yang berbeda pada

saat dilakukan tindakan keperawatan.

Pada tanggal 1 maret 2017 sampai 3 maret 2017 didapatkan hasil pada

Ny. St hari pertama pasien mengatakan masih nyeri pada luka bekas operasi

di payudara kiri, pasien tampak kesakitan, skala nyeri 5, nyeri seperti

tertusuk-tusuk, pasien masih takut menggerakan tangannya. Hari kedua

pasien mengatakan nyeri berkurang, pasien tampak kesakitan, skala nyeri 4,

nyeri seperti tertusuk-tusuk. Hari ketiga pasien mengatakan pasien

mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 2. Tanggal 8 maret 2017 sampai 10

maret 2017 di dapatkan hasil pada Ny. Sw pasien mengatakan masih nyeri

pada luka bekas operasi di payudara kiri, pasien tampak kesakitan, skala

nyeri 4, nyeri seperti tertusuk-tusuk. Hari kedua pasien mengatakan nyeri


81

berkurang, pasien tampak kesakitan, skala nyeri 3, nyeri seperti tertusuk-

tusuk. Hari ketiga pasien mengatakan sudah tidak nyeri, skala nyeri 1.

Menurut Aziz (2007) tahap evaluasi dalam proses keperawatan

mencakup pencapaian terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak,

dan apabila tidak berhasil perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam

jangka waktu panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan

intervensi. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak

kesalahannya dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan,

serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi. Menurut NANDA (2013)

evaluasi dari pasien dengan masalah nyeri yang berhubungan dengan luka

insisi meliputi: pasien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,

mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan), melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan

tanda nyeri) dan menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. Menurut

Tamsuri (2007) faktor yang mempengaruhi nyeri yakni anxietas (cemas).

Meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan

seseorang cemas.

Dari hasil evaluasi didapatkan kesesuaian antara fakta dan teori yang

ada. Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada kedua responden dengan

waktu yang sama 3x24 jam menunjukkan perbaikan penurunan rasa nyeri,

namun dalam rentang waktu yang berbeda. Ny. Sw lebih lambat penurunan

nyeri pada luka bekas operasi di payudara kiri di bandingkan dengan Ny. St.

Kemungkin bisa disebabkan oleh faktor kecemasan, apabila seorang yang


82

mengalami cemas berhubungan dengan nyeri, hal ini dapat meningkatkan

persepsi pada nyeri. Sehingga menimbulkan dampak yang akan

memperberat kondisinya.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada Ny.St mulai

tanggal 1 maret 2017 sampai 3 maret 2017 dan pada Ny.Sw mulai tanggal 8

maret 2017 sampai 10 maret 2017 di IRNA Anggrek RSUD dr. Iskak

Tulungagung, peneliti mampu mempelajari dan menerapkan Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Post operasi Ca Mamae Dengan Masalah

Keperawatan Nyeri di IRNA Anggrek RSUD dr. Iskak Tulungagung, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Peneliti menggunakan metode wawancara dan pemeriksaan fisik, di

dapatkan beberapa kesamaan pada kasus 1 dan kasus 2 yaitu data subyektif

yaitu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi dan data obyektif yaitu nyeri

seperti ditusuk-tusuk, pasien tampak kesakitan, nyeri hilang timbul.

perbedaan lain dari kedua responden tersebut adalah dari hasil anamnesis,

keluhan utama, riwayat sakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

2. Diagnosa

Dalam menentukan diagnosa peneliti berfokus pada data hasil

pengkajian yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah. Saat

dilakukan pengkajian pada kedua responden didapatkan masalah keperawatan

nyeri berhubungan dengan luka insisi.

82
83

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Dalam perencanaan yang dilakukan oleh peneliti pada pasien Post

Operasi Ca Mamae dengan nyeri. Antara Perencanaan rumah sakit dan

NANDA (2015) terdapat kesamaan.

4. Tindakan Keperawatan

Dalam implementasi kedua responden terdapat kesamaan. Untuk

mempunyai masalah yang sama dan semua rencana tindakan telah di

kerjakan. Adapun hasil implementasi: mengkaji karakteristik nyeri ( kualitas,

skala, lokasi dan lama), mendiskusikan penyebab, akibat dan cara

menanggulangi nyeri, atur posisi yang nyaman, menjelaskan tentang nyeri

(penyebab, akibat,dan cara menurangi nyeri) pada pasien dan keluarga,

mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi, mengobservasi tanda-tanda vital

pasien, berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi analgesik.

5. Evaluasi

Evaluasi dalam melakukan tindakan keperawatan selama tiga hari di

dapatkan hasil kedua responden dengan masalah nyeri teratasi dalam rentang

waktu yang berbeda. Nyeri yang dialami Ny. St teratasi pada hari ketiga,

sedangkan evaluasi, Ny. M nyeri teratasi pada hari kedua. Hal tersebut

menunjukkan adanya faktor yang mempengaruhi respon nyeri terhadap

masing-masing individu.
84

B. Saran

1. Untuk pengembangan ilmu

a. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam memberikan

sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan melalui praktik klinik maupun

pembuatan laporan.

b. Peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan atau

memanfaatkan pengetahuan, keterampilan dan waktu yang selektif

mungkin, untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien post

operasi ca mamae dengan masalah keperawatan nyeri, sehingga asuhan

keperawatan dapat diberikan secara optimal dan memperoleh hasil yang

baik sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan.

