You are on page 1of 25

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah PT Midi Utama Indonesi Tbk

PT Midi Utama Indonesia Tbk didirikan pada bulan Juli 2007. Sesuai dengan

Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perseroan antara lain

bergerak dalam bidang perdagangan umum termasuk perdagangan

toserba/swalayan dan minimarket. Perusahaan berkedudukan di Gedung Alfa

Tower, Lantai 12, Kav. 7 – 9, Jl. Jalur Sutera Barat, Alam Sutera, Tangerang, Banten

15143.

Pada awal pendiriannya, PT Midi Utama Indonesia Tbk bernama PT Midimart

Utama. Gerai pertamanya menyandang nama Alfamidi terletak di Jalan Garuda,

Jakarta Pusat.

Konsep Alfamidi diciptakan untuk menyesuaikan perubahan belanja konsumen dari

belanja bulanan menjadi belanja mingguan di toko yang terdekat. Alfamidi

dikembangkan dengan konsep supermarket mini yang menempati luas area

penjualan antara 200 hingga 400 meter persegi. Keunikan gerai Alfamidi

dibandingkan gerai sejenis lainnya adalah Alfamidi menyediakan produk fresh food,

daging olahan dan makanan beku yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Pada tahun 2009, Perseroan melakukan pengembangan jenis gerai bernama

Alfaexpress. Alfaexpress diperkenalkan sebagai konsep gerai yang menyediakan

makanan dan minuman siap saji.


Pada tahun 2011, untuk menyempurnakan konsep gerai Alfaexpress, Perseroan

menandatangani perjanjian Master Lisence Agreement (MLA) dengan Lawson Inc.,

Jepang yang memberikan hak ekslusif bagi Perseroan untuk menggunakan dan

bertindak sebagai sub-franchisor atas trademark dan knowhow Lawson di wilayah

Indonesia selama 25 tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan kesepakatan kedua

belah pihak. Gerai Lawson sebagai gerai yang menyediakan makanan dan minuman

siap saji (gerai convenience) menjual berbagai macam makanan khas Jepang dan

makanan lainnya seperti onigiri, bento, nasi goreng, pasta serta produk minuman

seperti kopi, es krim dan lain-lain.

Sejalan dengan langkah strategi pemasaran supaya tidak tumpang tindih antara

format gerai yang ada, sejak bulan Maret 2015, gerai Alfaexpress sudah tidak ada

lagi.

Dinamika bisnis ritel di Indonesia terus mengalami perkembangan seiring dengan

pertumbuhan segmen middle market. Oleh karena itu, Perseroan berupaya

menyempurnakan konsep gerai Alfamidi dengan membentuk Alfasupermarket pada

tahun 2015, sebagai jawaban atas peluang pasar yang masih terbuka luas serta

upaya memaksimalkan perolehan laba usaha Perseroan. Alfasupermarket.

didesain dengan konsep supermarket dengan luas area penjualan lebih dari 500

meter persegi. Alfasupermarket hadir dengan gerai yang lebih luas untuk

menyesuaikan kebutuhan pelanggan dengan menyediakan assortment yang

lengkap didukung dengan strategi marketing yang kompetitif. Pada tahun 2016,

untuk memperkuat brand image dan brand awareness merek Alfamidi, Perseroan

melakukan rebranding merek Alfasupermarket menjadi Alfamidi super.


Perseroan mengemban visi untuk menjadi jaringan ritel yang menyatu dengan

masyarakat, mampu memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan serta

memberikan kualitas pelayanan yang terbaik. Karenanya Perseroan berupaya

memenuhi kebutuhan dengan memperhatikan kenyamanan pelanggan, gerai

Perseroan menyediakan barang-barang kebutuhan pokok dengan harga yang

terjangkau, tempat belanja yang nyaman, serta lokasi yang mudah dijangkau.

