You are on page 1of 18

MAKALAH

KOMUNIKASI DENGAN KELOMPOK KELUARGA DENGAN LANSIA

OLEH

KELOMPOK 5

1. PUTRI SEPRIANI NAATONIS


2. RICHARD ORTEGA ADU
3. SELSIA NINI SOARES FEREIRA
4. TEOFILO BASILIO PINTO

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMUH KESEHATAN NUSANTARA KUPANG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur tuhan yang maha esa atas berkat danrahmat-Nya, sehinga kami dapat
menelesaikan tugas “MAKALAH KOMUNIKASI DENGAN KELOMPOK KELUARGA
DENGAN LANSIA ” ini selesaikan

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dari
teman-teman semua kelompok yang dengan tulus memberikan saran dan kritik, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka dari itu, kami mengharapkan segala bentuk
saran dan masukan serta kritik dari berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
A. Pengertian Komunikasi pada Lansia ............................................................................................ 6
B. Komunikasi Keluarga pada Lansia .............................................................................................. 6
C. Faktor yang menghambat proses komunikasi dengan lansia ..................................................... 8
D. Hambatan-hambatan dalam melakukan komunikasi dengan lansia ......................................... 9
E. Gangguan yang sering dijumpai pada lansia ............................................................................. 14
F. Teknik Komunikasi pada Lansia................................................................................................. 14
G. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan lansia .................................. 16
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan .................................................................................................................................... 17
B. Saran .............................................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKAN ............................................................................................................................. 18
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan, mempertahakan, meningkatkan kontrak dengan orang lain karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap harinya. Namun kemampuan berkomunikasi
bukanlah sesuatu yang mudah dan biasa, setiap orang memiliki teknik pendekatan yang
berbeda, termasuk lansia. Kesulitan dalam berkomunikasi menimbulkan masalah lainnya
karena komunikasi adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungn
serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dengan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 2014). Pada pasien lansia, perawat harus melakukan teknik khusus
dalam berkomunikasi karena pada lansia secara umum mengalami proses penurunan fungsi
tubuh termasuk pendengaran. Untuk memperbaiki intrepretasi pasien terhadap pesan, perawat
harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan
mudah dimengerti dipakai dalam berkomunikasi dengan pasien lansia.
Kemampuan berkomunikasi dengan baik pada lansia harus diimbangi dengan empati yang
akan membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional , ekonomi, sosial, dan emosi pasien
lansia.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian komunikasi Keluarga dan Pengertian lansia?
2. Komunikasi pada lansia?
3. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan?
4. Fase-fase komunikasi pada lansia?
5. Faktor yang menghambat proses komunikasi dengan lansia
6. Gangguan yang sering dijumpai pada lansia
7. Teknik komunikasi pada lansia ?
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi dengan lansia
C. Tujuan Penulisan
Meningkatkan pengatahuan tentang Komunikasi dengan lansia, dan komunikasi kelompok
keluarga dengan lansia dan Masalah yang umum terjadi pada lansia dengan masalah
komunikasi
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi pada Lansia
Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatankegiatan yang berkaitan dengan
masalah hubungan atau dapat diartikan sebagai saling tukar-menukar pendapat serta dapat
diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. (Widjaja, 1986 :
13).Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain. (Potter &
