You are on page 1of 16

MAKALAH PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PEDESAAN

HUMAN TRAFFICKING

ANGGOTA KELOMPOK V:

1. ZEVANYA C. LULU LAY (2003010031)

2. URSULA SURATI PASNI (2003010005)

5. VINSENSIA I. L. D. WITI (2003010008)

6. YOCHINA KRISTINA WAE (2003010028)

7. SHALLY M. LASMARUDUT (2003010007)

8. MARIA R. TIARA TUKAN (2003010272)

9. ADRIANI IKKE OCTAVIA (2003010072)

10. JUVITA FRAGA (2003010260)

11. ANISTA TEFA (2003010080)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan bimbingan-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul “Human Trafficking” dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembangunan
Perkotaan dan Pedesaan.

Penulis juga menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung, makalah ini tidak dapat terwujud.

Makalah ini juga jauh dari kesempurnaan baik dari penyusunan dang penggunaan bahasanya.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis untuk melengkapi makalah ini baik
dari segi teori, metode dan analisis sehingga dapat menjadi acuan referensi bagi peneliti
selanjutnya dan semoga dapat memberikan wawasan yang baru kepada pembaca.

Kupang, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Human Trafficking.....................3

2.2 Kasus Human Trafficking di Indonesia dan di NTT

dan Dampaknya Bagi Masyrakat Indonesia........................................................................8

2.3 Upaya dan Kebijakan yang dibuat Pemerintah dalam

Mengatasi Terjadinya Human Trafficking di Indonesia.....................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................11

