You are on page 1of 15

A.

Latar Belakang
Kurikulum berasal dari kata curic (pelari) dan curere (tempat berpacu), dan pada awalnya
digunakan dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus
ditempuh oleh seorangpelari mulai dari star sampai finish untuk memperoleh
mendali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan
menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari
awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.
Ilmu pengetahuan sosial yang disingkat IPS dan pendidikan ilmu pengetahuan sosial
yang yang sering kali disingkat Pendidikan IPS atau PIPS merupakan dua istilah yang sering
diucapkan atau dituliskan dalam berbagai karya akademik secara tumpang tindih
(overlaving). Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil
kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem
pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS
merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah.
Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran yang integrasi dari mata
pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Nama
IPS ini sejajar dengan nama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang disingkat IPA
sebagai integrasi dari namamata pelajaran Biologi, Kimia, Fisika.
Perkembangan Social Studies di dunia khususnya di Amerika Serikat telah banyak
memengaruhi pemikiran Pendidikan IPS (PIPS) di Indonesia. Keberadaan PIPS dalam
sistem pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sistem kurikulum yang pernah
berlaku di Indonesia. Seperti telah dikemukakan oleh sejumlah pakar bahwa secara
embriorik kurukuler, PIPS di lembaga pendidikan formal atau sekolah di Indonesia pernah
dimuat dalam kurikulum tahun 1947, kurikulum berpusat mata pelajaran terurai tahun 1952,
kurikulum tahun 1964, dan kurikulum tahun 1964. Baru dalam kurikulum tahun 1975,
kurikulum 1984, dan kurikulum tahun 1994, PIPS telah menjadi salah satu mata pelajaran
yang berdiri sendiri pada jenjang pendidikan Dasar dan Menengah yang disesuaikan dengan
karakteristik atau kenutuhan peserta didik.
Sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, maka tidak ada lagi kurikulum yang bersifat terpusat (kurikulum
nasional). Menurut PP tersebut, penyusunan kurikulum menjadi kewenangan satuan
pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum yang berlaku adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Pemerintah pusat yang menegaskan kepada Badan Stabdar Nasional
Pendidikan (BSNP) hanya memiliki kewenangan menyusun Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang mulaqi tahun 2006 diterbitkan dalam bentuk Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tentang Standar Isi (SI) dan Nomor
23 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana perkembangan kurikulum pendidikan IPS mulai tahun
1964 sampai kurikulum 2013?
2. Bagaimana perbedaan kurikulum pendidikan IPS mulai tahun 1964 sampai
kurikulum
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui perkembangan kurikulum pendidikan IPS mulai tahun 1964 sampai
kurikulum 2013
2. Mengetahui perbedaan antara kurikulum pendidikan IPS mulai tahun 1964 sampai
kurikulum 2013

D. Manfaat Makalah
Hasil dari penulisan yang di buat ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya pada seluruh mahasiswa, agar dapat lebih mengetahui dan
memahami materi tentang perkembangan kurikulum Pendidikan IPS yang ada di
Indonesia sejak kurikulum Tahun 1964 sampai kurikulum 2013.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan IPS dalam Kurikulum 1964 dan 1968


Dalam kurikulum 1964, ada perubahan pendekatan dalam pengajaran IPS di Indonesia,
meskipun istilah IPS pada kurun waktu ini belum dikenal. Dimyati (1989) menanamkan
pendekatan yang yang digunakan bersifat korelatif dari ilmu-ilmu sosial. Dalam kurikulum
tersebut, ada mata pelajaran pendidikan kemasyarakatan yang terdiri atas korelasi dari mata
pelajaran ilmu bumi, sejarah dan civics. Pada tahun 1968, terjadi perubahan kurikulum yang
ditandai dengan adanya pengelompokan mata pelajaran sesuai dengan orientasi dan
perkembangan pendidikan. Padasaat ini mulai diperkenalkan nama pendidikan kewarganegaraan
sehingga pendidikan kemasyarakatan diubah menjadi pendidikan kewarganegaraan yang
merupakan korelasi dari ilmu bumi, sejarah, dan pengetahuan kewarganegaraan.
Ketika kurikulum 1968 masih berlaku, istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) mulai
muncul dalam seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawang Mangu Solo.