Perry, 2005 : 301) komunikasi yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya sebatas tukar-
menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim yang terapeutik.
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan
fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat
mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses
menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.Kelompok lanjut
usia ( LANSIA ) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan
Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara
perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan
mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4)
B. Komunikasi Keluarga pada Lansia
Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan
dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping
itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
1. Ketrampilan komunikasi
Listening/Pendengaran yang baik yaitu :
a. Mendengarkan dengan perhatian telinga kita.
b. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.
c. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.
2. Teknik komunikasi Keluarga dengan lansia
a. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik
b. Kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik pembicaraan
dan kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang dimensia dengan pelan.tetapi
berbicara dengan lansia demensia yang kurang mendengar dengan lebih keras hati-hati
karena tekanan suara yang tidak tepat akan merubah arti pembicaraan,pertanyaan yang
tepat kurang pertanyaan yang lansia menjawab ya atau tidak.
c. Berikan kesempatan orang lan untuk berbicara hindari untuk mendominasi ,pembicara
sebaiknya mendorontg lansia untuk berperan aktif ,Merubah topik pembicaaraan
dengan jitu menggunakan objek sekitar untuk topik pembicaraan bila lansia tidak
interest lagi
d. Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu buah setelah
makan dari pada menggunakan makanan yang berserat
e. Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu kalimat.
3. Teknik nonverbal komunikasi
a. Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak acuh,
perbedaan.
b. Kontak mata : jaga tetap kontak mata
c. Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya.
d. Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan kursi dengan
tepat. Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan.
4. Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia
a. Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan.
b. Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesan-pesan verbal dan
merupak metode primer yang non verbal.
c. Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang
akan diberikan.
d. Muali pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
e. Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.
f. Secara periodic mengklarifikasi pesan.
g. Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong untuk
berfokus pada informasi.
h. Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.
i. Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam dan akan
mengakiri interview.
j. Minta ijin bila ingin bertanya secara formal.
5. Lingkungan wawancara
a. Posisi duduk berhadapan
b. Jaga privasi
c. Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
d. Kurangi keramaian dan berisik
e. Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita
mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik
seperti cermin.
C. Faktor yang menghambat proses komunikasi dengan lansia
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apabila
ada sikap agresif dan sikap non asertif.
1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku-perilaku dibawah
ini:
 Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
 Meremehkan orang lain
 Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
 Menonjolkan diri sendiri
 Memperlakukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan maupun
tindakan
2. Non Asertif
Tanda-tanda dari sikap non asertif ini adalah:
 Menarik diri bila diajak berbicara
 Merasa tidak sebaik orang lain atau rendah diri
 Merasa tidak berdaya
 tidak berani mengungkapkan keyakinan
 Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
 Tampil diam atau pasif
 Mengikuti kehendak orang lain
 Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang
lain