2. Untuk pengembangan program

a. Bagi institusi RSUD dr. ISKAK Tulungagung khususnya di IRNA

Anggrek

Sebagai bahan acuan dalam penerapan proses keperawatan

khususnya pada pasien post operasi ca mamae dengan nyeri di Anggrek,

perawat diharapkan melakukan tindakan sesuai dengan semua rencana

tindakan dan diharapkan berkolaborasi dengan tim medis dan gizi dalam

perencanaan program terapi sehingga dapat meningkatkan mutu

pelayanan serta meningkatkan visi, misi dan standart operasional

prosedur yang diterapkan oleh rumah sakit.


DAFTAR PUSTAKA

Amaludin. (2015, march 2). Sepanjang 2014, Lebih 3.000 Orang di Jatim
Menderita Kanker Serviks. Diambil kembali dari metrotvnews.com:
http://news.metrotvnews.com/read/2015/03/02/364864/sepanjang-2014-
lebih-3-000-orang-di-jatim-menderita-kanker-serviks

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep & Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Astrid, Savitri. 2015. Kupas Tuntas Kanker Payudara Leher Rahim & Rahim.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Baradero, Mary. 2008. Prinsip & Praktik Keperawatan Perioperatif. Jakarta:


EGC.https://books.google.co.id/books/about/Prinsip_dan_Praktik_Kepera
watan_Perioperatif.html?id=7c6a2aaZV60C

Dewi, L. 2009. Aku Sembuh dari Kanker Payudara Mendeteksi Gejala Dini
Pencegahan & Pengobatan. Yogyakarta: Tugu Publisher.

Doengoes E, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Hidayat, A, Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik


Analisis Data Cetakan kedua. Jakarta: Salemba medika

Intan Kumalasari dan Iwan Andhayantoro. 2012. Kesehatan Reproduksi untuk


Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Lawan Kanker. (2016, March 21). Diambil kembali dari Statistik Kanker:
http://lawankanker.org/statistik-kanker/

NANDA NIC-NOC. (2013). “Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc”. Jogjakarta: Mediaction

NANDA NIC-NOC. (2015). “Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc”. Jogjakarta: Mediaction

Pearce, E. C. (2011). Anatomy & Fisiologi Untuk Paramedis. jakarta: Gramedia


Pustaka Utama .

Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental : Konsep, Proses Praktek, Edisi 4
Vol 1. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi


6. Jakarta: EGC

Saputra, Lyndon. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Klinik. Tanggerang: Binarupa


Aksara

85
86

Siswadi, Y. (2006). Klien Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta:


EGC.

Sjamsuhidajat R. Win de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta:
EGC

Suddarth & Brunner. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah, edisi 12. jakarta:


EGC.

Syaifuddin, 2011. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan & Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC

Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson, Judith M. & Nancy R. Ahern. (2015). Buku Saku Diagnosis


Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC

Wordpress. (2013). “Efek Samping Operasi Kanker Payudara” (di akses tanggal 5


Agustus 2013, https://infoterapi.wordpress.com/2013/08/05/efek-samping-
operasi-kanker-payudara/)

Zamralita, 1999. ”Self esteem dan strategi penanggulangan stress pada


perempuan pasca mastektomi”. Phronesis, I (1). 6-14
87
Lampiran 1
Lampiran 1
Lampiran 1
Lampiran 1
Lampiran 1
Lampiran 1
Lampiran 9

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009

Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355-322738


Tulungagung 66224
Alamat E-mail : stikeshahta@yahoo.co.id

PENGKAJIAN DATA DASAR DAN FOKUS

Pengkajian diambil tgl : 1 maret 2017 Jam : 08.00 WIB

Tanggal Masuk : 28 februari 2017 No. reg : 11704xxx

Ruangan / Kelas : Anggrek / IIIB

No. Kamar : 28

Diagnosa Masuk : Ca Mamae

Diagnosa Medis : Ca Mamae

I. IDENTITAS
1. Nama : Ny. St

2. Umur : 53 tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku / Bangsa : Jawa / indonesia

6. Bahasa : Jawa

7. Pendidikan : SD

8. Pekerjaan : Petani

9. Alamat : Ds.ngadisuko , Kec. Durenan Kab. Trenggalek


10. Alamat yg mudah dihubungi : Ds.ngadisuko, Kec. Durenan Kab.
Trenggalek

11. Ditanggung oleh : BPJS PBI

II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN

1. Keluhan utama / Alasan Masuk Rumah Sakit

a. Alasan Masuk Rumah Sakit :

Pasien mengatakan terdapat benjolan di payudara kiri sejak 6 bulan

yang lalu

b. Keluhan Utama :

Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di payudara kiri

2. Riwayat Penyakit Sekarang ( PQRST ) :

Pasien diantar keluarganya datang ke poli bedah RSUD dr. Iskak

Tulungagung pada tanggal 31 Januari 2017 untuk menjalani biopsi insisi

pada payudara kiri. Tanggal 26 Februari 2017 pasien kontrol di Poli

Bedah dan masuk IGD yellow zone, kemudian pada pukul 10.00 WIB

pasien di pindahkan ke ruang IRNA Anggrek untuk perawatan pre

operasi. Pada tanggal 28 Februari 2017 pasien menjalani operasi

pengangkatan payudara kiri. Kemudian saat pengkajian tanggal 1 Maret

2017 pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi, pasien tampak

kesakitan, nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 6, pasien takut

menggerakkan tangannya dan nyeri hilang timbul, dan panjang luka

insisi ±20 cm terdapat 21 jahitan.