Menurut Winataputra (2001), dalam laporan seminar tersebut ada tiga istilah yang muncul dan
digunakan secara bertukar-pakai (interchangeable), yakni pengetahuan sosial, studi sosial dan
ilmu pengetahuan sosial, yang diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah soial yang dipilih
dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar masalah-
masalah sosial itu dapat dipahami oleh siswa.
IPS sebagai mata pelajaran pertama kali masuk dalam dunia persekolahan terjadi pada
tahun 1972-1973, yakni dalam kurikulum proyek perintis sekolah pembangunan (PPSP) IKIP
Bandung (Winataputra, 2001). Pada saat itu, mata pelajaran IPS belum masuk kedalam
kurikulum SD, SMP, maupun SMA. Menurut Winataputra, dalam kurikulum SD 8 tahun PPSP
digunakan issstilah “Pendidikan Kewargaan Negara atau Studi Sosial” sebagai mata pelajaran
sosial terpadu. Dalam kurikulum SD PPSP tersebut, IPS diartikan sama dengan Pendidikan
Kewargaan Negaraan.
B. Kurikulum Pendidikan Ilmu Sosial 1975 dan 1984
Pengembangan kurikulum 1975 merupakan awal baru dalam sejarah pengembangan
kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini tidak dikembangkan oleh Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaaan tetapi oleh suatu lembaga di bawah kementrian tersebut yang dinamakan pusat
pengembangan kurikulum. Kurikulum ini pun menggunakan model pengembangan yang lebih
jelas yang dikenal dengan nama model pendekatan tujuan. Model pendekatan tujuan ini dikenal
pula dengan nama model tyler dan mempunyai pengaruh yang besar di Amerika Serikat. Pada
fase ini pengaruh pendidikan Amerika Serikat mulai menguat di Indonesia terutama melalui para
sarjana yang pulang dari belajar di Negara tersebut.
Selain model pengembangan, dalam kurikulum baru, digunakan pula pendekatan
pengembangan materi kurikulum yang berbeda dari kurikulum sebelumnya. Dalam kurikulum
1975 digunakan nama ilmu pengetahuan sosial (IPS). Dalam kurikulum SMP, IPS meliputi
disiplin ilmu geografi, sejarah dan ekonomi sebagai disiplin ilmu utama. Disamping digunakan
juga materi pelajaran dari sosiologi, politik dan antropologi.
Definisi IPS yang digunakan kurikulum 1975 agak sedikit berbeda. Dalam definisi ini
dikatakan bukan paduan dari sejumlah mata pelajaran ilmu sosial tetapi sejumlah mata pelajaran
sosial. Dalam dokumen kurikulum yang disebut Garis–Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
yang dimaksudkan dengan mata pelajaran sosial adalah disiplin ilmu-ilmu sosial. Untuk IPS
SMP disebutkan bahwa materi pelajaran IPS ditunjang geografi dan kependudukan, sejarah, dan
ekonomi koperasi. Sedangkan untuk SMA mencakup geografi dan kependudukan, sejarah
antroplogi budaya, ekonomi dan koperasi serta tata buku dan hitung dagang.
Orientasi pada pendidikan IPS pada pendidikan disiplin ilmu jelas tergambarkan dalam
dokumen kurikulum. Artinya, integrasi yang dimaksudkan adalah integrasi materi dari bebagai
disiplin ilmu tersebut. Pokok bahasan ini merupakan materi kajian dan materi pengikat fusi
antara berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial. Sayangnya, definisi IPS yang digunakan tidak
berhasil dikembangkan secara baik dalam Garis – Garis Program Pengajaran (GBPP) IPS baik
untuk SMP maupun untuk SMA.
Kurikulum Tahun 1984 merupakan penyempurnaan kurikulum tahun 1975. Dalam
kurikulum 1984, nama IPS hanya digunakan untuk menyebutkan namamata pelajaran pada
jenjang pendidikan dasar MI/SD dan MTs/SMP, samaseperti dalam Kurikulum 1975. Disiplin
ilmu yang dimasukkan dalam matapelajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar (MTs/SMP)
menjadi lebih luas dibandingkan dengan Kurikulum 1975. Disiplin ilmu seperti sosiologi,
antropologi, hukum, politik dijadikan materi baru bagi IPS.