D. Hambatan-hambatan dalam melakukan komunikasi dengan lansia
Banyak hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi dalam melakukan komunikasi
pada lansia. Untuk lebih memahaminya, berikut kami jabarkan beberapa faktor penghambat
komunikasi pada lansia:
1. Mendominasi pembicaraan
Karakter lansia yang terkadang merasa lebih tua dan mengerti banyak halCmenimbulkan
perasaan bahwa ia mengetahui segalanya. Kondisi seperti ini akan menyebabkan seorang
lansia jadi lebih mendominasi pembicaraan atau komunikasi. Selanjutnya adalah ia tidak
akan merasa senang jika lawan bicaranya memotong pembicaraan yang sedang ia lakukan.
Hal ini akan sangat menyulitkan pembicaraan yang terjadi.
2. Mempertahankan hak dengan menyerang
Kebanyakan lansia memang bersifat agresif. Beberapa dari mereka berusaha untuk
mempertahankan haknya dengan menyerang lawan bicaranya. Komunikasi yang efektif
tentunya tidak akan tercapai jika lansia berada dalam kondisi yang seperti ini. Bahkan
meskipun lawan bicara sudah berusaha keras untuk memberikan pemahaman bahwa ia
mendapatkan haknya, namun lansia terkadang tetap merasa tidak aman sehingga terus
melakukan penyerangan pada lawan bicaranya.
3. Acuh tak acuh
Acuh tak acuh oleh lansia ditandai dengan sikap menarik diri saat akan diajak berbicara
atau berkomunikasi. Sikap seperti ini biasanya diikuti dengan perasaan menyepelekan
orang lain. Banyak para lansia yang merasa bahwa komunikasi dengan orang yang lebih
muda dibandingkan dengan dirinya adalah satu kegiatan yang sia-sia dan tidak bermanfaat
sehingga ia akan dengan mudah menarik diri dari pembicaraan.
4. Kondisi fisik
Para lansia yang akan diajak berkomunikasi tentunya memiliki keterbatasan fisik yang
membuatnya menjadi kesulitan dalam berkomunikasi. Banyak masalah yang timbul akibat
kondisi fisik yang tidak baik pada lansia. Misalnya saja jika ia memiliki masalah pada
pendengaran, tentunya akan menjadi masalah juga dalam komunikasi. Lansia tersebut akan
membutuhkan alat bantu dengar agar ia dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar. Jika
ia tidak menggunakan alat bantu dengar, maka lawan bicaranya harus menggunakan suara
keras untuk bisa berbicara dengan lansia tersebut.
Sayangnya hal seperti ini sering disalahartikan oleh lansia sebagai bentuk penghinaan
dengan membentak. Disinilah berbagai masalah baru muncul, maka dari itu sangat
dibutuhkan pengertian dan pemahaman yang baik oleh lawan bicara terhadap kondisi lansia
agar komunikasi yang efektif dapat berjalan dengan baik dan lancar.
5. Stress
Hal lain yang menjadi hambatan dalam komunikasi dengan lansia adalah depresi atau
tingkat stres yang dialami oleh lansia. Lansia sangat mudah diserang oleh stres, baik akibat
kondisi fisik yang ia alami, maupun faktor lainnya. Jika seorang lansia sudah menderita
stres, maka ia akan selalu mudah marah dan tidak mau mendengar apapun yang dikatakan
oleh orang lain. Kondisi ini hanya bisa diperbaiki jika sumber dari beban pikirannya telah
diatasi.
6. Mempermalukan orang lain di depan umum
Faktor penghambat komunikasi dengan lansia yang satu ini merupakan salah satu hal
yang banyak dihadapi oleh orang yang berkomunikasi dengan lansia. Lansia yang selalu
merasa benar dan tahu segalanya biasanya juga akan mempermalukan orang lain di depan
umum. Hal ini sering dilakukan untuk menutupi kekurangan yang terdapat dalam diri
mereka sendiri. Jika sudah terjadi, maka biasanya komunikasi akan langsung berhenti dan
tidak lagi dilanjutkan karena lawan bicara sudah merasa tidak nyaman. Meskipun begitu,
kebanyakan lansia menyadari perbuatan mereka ini dan tidak merasa melakukan kesalahan
dalam komunikasi yang dilakukan.
7. Tertidur
Beberapa lansia mengalami masalah dengan sistem saraf mereka sehingga banyak dari
mereka yang mungkin akan tertidur ketika diajak berbicara. Kelelahan yang amat sangat
akan membuat mereka yang tadinya begitu bersemangat dalam berbicara, tiba-tiba tertidur
dan tidak mengetahui apapun ketika bangun. Hal ini lebih banyak terjadi pada lansia yang
memiliki riwayat penyakit demensia atau Alzheimer. Lansia dengan riwayat penyakit
tersebut biasanya lebih mudah tertidur, bahkan ketika sedang makan sekalipun.
8. Lupa
Lupa adalah salah satu ciri dari seorang lansia. Kebanyakan lansia akan berkali-kali
