You are on page 1of 31

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGANTAR LABORATORIUM TEKNOLOGI KIMIA I

JUDUL PRAKTIKUM :

TEGANGAN PERMUKAAN CAIRAN

Kelompok : PLTK-1-A09
Dosen Pembibing : Bambang Hari Prabowo, ST., MT.
Nama Asisten : Nadia Friscilla H 2311171084
Nama Praktikan : 1. M. Rizwan Prayoga 2311201025
2. Mutiara Nur Fadillah 2311201026
3. Esya Martia Alfiardy 2311201024
Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Kimia

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Zat didefinisikan sebagai sesuatu yang mempunyai massa dan memerlukan
ruang. Berdasarkan wujudnya, zat dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu zat
padat, zat cair dan gas. Setiap zat padat mempunyai massa jenis tertentu. Demikian
juga dengan zat cair dan gas. Oleh karena itu suatu zat dapat diketahui jenisnya
berdasarkan massa jenisnya.
Massa jenis (𝜌) didefinisikan sebagai perbandingan antara massa zat dan
volumenya. Nilai massa jenis suatu zat adalah tetap, tidak tergantung pada massa
maupun volume zat, tetapi tergantung pada jenis zatnya. Oleh karena itu, zat yang
sejenis selalu mempunyai masssa jenis yang sama. Satuan massa jenis adalah kg/m3
atau g/cm3, jenis zat dapat diketahui dari massa jenisnya.
Massa jenis suatu zat sangat penting pengaruhnya, terlebih pada sektor
industri. Pada sektor industri otomotif, bahan kendaraan bermotor tidak lagi
menggunakan logam seperti zaman dahulu. Untuk saat ini, bahan kendaraan
bermotor menggunakan fiberglass. Salah satu penerapannya adalah pada mobil
formula 1 yang menggunakan fiberglass, agar lebih ringan dan lentur. Begitu juga
motor sekarang menggunakan fiberglass dalam bagian tertentu.
Pengukuran massa benda dilakukan dengan alat yang disebut neraca dan
tiap – tiap alat mempunyai ketelitian. Pada umumnya pengukuran massa dilakukan
secara perbandingan.
Dengan demikian ,latar belakang percobaan ini di laksanakan karena
penggetahuan mengenai massa, berat ,dan densitas benda sangatlah penting dalam
kehidupan kita, baik kehidupan sehari - hari maupun skala industri.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui penggunaan alat-alat ukur dimensi seperti mistar, jangka
sorong, mikrometer skrup, dan neraca analitik
2. Menentukan volume dan massa jenis benda padat dan cair
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar


Volume zat padat dapat ditentukan dengan dua cara yaitu pengukuran
langsung (untuk benda dengan bentuk teratur) dan pengukuran tak langsung.
Pengukuran langsung merupakan metode statis yaitu dengan melakukan
pengukuran dimensi (panjang, lebar, tinggi, diameter dan sebagainya) terhadap
benda, sedangkan pengukuran tak langsung merupakan metode dinamis dengan
menggunakan prinsip dapat ditentukan dengan archimides sebagai acuannya.
Volume benda padat mengurangi massa benda diudara dengan massa benda di
dalam air dan massa jenis zat padat dapat ditentukan dari volume dan massa zat
padat tersebut. Massa jenis suatu zat dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑚
𝜌= 𝑉

Dimana :
𝜌 = massa jenis (kg/m³)
M = massa (kg)
V = volume (m³)

Massa jenis suatu benda bersifat tetap artinya jika ukuran dan bentuk benda
diubah massa jenis benda tidak berubah. misalnya ukurannya diperbesar sehingga
baik massa benda maupun volume benda makin besar. Walaupun kedua besaran
yang menunjukan ukuran benda tersebut makin besar tetapi massa jenisnya tetap,
hal ini disebabkan oleh kenaikan massa benda atau sebaliknya kenaikan volume
benda diikuti secara linier dengan kenaikan volume benda atau massa benda
(Kanginan, 2002).
Massa jenis benda padat beraturan adalah Setiap pengukuran besaran fisis
umumnya selalu menemui batas ketelitian dan kesalahan pengukuran (salah baca,
parallax, dsb). Setiap alat ukur mempunyai batas ketelitian dan batas maksimum
kemampuan mengukur (batas ukur). Sebagai contoh alat-alat ukur untuk besaran
fisis (panjang, lebar, tebal, jarak, dalam dan sebagainya) adalah
a. Mistar biasa, mempunyai ketelitian 1 mm atau kurang.
b. Jangka sorong mempunyai ketelitian 0.1 mm atau kurang.
c. Mikrometer sekrup, mempunyai ketelitian 0.0lmm atau kurang.
• Mistar/ Penggaris
Mistar atau penggaris adalah alat ukur panjang yang sering digunakan. Alat
ukur ini memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm. Mistar memiliki ketelitian
pengukuran setengah dari skala terkecilnya yaitu 0,5 mm atau 0,05 cm. Pada saat
melakukan pengukuran dengan mistar, arah pandangan harus tegak lurus dengan
dengan skala pada mistar dan benda yang diukur. Jika tidak tegak lurus maka akan
menyebabkan kesalahan dalam pengukurannya, bisa lebih besar atau lebih kecil
dari ukuran aslinya.

• Jangka Sorong
Jangka sorong juga merupakan alat pengukur panjang dan biasa digunakan
untuk mengukur diameter suatu benda.

Gambar 2,1 Jangka Sorong


Pada gambar di atas ada beberapa nomor yang merinci bagian-bagian
jangka Sorong. Berikut ini rinciannya
1. Rahang luar digunakan untuk mengukur bagian luar atau ketebalan benda
2.Rahang dalam digunakan untuk mengukur bagian dalam benda.
3 Pemeriksa kedalaman digunakan untuk mengukur kedalaman lubang.
4. Skala utama (centimeter)
5. Skala utama (inci1)
6. Skala nonius (centimeterT)
7. Skala nonius (inci)
8. Alat penahan digunakan untuk menahan pergeseran.
Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap adalah skala utama,
sedangkan skala pendek pada rahang geser adalah skala nonius atau vermier. Skala
utama memiliki skala dalam cm dan mm. Sedangkan skala nonius memiliki panjang
9 mm dan dibagi 10 skala. Sehingga beda satu skala nonius dengan satu skala pada
skala utama adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jadi, skala terkecil pada jangka sorong
adalah 0,1 mm atau 0,01 cnm. Sehingga ketidakpastian jangka sorong adalah 0,05
mm atau 0,005 cm

• Mikrometer Skrup
Mikrometer sekrup biasa digunakan untuk mengukur benda-benda yang
tipis, seperti tebal kertas dan diameter rambut. Mikrometer sekrup terdiri atas dua
bagian, yaitu selubung dalam (poros tetap) dan selubung luar (poros ulir).
Perhatikan gambar.

