WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
KUASA PENGGUNA ANGGARAN DALAM PELAKSANAAN
ANGGARAN BELANJA NEGARA.
Roseno Napu Setiawan
Yohanes G. Tuba Helan
Saryono Yohanes
Universitas Nusa Cendana
JI. Adi Sucipto Penfui, Kupang
Email : roseno.setiawan@gmail.com
Submited: 09 December 2017, Reviewed: 22 May 2018, Accepted: 30 October 2019
Abstract
Proxy of Budget User (PBU) is an official who has the authority to implement the use of
the budget work units in the State Ministry/Institution. Furthermore, in implementing state
expenditure, PBU will be assisted by another state budget officials. This research aims to
determine the authority of PBU and the extent of PBU's responsibility for such authority. This
research is a normative study using a statute and conceptual approach. The results shows that
by granting the authority to officials managing the state budget will bear responsibility for
the use of such authority. This is in accordance with the general principle that authority will
always be accompanied by responsibilty ie the principle of no authority without responsibility
In the event of a fault in the process of execution of the state budget, the officer exercising the
authority will be held responsible. Such responsibilities can be either job responsibilities or
personal responsibility related to the realm of administrative lav, civil law and criminal lav.
Key words: authority, responsibility, proxy of budget user, state budget.
Abstrak
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) merupakan pejabat yang memiliki wewenang untuk
melaksanakan penggunaan anggaran satuan kerja (satker) pada Kementerian Negara/Lembaga,
Dalam melaksanakan belanja negara, KPA akan dibantu oleh pejabat pengelola anggaran belanja
negara lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wewenang yang dimiliki oleh KPA
serta sejauh mana tanggung jawab KPA atas pelaksanaan wewenang tersebut. Penelitian ini
merupakan penelitian normatif dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach)
dan pendekatan konseptual (conseptual approach). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
adanya wewenang pelaksanaan Anggaran Belanja Negara yang diberikan kepada para pejabat
pengelola anggaran belanja negara akan melahirkan tanggung jawab atas penggunaan wewenang
tersebut, Hal ini sesuai dengan prinsip umum bahwa kewenangan akan selalu disertai dengan
tanggung jawab yaitu prinsip tidak ada kewenangan tanpa pertanggungjawaban, Dalam hal
terdapat kesalahan dalam proses pelaksanaan anggaran belanja negara maka akan menimbulkan
tanggung jawab tethadap pejabat yang melaksanakan wewenang tersebut. Tanggung jawab
464 DOL: hit/idx.doi.org/10.21776/ub.atenahukum.2019.01203.4465
ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481
dimaksud dapat berupa tanggung jawab jabatan maupun tanggung jawab pribadi yang terkait
dengan ranah hukum administrasi, hukum perdata maupun pidana.
Kata kunci:
Latar Belakang
Alinea keempat Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (selanjuinya disebut UUD NRI
1945) menyatakan bahwa “Untuk membentuk
suatu pemerintahan Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan
kehidupan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
Kemerdekaan,
dan keadilan
mencerdaskan bangsa dan
berdasarkan
abadi
perdamaian
sosial”. Dari alinea
tersebut dapat dilihat bahwa diperlukan
adanya pemerintahan Negara Indonesia untuk
dapat mencapai tujuan negara. Pencapaian
tujuan negara selalu terkait dengan keuangan
negara sebagai bentuk pembiayaan terhadap
penyelenggaran pemerintahan negara yang
dilakukan oleh penyelenggara negara. Tanpa
keuangan negara, tujuan negara tidak dapat
terselenggara sehingga hanya berupa cita-cita
shukum belaka’.
Wajud dari
negara adalah Anggaran Pendapatan dan
pengelolaan keuangan
Belanja Negara (APBN) sebagaimana diatur
dalam UUD NRI 1945 Pasal 23 ayat (1)
yang menyatakan Anggaran Pendapatan
Dan Belanja Negara sebagai wujud dari
pengelolaan
keuangan negara ditetapkan
1 Muhammad Djafar Saidi, Hukum Kewangan
anggaran belanja negara, kuasa pengguna anggaran, tanggung jawab, wewenang,
setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesar_kemakmuran rakyat
Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17
tahun 2003 tentang Keuangan Negara diatur
bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan
memegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara dari kekuasaan
sebagai bagian
pemerintahan, kekuasaan —_pengelolaan
keuangan negara tersebut digunakan untuk
mencapai tujuan bemegara. Selanjutnya pada
ayat (2) disebutkan bahwa kekuasaan tersebut
dikuasakan kepada Menteri/pimpinan lembaga
selaku Pengguna —_Anggaran/Pengguna
Barang Kementerian Negara/Lembaga yang
dipimpinnya,
Pengertian Pengguna Anggaran (PA)
diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
yaitu. Pengguna Anggaran adalah pejabat
pemegang kewenangan penggunaan anggaran
kementerian negara/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah. Sebagai pejabat pemegang,
kewenangan pengguna anggaran kementerian
negara/lembaga, PA menunjuk — pejabat
Kuasa Pengguna Anggaran (selanjutnya
disebut KPA) untuk melaksanakan sebagian
kewenangan dan tanggung jawab penggunaan
anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga
yang dipimpinnya.
egara, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), him.SSetiawan, Helan, Yohanes, Wewenang dan Tanggung Jawab Kuasa
Pengertian KPA diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, KPA adalah pejabat yang
‘memperoleh kuasa dari PAuntukmelaksanakan
sebagian kewenangan dan tanggung jawab
penggunaan anggaran pada Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan, Pada
Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah
dimaksud diatur bahwa Menteri/Pimpinan
Lembaga selaku PA berwenang menunjuk
kepala satuan kerja(satker)yang melaksanakan
kegiatan Kementerian/Lembaga sebagai KPA,
dan menetapkan Pejabat Perbendaharaan
lainnya, Selanjutnya pada ayat (2), diatur
bahwa kewenangan PA untuk menetapkan
Pejabat Perbendaharaan tersebut dilimpahkan
kepada KPA.
saling uji (check and balance), KPA wajib
Dalam rangka mekanisme
‘menunjuk Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
untuk melaksanakan kewenangan melakukan
tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja negara dan menunjuk Pejabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar
(PPSPM)
pengujian tagihan dan perintah pembayaran
untuk kewenangan melakukan
atas beban anggaran negara,
‘Tanggung jawab KPA diatur dalam Pasal
10 Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara
Pelaksanaan APBN yang mengatur bahwa
KPA bertanggungjawab secara formal dan
‘materiil kepada PA atas pelaksanaan kegiatan
yang berada dalam penguasaannya, Tanggung
jawab formal adalah tanggung jawab atas
pelaksanaan dan
tugas wewenang KPA.
488
sebagaimana dimaksudkan dalam pasal § PP
tersebut yaitu mengenai tugas dan wewenang.
