You are on page 1of 32

PANDUAN

RUJUKAN
PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM


Jl.Raya KlapagadingKulon – Wangon 53176 Telp. (0281) 513267, 5700170 Email. annimah_hospital@yahoo.com
Banyumas – Jawa Tengah

1
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM AN NI’MAH
NOMOR : 100/SK/RSAN/759/Xl/2021

TENTANG
PANDUAN RUJUKAN PADA PASIEN
RUMAH SAKIT UMUM AN NI’MAH

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM AN NI’MAH

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan akses kepelayanan dan


kontinuitas pelayanan Rumah Sakit Umum AN NI’MAH, maka
diperlukan penyelenggaraan panduan rujukkan pada pasien;
b. bahwa agar pelaksanaan transfer pasien di Rumah Sakit Umum
AN NI’MAH dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan
rujukan pada pasien sebagai landasan bagi penyelenggaraan
rujukkan pada pasien di Rumah Sakit Umum AN NI’MAH;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada poin 1 dan 2 perlu disusun
dan ditetapkan Kebijakan rujukan pada Pasien;

Mengingat : 1. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004


tentang Praktek Kedokteran;
2. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan;
3. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis;
6. Keputusan Kepala Dinkes Kabupaten Banyumas Nomor
445/64/X/2012 tentang Ijin Tetap Penyelenggaran Sarana
Kesehatan Rumah Sakit Umum AN NI’MAH;

ii
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN RUMAH SAKIT UMUM AN NI’MAH TENTANG


PEMBERLAKUAN PANDUAN RUJUKKAN PADA PASIEN.

Pasal 1
Memberlakukan Rujukkan pada pasien di Rumah Sakit Umum
AN NI’MAH sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini;

Pasal 2
Keputusan ini segera disosialisasikan kepada unit kerja yang terkait untuk diketahui dan
dilaksanakan secara konsisten;

Pasal 3
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan atau perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Wangon
Pada tanggal 30 Sept 2021
Direktur,

dr. Ratna Widarastuti, M.M.R


NIK. 1975201305109

iii
DAFTAR ISI

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM AN NI’MAH.........................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................iv

BAB I...........................................................................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................................................1

B. Tujuan..............................................................................................................................................1

BAB II..........................................................................................................................................................2

A. Ruang Lingkup.................................................................................................................................2

BAB III........................................................................................................................................................3

BAB IV........................................................................................................................................................3

A. Pengaturan Transfer..........................................................................................................................4

B. Keputusan Melakukan Transfer........................................................................................................2

C. Stabilisasi sebelum transfer..............................................................................................................6

D. Pendampingan Pasien Selama Transfer............................................................................................7

E. Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit..........................................................................8

F. Pemilihan Metode Transfer antar Rumah Sakit untuk Pasien Kritis................................................10

2. Komunikasi dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit.....................................................................11

BAB IV......................................................................................................................................................13

A. Dokumentasi dan Penyerahan Pasien Transfer Antar Rumah Sakit................................................13

B. Audit dan Jaminan Mutu.................................................................................................................13

Lampiran 1.................................................................................................................................................14

Lampiran 2.................................................................................................................................................18

iv
v
BAB I
PANDUAN RUJUKAN PADA PASIEN

A. Latar Belakang

Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di transfer. Prinsip
dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan keamanan pasien
saat menjalani transfer. Pelaksanaan transfer pasien dapat dilakukan intra rumah sakit
atau antar rumah sakit.
Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra transportasi
pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan peralatan yang
disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer. Transfer pasien hanya
boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang kompeten serta petugas
profesional lainnya yang sudah terlatih.