3.2 Saran..............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Isu perdagangan manusia atau human trafficking khususnya perempuan dan anak beberapa bulan
terakhir cukup mendapat soroton di berbagai media massa. Media massa tidak hanya sekedar
menyoroti kasus-kasus tersebut saja, akan tetapi juga lika- liku tindakan penyelamatan yang
dilakukan aparat penegak hukum terhadap korban serta bagaimana upaya pemerintah dalam
mengatasi permasalahan tersebut. Kasus-kasus perdagangan manusia yang cukup mendapat
sorotan media beberapa waktu yang lalu misalnya kasus penjualan tujuh orang perempuan
Cianjur yang diperdagangkan sebagai pekerja seks komersial (PSK) ke Pekanbaru, Riau yang
berhasil diselamatkan oleh Polres Cianjur beberapa waktu yang lalu. Upaya lainnya adalah upaya
penyelamatan terhadap dua orang perempuan korban perdagangan perempuan yang dibebaskan
oleh reporter SCTV dari Tekongnya di Malaysia. Dari kasus-kasus tersebut telah menguatkan
bahwa trafficking merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan salah satu masalah yang perlu
penanganan mendesak bagi seluruh komponen bangsa Indonesia. Karena hal ini mempengaruhi
citra bangsa Indonesia itu sendiri dimata dunia internasional. Apalagi, data Departemen Luar
Negeri Amerika Serikat telah menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan ketiga sebagai
pemasok perdagangan perempuan dan anak. International Organization for Migration (IOM)
mencatat, pada periode Maret 2005 hingga Desember 2014, jumlah human trafficking di
Indonesia mencapai 6.651 orang. Dari jumlah itu, 82 persen adalah perempuan yang bekerja di
dalam dan di luar negeri sebagai tenaga kerja informal dan 18 persen merupakan laki-laki yang
mayoritas mengalami eksploitasi ketika bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK). Bahaya
human trafficking semakin menggejala hingga ke daerah. Salah satu daerah yang menjadi objek
kajian dalam pembahasan ini adalah Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kejahatan dan
ancaman human trafficking tengah menjadi isu aktual di NTT. Dalam beberapa tahun terakhir,
NTT menempati rangking teratas, didaulat sebagai daerah asal korban tindak pidana
perdagangan manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan human trafficking, dan bagaimana faktor-faktor
penyebab terjadinya human trafficking?
2. Bagaimana kasus human trafficking di Indonesia dan di NTT dan dampaknya bagi
masyrakat Indonesia?
3. Upaya dan Kebijakan yang dibuat pemerintah dalam mengatasi terjadinya human
trafficking di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan human traffikcing dan faktor-faktor
penyebab terjadinya human trafficking
2. Untuk mengetahui kasus human trafficking di Indonesia dan NTT dan dampaknya
bagi masyarakat Indonesia
3. Untuk mengetahui upaya dan kebijakan yang dibuat pemerintah dalam mengatasi
terjadinya human trafficking di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Human Trafficking dan Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Human Trafficking
1. Pengertian Human Trafficking
 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang (PTPPO) mendefenisikan human traficcking sebagai
tindakan perekrutan, penampungan, pengangkutan, pengiriman, pemindahan atau
penerimaan seseorang. Modus sindikat perdagangan manusia termanifestasi
dalam beragam bentuk yaitu penculikan, penggunaan kekerasan, penyekapan,
penipuan, pemalsuan, penyalahgunaan kekuasaan, memberi bayaran hingga
penjeratan utang. Secara sederhana, perdagangan manusia dapat dipahami sebagai
suatu bentuk intimidasi terhadap nilai dan kebebasan hak-hak dasar manusia
 Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) human traffciking merupakan
Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang,
dengan ancaman, atau penggunaan kekerasan, atau bentuk-bentuk pemaksaan
lain, penculikan, penipuan,kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi
rentan, atau memberi atau menerima bayaran atau manfaat untuk memperoleh ijin
dari orang yang mempunyai wewenang atas orang lain,untuk tujuan eksploitasi.
(Protokol PBB tahun 2000 untuk Mencegah, Menanggulangi dan Menghukum
Trafficking terhadap Manusia, khususnya perempuan dan anak-anak; Suplemen
Konvensi PBB mengenai Kejahatan Lintas Batas Negara). Dari definisi tersebut,
dapat disimpulkan bahwa istilah trafficking merupakan:
 Pengertian trafficking dapat mencakup kegiatan pengiriman tenaga kerja,
yaitu kegiatanmemindahkan atau mengeluarkan seseorang dari lingkungan
tempat tinggalnya/keluarganya.Tetapi pengiriman tenaga kerja yang
dimaksud tidak harus atau tidak selalu berarti pengirimanke luar negeri. 
 Meskipun human trafficking dilakukan atas izin tenaga kerja yang
bersangkutan, izin tersebut sama sekali tidak menjadi relevan(tidak dapat
digunakan sebagai alasan untuk membenarkan human trafficking tersebut)
apabila terjadi penyalagunaan atau korban berada di dalam posisi tidak
berdaya. Misalnya karena terjerat hutang, terdesak oleh kebutuhan
ekonomi, dibuat percaya bahwa dirinya tidak mempunyai pilihan
pekerjaan lain,ditipu, atau diperdaya.
 Tujuan trafficking adalah eksploitasi, terutama tenaga kerja (dengan
menguras habis tenaga yang dipekerjakan) dan eksploitasi seksual (dengan
memanfaatkan kemudaan, kemolekan tubuh,serta daya tarik seks yang
dimiliki tenaga kerja yang yang bersangkutan dalam transaksi seks).
 Global Alliance Against Traffic in Woman (GAATW) mendefinisikan perdagangan
manusia (human trafficking) adalah semua usaha atau tindakan yang berkaitan dengan
perekrutan, pembelian, penjualan,transfer, pengiriman, atau penerimaan seseorang
dengan menggunakan penipuan atau tekanan,termasuk pengunaan ancaman kekerasan
atau penyalahgunaan kekuasaan atau lilitan hutang dengan tujuan untuk menempatkan
atau menahan orang tersebut, baik dibayar atau tidak, untuk kerja yang tidak diinginkan