Perseroan juga berupaya berpartisipasi dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat melalui melalui tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Program-

program yang dilakukan merupakan bagian yang tidak terpisahkan misi Perseroan

untuk membantu masyarakat sekitar. Selain itu juga merangkul masyarakat dan

institusi melalui skema waralaba yang dapat melahirkan wirausaha- wirausaha baru

dan membuka lapangan pekerjaan.

Perseroan telah menerima penghargaan dari berbagai institusi yang terpercaya

diantaranya: Master Service Award for category of minimarket dari Makassar

Research dan Makassar Terkini (2011- 2012), Customer Loyalty Award as Leader of

Net Promoter in the minimarket category dari Majalah Swa (2012, 2013, 2015, 2016,

dan 2017), Customer Loyalty Award as Good Net Promoter in the convenience store

category dari Majalah Swa (2012, 2013, 2015, dan 2017), The Best in Experiential

Marketing Award dan The Best in Social Marketing Award dari Majalah Marketing

(2013), Social Media Award dari Frontier Consulting Group dan Majalah Marketing

(2014-2015).

Saat ini PT Midi Utama Indonesia Tbk merupakan salah satu jaringan ritel yang

mudah dijangkau masyarakat luas. Pada akhir 2017 jumlah gerai Perseroan

mencapai 1.444 gerai yang terdiri dari 1.396 gerai Alfamidi, 11 gerai Alfamidi super
dan 37 gerai Lawson yang tersebar di beberapa pulau Indonesia meliputi pulau

Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Jaringan gerai tersebut terdiri dari gerai

milik sendiri dan dalam bentuk kerjasama waralaba dengan pihak ketiga. Didukung

lebih dari 19.000 karyawan, Perseroan melayani jutaan pelanggan di seluruh

Indonesia.

2.Visi Misi Perusahaan

1. Visi

Menjadi jaringan retail yang menyatu dalam masyarakat, mampu memenuhi harapan

dan kebutuhan pelanggan serta memberikan kualitas pelayanan yang terbaik.

2. Misi

Misi PT. Midi Utama Indonesia Tbk adalah sebagai berikut:

1. Memberikan jaringan kepuasan kepada pelanggan dengan berfokus pada produk

dan pelayanan berkualitas yang terbaik.

2. Meningkatkan tingkah laku dan etika bisnis yang tertinggi.

3. Menumbuh kembangkan jiwa wiraswasta dan kemitraan usaha

4. Membangun organisasi yang terpercaya, sehat, terus bertumbuh dan bermanfaat

bagi pelanggan, pemasok, karyawan, pemegang saham dan masyarakat pada

umumnya.

3. Nilai-Nilai Perusahaan

Nilai-nilai yang terdapat pada PT. Midi Utama Indonesia Tbk adalah sebagai berikut:
1. Integritas yang tinggi (High integrity)

2. Inovasi untuk kemajuan yang lebih baik (Innovations for better improvements)

3. Kualitas dan produktivitas yang tinggi (Highest quality and productivity)

4. Kerja sama tim (Teamwork)

5. Kepuasan pelanggan melalui standar pelayanan yang terbaik (Customer’s

satisfaction through quality services)

4. Struktur Organisasi PT. Midi Utama Indonesia Tbk


B. HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Responden Penelitian

Penelitian ini di tujukan kepada karyawan Alfamidi Mallengkeri yang

berjumlah 14 orang. Dalam karakteristik responden akan diuraikan mengenai

identitas responden berdasarkan Jenis kelamin, dan Jabatan. Diharapkan

dengan memperhatikan karakteristik responden, permasalahan Pengaruh

transparansi keuangan (X1), gaya kepemimpinan (X2), lingkungan kerja (X3),

dan insentif (X4) terhadap kepuasan kerja(Y) pada perusahaan Alfamidi

Mallengkeri dapat tergambarkan lebih jelas. Berikut ini penyebaran

responden dalam penelitian ini dapat di lihat pada tabel.

Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari tabel karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui

bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 6

responden atau sekitar 43 persen dari keseluruhan jumlah responden,

sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 8

responden atau sekitar 57 persen dari keseluruhan jumlah responden.

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan gambaran bahwa jumlah responden

perempuan berjumlah lebih banyak di bandingkan responden laki-laki.


Tabel Karakteristik Reponden Berdasarkan Jabatan

Dari tabel responden di atas berdasarkan jabatan, untuk kepala toko

sebanyak 1 responden atau sekitar 7 persen, untuk asisten kepala toko

sebanyak 2 responden atau sekitar 14 persen, untuk md sebanyak 2

responden atau sekitar 14 persen kemudian untuk kasir dan pramuniaga

sebanyak 9 responden atau sekitar 65 persen dari 14 responden.

Dengan demikian dari gambaran keseluruhan jabatan karyawan Alfamidi

Mallengkeri didominasi oleh kasir dan pramuniaga dengan persentase

sebesar 65 persen.

2.Uji Instrumen Penelitian

1. Uji validitas

Validitas adalah tingkat keandalan dan keabsahan alat ukur yang digunakan.

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner


tersebut (Ghozali,2011). Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai r

hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n

adalah jumlah sampel. Jika dalam tampilan output Cronbach Alpha nilai r

hitung > dari r tabel dan nilainya positif, maka butir pertanyaan dinyatakan

valid. Berikut merupakan hasil uji validasi terhadap semua responden.

Tabel Hasil Uji Validitas

Berdasarkan tabel di atas, pertanyaan untuk variabel transparansi keuangan

nilai pearson correlation 0,557 ,gaya kepemimpinan 0,594, lingkungan kerja


0,557, insentif 0,553 semua dinyatakan valid, karena nilai pearson correlation

di hitung lebih besar di bandingkan dengan sig 2 tailed.

2. Uji Realibilitas

Uji Reliabilitas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kuesioner

dalam sebuah penelitian. Kuesioner dapat dikatakan reable jika jawaban

konsisten dari waktu ke waktu. Suatu variabel reable jika nilai (α) > 0, 6.

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu penelitian telah melakukan uji

reliabilitas terhadap 14 responden, untuk mengetahui apakah pernyataan

atau indikator yang digunakan dianggap variabel atau tidak. Berikut adalah

hasil pengujian terhadap 14 responden.

Tabel Uji Realibilitas Penelitian

Berdasarkan tabel rangkuman hasil uji reliabilitas di atas, nilai alpha

cronbach untuk semua variable 0.810. Hal ini menunjukkan bahwa semua

variabel mempunyai nilai cronbach alpha > 0,6 yang berarti bahwa alat ukur

untuk seluruh variabel peneltian tersebut reliable.


3. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui bahwa data sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Data yang baik dan layak

digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berdistribusi normal, dalam

penelitian ini peneliti menggunakan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-

Smirnov.Berikut data uji normalitas sebagai berikut.

Tabel Uji Normalitas

Berdasarkan pada Tabel pada uji normalitas dengan menggunakan metode

Kolmogrov-Smirnov signifikan pada 0,728 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

metode regresi pada penelitian ini telah memenuhi asumsi normalita.


2. Uji Heterokedasitas

Asumsi penting dalam regresi linear klasik adalah adanya

heteroskedastisitas, yaitu ketidaksamaan variance dan residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Model yang baik adalah yang terjadi

homoskedastis atau data yang memiliki kesamaan varian, namun dalam

regresi ada kemungkinan ditemuinya sifat heteroksedaktisitas.

Heteroskedastis tidak terjadi jika data berpencar disekitar angka nol (0 pada

sumbu y) dan tidak membentuk suatu pola atau tren garis tertentu.

Salah satu cara untuk mengetahuinya adalah dengan melihat Scatter Plot.