3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :

Pasien pernah menjalani biopsi insisi pada tanggal 31 januari 2017 di

poli bedah RSUD dr. Iskak Tulungagung

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :

Ada salah satu anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang

sama yaitu Ca Mamae, keluarga tidak ada yang memiliki riwayat

menular seperti TBC, HIV AIDS, hepatitis, dsb.

III. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI

SEBELUM MASUK
DI RUMAH SAKIT
RS

1. Pol
a Tidur / Istirahat 21.00 WIB 20.00 WIB
Waktu Tidur 05.00 WIB 05.00 WIB
b. Waktu Bangun Tidak Ada Tidak Ada
c. Masalah Tidur Suasana hening Suasana hening
d. Hal-hal yang .
mempermudah tidur Suara gaduh Suara gaduh dan rasa nyeri
e. Hal-hal yang
mempermudah
pasien terbangun
2. Pola Eliminasi
BAB Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
1) Warna Khas Khas
2) Bau Padat Padat
3) Konsistensi Tidak di kaji Tidak di kaji
4) Jumlah
1 x sehari 1 x sehari
5) Frekwensi
6) Kesulitan BAB Tidak Ada Tidak Ada
7) Upaya mengatasi Tidak Ada Tidak Ada
BAK
1) Warna Kekuningan Kekuningan
2) Bau Khas Khas
3) Konsistensi Cair Cair
4) Jumlah Tidak terkaji 150 cc/ 3 jam
5) Frekwensi 4-6 x/ hari 5-7x/ hari
6) Kesulitan BAK Tidak Ada Tidak Ada
7) Upaya mengatasi Tidak Ada Tidak Ada

3. Pola Makan dan Minum


a. Makan
1) Frekwensi 3x sehari 3x sehari
2) Jenis Nasi, sayur, dan lauk Nasi, sayur, dan lauk
3) Diit Tidak ada Tidak ada
4) Pantangan Tidak ada Tidak ada
5) Yang Disukai Semua suka Semua suka
6) Yang Tdk Tidak ada Tidak ada
disukai
7) Alergi Tidak ada Tidak ada
8) Masalah makan Tidak ada Tidak ada
9) Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

b. Minum
1) Frekwensi 8x200 cc/ hari 4x200cc/ hari
2) Jenis Air putih, teh dan kopi air putih dan susu
3) Diit - -
4) Pantangan Tidak ada Tidak ada
5) Yang Disukai Semua Suka Semua Suka
6) Yang Tdk Tidak ada Tidak ada
disukai
7) Alergi Tidak ada Tidak ada
8) Masalah minum Tidak ada Tidak ada
9) Upaya mengatasi Tidak ada Tidk ada
4. Kebersihan diri /
personal hygiene :
a. Mandi 2-3 x sehari Hanya di lap
b. Keramas 2x dalam seminggu Tidak dilakukan
c. Pemeliharaa 2-3 x sehari 2 x sehari
n gigi dan mulut
d. Pemeliharaa 1x dalam seminggu 1x dalam seminggu
n kuku 2 x sehari 2x sehari
e. Ganti
pakaian

5. Pola Kegiatan / Bekerja sebagai petani Istirahat total


Aktifitas Lain

6. Kebiasaan
a. Merokok Tidak pernah Tidak pernah
b. Alkohol Tidak pernah Tidak pernah
c. Jamu, dll Jarang Tidak

IV. DATA PSIKO SOSIAL

A. Pola Komunikasi : Kooperatif

B. Orang yang paling dekat dengan klien : Anaknya

C. Rekreasi

Hobbi : mendengarkan musik dangdut

D. Penggunaan Waktu Senggang :

E. Beristirahat dan berkumpul dengan keluarga

F. Dampak dirawat di Rumah Sakit :

Selama di rawat dirumah sakit pasien tidak mampu melakukan aktivitas

seperti biasanya

G. Hubungan dengan orang lain / interaksi sosial :

Baik
H. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan :

Anak pasien

V. KONSEP DIRI

A. Gambaran Diri

Pasien bedrest

B. Harga Diri

Pasien tidak malu dengan kondisinya sekarang

C. Ideal Diri

Pasien ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan keluarga

D. Identitas Diri

Pasien mampu menyebutkan nama, alamat, dan apa yang di rasakan

sekarang.