Gambar 2.2 Mikrometer Skrup


Pada gambar di atas ada beberapa bagian dalam mikrometer sckrup. Berikut
ini adalah bagian-bagiannya
1. Rangka (bingkai)
2. Poros tetap (landasan)
3. Poros gerak
4. Cincin pengunci
5. Roda penghenti (ratchet stop)
6. Skala nonius
7. Skala utama
Skala panjang pada poros tetap merupakan skala utama, sedangkan pada
poros ulir merupakan skala nonius. Skala utama mikrometer sekrup mempunyai
skala dalam mm, sedangkan skala noniusnya terbagi dalam 50 bagian. Satu bagian
pada skala nonius mempunyai nilai 1/50 0,5 mm atau 0,01 mm. Jadi, mikrometer
sekrup memiliki ketelitian yang lebih tinggi dari dua alat yang telah disebutkan
sebelumnya, yaitu 0,01 mm atau 0,001 cm. Ketidakpastiannya adalah 0,005 mm
atau 0,0005 cm.

• Neraca Teknis
Massa benda menyatakan banyaknya zat yang terdapat dalam suatu benda.
Massa tiap benda selalu sama dimana pun benda tersebut berada.Satuan SI untuk
massa adalah kilogram (kg).Alat untuk mengukurmassa disebut neraca. Ada
beberapa jenis neraca, antara lain, neracaohauss, neraca lengan, neraca langkan,
neraca pasar, neraca tekan,neraca badan, dan neraca elektronik. Setian neraca
memiliki spesifikasi penggunaan yang berbeda-beda.

2.2 Teori Tambahan


Berat benda adalah besarnya gaya gravitasi bumi terhadap benda itu. Jadi,
berat termasuk gaya sehingga merupakan besaran vektor. Berat benda bergantung
pada besar gravitasi di tempat benda itu berada. Arah vektor berat searah dengan
gaya gravitasi, yaitu menuju pusat Bumi Ukuran berat benda dinyatakan dengan
satuan gaya, misalnya newton (N). Pengalaman sehari-hari menunjukkan bahwa
massa yang besar juga mempunyai berat yang besar. Jadi, massa dan berat
berbanding lurus, semakin besar massa benda beratnya juga semakin besar. Berat
benda dapat di tentukan menggunakan rumus ;

W=mxg
Dimana :
W = berat benda (N)
m = massa benda (kg)
g = percepatan grafitasi (m/s²)
Berat juga sangat bergantung pada percepatan gravitasi. Oleh karena,
percepatan gravitasi disetiap titik di alam semesta berbeda, maka suatu benda dapat
memiliki berat berbeda-beda tergantung dimana benda tersebut diukur beratnya.
Sepotong besi di bumi akan berbeda beratnya jika potongan besi tersebut diukur di
bulan (percepatan gravitasi bulan = 1/6 x percepatan gravitas bumi).
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin
tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang
berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki
massa jenis yang sama (Searss, 1985).
Massa adalah jumlah partikel yang terkandung dalam suatu zat. Massa
merupakan salah satu ciri dari suatu zat. Dalam Satuan internasional (SI) adalah
kilogram dan dalam cgs adalah gram. Massa jenis adalah kerapatan suatu zat
Massa jenis diturunkan dari besaran massa dan volume. Massa jenis adalah massa
benda per satuan volume, lambang massa jenis adalah rho (ρ). Massa jenis
merupakan hasil bagi antara massa dengan volume. Nilai massa jenis suatu zat
adalah tetap, tidak tergantung pada massa maupun volume zat, tetapi tergantung
pada jenis zatnya. Oleh karena itu, zat yang sejenis selalu mempunyai masssa jenis
yang sama (Kondo, 1982).

Massa jenis relatif adalah nilai perbandingan massa jenis. Kegunaannya


untuk mengetahui massa jenis zat. Massa jenis relatif tidak mempunyai satuan.
Dasar penggunaan massa jenis relative Massa jenis merupakan besaran turunan dari
massa dan volume dalam praktiknya pengukuran volume biasanya kurang teliti
dibandingkan dengan pengukuran massa. Oleh karena itu, untuk lebih teliti dalam
menentukan massa jenis dapat dilakukan dengan mengukur massanya dengan
massa jenis air. Karena massa jenis air merupakan bilangan yang mudah diingat,
yaitu 1 g/cm3 atau 1.000 kg/m3, dengan demikian untuk mengetahui massa jenis
relatif suatu zat selalu akan menggunakan perbandingan massa jenis zat dengan
bilangan 1 g/cm3 atau 1.000 kg/m3 (Kondo, 1982).

Massa jenis zat dapat dihitung dengan membandingkan massa zat (benda)
dengan volumenya. Massa jenis merupakan salah satu ciri untuk mengetahui
kerapatan zat. Pada volume yang sama,semakin rapat zatnya, semakin besar
massanya. Sebaliknya makin renggang, makin kecil massa suatu benda. Pada
massa yang sama, semakin rapat zatnya, semakin kecil volumenya. Sebaliknya,
semakin renggang kerapatannya semakin besar volumenya (Bredthauer, 1993).