B. Tujuan

Agar proses transfer atau pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan lancar serta
pelaksanaannya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan

1
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Ruang Lingkup

Transfer pasien antar rumah sakit terdiri dari:

1. Transfer pasien dari Rumah Sakit Umum AN NI’MAH ke Rumah Sakit lain atau
sebaliknya

2. Transfer pasien dari Rumah Sakit Umum AN NI’MAH ke rumah pasien atau
sebaliknya

2
BAB III
KEBIJAKAN

1. SK Direktur Nomor 100/SK/RSAN/759/Xl/2021

BAB IV

3
TATA LAKSANA

A. Pengaturan Transfer

1. Rumah Sakit Umum AN NI’MAH memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari
dokter dr IGD atau dr ruangan, PPJP, perawat yang kompeten dalam merawat
pasien, petugas medis, dan petugas ambulans. Tim ini yang berwenang untuk
memutuskan metode transfer mana yang akan dipilih.
2. Berikut adalah metode transfer yang ada di Rumah Sakit Umum AN NI’MAH.

a. Layanan Antar-Jemput Pasien: merupakan layanan atau jasa umum khusus


untuk pasien Rumah Sakit Umum AN NI’MAH dengan tim transfer dari
petugas IGD, di mana tim tersebut akan mengambil atau menjemput pasien
dari rumah atau rumah sakit jejaring untuk dibawa ke Rumah Sakit Umum
AN NI’MAH.
b. Tim transfer local: Rumah Sakit Umum AN NI’MAH memiliki tim
transfernya sendiri dan mengirimkan sendiri pasiennya ke rumah sakit lain,
tetapi bila tim

4
transfer dan faslitas transfer di Rumah Sakit Umum AN NI’MAH sedang
tidak siap, maka transfer dilakukan dengan menggunakan jasa tim transfer
dari ambulan gawat darurat Rumah Sakit lain.
3. Rumah Sakit Umum AN NI’MAH mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi, dan
transfer untuk pasien-pasien dengan sakit berat atau kritis tanpa terkecuali.
4. Dokter senior atau spesialis (DPJP) yang bertanggung jawab dalam tim transfer
pasien harus siap sedia 24 jam untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan
transfer pasien sakit berat atau kritis antar-rumah sakit.

B. Keputusan Melakukan Transfer

1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien.

2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer, kemudian lakukan


stabilisasi pre-transfer dan manajemen transfer.
3. Hal ini mencakup tahapan: evaluasi, komunikasi, dokumentasi atau pencatatan,
pemantauan, penatalaksanaan, penyerahan pasien antar ke rumah sakit rujukan atau
penerima, dan kembali ke Rumah Sakit Umum AN NI’MAH.
4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman, edukasi dan
persiapan. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus
dipertimbangkan dengan matang karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan
personel rumah sakit akan risiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan
keluarga dan kerabat pasien.
5. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika risikonya lebih
besar, sebaiknya jangan melakukan transfer.
6. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten, peralatan
dan kendaraan khusus.
7. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJPaatau dokter senior (biasanya seorang
konsultan) dan dokter ruangan.
8. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yang
mengambil keputusan (berikut gelar dan biodata detailnya), tanggal dan waktu
diambilnya keputusan, serta alasan yang mendasari.Terdapat 3 alasan untuk
melakukan transfer pasien keluar Rumah Sakit Umum AN NI’MAH, yaitu:
9. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjut

2
a. Ini merupakan situasi emergensi di mana sangat diperlukan transfer
yang efisien untuk tatalaksana pasien lebih lanjut, yang tidak dapat
disediakan Rumah Sakit Umum AN NI’MAH
b. Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum ditransfer.

c. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien dapat dikategorikan


sebagai tipe transfer gawat darurat, (misalnya ruptur aneurisma
aorta. juga dapat dikategorikan sebagai tipe transfer ‘gawat’,
misalnya pasien dengan kebutuhan hemodialisa.
10. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non- medis (misalnya karena

ruangan penuh, fasilitas kurang mendukung, jumlah petugas rumah sakit tidak
adekuat)
a. Idealnya, pasien sebaiknya tidak ditransfer jika bukan untuk
kepentingan mereka.
b. Terdapat beberapa kondisi di mana permintaan atau kebutuhan
akan tempat tidur atau ruang rawat inap melebihi suplai sehingga
diputuskanlah tindakan untuk mentransfer pasien ke unit atau
rumah sakit lain.
c. Pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan aspek etika,
apakah akan mentransfer pasien stabil yang telah berada atau
dirawat di unit intensif rumah sakit atau mentransfer pasien baru
yang membutuhkan perawatan intensif tetapi kondisinya tidak
stabil.
d. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini dapat dikategorikan
sebagaitipe transfer ‘gawat’.
11. Repatriasi atau Pemulangan Kembali