E. Peran

Sebagai seorang istri dan ibu dari 3 orang anak

VI. DATA SPIRITUAL

A. Ketaatan Beribadah :

Pasien mengatakan di rumah ia taat dalam beribadah, selama di RS

pasien tidak dapat menjalankan ibadah seperti biasanya, pasien hanya

bisa berdo’a di tempat tidur

B. Keyakinan terhadap sehat / sakit :

Pasien percaya bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya


C. Keyakinan terhadap penyembuhan :

Pasien yakin bahwa melalui tenaga medis yang didapat, pasien akan

sembuh

VII. PEMERIKSAAN FISIK


A. Kesan Umum / Keadaan Umum
K/u cukup, GCS 4-5-6, terpasang infus di tangan kanan cairan RL 20
tpm

B. Tanda – tanda vital

Suhu Tubuh : 36,5 º C Nadi : 80 x/menit

Tekanan darah : 110/80 mmHg Respirasi : 20 x/menit

Tinggi Badan : 160 cm Berat Badan : 75 kg

C. Pemeriksaan Kepala dan Leher

1. Kepala dan rambut

a) Bentuk Kepala : Bulat

Ubun-ubun : Datar

Kulit kepala : Bersih

b) Rambut

Penyebaran dan keadaan rambut :

Penyebaran merata dan agak kotor

Bau : Keringat

Warna : Hitam beruban

c) Wajah

Warna Kulit : Sawo matang

Struktur Wajah : Simetris


2. Mata

a) Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap dan simetris

b) Kelopak Mata ( Palpebra) : Tidak ada oedem

c) Konjuctiva dan sklera : Pink daan putih

d) Pupil : Isokor

e) Kornea dan iris : Hitam dan jernih

f) Ketajaman penglihatan / visus : Normal

g) Tekanan bola mata : Tidak ada tekanan bola mata

3. Hidung

a) Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal dan simetris

b) Lubang Hidung : Simetris kanan dan kiri

c) Cuping hidung :

Tidak ada cuping hidung

4. Telinga

a) Bentuk telinga : Simetris

b) Ukuran telinga : Sedang

c) Ketenggangan telinga : Lentur

d) Lubang telinga : Kotor

e) Ketajaman pendengaran : Normal

5. Mulut dan faring

a) Keadaan bibir : Kering

b) Keadaan gusi dan gigi : Cukup bersih

c) Keadaan lidah : Agak kotor

d) Orofarings : Tidak terkaji


6. Leher

a) Posisi trakhea : Simetris

b) Tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid

c) Suara : Jelas

d) Kelenjar Lymphe : Tidak ada pembesaran kelenjar lymphe

e) Vena jugularis : Tidak ada pembesaran vena jugularis

f) Denyut nadi coratis: Teraba

D. Pemeriksaan Integumen ( Kulit )

1. Kebersihan : Bersih

2. Kehangatan : Hangat

3. Warna : Sawo matang

4. Turgor : Normal, kembali > 3 detik

5. Tekstur : Lembut

6. Kelembaban : Lembap

7. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan kulit

E. Pemeriksaan payudara dan ketiak

1. Ukuran dan bentuk payudara :

Sedang dan hanya terdapat 1 di sebelah kanan, luka insisi ±20 cm

dan terdapat 21 jahitan

2. Warna payudara dan areola :

Kuning langsat dan coklat

3. Kelainan-kelainan payudara dan puting :

Terdapat luka bekas operasi di payudara kiri

4. Axila dan clavicula :


Tidak ada kelainan

F. Pemeriksaan Thorak / dada

1. Inspeksi Thorak :

a) Bentuk Thorak : Simetris kanan dan kiri

b) Pernafasan :

Frekwensi : 20 x/menit

Irama : Teratur

c) Tanda-tanda kesulitan bernafas : Tidak ada

2. Pemeriksaan Paru

a) Palpasi getaran suara ( vocal fremitus ) : Simetris kanan dan

kiri

b) Perkusi : Sonor

c) Auskultasi :

Suara Nafas : Vesikuler

Suara Ucapan : Normal

Suara Tambahan : Tidak ada

3. Pemeriksaan Jantung

a) Inspeksi dan Palpasi

Pulsasi : Normal dan teraba

Ictus cordis : ICS VI linea midclavicula sinistra

b) Perkusi
Batas-batas jantung :

- Batas jantung atas : ICS II sternalis destra, ICS II

sternalis sinistra

- Batas jantung bawah : ICS IV linea sternalis kiri, ICS V

linea mid clavicula dekstra

c) Auskultasi

Bunyi jantung I : Lup

Bunyi jantung II : Dup

Bunyi jantung Tambahan : tidak ada

Bising / Murmur : tidak ada

Frekwensi denyut jantung : 80 x/menit

G. Pemeriksaan Abdomen

a) Inspeksi

Bentuk abdomen : Datar

Benjolan / Massa : Tidak ada

Bayangan pembuluh darah pada abdomen : Tidak ada

b) Auskultasi

Peristaltik Usus : 5x / menit

c) Palpasi

Tanda nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan

Benjolan / massa : Tidak ada benjolan / massa

Tanda-tanda ascites : Tidak ada tanda-tanda ascites

Hepar : Tidak ada pembesaran

Lien : Tidak ada pembesaran


Titik Mc. Burne : Tidak ada nyeri tekan

d) Perkusi

Suara Abdomen : Timpani

Pemeriksaan Ascites : Tidak ada tanda-tanda ascites

H. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya

1. Genetalia

Kelainan – kelainan pada genetalia eksterna dan daerah inguinal :

Tidak ada kelainan

2. Anus dan Perineum

Lubang anus : Normal

Kelainan – kelainan pada anus dan perineum : Tidak ada kelainan

I. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimitas )

1. Kesimetrisan Otot : Simetris

2. Pemeriksaan Oedem : Tidak ada oedem

3. Kekuatan Otot :

5 5

5 5
4. Kelainan – kelainan pada ekstrimitas dan kuku

Tidak ada kelainan ekstremitas dan kuku

J. Pemeriksaan Neurologi

1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS :

Composmentis / 4-5-6

2. Tanda – tanda rangsangan otak ( meningeal sign ) :

Normal

3. Syaraf otak ( Nervus cranialis ) :


Tidak ada tanda-tanda kelainan kaku kuduk

4. Fungsi Motorik : Baik

5. Fungsi Sensorik : Baik

6. Refleks :

Refleks Fisiologis : Positif

Refleks Patologis : Negatif

K. Pemeriksaan Status Mental

1. Kondisi Emosi / Perasaan : Stabil

2. Orientasi : Baik

3. Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan ) :

Baik

4. Motivasi ( Kemauan ) : Baik

5. Persepsi : Baik

6. Bahasa : Jawa

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Diagnosa Medis : Post Operasi Ca Mamae

2. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis :

a. Laboratorium

Tanggal 11 Februari 2017

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI


RUJUKAN
Hematologi Lengkap
Hemoglobin 12.2 g/dL 11.0 – 16.5
Jumlah Eritrosit 4.30 10^6/uL 4.20 – 5.40
Hematokrit L 36.5 % 37.0 – 47.0
MCV, MCH, MCHC
MCV 8.49 fL 81.0-99.0
MCH 28.4 pg 27.0- 31.0
MCHC 33.4 g/L 33.0 – 37.0
RDW-SD 38.6 fL 35-47
RDW-CV 12.6 % 11.5- 14.5
NRBC 0.0 %
NRBC# 0.0 10^3/uL
WBC 9.88 10^3/uL 4.0-10.0
Hitung Jenis
Eosinofil 2.4 % 0 –4
Basofil 0.2 % 0 –1
Neutrofil 62.0 % 50 – 70
Limfosit 23.9 % 20 – 40
Monosit H 11.5 % 2–8
Jumlah Eosinofil 0.24 10^3/uL 0.0 – 0.8
Jumlah Basofil 0.02 10^3/uL 0.0 – 0.2
Jumlah Neutrofil 6.12 10^3/uL 1.50 – 7.00
Jumlah Limfosit 2.36 10^3/uL 1.00 – 3.70
Jumlah Monosit H 1.14 10^3/uL 0.16 – 1.0
IG% 0.3 %
IG# 0.0 10^3/uL
PLT 313 10^3/uL 150 – 450
PDW 9.5 fL 9.0 – 13.0
MPV 9.3 fL 7.2 – 11.1
P-LCR 18.8 % 15.0 – 25.0
PCT 0.290 % 0.150 – 0.400
Laju Endap Darah H 120 mm/jam 0-20
Koagulasi
PT
PT (Waktu 12 detik 10 - 14
Protombin)
PT % 77.5 % 70 – 130
INR 1.13 1.0 – 1.5
APTT
APTT H 34 detik 22 - 30
Kimia Darah
Glukosa Darah 96 mg/dL 65 – 140
SGOT 28 U/L <= 32
SGPT H 41 U/L <= 33
BUN 8.0 mg/dL 6 – 20
Kreatinin Darah L 0.64 mg/dL 0.67 – 1.5
Calsium 8.8 mg/dL 8.6 – 10.2
Na, K, Cl
Natrium Darah 136 mmol/L 135 – 145
Kalium Darah 4.0 mmol/L 3.1 – 5.1
Klorida Darah 100 mmol/L 96 – 106
Serologi
HBsAg (Rapid) NR Non Reaktif

Tanggal 26 Februari 2017

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI


RUJUKAN
Hematologi
Hemoglobin L 9.8 g/dL 11.0 – 16.5
Serologi
HbsAg (Rapid) NR Non Reaktif
HCV NR
Anti HIV NR Non Reaktif

b. Rontgen

Cor : Ukuran membesar, kalsifikasi aortic knob

Pulmo : Tampak infiltrat di lapang paru kanan dan parahiler-paracardial

kiri

Cephalisasi (+), Nodul (-)

Sinus Phrenicocostalis kanan kiri tajam

Tak tampak proses osteolitik/osteoblastik

# Kesimpulan :

- Susp. Metastatic process pneumonic type

- Cardiomegaly dengan tanda-tanda congestif pulmonum

- Aortosklerosis

c. ECG
d. USG

e. Lain – lain

PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

Inj. cefobactam 1gr (IV)

Inj. Asam traneksamat 500 gr (IV)

Inj. Santagesik 1 gr (IV)

Mahasiswa

PUPUT SALEKHA
NIM. A1R14025

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009

Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355-322738


Tulungagung 66224
Alamat E-mail : stikeshahta@yahoo.co.id

PENGKAJIAN DATA DASAR DAN FOKUS

Pengkajian diambil tgl : 8 maret 2017 Jam : 08.00 WIB

Tanggal Masuk : 6 februari 2017 No. reg : 11706xxx

Ruangan / Kelas : Anggrek / IB

No. Kamar : 06

Diagnosa Masuk : Ca Mamae

Diagnosa Medis : Ca Mamae


I. IDENTITAS

1. Nama : Ny. Sw

2. Umur : 45 tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku / Bangsa : Jawa / indonesia

6. Bahasa : Jawa

7. Pendidikan : SD

8. Pekerjaan : IRT

9. Alamat : Ds.Sumbergempol , Kec. Sumbergempol, Kab.

Tulungagung

10. Alamat yg mudah dihubungi : Ds.Sumbergempol , Kec. Sumbergempol,

Kab. Tulungagung

11. Ditanggung oleh : BPJS PBI

II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN

1. Keluhan utama / Alasan Masuk Rumah Sakit

a. Alasan Masuk Rumah Sakit :