Konsep massa jenis sering digunakan untuk dapat menentukan dengan tepat
jenis suatu zat (benda) apa yang sesuai dengan kebutuhannya, misalnya dalam
industri pesawat terbang, dibutuhkan suatu zat (bahan) yang kuat tetapi ringan,
maka digunakan aluminium sebagai badan pesawat, karena aluminium lebih ringan
massanya daripada besi (Hidayat, 1979).
Sebagai contoh massa 1 liter air pada suhu 4oC adalah 1 kg. Jika volume
air tersebut 2 liter , massanya pasti 2 kg, demikian seterusnya. Nilai suatu
benda atau suatu zat adalah tetap, tidak bergantung pada massa dan volume
zat. Karena menurut SI satuan massa zat adalah kg dan satuan volume adalah m3,
satuan massa jenis zat (ρ) adalah kg/m3. Selain itu, massa jenis zat juga sering
dinyatakan dengan satuan gram/cm3 (Hidayat, 1979).
Secara umum, desnsitas bahan tergantung pada faktor lingkungan seperti
suhu dan tekanan. Satuan SI untuk densitas adalah kilogram per meter kubik (1
kg/m³). Dalam satuan gcs adalah gram per centimeter kubik (1 g/cm³) yang juga
sering digunakan. Faktor konversi

Kerapatan alias massa jenis fluida homogen (sama) pada dasarnya berbeda
dengan kerapatan zat padat homogen. Besi atau es batu misalnya, memiliki
kerapatan yang sama pada setiap bagiannya. Berbeda dengan fluida, misalnya
atmosfer atau air. Pada atmosfer bumi, makin tinggi atmosfir dari permukaan bumi,
kerapatannya semakin kecil sedangkan untuk air laut, misalnya, makin dalam
kerapatannya semakin besar. Massa jenis alias kerapatan dari suatu fluida homogen
dapat bergantung pada factor lingkungan seperti temperature (suhu) dan
tekanan.(Young, hough D. 2002)

.Selain massa jenis, dikenal pula berat jenis. Berat jenis adalah berat benda
(w) tiap satuan volume (V). Berattermasuk besaran Vektor (memiliki nilai dan
arah). berat merupakan ukuran besarnya gaya tarik bumi terhadap suatu benda.
Besarnya tergantung dari besarnya percepatan gravitasi dimana benda itu berada..
Satuan sistem internasional untuk berat jenis adalah N/m³.

𝑊
Bj = 𝑉

Dimana :
Bj = Berat jenis ((N/m³)
W = Berat benda (N)
V = Volume (cm³)

berat benda dengan nilai w=massa x percepatan gravitasi berat jenis dapat
dilambangkan dengan S. (Daniel dan alberty, 1980)
Archimedes(287-212 SM) seorang ilmuwan Yunani kuno menemukan cara
dan rumus untuk menghitung volume benda yang tidak mempunyai bentuk baku.
Penmuannya terjadi saat mandi dalam bak yang airnya tumpah akibat karena
adanya gaya apung(bouyant force) dari zat cair dan setelah diukur ternyata
sebanding dengan besar tubuhnya. Gaya apung yang terjadi karena tekanan pada
tiap-tiap bagian permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida. Tekanan
tersebut lebih besar pada bagian benda yang tercelup lebih dalam(Halliday, 1978).
Ketika kita menimbang batu dalam air berat batu yang terukur pada
timbangan pegas menjadi lebih kecil dibandingkan ketika menımbang batu di
udara(tidak di dalam air). Massa batu yang terukur pada tımbangan kecil karena ada
gaya apung yang menekan batu ke atasS Efek yang sama akan terasa lebih ringan
1ika diangkat dalam air Hal 1ni bukan berarti bahwa sebagian batu atau benda yang
diangkat hilang sehingga berat batu menjadi lebih kecil tetapi karena adanya gaya
apung Arah gaya apung ke atas, dengan kata lain searah dengan gaya angkat yang
kita berikan pada batu tersebut sehingga batu atau benda apapun yang diangkat di
dalam air terasa lebih ringan(Tipler.P2001)
Gaya apung terjadi karena adanya perbedaan tekanan fluida pada kedalaman
yang berbeda Tekanan fuida bertambah terhadap kedalaman. Semakin dalam
fluida(zat cair)semakin besar tekanan fluida tersebut. Ketika sebuah benda
dimasukkan dalam fuida, maka akan terdapat perbedaan tekanan antara fluida pada
bagian atas benda dan tekanan fluida pada bagian bawah benda. Fluida yang terletak
pada bagian bawah benda memilıki tekanan yanglebih besar daripada fluida yang
berada dibagian atas benda( Giancollı,1989).

Gambar

Yang artinya :

Benda 1 Mengapung = Massa jenis benda lebih kecil dibandingkan


dengan massa jenis air
Benda 2 Melayang = Massa jenis benda sama dengan massa jenis air
Benda 3 Tenggelam = Massa jenis benda lebih besar dibandingkan
dengan massa jenis air
Apabila benda yang dimasukkan ke dalam fluida terapung, dimana bagian
benda yang tercelup hanya sebagian, maka volume fluida yang dipindahkan sama
dengan volume bag1an benda yang tercelup dalam fluida tersebut. Tidak pedul
apapun bneda dan bagaimana bentuk benda tersebut, semuanya akan mengalami
hal yang sama. Ini adalah buah karya Archimedes yang saat ini diwariskan kepada
kita dan lebih dikenal dengan julukan "Prinsıip Archimedes" Prinsip Archimedes
menyatakan bahwa"Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian dalam
zat cair zat cair akan memberikan gaya ke atasteaya apung pada benda dmana
besamya gaya ke atas(gaya apung sama dengan zat cair yang dipndahkannva
(Giancolli 1989)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat
Nama Alat Gambar Alat

Penggaris

Jangka Sorong

Mikrometer
Skrup

Gelas Ukur

Piknometer

Neraca Digital

Botol Semprot
Gelas Kimia

Tongkat
Pengaduk

Spatula

3.2 Bahan
1. Macam-macam benda beraturan ( Balok, Tabung)
2. Macam-macam benda tak beraturan (segitiga)
3. Aquadest
4. Natrium bikarbonat
5. Tipol
6. Variasi (Nutrisari)
3.3 Diagram Alir Cara Kerja

