You are on page 1of 4

Nama : Mohamad Fajarudin Islam

NIM : 2020003054
Prodi : PSR

LATIHAN MATA KULIAH SENI DRAMA: MENGEMBANGKAN IMAJINASI

Naskah “Asam Garam”


1. Bacalah cerpen “Asam Garam” karya Eko Triono di bawah ini!
2. Bagaimana Anda menggambarkan watak/karakter tokoh “Aku” atau “-Ku” dalam
cerpen “Asam Garam” tersebut? Deskripsikan dalam kolom berikut ini:
Deskripsi:
Seorang suami yang suka becanda walau bukan pada tempatnya, punya pemikiran yang
Panjang dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan meskipun disuruh kawin lagi
oleh istrinya.

3. Bagaimana Anda menggambarkan watak karakter tokoh “Istri” dalam cerpen “Asam
Garam” tersebut? Deskripsikan dalam kolom berikut ini:
Deskripsi:
Perempuan kota yang belum tahu bagaimana hidup di desa, selalu berfikir serius meskipun
sedang menanggapi candaan suaminya yang akhirnya membuat dirinya takut sendiri dengan
pikirannya itu
4. Jika Anda menjadi tokoh “Aku” atau “-Ku”, dalam imajinasi Anda, tubuh dan
perawakan Anda akan seperti apa? Deskripsikan dalam kolom berikut ini:
Deskripsi:
Laki-laki, memiliki tubuh yang sedang (tidak kurus dan tidak gemuk), kulit sawo matang
berambut pendek dan memiliki wajah yang seyum, cenderung bersikap santai

5. Jika Anda menjadi tokoh “Istri”, dalam imajinasi Anda, tubuh dan perawakan Anda
akan seperti apa? Deskripsikan dalam kolom berikut ini:
Deskripsi:
Perempuan berkulit putih, berambut Panjang, bertubuh sedang agak pendek dengan wajah
yang lugu namun cenderung serius.

6. Jika Anda menjadi tokoh “Aku” atau “-Ku”, dalam imajinasi Anda, vokal atau suara
dari tokoh tersebut akan seperti apa? Deskripsikan dalam kolom berikut ini:
Deskripsi:
Memiliki suara yang agak berat seperti kebanyakan laki-laki namun santai dalam berbicara
7. Jika Anda menjadi tokoh “Istri”, dalam imajinasi Anda, vokal atau suara dari tokoh
tersebut akan seperti apa? Deskripsikan dalam kolom berikut ini:

Deskripsi:
Memiliki suara yang halus dan lembut seperti gadis desa walau berasal dari kota
Asam Garam1
Cerpen Eko Triono Soal asin itu tidak masalah, aku bisa menambahkan gula yang
banyak setelah itu, meski rasanya menjadi tidak karuan, tidak
MASAKAN istriku selalu asin dan di warung kopi orang-orang apa-apa, atau kita bisa beli sayur matang di warung. Jadi, di
ngomong soal harga garam bakalan naik. Aku tidak mau ambil rumah cuma masak nasi.
pusing dengan obrolan mereka. Yang lebih kupikirkan istriku.
Dia minta aku nikah lagi. “Tapi, Mas, apa kata tetangga kalau kita beli sayur matang di
warung untuk selama-lamanya.”
Kopiku datang dan alasan istriku seperti dibuat-buat. Tapi,
selama ini dia adalah orang yang paling serius. Dia bahkan “Kalau begitu cukup satu tahun atau setengah tahun saja
sudah memberiku berbagai tawaran perempuan-perempuan belinya, sambil kita pikirkan jalan keluar yang lain, selain
yang layak dimadu. menikah.”

