You are on page 1of 45

LAPORAN INDIVIDU

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PRAKONSEPSI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KENJERAN SURABAYA

ROSLYNE FARAH VANNISYA


NIM. P27824622087

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Prakonsepsi ini dilaksanakan sebagai


dokumentasi/laporan praktik Blok 2 yang telah dilaksanakan di Puskesmas
Kenjeran Surabaya periode praktik tanggal 03 Oktober s/d 14 Oktober 2022.

Surabaya, 03 Oktober 2022

Roslyne Farah Vannisya


P27824622087

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Kusnaini A.Md. Keb. Elfira Nurul Aini, SST., M.Keb Ahdatul Islamiah, S.Tr., M.Keb.
NIP. 198005312007012006 NIP. 198901252020122004 NIP. 199006062020122008

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Kenjeran Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan

dr. Rosna Suswanti Evi Pratami, SST., M.Keb.


NIP. 197705212011012008 NIP. 197905242002122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah swt, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan individu yang berjudul “Praktik Asuhan
Kebidanan Holistik Prakonsepsi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kenjeran Surabaya”.
Laporan ini disusun sebagai salah satu target dokumentasi/laporan praktik blok 2
pada tanggal 03 Oktober s/d 14 Oktober 2022.
Dalam penyusunan laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk
dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dr. Bambang Hadi Sugito, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Surabaya
2. Astuti Setiyani, S.ST., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya.
3. Evi Pratami, SST., M.Keb., selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Surabaya.
4. dr. Rosna Suswanti, selaku Kepala Puskesmas Kenjeran Surabaya.
5. Kusnaini, A.Md.Keb., selaku Pembimbing Puskesmas Kenjeran, yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta masukan dalam menyusun laporan ini.
6. Ahdatul Islamiah, SST., M.Keb., selaku Pembimbing Pendidikan 1, yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta masukan dalam menyusun laporan ini.
7. Elfira Nurul Aini, SST., M.Keb., selaku Pembimbing Pendidikan 2, yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta masukan dalam menyusun laporan ini.
8. Klien yang telah bersedia menjadi pasien asuhan kebidanan, terima kasih untuk
atas kerjasamanya yang baik.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan
ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan

1
pahala atas segala amal baik yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Surabaya, 03 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Tujuan Praktik ...............................................................................................4
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................................4
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................................4
1.3 Lama Praktik .................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................5
2.1 Konsep Dasar Remaja ...................................................................................5
2.2 Konsep Dasar Menstrual Hygiene.................................................................15
2.3 Konsep Dasar Asuhan Remaja .....................................................................20
BAB III TINJAUAN KASUS ..........................................................................33
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................42
BAB V PENUTUP ............................................................................................44
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................44
5.2 Saran ..............................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi.
Pra artinya sebelum (Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah
bertemunya sel telur (ovum) dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari,
2011). Prakonsepsi adalah masa sebelum kehamilan terjadi. Sehingga Masa
prakonsepsi merupakan masa sebelum hamil. Perempuan prakonsepsi
diasumsikan sebagai perempuan dewasa atau perempuan usia subur yang siap
menjadi seorang ibu (Nisa, 2018).
Periode prakonsepsi memiliki rentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum
dan sperma matur, yaitu 100 hari sebelum konsepsi. Status gizi dalam kurun
waktu tiga sampai enam bulan pada masa prakonsepsi merupakan penentu
bagi kondisi bayi yang akan dilahirkan. Wanita prakonsepsi diasumsikan
sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur (WUS) yang sudah siap
menjadi seorang ibu. Pada masa prakonsepsi kebutuhan gizi pada WUS
sangat perlu diperhatikan, karena jika gizinya tidak tercukupi dapat
mengakibatkan berbagai masalah kesehatan salah satunya yaitu anemia
(Simotupang, 2018).
Anemia adalah kadar Hemoglobin (Hb) yang lebih rendah dari normal
(WHO, 2011). Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin
hemotokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok
untuk perorangan (Arismanm 2014). Anemia masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat secara global. World Health Organization (WHO)
memperkirakan jumlah penderita anemia di seluruh dunia sekitar dua miliar.
Anemia akan memberikan dampak kesehatan bagi semua kalangan termasuk
pada wanita usia subur (WUS) salah satunya adalah calon pengantin. Dampak
anemia pada WUS atau calon ibu akan terbawa hingga dia menjadi ibu hamil.
Anemia defisiensi besi (ADB) pada ibu hamil akan memberikan dampak

4
negatif terhadap kehamilan, pasca kelahiran, pertumbuhan, bahkan sampai
dewasa seperti 7,8% anak dari wanita hamil dengan ADB mengalami
retardasi pertumbuhan, sebanyak 10,2% mengalami abortus, dan 4,3% lahir
prematur.
Data WHO tahun 2015 menunjukkan lebih dari 20% atau 2 miliar orang di
dunia berstatus anemia. Prevalensi anemia diperkirakan 9 persen di negara-negara
maju, dan 43 persen di negara berkembang. Prevalensi anemia pada WUS sebesar
30 persen dan pada wanita hamil sebesar 42 persen. Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2018 menunjukkan persentase anemia pada WUS di Indonesia
mengalami peningkatan dibanding data Riskesdas 2013 menjadi 48,9%. Persentase
ibu hamil yang mengalami anemia juga meningkat dibandingkan hasil Riskesdas
tahun 2013 menjadi 37,1 persen (Kemenkes, 2018).
Penyebab prevalensi anemia yang tinggi pada wanita dikarenakan berbagai
faktor antara lain konsumsi zat besi yang tidak cukup dan absorbsi zat besi yang
rendah, pendarahan, penyakit malaria, infeksi cacing maupun infeksi lainnya, namun
lebih dari 50% kasus anemia yang terbesar di seluruh dunia secara langsung
disebabkan oleh kurangnya asupan (intake) zat besi serta kekurangan salah satu zat
gizi yang berperan dalam metabolisme zat besi, eritropoesis, maupun pembentukan
hemoglobin antara lain besi (Fe), seng (Zn), vitamin A, dan vitamin C. Sampai saat
ini penanggulangan masalah anemia di Indonesia masih terfokus pada ibu hamil
dengan program pemberian tablet besi folat (Tablet tambah Darah atau TTD) yang
mengandung 60mg elemental besi dan 250µg asam folat setiap hari satu tablet
selama 90 hari berturut-turut selama masa kehamilan (Oky Nur Sahana, 2018).
Kementerian kesehatan telah berupaya dalam menurunkan tingkat
anemia, yang dimulai dengan program pemberian tablet tambah darah pada
remaja putri dan wanita usia subur untuk mempersiapkan masa kehamilan.
Kemenkes juga melakukan penanggulangan anemia melalui edukasi dan
promosi gizi seimbang, fortifikasi zat besi pada bahan makanan serta
penerapan hidup bersih dan sehat (Kemenkes, 2018).
Oleh karena wanita usia subur (WUS) adalah kelompok masyarakat
yang sedang mempersiapkan kehamilan dan sangat rentan anemia
membutuhkan asupan zat gizi yang lebih, dan keberadaan zat gizi mikro
dalam tubuh saling mempengaruhi, maka diperlukan kombinasi mikronutrien

5
berupa vitamin dan mineral yang lebih baik dan cukup, agar zat besi yang
masuk ke dalam tubuh dapat diabsorpsi maksimal dan dapat mencegah
timbulnya anemia.

