You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gaya hidup di zaman sekarang membuat seseorang menjadi
menyepelekan sesuatu yang dianggap biasa-biasa saja namun ternyata bila
di abaikan akan menimbulkan masalah yang berdampak luar biasa salah
satunya adalah meneyepelekan tentang masalah gaya hidup yang tidak
sehat. Kebanyakan masyrakat memilih untuk serba instan tanpa mimikirkan
dampak dari keinstanan tersebut. Dewasa ini orang lebih berfokus tentang
penyakit yang menular tetapi tidak memikirkan bahwa penyakit tidak
menular juga membahayakan salah satunya adalah masalah dispepsia
syndrom yang timbul akibat gaya hidup tidak sehat seperti pola makan yang
tidak taratur, makan makanan pedas dan berminyak, mengkonsumsi kopi,
alkohol dan lain-lain yang memicu terjadinya masalah dispepsia. Masalah
tersebut bila dibiarkan dan di anggap sepeleh akan berdampak buruk bagi
pertumbuhan maupun kesehatannya sesorang (Riani, 2019).
Dispepsia merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang
terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Kasus dispepsia di
dunia mencapai 13-40% dari total populasi setiap tahun. Dispepsia kini
menjadi kasus penyakit yang diprediksi akan meningkat dari tahun ke tahun.
WHO (World Health Organization) telah memprediksikan pada tahun 2020,
proporsi kesakitan menjadi 60% dan proporsi angka kematian karena
penyakit tidak menular (PTM) akan meningkat menjadi 73% di dunia,
sedangkan untuk negara SEARO (South East Asian Regional Office) pada
tahun 2020 diprediksi angka kesakitan karena penyakit tidak menular akan
meningkat 42% dan angka kematian meningkat menjadi 50% (Marliyana,
Andora, & Atikah, 2020).
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) beberapa
negara di Benua Eropa, negara Amerika Serikat dan Oceania menunjukkan
bahwa prevalensi kejadian dispepsia bervariasi antara 5-43 %.5 Berdasarkan
data yang ada, prevalensi gejala dispepsia berdasarkan umur ditemukan
meningkat secara signifikan yaitu : 7,7% pada umur 15-17 tahun, 17,6%
pada umur 18-24 tahun, 18,3% pada umur 25-34 tahun, 19,7% pada umur
35-44 tahun, 22,8% pada umur 45-54 tahun, 23,7% pada umur 55-64 tahun,
dan 24,4% pada umur di atas 65 tahun. Sedangkan gejala dispepsia lebih
sering pada perempuan 24,4% dibanding 16,6% pada laki-laki
(Miftahussurur & Suguhartono, 2021).
Depkes RI mengatakan bahwa dispepsia di Indonesia mcnempati
urutan ke-15 dari 50 penyakit yang menyertai pasien rawat inap terbanyak
(Marliyana, Andora, & Atikah, 2020). Penyakit dispepsia berada pada
peringkat ke-10 dengan proporsi 1,5% untuk kategori 10 penyakit terbesar
pada pasien rawat jalan seluruh rumah sakit di Indonesia (Kemenkes, RI,
2018). Di Kalimantan Selatan sendiri menurut Badan Pusat Statistik
Kota Banjarmasin 2019 Dispepsia menempati urutan ke-6 dengan
jumlah kasus sebanyak 25.085 orang menderita dispepsia di Kota
Banjarmasin. Sedangkan dari data RekamMedis Rumah Sakit Suaka Insan
Banjarmasin pada tahun 2022 dari bulan Januari sampai bulan Juni 2022
didapatkan data 18 orang pasien dengan sindrom dispepsia yang
mengunjungi rumah sakit untuk berobat. Sebanyak 10 atau 55,56% orang
dirawat inap dan 8 atau 44,45 % orang rawat jalan.
Melihat dari data di atas hal ini menunjukkan bahwa masih
tingginya angka penyakit sindrom dispepsia yang dijumpai baik dunia,
indinesia bahkan di kalimantan selatan dan kunjungan pasien dengan
dispepsia di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin. Perlu di ketahui bahwa
dispepsia merupakan salah satu masalah pencernaan yang paling umum
ditemukan. Faktor penyebab dari dyspepsia antara lain adalah stress,pola
hidup seperti minum kopi,konsumsi alcohol dan merokok menjadi faktor
pemicu terjadinya rasa tidak nyaman pada perut. Hal tersebut dikarenakan
adaya peningkatan asam lambung (HCL) yang mengiritasi mukosa
lambung. Sekresi asam lambung Kasus dispepsiafungsional umumnya
mempunyai tingkat sekresi asam lambung, baik sekresi basal maupun
dengan stimulasi pentagastrin, yang rata-rata normal. Diduga terdapat
peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan
rasa tidak enak di perut Peningkatan sensitivitas mukosa lambung dapat
terjadi akibat pola makan yang tidak teratur. Pola makan yang tidak teratur
akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi dalam pengeluaran sekresi
asam lambung. Jika hal ini berlangsung dalam waktu yang lama, produksi
asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa
pada lambung bila hal ini terjadi maka akan menimbulkan gejala seperti
mual, muntah dan juga rasa tidak nyaman dan nyeri di daerah perut bagian
atas (Rani et al., 2011).