Jika penyebaran titik – titik yang mewakili sampel berada di daerah positif

Scatterplot dan negatif dalam, maka dapat dikatakan data tersebut memiliki

kesamaan varian atau homoskedastisitas. Berikut adalah grafik hasil

penelitian

Tabel Uji Heterokedasitas


Dari tampilan scatter plot dapat disimpulkan bahwa data tersebut memiliki

kesamaan varians atau bersifat homoskedastisitas karena titik – titiknya

menyebar di daerah positif dan negatif serta tidak membentuk pola.

3. Uji Deskriptif Statistik

Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan dalam

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul. Menurut Ghozali (2009) analisis ini bertujuan untuk

memberikan gambaran atau mendeskripsikan data dalam variabel yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar deviasi.

Statistik deskriptif adalah statistika yang digunakan dalam mendiskripsikan

data menjadi informasi yang lebih jelas serta mudah dipahami yang

memberikan gambaran mengenai penelitian berupa hubungan dari variabel-

variabel independen yang diproksikan dengan dewwan direksi dan ukuran

perusahaan. Hasil penelitian analisis statistik deskriptif dapat dilihat dalam

tabel.
Tabel Uji Deskriptif Statistik

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa N atau jumlah data setiap variabel

yang valid berjumlah 14, dari 14 data sampel kepuasan kerja (Y), nilai minimum

sebesar 2, nilai maksimum sebesar 3, diketahui nilai mean sebesar 2,79, serta nilai

standar deviasi sebesar 0,426 yang artinya nilai mean lebih besar dari nilai standar

sehingga penyimpangan data yang terjadi rendah maka penyebaran nilainya merata.

Transparansi Keuangan(X1) dari 14 buah sampel diketahui bahwa nilai minimum


sebesar 10, nilai maksimum sebesar 15 , nilai mean sebesar 13,00, serta nilai

standar deviasi sebesar 1.710 artinya nilai mean transparansi keuangan lebih besar

dari nilai standar sehingga penyimpangan data yang terjadi rendah maka

penyebaran nilainya merata. Gaya kepemimpinan (X2) dari 14 buah sampel

diketahui bahwa nilai minimum sebesar 19 yang nilai maksimum sebesar 34 , nilai

mean sebesar 26.39 serta nilai standar deviasi sebesar 4.141 artinya nilai mean

gaya kepemimpinan lebih besar dari nilai standar sehingga penyimpangan data yang

terjadi rendah maka penyebaran nilainya merata. Lingkungan Kerja (X3) dari 14

buah sampel diketahui bahwa nilai minimum sebesar 17 yang nilai maksimum

sebesar 25 , nilai mean sebesar 21.14 serta nilai standar deviasi sebesar 2.282

artinya nilai mean lingkungan kerja lebih besar dari nilai standar sehingga

penyimpangan data yang terjadi rendah maka penyebaran nilainya merata. Insentif

(X4) dari 14 buah sampel diketahui bahwa nilai minimum sebesar 12 yang nilai

maksimum sebesar 15 , nilai mean sebesar 13.79 serta nilai standar deviasi

sebesar 1.251 artinya nilai mean gaya kepemimpinan lebih besar dari nilai standar

sehingga penyimpangan data yang terjadi rendah maka penyebaran nilainya merata

4. Uji Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda dilakukan dengan bantuan Program SPSS

dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas

yang terdiri dari Transparansi Keuangan (X1), Gaya Kepemimpinan (X2),

Lingkungan Kerja (X3), Insentif (X4), Kepuasan Kerja (Y) sebagai variabel

terikat. Rumus dari Analisis Regresi Linier Berganda adalah sebagai berikut
Y= α + b1X1 + b2X2+b3X3+b4X4+e

Keterangan:

Y = Kinerja karyawan

X2 = Gaya kepemimpinan

b1 = Koefisien regresi variabel Antara X1 dan Y

b2 = Koefisien regresi variabel Antara X2 dan Y

b3= Koefisien regresi variable Antara X3 dan Y

b4= Koefisien regresi variable Antara X4 dan Y

α = Konstanta

e = Variabel residual/variabel penggangu

Adapun pengolahan data dengan analisis kuantitatif melalui program SPSS

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Koefisien Regresi Linear Berganda

Berdasarkan Tabel diatas diketahui kolom kedua unstandardizes coefficients

bagian B diperoleh nilai variabel transparansi keuangan sebesar 0,048, nilai

variabel gaya kepemimpinan sebesar 0,059, nilai variabel lingkungan kerja


sebesar 0,006, nilai variabel insentif sebesar 0,008 dan nilai konstanta (α)

adalah 0,564, maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai

berikut:

Y= 0,564 + 0,048 + 0,059+0,006+0,008

Berdasarkan persamaan di atas maka dapat dijelaskan melalui penjelasan

sebagai berikut:

1. Nilai konstanta sebesar 0,564 artinya jika variabel transparansi

keuangan, gaya kepemimpinan, lingkungan kerja dan insentif dianggap 0

(nol) atau diabaikan maka kinerja karyawan Alfamidi Malingkeri adalah

sebesar 0,564 Satuan.

2. Nilai koefisien variabel transparansi keuangan sebesar 0,048 berarti,

jika variabel transparansi keuangan (X1 ) meningkat sebesar satu

satuan, maka berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan pada

Alfamidi Malingkeri sebesar 0,048 satuan dengan asumsi bahwa variabel

lain dianggap tetap atau konstan.

3. Nilai koefisien variabel gaya kepemimpinan sebesar 0,059 berarti, jika

variabel gaya kepemimpinan (X2 ) meningkat sebesar satu satuan, maka

berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan pada Alfamidi

Malingkeri sebesar 0,059 satuan dengan asumsi bahwa variabel lain

dianggap tetap atau konstan.

4. . Nilai koefisien variabel lingkungan kerja sebesar 0,006 berarti, jika

variabel lingkungan kerja (X3 ) meningkat sebesar satu satuan, maka

berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan pada Alfamidi


Malingkeri sebesar 0,006 satuan dengan asumsi bahwa variabel lain

dianggap tetap atau konstan.

5. Nilai koefisien variabel insentif sebesar 0,008 berarti, jika variabel

insentif (X4 ) meningkat sebesar satu satuan, maka berpengaruh

terhadap peningkatan kinerja karyawan pada Alfamidi Malingkeri

sebesar 0,008 satuan dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap tetap

atau konstan.

4. Pengujian Hipotesis

1. Uji Determinasi

Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa besar

kontribusi variabel bebas (transparansi keuangan, gaya kepemimpinan,

lingkungan kerja dan insentif) terhadap variabel terikat (kepuasan kerja).

Koefisien determinasi berkisar nol sampai satu (0 ). Jika Semakin besar

(mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh gaya variabel

bebas (X1) yaitu transparansi keuangan, (X2) yaitu gaya kepemimpinan,

(X3) yaitu lingkungan kerja,(X4) insentif adalah besar terhadap variabel

terikat (Y) yaitu kepuasan kerja. Hal ini berarti model yang digunakan

semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat dan demikian sebaliknya. Hasil pengujian koefisien

determinasi (R2 ) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Uji Determinasi


Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa besar korelasi

Transparansi Keuangan, Gaya Kepemimpinan, Lingkungan Kerja,

Insentif terhadap Kepuasan Kerja dilihat dari besar R (Koefisien

Korelasi). Koefisien Korelasi digunakan untuk menguji hipotesis

hubungan antara variabel dan dengan variabel Y. Koefisien Korelasi

bernilai 0,709 atau 70,9 persen. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat

hubungan antara variabel dependent dan independent dalam kriteria

hubungan sedang.

