449-Article Text-93312-1-10-20191223

You might also like

You are on page 1of 18
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB KUASA PENGGUNA ANGGARAN DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA NEGARA. Roseno Napu Setiawan Yohanes G. Tuba Helan Saryono Yohanes Universitas Nusa Cendana JI. Adi Sucipto Penfui, Kupang Email : roseno.setiawan@gmail.com Submited: 09 December 2017, Reviewed: 22 May 2018, Accepted: 30 October 2019 Abstract Proxy of Budget User (PBU) is an official who has the authority to implement the use of the budget work units in the State Ministry/Institution. Furthermore, in implementing state expenditure, PBU will be assisted by another state budget officials. This research aims to determine the authority of PBU and the extent of PBU's responsibility for such authority. This research is a normative study using a statute and conceptual approach. The results shows that by granting the authority to officials managing the state budget will bear responsibility for the use of such authority. This is in accordance with the general principle that authority will always be accompanied by responsibilty ie the principle of no authority without responsibility In the event of a fault in the process of execution of the state budget, the officer exercising the authority will be held responsible. Such responsibilities can be either job responsibilities or personal responsibility related to the realm of administrative lav, civil law and criminal lav. Key words: authority, responsibility, proxy of budget user, state budget. Abstrak Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) merupakan pejabat yang memiliki wewenang untuk melaksanakan penggunaan anggaran satuan kerja (satker) pada Kementerian Negara/Lembaga, Dalam melaksanakan belanja negara, KPA akan dibantu oleh pejabat pengelola anggaran belanja negara lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wewenang yang dimiliki oleh KPA serta sejauh mana tanggung jawab KPA atas pelaksanaan wewenang tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian normatif dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conseptual approach). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya wewenang pelaksanaan Anggaran Belanja Negara yang diberikan kepada para pejabat pengelola anggaran belanja negara akan melahirkan tanggung jawab atas penggunaan wewenang tersebut, Hal ini sesuai dengan prinsip umum bahwa kewenangan akan selalu disertai dengan tanggung jawab yaitu prinsip tidak ada kewenangan tanpa pertanggungjawaban, Dalam hal terdapat kesalahan dalam proses pelaksanaan anggaran belanja negara maka akan menimbulkan tanggung jawab tethadap pejabat yang melaksanakan wewenang tersebut. Tanggung jawab 464 DOL: hit/idx.doi.org/10.21776/ub.atenahukum.2019.01203.4 465 ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481 dimaksud dapat berupa tanggung jawab jabatan maupun tanggung jawab pribadi yang terkait dengan ranah hukum administrasi, hukum perdata maupun pidana. Kata kunci: Latar Belakang Alinea keempat Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjuinya disebut UUD NRI 1945) menyatakan bahwa “Untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan kehidupan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang Kemerdekaan, dan keadilan mencerdaskan bangsa dan berdasarkan abadi perdamaian sosial”. Dari alinea tersebut dapat dilihat bahwa diperlukan adanya pemerintahan Negara Indonesia untuk dapat mencapai tujuan negara. Pencapaian tujuan negara selalu terkait dengan keuangan negara sebagai bentuk pembiayaan terhadap penyelenggaran pemerintahan negara yang dilakukan oleh penyelenggara negara. Tanpa keuangan negara, tujuan negara tidak dapat terselenggara sehingga hanya berupa cita-cita shukum belaka’. Wajud dari negara adalah Anggaran Pendapatan dan pengelolaan keuangan Belanja Negara (APBN) sebagaimana diatur dalam UUD NRI 1945 Pasal 23 ayat (1) yang menyatakan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan 1 Muhammad Djafar Saidi, Hukum Kewangan anggaran belanja negara, kuasa pengguna anggaran, tanggung jawab, wewenang, setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar_kemakmuran rakyat Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara diatur bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara dari kekuasaan sebagai bagian pemerintahan, kekuasaan —_pengelolaan keuangan negara tersebut digunakan untuk mencapai tujuan bemegara. Selanjutnya pada ayat (2) disebutkan bahwa kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna —_Anggaran/Pengguna Barang Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya, Pengertian Pengguna Anggaran (PA) diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yaitu. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah. Sebagai pejabat pemegang, kewenangan pengguna anggaran kementerian negara/lembaga, PA menunjuk — pejabat Kuasa Pengguna Anggaran (selanjutnya disebut KPA) untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. egara, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), him.S Setiawan, Helan, Yohanes, Wewenang dan Tanggung Jawab Kuasa Pengertian KPA diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, KPA adalah pejabat yang ‘memperoleh kuasa dari PAuntukmelaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan, Pada Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah dimaksud diatur bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA berwenang menunjuk kepala satuan kerja(satker)yang melaksanakan kegiatan Kementerian/Lembaga sebagai KPA, dan menetapkan Pejabat Perbendaharaan lainnya, Selanjutnya pada ayat (2), diatur bahwa kewenangan PA untuk menetapkan Pejabat Perbendaharaan tersebut dilimpahkan kepada KPA. saling uji (check and balance), KPA wajib Dalam