(domestik seksual atau reproduktif) dalam kerja paksa atau dalam kondisi perbudakan,
dalam suatu lingkungan lain dari tempat dimana orang itu tinggal padawaktu penipuan,
tekanan atau lilitan hutang pertama kali. Dari definisi ini, dapat disimpulkan bahwa
istilah perdagangan manusia (human trafficking) mengandung unsur yakni rekrutmen dan
transportasi manusia, diperuntukan bekerja atau jasa/melayani, untuk kepentingan pihak
yang memperdagangkan.
2. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Human Trafficking
Terdapat aspek universal dibalik masalah human trafficking yang dialami negara-negara
di seluruh dunia. Penyebabnya adalah poverty, globalization, the sex tourism industry,
education levels. Korban human trafficking adalah mereka yang terpinggirkan, terutama
kaum perempuan (kondisi kemiskinan dan ketidakmandirian yang mereka alami).
Kondisi-kondisi psikologis dan masalah kemiskinan secara sistematis mendorong
individu untuk melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berikut adalah
faktor-faktor yang dipandang sebagai penyebab terjadinya masalah human trafficking.
a. Kemiskinan
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) adanya kecenderungan jumlah
penduduk miskin terus meningkat dari 11,3% pada tahun 1996 menjadi 23,4%
pada
tahun 1999, walaupun berangsur- angsur telah turun kembali menjadi 17,6% pada
tahun 2002, kemiskinan telah mendorong anak - anak untuk tidak bersekolah sehi
ngga kesempatan untuk mendapatkan keterampilan kejuruan serta kesempatan
kerja menyusut. Pengaruh kemiskinan tersebut melahirkan berbagai dampak
sosial. Terdapat fakta memprihatinkan, bahwa konsekuensi kemiskinan
menempatkan posisi perempuan sebagai pihak yang sangat beresiko terjebak
kejahatan, intimidasi, dan eksploitasi praktek perdagangan manusia.Seks
komersial kemudian menjadi sumber nafkah yang mudah untuk mengatasi
masalah pembiayaan hidup. Kemiskinan pula yang mendorong kepergian ibu
sebagai tenaga kerja wanita yang dapat menyebabkan anak terlantar tanpa
perlindungan sehingga beresiko menjadi korban perdagangan manusia.
Kemiskinan termasuk faktor utama yang mendorong orang untuk melakukan
apapun agar keluar dari keterbatasan yang dialami. Faktor kemiskinan mendorong
jutaan orang Indonesia melakukan migrasi, domestik maupun internasional yang
dipandang sebagai sebuah cara memperoleh kehidupan yang baik bagi dirinya dan
keluarga. Berdasarkan hasil riset, sebuah studi di 41 negara menunjukkan bahwa
keinginan untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan kurangnya kesempatan kerja
adalah salah satu alasan utama wanita mencari pekerjaan di luar negeri.
b. Pendidikan minim dan tingkat buta huruf
Selain faktor ekonomi, rendahnya pemenuhan hak atas akses pendidikan turut
melatari munculnya korban kejahatan. Tingginya kasus perdagangan di NTT tidak
hanya disebabkan faktor kemiskinan atau ekonomi, tetapi juga pada minimnya
tingkat pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam bidang pendidikan.
Survei sosial-ekonomi nasional tahun 2000 melaporkan bahwa 34% penduduk
Indonesia berumur 10 tahun ke atas belum/tidak tamat SD/tidak pernah
bersekolah, 34,2% tamat SD danhanya 155 yang tamat SMP. Menurut laporan
BPS pada tahun 2000 terdapat 14% anak usia 7-12dan 24% anak usia 13-15 tahun
tidak melanjutkan ke SLTP karena alasan pembiayaan.Orang dengan pendidikan
yang terbatas atau buta aksara kemungkinan besar akan menderita keterbatasan
ekonomi. Selain itu mereka akan sulit mencari pertolongan ketika mereka sulit
untuk berimigrasi atau mencari pekerjaan. Mereka akan kesulitan bagaimana
mengakses sumber daya yang tersedia, tidak dapat membaca atau mengerti brosur
iklan layanan masyrakat lain mengenai rumah singgah atau nomor telepon yang
bisa dihubungi untuk mendapatkan bantuan. Seorang yang rendah melek huruf
sering kali secara lisan dijanjikan akan mendapat jenis pekerjaan atau jumlah gaji
tertentu oleh seorang agen, namun kontrak yang mereka tanda tangani (yang
mungkin tidak dapat mereka baca) mencantumkan ketentuan kerja serta
kompensasi yang jauh berbeda, mengarah ke eksploitasi
c. Ketidaksetaraan Gender
Faktor ini memiliki latar belakang yang cukup luas untuk dijadikan salah satu
faktor perdagangan manusia. Ketidakadaan kesetaraan gender salah satu faktor
perdagangan manusia, yakni nilai sosial budaya patriarki yang masih kuat
menempatkan laki- laki dan perempuan pada kedudukan dan peran yang berbeda
dan tidak setara. Hal ini ditandai dengan adanya pembakuan peran, yaitu sebagai
istri, sebagai ibu, pengelola rumah tangga, dan pendidikan anak-anak di rumah,
serta pencari nafkah tambahan dan jenis pekerjaannya pun serupa dengan tugas di
dalam rumah tangga. Misalnya menjadi pembantu rumah tangga dan mengasuh
anak. Selain peran perempuan tersebut, perempuan juga mempunyai beban ganda,
subordinasi, marjinalisasi, dan kekerasan terhadap perempuan, yang kesemuanya
itu berawal dari diskriminasi terhadap perempuan yang menyebabkan mereka
tidak atau kurang memiliki akses, kesempatan dan kontrol atas pembangunan,
serta tidak atau kurang memperoleh manfaat pembangunan yang adil dan setara
dengan laki-laki. Banyak perempuan dan anak yang menjadi korban, hal ini
karena dalam masyarakat terjadi perkawinan usia muda yang dijadikan cara untuk
keluar dari kemiskinan. Dalam keluarga anak perempuan seringkali jadi beban
ekonomi keluarga, sehingga dikawinkan pada usia muda.
d. Kurangnya Penegakan Hukum
Hukum seharusnya bertindak dan memihak bagi siapapun tanpa memandang
status. Hukum merupakan serangkaian peraturan yang memilki sanksi bagi pelaku
tindak kejahatan. Penegakan hukum terletak pada sikap menyerasikan nilai-nilai
yang terjabarkan dan sikap untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan
kedamaian pergaulan hidup.