1.2 Tujuan Praktik


1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara holistik pada prakonsepsi.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian secara komprehensif pada
prakonsepsi.
2. Mahasiswa mampu melaksanakan interpretasi data secara komprehensif pada
prakonsepsi.
3. Mahasiswa mampu melakukan diagnosa potensial pada prakonsepsi.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang
mungkin timbul pada prakonsepsi.
5. Mahasiswa mampu memutuskan pemberian tindakan asuhan secara
komprehensif pada prakonsepsi.
6. Mahasiswa mampu melakukan tindakan asuhan kebidanan pada prakonsepsi
secara menyeluruh.
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan kebidanan yang
telah diberikan pada prakonsepsi.

1.3 Manfaat Praktik


1.3.1 Manfaat Teoritis
Terkait dengan pengembangan ilmu dalam ilmu kesehatan reproduksi
di masa prakonsepsi. Dari laporan ini didapatkan paparan pengetahuan dan
pengembangan mengenai asuhan kebidanan yang diberikan kepada
prakonsepsi.
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Bagi tenaga kesehatan dan calon tenaga kesehatan

6
Dapat meningkatkan kompetensi dengan menambah ilmu pengetahuan
yang dimiliki dan juga harus lebih terampil dalam memberikan asuhan
prakonsepsi kepada klien.
2. Bagi Calon Pengantin
Dapat mengetahui kondisi dan melakukan pemantauan kondisi pada
prakonsepsi, serta memberikan tatalaksana sesuai dengan kondisi kesehatan
calon pengantin.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menunjang pemberian asuhan kebidanan kepada klien dengan
cara memfasilitasi beberapa referensi yang dapat mendukung pemberian
asuhan kebidanan. Sehingga mahasiswa dapat menambah ilmu
pengetahuannya tentang asuhan kebidanan prakonsepsi.

1.4 Lama Praktik


Praktik dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kenjeran Surabaya,
pada tanggal 03 Oktober s/d 14 Oktober 2022.

7
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Prakonsepsi


2.2.1 Definisi Prakonsepsi
Masa prakonsepsi merupakan periode kritis dalam mencapai hidup
yang sehat, terutama bagi pasangan yang akan membangun rumah tangga.
Prakonsepsi terdiri atas dua kata, yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum
dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dan sel sperma sehingga terjadi
pembuahan. Secara harfiah prakonsepsi adalah periode sebelum terjadinya
pembuahan yaitu pertemuan sel sperma dengan ovum. Periode prakonsepsi
memiliki rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi,
tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu 100
hari sebelum konsepsi (Susilowati, dkk 2016).
Rhode Island Departement of Health (2012) menyimpulkan bahwa
wanita prakonsepsi merupakan wanita yang siap menjadi ibu, merencanakan
kehamilan dengan memperhatikan kesehatan diri atau kesehatan reproduksi,
kesehatan lingkungan, serta pekerjaannya. Oleh sebab itu, masa prakonsepsi
ini harus diawali dengan hidup sehat, seperti memperhatikan makanan yang
dimakan oleh calon ibu.
Persiapan prakonsepsi merupakan suatu langkah-langkah penilaian dan
intervensi yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan memodifikasi resiko
medis, perilaku, dan sosial kesehatan wanita, serta hasil kehamilannya dari
sebelum konsepsi (Hadar, et al, 2015). Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) mengidintifikasi empat tujuan untuk meningkatkan
kesehatan prakonsepsi di antaranya yaitu:
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan prakonsepsi.
b. Meyakinkan bahwa semua wanita usia subur bisa menerima pelayanan
perawatan prakonsepsi yang akan memungkinkan mereka akan kesehatan
yang optimal.

8
c. Mengurangi resiko lahir cacat.
d. Mengurangi hasil kehamilan yang merugikan (Rhode Island Departement of
Health, 2012).

2.2 Konsep Dasar Pranikah


2.2.1 Definisi Pranikah
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad)
perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum danajaran
agama. Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari
pranikah adalah sebelum menikah atau sebelum adanya ikatan perkawinan
(lahir batin) antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri (Setiawan,
2017).
Menurut BKKBN batasan usia pernikahan yaitu 21 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang secara
biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30
tahun bagi pria (BKKBN, 2017).

2.2.2 Persiapan Pranikah


Dalam Kemenkes (2015), persiapan pernikahan meliputi kesiapan
fisik, kesiapan mental/psikologis dan kesiapan sosial ekonomi.
1. Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila telah
selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun. Persiapan fisik
pranikah meliputi pemeriksaan status kesehatan, status gizi, danlaboratorium
(darah rutin dan yang dianjurkan).
2. Kesiapan Mental/Psikologis
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan suda merasa siap untuk
mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk mengasuh dan
mendidik anak.
3. Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak hanya

9
membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang baik untuk
membuatnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Status sosial ekonomijuga
dapat mempengaruhi status gizi calon ibu, seperti status sosial ekonomi yang
kurang dapat meningkatkan risiko terjadi KEK dan anemia.

2.2.3 Pemeriksaan Kesehatan Pranikah


Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk
mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang
sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan kesehatan
masa sebelum hami sebagaimana yang dimaksud dilakukan pada remaja,
calon pengantin, dan pasangan usia subur (PMK No. 97 tahun 2014). Menurut
Kemenkes (2015) dan PMK No. 97 tahun 2014, kegiatan pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah sebagaimana yang
dimaksud meliputi:
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda
vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status gizi
(menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status
anemia). Penilaian status gizi seseorang dapat ditentukan dengan menghitung
Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41 Tahun 2014
tentang Pedoman Gizi Seimbang, sebagai berikut:

Keterangan :
BB (Kg) = berat badan dalam kilogram
[TB (m)]2 = tinggi badan dalam meter dikuadratkan

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya


sebagai berikut:

10
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
Jika seseorang termasuk kategori :
a. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
b. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes, 2011).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LILA pada kelompok
Wanita Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini yang
mudah untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK).Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah
23,5 cm. Apabila LILA < 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya
wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan
berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko kematian, gizi
kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak (Supariasa, dkk,
2014).
b. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis,
terdiri atas pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan
urin yang diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015):
1. Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah. Pemeriksaan
hemoglobin untuk mengetahui status anemia seseorang. Pemeriksaan darah
yang dianjurkan meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria
(daerah endemis), hepatitis B, hepatitis C, IMS (sifilis), dan HIV, serta

11
pemeriksaan lainnya sesuai dengan indikasi.
a) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat
mempengaruhi fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur (diabetes tipe 1),
meningkatkan risiko mengalami Polycystic ovarian syndrome (PCOS) pada
diabetes tipe 2, inkontensia urine, neuropati, gangguan vaskuler, dan keluhan
psikologis yang berpengaruh dalam patogenesis terjadinya penurunan libido,
sulit terangsang, penurunan lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan
dyspareunia. Selain itu diabetes juga berkaitan erat dengankomplikasi selama
kehamilan seperti meningkatnya kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya
risiko ketonemia, preeklampsia, dan infeksi traktus urinaria, serta
meningkatnya gangguan perinatal (makrosomia, hipoglikemia, neonatus, dan
ikterus neonatorum) (Kurniawan, 2016).
b) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh virus
hepatitis B, ditandai dengan peradangan hati akut atau menahin yang dapat
berkembang menjadi sirosis hepatis (pengerasan hati) atau kanker hati. Gejala
hepatitis B adalah terlihat kuning pada bagian putih mata dan pada kulit,
mual, muntah, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan demam.
Dampak hepatitis B pada kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus,
premature, dan IUFD. Dapat dicegah dengan melaksukan vaksinasi dan
menghindari hal- hal yang menularkan hepatitis B (Kemenkes, 2017).
c) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyakit yang tergolong dalam IMS seperti sifilis,gonorea, klamidia,
kondiloma akuminata, herpes genitalis, HIV, dan hepatitis B, dan lain-lain.
Gejala umum infeksi menular seksual (IMS) pada perempuan:
a) Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna, dan gatal
b) Gatal di sekitar vagina dan anus
c) Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina atau anus
d) Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak

12
berhubungan dengan menstruasi
e) Keluar darah setelah berhubungan seksual
f) Demam
Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki:
a) Kencing bernanah, sakit, perih atau panas pada saat kencing
b) Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis dan
selangkangan paha
c) Pembengkakan dan sakit di buah zakar
d) Gatal di sekitar alat kelamin
e) Demam
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi kesehatan menutun,
mudah tertular HIV/AIDS. Mandul, keguguran, hamil di luar kandungan,
cacar bawaan janin, kelainan penglihatan, kelainan syaraf, kanker serviks,
dan kanker organ seksual lainnya.
d) Pemeriksaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang
dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan infeksi sehingga
tubuh mudah tertular berbagai penyakit. Penularan HIV di dapatkan di dalam
darah dan cairan tubuh lainnya (cairan sperma, cairan vagina, dan air susu
ibu). Cara penularan HIV melalui:
1) Hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
2) Penggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan orang yang sudah
terinfeksi HIV (alat suntik, alat tindik, dan alat tato).
3) Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya. Penularan dapat
terjadi selama kehamilan, saat melahirkan, dan saat menyusui.
4) Transfusi darah atau produk darah lainnya yang terkontaminasi HIV.
Cara pencegahan penularan HIV – AIDS dapat dilakukan dengan
ABCDE yaitu:
1) Abstinence (tidak berhubungan seksual)
2) Be faithful (saling setia, tidak berganti pasangan)
3) Use Condom (menggunakan kondom jika memiliki perilaku seksual

13
berisiko)
4) No Drugs (tidak menggunakan obat-obat terlarang, sepertinarkotika, zat
adiktif, tidak berbagi jarum (suntik, tindik, tato) dengan siapapun.
5) Education (membekali informasi yang benar tentang HIV/AIDS)
c. Pemberian imunisasi
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin
yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang
periodik dan berat. Tetanus toxoid (TT) akan merangsang pembentukan
antibodi spesifik yang mempunyai peranan penting dalam perlindungan
terhadap tetanus. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya
akan membentuk antibodi tetanus. Seperti difteri, antibodi tetanus termasuk
dalam golongan imuno globulin G (IgG) yang mudah melewati plasenta,
masuk dan menyebar melalui aliran darah janin ke seluruh tubuh janin, yang
akan mencegah terjadinya tetanus neonatorum (Saifuddin, 2012).
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan
seumur hidup untuk melindungi ibu bayi terhadap penyakit tetanus.
Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT
Dosis Saat Pemberian % Lama
Perlindungan Perlindunga n

TT I Pada saat kunjungan pertama atau 0% 1 tahun


sedini mungkin pada kehamilan

TT II Minimal 4 minggu setelah TT I 80 % 3 tahun


TT III Minimal 6 bulan setelah TT II atau 95 % 5 tahun
selama kehamilan berikutnya
TT IV Minimal setahun setelah TT III 99 % 10 tahun
kehamilan berikutnya
TT V Minimal setahun setelah TT 99 % 25 tahun/ selama
kehamilan berikutnya seumur hidup
Sumber: Kemenkes, 2017.
Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah apabila telah
mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5.
d. Suplementasi gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui

14
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi,serta
defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi
seimbang dan tablet tambah darah.
e. Konseling/Konsultasi kesehatan pranikah
Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan pranikah,
konseling edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun program persiapan
pernikahan. Konseling pranikah merupakan suatu proses konseling yang
diberikan kepada calon pasangan untuk mengenal, memahami dan menerima
agar mereka siap secara lahir dan batin sebelum memutuskan untuk
menempuh suatu perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017).

2.2 Konsep Dasar Anemia


2.2.1 Pengertian Anemia
Anemia adalah kadar Hemoglobin (Hb) yang lebih rendah dari normal
(WHO, 2011). Anemia sebagai suatu keadaan dimana rendahnya konsentrasi
hemoglobin (Hb) atau hematokrit berdasarkan nilai ambang batas yang
disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb,
meningkatnya kerusakan eritrosit (hemolisis), atau kehilangan darah yang
berlebihan (Citrakesumasari, 2012). Anemia merupakan keadaan
menurunnya kadar hemoglobin hemotokrit dan jumlah sel darah merah di
bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arismanm 2014).
2.2.2 Klasifikasi Anemia
Penegakkan diagnosis anemia dilakukan dengan pemeriksaaan
laboratorium kadar hemoglobin/Hb dalam darah dengan menggunakan
metode Cyanmethemoglobin (WHO, 2011). Hal ini sesuai dengan Permenkes
Nomor 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat
Kesehatan Masyarakat. Rematri dan WUS menderita anemia bila kadar
hemoglobin darah menunjukkan nilai kurang dari 12 g/dL.

15
Tabel 2.1 Klasifikasi Anemia menurut Kelompok Umur

2.2.3 Etiologi Anemia


Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi
asam folat, vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama
disebabkan karena produksi/kualitas sel darah merah yang kurang dan
kehilangan darah baik secara akut atau menahun. Menurut Kemenkes (2018),
ada 3 penyebab anemia, yaitu:
1. Defisiensi zat gizi
a. Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan
pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk pembuatan
hemoglobin sebagai komponen dari sel darah merah/eritrosit. Zat gizi
lain yang berperan penting dalam pembuatan hemoglobin antara lain
asam folat dan vitamin B12.
b. Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan
keganasan seringkali disertai anemia, karena kekurangan asupan zat
gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri.
2. Perdarahan (Loss Of Blood Volume)
a. Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang
mengakibatkan kadar Hb menurun.
b. Perdarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan
3. Hemolitik
a. Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai karena
terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat besi
(hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa.

16
b. Pada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara genetik yang
menyebabkan anemia karena sel darah merah/eritrosit cepat pecah,
sehingga mengakibatkan akumulasi zat besi dalam tubuh.
2.2.4 Patofisiologi Anemia
Anemia zat besi terjadi ketika pasokan besi tidak mencukupi untuk
pembentukan sel darah merah optimal, sehingga sel-sel darah merah yang
terbentuk berukuran lebih kecil (Mikrositik), warna lebih muda (hipokromik).
Simpanan besi dalam tubuh termasuk besi plasma akan habis terpakai lalu
konsentrasi transferin serum mengikat besi untuk transportasinya akan
menurun. Simpanan zat besi yang kurang akan menyebabkan deplesi zat
massa sel darah merah dengan hemoglobin yang dibawah normal, setelah itu
pengangkutan darah ke sel-sel di berbagai bagian tubuh juga berada dibawah
kondisi normal (Irianto, Koes, 2014).