rangka mekanisme ‘menunjuk Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk melaksanakan kewenangan melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara dan menunjuk Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) pengujian tagihan dan perintah pembayaran untuk kewenangan melakukan atas beban anggaran negara, ‘Tanggung jawab KPA diatur dalam Pasal 10 Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN yang mengatur bahwa KPA bertanggungjawab secara formal dan ‘materiil kepada PA atas pelaksanaan kegiatan yang berada dalam penguasaannya, Tanggung jawab formal adalah tanggung jawab atas pelaksanaan dan tugas wewenang KPA. 488 sebagaimana dimaksudkan dalam pasal § PP tersebut yaitu mengenai tugas dan wewenang. KPA. Tanggung jawab materiil merupakan tanggung jawab atas penggunaan anggaran dan keluaran (output) yang dihasilkan atas beban anggaran negara. Pengaturan_ mengenaitanggung jawab KPA sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN tersebut dapat menimbulkan perbedaan pemahaman atau penafsiran, baik itu dari pihak internal pejabat perbendaharaan yang mengelola dana APBN maupun dari pihak ekstermal seperti auditor maupun aparat penegak hukum, khususnya apabila timbul kerugian Keuangan negara. Masalah yang dapat timbul misalnya terkait_pemahaman mengenai wewenang dan tanggung jawab dari PPK atau PPSPM merupakan wewenang dan tanggung jawab KPA sehingga apabila terdapat kesalahan pihak PPK atau PPSPM maka KPA turut bertanggungjawab, Selain itu, kata "kuasa” dalam KPA kadangkala dapat diartikan sebagai mandat dari PA kepada KPA sehingga PA merupakan pihak yang bertanggungjawab apabila_timbul ‘masalah dalam pelaksanaan APBN. Untuk itu, pemahaman terkait konsep wewenang dan tanggung jawab KPA dalam pelaksanaan anggaran belanja negara menjadi penting untuk dipahami, Beranjak dari permasalahan tersebut di atas, penelitian ini bermaksud untuk mengurai dan menjelaskan tugas dan wewenang dari KPA dalam pelaksanaan anggaran belanja 467 negara pada tanggung jawab yang timbul alas pelaksanaan satker, serta sejauh mana wewenang dimaksuddalam hal terjadi kerugian keuangan negara. Penelitian dalam artikel ini merupakan penelitian yangbersifatnormatifataupenelitian hukum kepustakaan (library research) yang dilakukan dengan cara mengkaji dan menelaah peraturan perundang-undangan, dokumen, jumal hukum, laporan hasil penelitian serta referensi yang relevan, Pendekatan dalam jurnal ini adalah menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conseptual approach). Pendekatan pertama yaitu pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut denganisu hukum yang sedang dihadapi sedangkan _pendekatan kedua yakni pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin- doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum khususnya yang terkait dengan konsep wewenang dan tanggung jawab. Pembahasan A. Kewenangan Kuasa Pengguna Anggaran, 1. Landasan Hukum Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara secara umum terdiri atas anggaran pendapatan 2 Mochamad Suprijaino dan Mubammad Sutars, 3 Anggaran dan Perbendaharaan, (Bo 3. Tid. hm. 8 ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481 negara dan anggaran belanja negara. Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih, artinya semua penerimaan negara yang menjadi hak pemerintah pusat? Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih, artinya setiap pengeluaran negara yang berasal dari kekayaan bersih negara, yang mengurangi kekayaan bersih negara adalah belanja negara, contohnya belanja pegawai seperti gaji, uang lembur dan sejenisnya’. Landasan hukum_ terkait pelaksanaan anggaran belanja negara diatur dalam —_peraturan_perundang-undangan terkait yang mengaturmengenai pelaksanaan anggaran belanja negara Undang-Undang Keuangan Negara dalam ppasal Pasal 6 ayat (1) mengatur bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan, kekuasaan pengelolaan keuangan negara tersebut digunakan untuk mencapai_ tujuan bernegara. Selanjutnyapadaayat(2)disebutkan ‘bahwa kekuasaan tersebut dikuasakan kepada ‘Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya, Undang-Undang Perbendaharaan Negara dalam Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa perbendaharaan negara adalah _pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, fodul Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara, Pusdiklat 3: Departemen Keuangan RI, 2010), him. 7. Setiawan, Helan, Yohanes, Wewenang dan Tanggung Jawab Kuasa termasuk investasi. dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Selanjutnya dalam Pasal 2 diatur bahwa perbendaharaan negara meliputi: 1. pelaksanaan pendapatan dan belanja negara; 2, pelaksanaan pendapatan dan belanja daerah; 3. _ pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara; 4, _pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran daerah; 5. _pengelolaan kas; 6. pengelolaan piutang dan utang negara! daerah; 7. pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah; 8. penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi manajemen keuangan negaral daerah; 9. penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD; 10. penyelesaian kerugian negara/daerah; 11, pengelolaan Badan Layanan Umum; 12. perumusan standar, kebijakan, serta sistem dan prosedur yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan 13, negara dalam rangka pelaksanaan APBN} APBD. Menyadari hal itu, untuk — dapat melaksanakan pendapatan dan belanja negara serta penerimaan dan pengeluaran_ negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang- Undang Perbendaharaan Negara tersebut di atas secara lebih profesional, terbuka 488 dan bertanggungjawab maka ditetapkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun’ 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN. Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN merupakan salah bentuk peraturan perundang-undangan sebagaimana, diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Peraturan lebih lanjut yang mengatur mengenai pelaksanaan anggaran__belanja negara adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan APBN, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tersebut — merupakan peraturan teknis pelaksanaan secara khusus ‘mengatur mengenai tata cara_pembayaran APBN. 2, Pejabat Perbendaharaan Negara Istilah pejabat _perbendaharaan negara dapat dilihat dalam Bab I Undang-Undang Perbendaharaan Negara. Bab II tersebut terbagi atas 3 (tiga) bagian yaitu: 1. Pengguna Anggaran; 2. Bendahara Umum Negara/Daerah; dan 3. Bendahara Penerimaan/Pengeluaran, Pengguna Anggaran—_sebagaimana dimaksud pada angka 1 di atas, lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 ‘Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada Bab II tentang Pejabat Perbendaharaan Negara Bagian Kesatu tentang Pengguna Anggaran. Bab ini terbagi atas 3. (tiga) paragraf yaitu: 469 1. Pengguna Anggaran dan Kuasa Pengguna ‘Anggaran; 2. Pejabat Pembuat Komitmen; 3. Pejabat Penandatanganan Surat Perintah Membayar. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan —_penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang ditunjuk PA untuk melaksanakan sebagian kev enangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya, Pejabat_ Pembuat Komitmen adalah pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara. Pejabat ini mempunyai kewenangan untuk mengadakan — perikatan-perikatan —terkait dengan pengadaan barang dan jasa, serta mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada PPSPM. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran, PPSPM melaksanakan kewenangan KPA melakukan pengujian tagihan dan perintah pembayaran atas beban anggaran negara, 3. Kewenangan Kuasa Pengguna Anggaran Kuasa Pengguna Anggaran menurut Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN adalah pejabat_yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagin kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan, Pasal S ayat (1) Peraturan Pemerintah dimaksud mengatur bahwa selaku PA berwenang menunjuk kepala Satuan Kerja Menteri/Pimpinan Lembaga yang melaksanakan kegiatan Kementerian! Lembaga sebagai KPA, dan menetapkan Pejabat Perbendaharaan lainnya. Penunjukan KPA bersifat “ex-officio” atau melekat pada jabatan, Definisi. “kuasa” adalah kemampuan atau kesanggupan untuk berbuat sesuatu; kekuatan, selain kekuatan badan atau benda; kewenangan atas sesuatu untuk menentukan, ‘mengurus, mewakili, dsb; orang yang diberi kewenangan untuk mewakili, memerintah, dsb; mampu, sanggup, kuat; pengaruh, gengsi kesaktian dsb’, Berdasarkan definisi tersebut dapat dilihat bahwa KPA merupakan orang yang diberi_kewenangan oleh PA untuk mewakili PA dalam pengelolaan keuangan dilingkup unit kerja yang dipimpinnya. Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara APBN bahwa Pelaksanaan ‘mengatur Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA berwenang menunjuk kepala Satuan Kerja yang melaksanakan kegiatan Kementerian/ Lembaga sebagai KPA, dan menetapkan Pejabat Perbendaharaan lainnya. Penunjukan KPA bersifat “ex-officio” atau melekat pada jabatan, Kewenangan KPA diatur dalam 4 Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, (Jakarta: Pustaka Phoenix, 2009), hm. 504 Setiawan, Helan, Yohanes, Wewenang dan Tanggung Jawab Kuasa Pasal 8 Peraturan Pemerintah dimaksud yaitu sebagai berikut: Menyusun DIPA; b, Menetapkan PPK dan PPSPM; Menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran; 4. Menetapkan —rencana—_pelaksanaan kegiatan dan rencana peneairan dana; ¢ Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara; f Melakukan pengujian tagihan dan perintah pembayaran atas beban anggaran negara; g. Memberikan supervisi, konsultasi, dan pengendalian pelaksanaan kegiatan dan anggaran; h. Mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi_ yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan i, Menyusun laporan keuangan dan kinerja sesuai dengan Peraturan Perundang- undangan Pembatasan kekuasaan dapat dilakukan dengan 2 (dua) _mekanisme, yaitu. mekanismecheck and balance dan mekanisme yuridis yang melabirkan regulasi seperti misalnya Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi‘.Pengelolaan keuangan juga mengenal adanya mekanisme check and balance (saling vji). Salah satu tujuan utama 5 Arfan FaizMubliz, No.1, (April 2012): 95 6 Hezky Femando Pitoy, “Mekanisme 470 mekanisme check and balance adalah untuk ‘menghindari pemusatan kekuasaan pada satu Jembaga atau organ saja’ Check and balance pada pengelolaan keuangan dilakukan, negara dengan memisahkan kewenangan tindakan yang mengakibatkan —pengeluaran —anggaran belanja kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan kewenangan untuk melakukan pengujian tagihan kepada Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM (PPSPM). PPK. adalah pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengelwaran anggaran belanja negara, PPK. melaksanakan kewenangan KPA huruf e di atas yaitu melakukan tindakan yang ‘mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara. Pejabat ini mempunyai kewenangan. untuk mengadakan_perikatan- perikatan terkait dengan pengadaan barang dan jasa, serta mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada PPSPM. PPSPM adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA. untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran, PPSPM melaksanakan kewenangan KPA huruf f di atas_yaitu ‘melakukan pengujian tagihan dan perintah pembayaran atas beban anggaran negara Kewenangan PPK dan PPSPM dimaksud tidak dapat dirangkap sekaligus oleh 1 (satu) ‘orang pejabat karena akan meniadakan prinsip cformulasi Diskresi Dalam Penataan Hukum Administrasi”, Jurnal Rechtsvinding Vol. Thecks And Balances Antara Presiden Dan DPR Dalam Sistem Pemerintahan Presidensial Di Indonesia", Jurnal Lex et Societatis Vol. Il, No.5, Suni 2014): 31 an check and balance (saling uji). Adanya pelimpahan wewenang tersebut tidak berarti membuat KPA tidak mempunyai kewenangan sama sekali atas pengelolaan keuangan satker, dikarenakan KPA masih_ memiliki kewenangan untuk memberikan_ supervisi, konsultasi, dan pengendalian pelaksanaan kegiatan dan anggaran. Kuasa Pengguna Anggaran memiliki tugas untuk menetapkan PPK dan PPSPM dengan surat keputusan dengan maksud demi pelaksanaan check and balancedimaksud, namun dalam hal terdapat kondisi tertentu seperti keterbatasan jumlah dan/atau kualitas sumber daya manusia, PPK atau PPSPM bethalangan tetap maka dapat dimungkinkan adanya perangkapan jabatan KPA. terhadap satu jabatan PPK PPSPM. PPK dan PPSPM dengan salah atau Penunjukan surat eputusan akan membatasi adanya penggunaan wewenang dimaksud oleh KPA sewaktu-waktu Karena kewenangannya tersebut telah dilimpahkan kepada PPK dan PPSPM. Penetapan dengan surat keputusan tersebut disampaikan kepada Kepala KPPN selaku kuasa BUN beserta spesimen tanda tangan PPSPM dan cap/setempel satker, kepada PPSPM disertai dengan spesimen tanda tangan PPK dan kepada PPK. Apabila PPK atau PPSPM dipindahtugaskan /pensiun! diberhentikan dari jabatannya/berhalangan KPA menetapkan PPK PPSPM pengganti dengan surat keputusan sementara, atau dan berlaku sejak serah terima jabatan. ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481 Wewenang PPK —menguji_— dan menandatangani surat bukti mengenai hak dilakukan membandingkan kesesuaian antara bukti yang akan disabkan dan barang/ jasa yang akan disahkan dan barang/jasa tagih kepada negara dengan surat yang diserahterimakan/diselesaikan serta spesifikasi teknis yang dipersyaratkan dalam dokumen perikatan, Setiap pejabat yang menandatangani atau mengesahkan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban anggaran negara bertanggung jawab atas kebenaran dan akibat dati penggunaan bukti tersebut”. Wewenang ini mensyaratkan PPK untuk memastikan bahwa barang/jasa telah sesuai dengan dokumen perikatan schingga apabila terdapat adanya _ketidaksesuaian antara barang/jasa dengan dokumen perikatan maka PPK wajib menolak hak tagih tersebut. Guna mengimbangi kewenangan PPK melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara maka diperlukan adanya PPSPM sebagai pejabat yang bertugas melakukan pengujian tagihan dan perintah pembayaran. Jabatan PPSPM tidak boleh dirangkap oleh PPK Bendahara.Pengujian tagihan yang dilaksanakan oleh PPSPM untuk menguji kebenaran dan administrasi, _kelengkapan administrasi_ dan keabsahan administrasi dokumen hak tagih pembayaran yang diajukan oleh PPK atau Bendahara untuk selanjutnya diterbitkan SPM. sebagai dokumen yang diajukan kepada KPPN selaku Kuasa BUN 7. Tim Penyusun RU Ketentuan Pokok Keuangan Negara, Prinsip Keuangan Negara dalam Paket Rancangan Undang-Undang bidang Keuangan Negara, (Jakarta: Departemen Keuangan RI, 2001), him.40 Setiawan, Helan, Yohane: untuk diterbitkan Surat Perintah Peneairan Dana (SP2D) sehingga terjadi_ pembayaran dari rekening kas negara ke rekening pihak yang memiliki hak tagih kepada negara. Berdasarkan, kewenangan yang dimilikinya, PPK — maupun — PPSPM melaksanakan pengelolaan keuangan pada ss, Wewenang dan Tanggung Jawab Kuasa Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Pelaksanaan APBN dan pada Peraturan ‘Menteri Keuangan Nomor 190/KMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan APBN. Kewenangan dapat diperoleh melalui atribusi, delegasi dan mandat. Terkait delegasi satker dimana dia berada, Pelaksanaan dan mandat, Philipus M. Hadjon membuat kegiatan pengelolaan tersebut dengan pembedaan antara_ delegasi_ dan mandat berpedoman pada Peraturan Pemerintah sebagai berikut: ‘Tabel 1 Perbedaan Mandat dan Delegasi Indikator Perbedaan Mandat Delegasi Prosedur Pelimpahan bawahan; hal biasa ke dilarang secara tegas Dalam hubungan rutin atasan- Dari suatu organ pemerintahan kepada organ lain: dengan peraturan perundang-undangan ecuali Tanggung jawab dan tanggung gugat Tetap pada pemberi mandat Tanggung jawab dan tanggung gugat beralih kepada delegataris Kemungkinan si pemberi menggunakan wewenang, itu lagi dilimpahkan itu Setiap saat dapat menggunakan sendiri wewenang yang Tidak dapat menggunakan ‘wewenang itu lagi kecuali setclah ada pencabutan dengan berpegang pada asas “‘contrarius actus’ Sumber : diolah penulis, 2019. Wewenang delegasi diperoleh dari adanya pelimpahan wewenang dari pemberi delegasi (delegans) kepada penerima delegasi (delegataris). Oleh karena pada wewenang yang diperoleh dengan cara delegasi terdapat adanya pelimpahan atau penyerahan wewenang, maka untuk mendelegasikan suatu wewenang harus ada atau disertai dengan petnyataan berupa produk hukum, misalnya suatu. keputusan behwa wewenang tersebut didelegasikan’, Pelimpahan wewenang dari KPA kepada PPK maupun PPSPM merupakan delegasi 9 Abdul Latif, Hukum Administrasi Dalam Praktik Tin 2014), him. 47 ‘yang dapat dilihat dalam prosedur pelimpahan dilaksanakan dengan adanya penetapan surat keputusan penunjukan PPK dan PPSPM sehingga KPA tidak dapat _menggunakan wewenang tersebut sewaktu-waktu, Adanya penetapan penunjukan PPK dan PPSPM tersebut akan mengakibatkan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih kepada PPK dan’ atau PPSPM, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/ KMK.05/2012 masih terdapat inkonsistensi pada adanya beberapa pasal yang menyatakan bahwa PPK atau PPSPM menandatangani aja Grafindo Persada, 2011), him. 107, tdak Pidana