Professional Documents
Culture Documents
Makalah ASK 8
Makalah ASK 8
Disusun oleh :
Kelompok 8
1. Dewi anifatus (1910303072)
2. Icha Erliana (1910303022)
IPA C
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya sehingga kami sanggup menyelesaikan penyusunan makalah Analisis Senyawa
Kimia dengan judul “Titrasi Reduksi Oksidatif”. Penyusunan makalah semaksimal mungkin
kami upayakan dan di dukung tunjangan dari banyak pihak, sehingga sanggup memperlancar
dalam penyusunannya. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari bahwa sepenuhnya masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa atau aspek lainnya. Oleh karena itu, kami
membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran atau kritik
demi pemperbaiki makalah ini. Akhirnya penyusun sangat mengharapkan agar dari makalah
sederhana ini sanggup di ambil keuntungannya dan besar keinginan kami sanggup
menginsapirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan yang relavan pada makalah-
makalah selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL................................................................................................i
KATAPENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Prinsip dasar reduksi osidasi..................................................................... 6
B. Analisis permanganometri........................................................................ 8
C. Analisis iodometri. ................................................................................... 12
D. Perhitungan permanganometri....................................................................18
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dengan konsumsi banyak bahan
makanan dan minuman. Dalam makanan-makanan dan minuman-minuman tersebut terdapat
beberapa bahan kimia yang mungkin membahayakan jika manusia mengkonsumsinya terlalu
banyak. Seperti contohnya asam oksalat, banyak makanan dan minuman yang mengandung
oksalat. Seperti kubis, bayam, dan berbagai minuman soda. Penggunaan oksalat secara
berlebihan dalam tubuh dapat menggangu kesehatan ginjal. Banyak zat yang terkandung
dalam udara, salah satunya oksigen. Oksigen dapat mengoksidasi beberapa bahan kimia
sehingga tidak murni lagi ketika akan digunakan. Untuk mengetahui kadar atau konsentrasi
dari bahan kimia tersebut dilakukan titrasi redoks. Reaksi kimia yang melibatkan proses
oksidasi dan reduksi di kenal sebagai reaksi redoks. Reaksi redoks di tandai dengan adanya
perubahan bilangan oksidasi. Suatu reaksi redoks dapat terjadi apabila suatu pengoksidasian
bercampur dengan zat yang dapat tereduksi. Metode analisis yang didasarkan pada proses
reaksi oksidasi dan reduksi antara titran dengan analit dikenal sebagai titrasi redoks.
Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari suatu reaktan. Karena pengukuran
volume memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan
analisa volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisa volumetrik sering digunakan
daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik,
karena pengukuran-pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisa tertentu
misalnya, orang dapat mengukur volume gas. Titrasi adalah pengukuran volume suatu larutan
dari suatu reaktan yang dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tertentu
dengan reaktan lainnya. Seringkali titrasi digunakan untuk mengukur volume larutan yang
ditambahkan pada suatu larutan yang telah diketahui volumenya. Biasanya konsentrasi dari
salah satu larutan, dikenal sebagai larutan standar, telah diketahui dengan tepat. Reaksi
redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk zat anorganik maupun
organik. Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial, sehingga reaksi redoks
dapat menggunakan perubahan potensial untuk mengamati titik akhir satu titrasi. Selain itu
cara sederhana juga dapat dilakukan dengan menggunakan indikator. Berdasarkan jenis
oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi redoks, maka dikenal beberapa jenis
titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri dan permanganometri.
1.3. Tujuan
ISI
A. Pengertian
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi juga dikenal sebagai
analisis volumetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang
konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Zat yang akan
ditentukan kadarnya biasanya diletakkan didalam erlemeyer, sedangkan zat yang tidak
diketahui konsentrasinya biasanya diletakkan di dalam buret atau sebaliknya. Titrasi
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasinya. Titrasi dibedakan
menjadi 4, yaitu: 1)titrasi asam basa; 2)titrasi redoks; 3 )titrasi kompleksometri; dan 4)titrasi
pengendapan.
Pada makalah ini dikhususkan untuk membahas titrasi redoks. Titrasi redoks
merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada terjadinya reaksi oksidasi reduksi
antara analit dengan titran. Analit yang mengandung spesi redukstor dititrasi dengan titran
yang berupa larutan standart dari oksidator atau sebaliknya. Konsep reaksi redoks tersebut
merupakan konsep reaksi reduksi oksidasin berdasarkan peruahan bilangan oksidasinya.
Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau
oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksiantara analit dengan titran, dimana
redoktur akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi. Analit yang mengandung spesi
reduktor di titrasi dengan titran yang berupa larutan standar dari oksidator atau sebaliknya.