2.2.5 Gejala Anemia


Gejala yang sering ditemui pada penderita anemia adalah 5 L (Lesu,
Letih, Lemah, Lelah, Lalai), disertai sakit kepala dan pusing (“kepala
muter”), mata berkunang-kunang, mudah mengantuk, cepat capai serta sulit
konsentrasi. Secara klinis penderita anemia ditandai d engan “pucat” pada
muka, kelopak mata, bibir, kulit, kuku dan telapak tangan (Kemenkes, 2018).
2.2.6 Dampak Anemia
Menurut Kemenkes (2018), anemia dapat menyebabkan berbagai
dampak buruk pada WUS, diantaranya:
1. Menurunkan daya tahan tubuh sehingga penderita anemia mudah terkena
penyakit infeksi.
2. Menurunnya kebugaran dan ketangkasan berpikir karena kurangnya oksigen
ke sel otot dan sel otak.
3. Menurunnya prestasi belajar dan produktivitas kerja/kinerja.
Dampak anemia pada WUS akan terbawa hingga dia menjadi ibu hamil
anemia yang dapat mengakibatkan:
1. Meningkatkan risiko Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), prematur, BBLR,

17
dan gangguan tumbuh kembang anak diantaranya stunting dan gangguan
neurokognitif.
2. Perdarahan sebelum dan saat melahirkan yang dapat mengancam
keselamatan ibu dan bayinya.
3. Bayi lahir dengan cadangan zat besi (Fe) yang rendah akan berlanjut
menderita anemia pada bayi dan usia dini.
4. Meningkatnya risiko kesakitan dan kematian neonatal dan bayi.
2.2.7 Pencegahan Anemia
Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilakukan dengan
memberikan asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan
pembentukan hemoglobin. Upaya yang dapat dilakukan adalah:
1. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi
Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi dengan pola makan
bergizi seimbang, yang terdiri dari aneka ragam makanan, terutama sumber
pangan hewani yang kaya zat besi (besi heme) dalam jumlah yang cukup
sesuai dengan AKG. Selain itu juga perlu meningkatkan sumber pangan
nabati yang kaya zat besi (besi non-heme), walaupun penyerapannya lebih
rendah dibanding dengan hewani. Makanan yang kaya sumber zat besi dari
hewani contohnya hati, ikan, daging dan unggas, sedangkan dari nabati yaitu
sayuran berwarna hijau tua dan kacang-kacangan. Untuk meningkatkan
penyerapan zat besi dari sumber nabati perlu mengonsumsi buah-buahan
yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, jambu. Penyerapan zat besi dapat
dihambat oleh zat lain, seperti tanin, fosfor, serat, kalsium, dan fitat.
2. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi
Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau lebih zat gizi
kedalam pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut.
Penambahan zat gizi dilakukan pada industri pangan, untuk itu disarankan
membaca label kemasan untuk mengetahui apakah bahan makanan tersebut
sudah difortifikasi dengan zat besi. Makanan yang sudah difortifikasi di
Indonesia antara lain tepung terigu, beras, minyak goreng, mentega, dan
beberapa snack.

18
3. Suplementasi zat besi
Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi
kebutuhan terhadap zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat besi.
Pemberian suplementasi zat besi secara rutin selama jangka waktu tertentu
bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat, dan perlu
dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat besi di dalam tubuh.

2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Calon Pengantin


2.2.1 Langkah-Langkah Asuhan Kebidanan Menurut Varney
1. Pengumpulan data dasar secara lengkap
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan secara lengkap dan akurat
dari berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara keseluruhan.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:

1) Data subjektif / anamnesa


a. Biodata
Nama : Untuk mengenal dan mengetahui pasien, nama harus jelas
dan lengkap agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan (Ambarwati, 2011).
Umur : Usia reproduksi sehat wanita adalah 20-35 tahun kehamilan
dapat berpotensi menyebabkan kelahiran preterm,
Intrauterine Growth retardation (IUGR), persalinan seksio
sesaria, perdarahan masa nifas, BBLR, dan premature
(Saifuddin, 2014).
Undang-Undang Republik Indonesia No 16 Tahun 2019
pada pasal 7 bahwa perkawinan hanya diizinkan apabila pria
dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun.
Agama : Sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan mental
dan spiritual terhadap pasien ( Manuaba, 2012)
Suku : Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut

19
oleh pasien.
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, karena tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap perilaku seseorang
(Ambarwati, 2010).
Pekerjaan : Pendapatan seseorang berpengaruh terhad ap
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup,
salah satunya adalah kebutuhan nutrisi. Kondisi nutrisi
yang kurang baik dapat menyebabkan terjadin y a
anemia pada ibu hamil, gangguan pertumbuhan janin
dalam uterus, BBLR, dan prematur (Reeder, dkk,
2011).
Alamat : Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut memberik a n
pengaruh terhadap kesehatan istri dan suami pad a
masa prakonsepsi. Beberapa penelitian menyebut k a n
bahwa perempuan yg bekerja di lingkungan pertania n
lebih sering mengalami abortus spontan dan kasus
Stillbirth (lahir mati) lebih sering dijumpai diantara
perempuan yang bertempat tinggal dekat tempat
aplikasi karbamat pada trimester II (Winard i, 2016).

b. Keluhan Utama :
Calon pengantin datang untuk melakukan pemeriksaan sebelum
menikah dan untuk persiapan pranikah.
c. Riwayat Menstruasi
Menarche : biasanya wanita menarche pada usia 11-14 tahun
HPHT : hari pertama haid terakhir yang dialami pasien
Siklus : Menurut penelitian Felicia (2015) status gizi juga akan
mempengaruhi siklus menstruasi pada wanita. Perlu di kaji
usia menarche catin perempuan, lama menstruasi dan
siklusnya. konsistensi encer, tidak bergumpal, warna merah
segar, ganti pembalut 2-3 kali, mengalami dishminore saat

20
haid hari pertama-hari kedua.
Dismenorea : setiap catin berbeda kadang ada yang mengalami
disminorea ada yang tidak mengalami dismenorea
d. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Dikaji calon pengantin pria dan wanita apakah pernah menderita gejala
yang mengarah pada penyakit hipertensi, DM, Asma,TBC, Hepatitis, jantung,
PMS, dan HIV/AIDS, memiliki alergi tertentu, memiliki riwayat penyakit
gondongan.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Dikaji calon pengantin wanita dan pria apakah pernah menderita gejala
yang mengarah pada penyakit hipertensi, DM, Asma,TBC, Hepatitis, jantung,
PMS, dan HIV/AIDS, memiliki alergi tertentu, memiliki riwayat penyakit
gondongan.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Dikaji dalam keluarga calon pengantin pria dan wanita apakah ada yang
menderita penyakit dengan gejala yang mengarah pada penyakit hipertensi,
DM, Asma, TBC, Hepatitis, jantung, PMS, dan HIV/AIDS
d) Riwayat Imunisasi TT
Dikaji apakah calon pengantin wanita rutin mengikuti imunisasi saat kecil,
dan apakah status sudah TT5 lengkap.
e) Riwayat Sosial Ekonomi
Alasan menikah, hubungan dengan keluarga, calon suami dan keluarga calon
suami. Sumber financial saat berumah tangga. Rencana kehamilan setelah
menikah. Hewan Peliharaan di rumah. Persiapan kehamilan.
f) Riwayat Seksual
Dikaji pola seksual calon pengantin pria dan wanita apakah pernah
melakukan hubungan seksual pranikah atau perilaku seksual berisiko,
melakukan kekerasan seksual, menderita IMS/HIV.
g) Riwayat Psikososial dan Budaya
Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat premarital