Korupsi, (Jakarta: Prenada Media Group, 473 menerbitkan dokumen atas nama (a.n.) KPA. Hal tersebut kemudian kemudian juga terlihat pada lampiran peraturan dimaksud yaitu pada Jampiran kuitansi pembayaran, daftar rincian permintaan pembayaran, surat perintah bayar (SPBy), dan Surat Perintah Membayar (SPM), Dokumen-dokumen —tersebut _ merupakan objek pemeriksaan baik itu aparat internal maupun aparat ekstemal pemerintah seperti kepolisian, kejaksaan atau KPK, sedangkan dalam dokumen tersebut tidak selaras dengan konsep pelimpahan wewenang dari KPA kepada PPK maupun PPSPM karena dalam dokumen tercantum penandatangan a.n. KPA. ‘Atas nama (a.n) merupakan konsep dalam. pelimpahan wewenang mandat. Mandat merupakan suatu penugasan kepada bawahan, ‘misalnya untuk membuat Keputusan an. pejabat yang meemberi mandat. Keputusan itu merupakan keputusan yang memberi mandat, dengan demikian tanggung jawab jabatan tetap pada pemberi mandat" B, Tanggung Jawab Kuasa Pengguna Anggaran Dalam Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara 1, Tanggung Jawab Internal dan Eksternal Pemberian wewenang tertentu untuk melakukan tindakan —hukum —_tertentu ‘menimbulkanpertanggungjawaban tas penggunaan wewenang itu. Hal ini sejalan dengan prinsip umum “geen bevoegheid ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481 zonder verantwoorddelijkheid; there is no authority without responsibility” Pasal 10 Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan APBN mengatur bahwa KPA bertanggung jawab secara formal dan materiil kepada PA atas pelaksanaan kegiatan yang berada dalam penguasaannya. Tanggung jawab formal merupakan tanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan wewenang KPA mulai dari_menyusun DIPA sampai dengan menyusun laporan keuangan. Tuges dan wewenang KPA tersebut_merupakan kewenangan yang diperoleh dari pelimpahan wewenang PA sehingga atas_pelimpahan KPA untuk bertanggung jawab kepada pemberi tersebut terdapat kewajiban bagi kewenangan, Tanggung jawab — materiil ‘merupakan tanggung jawab atas penggunaan dan (output) yang dihasilkan atas beban anggaran negara, DIPA. anggaran keluaran ‘merupakan dokumen yang digunakan sebagai acuan PA/KPA dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan APBN KPA sebagai yang menerima ke vangan penggunaan anggaran _bertanggungjawab atas pelaksanaan penggunaan anggaran serta output yang dihasilkan atas penggunaan anggaran negara sebagaimana yang tercantum dalam DIPA.Tanggung jawab formal dan materiil tersebut sebagai implikasi_ adanya pelimpahan wewenang PA kepada KPA sehingga menimbulkan kewajiban bagi KPA. untuk bertanggungjawab kepada PA. 10 Philipus M. Hagjon dkk, Hukum Adminisirasi dan Tindak Pidana Korupsi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011), him. 13. 11 Ridwan H.R,Op.Cit hlm.334, Setiawan, Helan, Yohanes, Wewenang dan Tanggung Jawab Kuasa Suwoto menyatakan bahwa pengertian tanggung jawab mengandung dua aspek yaitu aspek internal dan aspek eksternal. Pertanggungjawaban yang mengandung aspek internal hanya diwujudkan dalam. bentuk laporan pelaksanaan kekuasaan. Pertanggungjawaban dengan aspek eksternal adalah pertanggungjawaban kepada pihak ketiga, apabila dalammelaksanakan kekuasaan, itu menimbulkan suatu derita atau kerugian®. Pertanggungjawaban terhadap pihak ketiga sebagai akibat penggunaaan kewenangan itu ditempuh melalui peradilan dimana hakim berwenang memeriksa dan menguji apakah penggunaan kewenangan ity menimbulkan kerugian, hakim — melalui putusannya berwenang membebankan tanggung jawab pada pejabat yang bersangkutan”, Dengan demikian pasal 10 Peraturan Pemerintah dimaksud yang mengatur tentang tanggung jawab formal dan materiil adalahmerupakan bentuk tanggung jawab internal dari jabatan KPA kepada PA ‘melimpahkan sebagian kewenangannya. selaku pejabat_ yang 2. Tanggung Jawab Jabatan dan ‘Tanggung Jawab Pribadi Hukum admininstrasi mengenal adanya konsep kesalahan pribadi (faute personelle) dan kesalahan jabatan (faute de service) Tatiek Sri Djatmiati mengemukakan bahwa 474 telah terjadi suatu kesalahan pribadi (faute personelle) jika ada kesalahan _pribadi seseorang yang merupakan bagian dari pemerintahan, Kesalahan yang dilakukan tidak berkaitan dengan pelayanan_publik, tetapi menunjukkan kelemahan orang tersebut, keinginan-keinginan atau nafsunya dan kurang hati-hati atau kelalaian-kelalaiannya."* Philipus M. bahwa tanggung jawab jabatan berkenaan (keabsahan) —_tindak tindak Hadjon mengemukakan denganlegalitas pemerintahan, Persoalan legalitas pemerintahan dalam hukum administrasi, berkaitan dengan pendekatan _terhadap kekuasaan pemerintahan. Tanggung jawab pribadi fungsionaris atau pendekatan perilaku dalam berkaitan dengan pendekatan hukum administrasi. Tanggung jawab pribadi berkenaan dengan maladministrasi dalam penggunaan wewenang maupun public service. Pembedaan antara tanggung jawab jabatan dan tanggung jawab pribadiatas tindak pemerintahan membawa konsekuensi yang berkaitan dengan tanggung jawab pidana, tanggung gugat perdata dan tanggung ‘gugat tata usaha negara (TUN)". Maladministrasi terdiri dari kata dasar Mal dalam bahasa (jelek). Kata administrasiasal katanya administrare dalam. mal dan_administrasi Latin malumartinya jahat bahasa Latin artinya melayani.Kalau dipadu 12 Ibid bim.335, dikutip dari Suwoto Mulyosudarmo, Kekuasaan dan Tanggung Jawab Presiden Republik Indonesia, Disertasi, (Surabaya: Universitas Airlangga, 1990), him.75 13 bid. bim.335 14 Tatiek Sri Djatmiati, “Maladministrasi dalam Konteks Kesalahan Pribadi dan Kesalahan Jabatan, Tanggung Javwab Pribadi dan Tanggung Jawab Tabatan”, dalam Philipus M. Hadjondkk, Hukwm Administrasi dan Good Governance, (Jakarta: Universitas Trisakti, 2010), him. 90. 15 Philipus M. Hadjon dik, Op.Cit, blm.17. 