Istilah okidasi mengacu pada setiap perubahan kimia di mana terjadi kenaikan
bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan biangan oksidasi.
Jadi proses oksidasi disertai dengn hilangnya electron sedangkan redulsi disertai dengan
pertamahan electron. Oksidator adalah senyawa di mna atom yang terkadung
mengalamipenurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung
mengalami kenaikan bilangan oksidasi.oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama
dan salingmengkompensasisatu sama lain.istilah oksidator dan reduksi tidak mengacu
pada atom saja akan tetapi juga pada suatu senyawa. Jika suatu reagen berperan baik
sebagai oksidator atau reduktor, maka dikatakan zat tersebut mengalami autooksidasi atau
disporposionasi.
Titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran dan analit.
Dalam titrasi redoks biasanya digunakan potensiometeri untuk mendeteksi titik akhir,
namun ada pula yang mengunakan indikator yang dapat berubah warna nya dengan
adanya kelebihan titran yang digunakan
Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus
memenuhi persyaratan umum sebagai berikut :
1. Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran
elektron secara stokhiometri.
2. Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur
(kesempurnaan 99%).
3. Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.
Titik titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan mebuat kurva titrasi
antara potensial larutan dengan volume titrant, atau dapat juga menggunakan indicator.
Dengan memandang tingkat kemudahan dan efisiensi maka titrasi redoks dengan
indicator sering kali yang banyak dipilih. Beberapa titrasi redoks menggunakan warna
titrant sebagai indicator contohnya penentuan oksalat dengan permanganate, atau
penentuan alkohol dengan kalium dikromat.
1. Permanganometri
2. Iodine
3. Bromo
4. Cerimetri
1. PERMANGANOMETRI
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh
kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan
reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu.
Kalium permanganate adalah oksidator kuat. Reagen ini dapat diperoleh
dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indicator terkecuali untuk
larutan yang amat encer. Satu tetes 0,1 N permanganate memberikan warna merah
muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah
titrasi. Warna ini digunakanuntuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut.
Kelemahannya adalah dalam medium HCL. Cl- dapat teroksidasi, demikian juga
larutannya, memiliki kestabilan yang terbatas.
Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang
terjadi dalam larutan-larutan yang bersifat asam, 0.1 N atau lebih besar:
(1)
Reaksi ini berjalan lambat dalam keadaan asam, tapi cepat dalam keadaan
netral. Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2. Bagaimanapun
juga, mengingat reaksinya berjalan lambat, MnO2 tidak diendapkan secara normal
pada titik akhir titrasi-titrasi permanganat.
Ini adalah sebuah reaksi lambat di dalam larutan-larutan encer pada suhu
ruangan. Penguraiannya dikatalisis oleh cahaya panas asam-basa, ion Mn(II) dan
MnO2. Namun demikian, jangan pernah menambahkan permanganat berlebih ke
dalam sebuah unsur reduksi dan kemudian menaikkan suhu untuk mempercepat
oksidasi, karena reaksi yang nantinya muncul akan berlangsung dengan laju yang
rendah.
a. Natrium Oksalat
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H 2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain.
Selama beberapa tahun analisis-analisis prosedur yang disarankan oleh McBride, yang
mengharuskan seluruh titrasi berlangsung perlahan pada suhu yang lebih tinggi
dengan pengadukan yang kuat. Kemudian, Fowler dan Bright melakukan suatu
penelitian yang sangat mendalam terhadap kesalahan- kesalahan yang mungkin di
dalam titrasi. Mereka menemukan beberapa bukti dari pembentukan peroksida
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai
standar primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi (III) yang
diproduksi selama proses pelarutan direduksi menjadi besi (II). Oksidasi dari ion
klorida oleh permanganat berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian,
dengan kehadiran besi, oksidasi akan berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah
agen pereduksi yang lebih kuat daripada ion klorida, ion yang belakangan disebut ini
teroksidasi secara bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan
dalam oksidasi dari As2O3 ataupun Na2C2O4 dalam larutan asam klorida.
Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan asam fosfat, disebut
larutan “pencegah”, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan ke
dalam larutan asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganat. Asam
fosfat menurunkan konsentrasi dari ion besi (III)dengan membentuk sebuah
kompleks, membantu memaksa reaksi berjalan sampai selesai, dan juga
menghilangkan warna kuning yang ditunjukkan oleh besi (III) dalam media klorida.
Kompleks fosfat ini tidak berwarna, dan titik akhirnya lebih jelas.
Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan dua cara yaitu titrasi
langsung (iodimetri) dan titrasi tak langsung (iodomotri).