21
psychological screening antara lain: kepercayaan diri kedua pihak sebelum
membangun sebuah keluarga, kemandirian masing-masing calon dalam
memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari misal bekerja atau kendaraan dan
tempat tinggal pribadi, tidak lagi selalu bergantung pada orang tua,
kemampuan komunikasi antara kedua belah pihak yang dapat membantu
menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga serta penentuan pengambil
keputusan dalam keluarga, efek masa lalu yang belum terselesaikan harus
dapat dikomunikasikan secara terbuka antarakedua pihak. Selain itu hubungan
antara kedua pihak keluarga, seberapa jauh keluarga besar dapat menerima
atas pernikahan tersebut (Kemenkes, 2013).
h) Pola Fungsional Kesehatan
1) Nutrisi
Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan
angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda
perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400- 2800
kkal setiap hari. Kekurangan nutrisi akan berdampak pada penurunan fungsi
reproduksi (Felicia, 2015).
2) Eliminasi
Dikaji tentang BAK 4-5 kali per hari, warna kuning jerami. BAB 1x
sehari, konsistensi lunak, warna kuning trengguli.
3) Istirahat/tidur
Tidur/istirahat pada malam hari sangat baik dilakukan sekitar 7-8 jam
dan istirahat siang sekitar 2 jam (Varney, Kriebs, & Gegor, 2007).
4) Aktifitas
Dikaji pola aktivitas calon pengantin pria dan wanita apakah pernah
terpapar panas di area organ reproduksi, baik dari pekerjaan maupun
perilakunya.
5) Merokok
Pada wanita menyebabkan menopause dini dan masalah menstruasi.
Pada kehamilan meningkatkan risiko abortus spontan, kelahiran premature,
BBLR (Noviati Fuada, 2020).

22
6) Alkohol
Dapat mengakibatkan sindrom alkohol janin dengan gambaran
malformasi kongenital (Noviati Fuada, 2020).
i) Deteksi dini masalah kejiwaan SRQ-20 Interprestasi Hasil:
Hasil pemeriksaan SRQ-20 dari calon pengantin wanita dan
pengantin pria dari 20 pertanyaan apabila ada 5-7 jawaban “YA” berarti
menunjukkan adanya penyimpangan masalah kejiwaan.

2) Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan
respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan. Tingkat
kesadaan mulai dari keadaan composmentis (kesadaran
maksimal) sampai dengan koma (pasien dalam keadaan tidak
sadar) (Sulistyawati, 2014).
Tekanan darah : Tekanan darah yang normal yaitu rentang 100/60 mmHg -
<140/90 mmHg (Yuliani, Musdalifah, & Suparmi, 2017).
Suhu : Digunakan untuk mengetahui suhu tubuh, dalam keadaan normal
suhu badan berkisar 36,5 – 37,5°C. (Sulistiyowati, 2018)
Nadi : Denyut nadi pada Wanita dewasa sehat yang tidak hamil
memiliki rentang normal 60-100 kali per menit (Johnson dan
Taylor, 2005).
Respirasi : Tujuannya untuk mengetahui sistem fungsi pernafasan.
Pernapasan normalnya 16-24 kali per menit (Romauli, 2011).

2. Antropometri
Tinggi badan : WUS dengan tinggi badan <145 cm dapat berisiko terjadinya
CPD(Manuaba, 2012).
Berat badan : Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling
prakonsepsi mengalami amenore dan berat badannya
dibawah normal, maka harus diindikasikan untuk
meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila

23
mengalami obesitas, harus dianjurkan untuk mengurangi
asupan kalori supaya berat badannya turun sampai rentang
normal pada saat konsepsi, karena obesitas dalam masa
kehamilan meningkatkan resiko preeklampsia dan
gangguan tromboembolisme. Wanita juga harus
dianjurkan untuk meningkatkan asupan asam folat sebesar
400 mg per hari (Kemenkes, 2015; Varney, 2007). Ukuran
BB dan TB digunakan juga untuk menghitung Indeks Massa
Tubuh (IMT).
LiLA : Untuk mengetahui lingkar lengan klien. Apakah termasuk
normal, atau kurang dari normal dimana bertujuan untuk
mengetahui gizi kurang pada wanita usia subur antara usia 15 –
45 tahun yang terdiri dari remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan
pasangan usia subur (PUS). Batas minimal LILA adalah 23,5
cm (Kemenkes RI, 2013).
IMT : Indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI)
merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status
gizi, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan (Dep-kes, 2011). menurut Kemenkes RI
(2019), batas ambang IMT untuk Indonesia yaitu:
- Kurus (Underweight) : ≤ 18,4
- Normal : 18,5 – 25,0
- Gemuk (Overweight) : ≥ 25 - 27
- Obesitas : ≥ 27

3. Pemeriksaan fisik
Kepala dan : Untuk mengetahui kebersihan rambut, warna rambut, mudah
wajah rontok atau tidak. Dan untuk mengetahui wajah tampak
pucat/tidak,
Mata : Dilakukan pemerikasaan visus, kelopak mata apakah ada
oedema atau tidak, konjungtiva pucat atau tidak pucat.
Pemeriksaan ini dilakukan guna mendeteksi adanya anemia.

24
Telinga : Untuk mengetahui kebersihan telinga, apakah ada cairan
abnormal atau tidak, ada serumen atau tidak
Hidung : Untuk mengetahui apakah fungsi penciuman hidung baik atau
tidak, apakah ada septum dan polip

Mulut : Untuk mengetahui apakah warna bibir sianosis atau tidak dan
kelembapan bibir
Untuk mengetahui adakah karies, pembengkakan gusi dan
bercak jamur putih pada mulut
Leher : Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar (mendeteksi
adanya infeksi TB ), kelenjar tiroid (mendeteksi adanya
hipertiroidisme atau hipotiroidisme), dan tekanan pada vena
jugularis atau JVP mencerminkan tekanan darah pusat atau
central venous pressure (CVP) yang ekuivalen dengan tekanam
pada atrium kanan. Peningkatan CVP menunjukkan adanya
masalah seperti gagal jantung kanan, sedangkan penurunannya
menunjukkan adanya hipovalemia.
Pembesaran kelenjar tiroid menyebabkan hipertyroidisme pada
kehamilan meningkatkan pre-eklamsia, BBLR dan
perkembangan neurologis yang kurang baik (Fraser & Cooper,
2009).
Dada : Meliputi pemeriksaan pembesaran, simestris, areola, putting,
kolostrum dan tumor, untuk dada adakah retraksi pembesaran
kelenjar limfe ketiak, massa dan nyeri tekan
Payudara simetris tidak ada benjolan abnormal (Sofian, 2015).
Abdomen : Mengkaji riwayat luka akibat seksio sesaria sangat penting untuk
mengetahui apakah wanita tersebut pernah menjalani apendiktomi,
apakahada benjolan abnormal.
Genetalia : untuk mengetahui kebersihan vagina, adakah tanda- tanda
infeksi pada vagina. Pada palpasi vulva yang patologis akan
teraba tumor pada vulva, benjolan atau penebalan pada labium
mayora, dan teraba pembengkakan kelenjar Bartholini
(Manuaba, 2012).
Anus : Untuk mendeteksi adanya masalah seperti Haemoroid atau