475 menjadi maladministrasi dengan pengertian dasar tadi, maladministrasi adalah pelayanan yang jelek"®, Maladministrasi selalu dikaitkan dengan perilaku dalam pelayanan yang dilakukan oleh pejabat publik, Maladministrasi ‘merupakan pelanggaran terhadap norma perilaku aparat pemerintahan, Ketentuan Pasal 1 angka 3. Undang: Undang Nomor 37 tahun 2008- tentang Ombudsman Republik Indonesia menyatakan bahwa maladministrasi adalah perilaku atau perbuatanmelawan hukum, —melampaui wewenang, — menggunakan —_ wewenang ‘untuk tujuan Tain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk — kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaran pelayanan publik yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil danatau immateriil bagi masyarakat dan orang perseorangan. 3. Sanksi Administrasi_ Dalam Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara Dalam pelaksanaan anggaran_ belanja negarapada suatu satker terdapat kemungkinan terjadinya kesengajaan ataupun_ kelalaian yang dilakukan oleh pejabat perbendaharaan yang akan menimbulkan tanggung jawab atas perbuatannya tersebut. Sanksi merupakan bagian penutup yang penting di dalam hukum, 16 Philipus M. Hadjon dkk, Op-Cit, 17 Ridwan, HLR,Op.Cit, hm.298 18 Ibid, blm.296, 19 id, ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481 termasuk dalam hukum administrasi, Menurut Philipus M. Hadjon, pada umumnya tidak ada gunanya memasukkan kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan bagi para warga di dalam peraturan perundang-undangan tata usaha Negara, manakala aturan-aturan tingkah aku itu tidak dapat dipaksanakan oleh tata usaha Negara”, P Nicolai dan —_-kawan-kawan mengemukakan bahwa sarana_ penegakan hukum administrasi Negara berisi (1) pengawasan bahwa organ pemerintahan dapat melaksanakan ketaatan pada atau berdasarkan undang-undang yang ditetapkan secara tertulis dan pengawasan terhadap keputusan yang meletakan kewajiban kepada individu, dan (2) penerapan kewenangan sanksi pemerintahan' Hal di atas hampir senada dengan Tan Berge sebagaimana dikutip Philipus M. Hadjon yang menyebutkan bahwa instrumen penegakan hukum administrasi negara meliputi pengawasan dan penegakan sanksi Pengawasan merupakan langkah preventif untuk memaksakan kepatuhan, sedangkan penerapan sanksi merupakan langkah represif untuk memaksakan kepatuhan.”” Sanksi hukum adminstrasi merupakan alat kekuasaan yang bersifat hukum publik yang digunakan oleh penguasa terhadap reaksi ketidakpatuhan terhadap hukum administrasi. Sanksi merupakan bagian penting dalam setiap peraturan perundang-undangan, Setiawan, Helan, Yohanes, Wevwenang dan Tanggung Jawab Kuasa 476 kewajiban mengganti kerugian negara bahkan menurut Ten Berge, “sanksi hukum administrasi merupakan inti dari penegakan shukum administrasi. Sanksi diperlukan untuk ‘menjamin penegakan hukum administrasi”.® Menurut P de Haan dkk, "dalam hukum administrasi negara, penggunaan sanksi administrasi — merupakan —_penerapan kewenangan —pemerintahan, di mana kewenangan ini berasal dari aturan hukum administrasi tertulis dan tidak tertulis”™ Ketika negara mengalami kerugian akibat pengelolaan keuangan negara yang. tidak benar maka negara mengenakan tuntutan ganti kerugian kepada pihak yang melakukannya. Djafar bahwa Kerugian negara yang dikembalikan Muhammad Saidimenyatakan diluar peradilan bukan merupakan sanksi atau hukuman melainkanhanya pengganti atas kerugian negara yang ditetapkan oleh atasannya atau Badan Pemeriksa Keuangan®. Pengenaan tuntutan gantikerugian bertujuan untuk memulihkan keuangan negara yang —mengalami—_kekurangan dan dikembalikan pada keadaan semula sehingga dapat digunakan kembali dalam mencapai tujuan negara", Pengenaan funtutan ganti kerugian ini juga merupakan tindak lanjut dari pengawasan melekat dan pengawasan fungsional yang dilakukan oleh suatu pimpinan_ instansiflembaga, Adanya 20 Ibid.,blm. 298 21 Ibid. 22 Muhammad Djafar Saidi, Op. Cit, bim.101 23 Ibid, blm.73. merupakan perwujudan dari tanggung jawab secara pribadi atas kerugian keuangan negara yang berada dalam penggunaannya atau pengelolaannya secara langsung tanpa melalui proses peradilan, Pengembalian kerugian keuangan negara dapat dilakukan berdasarkan dua mekanisme yaitu pengembalian melalui peradilan dan pengembalian tanpa melalui peradilan, Yang dilakukan di luar pengadilan itu bukan merupakan sanksi atau hukuman, melainkan hanya bersifat mengganti atas kerugian negara, sedangkan yang melalui peradilan merupakan sanksi atau hukuman berupa denda yang dijatuhkan oleh penegak kum Peraturan perundang-undangan di bidang hukum administrasi seringkali tidak hanya memuat 1 (satu) macaméjenis sanksi saja tapi dapat memuat beberapa macam sanksi yang dapat diberlakukan secara_kumulasi. Adakalanya perundang-undangan tidak hanya mengancam suatu. ketentuan — peraturan pelanggamnya dengan anksi tapi juga pada ‘aat_ yang sama menganeamnya dengan sanksi administrasi’\Kumulasi sanksi_ atau penerapan suatu sanksi secara bersama-sama terdapat 2 (dua) jenis, yaitu kumulasi internal berupa penerapan jenis sanksi administrasi secara bersama-sama dan kumulasi cksternal 24 Michael Julnius Christopher Siahaya, “Pengembalian Kerugian Keuangan Negara Dalam Tahap Ponyidikan ‘Tindak Pidana Korupsi" Jurnal Lex Crimen Vol, No.2, (April 2015):18. 