e. Pengangguran
Pengangguran sebagai salah satu penyebab maraknya korban perdagangan
manusia. Berbagai sumber mencatat, masalah sosial berpengaruh besar terhadap
kompleksitas kejahatan di Indonesia. Beberapa korban adalah mereka yang tidak
mampu, atau dikategorikan sebagai kelompok masyarakat rentan. Laporan Serikat
Perempuan Indonesia (Seruni), angka pengangguran yang tinggi menjadi salah
satu pemicu terjadinya eksodus buruh migran dari Indonesia. Pada kondisi ini,
Indonesia berada dalam posisi memprihatinkan, angka pengangguran mencapai
angka 88 ribu orang
f. Lemahnya Pencatatan Kelahiran
Anak dan orang dewasa yang tidak terdaftar serta tidak memiliki akta kelahiran
sangat rentan terhadap eksploitasi. Rendahnya registrasi kelahiran, khususnya di
kalangan masyarakat desa, memfasilitasi perdagangan manusia. Agen dan pelaku
perdagangan memanfaatkan ketiadaan akta kelahiran asli untuk memalsukan
umur perempuan muda agar mereka dapat bekerja di luar negeri.

Jadi, dapat disimpulkan faktor terjadinya perdagangan manusia di Indonesia sebagai berikut:

 Budaya Patriarki: objektifikasi seksual perempuan, nilai keperawanan, komoditas.