25
adanya luka

Ekstermitas : untuk mengetahui bentuk,ada gangguan/kelainan atau tidak,


oedema atau tidak, varices atau tidak
4. Program terapi yang diperoleh (bila ada)
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Albumin
b. Reduksi urin
c. Hemoglobin
d. Golongan darah dan rhesus
e. HbsAg
f. HIV/AIDS
g. IMS (Sifilis)
2) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan
gigi, tes sperma, tes tuberculosis.
2.2.2 Diagnosa
Menurut (Kemenkes, 2011), perumusan diagnosa dan atau masalah
kebidanan, bidan dapat menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa
dan masalah kebidanan yang tepat.
Nn. “....” usia... tahun calon pengantin dengan prakonsepsi
2.2.3 Perencanaan
Rencana atau Intervensi asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang
ditemukan dalam pengkajian, (Kemenkes RI, 2017) meliputi:
1. Jalin komunikasi interpersonal dengan klien, dan menjelaskan tujuan dari
pengkajian yang dilakukan.
Rasional : Komunikasi yang baik akan menimbulkan keterbukaan yang baik
antara bidan dan calon pengantin.
2. Berikan informed consent.
Rasional : sebagai pertanggung jawaban bahwa klien bersedia atau tidak
diberi asuhan dan pelayanan sesuai kondisinya

26
3. Melakukan pemeriksaan pranikah sesuai SOP yang ada di Puskesmas
Kenjeran Surabaya yang meliputi :
- Pemeriksaan fisik dan antropometri
- Berkolaborasi dengan pihak laboratorium dalam pemeriksaan darah
lengkap
Rasional : untuk melakukan skrining pada pasangan prakonsepsi dan deteksi
awal adanya masalah yang dapat mengganggu persiapan kehamilan
4. Lakukan deteksi dini masalah kesehatan jiwa, menggunakan kuesioner yang
dikembangkan oleh WHO yaitu Self Reporting Questionnaire (SRQ-20) , dan
berikan edukasi terkait kestabilan emosional pada calon pengantin.
Rasional : Untuk mendeteksi adanya masalah psikososial pada calon
pengantin, sehingga apabila ditemukan adanya masalah psikososial dapat
segera diatasi.
5. Jelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah dimengerti sangat
penting bagi klien memahami kondisinya dan dapat mengambil keputusan
terkait dengan masalah yang dihadapi.
Rasional : Setiap pasien berhak mendapatkan informasi mengenai kondisi
kesehatannya.
6. Berikan KIE kepada klien meliputi :
- Kesehatan reproduksi dan gizi seimbang untuk mempersiapkan konsepsi.
Rasional: pengetahuan dan pendidikan kesehatan reproduksi dan gizi
seimbang bertambah, mampu menerapkan pada dirinya sehingga kesehatan
semakin baik untuk mempersiapkan kehamilan.
- Kehamilan dan perencanaan kehamilan.
Rasional: agar klien dapat mempersiapkan kehamilan dengan baik sehingga
tidak terjadi komplikasi.
- Kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai oleh calon pengantin. Rasional:
pengetahuan dan pendidikan mengenai penyakit yang perlu diwaspadai pada
calon pengantin bertambah, sehingga dapat menjaga kesehatan untuk
mempersiapkan kehamilan.
- Kesuburan (Masa Subur).

27
Rasional : pengetahuan mengenai masa subur bertambah sehingga klien dapat
menentukan masa suburnya.
- Jelaskan mengenai kekerasan dalam rumah tangga.
Rasional: pengetahuan mengenai kekerasan dalam rumah tangga bertambah
sehingga diharapkan klien dapat terhindar dari kekerasan dalam rumah
tangga.
- Kesehatan reproduksi, persiapan kehamilan, persalian, nifas dan menyusui
serta meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan reproduksi dan
prakonsepsi.
Rasional: pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, persiapan kehamilan,
persalian, nifas dan menyusui serta meningkatkan pengetahuan pasangan
tentang kesehatan reproduksi dan prakonsepsi.
7. Berikan pengobatan atau terapi bagi calon pengantin sesuai indikasi yang
dibutuhkan.
2.2.4 Pelaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011:6). Bidan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan
evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan
rujukan.
2.2.5 Evaluasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014)
dan berdasarkan buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin maupun bagi penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI
tahun 2018. Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi
dilakukan sesuai standar dan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien.
Menurut Kemenkes RI (2011:7), evaluasi ditulis dalam bentuk catatan
perkembangan SOAP, yaitu sebagai berikut:

28
S : data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
O : data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
A : hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P :penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaanyang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follow up dan rujukan.

29
BAB III
TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 05 Oktober 2022
Pukul : 10.00
Oleh : Roslyne Farah Vannisya
Tempat : Puskesmas Kenjeran
Data Subjektif
a. Biodata
Nama Istri : Nn. M
Umur : 26 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan
Swasta
Alamat : Bogorami
Selatan
Nomor Telepon : 0821xxx

b. Alasan Datang
Klien memeriksakan kesehatan untuk persiapan pernikahan, saat ini klien
datang sendiri karena calon suami berdomisili di luar wilayah PKM Kenjeran.
c. Keluhan
Tidak ada keluhan/masalah
d. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun Disminorhea : 1-2 hari saat haid
Siklus : teratur Banyak darah : 4-5x ganti pembalut/hari
Lama : 6-7 hari HPHT : 30-09-2022

30
e. Riwayat Imunisasi TT
Klien mengatakan status imunisasi lengkap hingga TT5.
f. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien sehat, tidak ada keluhan, tidak ketergantungan obat obatan apapun,
tidak menunda kehamilan setelah menikah.
g. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak ada alergi, tidak memiliki riwayat operasi dan trauma fisik, tidak
memiliki Riwayat penyakit menular (HIV, TBC, Hepatitis) dan penyakit
menurun (HT, diabetes, asma, jantung).
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga Nn M tidak memiliki riwayat penyakit menular (HIV, TBC,
hepatitis) dan penyakit menurun (HT, diabetes, asma, jantung)
g. Riwayat Sosial Ekonomi
Pendidikan terakhir klien adalah S1, klien bekerja di Perusahaan Swasta
Surabaya, klien tidak pernah merokok dan minum alkohol, tidak pernah
menggunakan narkoba/obat obatan terlarang.
h. Sexuality (Aktivitas Seksual)
Klien mengatakan tidak pernah melakukan hubungan seksual diluar nikah
i. Pola Aktivitas Sehari – hari
1) Aktivitas : klien sehari – hari kerja sebagai karyawan di perusahaan
swasta, melakukan olahraga rutin 1 kali seminggu setiap
kali libur kerja
2) Nutrisi : klien makan 3x/hari dengan menu (nasi, sayur, lauk
pauk), minum 8-10 gelas/hari, tidak ada alergi/pantang
makan tertentu
3) Personal Hygiene : mandi 2x/hari, keramas 2 hari sekali, ganti celana dalam
2-3x/hari saat setelah mandi dan saat terasa lembab.
4) Pola Eliminasi : BAB teratur 1 hari 1 kali, tidak ada keluhan seperti
konstipasi, BAK 4-8 x/hari, tidak ada keluhan,
Data Objektif
a. Keadaan Umum

31
Kesadaran : compos mentis
Tanda – tanda vital :
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Suhu : 36,8ᵒC
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 20x/menit
Antropometri :
BB : 48 Kg
TB : 158 cm
48
IMT :(1,58) 2 = 19,22 (normal)

LILA : 25 cm
b. Pemeriksaan Fisik
Wajah : pucat
Mata : konjungtiva pucat, sklera putih
Telinga : Tidak ada ada gangguan pendengaran
Hidung : Tidak lakukan terkait masih berada disituasi pandemi Covid-
19
Mulut : Tidak lakukan terkait masih berada disituasi pandemi Covid -
19
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, kelenjar limfe
maupun vena jugularis
Dada : Tidak dilakukan pengkajian
Abdomen : tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada luka
bekas operasi
Genetalia : Tidak dilakukan pengkajian
Ekstremitas :
Atas : tidak ada sindaktili maupun polidaktili, pergerakan bebas
Bawah : tidak ada sindaktili maupun polidaktili, pergerakan bebas
c. Pemeriksaan Penunjang
- Deteksi dini masalah kesehatan jiwa menggunakan kuesioner yang
dikembangkan oleh WHO yaitu Self Reporting Questionnaire (SRQ-20).