KPA. Tanggung jawab materiil merupakan
tanggung jawab atas penggunaan anggaran
dan keluaran (output) yang dihasilkan atas
beban anggaran negara.
Pengaturan_ mengenaitanggung jawab
KPA sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah tentang Tata Cara Pelaksanaan
APBN tersebut dapat menimbulkan perbedaan
pemahaman atau penafsiran, baik itu dari
pihak internal pejabat perbendaharaan yang
mengelola dana APBN maupun dari pihak
ekstermal seperti auditor maupun aparat
penegak hukum, khususnya apabila timbul
kerugian Keuangan negara. Masalah yang
dapat timbul misalnya terkait_pemahaman
mengenai wewenang dan tanggung jawab
dari PPK atau PPSPM merupakan wewenang
dan tanggung jawab KPA sehingga apabila
terdapat kesalahan pihak PPK atau PPSPM
maka KPA turut bertanggungjawab, Selain
itu, kata "kuasa” dalam KPA kadangkala
dapat diartikan sebagai mandat dari PA
kepada KPA sehingga PA merupakan pihak
yang bertanggungjawab apabila_timbul
‘masalah dalam pelaksanaan APBN. Untuk
itu, pemahaman terkait konsep wewenang
dan tanggung jawab KPA dalam pelaksanaan
anggaran belanja negara menjadi penting
untuk dipahami,
Beranjak dari permasalahan tersebut di
atas, penelitian ini bermaksud untuk mengurai
dan menjelaskan tugas dan wewenang dari
KPA dalam pelaksanaan anggaran belanja467
negara pada
tanggung jawab yang timbul alas pelaksanaan
satker, serta sejauh mana
wewenang dimaksuddalam hal terjadi
kerugian keuangan negara.
Penelitian dalam artikel ini merupakan
penelitian yangbersifatnormatifataupenelitian
hukum kepustakaan (library research) yang
dilakukan dengan cara mengkaji dan menelaah
peraturan perundang-undangan, dokumen,
jumal hukum, laporan hasil penelitian serta
referensi yang relevan, Pendekatan dalam
jurnal ini adalah menggunakan pendekatan
perundang-undangan (statute approach) dan
pendekatan konseptual (conseptual approach).
Pendekatan
pertama yaitu pendekatan
perundang-undangan dilakukan dengan
menelaah semua undang-undang dan regulasi
yang bersangkut paut denganisu hukum yang
sedang dihadapi
sedangkan _pendekatan
kedua yakni pendekatan konseptual beranjak
dari pandangan-pandangan dan doktrin-
doktrin yang berkembang di dalam ilmu
hukum khususnya yang terkait dengan konsep
wewenang dan tanggung jawab.
Pembahasan
A. Kewenangan Kuasa Pengguna
Anggaran,
1. Landasan Hukum Pelaksanaan
Anggaran Belanja Negara.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
secara umum terdiri atas anggaran pendapatan
2 Mochamad Suprijaino dan Mubammad Sutars, 3
Anggaran dan Perbendaharaan, (Bo
3. Tid. hm. 8
ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481
negara dan anggaran belanja negara.
Pendapatan negara adalah hak pemerintah
pusat yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih, artinya semua penerimaan
negara yang menjadi hak pemerintah pusat?
Belanja negara adalah kewajiban pemerintah
pusat yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih, artinya setiap pengeluaran
negara yang berasal dari kekayaan bersih
negara, yang mengurangi kekayaan bersih
negara adalah belanja negara, contohnya
belanja pegawai seperti gaji, uang lembur
dan sejenisnya’. Landasan hukum_ terkait
pelaksanaan anggaran belanja negara diatur
dalam —_peraturan_perundang-undangan
terkait yang mengaturmengenai pelaksanaan
anggaran belanja negara
Undang-Undang Keuangan Negara dalam
ppasal Pasal 6 ayat (1) mengatur bahwa Presiden
selaku Kepala Pemerintahan memegang
kekuasaan pengelolaan keuangan negara
sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan,
kekuasaan pengelolaan keuangan negara
tersebut digunakan untuk mencapai_ tujuan
bernegara. Selanjutnyapadaayat(2)disebutkan
‘bahwa kekuasaan tersebut dikuasakan kepada
‘Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang Kementerian
Negara/Lembaga yang dipimpinnya,
Undang-Undang Perbendaharaan Negara
dalam Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa
perbendaharaan negara adalah _pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan negara,
fodul Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara, Pusdiklat
3: Departemen Keuangan RI, 2010), him. 7.Setiawan, Helan, Yohanes, Wewenang dan Tanggung Jawab Kuasa
termasuk investasi. dan kekayaan yang
dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN
dan APBD. Selanjutnya dalam Pasal 2 diatur
bahwa perbendaharaan negara meliputi:
1. pelaksanaan pendapatan dan belanja
negara;
2, pelaksanaan pendapatan dan belanja
daerah;
3. _ pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran
negara;
4, _pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran
daerah;
5. _pengelolaan kas;
6. pengelolaan piutang dan utang negara!
daerah;
7. pengelolaan investasi dan barang milik
negara/daerah;
8. penyelenggaraan akuntansi dan sistem
informasi manajemen keuangan negaral
daerah;
9. penyusunan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD;
10. penyelesaian kerugian negara/daerah;
11, pengelolaan Badan Layanan Umum;
12. perumusan standar, kebijakan, serta
sistem dan prosedur yang berkaitan
dengan pengelolaan keuangan
13, negara dalam rangka pelaksanaan APBN}
APBD.
Menyadari hal itu, untuk — dapat
melaksanakan pendapatan dan belanja negara
serta penerimaan dan pengeluaran_ negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-
Undang Perbendaharaan Negara tersebut
di atas secara lebih profesional, terbuka
488
dan bertanggungjawab maka ditetapkanlah
Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun’
2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN.
Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara
Pelaksanaan APBN merupakan salah bentuk
peraturan perundang-undangan sebagaimana,
diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011.
Peraturan lebih lanjut yang mengatur
mengenai pelaksanaan anggaran__belanja
negara adalah Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
APBN, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
190/PMK.05/2012 tersebut — merupakan
peraturan teknis pelaksanaan secara khusus
‘mengatur mengenai tata cara_pembayaran
APBN.
2, Pejabat Perbendaharaan Negara
Istilah pejabat _perbendaharaan negara
dapat dilihat dalam Bab I Undang-Undang
Perbendaharaan Negara. Bab II tersebut
terbagi atas 3 (tiga) bagian yaitu:
1. Pengguna Anggaran;
2. Bendahara Umum Negara/Daerah; dan
3. Bendahara Penerimaan/Pengeluaran,
Pengguna Anggaran—_sebagaimana
dimaksud pada angka 1 di atas, lebih lanjut
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45
‘Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
pada Bab II tentang Pejabat Perbendaharaan
Negara Bagian Kesatu tentang Pengguna
Anggaran. Bab ini terbagi atas 3. (tiga)
paragraf yaitu:469
1. Pengguna Anggaran dan Kuasa Pengguna
‘Anggaran;
2. Pejabat Pembuat Komitmen;
3. Pejabat Penandatanganan Surat Perintah
Membayar.