Reaksi yang terjadi pada titrasi iodometri untuk penentuan iodat adalah
sebagai berikut :
mg Na 2 C O
N KMnO4 = x valensi
2 4
ml KMnO 4 x BM Na2C O 2 4
200
N KMnO4 = x 2 = 0,1047 N
28,36 X 134
I2 + I- I3-
Jika iodium ditambahkan pada larutan alkali maka iodium akan bereaksi
dengan NaOH membentuk natrium hipoiodit atau senyawa- senyawa serupa
yang mana tidak akan bereaksi secara cepat dengan natrium arsenit
2 NaOH + I2 NaIO + NaI + H2O
Pada reaksi di atas dapat diketahui bahwa valensinya adalah empat. Karena
1 mol As2O3 setara dengan 2 mol Na3AsO4, sedangkan 1 mol Na3AsO3 setara
dengan 1 mol I2 akibatnya 1 mol As2O3 setara dengan 2 mol I2 sehingga
perhitungan normalitasnya dari iodium:
mgrek iodium = mgrek arsen trioksid
mg As2 O X Valensi
N I2 =
3
BM As 2O X ml I 2
3
Pada reaksi di atas valensinya adalah 6 karena 1 mol KIO 3 setara dengan 3
mol I2, sedangkan 1 mol I2 setara denga 2e, Sehingga 1 mol KIO3 setara dengan
6 e akibatnya BE KIO3 sama dengan BM/6
Perhitungan normalitas dari natrium tiosulfat:
mg KIO 3 x Valensi
N Na2S2O3 =
BM KIO 3 x ml Na 2 S 2 O3
m Na2C2O4 = 0,6701 g
g
N=
Mr
×L
n
0,6701 g
¿
134 g /mol
× 0,1 L
2
= 0,1000
Titrasi 1
N.V = N.V
0,1000N . 10ml = N . 7,9 ml
0,1000 N × 10 ml
N KMnO4 =
7,9 ml
= 0,1265
Titrasi 2
N.V = N.V
0,1000 N × 10 ml
N KMnO4 =
7,9 ml
= 0,1265
Titrasi 3
Volume KMnO4 = 8 ml
N.V = N.V
0,1000N . 10ml = N . 8 ml
0,1000 N × 10 ml
N KMnO4 =
8 ml
= 0,1250
0,1265+0,1265+0,1250
N KMnO4 rata-rata =
3
= 0,1260
Titrasi 1
N.V = N.V
0,126 N × 7,7 ml
N KMnO4 =
10 ml
= 0,0970
g
N H 2 C 2 O 4 . X H 2O=
Mr
×L
n
0,6302 g
¿
0,0970 N Mr
×0,1 L
2
0,6302 g ×2
Mr = = 129,9381 g/mol
0,1 L ×0,0970 N
Mr H2C2O4 = 90 g/mol
X = 2,2187
Titrasi 2
N.V = N.V
0,126 N × 7,6 ml
N KMnO4 =
10 ml
= 0,0957
g
N H 2 C 2 O 4 . X H 2O=
Mr
×L
n
0,6302 g
¿
0,0957 N Mr
×0,1 L
2
0,6302 g ×2
Mr = = 131,7032 g/mol
0,1 L ×0,0957 N
Mr H2C2O4 = 90 g/mol
X = 2,3168
Titrasi 3
N.V = N.V
0,126 N × 7,5 ml
N KMnO4 =
10 ml
= 0,0945
g
N H 2 C 2 O 4 . X H 2O=
Mr
×L
n
0,6302 g
¿
0,0945 N Mr
×0,1 L
2
0,6302 g ×2
Mr = = 133,3756 g/mol
0,1 L ×0,0945 N
Mr H2C2O4 = 90 g/mol
X = 2,4097
2,2187+2,3168+2,4097
X rata-rata = = 2,3150
3
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi juga dikenal
sebagai analisis volumetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan
zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan.
Zat yang akan ditentukan kadarnya biasanya diletakkan didalam erlemeyer,
sedangkan zat yang tidak diketahui konsentrasinya biasanya diletakkan di dalam buret
atau sebaliknya. Titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam
proses titrasinya. Titrasi dibedakan menjadi 4, yaitu: 1)titrasi asam basa; 2)titrasi
redoks; 3 )titrasi kompleksometri; dan 4)titrasi pengendapan.
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh
kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan
reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu.
Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan dua cara yaitu titrasi
langsung (iodimetri) dan titrasi tak langsung (iodomotri).
Dalam hal ini penulis berharap, apabila melakukan percobaan mengenai titrasi
permanganometri ini harus lebih teliti dan hati-hati. Selain itu harus teliti dalam melihat
dan mengukur volume KMnO4 yang digunakan pada buret dan selalu menjaga
suhu larutan konstan pada saat melakukan standarisasi.
DAFTAR PUSTAKA