Pasien mengatakan terdapat benjolan di payudara kiri sejak 6 bulan

yang lalu

b. Keluhan Utama :

Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di payudara kiri

2. Riwayat Penyakit Sekarang ( PQRST ) :


Pasien di antar oleh anaknya datang ke Poli Bedah RSUD dr. Iskak

Tulungagung pada tanggal 5 Maret 2017, selanjutnya pasien masuk IGD

yellow zone dan kemudian di pindahkan ke ruang Irna Anggrek pada

pukul 12.00 WIB untuk perawatan pre operasi. Pada tanggal 7 Maret

2017 pasien menjalani operasi pengangkatan payudara kiri. Kemudian

saat pengkajian tanggal 8 Maret 2017 pasien mengatakan luka bekas

operasi pada payudara kiri, pasien tampak kesakitan, nyeri seperti di

tusuk-tusuk, skala nyeri 5 nyeri hilang timbul, dan panjang luka insisi ±20

cm terdapat 20 jahitan.

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :

Tidak ada riwayat penyakit yang diderita pasien.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama,

menurun (kanker, DM, Hipertensi dsb) dan menular (TBC, HIV AIDS,

hepatitis dsb).

III. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI

SEBELUM DI RUMAH
MASUK RS SAKIT
1. Pola Tidur / Istirahat
a) Waktu Tidur 21.00 WIB 20.00 WIB
b) Waktu Bangun 05.00 WIB 05.00 WIB
c) Masalah Tidur Tidak Ada Tidak Ada
d) Hal-hal yang Suasana hening Suasana hening
mempermudah tidur .
e) Hal-hal yang Suara gaduh Suara gaduh
mempermudah
pasien terbangun

2. Pola Eliminasi
a. BAB
1) Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
2) Bau Khas Khas
3) Konsistensi Padat Padat
4) Jumlah Tidak di kaji Tidak di kaji
5) Frekwensi 1 x sehari 1 x sehari
6) Kesulitan BAB Tidak Ada Tidak Ada
7) Upaya mengatasi Tidak Ada Tidak Ada
b. B A K
1) Warna Kekuningan Kekuningan
2) Bau Khas Khas
3) Konsistensi Cair Cair
4) Jumlah Tidak terkaji 150 cc/ 3 jam
5) Frekwensi 4-6 x/ hari 5-7x/ hari
6) Kesulitan BAK Tidak Ada Tidak Ada
7) Upaya mengatasi Tidak Ada Tidak Ada
3. Pola Makan dan Minum
a. Makan
1) Frekwensi 3x sehari 3x sehari
2) Jenis Nasi, sayur, dan lauk Nasi, sayur, dan lauk
3) Diit Tidak ada Rendah lemak
4) Pantangan Tidak ada Tidak ada
5) Yang Disukai Semua suka Semua suka
6) Yang Tdk disukai Tidak ada Tidak ada
7) Alergi Tidak ada Tidak ada
8) Masalah makan Tidak ada Tidak ada
9) Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
b. Minu
m 8x200 cc/ hari 4x200cc/ hari
1) Frekwensi Air putih, teh dan air putih dan susu
2) Jenis kopi
Tidak ada Tidak ada
3) Diit Tidak ada Tidak ada Tidak ada
4) Pantangan Tidak ada Tidak ada
5) Yang Disukai - -
6) Yang Tdk disukai Tidak ada Tidak ada
7) Alergi Tidak ada Tidak ada
8) Masalah minum Tidak ada Tidk ada
9) Upaya mengatasi

4. Kebersihan diri /
personal hygiene :
a. Mandi 2-3 x/ hari Hanya di lap
b. Keramas 2x dalam seminggu Tidak dilakukan
c. Pemeliharaan gigi 2-3 x/ hari 2 x/ hari
dan mulut
d. Pemeliharaan kuku 1x dalam seminggu 1x dalam seminggu
e. Ganti pakaian 2x/hari 2x/hari

5. Pola Kegiatan / Aktifitas Sebagai ibu rumah Istirahat total


Lain tangga

6. Kebiasaan
d. Merokok Tidak pernah Tidak pernah
e. Alkohol Tidak pernah Tidak pernah
f. Jamu, dll Jarang Tidak
IV. DATA PSIKO SOSIAL

A. Pola Komunikasi :

Kooperatif

B. Orang yang paling dekat dengan klien :

Suami pasien

C. Rekreasi

Hobbi : mendengarkan musik dangdut

D. Penggunaan Waktu Senggang :

Beristirahat dan berkumpul dengan keluarga

E. Dampak dirawat di Rumah Sakit :

Selama di rawat dirumah sakit pasien tidak mampu melakukan aktivitas

seperti biasanya

F. Hubungan dengan orang lain / interaksi sosial :

Baik

G. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan :

Suami pasien

V. KONSEP DIRI

A. Gambaran Diri

Pasien bedrest

B. Harga Diri

Pasien tidak malu dengan kondisinya sekarang

C. Ideal Diri

Pasien ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan keluarga


D. Identitas Diri

Pasien mampu menyebutkan nama, alamat, dan apa yang di rasakan

sekarang.