25 Ridwan, H.R, Op.Cit, hlm. 263. ar berupa penerapan sanksi administrasi bersama dengan sanksi pidana atau perdata, ‘Terkait kumulasi sanksi internal, tanggung. jawab dalam lingkup Keuangan Negara diatur dalam peraturan-peraturan yang. berkaitan dengan Keuangan Negara yaitu Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa setiap pejabat negara dan pegawai negeri bukan bendahara yang melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya baik langsung atau tidak langsung yang merugikan keuangan negara diwajibkan_ mengganti kerugian dimaksud, Ketentuan demikian diatur juga dalam Pasal 59 Undang-Undang Perbendaharaan ‘Negara, Sanksi tersebut dimaksudkan sebagai upaya preventif dan represif serta berfungsi sebagai jaminan atas ditaatinya Undang- Undang tentang APBN yang bersangkutan®. Selanjutnya dalam Pasal 64 ayat (1) Undang- Undang Perbendaharaan Negara diatur bahwa bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat lain yang telah ditetapkan untuk mengganti kerugian negara/daerah dapat dikenai sanksiadministratif dan/atau sanksi pidana, Pasal tersebut mengatur tentang kumulasi sanksi yang dapat diterapkan bagi bendahara, pegawai maupun pejabat negara yang merugikan keuangan negara. Kumulasi sanksi tersebut dapat dengan sanksi administratif, atau dengan sanksi_pidana, atau berlaku keseluruhan dengan sanksi administratif dan sanksi pidana. 26 Dearma Sinaga dkk, ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481 Undang-Undang Perbendaharaan Negara tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai sanksi administratif dalam pasal tersebut baik maksud dan jenisnya. Pengaturan mengenai sanksi administratif dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan dan Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2016 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pejabat Pemerintahan, Pasal | angka 5 Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2016 menyatakan Sanksi Administratif adalah sanksi yang dikenakan bagi pejabat pemerintahan yang melakukan pelanggaran administratif. Sanksi administratif diatur dalam Pasal 81 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan yang membedakan sanksi administratif dalam 3 (tiga) tingkatan yakni sanksi_administratif ringan, sedang dan berat. Penjatuhan sanksi administratif ringan dapat dijatuhkan secara sanksi administeatit langsung, sedangkan sedang atau berat hanya dapat dijatuhkan setelah melalui proses pemeriksaan internal. Macam-macam sanksi dalam Pasal 81 tersebut sebagian besar sanksi yang dapat dikenakan merupakan sanksi dibidang kepegawaian, sanksi Dalam hal kepegawaian, di bidang —kepegawaian sendiri_terdapat peraturan yang mengatur sanksi yang dapat dikenakan terhadap PNS yang melakukan pelanggaran yaitu sebagaimana diatur dalam Tanggung Jawab Kuasa Pengguna Anggaran Terhadap Kevangan Negara Dalam Proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Studi Kasus Pengadaan Alat Kesehatan di RSU dt, FL. TOBING SIBOLGA)", USU Law Journal Vol 3, No.2, (Agustus 2015):52. Setiawan, Helan, Yohanes, Wewenang dan Tanggung Jawab Kuasa Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan peraturan perundang-undangan dibawahnya. Mayoritas pejabat perbendaharaan pada __satker ‘merupakan PNS schingga dalam hal terjadi penyalahgunaan wewenang oleh KPA/PPK/ PPSPM yang merupakan PNS maka akan menimbulkan kerancuan dalam penerapan sanksi administrasi yang akan dikenakan. Kumulasi sanksi internal dalam hukum administrasi dimungkinkan dengan memperhatikan —sanksissanksi _sejenis (tujuannya sama) tidak boleh diterapkan bersama-sama, Untuk itu dalam hal terjadi pelanggaran oleh pejabat perbendaharaan yang telah dikenakan sanksi berupa tuntutan ganti kerugian maka kepada yang bersangkutan juga dapat dikenakan sanksi_administratif’ yang ‘mengacu pada aturan dibidang kepegawaian yakni Undang-Undang Aparatur Sipil Negara. Selain itu sanksi administratif dalam Undang-Undang Perbendaharaan Negara juga terkait dengan sanksi dalam Undang- Undang Administrasi Pemerintahan dimana Perbendaharaan dalam — Undang-Undang mengatur bahwa bendahara, pegawai dan atau pejabat yang ditetapkan untuk ‘mengganti Kerugian negara atau daerah dapat dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi pidana, sedangkan dalam Undang-Undang Administrasi Pemerintahan juga terdapat sanksi sejenis yaitu berupa pembayaran uang paksa dan/atau ganti rugi. Terkait hal tersebut 27 Muhammad Djatar Saidi, Op. Ci, blm.106. 28 Ibid, bim. 57 478 dalam konteks ganti kerugian negara maka sanksi administratif yang dapat dikenakan kepada pejabat dimaksud haruslah dibedakan selain ganti rugi. Selain kumulasi sanksi internal, terdapat juga kumulasi sanksi eksternal, Kumulasi sanksi ekstemal_—yaituselain sanksi administrasi dapat pula dikenakan sanksi petdata maupun pidana, Muhammad Djafar Saidi mengemukakan bahwa dalam kajian hukum administrasi, fungsi anggaran negara tertuju pada penguasaan dan_pelaksanaan anggaran negara oleh Presiden bersama pembantu-pembantunya, Kemudian pada tahap rendab, anggaran negara yang berwujud Keuangan negara dikelola oleh bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat. lainnya”. Dalam pengelolaannya wajib dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk ‘mempertanggungjawabkan dalam waktu yang ditentukan, Ketika dalam pertanggungjawaban terdapat penyalahgunaan keuangan negara yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, diancam dengan sanksi administrasi maupun sanksi pidana, Kedua jenis sanksi ini dapat dijatuhkan secara bersamaan atau terpisah tergantung pada substansi_pengelolaan Keuangan yang terlanggar™ Adanya pembedaan antaratanggung jawab jabatan dan tanggung tanggung jawab pribadi_membawa implikasi sanksi yang berbeda pula, Terkait tanggung jawab jabatan, 479 sanksi yang dapat dikenakan dapat berupa sanksi administrasi dan sanksi Apabila sanksinya dapat berupa sanksi administrasi, perdata. terkait tanggung jawab pribadi sanksi perdata maupun sanksi pidana. Pasal 64 ayat (1) Perbendaharaan Negara mengatur_ bahwa bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat lain yang telah ditetapkan untuk Undang-Undang mengganti kerugian negara/daerah dapat dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi pidana, Selanjutnya dalam