Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kasus Distosia Bahu
Laporan Kasus Distosia Bahu
DISTOSIA BAHU
DISUSUN OLEH:
C014202169
RESIDEN PEMBIMBING:
SUPERVISOR PEMBIMBING:
NIM : C014202169
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Obstetrik dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Mengetahui,
Dr. dr. Elizabet C Jusuf, SpOG (K) dr. Kallan Aruan Bonga Pulio
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
2.1. Definisi......................................................................................................................8
2.2. Epidemiologi............................................................................................................8
2.4. Diagnosis..................................................................................................................9
2.5. Tatalaksana............................................................................................................10
2.6. Komplikasi.............................................................................................................18
2.7. Prognosis................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19
BAB I
STATUS PASIEN
Nama : Ny.N
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 28 tahun
Status : Menikah
Alamat : Tamalate Makassar
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
1.2 Anamnesis
● Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 80 kg (saat hamil), sebelum hamil 75 kg
IMT : 31,25 kg/m2 (Obese II)
● Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
1.6 Penatalaksanaan
● Observasi keadaan umum, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu tubuh ibu.
1.7 Follow up
Rabu Ibu ingin DJJ : 148 x/m Inpartu kala Pimpin persalinan
27/07/2022 meneran HIS : 4 x 10 (40-45) 2
23.25 PDV :
Perawatan Vulva : tak ada kelainan
Kamar Portio : melesap
Bersalin Pembukaan : 10 cm
Ketuban : (-)
Kepala : H.IV
Panggul kesan luas
Lendir (+)
Darah (+)
Air (+)
Kamis Tidak ada Keadaan umum baik dan Kala IV ● Observasi KU, TTV,
28/07/2022 sadar tanda-tanda perdarahan
01.55 TD : 110/70 mm Hg
Perawatan N : 80x/menit
Kamar Pernafasan : 20 x/menit
Bersalin Suhu : 36 C
TFU : 1 jari dibawah
pusat,
kontraksi uterus baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Distosia bahu adalah suatu kondisi yang terdiagnosis saat diperlukan manuver
obstetrik tambahan karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi
tidak berhasil untuk melahirkan bahu bayi. Distosia bahu hanya berlaku pada presentasi
vertex. 1
Distosia bahu merupakan kondisi gawat darurat obstetric karena dapat
menyebabkan cedera bayi yang mengancam jiwa, serta cedera pada ibu.2
2.2 Epidemiologi
Insiden distosia bahu yang dilaporkan sangat bervariasi dan meningkat dalam
beberapa dekade terakhir. Insidennya berada dalam kisaran 2 – 3 %, bahkan >10% jika
menggunakan perhitungan interval persalinan kepala-ke-tubuh. Hal ini disebabkan
karena terjadinya peningkatan insiden lahirnya bayi besar yang lahir dibandingkan
masa lalu.3
2.3 Faktor Resiko
Mengetahui faktor resiko penting agar klinis dapat mendiskusikan kemungkinan
apabila diperlukannya jadwal penanganan berupa seksio sesarea pada wanita yang
resiko tinggi mengalami kala 2 memanjang.
● Berat badan lahir yang berat : berat badan lahir berat merupakan faktor resiko
utama distosia bahu. Faktor resiko lain seperti obesitas ibu, diabetes, dan
kehamilan post-term juga terkait menyebabkan berat badan lahir yang berat.
Insiden distosia bahu meningkat secara progresif seiring dengan peningkatan
berat badan lahir lebih dari 4.000 gram. Morbiditas dan mortalitas distosia
bahu meningkat secara signifikan ketika berat lahir ≥4500 gram.
● Kehamilan post term : hal ini dikaitkan dengan berat badan lahir yang semakin
berat meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
● Obesitas dan peningkatan berat badan yang berlebihan saat kehamilan pada
ibu : indeks massa tubuh (IMT) ibu yang tinggi dan kenaikan berat badan saat
kehamilan yang berlebihan merupakan faktor resiko yang menyebabkan berat
badan lahir bayi menjadi berat, dan diabetes yang juga merupakan faktor
resiko distosia bahu.