1. Penggunaan timbangan digital

Dipastikan timbang pada keadaan nyala

Dibersihkan neraca analitik dari benda yang menempel

diletakkan wadah pada platform dan tutup kaca timbangannya

Ditekan tombol “tare” pada tombol monitor untuk mendeskripsikan angka


0
Diambil bahan yang akan ditimbang dan diletakkan diwadah

Ditutup semua kaca dan baca skala yang tertera pada display layar

Dicatat bobot yang telah ditimbang

2. Penggunaan penggaris

Disiapkan benda yang akan diukur

Ditempelkan penggaris pada benda

Ujung benda harus sejajar dengan 0

Baca angka terakhir yang ada diujung benda

3. Penggunaan gelas ukur

Dibersihkan gelas ukur

Dituangkan aquadest kedalam gelas ukur

Dimasukkan benda yang akan diukur kedalam gelas ukur yang berisi
aquadest

Dicatat perbedaan volume awal dan volume akhir


4. Pembuatan sampel
a. Sample NaHCO3

Ditimbang NaHCO3 9 gram

Dimasukkan kedalam gelas kimia 30 ml dan tuangkan aquadest 30ml

diaduk menggunakan batang pengaduk hingga homogen

b. Sample Nutrisari

Ditimbang Nutri sari 9 gram


w
Dimasukkan kedalam gelas kimia 30 ml
w dan tuangkan aquadest 30ml
w
wwwwwwwwwwwwwwddddddddddasdwasd
diaduk menggunakan batang pengadukw hingga homogen
w
w
w
5. Pengukuran densitas menggunakan piknometer
w
w
Ditimbang piknometer kosong
w
w
Ditambahkan air kedalam piknometer wsampai luber, kemudian ditimbang
w
w kedalam pikno sampai luber,
Dibuat lagi ditambahkan larutan NaHCO3
lalu timbang w
w
Dicatat hasil yang di dapatkan w
w
w
w
s
s
6. Penggunaan micrometer skrup
a. Tahap kalibrasi

Dibersihkan ruang ukur tetapnya dan ruang ukur gerak menggunakan tisu

Diputar bahan timbal secara perlahan sampai ruang ukur tetap dan saling
berentuhan
Diputar gigi putar 2-3kali sampai bunyi klik

Dikunci supaya tidak bergeser

Dipastikan titik nol pada skala nonius sejajar dengan garis lurus di skala
utama
b. Tahap penggunaan micrometer sekrup

Dibuka kunci penyetel

Diputar batang thimble supaya poros terbuka

Diletakkan benda diantara ruang ukur tetap dan ruang gerak

Diputar kembali batang thimble sampai benda tersebut terjepit

Dikunci agar poros tidak berubah

Dibaca skala utama dan catat skala utama


7. Penggunaan jangka sorong
a. Tahap kalibrasi

Diputar sekrup pengunci berlawanan arah jarum jam

Didorong rahang geser sehingga menyentuh rahang tetap

Dipastikan rahang geser berada diposisi 0 pada skala nonius, saling


berhimpit pada satu garis lurus, maka sudah dapat digunakan

b. Tahap penggunaan jangka sorong

Diputar sekrup ke arah kanan

Diletakkan benda yang akan diukur diantara kedua cabang

Digeser rahang gerak ke kiri sampai benda tersebut benar benar terjepit

Diukur sekrup penggunaan kearah kiri

Dibaca skala utama dan skala noniusnya


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


• Penggaris
c. Balok
Benda Panjang Lebar Tinggi Massa Volume Densitas
(cm) (cm) (cm) (gr) (cm³) (gr/cm³)
Kayu 1 3,9 1,8 2,9 18,369 20,358 0,9022
Kayu 2 3,9 1,8 3 10,749 21,06 0,5103
Logam 1 3,9 1,9 2,9 64,394 21,489 2,9966

d. Tabung
Benda Diameter Tinggi Massa Volume Densitas
(cm) (cm) (gr) (cm³) (gr/cm³)
Logam 1 1,9 3,9 34,925 22,104 1,580
Logam 2 2 3,9 98,430 24,492 4,0188
Logam 3 1 3,9 7,658 6,123 1,2506
Kayu 1 2 3,9 11,987 24,492 0,4894
Kayu 2 2 3,9 12,981 24,492 0,530

• Jangka Sorong
a. Balok
Benda Panjang Lebar Tinggi Massa Volume Densitas
(cm) (cm) (cm) (gr) (cm³) (gr/cm³)
Kayu 1 3,81 1,615 2,8 18,369 17,228 1,0662
Kayu 2 3,81 1,745 2,875 10,749 19,114 0,5623
Logam 1 3,765 1,81 2,605 64,394 17,752 3,6274

b. Tabung
Benda Diameter Tinggi Massa Volume Densitas
(cm) (cm) (gr) (cm³) (gr/cm³)
Logam 1 1,805 3,6 34,925 20,403 1,7117
Logam 2 1,9 3,81 98,430 22,730 4,3304
Logam 3 0,74 3,74 7,65 8,690 0,8812
Kayu 1 1,85 3,825 11,987 22,219 0,5394
Kayu 2 2,05 3,93 12,981 25,297 0,5131
• Mikrometer Skrup
a. Balok
Benda Panjang Lebar Tinggi Massa Volume Densitas
(mm) (mm) (mm) (gr) (cm³) (gr/cm³)
Kayu 1 39,36 17,23 29,19 18,369 19,794 0,9279
Kayu 2 39,23 18,28 30,203 10,749 21,7217 0,4948
Logam 1 39,85 19,49 29,18 64,394 22,322 2,8847

b. Tabung
Benda Diameter Tinggi Massa Volume Densitas
(mm) (mm) (gr) (cm³) (gr/cm³)
Logam 1 19,02 39,20 34,925 23,4113 1,4918
Logam 2 19,45 39,18 98,430 23,9284 4,1135
Logam 3 9,25 4,04 7,628 1,1734 6,5263
Kayu 1 19,28 40,07 11,987 24,2580 0,4941
Kayu 2 20,21 41,44 12,981 26,2976 0,4936

• Segitiga takberaturan
Benda Volume Volume Volume Massa (kg) Densitas
Awal (ml) Akhir ( ml) Benda (ml) (gr/cm³)
Kayu 1 200 203 3 3,982 1,327
Logam 1 200 205 5 9,640 1,928
Logam 2 200 207 7 20,598 2,945