Tingginya angka kejadian sindrom dispepsia serta keadaan pasien
dengan dispepsia yang berada dalam kondisi gawat darurat, peran perawat
sangatlah penting. Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) dituntut untuk
selalu menjalankan perannya diberbagai situasi dan kondisi yang meliputi
tindakan penyelamatan pasien secara professional khususnya penanganan
pada pasien dengan gawat darurat dimana pasien yang masuk IGD dengan
masalah dispepsia syndrom maka akan menimbulkan masalah keperawatan
seperti kekurangan volume cairan, nyeri akut, dan bahkan bisa mengarah
pada resiko syok hipovolomi. Sebagai pelaku atau pemberi asuhan
keperawatan perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan pada pasien
dispepsia secara langsung atau tidak langsung seperti edukasi bagi pasien
dan keluarga mengenai penyebab dispepsia dan pencegahan agar tidak
mengalami masalah dipepsia Ida, M. (2016). Hal ini diberikan oleh perawat
IGD dengan mengunakan pendekatan proses keperawatan yaitu Asuhan
keperawatan secara komprehensif dan holistic adalah pola perawatan pasien
yang berorientasi pada masalah pasien dan kebutuhan dasar pasien (bio-
psiko-sosio-spiritual) secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
melaksanakan pengelolaan kasus asuhan keperawatan dalam bentuk Studi
Kasus dengan Judul “LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT PASIEN NY.J DENGAN DISPEPSIA SYNDROM DI UNIT
GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT SUAKA INSAN
BANJARMASIN”.
B. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Bagi pasien dan keluarga diharapkan agar pasien dan keluarga dapat
mengetahui tentang penyakit dan perawatan Dispepsia. Pasien dan
keluarga juga mampu meningkatkan kualitas kesehatan dan juga tahu
proses terjadinya penyakit, faktor penyebab yang harus dihindari, serta
tahu cara penangananya.
2. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan mahasiswa khususnya dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan kegawat daruratan di IGD pada pasien dengan kasus
Dispepsia. Mahasiswa juga mampu mengaplikasikan teori asuhan
keperawatan pada klien dengan sindrom dispepsia dan mempelajari lebih
dalam asuhan mengenai penyakit dan pelaksanaan dalam asuhan
keperawatan secara teori. Hal ini akan membuat mahasiswa/i
keperawatan lebih mudah dalam menerapkan teori sesuai dengan
kenyataan di lapangan, sehingga ilmu yang telah didapatkan dan
dipelajari dapat terus digunakandan dikembangkan
3. Bagi Para Perawat yang Bertugas di Pelayanan Keperawatan
Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit khususya perawat pelaksana
di IGD untuk menambah pengetahuan perawat dalam penatalaksanaan
kegawat daruratan pada pasien Dispepsia. Perawat dapat memberikan
pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan yang holistik
dalam segi bio-psyco-sosio- spiritual serta menyadari bahwa manusia
mahkluk sosial yang saling membutuhkan dengan demikian perawat
dapat mengerti kebutuhan klien dan perawatan yang tepat pada klien
dengan sindrom dispepsia.
4. Bagi Profesi-Profesi Terkait
a. Dokter
Bagi dokter diharapkan menambah informasi dan wawasannya
mengenai asuhan keperawatan pada pasien sindrom dispepsia yang
dapat digunakan sebagai parameter prognosis untuk meningkatkan
manajeman pengobatan dan perawatan bagi penderita dispepsia serta
dapat membantu memberikan masukan bagi asuhan keperawatan
yang masih kurang.
b. Laboratory Technician
Bagi Laboratory Technician diharapkan dapat dijadikan masukan
dan referensi, sehingga mampu menegakkan dan menjelaskan
mengenai hasil pemeriksaan penunjang bagi klien dengan sindrom
dispepsia sehingga dokter dan perawat mampu menegakkan
diagnosa dan memberikan asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar kepada klien.