a. Transfer hanya boleh dilakukan jika pasien telah stabil dan


kondisinya dinilai cukup baik untuk menjalani transfer oleh DPJP
atau dokter senior atau konsultan yang merawatnya.
b. Pertimbangan akan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer
harus dipikirkan dengan matang dan dicatat.
c. Jika telah diputuskan untuk melakukan repatriasi, transfer pasien
ini haruslah menjadi prioritas di rumah sakit penerima dan
biasanya lebih diutamakan dibandingkan penerimaan pasien elektif
3
ke unit

4
ruang rawat. Hal ini juga membantu menjaga hubungan baik antar-
rumah sakit.
d. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini biasanya dikategorikan
sebagai tipe transfer ‘elektif’.
12. Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung jawab atau
dokter ruangan akan menghubungi unit atau rumah sakit yang dituju
13. Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit, tim transfer Rumah Sakit Umum
AN NI’MAH (DPJP/ PPJP/ dr ruangan) akan menghubungi rumah sakit yang
dituju dan melakukan negosiasi dengan unit yang dituju. Jika unit tersebut
setuju untuk menerima pasien rujukan, tim transfer RSRP harus memastikan
tersedianya peralatan medis yang memadai di rumah sakit yang dituju.
14. Keputusan final untuk melakukan transfer ke luar Rumah Sakit Umum AN
NI’MAH dipegang oleh dokter senior / DPJP/ konsultan rumah sakit yang
dituju.
15. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga
mengenai perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit, dan mintalah
persetujuan tindakan transfer.
16. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam status rekam medis pasien
yang meliputi: nama, jabatan, dan detail kontak personel yang membuat
kesepakatan baik di rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima;
tanggal dan waktu dilakukannya komunikasi antar-rumah sakit; serta saran-
saran atau hasil negosiasi kedua belah pihak.
17. Personel tim transfer harus mengikuti pelatihan transfer; memiliki
kompetensi yang sesuai; berpengalaman; mempunyai peralatan yang
memadai; dapat bekerjasama dengan jasa pelayanan ambulan, protokol dan
panduan rumah sakit, serta pihak- pihak lainnya yang terkait; dan juga
memastikan proses transfer berlangsung dengan aman dan lancar tanpa
mengganggu pekerjaan lain di rumah sakit yang merujuk
18. Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan
untuk melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum
diputuskan. Hal ini memungkinkan layanan ambulan untuk merencanakan
pengerahan petugas dengan lebih efisien

4
C. Stabilisasi sebelum transfer

1. Meskipun berpotensi memberikan risiko tambahan terhadap pasien, transfer yang


aman dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat atau kritis (extremely
ill).
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil (pasien kalau
kondisi sudah stabil)
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya
akselerasi dan deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolemia harus
sepenuhnya dikoreksi sebelum transfer.
4. Unit atau rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada
prosedur atau pengaturan transfer pasien yang memadai.
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan dibuat
hingga pasien ditransfer ke unit atau rumah sakit lain.
6. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer:

a. Amankan patensi jalan napas

Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi dengan


pemantauan end-tidal carbondioxide yang adekuat.
b. Analisis gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunakan
ventilator portabel selama minimal 15 menit.
c. Terdapat jalur atau akses vena yang adekuat (minimal 2 kanula perifer atau
sentral)
d. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu atau terus- menerus
merupakan teknik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama
proses transfer berlangsung.
e. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada (Water-Sealed Drainage-
WSD) harus terpasang dan tidak boleh diklem.
f. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan

g. Pemberian terapi atau tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu


pelaksanaan transfer
7. Unit atau rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan
segera atau resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi
khusus, namun tanggung jawab tetap pada tim transfer.
6
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen
menilai kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.

10. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien (lampiran 1) untuk memastikan bahwa
semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang terlewat

D. Pendampingan Pasien Selama Transfer

1. Pasien dengan sakit berat atau kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang tenaga
medis.
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis atau petugas yang mendampingi pasien
bergantung pada kondisi atau situasi klinis dari tiap kasus (tingkat / derajat
beratnya penyakit / kondisi pasien).
3. Dokter ruangan (DPJP), bertugas untuk membuat keputusan dalam menentukan
siapa saja yang harus mendampingi pasien selama transfer berlangsung.
4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan
mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan
proses transfer.
5. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan dr Ruangan
atau DPJP selama proses transfer antar-rumah sakit berlangsung.
a. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik dan
tidak membutuhkan bantuan ventilator atau oksigenasi
b. Pasien dengan perintah ‘Do Not Resuscitate’ (DNR)

c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut di mana


intervensi anestesi tidak akan mempengaruhi hasil.
6. Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan tingkat /
derajat kebutuhan perawatan pasien kritis. (keputusan harus dibuat oleh dokter
Ruangan/DPJP)
a. Derajat 0:

Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di unit
atau rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter,
perawat, atau paramedis (selama transfer).

7
b. Derajat 1:

Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya


menjalani perawatan di High Care Unit (HCU); di mana membutuhkan
perawatan di ruang rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari

8
tim perawatan kritis; dapat didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan
atau dokter (selama transfer).
c. Derajat 2:

Pasien yang membutuhkan observasi atau intervensi lebih ketat, termasuk


penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi, dan
pasien yang sebelumnya dirawat di HCU; harus didampingi oleh petugas
yang kompeten, terlatih, dan berpengalama n (biasanya dokter dan perawat
atau paramedis lainnya).
d. Derajat 3:

Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced respiratory


support) atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory support) dengan
dukungan atau bantuan pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien-
pasien yang membutuhkan penanganan kegagalan multi-organ; harus
didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman
(biasanya dokter anestesi dan perawat ruang intensif atau atau IGD atau
paramedis lainnya).
7. Saat dr Ruangan atau DPJP di Rumah Sakit Umum AN NI’MAH tidak dapat
menjamin

terlaksananya bantuan atau dukungan anestesiologi yang aman selama proses


transfer, pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan prioritas dan risiko
terkait transfer.
8. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan sakit berat
atau kritis harus kompeten, terlatih, dan berpengalaman.
9. Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama transfer
berlangsung yang berisi nomor telphon Rumah Sakit Umum AN NI’MAH dan
rumah sakit tujuan.
10. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.

7
E. Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit

Pasien Petugas keterampilan yang Peralatan Utama dan


pendamping
dibutuhkan Jenis Kendaraan
(minimal)
Derajat 0 petugas ambulan Bantuan hidup dasar Kendaraan High
(BHD)
Dependency Service

(HDS)/ Ambulan
Derajat 0,5 petugas ambulan Bantuan hidup dasar Kendaraan HDS/
(orang tua/ dan paramedic Ambulan
delirium)
Derajat 1 Petugas ambulan 1. Bantuan hidup dasar 1. Kendaraan HDS/
dan perawat Ambulan
2. Pemberian oksigen
2. Oksigen
3. Pemberian obat-obatan
3. Suction
4. Kenal akan
4. Tiang infus portabel
tanda deteriorasi
5. Keterampilan 5. Infus pump dengan
perawatan baterai
trakeostomi 6. Oksimetri
dan suction
Derajat 2 Dokter, perawat,dan 1. Semua ketrampilan di 1. Ambulans EMS

petugas ambulans atas, ditambah; Mercedes 515

2. Penggunaan 2. Semua peralatan di


alat pernapasan atas, ditambah;
3. Bantuan hidup lanjut 3. Monitor EKG dan
tekanan darah
4. Penggunaan kantong
pernapasan (bag-valve 4. Defibrillatorbila