• Piknometer
Zat cair Massa Massa Massa Volume Densitas
Larutan(gr) Kosong(gr) Akhir(grr) (ml)
Nutrisari 49,104 20,704 29,600 30 0,986
NaHCO3 51,827 20,704 31,123 30 1,037
Tipol 47,00 20,704 26,296 30 0,8765
Aquadest 46,140 20,704 25,476 30 0,8479
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan dua cara pengukuran yaitu pengukuran secara
langsung (benda padat beraturan) dan pengukuran secara tak langsung (benda padat
tak beraturan) Pengukuran langsung pada praktikum ini dilakukan dengan
menggunakan alat ukur panjang dan massa. Untuk alat ukur panjang digunakan alat
ukur seperti mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Sedangkan untuk alat
ukur massa digunakan alat ukur neraca digital.
Pada pengukuran panjang digunakan balok dan tabung sebagai objek yang
akan diukur.Pada pengukuran tersebut terjadi perbedaan hasil ukur antara alat ukur
satu dengan yang lainnya, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yang diantaranya
:
1. Faktor alat ukur
2. Faktor benda yang diukur
3. Faktor pengamat
4. Faktor lingkungan

1. Faktor alat ukur


Setiap alat ukur panjang memiliki ketelitian yang berbeda-beda hal tersebut
dapat mengakibatkan ketidakpastian yang berbeda-beda pula. Semakin kecil skala
suatu alat ukur, maka nilai ketelitiannya akan semakin tinggi. Dengan perbedaan
ketelitian setiap alat ukur maka akan mengakibatkan perbedaan hasil ukur suatu
benda yang diukur oleh alat ukur dengan ketelitian rendah hingga alat ukur yang
memiliki ketelitian tinggi. Alat ukur dengan ketelitian yang tinggi akan
mengahasilkan angka penting yang lebih banyak. Angka penting adalah semua
angka yang diperoleh dari hasil pengukuran. Angaka penting ini terdiri dari angka
pasti dan angka terakhir yang ditaksir (angka taksiran). Aturan penulisan angka
penting yaitu :
a. Semua angka bukan nol merupakan angka penting. Contoh: 14,54
mempunyai 4 angka penting.
b. Semua angka nol yang terletak di antara angka bukan nol adalah angka
penting. Contoh: 5700,09 mempunyai 6 angka penting.
c. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol tanpa tanda desimal (tanda
koma) bukan termasuk angka penting, kecuali diberi tanda khusus (garis
bawah/atas). Contoh: 406.000 mempunyai 3 angka penting;

d. Angka nol di sebelah kanan tanda desimal dan di sebelah kiri angka bukan
nol tidaktermasuk angka penting. Contoh: 0,00045 mempunyai 2 angka
penting.
e. Semua angka di sebelah kanan tanda desimal dan mengikuti angka bukan
nol adalah angka penting. Contoh: 28,00 mempunyai 4 angka penting;
0,004200 mempunyai 4 angka penting.
f. Semua angka sebelum orde (pada notasi ilmiah) termasuk angka penting.

Selain dikarenakan perbedaan ketelitiaan suatu alat ukur satu dengan yang
lainnya, terdapat faktor lain dari alat ukur yang dapat menyebabkan kesalahan
pengukuran, yaitu tidak dilakukannya kalibrasi. Kalibrasi ini sangat diperlukan,
disamping untuk mengecek kebenaran skala ukurnya juga untuk menghindari sifat-
sifat yang merugikan dari alat ukur, seperti kestabilan nol, kepasifan,
pengambangan dan sebagainya.
Kemudian hal yang penting namun sering dilupakan adalah memastikan
agar alat ukur yang digunakan sudah bersih, karena bisa saja alat ukur yang kotor
mempengaruhi nilai ukur yang dihasilkan, khususnya untuk mikrometer sekrup
yang memiliki ketelitian tertinggi, yang mana benda sekecil apa pun yang
menempel pasti akan sangat mempengaruhi hasil dari nilai ukur suatu pengukuran

2. Faktor benda yang diukur


Pada percobaan kali ini digunakan tabung dan balok yang terbuat dari logam
dan kayu sebagai objek yang diukur. benda ukur ini termasuk benda yang tidak
elastis sehingga kemungkinan besar tidak menimbulkan penyimpangan
pengukuran.

3. Faktor pengamat
Faktor pengamat merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi
dalam suatu pengukuran, karena bagaimanapun presisinya alat ukur dan
kestabilannya benda yang diukur tetap masih ada penyimpangan dalam
pengukuran. Seorang yang melakukan pengukuran diperlukan keterampilan
mengenai penggunaan alat ukur tersebut, selain itu manusia memiliki sifat-sifat dan
keterbatasan tersendiri. Sulit diperoleh hasil yang sama dari dua orang yang
melakukan pengukuran walaupun kondisi alat ukur, benda ukur dan situasi
pengukurannya dianggap sama. Kesalahan pengukuran dari faktor manusia ini
dapat dibedakan antara lain sebagai berikut :

a. Kesalahan karena kondisi pengamat


Bila kondisi badan kurang sehat, sewaktu mengukur mungkin badan sedikit
gemetar, maka posisis alat ukur terhadap benda ukur sedikit mengalami perubahan.
Akibatnya, kalau tidak terkontrol tentu hasil pengukurannya juga ada
penyimpangan. Atau mungkin juga penglihatan yang sudah kurang jelas walau
pakai kaca mata sehingga hasil pembacaan skala ukur juga tidak tepat. Jadi, kondisi
yang sehat memang diperlukan sekali untuk melakukan pengukuran, apalagi untuk
pengukuran dengan ketelitian tinggi.