Pengguna
Anggaran adalah pejabat
pemegang kewenangan —_penggunaan
anggaran kementerian negara/lembaga/satuan
kerja perangkat daerah. Kuasa Pengguna
Anggaran adalah pejabat yang ditunjuk PA
untuk melaksanakan sebagian kev
enangan
dan tanggung jawab penggunaan anggaran
pada Kementerian Negara/Lembaga yang
dipimpinnya,
Pejabat_ Pembuat Komitmen adalah
pejabat yang diberi kewenangan untuk
melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja negara.
Pejabat ini mempunyai kewenangan untuk
mengadakan — perikatan-perikatan —terkait
dengan pengadaan barang dan jasa, serta
mengajukan Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) kepada PPSPM.
Pejabat Penandatangan Surat Perintah
Membayar adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan
pengujian atas permintaan pembayaran dan
menerbitkan perintah pembayaran, PPSPM
melaksanakan kewenangan KPA melakukan
pengujian tagihan dan perintah pembayaran
atas beban anggaran negara,
3. Kewenangan Kuasa Pengguna
Anggaran
Kuasa Pengguna Anggaran menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013
ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481
tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN adalah
pejabat_yang memperoleh kuasa dari PA
untuk melaksanakan sebagin kewenangan
dan tanggung jawab penggunaan anggaran
pada Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan, Pasal S ayat (1) Peraturan
Pemerintah dimaksud mengatur bahwa
selaku PA
berwenang menunjuk kepala Satuan Kerja
Menteri/Pimpinan Lembaga
yang melaksanakan kegiatan Kementerian!
Lembaga sebagai KPA, dan menetapkan
Pejabat Perbendaharaan lainnya. Penunjukan
KPA bersifat “ex-officio” atau melekat pada
jabatan,
Definisi. “kuasa” adalah kemampuan
atau kesanggupan untuk berbuat sesuatu;
kekuatan, selain kekuatan badan atau benda;
kewenangan atas sesuatu untuk menentukan,
‘mengurus, mewakili, dsb; orang yang diberi
kewenangan untuk mewakili, memerintah,
dsb; mampu, sanggup, kuat; pengaruh, gengsi
kesaktian dsb’, Berdasarkan definisi tersebut
dapat dilihat bahwa KPA merupakan orang
yang diberi_kewenangan oleh PA untuk
mewakili PA dalam pengelolaan keuangan
dilingkup unit kerja yang dipimpinnya.
Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
APBN bahwa
Pelaksanaan ‘mengatur
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA
berwenang menunjuk kepala Satuan Kerja
yang melaksanakan kegiatan Kementerian/
Lembaga sebagai KPA, dan menetapkan
Pejabat Perbendaharaan lainnya. Penunjukan
KPA bersifat “ex-officio” atau melekat pada
jabatan, Kewenangan KPA diatur dalam
4 Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, (Jakarta: Pustaka Phoenix, 2009), hm. 504Setiawan, Helan, Yohanes, Wewenang dan Tanggung Jawab Kuasa
Pasal 8 Peraturan Pemerintah dimaksud yaitu
sebagai berikut:
Menyusun DIPA;
b, Menetapkan PPK dan PPSPM;
Menetapkan
panitia/pejabat yang
terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan
anggaran;
4. Menetapkan —rencana—_pelaksanaan
kegiatan dan rencana peneairan dana;
¢ Melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja negara;
f Melakukan pengujian tagihan dan
perintah pembayaran atas beban anggaran
negara;
g. Memberikan supervisi, konsultasi, dan
pengendalian pelaksanaan kegiatan dan
anggaran;
h. Mengawasi penatausahaan dokumen
dan transaksi_ yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan
i, Menyusun laporan keuangan dan kinerja
sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan
Pembatasan kekuasaan dapat
dilakukan dengan 2 (dua) _mekanisme,
yaitu. mekanismecheck and balance dan
mekanisme yuridis yang melabirkan regulasi
seperti misalnya Undang-Undang Nomor 31
tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi‘.Pengelolaan keuangan juga
mengenal adanya mekanisme check and
balance (saling vji). Salah satu tujuan utama
5 Arfan FaizMubliz,
No.1, (April 2012): 95
6 Hezky Femando Pitoy, “Mekanisme
470
mekanisme check and balance adalah untuk
‘menghindari pemusatan kekuasaan pada satu
Jembaga atau organ saja’
Check and balance pada pengelolaan
keuangan dilakukan,
negara dengan
memisahkan kewenangan tindakan yang
mengakibatkan —pengeluaran —anggaran
belanja kepada Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) dan kewenangan untuk melakukan
pengujian tagihan kepada Pejabat Penguji
dan Penandatangan SPM (PPSPM). PPK.
adalah pejabat yang diberi kewenangan untuk
melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengelwaran anggaran belanja negara, PPK.
melaksanakan kewenangan KPA huruf
e di atas yaitu melakukan tindakan yang
‘mengakibatkan
pengeluaran anggaran
belanja negara. Pejabat ini mempunyai
kewenangan. untuk mengadakan_perikatan-
perikatan terkait dengan pengadaan barang
dan jasa, serta mengajukan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) kepada PPSPM. PPSPM
adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh
PA/KPA. untuk melakukan pengujian atas
permintaan pembayaran dan menerbitkan
perintah pembayaran, PPSPM melaksanakan
kewenangan KPA huruf f di atas_yaitu
‘melakukan pengujian tagihan dan perintah
pembayaran atas beban anggaran negara
Kewenangan PPK dan PPSPM dimaksud
tidak dapat dirangkap sekaligus oleh 1 (satu)
‘orang pejabat karena akan meniadakan prinsip
cformulasi Diskresi Dalam Penataan Hukum Administrasi”, Jurnal Rechtsvinding Vol.
Thecks And Balances Antara Presiden Dan DPR Dalam Sistem
Pemerintahan Presidensial Di Indonesia", Jurnal Lex et Societatis Vol. Il, No.5, Suni 2014): 31an
check and balance (saling uji). Adanya
pelimpahan wewenang tersebut tidak berarti
membuat KPA tidak mempunyai kewenangan
sama sekali atas pengelolaan keuangan
satker, dikarenakan KPA masih_ memiliki
kewenangan untuk memberikan_ supervisi,
konsultasi, dan pengendalian pelaksanaan
kegiatan dan anggaran.