32
Hasil jawaban pada kuesioner SRQ Nn. M yaitu 1 Jawaban Ya dan 19
Jawaban Tidak, dimana dapat disimpulkan bahwa tidak adanya masalah
psikologis pada Nn. M
- Pemeriksaan Laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap meliputi
hemoglobin, eritrosit dan pemeriksaan HbsAg. Hasil pemeriksaan
laboratorium yaitu :
- Hb : 10,1 g/dL
- HIV : Non Reaktif
- Sifilis : Non Reaktif
- HbsAg : Non Reaktif
2. Analisa Data
Nn. “M” usia 26 tahun prakonsepsi dengan anemia sedang

3. Penatalaksanaan
Tanggal : 05 Oktober 2022
Pukul : 10.00 WIB
Tempat : Puskesmas Kenjeran

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien mengenai kondisinya saat ini,


bahwa klien mengalami anemia tingkat sedang.
e/ klien mengerti tentang kondisinya saat ini.
b. Memberikan KIE mengenai pengertian anemia, penyebab anemia, gejala
anemia, dampak anemia, dan pencegahan anemia sebagai penanganan dari
masalah klien.
e/ klien mengerti dan dapat memberikan umpan balik yang baik.
c. Memberikan contoh makanan yang dapat menaikkan kadar hemoglobin
dalam tubuh, yatitu: makanan yang mengandung zat besi (daging sapi, daging
ikan, telur, hati ayam), makanan yang mengandung vitamin c (jeruk, lemon,
tomat, dll), makanan yang mengandung asam folat (brokoli, kacang-
kacangan, sayur yang berdaun hijau).
e/ klien mengerti dan mau menerapkan saran yang diberikan.

33
d. Berikan Health Education kepada klien mengenai Kesehatan reproduksi serta
persiapan pernikahan, persiapan kehamilan sesuai panduan buku saku
konseling calon pengantin yang telah ditentukan oleh Kemenkes (2018).
e/ klien dapat memahami dengan baik penjelasan yang diberikan dan dapat
memberikan umpan balik yang positif
e. Memberikan Health Education kepada klien mengenai Gizi Seimbang
menggunakan gambaran “isi piringku” atau juga mengkonsumsi suplemen
asam folat untuk persiapan kehamilan, serta menganjurkan untuk melakukan
olahraga ringan secara rutin.
e/ klien dapat memahami dengan baik penjelasan yang diberikan dan dapat
memberikan umpan balik yang positif dan bersedia menerapkan anjuran yang
diberikan.
e. Memberikan terapi obat
- Tablet tambah darah (furreus fumarate 60 mg dan folic acid 0,40 mg)
1 x sehari (30 biji).
e/ pasien bersedia mengonsumsi obat yang diberikan.
f. Menyarankan untuk melakukan pemeriksaan hemoglobin ulang pada 1 bulan
kedepan untuk mengetahui kadar hemoglobin setelah diberikan KIE dan
terapi obat.
e/ pasien mengerti dan bersedia untuk melakukan kontrol hemoglobin ulang.
g. Melakukan evaluasi terkait pelayanan yang telah diberikan
e/ Dalam melakukan asuhan kebidanan klien dapat melakukan asuhan yang
diberikan dan klien dapat mengulang kembali asuhan yang sudah diberikan.
dalam asuhan ini tidak ada hambatan, pemberian asuhan berjalan dengan baik
dan lancar. klien merasa senang telah diberikan asuhan dan menambah
wawasan klien.

34
BAB IV
PEMBAHASAN

Pengkajian data subjektif menemukan bahwa Nn.”M” calon pengantin


perempuan berumur 26 tahun. Sesuai dengan BKKBN (2017) usia Nn.“M” sudah
termasuk dalam usia ideal untuk melakukan pernikahan, usia ideal untuk menikah
bagi perempuan adalah minimal 21 tahun. Batasan usia minimal 21 tahun bagi
perempuan ditetapkan karena pada masa ini wanita dianggap sudah siap meghadapi
kehidupan keluarga, baik dari segi kesehatan maupun emosional. Selain itu usia
wanita berusia 21 tahun sudah masuk dalam usia reproduksi ideal, saat dimana
organ reproduksi berkembang dengan optimal dan siap untuk menjalankan fungsi-
fungsinya.
Dari data objektif didapatkan hasil pemeriksaan antropometri yaitu berat
badan 48 kg dan tinggi badan 158 cm, sehingga didapatkan hasil Indeks Massa
Tubuh (IMT) 19,22 yang berada di rentang normal. Hal ini sesuai dengan teori
menurut PGN (2014), bahwa setelah mengukur IMT, maka dapat ditentukan
klasifikasi obesitas seseorang dengan tabel IMT yaitu klasifikasi kurus berat nilai
IMT <17.0 dan kurus ringan nilai IMT 17.0-18.4, klasifikasi normal nilai IMT 18.5-
25.0, klasifikasi gemuk ringan nilai IMT 25.1-27.0 dan gemuk berat nilai IMT >27.
Berdasarkan pemeriksaan lingkar lengan atas atau LILA didapatkan hasil 25 cm
dengan nilai normal ≥ 23,5 cm. Hal ini sesuai dengan teori menurut Supariasa
(2016), bahwa lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan
otot dan lapisan lemak di bawah kulit dengan nilai normal yaitu ≥ 23,5 cm.
Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
Nn. M mengatakan telah memiliki status imunisasi TT lengkap atau TT 5.
Imunisasi ini telah didapatkan saat Nn. M mengikuti imunisasi balita dan saat
imunisasi di sekolah dasar. Imunisasi TT bertujuan membuat tubuh lebih kebal
terhadap infeksi tetanus sehingga melindungi ibu dan bayi dari penyakit tetanus dan
pada akhirnya dapat menekan angka terjadinya penyakit tetanus baik pada ibu
hamil, bayi dalam kandungan, maupun setelah dilahirkan. Setiap perempuan yang
akan menikah (dan selanjutnya setelah) perlu mendapatkan vaksin TT sebanyak