c. Dietition
Kolaborasi dalam pemberian diet yang tepat untuk klien, sehingga
dapat memberikan asupan nutrisi yang seimbang dan memenuhi
kebutuhan klien khususnya pada saat pasien pulang atau memilih
untuk rawat jalan.
d. Psysiotherapist
Kolaborasi dengan petugas fisioterapi dalam memberikan masukan
mengenai langkah-langkah pengobatan selanjutnya bagi klien
sindrom dispepsia.
e. Pharmacist
Sebagai bahan referensi untuk memahami penatalaksanaan terapi
pengobatan pada penderita sindrom dispepsia, sehingga Pharmacist
dapat memberikan edukasi yang sesuai mengenai indikasi, interaksi,
efek samping, kontra indikasi obat-obatan yang diberikan pada
penderita dispepsia.
C. BATASAN MASALAH
Laporan Stase Keperawatan Komprehensif ini dibatasi hanya pada lingkup
asuhan keperawatan pasien Ny. J dengan Dispepsia Syndrom di ruang
perawatan IGD Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin pada tanggal 04 Juli
2022.
D. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan laporan studi kasus ini adalah agar mampu
menerapkan asuhan keperawatankegawatdaruratan pada pasien Ny.J
dengan dispepsia di ruangan Instalasi Gawat Darurat di IGD Rumah
Sakit Suaka Insan Banjarmasin.
2. Tujuan Khusus
Melaksanakan asuhan keperawatn kegawatdaruratan pada pasien
dengan dispepsia syndrom dimana mahasiswa mampu:
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada Pasien Ny.J dengan
dispepsia syndrom di ruangan Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Suaka Insan Banjarmasin.
b. Mahasiswa dapat menegakan diagnose pada Pasien Ny.J dengan
dispepsia syndrom di ruangan Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Suaka Insan Banjarmasin.
c. Mahasiswa dapat membuat perencanaan pada Pasien Ny.J dengan
dispepsia syndrom di ruangan Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Suaka Insan Banjarmasin.
d. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan pada Pasien Ny.J
dengan dispepsia syndrom di ruangan Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin.
e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi pada Pasien Ny.J dengan
dispepsia syndrom di ruangan Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Suaka Insan Banjarmasin.
f. Mahasiswa mampu membuat dokumentasi asuhan keperawatan
yang telah dilaksanakan pada Pasien Ny.J dengan dispepsia
syndrom di ruangan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Suaka
Insan Banjarmasin.

E. METODE
1. Wawancara
Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data yang sifatnya
mengidentifikasi masalah kesehatan klien secara langsung melalui tanya
jawab kepada klien tentang tanda dan gejala maupun keluhan yang
dirasakan klien, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keturunan,
gaya hidup klien.
2. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan melihat atau
mengamati secara langsung keadaan klien secara umum pasien, tanda
dan gejala, tingkat kesadaran klien baik fisik, sikap dan tingkah laku
klien ataurespon klien terhadap penyakit
3. Pemeriksaan Fisik
Teknik pemeriksaan fisik yang digunakan yaitu:
a. Inspeksi: Observasi menggunakan mata, yang di inspeksi adalah
tingkat kesadaran, respon sensorik, motorik dan verbal.
b. Perkusi: metode dengan cara mengetuk area tubuh, yang biasanya
diperiksa adalah area dada (jantung dan paru) dan area abdomen.
c. Palpasi: metode yang dilakukan dengan sentuhan atau rabaan untuk
mendeterminasi ciri-ciri organ atau jaringan untuk klien.
d. Auskultasi : Metode dengan cara mendengarkan dengan stetoskop.
Auskultasi di area thoraks dan abdomen untuk mengidentifikasi
abnormalitas bunyi jantung dan paru.
4. Diagnostik Test Review
Pengumpulan data yang diperoleh dari status klien yang berisi program
terapi, pemeriksaan diagnostic (hasil laboratorium) seperti darah lengkap,
kimia darah, analisa gas darah dan pemeriksaan, pemeriksaan , dan hasil
pemeriksaan EKG.
5. Rekam Medik
Mencari data dengan mempelajari catatan-catatan medic dan
keperawatan yang ada hubungannya dengan keadaan klien dan
mendapatkan informasi tentang klien dari pembimbing di lahan praktik
mengenai masalah klien.
6. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yang digunakan dalam penyusunan laporan studi
kasus ini mengacu pada studi kepustakaan, baik yang ada di
perpustakaan, internet yang berhubungan dengan pada buku-buku dan
artikel jurnal yang membahas tentang Pneumonia sebagai bahan
referensi.

You might also like