E. Peran

Sebagai seorang istri dan ibu dari 3 orang anak

VI. DATA SPIRITUAL

A. Ketaatan Beribadah :

Selama di RS pasien tidak dapat menjalankan ibadah seperti biasanya,

pasien hanya bisa berdo’a di tempat tidur

B. Keyakinan terhadap sehat / sakit :

Pasien percaya bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya

C. Keyakinan terhadap penyembuhan :

Pasien yakin bahwa melalui tenaga medis yang didapat, pasien akan

sembuh

VII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Kesan Umum / Keadaan Umum

K/u cukup, GCS 4-5-6, terpasang infus di kaki kanan cairan NaCl 20

tpm

B. Tanda – tanda vital

Suhu Tubuh : 37 º C Nadi : 78 x/menit

Tekanan darah : 120/80 mmHg Respirasi : 18 x/menit

Tinggi Badan : 160 cm Berat Badan : 60 kg


C. Pemeriksaan Kepala dan Leher

1. Kepala dan rambut

a) Bentuk Kepala : Bulat

Ubun-ubun : Datar

Kulit kepala : Bersih

b) Rambut :

Penyebaran dan keadaan rambut :

Penyebaran merata dan agak kotor

Bau : Keringat

Warna : Hitam beruban

c) Wajah

Warna Kulit : Sawo matang

Struktur Wajah : Simetris

2. Mata

a) Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap dan simetris

b) Kelopak Mata ( Palpebra ) : Tidak ada oedem

c) Konjuctiva dan sklera : Pink daan putih

d) Pupil : Isokor

e) Kornea dan iris : Hitam dan jernih

f) Ketajaman penglihatan / visus : Normal

g) Tekanan bola mata : Tidak ada tekanan bola

mata

3. Hidung

a) Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal dan simetris


b) Lubang Hidung : Simetris kanan dan kiri

c) Cuping hidung : Tidak ada cuping

hidung

4. Telinga

a) Bentuk telinga : Simetris

b) Ukuran telinga : Sedang

c) Ketenggangan telinga : Lentur

d) Lubang telinga : Kotor

e) Ketajaman pendengaran : Normal

5. Mulut dan faring

a) Keadaan bibir : Kering

b) Keadaan gusi dan gigi : Cukup bersih

c) Keadaan lidah : Agak kotor

d) Orofarings : Tidak terkaji

6. Leher

a) Posisi trachea : Simetris

b) Tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid

c) Suara : Jelas

d) Kelenjar Lymphe : Tidak ada pembesaran kelenjar lymphe

e) Vena jugularis : Tidak ada pembesaran vena jugularis

f) Denyut nadi coratis : Teraba

D. Pemeriksaan Integumen ( Kulit )

1. Kebersihan : Bersih

2. Kehangatan : Hangat
3. Warna : Sawo matang

4. Turgor : Normal, kembali > 3 detik

5. Tekstur : Lembut

6. Kelembaban : Lembap

7. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan kulit

E. Pemeriksaan payudara dan ketiak

1. Ukuran dan bentuk payudara :

Sedang dan hanya terdapat 1 di sebelah kanan, Panjang luka insisi

±20 cm terdapat 20 jahitan

2) Warna payudara dan areola :

Kuning langsat dan coklat

3) Kelainan-kelainan payudara dan puting :

Terdapat luka bekas operasi di payudara kiri

4) Axila dan clavicula :

Tidak ada kelainan

F. Pemeriksaan Thorak / dada

1. Inspeksi Thorak :

a) Bentuk Thorak : Simetris kanan dan kiri

b) Pernafasan :

Frekwensi : 20 x/menit

Irama : Teratur

c) Tanda-tanda kesulitan bernafas : Tidak ada


2. Pemeriksaan Paru

a) Palpasi getaran suara ( vocal fremitus ) :

Simetris kanan dan kiri

b) Perkusi : Sonor

c) Auskultasi :

Suara Nafas : Vesikuler

Suara Ucapan : Normal

Suara Tambahan : Tidak ada

3. Pemeriksaan Jantung

a) Inspeksi dan Palpasi

Pulsasi : Normal dan teraba

Ictus cordis : ICS V midclavicula sinistra

b) Perkusi

Batas-batas jantung :

- Batas jantung atas : ICS II sternalis destra, ICS II sternalis

sinistra

- Batas jantung bawah : ICS IV linea sternalis kiri, ICS V linea

mid clavicula dekstra

c) Auskultasi

Bunyi jantung I : Lup

Bunyi jantung II : Dup

Bunyi jantung Tambahan : Tidak ada

Bising / Murmur : Tidak ada

Frekwensi denyut jantung : 78 x/menit


G. Pemeriksaan Abdomen

a) Inspeksi

Bentuk abdomen : Datar

Benjolan / Massa : Tidak ada

Bayangan pembuluh darah pada abdomen : Tidak ada

b) Auskultasi

a. Peristaltik Usus : 5x / menit

b. Bunyi jantung Anak / BJA : Tidak ada

c) Palpasi

Tanda nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan

Benjolan / massa : Tidak ada benjolan / massa

Tanda-tanda ascites : Tidak ada tanda-tanda ascites

Hepar : Tidak ada pembesaran

Lien : Tidak ada pembesaran

Titik Mc. Burne : Tidak ada nyeri tekan

d) Perkusi

Suara Abdomen : Timpani

Pemeriksaan Ascites : Tidak ada tanda-tanda ascites

H. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya

1. Genetalia

Kelainan – kelainan pada genetalia eksterna dan daerah inguinal :