Sementara nilai Adjusted R Square (R 2 ) yang diperoleh sebesar 0,283

atau 28,3 persen artinya variabel Transparansi keuangan,Gaya

kepemimpinan, Lingkungan Kerja dan Insentif mempunyai pengaruh

sebesar 28,3 persen terhadap variabel Kepuasan kerja sedangkan

sisanya 71,7 persen dipengaruhi variabel lain diluar penelitian ini.

2. Uji Signifikansi Parsial ( Uji T)

Uji t digunakan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya suatu

pengaruh variabel independen secara parsial atau variabel dependen.


Untuk menguji hipotesis tersebut maka terlebih dahulu menentukan

kriteria tingkat signifikan

yaitu sebesar 5% = 0,05 kemudian dibandingkan dengan hasil signifikan

yang telah diolah menggunakkan program SPSS V.25 output uji t pada

tabel berikut:

Tabel uji t (Parsial)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients 95% Confidence Interval for B Correlations

Model B Std. Error Beta t Sig. Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial Part

1 (Constant) 5.008 9.814 .510 .622 -17.193 27.209

X1 .515 .646 .259 .797 .446 -.946 1.976 .557 .257 .186

X2 .187 .268 .228 .697 .503 -.420 .794 .594 .226 .163

X3 .152 .521 .103 .292 .777 -1.027 1.332 .557 .097 .068
X4 .837 .746 .309 1.122 .291 -.851 2.526 .553 .350 .262

a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan output uji t pada tabel di atas

 Pengaruh transparansi keuangan dengan kepuasan kerja

Diketahui bahwa nilai ttabel = 0,217 dan nilai thitung 0,797 sehingga thitung >

ttabel dimana nilainya adalah 0,797 > 0,217 nilai signifikansi 0,446 < 1,96

dengan demikian ho ditolak dan ha diterima. Sehingga transparansi

keuangan berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap

kepuasan kerja.

 Pengaruh gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja

Diketahui bahwa nilai ttabel = 0,217 dan nilai thitung 0,697 sehingga thitung >

ttabel dimana nilainya adalah 0,697 > 0,217 nilai signifikansi 0,503 < 1,96

dengan demikian ho ditolak dan ha diterima. Sehingga gaya

kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan secara parsial

kepuasan kerja

 Pengaruh lingkungan kerja dengan kepuasan kerja

Diketahui bahwa nilai ttabel = 0,217 dan nilai thitung 0,292 sehingga thitung >

ttabel dimana nilainya adalah 0,292 > 0,217 nilai signifikansi 0,777<1,96

dengan demikian ho ditolak dan ha diterima. Sehingga lingkungan kerja

berpengaruh positif dan signifikan parsial terhadap kepuasan kerja

 Pengaruh insentif dengan kepuasan kerja

Diketahui bahwa nilai ttabel = 0,217 dan nilai thitung 1,122 sehingga thitung >

ttabel dimana nilainya adalah 1,122 > 0,217 nilai signifikansi 0,291 < 1,96
dengan demikian ho ditolak dan ha diterima. Sehingga insentif

berpengaruh positif dan signifikan parsial terhadap kepuasan kerja.

3. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji koefisien regresi secara keseluruhan dan untuk

mengetahui keberartian hubungan antara variabel independen secara bersama

sama dengan variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan cara

membandingkan nilai signifikasi dengan tingkat signifikasi sebesar 5% = 0,05. Hasil

penelitian dengan menggunakan program SPSS V.25 dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel Uji Simultan (Uji F)


Berdasarkan tabel bahwa pengujian variabel independen secara bersama-sama

terhadap variabel dependen dengan uji F didapat hasil Fhitung = 2.325 > Ftabel =

3,18 dan nilai Signifikansi 0.135 > 0,05, artinya variabel transparansi keuangan,

gaya kepemimpinan, lingkungan kerja, dan insentif berpengaruh secara positif dan

signifikan secara simultan terhadap kepuasan Kerja.