Dilihat dari jumlah disiplin ilmu yang tercakup, maka dapat dikatakan bahwa Kurikulum
Tahun 1984 untuk IPS lebih maju jika dibandingkan dengan Kurikulum Tahun 1975. Berbeda
dengan mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar, untuk jenjang pendidikan menengah,
nama IPS tidak lagi digunakan, melainkan disiplin ilmu sosial itu sendiri. IPS untuk jenjang
pendidikan menengah diwakili mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, antropologi-sosiologi,
dan tatanegara. Setiap disiplin ilmu yang disebutkan itu merupakan mata pelajaran yang berdiri
sendiri.
Dengan demikian tiap-tiap disiplin ilmu memiliki GBPP yang berbeda yang secara fisik
terpisah dan isinya tidak berhubungan. Selain itu, mata pelajaran ilmu-ilmu sosial tersebut
berbeda dalam status kurikulum mereka. Ada yang dimasukkan ke dalam kelompok program
intidan ada yang dimasukkan menjadi kelompok program- pilihan. Program inti adalah program
yang diberikan kepada semua siswa dan siswi, sedangkan program pilihan hanya diberikan
kepada kelas atau jurusan tertentu.
C. Kurikulum Pendidikan Ilmu Sosial Tahun 1994
Pembahasan dilakukan terhadap kurikulum ini berdasarkan dokumen resmi yang ada
yaitu keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 060/U/1993 tentang kurikulum
pendidikan dasar (dimana SMP sebagai bagian dari pendidikan dasar). Dalam keputusan
Mendikbud tersebut di sebutkan bahwa di SMP terdapat mata pelajaran yang di sebut Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) yang mencakup ilmu bumi, sejarah (nasional dan umum) dan ekonomi.
Kajian lanjutan terhadap rancangan GBPP memperlihatkan bahwa pendekatan pengajaran
disiplin ilmu terpisah (separated disciplinary approach) merupakan sesuatu yang tetap dominan.
Artinya, GBPP IPS SMP menyatakan bahwa masing-masing anggota kurikulum IPS itu bersifat
mandiri dengan tujuan, materi dan juga jam pelajaran yang terpisah satu sama lain.
Tampak di setiap kelas dan setiap catur wulan (sistem semester yang dianut kurikulum
1984 diganti dengan satuan lama yaitu catur wulan, berlaku untuk pendidikan dasar, SD dan
SMTP, serta pendidikan menengah) komponen-komponen kurikulum untuk ketiga disiplin itu
dijejerkan sehingga secara fisik kelihatan dekat. Dalam GBPP di sebutkan bahwa kondisi ideal
mengajarkan IPS adalah setiap disiplin ilmu dalam IPS diajarkan oleh guru yang berbeda. Hanya
dalam hal yang tidak memungkinkan barulah ketiga disiplin tersebut diajarkan oleh seornag guru
yang sama. Anjuran yang yang demikian tidak saja memperkuat kemandirian tetapi juga semakin
memperlihatkan bentuk pendidikan ilmu-ilmu sosial yang diinginkan.
Posisi kurikulum seperti ini kiranya kurang menguntungkan. Apabila pendidikan ilmu-
ilmu sosial di SMP hendak diajarkan dalam bentuk terpisah semacam itu maka ada baiknya
setiap disiplin dikembangkan terpisah sehingga tidak terjadi kekalutan antara apa yang
didefinisikan di bagian awal GBPP dengan kenyataan materi kurikulum. Di bagian awal IPS
diartikan sebagai mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial didasarkan pada bahan
kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi dan tata Negara. Khusus di Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama program pengajaran IPS hanya mencakup bahan kajian geografi,
ekonomi dan sejarah (GBPP, 1993:1, edisi Juni 1993).