b. Kesalahan Karena Metode Pengukuran yang Digunakan


Alat ukur dalam keadaan baik, badan sehat untuk melakukan pengukuran,
tetapi masih juga terjadi penyimpangan pengukuran. Hal ini tentu disebabkan
metode pengukuran yang kurang tepat. Kekurangtepatan metode yang digunakan
ini berkaitan dengan cara memilih alat ukur dan cara menggunakan atau memegang
alat ukur. Misalnya benda yang akan diukur diameter poros dengan ketelitian 0,1
milimeter. Alat ukur yang digunakan adalah mistar baja dengan ketelitian 0,1
milimeter. Tentu saja hasil pengukurannya tidak mendapatkan dimensi ukuran
sampai 0,01 milimeter. Kesalahan ini timbul karena tidak tepatnya memilih alat
ukur.
Cara memegang dan meletakkan alat ukur pada benda kerja juga akan
mempengaruhi ketepatan hasil pengukuran. Misalnya posisi ujung sensor jam ukur,
posisi mistar baja, posisi kedua rahang ukur jangka sorong, posisi kedua ujung ukur
dari mikrometer, dan sebagainya. Bila posisi alat ukur ini kurang diperhatikan
letaknya oleh si pengukur maka tidak bisa dihindari terjadinya penyimpangan
dalam pengukuran.

c. Kesalahan Karena Pembacaan Skala Ukur


Kurang terampilnya seseorang dalam membaca skala ukur dari alat ukur
yang sedang digunakan akan mengakibatkan banyak terjadi penyimpangan hasil
pengukuran. Kebanyakan yang terjadi karena kesalahan posisi waktu membaca
skala ukur. Kesalahan ini sering disebut, dengan istilah paralaks. Paralaks sering
kali terjadi pada si pengukur yang kurang memperhatikan bagaimana seharusnya
dia melihat skala ukur pada waktu alat ukur sedang digunakan. Di samping itu, si
pengukur yang kurang memahami pembagian divisi dari skala ukur dan kurang
mengerti membaca skala ukur yang ketelitiannya lebih kecil
daripada yang biasanya digunakannya juga akan berpengaruh terhadap
ketelitian hasil pengukurannya.Jadi, faktor manusia memang sangat menentukan
sekali dalam proses pengukuran. Sebagai orang yang melakukan pengukuran harus
menetukan alat ukur yang tepat sesuai dengan bentuk dan dimensi yang akan
diukur. Untuk memperoleh hasil pengukuran yang betul-betul dianggap presisi
tidak hanya diperlukan asal bisa membaca skala ukur saja, tetapi juga diperlukan
pengalaman dan ketrampilan dalam menggunakan alat ukur. Ada beberapa faktor
yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan melakukan pengukuran yaitu:
a. Memiliki pengetahuan teori tentang alat ukur yang memadai dan memiliki
ketrampilan atau pengalaman dalam praktik-praktik pengukuran.
b. Memiliki pengetahuan tentang sumber-sumber yang dapat menimbulkan
penyimpangan dalam pengukuran dan sekaligus tahu bagaimana cara
mengatasinya.
c. Memiliki kemampuan dalam persoalan pengukuran yang meliputi
bagaimana menggunakannya, bagaimana, mengalibrasi dan bagaimana
memeliharanya.

4. Kesalahan karena faktor lingkungan


Ruang laboratorium pengukuran atau ruang-ruang lainnya yang digunakan
untuk pengukuran harus bersih, terang dan teratur rapi letak peralatan ukurnya.
Ruang pengukuran yang banyak debu atau kotoran lainnya sudah tentu dapat
menganggu jalannya proses pengukuran. Disamping si pengukur sendiri merasa
tidak nyaman juga peralatan ukur bisa tidak normal bekerjanya karena ada debu
atau kotoran yang menempel pada muka sensor mekanis dan benda kerja yang
kadang-kadang tidak terkontrol oleh si pengukur. Ruang pengukuran juga harus
terang, karena ruang yang kurang terang atau remang-remang dapat mengganggu
dalam membaca skala ukur yang hal ini juga bisa menimbulkan penyimpangan hasil
pengukuran.

Akan tetapi, untuk penerangan ini ruang pengukuran sebaiknya tidak


banyak diberi lampu penerangan. Sebeb terlalu banyak lampu yang digunakan tentu
sedikit banyak akan mengakibatkan suhu ruangan menjadi lebih panas. Padahal,
menurut standar internasional bahwa suhu atau temperatur ruangan pengukur yang
terbaik adalah 20°C apabila temperatur ruangan pengukur sudah mencapai 20°C,
lalu ditambah lampu-lampu penerang yang terlalu banyak, maka temperatur
ruangan akan berubah. Seperti kita ketahui bahwa benda padat akan berubah
dimensi ukurannya bila terjadi perubahan panas. Oleh karena itu, pengaruh dari
temperatur lingkungan tempat pengukuran harus diperhatikan.