Kuasa Pengguna Anggaran memiliki
tugas untuk menetapkan PPK dan PPSPM
dengan surat keputusan dengan maksud demi
pelaksanaan check and balancedimaksud,
namun dalam hal terdapat kondisi tertentu
seperti keterbatasan jumlah dan/atau kualitas
sumber daya manusia, PPK atau PPSPM
bethalangan tetap maka dapat dimungkinkan
adanya perangkapan jabatan KPA. terhadap
satu jabatan PPK PPSPM.
PPK dan PPSPM dengan
salah atau
Penunjukan
surat eputusan akan membatasi adanya
penggunaan wewenang dimaksud oleh KPA
sewaktu-waktu Karena kewenangannya
tersebut telah dilimpahkan kepada PPK dan
PPSPM. Penetapan dengan surat keputusan
tersebut disampaikan kepada Kepala KPPN
selaku kuasa BUN beserta spesimen tanda
tangan PPSPM dan cap/setempel satker,
kepada PPSPM disertai dengan spesimen
tanda tangan PPK dan kepada PPK. Apabila
PPK atau PPSPM dipindahtugaskan /pensiun!
diberhentikan dari jabatannya/berhalangan
KPA menetapkan PPK
PPSPM pengganti dengan surat keputusan
sementara, atau
dan berlaku sejak serah terima jabatan.
ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481
Wewenang PPK —menguji_— dan
menandatangani surat bukti mengenai hak
dilakukan
membandingkan kesesuaian antara
bukti yang akan disabkan dan barang/
jasa yang akan disahkan dan barang/jasa
tagih kepada negara dengan
surat
yang diserahterimakan/diselesaikan serta
spesifikasi teknis yang dipersyaratkan dalam
dokumen perikatan, Setiap pejabat yang
menandatangani atau mengesahkan surat bukti
yang menjadi dasar pengeluaran atas beban
anggaran negara bertanggung jawab atas
kebenaran dan akibat dati penggunaan bukti
tersebut”. Wewenang ini mensyaratkan PPK
untuk memastikan bahwa barang/jasa telah
sesuai dengan dokumen perikatan schingga
apabila terdapat adanya _ketidaksesuaian
antara barang/jasa dengan dokumen perikatan
maka PPK wajib menolak hak tagih tersebut.
Guna mengimbangi kewenangan PPK
melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja negara
maka diperlukan adanya PPSPM sebagai
pejabat yang bertugas melakukan pengujian
tagihan dan perintah pembayaran. Jabatan
PPSPM tidak boleh dirangkap oleh PPK
Bendahara.Pengujian tagihan yang
dilaksanakan oleh PPSPM untuk menguji
kebenaran
dan
administrasi, _kelengkapan
administrasi_ dan keabsahan administrasi
dokumen hak tagih pembayaran yang diajukan
oleh PPK atau Bendahara untuk selanjutnya
diterbitkan SPM. sebagai dokumen yang
diajukan kepada KPPN selaku Kuasa BUN
7. Tim Penyusun RU Ketentuan Pokok Keuangan Negara, Prinsip Keuangan Negara dalam Paket Rancangan
Undang-Undang bidang Keuangan Negara, (Jakarta: Departemen Keuangan RI, 2001), him.40Setiawan, Helan, Yohane:
untuk diterbitkan Surat Perintah Peneairan
Dana (SP2D) sehingga terjadi_ pembayaran
dari rekening kas negara ke rekening pihak
yang memiliki hak tagih kepada negara.
Berdasarkan,
kewenangan yang
dimilikinya, PPK — maupun — PPSPM
melaksanakan pengelolaan keuangan pada
ss, Wewenang dan Tanggung Jawab Kuasa
Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata
Pelaksanaan APBN dan pada Peraturan
‘Menteri Keuangan Nomor 190/KMK.05/2012
tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan APBN.
Kewenangan dapat diperoleh melalui
atribusi, delegasi dan mandat. Terkait delegasi
satker dimana dia berada, Pelaksanaan dan mandat, Philipus M. Hadjon membuat
kegiatan pengelolaan tersebut dengan pembedaan antara_ delegasi_ dan mandat
berpedoman pada Peraturan Pemerintah sebagai berikut:
‘Tabel 1 Perbedaan Mandat dan Delegasi
Indikator Perbedaan Mandat Delegasi
Prosedur Pelimpahan
bawahan; hal biasa ke
dilarang secara tegas
Dalam hubungan rutin atasan-
Dari suatu organ pemerintahan
kepada organ lain: dengan
peraturan perundang-undangan
ecuali
Tanggung jawab dan
tanggung gugat
Tetap pada pemberi mandat
Tanggung jawab dan tanggung
gugat beralih kepada delegataris
Kemungkinan si pemberi
menggunakan wewenang,
itu lagi dilimpahkan itu
Setiap saat dapat menggunakan
sendiri wewenang yang
Tidak dapat menggunakan
‘wewenang itu lagi kecuali setclah
ada pencabutan dengan berpegang
pada asas “‘contrarius actus’
Sumber : diolah penulis, 2019.
Wewenang delegasi diperoleh dari
adanya pelimpahan wewenang dari pemberi
delegasi (delegans) kepada penerima delegasi
(delegataris). Oleh karena pada wewenang
yang diperoleh dengan cara delegasi
terdapat adanya pelimpahan atau penyerahan
wewenang, maka untuk mendelegasikan suatu
wewenang harus ada atau disertai dengan
petnyataan berupa produk hukum, misalnya
suatu. keputusan behwa wewenang tersebut
didelegasikan’,
Pelimpahan wewenang dari KPA kepada
PPK maupun PPSPM merupakan delegasi
9 Abdul Latif, Hukum Administrasi Dalam Praktik Tin
2014), him. 47
‘yang dapat dilihat dalam prosedur pelimpahan
dilaksanakan dengan adanya penetapan surat
keputusan penunjukan PPK dan PPSPM
sehingga KPA tidak dapat _menggunakan
wewenang tersebut sewaktu-waktu, Adanya
penetapan penunjukan PPK dan PPSPM
tersebut akan mengakibatkan tanggung jawab
dan tanggung gugat beralih kepada PPK dan’
atau PPSPM,
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/
KMK.05/2012 masih terdapat inkonsistensi
pada adanya beberapa pasal yang menyatakan
bahwa PPK atau PPSPM menandatangani
aja Grafindo Persada, 2011), him. 107,
tdak Pidana Korupsi, (Jakarta: Prenada Media Group,473
menerbitkan dokumen atas nama (a.n.) KPA.
Hal tersebut kemudian kemudian juga terlihat
pada lampiran peraturan dimaksud yaitu pada
Jampiran kuitansi pembayaran, daftar rincian
permintaan pembayaran, surat perintah bayar
(SPBy), dan Surat Perintah Membayar (SPM),
Dokumen-dokumen —tersebut _ merupakan
objek pemeriksaan baik itu aparat internal
maupun aparat ekstemal pemerintah seperti
kepolisian, kejaksaan atau KPK, sedangkan
dalam dokumen tersebut tidak selaras dengan
konsep pelimpahan wewenang dari KPA
kepada PPK maupun PPSPM karena dalam
dokumen tercantum penandatangan a.n. KPA.