Kurikulum pendidikan IPS di SMA 1994 memiliki beberapa perbedaan dengan
kurikulum pendidikan ilmu-ilmu sosial sebelumnya. Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan nomor 061/U/1993 menyatakan bahwa struktur kurikulum SMA terdiri atas
program umum yaitu program bahasa, program ilmu pengetahuan alam dan program ilmu
pengetahuan sosial. Jadi, dilihat dari strukturnya ada penyedeharnaan dari 5 program pilihan
dalam kurikulum 1984 menjadi hanya 3 program pilihan dalam kurikulum 1994. Selain
penyederhanaan, struktur kurikulum 1994 memiliki perbedaan dari kurikulum 1975 maupun
1984. Perbedaan itu terjadi dalam pemilihan program khusus. Di kurikulum 1975, siswa sudah
memilih jurusan di semester ke dua. Dalam kurikulum 1984 siswa memilih program khusus di
semester ke tiga (ketika mereka naik ke kelas 2). Dalam kurikulum 1994 siswa baru memilih
program khusus ketika mereka akan naik ke kelas tiga. Jadi, kekhususan dalam program baru
terjadi di kelas terakhir ketika mereka mmpersiapkan diri untuk studi lanjutan di perguruan
tinggi.
Berbeda dengan kurikulum pendidikan ilmu-ilmu sosial di SMP, kurikulum pendidikan
ilmu-ilmu sosial di SMA mengambil bentuk yang lebih tegas. Pendekatan didiplin terpisah dan
mandiri dinyatakan tidak hanya dalam definisi (untuk setiap pendidikan disiplin ilmu yang
dinyatakan dalam kurikulum) tetapi juga dalam pengembangan kurikulum. Perbedaannya dengan
kurikulum 1984 adalah adanya penambahan disiplin. Apabila dalam kurikulum SMA 1984
sosiologi dan antrologi di satukan maka dalam kurikulum baru ini keduanya dipisahkan. Di kelas
ini sosiologi diajarkan kepada semua siswa dan di beri kedudukan sebagai bagian dari IPS.
Selain itu dalam program ilmu pengetahuan sosial ada pula mata pelajaran ekonomi, tata Negara
sebagai mata pelajaran khusus program IPS, pendidikan geografi sebagai mata pelajaran umum
dan pendidikan sejarah sebagai mata pelajaran khus dan umum.
D. Kurikulum Pendidikan Ilmu Sosial Tahun 2004
Pada kurikulum 2004, nama IPS berubah menjadi “Pengetahuan Sosial (PS)” dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam kurikulum ini lebih menekankan kemampuan–
kemampuan (kompetensi) yang harus dikuasai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran di
dalam kelas. KBK ini member kesempatan kepada guru untuk merancang pembelajaran secara
rinci dengan berpedoman pada rambu-rambu silabus yang terdiri dari kompetensi dan
pengalaman belajar. Materi dan rincian, kegiatan pembelajaran dan asesmen atau penilaian yang
mencakup kegiatanTatapMuka (TM), TugasTerstruktur (TS) dan Kegiatan Mandiri (MD).
Kompetensi yang harus dimiliki siswa setelah proses pembelajaran IPS ada dua macam,
yakni: Kompetensi Umum dan Kompetensi Dasar. Kompetensi umum dalam pengajaran IPS
ada dua macam, yakniKompetensi Ilmu Sosial dan Kompetensi Jenjang. Kompetens iilmu social
adalah kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah mempelajari IPS selama mengikuti
pendidikan di SD/MI. SLTP/MTs, dan SMU/MA. Kompetensi jenjang adalah kompetensi yang
harus dimiliki siswa setelah melalui proses pembelajaran IPS di tingkat SD/MI saja.
Kompetensi Dasar merupakan uraian kemampuan (kompetensi) yang memadai harus
dimiliki siswa atas pengetahuan, keterampilan dan sikap mengenai materi-materi pokok dalam
pengajaran IPS. Kemampuan harus dimiliki siswa dan dikembangkan secara maju berkelanjutan
(progrescontinus). Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini pengajaran IPS/PS
disatukan (diintegrasikan) dengan pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga berubah
nama menjadi “ Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial (PKPS)”.
E. Kurikulum Pendidikan Ilmu Sosial Tahun 2006
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah
dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23
Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun
pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang memuat:
a. kerangka dasar dan struktur kurikulum
b. beban belajar
c. kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan
pendidikan
d. kalender pendidikan.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah
setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan
KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas
Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru
dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi
setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang
disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan
masyarakat.