Saat awal kenal dan dia tidak tahu seperti apa pohon kacang “Tidak bisa, Mas, di masa depan apa kata anak-anak kita. Lagi
panjang, maklum tinggal di kota besar, dan kukatakan pula, bagaimana kalau ada tamu, ada saudara, kemudian
pohonnya seperti pohon ketapang, menggelantung kacang menginap, atau perlu dijamu, kita perlu masak. Apa kata
panjangnya, dan dia percaya. Waktu sudah menikah dan ke mereka kalau masakanku sangat asin. Mas sendiri yang malu.
desa, ibuku mengajak istriku memetik kacang panjang. Mas akan dituduh gagal mendapat istri terbaik. Aku juga akan
Bersikap sebagai menantu yang baik, bekerja sebelum gagal menjadi istri terbaik. Mereka akan pulang dengan gosip
diperintah, istriku siaga membawa tangga. Buat apa? Tanya yang cepat menyebar. Sampai akhirnya, saudara yang lain dan
ibuku. teman-teman Mas tahu bahwa aku ini sangat kurang sebagai
perempuan. Padahal, perempuan harus bisa masak sebaik-
Istriku bilang bahwa kataku kacang panjang pohonnya tinggi baiknya. Minimal tidak terus-menerus keasinan. Omongan
seperti ketapang. mereka akan lebih menyakitkan hatiku dibanding Mas harus
menikah lagi, hingga penyakit masak asinku hilang, Mas.”
Ibuku, antara haru, lucu, dan tentu saja jengkel padaku yang
bercanda pada orang seserius istriku. Pohon kacang panjang itu “Coba berpikirlah dengan tenang. Itu hanya rasa takutmu. Aku
merambat, lalu dirambatkan di bambu-bambu setinggi bisa masak sendiri. Bisa juga masak untuk keluarga, saudara,
tubuhmu, jadi tidak perlu anak tangga, kita lihat saja, kata atau teman yang datang.”
ibuku kemudian.
“Tidak, Mas. Lebih baik aku berbagi suami daripada berbagi
Meski begitu, istriku tetap saja serius menanggapi semua hal penderitaan sama orang-orang lain.”
dariku berikutnya. Terlalu banyak kalau harus kuceritakan
padamu. Yang paling terkini, waktu masakannya terasa selalu “Jangan bicara begitu. Cobalah berdoa lagi.”
asin, bahkan asin sekali.
“Iya, Mas, serius. Belum lagi, ayah Mas, mertuaku sendiri
Solusinya sederhana, kataku, jangan pakai garam. Selama yang kucintai, punya penyakit darah tinggi. Ini maaf, lho, Mas,
beberapa hari, kami masak tanpa garam, eh, tetap saja asinnya tapi harus kusampaikan sebagai waspada, bagaimana kalau pas
bukan kepalang. berkunjung, mencicipi makananku, lalu darah tingginya naik
dan berbahaya bagi jiwanya? Aku tidak mau jadi menantu
“Mungkin aku pengen nikah lagi, jadinya selalu asin seperti durhaka, Mas. Pikirkanlah baik-baik.”
ini,” jawabku sekenanya.
Aku berpikir di warung kopi dan orang-orang ngomong harga
“Memang begitu, ya?” garam. Istri satu saja susah, apalagi istri dua. Gampangnya
kalau pas tidur, kalau sudah bangun perlu ini-itu.
“Mitosnya orang Jawa begitu. Kalau waktu pacaran, katanya
pengen nikah, kalau sudah nikah tetap saja asin terus, artinya Aku pulang jalan kaki, karena dekat tentunya, dan di gang
pengen nikah lagi.” gelap, tiba-tiba ada orang dari belakang membekap mulutku
sambil mengancam minta uang. Ya Tuhan, asin sekali telapak
“Kalau begitu, Mas harus menikah lagi,” ujarnya serius yang tangannya. Kujurus dia dan kubanting, lalu lari aku menuju
kukira sebenarnya hanya pura-pura. rumah dalam perasaan sangat gembira. Kuminta istriku
mengulurkan tangannya. Kuciumi telapak tangannya. Tidak
Aku sudah melupakannya dengan mengemasi barang-barang terlalu asin. Kuminta dia menggerak-gerakkannya agar
yang besok pagi harus kukirim pada pembeli. Banyak yang berkeringat.
pesan lemari model bongkar pasang. Lama-lama, kupikir,
semua benda bisa dibongkar pasang dengan mudah termasuk Ya Tuhan, asin sekali rasanya. Ini sumbernya, dia berkeringat
sandal dan sepatu. Istriku muncul dari dalam kamar. Dia masih berlebihan saat memasak, dan keringat itu adalah jenis keringat
memakai mukena. “Aku sudah shalat istikharah, Mas, hatiku langka yang diderita orang-orang tertentu.
mantep, Mas harus menikah lagi.” “Jadi, solusinya sarung tangan atau menikah lagi?” tanyaku
menggoda dan istriku jadi tersipu-sipu malu. (2017).
Aku mulai curiga bahwa dia benar-benar serius. Kecil
kemungkinan orang seperti dia bercanda setelah shalat.
Apalagi, bercanda dengan membawa-bawa shalat. Kuhalau
pikirannya. Kubilang, tadi aku hanya bercanda. Apa kita yang
berpendidikan percaya pada mitos?
1
Kedaulatan Rakyat edisi Minggu 6 Agustus 2017

You might also like