 Tuntutan aktualisasi diri perempuan: cari kerja
 Kemiskinan: migrasi, buruh migran.
 Pendidikan dan ketrampilan: rendah
 Nikah: usia muda (di bawah umur), Pernikahan Dini
 Tradisi: perbudakan dan eksploitasi perempuan (selir, perempuan sebagai barang
upeti, sahaya)
 Sikap permisif terhadap pelacuran
 Urban life style: konsumtif, materialism
 Pembangunan belum menyentuh daerah terpencil/terisolasi.
 Terbatasnya lapangan pekerjaan.
2.2 Kasus Human Traffcking di Indonesia dan NTT Serta Dampak Bagi Masyrakat Indonesia
1. Kasus Human Trafficking di Indonesia
Berdasarkan penelusuran literatur, dimensi perdagangan manusia terus meluas
hingga menyentuh sendi-sendi kehidupan sosial masyarakat Indonesia.
International Organization for Migration (IOM) mencatat, pada periode Maret
2005 hingga Desember 2014, jumlah human trafficking di Indonesia mencapai
6.651 orang. Dari jumlah itu, 82 persen adalah perempuan yang bekerja di dalam
dan di luar negeri sebagai tenaga kerja informal dan 18 persen merupakan laki-
laki yang mayoritas mengalami eksploitasi ketika bekerja sebagai Anak Buah
Kapal (ABK). Dikutip dari Serikat Pekerja Indonesia Luar Negeri (SPILN) tahun
2015, mayoritas korban sindikat perdagangan manusia didominasi kelompok
Buruh Migran Indonesia (BMI) yang lazimnya dikenal sebagai Tenaga Kerja
Indonesia (TKI). Faktor utama yang menyeret para pekerja adalah masalah
ekonomi. Dalam segala keterbatasan, para migran kerap secara mudah
dipengaruhi iming-iming kesejahteraan oleh oknum atau mafia kejahatan
perdagangan orang. Konteks kejahatan perdagangan manusia menimbulkan
kekhawatiran. Ancaman dan resikonya menjadi gejala sosial yang mulai jamak di
masyarakat.
2. Kasus Human Trafficking di NTT
Bahaya human trafficking semakin menggejala hingga ke daerah. Salah satu
daerah yang menjadi objek kajian dalam pembahasan ini adalah Propinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT). Kejahatan dan ancaman human trafficking tengah
menjadi isu aktual di NTT. Dalam beberapa tahun terakhir, NTT menempati
rangking teratas, didaulat sebagai daerah asal korban tindak pidana perdagangan
manusia.
Kasus perdagangan manusia di NTT muncul sebagai konsekuensi kemiskinan dan
minimnya akses kesejahteraan. Ketimpangan dan gejala kemiskinan di NTT
memunculkan masalah bagi hak-hak perempuan di NTT, mereka dituntut untuk
memperbaiki kondisi ekonomi. Pada kondisi ini, mereka semakin tertekan dan
mudah terpengaruh oleh resiko kejahatan. Kemiskinan merupakan sebuah
masalah sosial utama yang terjadi Propinsi NTT. Menurut data Badan Pusat
Statistik (BPS) pada September 2014, sekitar 19,6 dari total 4,9 juta populasi NTT
tergolong dalam kategori penduduk miskin.
Upaya pemberantasan perdagangan orang di NTT tetap menjadi sorotan oleh
berbagai macam kalangan. Kemensos RI, memberi sinyal bahwa permasalahan
TKI di NTT sudah mencapai kondisi kronis, sehingga langkah penanganan
menjadi urgensi bersama. Secara umum, jumlah buruh migran dari NTT bukan
yang terbanyak di Indonesia, tetapi angka kasus human trafficking dari NTT
menurut data Bareskrim Polri tertinggi di Indonesia. Sejak Februari 2014, kasus
perdagangan gerakan masyarakat sipil di NTT. Human trafficking di NTT dapat
dikatakan sudah darurat karena banyak sekali warga NTT terutama kaum wanita
berumur 15 tahun ke atas yang dijadikan TKW ke luar negeri, khususnya
Malaysia, Singapura, Taiwan, dan negara-negara lain. Data Institute of Resource
Governance and Social Change (IRGSC) bulan Januari sampai Desember 2015,
terdapat 941 orang menjadi korban, disinyalir ada tujuh jaringan perusahaan dan
perorangan yang terlibat. Tahun 2015 terdapat 1.667 TKW asal NTT yang
menjadi korban human trafficking. Sementara, pada 2016, bulan Januari sampai
Juli, ada sekitar 726 TKW yang masalah atau terindikasi praktek perdagangan
manusia.8 Kepolisian Daerah (Polda) Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat,
1.667 orang calon tenaga kerja wanita (TKW) asal NTT dikirim keluar daerah
secara illegal. Para calon TKW rencananya akan dikirim oleh sejumlah jaringan
perdagangan manusia untuk bekerja di Medan dan Malaysia. Dengan kondisi ini,
praktek human trafficking menjadi fenomena baru yang cukup mengejutkan
karena sebelumnya, secara nasional, NTT belum pernah masuk dalam peringkat
tertinggi daftar kasus human trafficking di Indonesia.
2.3 Upaya dan Kebijakan yang Dibuat Pemerintah dalam Mengatasi Terjadinya Human Trafficking
di Indonesia
1. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dalam Mengatasi Terjadinya Human Trafficking di
Indonesia
Sejak tahun 2009 Pemerintah Indonesia secara proaktif melakukan berbagai upaya-
upaya pencegahan dan penanganan perdagangan manusia. Upaya ini terbagi ke dalam
dua bentuk, yakni Upaya Internal dan Upaya Eksternal. Bentuk upaya Internal yaitu
berupa Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No.25 Tahun 2009
Tentang Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan
Eksploitasi Seksual Anak. Pemerintah Indonesia melakukan kerjasama dengan Australia
dalam Bali Process untuk melaksanakan pelatihan penegakan hukum tentang