‘Atas nama (a.n) merupakan konsep dalam.
pelimpahan wewenang mandat. Mandat
merupakan suatu penugasan kepada bawahan,
‘misalnya untuk membuat Keputusan an.
pejabat yang meemberi mandat. Keputusan itu
merupakan keputusan yang memberi mandat,
dengan demikian tanggung jawab jabatan
tetap pada pemberi mandat"
B, Tanggung Jawab Kuasa Pengguna
Anggaran Dalam Pelaksanaan
Anggaran Belanja Negara
1, Tanggung Jawab Internal dan
Eksternal
Pemberian wewenang tertentu untuk
melakukan tindakan —hukum —_tertentu
‘menimbulkanpertanggungjawaban tas
penggunaan wewenang itu. Hal ini sejalan
dengan prinsip umum “geen bevoegheid
ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481
zonder verantwoorddelijkheid; there is no
authority without responsibility”
Pasal 10 Peraturan Pemerintah tentang
Pelaksanaan APBN mengatur bahwa KPA
bertanggung jawab secara formal dan materiil
kepada PA atas pelaksanaan kegiatan yang
berada dalam penguasaannya. Tanggung
jawab formal merupakan tanggung jawab
atas pelaksanaan tugas dan wewenang
KPA mulai dari_menyusun DIPA sampai
dengan menyusun laporan keuangan. Tuges
dan wewenang KPA tersebut_merupakan
kewenangan yang diperoleh dari pelimpahan
wewenang PA sehingga atas_pelimpahan
KPA
untuk bertanggung jawab kepada pemberi
tersebut terdapat kewajiban bagi
kewenangan, Tanggung jawab — materiil
‘merupakan tanggung jawab atas penggunaan
dan (output) yang
dihasilkan atas beban anggaran negara, DIPA.
anggaran keluaran
‘merupakan dokumen yang digunakan sebagai
acuan PA/KPA dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan sebagai pelaksanaan APBN
KPA sebagai yang menerima ke
vangan
penggunaan anggaran _bertanggungjawab
atas pelaksanaan penggunaan anggaran serta
output yang dihasilkan atas penggunaan
anggaran negara sebagaimana yang tercantum
dalam DIPA.Tanggung jawab formal dan
materiil tersebut sebagai implikasi_ adanya
pelimpahan wewenang PA kepada KPA
sehingga menimbulkan kewajiban bagi KPA.
untuk bertanggungjawab kepada PA.
10 Philipus M. Hagjon dkk, Hukum Adminisirasi dan Tindak Pidana Korupsi, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2011), him. 13.
11 Ridwan H.R,Op.Cit hlm.334,Setiawan, Helan, Yohanes, Wewenang dan Tanggung Jawab Kuasa
Suwoto menyatakan bahwa pengertian
tanggung jawab mengandung dua aspek
yaitu aspek internal dan aspek eksternal.
Pertanggungjawaban yang mengandung
aspek internal hanya diwujudkan dalam.
bentuk laporan pelaksanaan kekuasaan.
Pertanggungjawaban dengan aspek eksternal
adalah pertanggungjawaban kepada pihak
ketiga, apabila dalammelaksanakan kekuasaan,
itu menimbulkan suatu derita atau kerugian®.
Pertanggungjawaban terhadap pihak ketiga
sebagai akibat penggunaaan kewenangan itu
ditempuh melalui peradilan dimana hakim
berwenang memeriksa dan menguji apakah
penggunaan kewenangan ity menimbulkan
kerugian, hakim — melalui putusannya
berwenang membebankan tanggung jawab
pada pejabat yang bersangkutan”, Dengan
demikian pasal 10 Peraturan Pemerintah
dimaksud yang mengatur tentang tanggung
jawab formal dan materiil adalahmerupakan
bentuk tanggung jawab internal dari jabatan
KPA kepada PA
‘melimpahkan sebagian kewenangannya.
selaku pejabat_ yang
2. Tanggung Jawab Jabatan dan
‘Tanggung Jawab Pribadi
Hukum admininstrasi mengenal adanya
konsep kesalahan pribadi (faute personelle)
dan kesalahan jabatan (faute de service)
Tatiek Sri Djatmiati mengemukakan bahwa
474
telah terjadi suatu kesalahan pribadi (faute
personelle) jika ada kesalahan _pribadi
seseorang yang merupakan bagian dari
pemerintahan, Kesalahan yang dilakukan
tidak berkaitan dengan pelayanan_publik,
tetapi menunjukkan kelemahan orang tersebut,
keinginan-keinginan atau nafsunya dan
kurang hati-hati atau kelalaian-kelalaiannya."*
Philipus M.
bahwa tanggung jawab jabatan berkenaan
(keabsahan) —_tindak
tindak
Hadjon mengemukakan
denganlegalitas
pemerintahan, Persoalan legalitas
pemerintahan dalam hukum administrasi,
berkaitan dengan pendekatan _terhadap
kekuasaan pemerintahan. Tanggung jawab
pribadi
fungsionaris atau pendekatan perilaku dalam
berkaitan dengan pendekatan
hukum administrasi. Tanggung jawab pribadi
berkenaan dengan maladministrasi dalam
penggunaan wewenang maupun public
service. Pembedaan antara tanggung jawab
jabatan dan tanggung jawab pribadiatas
tindak pemerintahan membawa konsekuensi
yang berkaitan dengan tanggung jawab
pidana, tanggung gugat perdata dan tanggung
‘gugat tata usaha negara (TUN)".
Maladministrasi terdiri dari kata dasar
Mal dalam bahasa
(jelek). Kata
administrasiasal katanya administrare dalam.
mal dan_administrasi
Latin malumartinya jahat
bahasa Latin artinya melayani.Kalau dipadu
12 Ibid bim.335, dikutip dari Suwoto Mulyosudarmo, Kekuasaan dan Tanggung Jawab Presiden Republik
Indonesia, Disertasi, (Surabaya: Universitas Airlangga, 1990), him.75
13 bid. bim.335
14 Tatiek Sri Djatmiati, “Maladministrasi dalam Konteks Kesalahan Pribadi dan Kesalahan Jabatan, Tanggung
Javwab Pribadi dan Tanggung Jawab Tabatan”, dalam Philipus M. Hadjondkk, Hukwm Administrasi dan Good
Governance, (Jakarta: Universitas Trisakti, 2010), him. 90.