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Pengaruh transparansi keuangan terhadap kepuasan kerja

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis diperoleh hasil

bahwa variabel transparansi keuangan secara parsial tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan Alfamidi

Mallengkeri.

Dari hasil kuesioner penelitian tentang transparansi keuangan yang

didapatkan, item dengan nilai rata-rata tertinggi adalah item pertanyaan

pertama yaitu. Apakah anda puas dengan pemberian informasi laporan

penjualan dan insentif ?. Berarti dapat disimpulkan bahwa semua karyawan

merasa puas dengan transparansi keuangan terhadap kepuasan kerja di

Alfamidi Mallengkeri.

5. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja


Berdasarkan hasil quesioner penelitian tentang gaya kepemimpinan yang

didapatkan, item dengan nilai rata-rata terkecil adalah item pertanyaannya

yaitu Apakah anda puas dengan pengendalian emosional oleh atasan anda.

Berarti dapat disimpulkan bahwa sebagian karyawan cukup puas dengan

gaya kepemimpinan dengan pengendalian emosional terhadap bawahan.

Sehingga diperlukan gaya kepemimpinan yang lebih efektif agar dapat

semakin meningkatkan kepuasan kerja karyawan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dengan teori yang dikemukakan

oleh Mujiatun (2011) yang menjelaskan bahwa keberhasilan seorang

pemimpin bergantung kepada gaya atau cara bagaimana pemimpin

memimpin melalui perilaku yang ditunjukkan dalam sikap dan perbuatannya

serta dari aturan yang diterapkan pada organisasi dimana ia memimpin.

6. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja

Berdasarkan data yang diperoleh, lingkungan kerja mempunyai pengaruh

yang positif terhadap kepuasan kerja karyawan. Karyawan Alfamidi

Malingkeri merasa puas dengan lingkungan kerja mereka. Tersedianya

lingkungan kerja fisik yang baik dapat menyebabkan meningkatnya kepuasan

kerja karyawan, sehingga mereka lebih betah bekerja dengan nyaman

karena tidak merasa terganggu. Dengan demikian perusahaan akan

diuntungkan karena dengan adanya lingkungan kerja yang nyaman

karyawan akan merasa puas sehingga mereka dapat bekerja lebih baik dan

telitih.
7. Pengaruh Insentif Terhadap Kepuasan Kerja

Kepuasan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai

tentu serta tidak serta merta dirasakan oleh pegawai,tetapi tidak terlepas

juga dari faktor yang mempengaruhinya.para pegawai akan merasa puas bila

hasil kerja merek dihargai.akan tetapi,rasa puas itu tidak cukup untuk

memacu semangat kerja mereka agar menghasilkan kinerja yang diharapkan

karena mereka hanya mengejar target yang telah ditentukan oleh organisasi

saja.oleh karena itu perlu adanya suatu imbalan yang diberikan bila mereka

telah melewati target yang telah ditentukan oleh sebuiah perusahaan.imbalan

itu diberikan dalam bentuk uang agar mereka dapat menghasilkan kinerja

lebih baik dari yang telah ditentuka n oleh sebuah organisasi atau instansi.

Permasalahan yang sering muncul adalah tidak adanya perhatian dari

pengelola atau pimpinan suatu organisasi atau instansi terhadap pemberian

insentif kepada pegawai yang berprestasi atau yang mampu menyelesaikan

tugasnya dengan baik.hal tersebut dapat memberikan kurangnya motivasi

kepada pegawai untuk terus berupaya meningkatkan kinerjanya karena

kurangnya kepuasan yang dirasakan.padahal,pemberian insentif yang

diberikan oleh perusahaan atau lembaga kepada pegawai yang berprestasi

tidak hanya membantu meningkatkan motivasi kerja pegawai yang

memperoleh insentif tersebut,tetapi juga kepada seluruh pegawai yang ada.

You might also like