Tidak ada kelainan

2. Anus dan Perineum

Lubang anus : Normal


3. Kelainan – kelainan pada anus dan perineum :

Tidak ada kelainan

I. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimitas )

1. Kesimetrisan Otot : Simetris

2. Pemeriksaan Oedem : Tidak ada oedem

3. Kekuatan Otot :
5 5
5 5
4. Kelainan – kelainan pada ekstrimitas dan kuku

Tidak ada kelainan ekstremitas dan kuku

J. Pemeriksaan Neurologi

1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS :

Composmentis / 4-5-6

2. Tanda – tanda rangsangan otak ( meningeal sign ) :

Normal

3. Syaraf otak ( Nervus cranialis ) :

Tidak ada tanda-tanda kelainan kaku kuduk

4. Fungsi Motorik : Baik

5. Fungsi Sensorik : Baik

6. Refleks :

a. Refleks Fisiologis : Positif

b. Refleks Patologis : Negatif


K. Pemeriksaan Status Mental

1. Kondisi Emosi / Perasaan : Stabil

2. Orientasi : Baik

3. Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan ) :

Baik

4. Motivasi ( Kemauan ) : Baik

5. Persepsi : Baik

6. Bahasa : Jawa

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Diagnosa Medis : Post Ca Mamae

2. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis :

a. Laboratorium

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI


RUJUKAN
Hematologi
Lengkap 14.1 g/dL 11.0 – 16.5
Hemoglobin 4.54 10^6/uL 4.20 – 5.40
Jumlah Eritrosit 39.8 % 37.0 – 47.0
Hematokrit
MCV, MCH,
MCHC 87.7 fL 81.0-99.0
MCV H 31.1 pg 27.0- 31.0
MCH 35.4 g/L 33.0 – 37.0
MCHC 37.0 fL 35-47
RDW-SD 11.5 % 11.5- 14.5
RDW-CV 0.0 %
NRBC 0.0 10^3/uL
NRBC# 9.36 10^3/uL 4.0-10.0
WBC
Hitung Jenis
Eosinofil 1.1 % 0-4
Basofil 0.2 % 0–1
Neutrofil H 76.2 % 1 –1
Limfosit L 16.8 % 50 – 70
Monosit 5.7 % 20 – 40
Jumlah Eosinofil 0.10 10^3/uL 2–8
Jumlah Basofil 0.02 10^3/uL 1.0 – 0.8
Jumlah Neutrofil H 7.14 10^3/uL 0.01 – 0.2
Jumlah Limfosit 1.57 10^3/uL 1.50 – 7.00
Jumlah Monosit 0.53 10^3/uL 1.00 – 3.70
IG% 0.2 % 0.16 – 1.0
IG# 0.0 10^3/uL
PLT 228 10^3/uL 150 – 450
PDW 10.2 fL 9.0 – 13.0
MPV 9.7 fL 7.2 – 11.1
P-LCR 22.1 % 15.0 – 25.0
PCT 0.220 % 0.150 – 0.400
Koagulasi
PT
PT (Waktu 10 detik 11 - 14
Protombin)
PT % 122.3 % 70 – 130
INR L 0.87 1.0 – 1.5
APTT
APTT 28 detik 22 - 30
Kimia Darah
Glukosa Darah 130 mg/dL 65 – 140
SGOT H 35 U/L <= 32
SGPT 29 U/L <= 33
BUN 8.0 mg/dL 6 – 20
Kreatinin Darah 0.76 mg/dL 0.67 – 1.5
Serologi
HBsAg (Rapid) NR Non Reaktif
Anti HIV NR Non Reaktif
Anti HCV NR Non Reaktif

b. Rontgen

Cor : besar dan bentuk normal

Pulmo : tak tampak infiltrat

Sinus prenicocostalis kanan kiri tajam, diaphragma kanan kiri normal,

Tulang-tulang tampak baik.


#Kesimpulan : Cor dan Pulmo dalam batas normal.

c. E C G

d. U S G

e. Lain – lain

PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

Inj. cefobactam 1gr (IV)

Inj. Asam traneksamat 500 gr (IV)

Inj. Santagesik 1 gr (IV)

Mahasiswa

PUPUT SALEKHA
NIM. A1R14025
Lampiran 13

PLAN OF ACTION
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI CA MAMAE DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI
DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG
Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei
No JENIS KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Tahap Persiapan
- Penentuan judul
- Penyusunan
Proposal
- Seminar Proposal
2 Tahap Pelaksanaan
- Pengumpulan data
- Pengolahan data
- Analisa data
- Pembahasan
- Pencatatan dan
laporan
3 Tahap Evaluasi
- Uji sidang studi
kasus
- Revisi studi kasus

Sudah dilaksanakan
Belum dilaksanakan

You might also like