35
total lima (5) kali, agar mendapat perlindungan dari tetanus hingga 25 tahun
(Kemenkes, 2018).
Dari hasil laboratorium kadar Hb Nn. M sebesar 10,1 mg/dl, hal ini
menunjukkan bahwa Nn. M mengalami anemia pada tingkat sedang. Hal ini sesuai
dengan teori menurut WHO dalam Kemenkes (2018), yang menyebutkan bahwa
kadar Hb normal wanita berusia ≥ 15 tahun yaitu 12 mg/dl. Sedangkan yang
tegolong anemia ringan yaitu 11 – 11,9 mg/dl, anemia sedang 8 – 10,9 mg/dl, dan
anemia berat ≤ 8 mg/dl. Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar
hemoglobin hemotokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal
(Arismanm 2014). Anemia dapat disebabkan dari beberapa faktor, antara lain yaitu:
defisiensi zat gizi, perdarahan (loss of blood volume) dapat disebabkan dari trauma
atau luka yang dapat mengakibatkan kadar Hb menurun atau perdarahan karena
menstruasi yang lama dan berlebihan. Dan dampak yang akan terjadi apabila tidak
ditangani segera dapat mengakibatkan: Menurunkan daya tahan tubuh hingga
mengganggu aktivitas dan lebih mudah terserang infeksi. Dan apabila anemia ini
berlanjut hingga masa kehamilan maka akan menyebabkan, perdarahan, kelahiran
premature hingga BBLR. Sehingga penatalaksanaan yang diberikan yaitu KIE
mengenai pengertian anemia, penyebab anemia, gejala anemia, dampak anemia,
dan pencegahan anemia sesuai dengan buku pedoman pencegahan dan
penanggulangan anemia pada wanita usia subur menurut Kemenkes tahun 2018
sebagai penanganan dari masalah klien.
Pemerintah telah melakukan upaya dalam meningkatkan kesehatan calon
pengantin dengan membuat peraturan yang tertulis dalam PERMENKES RI Nomor
97 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
dilakukan untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan
persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Hal ini juga
didukung oleh Pemerintah Kota Surabaya dengan membuat Instruksi Walikota
Surabaya Nomor 1 Tahun 2017 yang menginstruksikan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kota Surabaya dan berkolaborasi dengan lembaga keagamaan dan
instansi terkait, agar segera mengambil langkah-langkah dalam rangka pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap calon

36
pengantin di tingkat kota Surabaya.
Memberikan penjelasan pada calon pengantin mengenai persiapan pranikah,
infomasi mengenai kesehatan reproduksi dan seksual serta cara menjaga kebersihan
organ reproduksi, Informasi mengenai kehamilan, pencegahan komplikasi,
persalinan dan pasca salin. Kemudian memberikan KIE mengenai gizi seperti
mengonsumsi lima kelompok pangan yang beraneka ragam setiap hari atau setiap
kali makan, kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk pauk,
sayuran, buah-buahan, dan minuman, Menganjurkan mengkonsumsi sumber
vitamin C dari sayur dan buah-buahan serta menganjurkan makanan sumber zat
besi dan asam folat seminggu sekali, membatasi konsumsi garam, gula, dan
lemak/minyak yang berlebihan, dan Tetap melakukan aktivitas fisik seperti
berolahraga, untuk mencapai berat badan yang ideal serta mengurangi risiko
penumpukan lemak tubuh.
Selama kegiatan asuhan kebidanan yang diberikan klien bersifat kooperatif,
klien dapat memberikan umpan balik yang baik dan bersedia untuk menjalankan
anjuran yang telah diberikan.

37
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan sesuai dengan manajemen
kebidanan 7 langkah varney yang meliputi : pengkajian, interpretasi data
dasar, identifikasi diagnosa potensial, identifikasi kebutuhan segera,
intervensi, implementasi, dan evaluasi. Pada kasus remaja Nn M pada tanggal
15 Oktober 2022 di Puskesmas Kenjeran, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada pengkajian didapatkan data subjektif Nn. M usia 26 tahun prakonsepsi
dengan alasan datang ke puskesmas Kenjeran ingin mengikuti kelas catin.
Data objektif menunjukkan calon pengantn dalam keadaan baik dengan
tanda-tanda vital dalam batas normal, dan pemeriksaan fisik tidak terdapat
kelainan, namun pada pemeriksaan laboratorium, hasil hemoglobinnya
rendah.
2. Berdasarkan hasil pengkajian dari data subjektif dan objektif yang sudah
dilakukan, diagnosa yang dapat ditegakkan adalah Nn M umur 26 tahun
prakonsepsi dengan anemia.
3. Tidak ditemukan adanya diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada calon
pengantin.
4. Identifikasi kebutuhan segera dalam asuhan ini tidak ada, karena tidak
terdapat masalah yang membutuhkan penanganan segera.
5. Intervensi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah yang
dialami calon pengantin, meliputi: memberikan contoh makanan yang dapat
menaikkan kadar hemoglobin dalam tubuh, memberikan Health Education
kepada klien mengenai kesehatan reproduksi serta persiapan pernikahan,
persiapan kehamilan, memberikan terapi obat tablet tambah darah, dan
melakukan kontrol kadar hemoglobin ulang setelah diberikan intervensi
selama 1 bulan.
6. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah disusun.
7. Pada evaluasi didapatkan Nn. M umur 26 tahun prakonsepsi dengan anemia
yaitu semua intervensi terlaksana dengan baik.

38
5.2 Saran
1. Bagi tenaga Kesehatan dan calon tenaga Kesehatan
Calon tenaga medis atau tenaga medis khususnya bidan dapat
meningkatkan kompetensi dengan menambah ilmu pengetahuan yang
dimiliki dan juga harus lebih terampil dalam memberikan asuhan prakonsepsi
kepada klien
2. Bagi Calon Pengantin
Remaja dapat terbuka dengan kondisi kesehatan selama masa
prakonsepsi agar kondisi kesehatan dapat terpantau dan mendapat tatalaksana
sesuai dengan kondisi kesehatan.
3. Bagi institusi Pendidikan
Insitusi pendidikan dapat menunjang pemberian asuhan kebidanan
kepada klien dengan cara memfasilitasi beberapa referensi yang dapat
mendukung pemberian asuhan kebidanan. Sehingga mahasiswa dapat
menambah ilmu pengetahuannya tentang asuhan kebidanan prakonsepsi.

39
DAFTAR PUSTAKA

Disc, E. et al. 2012. Medical Embryology. 12th edn. Philadelphia. Guyton and Hall.
Text book of Medical Physiology. USA :Elsevier.
Lestari., Ulfiana., S. 2015. Kesehatan reproduksi berbasis kompetensi. Edited by
W. Praptiani. Jakarta: ECG.
Megasari, Miratu. Triana, Ani. Andriyani, Rika. Ardhiyanti, Yulrina. Damayanti,
Ika Putri. 2014. Panduan Belajar Asuhan Kebidanan I. Yogyakarta:
Deepublish.
Saifuddin, Abdul Bari. 20014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Syafrudin&Hamidah. (2009). Kebidanan komunitas. Edited by E. W. Monica
Ester. Jakarta: EGC.
Varney, Helen. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta. EGC
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes. 2012. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Eliminasi Tetanus
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.
Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes. 2016. Buku Panduan Germas (Gerakan Masyarakan Hidup Sehat).
Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi
Calon Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan dan
Kementerian Agama.
Kemenkes. 2018. Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Pra Nikah.
https://promkes.kemkes.go.id/pentingnya-pemeriksaan-kesehatan-pra-nikah
Kemenkes. 2018. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada
Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS).
Permenkes RI Nomor 97 Tahun 2014. Tentang Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan,

40
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Proverawati, A. dan Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Nuha Medika

41
DOKUMENTASI

42
43

You might also like