You are on page 1of 25

MAKALAH

TITRASI REDUKSI OKSIDATIF

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Analisis Senyawa Kimia


Dosen Pengampu : Riva Ismawati, M.Sc

Disusun oleh :

Kelompok 8
1. Dewi anifatus (1910303072)
2. Icha Erliana (1910303022)

IPA C

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERISTAS TIDAR
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya sehingga kami sanggup menyelesaikan penyusunan makalah Analisis Senyawa
Kimia dengan judul “Titrasi Reduksi Oksidatif”. Penyusunan makalah semaksimal mungkin
kami upayakan dan di dukung tunjangan dari banyak pihak, sehingga sanggup memperlancar
dalam penyusunannya. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari bahwa sepenuhnya masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa atau aspek lainnya. Oleh karena itu, kami
membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran atau kritik
demi pemperbaiki makalah ini. Akhirnya penyusun sangat mengharapkan agar dari makalah
sederhana ini sanggup di ambil keuntungannya dan besar keinginan kami sanggup
menginsapirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan yang relavan pada makalah-
makalah selanjutnya.

Magelang, 12 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL................................................................................................i
KATAPENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Prinsip dasar reduksi osidasi..................................................................... 6
B. Analisis permanganometri........................................................................ 8
C. Analisis iodometri. ................................................................................... 12
D. Perhitungan permanganometri....................................................................18

BAB III PENUTUP


A. Simpulan....................................................................................................23
B. Saran..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dengan konsumsi banyak bahan
makanan dan minuman. Dalam makanan-makanan dan minuman-minuman tersebut terdapat
beberapa bahan kimia yang mungkin membahayakan jika manusia mengkonsumsinya terlalu
banyak. Seperti contohnya asam oksalat, banyak makanan dan minuman yang mengandung
oksalat. Seperti kubis, bayam, dan berbagai minuman soda. Penggunaan oksalat secara
berlebihan dalam tubuh dapat menggangu kesehatan ginjal. Banyak zat yang terkandung
dalam udara, salah satunya oksigen. Oksigen dapat mengoksidasi beberapa bahan kimia
sehingga tidak murni lagi ketika akan digunakan. Untuk mengetahui kadar atau konsentrasi
dari bahan kimia tersebut dilakukan titrasi redoks. Reaksi kimia yang melibatkan proses
oksidasi dan reduksi di kenal sebagai reaksi redoks. Reaksi redoks di tandai dengan adanya
perubahan bilangan oksidasi. Suatu reaksi redoks dapat terjadi apabila suatu pengoksidasian
bercampur dengan zat yang dapat tereduksi. Metode analisis yang didasarkan pada proses
reaksi oksidasi dan reduksi antara titran dengan analit dikenal sebagai titrasi redoks.

Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari suatu reaktan. Karena pengukuran
volume memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan
analisa volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisa volumetrik sering digunakan
daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik,
karena pengukuran-pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisa tertentu
misalnya, orang dapat mengukur volume gas. Titrasi adalah pengukuran volume suatu larutan
dari suatu reaktan yang dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tertentu
dengan reaktan lainnya. Seringkali titrasi digunakan untuk mengukur volume larutan yang
ditambahkan pada suatu larutan yang telah diketahui volumenya. Biasanya konsentrasi dari
salah satu larutan, dikenal sebagai larutan standar, telah diketahui dengan tepat. Reaksi
redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk zat anorganik maupun
organik. Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial, sehingga reaksi redoks
dapat menggunakan perubahan potensial untuk mengamati titik akhir satu titrasi. Selain itu
cara sederhana juga dapat dilakukan dengan menggunakan indikator. Berdasarkan jenis
oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi redoks, maka dikenal beberapa jenis
titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri dan permanganometri.