15 Philipus M. Hadjon dik, Op.Cit, blm.17.475
menjadi maladministrasi dengan pengertian
dasar tadi, maladministrasi adalah pelayanan
yang jelek"®, Maladministrasi selalu dikaitkan
dengan perilaku dalam pelayanan yang
dilakukan oleh pejabat publik, Maladministrasi
‘merupakan pelanggaran terhadap norma
perilaku aparat pemerintahan,
Ketentuan Pasal 1 angka 3. Undang:
Undang Nomor 37 tahun 2008- tentang
Ombudsman Republik Indonesia menyatakan
bahwa maladministrasi adalah perilaku atau
perbuatanmelawan
hukum, —melampaui
wewenang, — menggunakan —_ wewenang
‘untuk tujuan Tain dari yang menjadi tujuan
wewenang tersebut, termasuk — kelalaian
atau pengabaian kewajiban hukum dalam
penyelenggaran pelayanan publik yang
dilakukan oleh Penyelenggara Negara dan
pemerintahan yang menimbulkan kerugian
materiil danatau immateriil bagi masyarakat
dan orang perseorangan.
3. Sanksi Administrasi_ Dalam
Pelaksanaan Anggaran Belanja
Negara
Dalam pelaksanaan anggaran_ belanja
negarapada suatu satker terdapat kemungkinan
terjadinya kesengajaan ataupun_ kelalaian
yang dilakukan oleh pejabat perbendaharaan
yang akan menimbulkan tanggung jawab atas
perbuatannya tersebut. Sanksi merupakan
bagian penutup yang penting di dalam hukum,
16 Philipus M. Hadjon dkk, Op-Cit,
17 Ridwan, HLR,Op.Cit, hm.298
18 Ibid, blm.296,
19 id,
ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481
termasuk dalam hukum administrasi, Menurut
Philipus M. Hadjon, pada umumnya tidak ada
gunanya memasukkan kewajiban-kewajiban
dan larangan-larangan bagi para warga di
dalam peraturan perundang-undangan tata
usaha Negara, manakala aturan-aturan tingkah
aku itu tidak dapat dipaksanakan oleh tata
usaha Negara”,
P Nicolai dan —_-kawan-kawan
mengemukakan bahwa sarana_ penegakan
hukum administrasi Negara berisi (1)
pengawasan bahwa organ pemerintahan dapat
melaksanakan ketaatan pada atau berdasarkan
undang-undang yang ditetapkan secara tertulis
dan pengawasan terhadap keputusan yang
meletakan kewajiban kepada individu, dan (2)
penerapan kewenangan sanksi pemerintahan'
Hal di atas hampir senada dengan Tan
Berge sebagaimana dikutip Philipus M.
Hadjon yang menyebutkan bahwa instrumen
penegakan hukum administrasi negara
meliputi pengawasan dan penegakan sanksi
Pengawasan merupakan langkah preventif
untuk memaksakan kepatuhan, sedangkan
penerapan sanksi merupakan langkah represif
untuk memaksakan kepatuhan.””
Sanksi hukum adminstrasi merupakan alat
kekuasaan yang bersifat hukum publik yang
digunakan oleh penguasa terhadap reaksi
ketidakpatuhan terhadap hukum administrasi.
Sanksi merupakan bagian penting dalam
setiap
peraturan perundang-undangan,Setiawan, Helan, Yohanes, Wevwenang dan Tanggung Jawab Kuasa 476
kewajiban mengganti kerugian negara
bahkan menurut Ten Berge, “sanksi hukum
administrasi merupakan inti dari penegakan
shukum administrasi. Sanksi diperlukan untuk
‘menjamin penegakan hukum administrasi”.®
Menurut P de Haan dkk, "dalam hukum
administrasi negara, penggunaan sanksi
administrasi — merupakan —_penerapan
kewenangan —pemerintahan, di mana
kewenangan ini berasal dari aturan hukum
administrasi tertulis dan tidak tertulis”™
Ketika negara mengalami kerugian akibat
pengelolaan keuangan negara yang. tidak
benar maka negara mengenakan tuntutan ganti
kerugian kepada pihak yang melakukannya.
Djafar
bahwa Kerugian negara yang dikembalikan
Muhammad Saidimenyatakan
diluar peradilan bukan merupakan sanksi
atau hukuman melainkanhanya pengganti
atas kerugian negara yang ditetapkan oleh
atasannya atau Badan Pemeriksa Keuangan®.
Pengenaan tuntutan
gantikerugian
bertujuan untuk memulihkan keuangan
negara yang —mengalami—_kekurangan
dan dikembalikan pada keadaan semula
sehingga dapat digunakan kembali dalam
mencapai tujuan negara", Pengenaan
funtutan ganti kerugian ini juga merupakan
tindak lanjut dari pengawasan melekat dan
pengawasan fungsional yang dilakukan oleh
suatu pimpinan_ instansiflembaga, Adanya
20 Ibid.,blm. 298
21 Ibid.
22 Muhammad Djafar Saidi, Op. Cit, bim.101
23 Ibid, blm.73.
merupakan perwujudan dari tanggung jawab
secara pribadi atas kerugian keuangan negara
yang berada dalam penggunaannya atau
pengelolaannya secara langsung tanpa melalui
proses peradilan, Pengembalian kerugian
keuangan negara dapat dilakukan berdasarkan
dua mekanisme yaitu pengembalian melalui
peradilan dan pengembalian tanpa melalui
peradilan, Yang dilakukan di luar pengadilan
itu bukan merupakan sanksi atau hukuman,
melainkan hanya bersifat mengganti atas
kerugian negara, sedangkan yang melalui
peradilan merupakan sanksi atau hukuman
berupa denda yang dijatuhkan oleh penegak
kum
Peraturan perundang-undangan di bidang
hukum administrasi seringkali tidak hanya
memuat 1 (satu) macaméjenis sanksi saja
tapi dapat memuat beberapa macam sanksi
yang dapat diberlakukan secara_kumulasi.
Adakalanya
perundang-undangan tidak hanya mengancam
suatu. ketentuan — peraturan
pelanggamnya dengan
anksi tapi juga pada
‘aat_ yang sama menganeamnya dengan
sanksi administrasi’\Kumulasi sanksi_ atau
penerapan suatu sanksi secara bersama-sama
terdapat 2 (dua) jenis, yaitu kumulasi internal
berupa penerapan jenis sanksi administrasi
secara bersama-sama dan kumulasi cksternal
24 Michael Julnius Christopher Siahaya, “Pengembalian Kerugian Keuangan Negara Dalam Tahap Ponyidikan
‘Tindak Pidana Korupsi" Jurnal Lex Crimen Vol, No.2, (April 2015):18.