menanyakan hal yang sama meskipun sudah dijawab berulang kali. Jika lawan bicaranya
tidak sabar, maka komunikasi yang terjadi pun menjadi tidak lancar. Menjadi sebuah
kewajaran dimana lansia menjadi sangat pelupa, sehingga sangat dibutuhkan pengertian
dan kesabaran dari lawan bicara dalam menghadapi lansia.
9. Gangguan penglihatan
Komunikasi pada lansia juga sering terkendala akibat adanya gangguan penglihatan
pada lansia. Gangguan penglihatan yang terjadi bisa berupa rabun jauh, dekat, atau bahkan
sulit melihat. Beberapa bahasa yang menggunakan bahasa tubuh mungkin tidak akan
terlalu dimengerti jika lansia dalam kondisi seperti ini, maka dari itu diperlukan
pengetahuan yang cukup mengenai kondisi lansia yang diajak berkomunikasi sehingga
lawan bicara mengerti apa yang dibutuhkan lansia agar komunikasi berjalan lancar.
Gangguan penglihatan yang dialami lansia dapat diatasi dengan memberikan kacamata
yang sesuai dengan kondisi matanya. Dengan bantuan alat, maka lansia akan lebih
memahami bahasa tubuh atau komunikasi non verbal yang digunakan oleh lawan
bicaranya.
10. Lebih banyak diam
Lansia yang diajak melakukan komunikasi namun lebih banyak diam biasanya
merupakan jenis lansia yang pasif. Lansia dengan kondisi seperti ini akan menyerahkan
setiap topik dan keputusan dalam sebuah komunikasi pada lawan bicaranya. Mereka juga
akan sulit untuk dimintai pendapat karena lebih banyak mengiyakan dan mengikuti apa
yang dipikirkan oleh lawan bicara.
11. Cerewet
Bagi kebanyakan orang, lansia adalah pribadi yang cerewet yang dihindari untuk diajak
bicara. Beberapa lansia memang terkesan sangat cerewet. Hal ini tidak terlepas dari
pemikiran mereka untuk selalu menasehati orang yang lebih muda. Keinginan untuk selalu
berbicara juga tidak terlepas dari rasa kesepian dan kebosanan yang mereka rasakan. Salah
satu cara mengatasi sifat cerewet yang banyak dihindari lawan bicara ini adalah dengan
berusaha menjadi pendengar yang baik.
Dengan melihat sikap lawan bicaranya yang menghargai apa yang ia katakan, maka ia
pun akan ikut memberikan kesempatan pada lawan bicaranya untuk berbicara.
12. Mudah marah
Lansia identik dengan berbagai macam penyakit dan komplikasi. Rasa sakit yang
dirasakan tentu saja akan membuatnya tidak nyaman dan menjadi mudah marah, bahkan
meskipun tidak ada penyebabnya. Rasa mudah marah ini membuat banyak orang menjadi
malas untuk melakukan cara berkomunikasi dengan baik dengan lansia karena akan selalu
disalahkan atas segala sesuatu yang ada.
13. Pasien dengan Defisit Sensorik
Beberapa pasien menunjukkan defisit pendengaran dan penglihatan yang terkait
dengan usia, keduanya memerlukan adaptasi dalam berkomunikasi. Penelitian
mengindikasikan bahwa 16% – 24% individu berusia lebih dari 65 tahun mengalami
pengurangan pendengaran yang mempengaruhi komunikasi Bagi mereka yang berusia
diatas 80 tahun, jumlah gangguan sensorik meningkat menjadi lebih dari 60%.
Aging/penuaan mengakibatkan penurunan fungsi pendengaran yang dikenal sebagai
presbyacussis, yang terutama berkenaan dengan suara berfrekuensi tinggi. Suara
berfrekuensi tinggi adalah suara konsonan yangberdampak pada pemahaman pasien diawal
dan akhir kata. Sebagai contoh, jika anda berkata “Take the pill in the morning (Minumlah
pil dipagi hari)”, pasien akan mendengar vokal dalam kata tetapi pasien dapat berpikir anda
berkata “Rake the hill in the morning (Dakilah bukit dipagi hari)”
Gangguan visual yang berhubungan dengan usia meliputi reduksi diameter pupil; lensa
mata menguning, yang mempersulit untuk membedakan warna dengan panjang gelombang
pendek seperti lavender, biru, dan hijau; dan menurunkan elastisitas ciliary muscles, yang
mengakibatkan penurunan akomodasi ketika bahan cetakan dipegang diberbagai jarak.
Kebanyakan pasien lanjut usia mengalami penyakit mata yang menurunkan ketajaman
penglihatan (mis. katarak, degenerasi macular, glaucoma, komplikasi ocular pada
diabetes). Lebih dari 15% orang tua berusia lebih dari 70 tahun melaporkan penglihatannya
yang buruk, dan 22% lagi melaporkan penglihatannya hanya cukup untuk jarak tertentu.
Bagi mereka yang berusia diatas 80 tahun, 30% melaporkan penglihatannya yang
terganggu
14. Pasien dengan Demensia
Amerika Serikat pada tahun 2008 diprediksi memiliki lebih kurang 5,2 juta penduduk