Berdasarkan uaraian di atas, maka Penulis bermaksut untuk membuat makalah


tentang Titrasi Reduksi Oksidasi ini untuk mengetahui lebih lanjut mengenai titrasi redoks
dan penggunaan titrasi redoks seperti dalam penentuan asam oksalat dengan menggunakan
permanganate, penentuan sulfit dalam minuman anggur dengan menggunakan iodine dan
lain-lain,

1.2. Rumusan masalah

1. Bagaimana prinsip dasar reduksi osidasi?


2. Bagaimana metode analisis permanganometri?
3. Bagaimana metode analisis iodometri?
4. Bagaimana menghitung data hasil analisis permanganometri?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui prinsip dasar reduksi osidasi


2. Untuk mengetahui metode analisis permanganometri
3. Untuk mengetahui metode analisis iodometri
4. Untuk mengetahui menghitung data hasil analisis permanganometri
BAB II

ISI

A. Pengertian

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi juga dikenal sebagai
analisis volumetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang
konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Zat yang akan
ditentukan kadarnya biasanya diletakkan didalam erlemeyer, sedangkan zat yang tidak
diketahui konsentrasinya biasanya diletakkan di dalam buret atau sebaliknya. Titrasi
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasinya. Titrasi dibedakan
menjadi 4, yaitu: 1)titrasi asam basa; 2)titrasi redoks; 3 )titrasi kompleksometri; dan 4)titrasi
pengendapan.

Pada makalah ini dikhususkan untuk membahas titrasi redoks. Titrasi redoks
merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada terjadinya reaksi oksidasi reduksi
antara analit dengan titran. Analit yang mengandung spesi redukstor dititrasi dengan titran
yang berupa larutan standart dari oksidator atau sebaliknya. Konsep reaksi redoks tersebut
merupakan konsep reaksi reduksi oksidasin berdasarkan peruahan bilangan oksidasinya.

B. Prinsip Dasar Titrasi Redoks

Reduksi–oksidasi adalah proses perpindahan elektron dari suatu oksidator ke


reduktor. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi terjadinya
penurunan bilangan oksidasi. Sedangkan reaksi oksidasi adalah pelepasan elektron atau
reaksi terjadinya kenaikan bilangan oksidasi. Jadi, reaksi redoks adalah reaksi penerimaan
elektron dan pelepasan elektron atau reaksi penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi.

Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau
oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksiantara analit dengan titran, dimana
redoktur akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi. Analit yang mengandung spesi
reduktor di titrasi dengan titran yang berupa larutan standar dari oksidator atau sebaliknya.
Istilah okidasi mengacu pada setiap perubahan kimia di mana terjadi kenaikan
bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan biangan oksidasi.
Jadi proses oksidasi disertai dengn hilangnya electron sedangkan redulsi disertai dengan
pertamahan electron. Oksidator adalah senyawa di mna atom yang terkadung
mengalamipenurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung
mengalami kenaikan bilangan oksidasi.oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama
dan salingmengkompensasisatu sama lain.istilah oksidator dan reduksi tidak mengacu
pada atom saja akan tetapi juga pada suatu senyawa. Jika suatu reagen berperan baik
sebagai oksidator atau reduktor, maka dikatakan zat tersebut mengalami autooksidasi atau
disporposionasi.

Titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran dan analit.
Dalam titrasi redoks biasanya digunakan potensiometeri untuk mendeteksi titik akhir,
namun ada pula yang mengunakan indikator yang dapat berubah warna nya dengan
adanya kelebihan titran yang digunakan

Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus
memenuhi persyaratan umum sebagai berikut :

1. Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran
elektron secara stokhiometri.
2. Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur
(kesempurnaan 99%).
3. Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.

Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indicator,contohnya


penentuan oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium
dikromat. Indikator titrasi redoks tentunya tergantung dari jenisnya masing-masing dan
pastinya berbeda-beda. Ada yang  menggunakan amilum sebagai indicator, khususnya
titrasi redoks yang melibatkan iodine. Indikator yang lain yang bersifat
reduktor/oksidator lemah juga sering dipakai untuk titrasi redoks misalnya ferroin,
metilen, blue, dan nitroferoin. Atau ada juga yang tidak menggunakan indikator seperti
permanganometri. Biasanya dua jenis indicator digunakan untuk menentukan titik
akhir. Indicator tersebut adalah indicator eksternal maupun indicator eksternal.
Indicator dari jenis ini harus menghasilkan perubahan potensial oksidasi di sekitar titik
ekuivalen reaksi redoks.