● Umur ibu yang tua : usia ibu yang tua merupakan faktor resiko penyebab
distosia bahu, dikaitkan dengan variable perancu yaitu peningkatan usia juga
meningkatkan resiko diabetes dan peningkatan berat badan ibu. Peningkatan
usia ibu juga dikaitkan dengan peningkatan jumlah paritas, dimana setiap bayi
berturut-turut cenderung 200 g lebih besar dari bayi sebelumnya hingga
kehamilan kelima.2
2.4 Diagnosis
Distosia bahu adalah diagnosis klinis subjektif. Diagnosis ini dicurigai apabila kepala
janin masuk kembali ke perineum (turtle sign) setelah awalnya keluar karena traksi
berlawanan yang terjadi akibat bahu yang terhambat di simfisis pubis di panggul.
Diagnosis ini ditegakkan ketika praktik traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan
bahu anterior yang tetap tertahan di kranial simfisis pubis, padahal telah disertai
dengan ibu yang meneran dengan baik. Keparahan distosia bahu juga subjektif dan
diputuskan secara retrospektif berdasarkan kebutuhan penggunaan maneuver-manuver
untuk melaksanakan persalinan dan apakah janin dan / atau ibu mengalami cedera
sebagai akibatnya.4
Gambar 1. Turtle sign
2.5 Tatalaksana
Dalam tatalaksana distosia bahu, dikenal menomik ALARMER seperti yang
tertera pada tabel5
Tabel 1. Mnemonik untuk distosia bahu adalah :
ALARMER
E Episiotomy
● E – EPISIOTOMY
Episiotomi adalah pilihan yang dapat memfasilitasi manuver Woods atau
pengangkatan lengan posterior secara manual dengan menciptakan lebih banyak
ruang untuk tangan penerima.6
● R – ROLL OVER
Dengan manuver merangkak yang juga disebut dengan manuver Gaskin, ibu
melahirkan dengan mengambil posisi merangkak. Di sini, traksi ke bawah
terhadap kepala dan leher mencoba membebaskan bahu posterior. Manuver ini
tampaknya meningkatkan dimensi panggul yang efektif, memungkinkan posisi
janin bergeser; ini mungkin merusak bahu. Dengan tekanan lembut ke bawah pada
bahu posterior, bahu anterior mungkin menjadi lebih impaksi (dengan gravitasi),
tetapi akan memfasilitasi pembebasan bahu posterior. Juga, posisi ini
memungkinkan akses yang lebih mudah ke bahu posterior untuk manuver rotasi
atau pengangkatan lengan posterior. Tantangan dalam maneuver ini termasuk
imobilitas dari analgesia regional dan waktu yang terbuang dalam reposisi pasien.
Pada beberapa kasus, lengan posterior tidak dapat diakses untuk dilahirkan.
Cluver dan Hofmeyr (2009) menjelaskan traksi sling aksila posterior untuk
mengantarkan lengan posterior. Dengan metode alternatif ini, kateter isap
diulirkan di bawah ketiak dan kedua ujungnya disatukan di atas bahu. Traksi ke
atas dan ke luar pada loop kateter mengantarkan bahu. Dari 19 kasus kecil,
manuver ini berhasil dalam 18 kasus. Namun, cedera neonatal termasuk tiga kasus
yakni fraktur humerus dan satu kasus permanen dan empat kasus erb palsy
sementara.5
2. Manuver Zavenelli
Manuver Zavanelli melibatkan penggantian kepala janin ke dalam pelvis
diikuti dengan sesar. Terbutalin, 0,25 mg, diberikan secara subkutan untuk
menghasilkan relaksasi uterus. Bagian pertama dari manuver terdiri dari
mengembalikan kepala ke posisi OA atau OP. Operator menekuk kepala dan
perlahan mendorongnya kembali ke dalam vagina. Kelahiran sesar kemudian
dilakukan. Sandberg (1999) meninjau 103 kasus yang dilaporkan dan berhasil
dalam 91 persen kasus kepala dan dalam semua kasus sungsang. Meskipun
penggantian berhasil, cedera janin sering terjadi tetapi mungkin disebabkan oleh
beberapa manipulasi yang digunakan sebelum manuver Zavanelli. Manuver ini
melibatkan pembalikan gerakan kardinal persalinan. Kepala diputar ke oksiput
anterior. Lenturkan, dorong ke atas, putar melintang, lepas, dan lakukan operasi
caesar.5
● Ibu
- Perdarahan pasca salin
- Atonia uteri
- Laserasi maternal
- Ruptur perineum
- Robekan derajat 3 atau 4
2.7 Prognosis