F. Kurikulum Pendidikan Ilmu Sosial Tahun 2013
1. Pengertian
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang isu-isu
sosial dengan unsur kajiannya dalam konteks peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi. Tema
yang dikaji dalam IPS adalah fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat baik masa lalu,
masa sekarang, dan kecenderungannya di masa-masa mendatang. Pada jenjang SMP/MTs, mata
pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran
IPS, peserta didik diharapkan dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
2. Rasional
Saat ini Bangsa Indonesia sedang menghadapi banyak tantangan dalam berbagai bidang
kehidupan. Dalam menghadapi tantangan tersebut dibutuhkan kekuatan diri dari masing-masing
warga negara dan kekuatan kohesi sosial dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya. Kekuatan
diri yang diharapkan adalah menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung
jawab (Lihat UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Sedangkan kohesi
sosial yang dibutuhkan adalah kekuatan kebersamaan, komitmen, dan kearifan untuk bahu
membahu dalam membangun bangsa.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, bangsa Indonesia perlu memupuk nasionalisme
budaya (cultural nationalism) yang berarti pengakuan terhadap budaya etnis yang beragam, yang
lahir dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia yang bhinneka. Setelah itu perlu mengelola
sumberdaya alam untuk menjamin kesejahteraan bangsanya berdasarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan prinsip keadilan sosial, dan meningkatkan daya saing produk barang dan jasa,
melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia sebagai subyek dalam persaingan tersebut.
Dari semua tantangan tersebut, pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengambil
peran untuk memberi pemahaman yang luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan,
yaitu (1) memperkenalkan konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya, (2) membekali kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memupuk
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan (4) membina
kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di
tingkat lokal, nasional, dan global.
3. Tujuan
Tujuan utama dari pembelajaran IPS ini adalah untuk membina para peserta didik
menjadi warganegara yang mampu mengambil keputusan secara demokratis dan rasional yang
dapat diterima oleh semua golongan yang ada di dalam masyarakat. Adapun rincian tujuan mata
pelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
4. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu.
b. Perubahan masyarakat Indonesia pada zaman praaksara, zaman Hindu-Buddha dan
zaman Islam, zaman penjajahan dan tumbuhnya semangat kebangsaan, masa pergerakan
kemerdekaan sampai dengan awal reformasi.
c. Jenis dan fungsi kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat.
d. Interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi

1. Prinsip-prinsip Belajar, Pembelajaran, dan Penilaian


Proses pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum 2013 adalah pendekatan proses
sain. Beberapa keterampilan yang dibina antara lain:
a. Keterampilan berpikir yaitu kemampuan mendeskripsikan, mendefinisikan,
mengklasifikasi, membuat hipotesis, membuat generalisasi, memprediksi,
membandingkan dan mengkontraskan, dan melahirkan ide-ide baru
b. Keterampilan akademik yaitu kemampuan membaca, menelaah, menulis, berbicara,
mendengarkan, membaca dan menginterpretasi peta, membuat garis besar, membuat
grafik dan membuat catatan
c. Keterampilan penelitian yaitu mendefinisikan masalah, merumuskan suatu hipotesis,
menemukan dan mengambil data yang berhubungan dengan masalah, menganalisis data,
mengevaluasi hipotesis dan menarik kesimpulan, menerima, menolak atau memodifikasi
hipotesis dengan tepat
d. Keterampilan sosial yaitu kemampuan bekerjasama, memberikan kontribusi dalam tugas
dan diskusi kelompok, mengerti tanda-tanda non-verbal yang disampaikan oleh orang
lain, merespon berbagai masalah, memberikan penguatan terhadap kelebihan orang lain,
dan mempertunjukkan kepemimpinan yang tepat.