berusia lanjut yang diantaranya menderita beberapa bentuk demensia, dan jumlahnya
diprediksi akan meningka t dua kali lipat pada 30 tahun yang akan datang . Sebagai
akibatnya, dokter dapat berharap untuk menemui lebih banyak pasien demensia dan pasien
tersebut datang berkunjung ke dokter ditemani oleh anggota keluarga atau perawat
nonformal lain (istilah caregiver digunakan dari point ini untuk merujuk pada setiap orang
yang menemani kunjungan yang merupakan informal caregiver). Penilaian dan pengobatan
pasien lanjut usia dengan demensia juga akan sangat membantu bila melibatkan caregiver
Ada banyak tingkatan demensia, yang memiliki berbagai kesulitan komunikasi. Pasien
pada stadium awal sering mengalami masalah untuk menemukan kata yang ingin
disampaikan, pasien banyak menggunakan kata-kata yang tidak memiliki makna, seperti
“hal ini”, “sesuatu”, dan “anda tahu”. Pada demensia parah, pasien dapat menggunakan
jargon yang tidak dapat dipahami atau bisa hanya berdiam diri.
Demensia memiliki efek yang merugikan pada penerimaan dan ekspresi komunikasi
pasien. Sebagian besar pasien mengalami kehilangan memori dan mengalami kesulitan
mengingat kejadian yang baru terjadi. Sebagian pasien demensia memiliki rentang
konsentrasi yang sangat singkat dan sulit untuk tetap berada dalam satu topik tertentu
15. Pasien yang Ditemani oleh Caregiver
Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah adanya orang ketiga, dengan
seorang anggota keluarga atau caregiver informal lainnya yang hadir sedikitnya pada
sepertiga kunjungan geriatrik Meskipun caregiver dapat mengasumsikan berbagai peran,
termasuk pendukung, peserta pasif, atau antagonis, pada sebagian besar kasus, caregiver
menempatkan kesehatan orang yang mereka cintai sebagai prioritasnya.
Caregiver sangat penting untuk sistem perawatan kesehatan lanjut usia. Mereka tidak
hanya membantu dengan nutrisi, aktivitas kehidupan sehari-hari, tugas rumah tangga,
pemberian obat, transportasi, dan perawatan lain untuk pasien lanjut usia, caregiver
membantu memudahkan komunikasi antara dokter dan pasien serta mempertinggi
keterlibatan pasien dalam perawatan mereka sendiri. Juga merupakan hal penting untuk
memperlakukan pasien lanjut usia dalam konteks atau sudut pandang caregiver-nya agar
didapatkan hasil terbaik bagi keduanya
E. Gangguan yang sering dijumpai pada lansia
1. Gangguan neurology sering menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi dapat juga karena
pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain.
2. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan, mengingat dan respon
pada pertanyaan seseorang.
3. Perawat sering memanggil dengan “nenek”, “sayang”, dan lain-lain. Hal tersebut membuat
tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya.
4. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
5. Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling percaya.
6. Gangguan syaraf dalam pendengarannya
7. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan - pesan non-verbal.
8. “Overload” dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak orang
berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang.
9. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan misalnya focus pada rasa
sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih penuh, udara yang tidak enak, dan lain-lain.
10. Hambatan pada pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek pengobatan dan kondisi
patologi, gangguan fungsi psikososial, karena depresi atau dimensia, gangguan kontak dengan
realita.
11. Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara : ribut/berisik, terlalu banyak informasi
dalam waktu yang sama, terlalu banyak orang yang ikut bicara, peerbedaan budaya, perbedaan,
bahasa, prejudice, dan strereotipes
F. Teknik Komunikasi pada Lansia
1. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada konteks komunikasi
a. Pendekatan fisik
Mencari kesehatan tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang di alami,
perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di
kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya.
b. Pendekatan psikologis
Pendekatan ini bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka
umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini,