25 Ridwan, H.R, Op.Cit, hlm. 263.ar
berupa penerapan sanksi administrasi bersama
dengan sanksi pidana atau perdata,
‘Terkait kumulasi sanksi internal, tanggung.
jawab dalam lingkup Keuangan Negara diatur
dalam peraturan-peraturan yang. berkaitan
dengan Keuangan Negara yaitu Pasal 35
ayat (1) Undang-Undang Keuangan Negara
yang menyatakan bahwa setiap pejabat
negara dan pegawai negeri bukan bendahara
yang melanggar hukum atau melalaikan
kewajibannya baik langsung atau tidak
langsung yang merugikan keuangan negara
diwajibkan_ mengganti kerugian dimaksud,
Ketentuan demikian diatur juga dalam
Pasal 59 Undang-Undang Perbendaharaan
‘Negara, Sanksi tersebut dimaksudkan sebagai
upaya preventif dan represif serta berfungsi
sebagai jaminan atas ditaatinya Undang-
Undang tentang APBN yang bersangkutan®.
Selanjutnya dalam Pasal 64 ayat (1) Undang-
Undang Perbendaharaan Negara diatur bahwa
bendahara, pegawai negeri bukan bendahara,
dan pejabat lain yang telah ditetapkan untuk
mengganti kerugian negara/daerah dapat
dikenai sanksiadministratif dan/atau sanksi
pidana, Pasal tersebut mengatur tentang
kumulasi sanksi yang dapat diterapkan
bagi bendahara, pegawai maupun pejabat
negara yang merugikan keuangan negara.
Kumulasi sanksi tersebut dapat dengan sanksi
administratif, atau dengan sanksi_pidana,
atau berlaku
keseluruhan dengan sanksi
administratif dan sanksi pidana.
26 Dearma Sinaga dkk,
ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481
Undang-Undang Perbendaharaan Negara
tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai
sanksi administratif dalam pasal tersebut baik
maksud dan jenisnya. Pengaturan mengenai
sanksi administratif dapat ditemukan dalam
Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 48 tahun 2016 tentang
Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif
Kepada Pejabat Pemerintahan, Pasal | angka
5 Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun
2016 menyatakan Sanksi Administratif
adalah sanksi yang dikenakan bagi pejabat
pemerintahan yang melakukan pelanggaran
administratif.
Sanksi administratif diatur dalam Pasal
81 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan yang
membedakan sanksi administratif dalam 3
(tiga) tingkatan yakni sanksi_administratif
ringan, sedang dan berat. Penjatuhan sanksi
administratif ringan dapat dijatuhkan secara
sanksi administeatit
langsung, sedangkan
sedang atau berat hanya dapat dijatuhkan
setelah melalui proses pemeriksaan internal.
Macam-macam sanksi dalam Pasal 81 tersebut
sebagian besar sanksi yang dapat dikenakan
merupakan sanksi dibidang kepegawaian,
sanksi
Dalam hal kepegawaian, di
bidang —kepegawaian sendiri_terdapat
peraturan yang mengatur sanksi yang dapat
dikenakan terhadap PNS yang melakukan
pelanggaran yaitu sebagaimana diatur dalam
Tanggung Jawab Kuasa Pengguna Anggaran Terhadap Kevangan Negara Dalam
Proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Studi Kasus Pengadaan Alat Kesehatan di RSU dt, FL. TOBING
SIBOLGA)", USU Law Journal Vol 3, No.2, (Agustus 2015):52.Setiawan, Helan, Yohanes, Wewenang dan Tanggung Jawab Kuasa
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara dan peraturan
perundang-undangan dibawahnya. Mayoritas
pejabat perbendaharaan pada __satker
‘merupakan PNS schingga dalam hal terjadi
penyalahgunaan wewenang oleh KPA/PPK/
PPSPM yang merupakan PNS maka akan
menimbulkan kerancuan dalam penerapan
sanksi administrasi yang akan dikenakan.
Kumulasi sanksi internal dalam
hukum administrasi dimungkinkan dengan
memperhatikan —sanksissanksi _sejenis
(tujuannya sama) tidak boleh diterapkan
bersama-sama, Untuk itu dalam hal terjadi
pelanggaran oleh pejabat perbendaharaan yang
telah dikenakan sanksi berupa tuntutan ganti
kerugian maka kepada yang bersangkutan juga
dapat dikenakan sanksi_administratif’ yang
‘mengacu pada aturan dibidang kepegawaian
yakni Undang-Undang Aparatur Sipil Negara.
Selain itu sanksi administratif dalam
Undang-Undang Perbendaharaan Negara
juga terkait dengan sanksi dalam Undang-
Undang Administrasi Pemerintahan dimana
Perbendaharaan
dalam — Undang-Undang
mengatur bahwa bendahara, pegawai
dan atau pejabat yang ditetapkan untuk
‘mengganti Kerugian negara atau daerah dapat
dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi
pidana, sedangkan dalam Undang-Undang
Administrasi Pemerintahan juga terdapat
sanksi sejenis yaitu berupa pembayaran uang
paksa dan/atau ganti rugi. Terkait hal tersebut
27 Muhammad Djatar Saidi, Op. Ci, blm.106.
28 Ibid, bim. 57
478
dalam konteks ganti kerugian negara maka
sanksi administratif yang dapat dikenakan
kepada pejabat dimaksud haruslah dibedakan
selain ganti rugi.
Selain kumulasi sanksi internal, terdapat
juga kumulasi sanksi eksternal, Kumulasi
sanksi ekstemal_—yaituselain sanksi
administrasi dapat pula dikenakan sanksi
petdata maupun pidana, Muhammad Djafar
Saidi mengemukakan bahwa dalam kajian
hukum administrasi, fungsi anggaran negara
tertuju pada penguasaan dan_pelaksanaan
anggaran negara oleh Presiden bersama
pembantu-pembantunya, Kemudian pada
tahap rendab, anggaran negara yang berwujud
Keuangan negara dikelola oleh bendahara,
pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat.
lainnya”. Dalam pengelolaannya wajib
dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, termasuk
‘mempertanggungjawabkan dalam waktu yang
ditentukan, Ketika dalam pertanggungjawaban
terdapat penyalahgunaan keuangan negara
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,
diancam dengan sanksi administrasi maupun
sanksi pidana, Kedua jenis sanksi ini dapat
dijatuhkan secara bersamaan atau terpisah
tergantung pada substansi_pengelolaan
Keuangan yang terlanggar™
Adanya pembedaan antaratanggung
jawab jabatan dan tanggung tanggung jawab
pribadi_membawa implikasi sanksi yang
berbeda pula, Terkait tanggung jawab jabatan,479
sanksi yang dapat dikenakan dapat berupa
sanksi administrasi dan sanksi
Apabila
sanksinya dapat berupa sanksi administrasi,
perdata.
terkait tanggung jawab pribadi
sanksi perdata maupun sanksi pidana.
Pasal 64 ayat (1)
Perbendaharaan Negara mengatur_ bahwa
bendahara, pegawai negeri bukan bendahara,
dan pejabat lain yang telah ditetapkan untuk
Undang-Undang
mengganti kerugian negara/daerah dapat
dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi
pidana, Selanjutnya dalam ayat (2) diatur
bahwa putusan pidana tidak membebaskan
dari tuntutan ganti rugi.