mask) diperlukan

5. Penggunaan

8
defibrillator
6. Penggunaan monitor

intensif
Derajat 3 Dokter, perawat, 1. Dokter: 1. Ambulans lengkap/

dan petugas a. Minimal 6 bulan AGD 118

9
ambulan pengalaman 2. Monitor ICU portabel

mengenai yang lengkap


perawatan pasien
3. Ventilator dan
intensif dan
peralatan transfer
bekerja di ICU
yang memenuhi
b. Keterampilan
standar minimal.
bantuan hidup
dasar dan lanjut
c. Keterampilan
menangani
permasalahan jalan
napas dan
pernapasan,
minimal level ST
3 atau sederajat.
d. Harus mengikuti

pelatihan untuk
transfer pasien
dengan sakit berat /
kritis
2. Perawat:

a. Minimal 2 tahun
bekerja di ICU
b. Keterampilan
bantuan hidup
dasar dan lanjut
c. Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien
dengan sakit berat
/ kritis (lengkapnya
lihat Lampiran 1)

9
F. Pemilihan Metode Transfer antar Rumah Sakit untuk Pasien Kritis

1. Pemilihan metode transfer harus mempertimbangka n sejumlah komponen penting


seperti di bawah ini.
a. Derajat urgensi untuk melakukan transfer

b. Kondisi pasien

c. Faktor geografik

d. Kondisi cuaca

e. Arus lalu lintas

f. Ketersediaan atau availabilitas

g. Area untuk mendarat di tempat tujuan

h. Jarak tempuh

2. Pilihan kendaraan untuk transfer pasien antara lain:

a. Jasa Ambulan Gawat Darurat

a. Siap sedia dalam 24 jam

b. Perjalanan darat

c. Durabilitas: dengan pertimbangan petugas dan peralatan yang


dibutuhkan dan lamanya waktu yang diperlukan.
b. Alat transportasi untuk transfer pasien antar rumah sakit

a. Gunakan mobil ambulan Rumah Sakit Umum An Ni’mah Wangon.


Mobil dilengkapi soket listrik 12 V, suplai oksigen, monitor, dan
peralatan lainnya
b. Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan-kebutuhan untuk
mentransfer pasien terpenuhi (seperti suplai oksige n, baterai
cadangan, dll).
c. Standar Peralatan di Ambulan

1. Suplai oksigen

2. Ventilator

3. Jarum suntik
11
4. Suction

5. Baterai cadangan

6. Syringe / infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak


melebihi posisi pasien
7. Alat penghangat ruangan portabel (untuk
mempertahankan temperatur pasien)
8. Alat kejut jantung (defibrillator)

c. Tim transfer atau SDM pendamping dapat memberi saran mengenai


kecepatan ambulan yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi
klinis pasien.
d. Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir ambula ns.
Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera
dengan akselerasi dan deselerasi yang minimal.
e. Pendampingan oleh polisi dapat dipertimbangkan pada area yang sangat
padat penduduknya
f. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk
pengaman.
g. Jika terdapat kegawat daruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi
segera, berhentikan ambulan di tempat yang aman dan lakukan tindakan
yang diperlukan.
h. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan atau ambulan,
gunakanlah pakaian yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya.

2. Komunikasi dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit

1. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diberitahu mengenai alasan


transfer dan lokasi rumah sakit tujuan. Berikanlah nomor telepon rumah sakit
tujuan dan jelaskan cara untuk menuju ke Rumah Sakit tersebut.
2. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasien
sebelum dilakukan transfer.
3. Kontak pertama harus dilakukan oleh konsultan atau dokter penanggung jawab di
kedua rumah sakit, untuk mendiskusikan mengenai kebutuhan medis pasien.
4. Untuk kontak selanjutnya, tunjuklah satu orang lainnya (biasanya perawat senior).
12
Bertugas sebagai komunikator utama sampai transfer selesai dilakukan.
5. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk, berikan
penjelasan mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan penyerahan
tanggung jawab kepada perawat yang menggantikan.
6. Komunikator utama harus menghubungi pelayanan ambulan, jika ingin
menggunakan jasanya dan harus menjadi kontak satu-satunya untuk diskusi
selanjutnya antara rumah sakit dengan layanan ambulans.
7. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan pasien kepada
rumah sakit tujuan.
8. Tim transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuan mengenai
penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update perkembangannya.