ayat (2) diatur bahwa putusan pidana tidak membebaskan dari tuntutan ganti rugi. Sanksi administrasi yang akan dikenakan dapat berupa sanksi di bidang pemerintahan Khususnya kepegawaian atau dapat juga berupa ganti rugi ata keuangan negara yaitu berupa Tuntutan Perbendaharaan (TP) apabila yang menyebabkan kerugian negara adalah bendahara, Rugi (TGR) apabila dilakukan oleh PNS bukan bendaharawan dan pejabat negara, dan Tuntutan Ganti yang mana prosesnya tanpa melalui pro: peradilan. Sanksi perdata dalam bentuk tuntutan ganti kerugian yang besarnya ganti kerugian yang harus dibayarkan ditentukan melalui putusan pengadilan. Sanksi pidana yang dapat dikenakan adalah sesuai dengan pengaturan dalam ketentuan pidana yang ‘mengatur hal tersebut misalnya sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481 Korupsi (selanjutnya disebut UU PTPK) Khususnya pasal 3 UU PTPK. Pasal 3 UU PTPK dapat diuraikan unsur- unsur deliknya menjadi 3 (tiga) yaitu sebagai berikut 4, Dengan tujuan menguntungkan iri sendiri atau orang lain atau suatu korporasis , Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan; c. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, Salah satu unsur yang membedakan Pasal 3 UU PTPK dati Pasal 2 UU PTPK adalah adanya unsur penyalahgunaan wewenang. Mengukurapakahtelahterjadipenyalahgunaan wewenang haruslah_dibuktikan secara faktual bahwa pejabat telah menggunakan ‘wewenangnya untuk tujuan lain, Terjadinya penyalahgunaan wewenang bukanlah karena suatu kealpaan, Penyalahgunaan wewenang dilakukan secara sadar yaitu. mengalikan tujuan yang telah diberikan kepada wewenang Simpulan Kewenangan KPA dalam pelaksanaan APBN pada ‘Negara/Lembaga satuan kerja Kementerian meliputi kewenangan mulai dari menyusun DIPA hingga menyusun laporan keuangan dan kinerja. Dalam rangka mekanisme saling uji (check and balance), 29 Nur Basuki Minamo, Penyalahgunaan Wewenang Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah Yang Berimplikasi Tindak Pidana Korupsi, (Yogyakarta: Laksbang Mediatama,2011), hlm.26. 30 Philipus M. Hadjon dkk Op. Ci, nlm.22 Setiawan, Helan, Yohanes, Wewenang dan Tanggung Jawab Kuasa kewenangan KPA wajib untuk dilimpahkan dengan menunjuk Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM). Pelaksanaan wewenang oleh pejabat _ perbendaharaan diikuti dengan adanya tanggung jawab atas pelaksanaan wewenang tersebut. Tanggung jawab tersebut dapat berupa tanggung jawab jabatan dan tanggung jawab pribadi dalam hal adanya maladministrasi. Dalam hal terjadi kerugian Keuangan negara maka terhadap 480 yang melakukan kes Jahan wajib mengganti kerugian tersebut, selain itu dapat dikenakan sanksiadministratif dan/atau sanksi pidana, Sanksi administrasi yang dapat dikenakan dapat berupa kumulasi sanksi internal maupun eksternal, Dalam penerapannya terdapat akumulasisanksi administrasi yang diatur dalam peraturan yang berbeda sehingga dapat menimbulkan kerancuan dalam penerapan sanksi administrasi. DAFTAR PUSTAKA Buku Hadjon, Philipus M. dkk. Hukum Administrasi dan Tindak—Pidana_—_Korupsi Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011 Latif, Abdul. Praktik Hukum Administrasi. Dalam Tindak PidanaKorupsi. Jakarta: Prenada Media Group, 2014 Nur Basuki Minarno, Penyalahgunaan Wewenang Dalam —_Pengelolaan Keuangan Daerah Yang Berimplikasi Tindak Pidana Korupsi. Yogyakarta: Laksbang Mediatama, 2011 Tim Penyusun RUU Ketentuan Pokok Keuangan Negara. Prinsip Keuangan Negara Dalam Paket Rancangan Undang-Undang Bidang Keuangan ‘Negara. Jakarta: Departemen Keuangan RI, 2001. Phoenix, Tim Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, Jakarta: Pustaka Phoenix, 2009. Ridwan, H.R. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011 Saidi, Muhammad Djafar. Hukum Keuangan Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008. Sutarsa, Mochamad —Suprijatno dan Muhammad. Modul Sitem Penerimaan dan Pengeluaran Negara, Bogor: Departemen Keuangan RI, 2010. Jurnal Sinaga, Dearma dkk, “Tanggung Jawab Kuasa Pengguna Anggaran Terhadap Dalam Proses Keuangan Negara Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Studi Kasus Pengadaan Alat Kesehatan di RSU dr. FL. TOBING SIBOLGA).” USU Law Journal Vol.3, No.2, (Agustus 2015): 52. Mulizi, Arfan Faiz Dalam Penataan Hukum Administrasi.” No.l, “Reformulasi Diskresi Jurnal Rechtsvinding Vol. 1, (April 2012): 95, 481 ARENA HUKUM Volume 12, Nomor 3, Desember 2019, Halaman 464-481 Pitoy, Hezky Femando, “Mekanisme Checks ‘And Balances Antara Presiden Dan DPR Dalam Sistem Pemerintahan Presidensial Di Indonesia.” Jurnal Lex et Societatis Vol. I No. 5 (Suni 2014): 31 Sishaya, Michael Julnius Christopher. “Pengembalian Kerugian Keuangan Negara Dalam Tahap Penyidikan Tindak Pidana Korupsi.” Michael Julnius Christopher Siahaya, “Pengembalian Kerugian Keuangan Negara Dalam Tahap Penyidikan Tindak Pidana Korupsi.” Jurnal Lex Crimen Vol.4, No.2, (April 2015): 18. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140) 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran 2003 Nomor 47, ‘Undang-Undang Nomor Negara Tahun ‘Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355). Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi_ Pemerintahan (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 292, Nomor 5601). Tambahan Lembaran Negara Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Nomor $423). Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2016 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pejabat Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 230) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63) Peraturan Menteri_ Keuangen Nomor 190/PMK.05/2012 Cara Pembayaran Dalam Rangka tentang Tata Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara Tahun 2012 Nomor 1191)

You might also like