Sanksi administrasi yang akan dikenakan
dapat berupa sanksi di bidang pemerintahan
Khususnya kepegawaian atau dapat juga
berupa ganti rugi ata
keuangan negara
yaitu berupa Tuntutan Perbendaharaan (TP)
apabila yang menyebabkan kerugian negara
adalah bendahara,
Rugi (TGR) apabila dilakukan oleh PNS
bukan bendaharawan dan pejabat negara,
dan Tuntutan Ganti
yang mana prosesnya tanpa melalui pro:
peradilan. Sanksi perdata dalam bentuk
tuntutan ganti kerugian yang besarnya ganti
kerugian yang harus dibayarkan ditentukan
melalui putusan pengadilan. Sanksi pidana
yang dapat dikenakan adalah sesuai dengan
pengaturan dalam ketentuan pidana yang
‘mengatur hal tersebut misalnya sanksi pidana
dalam Undang-Undang Nomor 31 tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481
Korupsi (selanjutnya disebut UU PTPK)
Khususnya pasal 3 UU PTPK.
Pasal 3 UU PTPK dapat diuraikan unsur-
unsur deliknya menjadi 3 (tiga) yaitu sebagai
berikut
4, Dengan tujuan menguntungkan iri
sendiri atau orang lain atau suatu
korporasis
, Menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan, atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan;
c. Yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara,
Salah satu unsur yang membedakan Pasal
3 UU PTPK dati Pasal 2 UU PTPK adalah
adanya unsur penyalahgunaan wewenang.
Mengukurapakahtelahterjadipenyalahgunaan
wewenang haruslah_dibuktikan secara
faktual bahwa pejabat telah menggunakan
‘wewenangnya untuk tujuan lain, Terjadinya
penyalahgunaan wewenang bukanlah karena
suatu kealpaan, Penyalahgunaan wewenang
dilakukan secara sadar yaitu. mengalikan
tujuan yang telah diberikan kepada wewenang
Simpulan
Kewenangan KPA dalam pelaksanaan
APBN pada
‘Negara/Lembaga
satuan kerja Kementerian
meliputi kewenangan
mulai dari menyusun DIPA hingga menyusun
laporan keuangan dan kinerja. Dalam rangka
mekanisme saling uji (check and balance),
29 Nur Basuki Minamo, Penyalahgunaan Wewenang Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah Yang Berimplikasi
Tindak Pidana Korupsi, (Yogyakarta: Laksbang Mediatama,2011), hlm.26.
30 Philipus M. Hadjon dkk Op. Ci, nlm.22Setiawan, Helan, Yohanes, Wewenang dan Tanggung Jawab Kuasa
kewenangan KPA wajib untuk dilimpahkan
dengan menunjuk Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) dan Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar (PPSPM). Pelaksanaan
wewenang oleh pejabat _ perbendaharaan
diikuti dengan adanya tanggung jawab atas
pelaksanaan wewenang tersebut. Tanggung
jawab tersebut dapat berupa tanggung jawab
jabatan dan tanggung jawab pribadi dalam
hal adanya maladministrasi. Dalam hal terjadi
kerugian Keuangan negara maka terhadap
480
yang melakukan kes
Jahan wajib mengganti
kerugian tersebut, selain itu dapat dikenakan
sanksiadministratif dan/atau sanksi pidana,
Sanksi administrasi yang dapat dikenakan
dapat berupa kumulasi sanksi internal maupun
eksternal, Dalam penerapannya terdapat
akumulasisanksi administrasi yang diatur
dalam peraturan yang berbeda sehingga dapat
menimbulkan kerancuan dalam penerapan
sanksi administrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Hadjon, Philipus M. dkk. Hukum Administrasi
dan Tindak—Pidana_—_Korupsi
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2011
Latif, Abdul.
Praktik
Hukum Administrasi. Dalam
Tindak PidanaKorupsi.
Jakarta: Prenada Media Group, 2014
Nur Basuki
Minarno, Penyalahgunaan
Wewenang Dalam —_Pengelolaan
Keuangan Daerah Yang Berimplikasi
Tindak Pidana Korupsi. Yogyakarta:
Laksbang Mediatama, 2011
Tim Penyusun RUU Ketentuan Pokok
Keuangan Negara. Prinsip Keuangan
Negara Dalam Paket Rancangan
Undang-Undang Bidang Keuangan
‘Negara. Jakarta: Departemen Keuangan
RI, 2001.
Phoenix, Tim Pustaka. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Baru, Jakarta: Pustaka
Phoenix, 2009.
Ridwan, H.R. Hukum Administrasi Negara.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011
Saidi, Muhammad Djafar. Hukum Keuangan
Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008.
Sutarsa, Mochamad —Suprijatno dan
Muhammad. Modul Sitem Penerimaan
dan Pengeluaran
Negara, Bogor:
Departemen Keuangan RI, 2010.
Jurnal
Sinaga, Dearma dkk, “Tanggung Jawab
Kuasa Pengguna Anggaran Terhadap
Dalam Proses
Keuangan Negara
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(Studi Kasus Pengadaan Alat Kesehatan
di RSU dr. FL. TOBING SIBOLGA).”
USU Law Journal Vol.3, No.2, (Agustus
2015): 52.
Mulizi, Arfan Faiz
Dalam Penataan Hukum Administrasi.”
No.l,
“Reformulasi Diskresi
Jurnal Rechtsvinding Vol. 1,
(April 2012): 95,481 ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481
Pitoy, Hezky Femando, “Mekanisme Checks
‘And Balances Antara Presiden Dan
DPR Dalam Sistem Pemerintahan
Presidensial Di Indonesia.” Jurnal Lex
et Societatis Vol. I No. 5 (Suni 2014):
31
Sishaya, Michael Julnius Christopher.
“Pengembalian Kerugian Keuangan
Negara Dalam Tahap Penyidikan Tindak
Pidana Korupsi.” Michael Julnius
Christopher Siahaya, “Pengembalian
Kerugian Keuangan Negara Dalam
Tahap Penyidikan Tindak Pidana
Korupsi.” Jurnal Lex Crimen Vol.4,
No.2, (April 2015): 18.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 140)
17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara (Lembaran
2003 Nomor 47,
‘Undang-Undang Nomor
Negara Tahun
‘Tambahan Lembaran Negara Nomor
4286).
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4355).
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor
66, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4400).
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 6)
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014
tentang Administrasi_ Pemerintahan
(Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor
292,
Nomor 5601).
Tambahan Lembaran Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun
2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Tahun
2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran
Negara Nomor $423).
Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun
2016 Tentang Tata Cara Pengenaan
Sanksi Administratif Kepada Pejabat
Pemerintahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
230)
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 63)
Peraturan Menteri_ Keuangen Nomor
190/PMK.05/2012
Cara Pembayaran Dalam Rangka
tentang Tata
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (Berita Negara
Tahun 2012 Nomor 1191)