Titik titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan mebuat kurva titrasi
antara potensial larutan dengan volume titrant, atau dapat juga menggunakan indicator.
Dengan memandang tingkat kemudahan dan efisiensi maka titrasi redoks dengan
indicator sering kali yang banyak dipilih. Beberapa titrasi redoks menggunakan warna
titrant sebagai indicator contohnya penentuan oksalat dengan permanganate, atau
penentuan alkohol dengan kalium dikromat.

Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau


senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Aplikasi dalam bidang industri
misalnya penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan menggunakan iodine, atau
penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kalium dikromat.

C. Macam-Macam Titrasi Redoks

Terdapat beberapa macam titrasi redoks, macam-macamnya adalah sebagai berikut:

1. Permanganometri
2. Iodine
3. Bromo
4. Cerimetri

1. PERMANGANOMETRI
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh
kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan
reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu.
Kalium permanganate adalah oksidator kuat. Reagen ini dapat diperoleh
dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indicator terkecuali untuk
larutan yang amat encer. Satu tetes 0,1 N permanganate memberikan warna merah
muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah
titrasi. Warna ini digunakanuntuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut.
Kelemahannya adalah dalam medium HCL. Cl- dapat teroksidasi, demikian juga
larutannya, memiliki kestabilan yang terbatas.
Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang
terjadi dalam larutan-larutan yang bersifat asam, 0.1 N atau lebih besar:

(1)

Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan


reaksi ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan
sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Sebagai contoh, permanganat adalah agen
unsur pengoksidasi yang cukup kuat unuk mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO 2 , titik
akhir permanganate tidak permanen dan warnanya dapat hilang karena reaksi:

Ungu             Tidak berwarna

Reaksi ini berjalan lambat dalam keadaan asam, tapi cepat dalam keadaan
netral. Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2. Bagaimanapun
juga, mengingat reaksinya berjalan lambat, MnO2 tidak diendapkan secara normal
pada titik akhir titrasi-titrasi permanganat.

Larutan-larutan permanganat yang bersifat asam tidak stabil karena asam


permanganat terdekomposisi dan air teroksidasi dengan persamaan:

Ini adalah sebuah reaksi lambat di dalam larutan-larutan encer pada suhu
ruangan. Penguraiannya dikatalisis oleh cahaya panas asam-basa, ion Mn(II) dan
MnO2. Namun demikian, jangan pernah menambahkan permanganat berlebih ke
dalam sebuah unsur reduksi dan kemudian menaikkan suhu untuk mempercepat
oksidasi, karena reaksi yang nantinya muncul akan berlangsung dengan laju yang
rendah.

Pembuatan larutan baku kalium permanganat harus dijaga faktor-faktor yang


dapat menyebabkan penurunan yang besar dari kekuatan larutan baku tersebut, antara
lain dengan pemanasan dan penyaringan untuk menghilangkan zat-zat yang mudah
dioksidasi.

Standar-standar Primer untuk Permanganat

a. Natrium Oksalat

Senyawa ini, Na2C2O4 merupakan standar primer yang baik untuk


permanganat dalam larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat
kemurnian tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan non higroskopis. Reaksinya
dengan permanganat agak sedikit rumit dan berjalan lambat pada suhu ruangan,
sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai sekitar 60°C. Bahkan pada suhu yang
lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya meningkat ketika
ion mangan (II) terbentuk. Mangan (II) bertindak sebagai katalis, dan reaksinya
disebut autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam reaksi itu sendiri. Ion
tersebut dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat
dengan permanganat untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3
atau +4), di mana pada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke
kondisi divalent.

