Professional Documents
Culture Documents
Secara bahasa thahârah berarti suci dan bersih, baik itu suci dari kotoran lahir maupun dari
kotoran batin berupa sifat dan perbuatan tercela.
Sedangkan secara istilah fiqh, adalah: mensucikan diri dari najis dan hadats yang
menghalangi shalat dan ibadah-ibadah sejenisnya dengan air, tanah, atau batu.
Penyucian diri juga termasuk pakaian dan tempat.
Hukum thahârah (bersuci) ini adalah wajib, khususnya bagi orang yang akan melaksanakan
shalat. Hal ini didasarkan pada QS. Al-Ma’idah/5: 6 dan hadis Nabi saw:
ُّ … ِم ْفتَا ُح الصَّال ِة
الطهُو ُر
“Kunci shalat itu adalah bersuci …” (HR al-Tirmidzi, Ibn Mâjah, Ahmad, al-Dârimi, dari
‘Ali bin Abi Thâlib ra.)
Alat yang digunakan untuk bersuci terdiri dari air, debu dan batu atau benda padat lainnya
(seperti: daun, tisu) yang bukan berasal dari najis/kotoran.
Benda padat tersebut digunakan khususnya ketika tidak ada air. Namun jika ada air yang
bisa digunakan bersuci, maka disunnahkan untuk lebih dahulu menggunakan air. (Tapi
tidak semua air dapat digunakan untuk bersuci)
Najis dan Hadats
Najis adalah segala kotoran seperti tinja, kencing, darah (termasuk nanah), daging babi,
bangkai (kecuali bangkai ikan, belalang dan sejenisnya), liur anjing dan segala sesuatu yang
keluar dari perut seperti muntahan.
Najis harus dibersihkan sampai hilang sifat najisnya seperti warna, bau, rasa.
Hadats ini ada dua macam, yaitu hadats kecil dan hadats besar.
Hadats kecil adalah suatu keadaan di mana seorang muslim tidak dapat mengerjakan shalat
kecuali dalam keadaan wudlu atau tayammum. Yang termasuk hadats kecil adalah buang
air besar dan air kecil, kentut, menyentuh kemaluan tanpa pembatas, dan tidur nyenyak dalam
posisi berbaring. Sedangkan hadats besar (seperti: junub dan haid) harus disucikan dengan
mandi besar.