13
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Dokumentasi dan Penyerahan Pasien Transfer Antar Rumah Sakit

1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan transfer, dan
harus mencakup:
a. detail kondisi pasien

b. alasan melakukan transfer

c. nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan

d. status klinis pre-transfer

e. detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama
transfer berlangsung
2. Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring dan diterapkan untuk
transfer intra- dan antar-rumah sakit.
3. Rekam medis harus berisi: resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum,
selama, dan setelah transfer; termasuk kondisi medis yang terkait, faktor
lingkungan, dan terapi yang diberikan.
4. Data untuk proses audit. Tim transfer harus mempunyai salinan datanya.

5. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah- masalah yang terjadi selama proses
transfer, termasuk penundaan transportasi.

14
6. Tim transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah sakit
yang dituju sebelum mentransfer pasien.
7. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara tim
transfer dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis dan perawat) yang
akan bertanggung jawab terhadap perawatan pasien selanjutnya.
8. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik secara
verbal maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil
pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi klinis selama
transfer berlangsung.
9. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus dideskripsikan
dan diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan.
10. Setelah menyerahkan pasien, tim transfer dibebas tugaskan dari kewajiban merawat
pasien.
11. Perlu penyediaan pakaian, sejumlah peralatan yang dapat dibawa, dan sejumlah
uang untuk memfasilitasi mekanisme perjalanan kembali tim transfer.

B. Audit dan Jaminan Mutu

1. Buatlah catatan yang jelas dan lengkap selama transfer.

2. Dokumentasi ini akan digunakan sebagai acuan data dasar dan sarana audit

3. Rumah Sakit Umum AN NI’MAH bertanggung jawab untuk menjaga


berlangsungnya proses pelaporan insidens yang terjadi dalam transfer dengan
menggunakan protokol standar Rumah Sakit Umum AN NI’MAH
4. Data audit akan ditinjau ulang secara teratur oleh Rumah Sakit Umum AN NI’MAH.

15
Lampiran 1

KOMPETENSI UNTUK TRANSFER PASIEN DENGAN SAKIT BERAT / KRITIS


DERAJAT 3 INTRA DAN ANTAR RUMAH SAKIT

Semua pasien sakit berat atau kritis derajat 3 didampingi oleh 2 orang selama transfer. Satu
orang adalah dokter, biasanya spesialis anestesi yang sudah terlatih dalam penanganan jalan
napas. Satu orang lagi adalah perawat atau dokter umum. Terdapat standar keterampilan
minimal untuk melakukan transfer pasien. Berikut adalah kompetensi yang diperlukan.
A. Dokter

Harus memiliki:

1. Minimal 6 bulan pengalaman mengenai perawatan pasien intensif dan bekerja di ICU

2. Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut

3. Keterampilan menangani permasalahan jalan napas dan pernapasan, minimal level


ST 3 atau sederajat.
4. Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat atau kritis

B. Perawat

Harus memiliki:

1. Minimal 2 tahun bekerja di ICU

2. Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut

3. Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat atau kritis

C. Peralatan

1. Ventilator

1. Dokter harus:

1) Memiliki pengetahuan yang cukup terhadap fungsi dan jenis ventilator


yang digunakan

2) Mampu mengganti baterai

3) Mampu mengganti tabung oksigen dan menghitung kebutuhan oksigen


pasien

4) Mampu mengganti tabung oksigen

5) Mampu mengganti baterai


D. Pompa

Dokter dan perawat harus:

1. Mampu mengganti baterai

2. Mampu mengoperasikan jarum suntik atau syringe pumps

3. Mampu mengatur kecepatan infus dan memberikan bolus cairan atau obat

E. Monitor

Dokter dan perawat harus dapat:

1. Mendeteksi adanya gelombang yang invasive

2. Melakukan pemantauan invasive

3. Mengoperasikan EKG

4. Mengoperasikan kapnografi

5. Mengoperasikan oksimetri denyut

F. Kantong peralatan medis untuk transfer (transfer bag)

Dokter dan perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai isi
kantong peralatan medis.
G. Troli transfer

Dokter dan perawat harus mengetahui cara mengoperasikan troli dan mengamankan
pasien serta peralatan di dalamnya.
H. Sistem bidai untuk transfer via udara

Dokter dan perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai cara
mengoperasikan sistem ini.
I. Pengangkutan Pasien

Dokter dan perawat harus dapat mendemonstrasikancara mengangkut pasien dengan


aman.
J. Komunikasi dan Panduan

Dokter dan perawat harus dapat:

1. Mendemonstrasikan cara berkomunikasi dengan rumah sakit tujuan dan pusat


layanan ambulans.
2. Membaca dan memahami kebijakan transfer setempat dan nasional

3. Memiliki pengetahuan mengenai struktur kendali dan pemberian perintah untuk


transfer
K. Transfer

Dokter dan perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup akan risiko yang dapat
terjadi selama melakukan transfer pada pasien dengan sakit berat atau kritis via
menggunakan kendaraan yang bergerak (baik pada transportasi darat maupun udara), dan
waspada akan bahaya yang mungkin terjadi kepada petugas dan atau pasien.
L. Penyerahan Pasien

Dokter dan perawat harus mengetahui prosedur serah atau terima pasien di rumah sakit
tujuan.
M. Orientasi

Dokter dan perawat telah mengetahui kondisi di dalam kendaraan transportasi yang akan
digunakan (ambulans atau pesawat) sebelum melakukan transfer.
N. Panduan Pemantauan Minimal

Dokter harus memiliki pengetahuan mengenai panduan pemantauan minimal.


Lampiran 2

PERALATAN TRANSFER MINIMAL UNTUK ANTAR RUMAH SAKIT

A. Manajemen jalan napas atau oksigenasi (dewasa dan anak)

1. Sistem bag-valve dewasa dan anak dengan reservoir oksigen

2. Sungkup dewasa dan anak

3. Penghubung sistem bag-valve dengan endotracheal (ETT)/ tracheostomy tube

4. Monitor end-tidal carbon dioxide (dewasa dan anak)

5. Laringoskop Miller

6. Stilet / mandrin ETT (dewasa dan anak)

7. Forceps Magil (dewasa dan anak)

8. 1.8.Selang ETT (5.0, 5.5, 6.0, 6.5, 7.0, 7.5, 8.0)

9. Pegangan laringoskop (dewasa dan anak)

10. Baterai cadangan dan bola lampu laringoskop

11. Nasopharyngeal airways (NPA) / Oropharyngeal airways (OPA)

12. Pisau bedah (scalpel)

13. Alat krikotiroidotomi

14. Pelumas / gel

15. Nasal kanul (dewasa dan anak)

B. Lem perekat

C. Nebulizer

D. Kapas alkohol

E. Brankar (dewasa dan anak)

F. Jarum untuk bone marrow (sum-sum tulang belakang) untuk infus pada anak

G. Pengukur tekanan darah


H. Winged needle

I. Telepon genggam

J. Gel / bantalan elektroda defibrillator

K. Stik gula darah sewaktu (GDS)

L. Monitor EKG / defibrillator

M. Elektroda EKG

N. Senter dengan baterai cadangan


O. Pompa infus (infusion pumps)

P. Selang infus

Q. Three-way

R. Kateter intravena

S. Cairan infus (normal saline-NS, ringer laktat-RL, dekstrosa 5%)

T. Spuit

U. Klem Kelley

V. Oksimetri denyut

W. Nasogastric tube (NGT)

X. Tali penahan untuk ekstremitas

Y. Stetoskop

Z. Suction

AA.Kassa

BB. Tourniquet

CC. Gunting

DD.Tambahan:

1. Alat imobilisasi spinal

2. Ventilator portable

You might also like