Persamaan utnuk reaksi antara oksalat dan permanganat adalah

5C2O42- + 2MnO4- + 16H+  2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O

Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H 2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain.
Selama beberapa tahun analisis-analisis prosedur yang disarankan oleh McBride, yang
mengharuskan seluruh titrasi berlangsung perlahan pada suhu yang lebih tinggi
dengan pengadukan yang kuat. Kemudian, Fowler dan Bright melakukan suatu
penelitian yang sangat mendalam terhadap kesalahan- kesalahan yang mungkin di
dalam titrasi. Mereka menemukan beberapa bukti dari pembentukan peroksida

Dan bahwa apabila peroksida terurai sebelum bereaksi dengan permanganat,


terlalu sedikit dari larutan yang disebut terakhir digunakan dan normalitasnya yang
ditemukan adalah tinggi. Fowler dan Bright menyelidiki secara menyeluruh reaksinya
dan menganjurkan agar hampir semua permanganat ditambahkan secara cepat ke
larutan yang diasamkan pada suhu ruangan. Setelah reaksinya selesai, larutan tersebut
dipanaskan sampai 60°C dan titrasi diselesaikan pada suhu ini. Prosedur ini
mengeliminasi kesalahan apa pun yang disebabkan oleh pembentukan hidrogen
peroksida.

b. Arsen (III) Oksida


Senyawa As2O3 adalah standar primer yang sangat baik untuk larutan-larutan
permanganat. Senyawa ini stabil, nonhigroskopis, dan tersedia dengan tingkat
kemurnian yang tinggi. Oksida ini dilarutkan dalam natrium hidroksida dan larutan
kemudian diasamkan dengan asam klorida dan di titrasi dengan permanganat.

5HAsO2 + 2MnO4- + 6H+ + 2H2O 2Mn2+ + 5H3AsO4

(Asam yang di produksi dengan melarutkan AsO berprilaku sebagai sebuah


asam lemah monoprotik HAsO). Reaksi ini berjalan lambat pada suhu ruangan
kecuali sebuah katalis di tambahkan. Kalium iodida, KI, kalium iodidat, KIO 3 , dan
iodin monoklorida ICl, telah dipergunakan sebagai katalis.
c. Besi

Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai
standar primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi (III) yang
diproduksi selama proses pelarutan direduksi menjadi besi (II). Oksidasi dari ion
klorida oleh permanganat berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian,
dengan kehadiran besi, oksidasi akan berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah
agen pereduksi yang lebih kuat daripada ion klorida, ion yang belakangan disebut ini
teroksidasi secara bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan
dalam oksidasi dari As2O3 ataupun Na2C2O4 dalam larutan asam klorida.

Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan asam fosfat, disebut
larutan “pencegah”, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan ke
dalam larutan asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganat. Asam
fosfat menurunkan konsentrasi dari ion besi (III)dengan membentuk sebuah
kompleks, membantu memaksa reaksi berjalan sampai selesai, dan juga
menghilangkan warna kuning yang ditunjukkan oleh besi (III) dalam media klorida.
Kompleks fosfat ini tidak berwarna, dan titik akhirnya lebih jelas.

2. TITRASI IODIN (IODOMETRI DAN IODIMETRI)

Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan dua cara yaitu titrasi
langsung (iodimetri) dan titrasi tak langsung (iodomotri).

a. Titrasi langsung (iodimetri)


Iodimetri merupakan Metode Titrasi redoks yang melibatkan iodin yang
bereaksi secara langsung. Iodium merupakan oksidator yang relative kuat dengan nilai
potensial reaksi sebesar +0,535 V. Iodium akan mereduksi senyawa – senyawa yang
memilki potensial reduksi lebih kecil dibandingkan dengan iodium. Pada reaksi
oksidasi, iodium akan mengalami reduksi menjadi iodida sesuai dengan reaksi:
I2 + 2e 2I-

larutan baku iodium dapat digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa-


senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih kecil dari pada sistem iodium-
iodida sebagaimana persamaan di atas atau dengan kata lain digunakan untuk
senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang cukup kuat seperti vitamin C, tiosulfat,
arsenit, sulfida, sulfit, Stibium(III), timah(II), dan ferosianida. Daya mereduksi dari
berbagai macam zat ini tergantung pada konsentrasi ion hydrogen, dan hanya dengan
penyesuaian pH dengan tepat yang dapat menghasilkan reaksi dengan iodium secara
kuantitatif.
Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil daripada iodium
sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium. Reaksi yang terjadi:

Gambar 1 Oksidasi asam askorbat (vitamin C )dengan iodium


Menghasilkan asam dehidro askorbat

b. Titrasi tak langsung (iodometri)


Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan
senyawa- senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar daripada sistem
iodium- iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO 45H2O.
Iodometri terjadi pada zat yang bersifat oksidator seperti besi (III), tembaga (II),
dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin.
 Metode titrasi iodometri (tak langsung) menggunakan larutan
Na2S2O3 sebagai titran untuk menentukan kadar iodium yang dibebaskan pada suatu
reaksi redoks.Garam ini biasanya berbentuk sabagai pentahidrat Na 2S2O3.5H2O.
Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus
distandarisasi dengan standar primer, larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk
waktu yang lama. Tembaga murni dapat digunakan sebagi standar primer untuk
natrium tiosulfat.
Dalam iodometri I- dioksidasi oleh suatu oksidator. Jika oksidatornya kuat
tidak apa – apa, tetapi jika oksidatornya lemah maka oksidasinya berlangsung sangat
lambat dan mungkin tidak sempurna, ini harus dihindari. Cara menghindarinya :
-  Memperbesar [H+], jika oksidasinya kuat dengan menambah H+ atau menurunkan
pH.
-  Memperbesar [I-], misalnya oksidasi dengan Fe3+.
-   Dengan mengeluarkan I2 yang berbentuk dari campuran reaksi : misalnya dikocok
dengan kloroform, karbon tetra klorida atau bisulfida, maka I2 akan masuk dalam
pelarut organik ini, sebab I2 lebih mudah larut dalam senyawa solven organic daripada
dalam air.

Reaksi yang terjadi pada titrasi iodometri untuk penentuan iodat adalah
sebagai berikut :

IO3-  + 5I-  + 6H+ → 3I2  + H2O

I2 + 2S2O32-  → 2I- + S4O62-

Adapun indikator yang digunakan dalam titrasi iodometri adalah indicator


kanji, dimana warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodine
dapat bertindak sebagai indicator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna
ungu atau violet yang intens untuk zat – zat pelarut seperti karbon tetra klorida dan
kloroform. Namun demikian, larutan dari kanji lebih umum dipergunakan karena
warna biru gelap dari kompleks iodin – kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat
sensitif untuk iodin.
3. Preparasi dan Pembakuan Larutan
1. Titrasi permanganatometri
a. Preparasi larutan kalium permanganat
Larutan Baku Kalium Permanganat dibuat dengan melarutkan sejumlah
Kalium Permanganat P dan melarutkannya dalam air secukupnya sesuai dengan
normalitas yang dikehendaki. Meskipun demikian, karena mengingat sifat dari
Kalium Permanganat dan kenyataan bahwa Kalium Permanganat sulit diperoleh
dalam kemurnian yang tinggi maka faktor- faktor di atas perlu diperhatikan.
Caranya antara lain setelah dilarutkan didiamkan selama 24 jam sehingga reaksi
peruraiannya selesai kemudian disaring melalui asbes untuk menghilangkan
semua mangandioksida yang terjadi karena adanya mangan dioksida merupakan
katalisator terbentuknya mangan dioksida lebih lanjut serta cepat. Sangat
dianjurkan untuk seringkali membakukan larutan kalium permanganat.

b. Pembakuan kalium permanganate


Cara membakukan Larutan Baku Kalium Permanganat adalah:
Lebih kurang 200 mg natrium oksalat yang ditimbang saksama yang sebelumnya
dikeringkan pada suhu 1100C hingga bobot tetap, larutkan dalam 250 ml air.
Tambahkan 7 ml asam sulfat pekat, panaskan pada suhu kurang lebih 70 0C dan
titrasi perlahan-lahan dengan Larutan Baku Kalium Permanganat hingga terbentuk
warna merah jambu mantap dalam waktu 15 detik. Suhu pada akhir titrasi tidak
boleh kurang dari 600C. Tiap ml kalium permanganate setara dengan 6,7 mg
natrium oksalat.
Natrium oksalat merupakan zat yang sangat baik untuk pembakuan Kalium
Permanganat karena dapat diperoleh dengan kemurnian yang sangat tinggi.
Penambahan asam sulfat bertujuan supaya konsentrasi ion hydrogen tetap selama
titrasi berlangsung untuk menghindari terbentuknya mangan dioksida. Untuk
mereduksi 1 mol ion permanganate diperlukan 8 mol ion hydrogen sebagaimana
reaksi di awal.
Pada pembakuan di atas rekasi paronya dapat ditulis sebagai berikut:

Untuk memperoleh kesetimbangan maka reaksi pada permanganat dikalikan


dua sedangkan untuk oksalat dikalikan lima, sehingga reaksi oksidasi reduksinya
adalah sebagai berikut:

Dari persamaan di atas terlihat bahwa 5 mol natrium oksalat kehilangan 10


elektron pada oksidasi dengan kalium permanganat dengan demikian berat
ekivalen (BE) dari natrium oksalat adalah separo berat molekulnya (BM/2) atau
tiap 1000 ml kalium permanganat 1 N setara dengan 134/2= 67,00 mg. Dengan
demikian tiap ml kalium permanganat 0,1 N setara dengan 6,7 mg natrium
oksalat. Misalkan kita tadi menimbang natrium oksalat 200 mg dan memerlukan
volume titran sebanyak 28,36 ml larutan baku kalium permanganat maka
normalitas dari kalium permanganat adalah:

mg Na 2 C O
N KMnO4 = x valensi
2 4

ml KMnO 4 x BM Na2C O 2 4

Pada reaksi pembakuan di atas valensinya adalah 2

200
N KMnO4 = x 2 = 0,1047 N
28,36 X 134

2. Titrasi Iodimetri dan Iodometri


a. Preparasi larutan
1. Preparasi larutan Iodium
Pembuatan larutan baku iodium 0,1 N dilakukan dengan cara:
Larutkan 12,7 gram iodium dalam 100 ml larutan air yang mengandung 36 gram
kalium iodide dalam labu bertutup, tambah 3 tetes asam klorida, tambahkan air
hingga 100 ml.
Iodium sukar larut dalam air (0,035 gram/ liter) maka dilarutkan dalam
larutan KI yang mana iodium mudah larut di dalamnya dengan membentuk ion
kompleks menurut reaksi:

I2 + I-  I3-

Karena iodium mudah menyublim, maka wadah harus selalu tertutup


selama titrasi berlangsung dan ujung buret tidak boleh menggunakan karet

2. Preparasi larutan tiosulfat


Larutan baku tiosulfat 0,1 N dibuat dengan cara sebagai berikut: Larutkan
kira-kira 25 gram natrium tiosulfat pentahidrat dan 200 mg natrium karbonat
dalam air yang telah didihkan sampai 1000 ml.

3. Pembakuan larutan Iodium


Adapun cara pembakuannya dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Timbang kurang lebih 150 mg arsen trioksid secara saksama dan larutkan dalam
20 ml NaOH 1 N bila perlu dengan pemanasan, encerkan dengan 40 ml air dan
tambah dengan 2 tetes metil orange dan ikuti dengan penambahan HCl encer
sampai warna kuning berubah menjadi pink. Tambahkan 2 gram NaHCO 3, 20 ml
air dan 30 ml larutan kanji. Titrasi dengan baku iodium perlahan-lahan hingga
timbul warna biru tetap.
Arsen trioksid sukar larut dalam air akan tetapi mudah larut dalam larutan
natrium hidroksida (NaOH) dengan membentuk natrium arsenit menurut reaksi:

As2O3 + 6 NaOH  2 Na3AsO3 + 3 H2O

Jika iodium ditambahkan pada larutan alkali maka iodium akan bereaksi
dengan NaOH membentuk natrium hipoiodit atau senyawa- senyawa serupa
yang mana tidak akan bereaksi secara cepat dengan natrium arsenit
2 NaOH + I2  NaIO + NaI + H2O

Kelebihan natrium hidroksida dinetralkan dengan HCl menggunakan metal


orange sebagai indicator. Penambahan NaHCO3 untuk menetralkan asam iodide
(HI) yang terbentuk yang mana asam iodide ini menyebabkan reaksi berjalan
bolak-balik (reversibel). Natrium bikarbonat akan menghilangkan asam iodide
secepat asam iodide terbentuk sehingga reaksi berjalan ke kanan secara
semourna. Reaksi secara lengkap pada pembakuan iodium dengan trioksid
sebagai berikut:

As2O3 + 6 NaOH  2 Na3AsO3 + 3 H2O

Na3AsO3 + I2 + 2 NaHCO3  Na3AsO4 + 2 NaI + 2 CO2 + H2O

Pada reaksi di atas dapat diketahui bahwa valensinya adalah empat. Karena
1 mol As2O3 setara dengan 2 mol Na3AsO4, sedangkan 1 mol Na3AsO3 setara
dengan 1 mol I2 akibatnya 1 mol As2O3 setara dengan 2 mol I2 sehingga
perhitungan normalitasnya dari iodium:
mgrek iodium = mgrek arsen trioksid

ml I2 x N I2 = mmol As2O3 x valensi

mg As2 O X Valensi
N I2 =
3

BM As 2O X ml I 2
3

4. Pembakuan natrium tiosulfat


Adapun cara pembakuannya dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Timbang kurang lebih 150 mg kalium iodidat yang sudah dikeringkan pada suhu
1200C secara saksama, larutkan dalam 25 ml air yang telah dididihkan.
Tambahkan 2 gram kalium iodida yang bebas iodidat dan 5 ml HCl pekat dalam
Erlenmeyer bertutup. Iodium yang dibebaskan dititrasi dengan natrium tiosulfat
yang akan dibakukan sambil terus dikocok. Bila larutan menjadi kuning pucat
tambah 100 ml air dan 3 ml larutan kanji. Titrasi dilanjutkan sampai warna biru
tepat menjadi hilang (tidak berwarna)
Pada pembakuan di atas reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
KIO3 + 5KI + 6HCL  3I2 + 6KCl + 3 H2O
I2 + 2 Na2S2O3  2 NaI + Na2S4O6

Pada reaksi di atas valensinya adalah 6 karena 1 mol KIO 3 setara dengan 3
mol I2, sedangkan 1 mol I2 setara denga 2e, Sehingga 1 mol KIO3 setara dengan
6 e akibatnya BE KIO3 sama dengan BM/6
Perhitungan normalitas dari natrium tiosulfat:

mgrek natrium tiosulfat = mgrek kalium iodidat

ml Na2S2O3 x N Na2S2O3 = mmol As2O3 x valensi

mg KIO 3 x Valensi
N Na2S2O3 =
BM KIO 3 x ml Na 2 S 2 O3

4. Perhitungan Titrasi Permanganometri

Standarisasi KMnO4 dengan Na2C2O4 sebagai baku

m Na2C2O4 = 0,6701 g

g
N=
Mr
×L
n

0,6701 g
¿
134 g /mol
× 0,1 L
2

= 0,1000

Titrasi 1

Volume KMnO4 = 7,9 ml

Mol ek Na2C2O4 = Mol ek KMnO4

N.V = N.V
0,1000N . 10ml = N . 7,9 ml

0,1000 N × 10 ml
N KMnO4 =
7,9 ml

= 0,1265

Titrasi 2

Volume KMnO4 = 7,9 ml

Mol ek Na2C2O4 = Mol ek KMnO4

N.V = N.V

0,1000N . 10ml = N . 7,9 ml

0,1000 N × 10 ml
N KMnO4 =
7,9 ml

= 0,1265

Titrasi 3

Volume KMnO4 = 8 ml

Mol ek Na2C2O4 = Mol ek KMnO4

N.V = N.V

0,1000N . 10ml = N . 8 ml

0,1000 N × 10 ml
N KMnO4 =
8 ml

= 0,1250

0,1265+0,1265+0,1250
N KMnO4 rata-rata =
3
= 0,1260

Aplikasi Titrasi Permanganometri

Massa H2C2O4. X H2O = 0,6302

Titrasi 1

Volume KMnO4 = 7,7 ml

Mol ek H2C2O4. X H2O = Mol ek KMnO4

N.V = N.V

N . 10ml = 0,126N . 7,7 ml

0,126 N × 7,7 ml
N KMnO4 =
10 ml

= 0,0970

g
N H 2 C 2 O 4 . X H 2O=
Mr
×L
n

0,6302 g
¿
0,0970 N Mr
×0,1 L
2

0,6302 g ×2
Mr = = 129,9381 g/mol
0,1 L ×0,0970 N

Mr H2C2O4 = 90 g/mol

Mr X H2O = Mr H2C2O4. X H2O – Mr H2C2O4

18 x = 129,9381 g/mol – 90 g/mol

18x = 39,9381 g/mol

X = 2,2187
Titrasi 2

Volume KMnO4 = 7,6 ml

Mol ek H2C2O4. X H2O = Mol ek KMnO4

N.V = N.V

N . 10ml = 0,126N . 7,6 ml

0,126 N × 7,6 ml
N KMnO4 =
10 ml

= 0,0957

g
N H 2 C 2 O 4 . X H 2O=
Mr
×L
n

0,6302 g
¿
0,0957 N Mr
×0,1 L
2

0,6302 g ×2
Mr = = 131,7032 g/mol
0,1 L ×0,0957 N

Mr H2C2O4 = 90 g/mol

Mr X H2O = Mr H2C2O4. X H2O – Mr H2C2O4

18 x = 131,7032 g/mol – 90 g/mol

18x = 41,7032 g/mol

X = 2,3168

Titrasi 3

Volume KMnO4 = 7,5 ml


Mol ek H2C2O4. X H2O = Mol ek KMnO4

N.V = N.V

N . 10ml = 0,126N . 7,5 ml

0,126 N × 7,5 ml
N KMnO4 =
10 ml

= 0,0945

g
N H 2 C 2 O 4 . X H 2O=
Mr
×L
n

0,6302 g
¿
0,0945 N Mr
×0,1 L
2

0,6302 g ×2
Mr = = 133,3756 g/mol
0,1 L ×0,0945 N

Mr H2C2O4 = 90 g/mol

Mr X H2O = Mr H2C2O4. X H2O – Mr H2C2O4

18 x = 133,3756 g/mol – 90 g/mol

18x = 43,3756 g/mol

X = 2,4097

2,2187+2,3168+2,4097
X rata-rata = = 2,3150
3
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi juga dikenal
sebagai analisis volumetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan
zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan.
Zat yang akan ditentukan kadarnya biasanya diletakkan didalam erlemeyer,
sedangkan zat yang tidak diketahui konsentrasinya biasanya diletakkan di dalam buret
atau sebaliknya. Titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam
proses titrasinya. Titrasi dibedakan menjadi 4, yaitu: 1)titrasi asam basa; 2)titrasi
redoks; 3 )titrasi kompleksometri; dan 4)titrasi pengendapan.
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh
kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan
reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu.

Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan dua cara yaitu titrasi
langsung (iodimetri) dan titrasi tak langsung (iodomotri).

a. Titrasi langsung (iodimetri)


Iodimetri merupakan Metode Titrasi redoks yang melibatkan iodin yang
bereaksi secara langsung. Iodium merupakan oksidator yang relative kuat dengan nilai
potensial reaksi sebesar +0,535 V. Iodium akan mereduksi senyawa – senyawa yang
memilki potensial reduksi lebih kecil dibandingkan dengan iodium.
b. Titrasi tak langsung (iodometri)
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan
senyawa- senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar daripada sistem
iodium- iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO 45H2O.
Iodometri terjadi pada zat yang bersifat oksidator seperti besi (III), tembaga (II),
dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin.
2. Saran

Dalam hal ini penulis berharap, apabila melakukan percobaan mengenai titrasi
permanganometri ini harus lebih teliti dan hati-hati. Selain itu harus teliti dalam melihat
dan mengukur volume KMnO4 yang digunakan pada buret dan selalu menjaga
suhu larutan konstan pada saat melakukan standarisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, N. M. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasannya. Jakarta: PT


Gramedia

Khopkar, S.M. 1989.Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.

Mursyidi, Achmad dan Rohman. 2008. Pengantar Kimia Farmasi Analisis


Volumetri dan Gravimetri. Yogyakarta: UGM Press.

Rohman,Abdul dan Gandjar, Ibnu Gholib.2007. Kimia Farmasi Analisis.


Yogyakarta : Pustaka Pulajar.

Underwood, A.L dan Day.1993. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi V.


Jakarta: Erlangga.

You might also like