perdagangan manusia. Indonesia juga berpartisipasi menjadi anggota Working Group on
Protocol To Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons especially Women and
Children. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi singgungan pelaksanaan wewenang
antar tingkat pemerintahan, namun diharapkan menumbuhkembangkan sinergi berbagai
sektor dan lini pemerintahan, dengan harapan apabila pencegahan dapat dilakukan
secara optimal, maka sejalan dengan itu juga mampu meminimalkan korban
perdagangan orang.
Upaya nasional berupa Rancangan Aksi Nasional Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang (PTPPO) dan Ekploitasi Seksual Anak (ESA) 2009 – 2014 dan hasil
dari upaya ini ialah Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menerbitkan “Trafficking
in Persons Report” pada Juli 2015 menempatkan Indonesia pada status Tier 2. Ini
artinya, Indonesia belum sepenuhnya memenuhi standar minimum The Trafficking
Victims Protection Act of 2000 (TVPA), tetapi berupaya secara signifikan untuk
membawa diri menjadi sesuai dengan standar-standar di dalam TVPA. Capaian lain
ialah Antara lain Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam kurun waktu 2015
melakukan berbagai upaya dalam pencegahan TPPO di beberapa daerah pengirim (Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Kepulauan
Riau), melalui berbagai program layanan pendidikan masyarakat (Dikmas),
melaksanakan sosialisasi dan advokasi, capacity building, serta Diskusi Kelompok
Terfokus.
Sementara upaya Eksternal pemerintah Indonesia yaitu Ratifikasi ASEAN Convention
Againts Trafficking In Persons, Especially Women And Children / ACTIP.Terkait
penanganan Human Trafficking di ASEAN, Indonesia memandang penting akan
pembentukan instrumen hukum regional yang mengikat sebagai landasan dalam
meningkatkan kerja sama pemberantasan Human Trafficking di kawasan ASEAN.
Untuk melaksanakan komitmen tersebut, ASEAN mengeluarkan sebuah Rencana Aksi
(ASEAN Plan of Action Against Trafficking in Persons, Especially Women and
Children) yang telah ditandatangani oleh semua anggota negara-negara ASEAN pada
tanggal 21 Nopember Tahun 2015.
Upaya pencegahan tindak pidana perdagangan orang atau trafficking dapat dilakukan
melalui beberapa cara yaitu:
 Pemetaan tindak pidana perdagangan orang di Indonesia baik untuk tujuan
domestik maupun luar negeri.
 Peningkatan pendidikan masyarakat, khususnya pendidikan alternative bagi
anak-anak perempuan, termasuk dengan sarana prasarana pendidikannya.
 Peningkatan pengatahuan masyarakat melalui pemberian onformasi seluas-
luasnya tentang tindak pidana perdagangan orang beserta seluruh aspek yang
terkait dengannya
 Perlu diupayakan adanya jaminan aksesbilitas bagi keluarga khususnya
perempuan dan anak untuk memperoleh pendidikan, pelatihan, peningkatan
pendapatan dan pelayanan sosial
2. Kebijakan yang Dibuat Pemerintah dalam Mengatasi Terjadinya Human Trafficking di
Indonesia
 Pembentukan Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana
Perdagangan Manusia
 Penanggulangan Perdagangan Manusia
 Penatalaksanaan Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan Terhadap Perempuan
dan Anak
 Perusahaan atau pemerintah dapat membuat lapangan pekerjaan baru untuk
mengurangai angka pengangguran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Human traffciking merupakan Perekrutan, pengiriman, pemindahan,
penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan ancaman, atau penggunaan
kekerasan, atau bentuk-bentuk pemaksaan lain, penculikan,
penipuan,kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, atau
memberi atau menerima bayaran atau manfaat untuk memperoleh ijin dari orang
yang mempunyai wewenang atas orang lain,untuk tujuan eksploitasi. Faktor-
faktor penyebab terjadinya human trafficking seperti kemiskinan, pendidikan
minim dan tingkat buta huruf, ketidaksetaraan gender, kurangnya penegakan
hukum, pengangguran, dan lemahnya pencatatan kelahiran. Kebijakan yang
dapat dilakukan pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam mencegah
terjadinya human trafficking ialah Pembentukan Gugus Tugas Pencegahan dan
Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Manusia, Penanggulangan Perdagangan
Manusia, Penatalaksanaan Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan Terhadap
Perempuan dan Anak, Perusahaan atau pemerintah dapat membuat lapangan
pekerjaan baru untuk mengurangai angka pengangguran..
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat ini masih jau dari kesempurnaan
akibat keterbatasannya buku yang digunakan dalam membuat makalah ini. Adapun
saran yang bisa penulis berikan dari makalah ini yakni pentingnya memperbaharui
pengetahuan tentang human trafficking.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/faridrzanie/makalah-bindo-frint .
https://www.academia.edu/9941031/
makalah_Human_Trafficking_Pengertian_Human_Trafficking_Penanggulangan_Human_Traffick
ing
https://www.academia.edu/38345429/
MAKALAH_HUMAN_TRAFFICKING_TUGAS_KEJAHATAN_PIDANA_INTERNASIONAL
_docx

You might also like