Dengan landasan pada harapan di atas, pembelajaran IPS memiliki lima langkah pokok
yaitu:
a. Mengamati yaitu kegiatan belajar dari lingkungannya melalui indera penglihat, pembau,
pendengar, pengecap dan peraba pada waktu mengamati suatu objek. Tujuannya untuk
memperoleh pengalaman dan melihat fakta tentang keadaan lingkungan sekitarnya.
b. Menanya yaitu kegiatan peserta didik untuk mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya
baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, atausuatu proses tertentu.
c. Mengeksperimen, yaitu kegiatan mengumpulkan datamelalui kegiatan uji coba,
mengeksplorasi lebih mendalam, dan mengumpulkan data sehingga data yang telah
diperoleh dapat dianalisis dan disimpulkan.
d. Mengasosiasi yaitu kegiatan peserta didik untuk membandingkan antara data yang telah
diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan dan atau
ditemukannya prinsip dan konsep penting.
Mengomunikasikan yaitu kegiatan peserta didik dalam mendiskripkan dan
menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, uji coba, dan mengasosiasi.
Kelima proses tersebut dapat diisi dengan berbagai kegiatan yang relevan. Penilaian
peserta didik juga diarahkan pada kelima proses pembelajaran. Dengan demikian strategi
penilaian proses dan hasil belajar yang digunakan adalah penilaian kelas. Penilaian kelas
dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian
sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian
melalui kumpulan hasil kerja/karya siswa (portfolio), dan penilaian diri.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

IPS sebagai mata pelajaran pertama kali masuk dalam dunia persekolahan pada tahun
1972-1973, yakni dalam kurikulum proyek perintis sekolah pembangunan (PPSP) IKIP Bandung
(Winataputra, 2001). Pada saat itu, mata pelajaran IPS belum masuk kedalam kurikulum SD,
SMP, maupun SMA. Menurut Winataputra, dalam kurikulum SD 8 tahun PPSP digunakan
issstilah “Pendidikan Kewargaan Negara atau Studi Sosial” sebagai mata pelajaran sosial
terpadu. Dalam kurikulum SD PPSP tersebut, IPS diartikan sama dengan Pendidikan Kewargaan.
Definisi IPS yang digunakan kurikulum 1975 agak sedikit berbeda. Dalam definisi ini
dikatakan bukan panduan dari sejumlah mata pelajaran ilmu sosial tetapi sejumlah mata
pelajaran sosial. Kurikulum Tahun 1984 merupakan penyempurnaan Kurikulum tahun 1975.
Pada kurikulum 2004, nama IPS berubah menjadi “Pengetahuan Sosial (PS)” dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam kurikulum ini lebih menekankan kemampuan–
kemampuan (kompetensi) yang harus dikuasai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran di
dalam kelas.
Kurikulum IPS Tahun 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau
Kurikulum 2006 adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. Dan kurikulum IPS Tahun 2013,
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang isu-isu sosial
dengan unsur kajiannya dalam konteks peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum Pendidikan IPS di Indonesia
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Jika dilihat dari segi konsep kurikulum telah
mengalami perubahan yang semakin baik.
B. Saran
Guru IPS harus berperan aktif dalam tatanan kerja dimana saat ini sedang dalam
kemajuan belajar melalui Informasi Teknologi, paling tidak guru IPS harus dipertautkan
kembali dalam keterlibatan filosofis atau filsafat yang berkembang khususnya dalam bidang
pendidikan. Agar jangan sampai dinilai oleh siswa sebagai guru yang kolot dan ketinggalan,
sebaiknya guru harus banyak belajar seiring dengan kemajuan Informasi dan teknologi, karena
perkembangan informasi Global membuka seluas-luasnya pelajaran di dunia maya, internet dan
media massa, paling tidak guru mampu mengimbangi proses-belajar mengajar dengan
memanfaatkan peralatan teknologi sebagai alat pembelajaran siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Hamid. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta:


Numan Somantri, M. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS.
Bandung: Rosda Karya
Sapriya. (2012). Pendidikan IPS. Bandung: PT Rosdakarya
Wahyuningtyas, Neni. (2012). Perkembangan Kurikulum dan Landasan Filosofis Pendidikan
IPS. [online] tersedia di:
https://www.academia.edu/6754974/PERKEMBANGAN_KURIKULUM_DAN_LANDASAN_
FILOSOFIS_PENDIDIKAN_IPS_ILMU_PENGETAHUAN_SOSIAL_DI_INDONESIA_Poste
d
http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan
https://mgmpips3gw.wordpress.com/2013/08/01/kurikulum-2013-ips-smpmts/

You might also like