perawat sebagai konselor, advokat terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai
pena,pung masalah pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
c. Pendekatan sosial
Pendekatan ini di laksanakan meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan
lingkungan. Mengadakan diskusi tukar fikiran bercerita serta bermain merupakan
implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia
maupun dengan petugas kesehatan,
d. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau
agama yang di anutnyaterutama pada saat klien sakit atau mendekati kematian.
2. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada reaksi penolakan
Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan sesorang untuk mengakui secara sadar
terhadap pikiran, keiinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian – kejadian nyata
sesuatu yang merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada
dirinya.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
penolakan antara lain:
1. Penolakan segera reaksi penolakan klien.
Yaitu membiarkan lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Langkah –
langkah yang dapat di lakukan sebagai berikut :
a. Identifikasi pikiran yang paling membahayakan dengan cara observasi klien bila
sedang mengalami puncak reaksinya.
b. Ungkapakan kenyataan yang di alami klien secara perlahan di mulai dari kenyataan
yang merisaukan.
c. Jangan menyongkong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang cocok
bagi klien dan bicarakan sesering mungkin jangan sampai menolak.
2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan sendiri.
Langkah ini bertujuan mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan
yang akan di lakukan serta upaya untuk memandikan klien, antara lain:
a. Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam perencanaan waktu,
tempat dan macam, perawatan.
b. Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai mengenal
kenyataan.
c. Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahaan atau perasaan sedihnya
dengan mempergunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan dan menluangkan
waktu bersamanya.
3. Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat.
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperolah
sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana atau tindakan dapat
terealisasi dengan baik dan cepat. Upaya ini dapat di laksanakan dengan cara – cara
sebagai berikut :
a. Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia menentukan
perasaannya.
b. Meliangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang
apa yang sedang terjadi pada klien lansia serta hal – hal yang dapat di lakukan
dalam rangka membantu.
c. Hendaknya pihak – pihak lain memuji usaha klien lansia untuk menerima
kenyataan.
d. Menyadarkan pihak lain akan pentingnya hukuman (bukan hukuman fisik) apabila
klien lansia mempergunakan penolakan atau denial.
G. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan lansia
1. Tunjukan rasa hormat, seperti “Bapak” atau “Ibu” atau panggilan sebelumnya.
2. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
3. Pertahankan kontak mata denga pasien
4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-tega dan mendengarkan adalah kunci komunikasi
efektif
5. Beri kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
6. berbicara dengan jelas, intonasi jelas dan tidak tergesa-gesa serta sederhana
7. Mnggunakan bahasa yang dimengerti pasien
8. gunakan sentuhan lembut sebagai wujud kehangatan
9. Jangan mengabaikan pasien ketika berinteraksi
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Tehnik komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan harus disertai pengetahuan
perawatan lansia baik fisik, psikologis, biologis dan spiritual. Klien lansia dengan reaksi
penolakan tidak menyadari adanya ancaman pada kesehatannya.
B. Saran
Dalam tehnik komunikasi terdapat dua dimensi yang bertentangan, diharapkan
perawat dapat menyesuaikan situasi bagaimana seharusnya dia bertindak. Jika klien dalam
puncak penolakan maka perawat harus mengobservasi pikiran-pikiran klien, jika klien
lansia kooperatif maka perawat dapat berfungsi sebagai teman dan guru serta tempat
mencurahkan perasaan klien.
DAFTAR PUSTAKAN

http//komunikasi pada lansia.com


http//konsep komunikasi .co.id

You might also like