Pada percobaan massa jenis kali ini digunakan zat padat beraturan berupa
balok yang terbuat dari logam dan kayu serta tabung yang terbuat dari logam dan
kayu. Pada tabel hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa balok ataupun
tabung yang terbuat dari logam lebih besar massa jenisnya daripada balok atau
tabung yang terbuat dari kayu. Hal ini disebabkan karena massa jenis itu adalah
kerapatan massa (density). Massa pada logam itu lebih rapat daripada massa pada
kayu yang lebih renggang, sehingga dengan volume yang sama namun berbeda
nilai massanya akan sangat mempengaruhi nilai massa jenis suatu zat. Semakin
tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa jenis setiap
volumenya. Namun apabila volume logam ditambah maka bisa jadi massa jenis
logam lebih rendah daripada kayu. Hal ini dikarenakan massa jenis suatu benda
merupakan pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Pada percobaan massa jenis zat cair yang menggunakan bahan dari
aquadest, larutan Natrium bikarbonat, larutan nutrisari dan tipol didapatkan hasil
bahwa larutan Natrium bikarbonat yang paling besar nilai massa jenisnya dan
larutan nutrisari yang paling kecil nilai masaa jenisnya. Hal ini disebabkan oleh
kerapatan suatu larutan yang berbeda-beda. Kerapatan air adalah 1,00 g/ml pada
4°C. Sistem perhitungan untuk kerapatan larutan didasari pada nilai ini. Untuk
menghitung nilai kerapatan suatu larutan, umumnya larutan itu dibandingkan
dengan air. Hal ini memudahkan untuk melihat apakah suatu larutan akan
bercampur atau tidak, karena dua larutan dengan kerapatan yang sangat berbeda
biasanya tidak dapat bercampur. Pada faktanya setelah melakukan percobaan ini,
natrium bikarbonat atau soda kue memiliki kerapatan yang lebih rapat
dibandingkan dengan bahan-bahan yang lain sehingga memiliki massa yang lebih
berat juga dibandingkan dengan bahan-bahan yang lain. Hal ini sesuai dengan
definisi massa jenis yang menyatakan bahwa semakin besar massa suatu zat maka
nilai massa jenisnya pun semakin besar pula. Massa jenis larutan pada nutrisari
menunjukkan nilai paling kecil diantara larutan bahan-bahan yang lain, hal ini
disebabkan kerapatan massa larutan nutrisari paling renggang diantara kerapatan
massa bahan-bahan yang lainnya, sehingga walaupun dengan volume yang sama,
namun nutrisari memiliki massa yang lebih ringan yang mengakibatkan nilai massa
jenisnya paling rendah dibanding nilai massa jenis bahan-bahan yang lainnya.
dapat dilihat adanya perbedaan kerapatan antara hasil yang diperoleh
melalui praktek dan secara teori. Pada pengukuran densitas aquadest ,Natrium
Bikarbonat,Tipol,dan Nutrisari hasil yang diperoleh tidak terlalu jauh dengan
teori,.Hal ini disebabkan karena pada saat melakukan pengukuran, piknometer yang
digunakan tidak dalam keadaan yang benar-benar kering sehingga yang terukur
bukan hanya bobot cairan yang akan dicari kerapatannya melainkan cairan lain
yang melengket di dalam dan luar piknometer. Selain itu, factor eksternal juga
berpengaruh besar, dalam hal ini yang menjadi factor eksternalnya adalah suhu.
Ada banyak Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat jenis suatu zat
seperti temperatur,dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat
jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi berat jenisnya, demikian
pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku
sehingga sulit untuk menghitung berat jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu
dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25 C (suhu kamar).Adapun massa
jenis jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan berat jenisnya juga
menjadi lebih besar. Dan Volume zat juga berpengaruh.jika volume zat besar maka
berat jenisnya akan berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana
ukuran partikel dari zat, berat molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat
mempengaruhi berat jenisnya.

Pada percobaan pengukuran volume zat padat tak beraturan yang


menggunakan hukum Archimedes yang menyatakan bahwa suatu benda yang
dicelupkan ke dalam zat cair akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama
dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut. Sehingga volume suatu
benda merupakan selisih antara volume benda di dalam air dan volume benda di
udara. Pada percobaan kali ini digunakan segitiga tak beraturan dengan bahan kayu
dan dua logam yang memiliki massa dan volume berbeda. Dapat diketahui dari
tabel bahwa benda yang memiliki massa lebih berat memiliki volume yang lebih
tinggi pula. Hal ini disebabkan karena dibutuhkan gaya apung ke atas yang lebih
tinggi untuk benda yang bermassa lebih berat sehingga volume yang dihasilkan pun
menjadi lebih tinggi. Dalam hal ini segitiga yang tak beraturan yang terbuat dari
logam dengan massa yang lebih tinggi menghasilkan volume paling besar nilainya,
walaupun pada segitiga tak beraturan logam dua memiliki volume paling besar
namun segitiga tersebut memiliki nilai massa yang paling besar pula, sehingga tidak
dipungkiri lagi bahwa segitiga tak beraturan logam dua memiliki massa jenis yang
paling besar. Berbeda halnya pasa kasus segitiga tak beraturan kayu satu yang
memiliki volume paling rendah, namun di sisi lain segitiga tersebut memiliki massa
yang paling rendah pula, sehingga segitiga kayu satu pun memiliki massa jenis yang
paling kecil nilainya. Hal tersebut sesuai dengan definisi massa jenis yang
menyatakan bahwa nilai massa suatu zat berbanding terbalik dengan volumenya.

Pada percobaan ini untuk menentukan massa suatu zat digunakan alat ukur
massa yang disebut neraca, jenis neraca yang digunakan adalah neraca analitik,
pada percobaan pengukuran massa menggunakan neraca analitik ini sangat
diperlukan kehati-hatian dalam proses pengukurannya, karena neraca analitik ini
sangatlah rentan dengan penyimpangan hasil nilai suatu pengukuran. Semakin
sering digunakan , neraca dapat menghasilkan hasil yang mulai tidak stabil. Selain
itu, seringkali seorang praktikan mengabaikan kebersihan neraca yang digunakan
yang menyebabkan neraca menjadi kotor dan secara tidak langsung dapat
mempengaruhi hasil penimbangan. Dalam penggunaan neraca analitik ini kita harus
memastikan bahwa angka yang muncul sudah benar-benar tidak ada lagi perubahan
di monitor neraca tersebut, karena seringkali kesalahan pada pengukuran
menggunakan neraca analitik ini adalah tergesa-gesa dalam melakukan pengukuran
sehingga nilai yang muncul mengalami penyimpangan.

Meminimalisir terjadi nya penyimpangan data


a. Gunakan weight boat
Weight boat adalah wadah yang digunakan untuk mencegah reagen kontak
dengan pan neraca. Weight boat terbuat dari polipropilene, plastic yang tidak
menyerap air, tidak mahal dan tidak butuh ditangani secara hati-hati. Jika robek
atau kotor dapat dibersihkan dengan diseka
b. Timbang objek pada suhu ruang
Hangat atau panas suatu objek akan menciptakan arus konveksi di udara
sekitar neraca. Gaya fluktuasi ini mengurangi tekanan udara pada pan neraca dan
sulit untuk mendapatkan pembacaan yang stabi
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, jarang sekali


menemukan data yang memiliki sama persis satu sama lain mulai dari, panjang,
lebar, volume, massa jenis dll. Meskipun benda yang diukur jenisnya sama,
namun hasil pengulangan masih menunjukkan perbedaan pada perhitungan
dengan selisih yang sangat kecil dan juga menunjukkan perbedaan yang
signifikan. Hal tersebut disebabkan oleh pengukuran yang dilakukan dengan
berbagai macam alat dengan tingkat ketelitian yang berbeda-beda. Semakin teliti
alat yang digunakan dalam pengukuran semakin akurat data yang di peroleh dari
hasil percobaan. Micrometer sekrup adalah alat yang memiliki ketelitian lebih
tinggi dibanding alat ukur lainnya. Selain itu, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengukuran yaitu, ketidakpastian alat ukur, kesalahan atau
ketidakpastian nol, pengkaliberasian yang belum optimal, kondisi benda yang
tidak sesuai, serta kurang trampilnya praktikan juga akan berdampak pada hasil
dari perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA

Breudthauer, Wilhem et al. 1993. Impulse Physic Jilid I. Stuttgard: Erns Klett
Schubuchvelag

Hidayat, Bambang. 1979. Bumi dan Antariksa Jilid I dan II. Jakarta: Departement
Pendidikan dan Kebudayaan

Kondo. 1982. The New Book of Populer Science. New York: Broiler Int. Inc

Sears, F. W, dkk. 1985. Fisika untuk Universitas Jilid I. Bandung: Bina Cipta

Trippler, P. A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I. Jakarta: Erlangga
Lampiran A Contoh Perhitungan

1. Balok Kayu 2
a. Mistar/penggaris
Diketahui : ditanyakan: volume dan densitas?
panjang = 3,9 cm
lebar = 1,8 cm
tinggi = 3 cm
massa = 10,749 gram

Volume Balok = Panjang x Lebar x Tinggi


Volume Balok = 3,9 x 1,8 x 3
= 21,06 cm3
𝑚
𝜌=
𝑣
10,749
𝜌= = 0,5103 gr/cm3
21,06

b. Jangka sorong
Diketahui : Ditanyakan: volume dan densitas?
panjang = 3,81 cm
lebar = 1,745 cm
tinggi = 2,875 cm
massa = 10,749 gram

Volume Balok = 3,81 x 1,745 x 2,875


= 19, 114 cm3
10,749
𝜌 = 19,114 = 0,5623 gr/cm3

c. Mikrometer sekrup
Diketahui : Ditanyakan: volume dan densitas?
panjang = 39,36 mm = 3,936 cm
lebar = 18,28 mm = 1,828 cm
tinggi = 30,203 mm = 3,0203 cm
massa = 10,749 gram

Volume Balok = 3,936 x 1,828 x 3,0203


= 21,7310 cm3
10,749
𝜌 = 21,7310 = 0.4948 gr/cm3

2. Balok Logam 1
a. Mistar/Penggaris
Diketahui : Ditanyakan: volume dan densitas?
panjang = 3,9 cm
lebar = 1,9 cm
tinggi = 2,9 cm
massa = 64,394 gram

Volume Balok = Panjang x Lebar x Tinggi


Volume Balok = 3,9 x 1,9 x 2.9
= 21,489 cm3
𝑚
𝜌=
𝑣
64,394
𝜌= = 2,9966 gr/cm3
21,489
b. Jangka Sorong
Diketahui : Ditanyakan: volume dan densitas?
panjang = 3,765 cm
lebar = 1,81 cm
tinggi = 2,605 cm
massa = 64,394 gram

Volume Balok = 3,765 x 1,81 x 2,605


= 17,752 cm3

64,394
𝜌= = 3,6274 gr/cm3
17,752
c. Mikrometer Sekrup
Diketahui : Ditanyakan: volume dan densitas?
panjang = 3,985 cm
lebar = 1,949 cm
tinggi = 2,918 cm
massa = 64,394 gram

Volume Balok = 3,985 x 1,949 x 2,918


= 22,322 cm3

64,394
𝜌= = 2,8847 gr/cm3
22,322

3. Tabung Logam 2
a. Mistar/Penggaris
Diketahui : Ditanyakan: volume dan densitas?
Diameter = 2 cm
Tinggi = 3,9 cm
Massa = 98,430 gram
1
Volume Tabung = 2 𝜋 𝑑 2 𝑡
Volume tabung = ½ x 3,14 x 22 x 3.9 = 24,492 cm3
𝑚
𝜌=
𝑣
98,430
𝜌= = 4,0188 gr/cm3
24,492
b. Jangka sorong
Diketahui : Ditanyakan: volume dan densitas?
Diameter = 1,9 cm
Tinggi = 3,81 cm
Massa = 98,430 gram

Volume tabung = ½ x 3,14 x 1,92 x 3,81


= 22,730 cm3
98,430
𝜌= = 4,3304 gr/cm3
22,730
c. Mikrometer sekrup
Diketahui : Ditanyakan: volume dan densitas?
Diameter = 19,45 mm = 1,945 cm
Tinggi = 39,18 mm = 3,918 cm
Massa = 98,430 gram

Volume tabung = ½ x 3,14 x 1,9452 x 3,918


= 23,9284 cm3
98,430
𝜌 = 23,9284 = 4,1135 gr/cm3

4. Tabung Kayu 2
a. Mistar/Penggaris
Diketahui : Ditanyakan: volume dan densitas?
Diameter = 2 cm
Tinggi = 3,9 cm
Massa = 12,981 gram
1
Volume Tabung = 2 𝜋 𝑑 2 𝑡
Volume tabung = ½ x 3,14 x 22 x 3.9 = 24,492 cm3
𝑚
𝜌=
𝑣
12,981
𝜌 = 24,492 = 0,530 gr/cm3
b. Jangka sorong
Diketahui : Ditanyakan: volume dan densitas?
Diameter = 2,05 cm
Tinggi = 3,93 cm
Massa = 12,981 gram

Volume tabung = ½ x 3,14 x 2,052 x 3,93


= 25,297 cm3
12,981
𝜌= = 0,5131 gr/cm3
25,297
c. Mikrometer Sekrup
Diketahui : Ditanyakan: volume dan densitas?
Diameter = 20,21 mm = 2,021 cm
Tinggi = 41,44 mm = 4,144 cm
Massa = 12,981 gram

Volume tabung = ½ x 3,14 x 2,0212 x 4,144


= 26,2976 cm3
12,981
𝜌= = 0,4936 gr/cm3
26,2976
5. Benda tak beraturan (segitiga tak beraturan)
a. Kayu 1
Diketahui: Ditanyakan: volume benda dan densitas?
Volume Awal = 200 ml
Volume Akhir = 203 ml
Massa = 3,982 gram

Volume Benda = Volume Akhir-Volume Awal


= 203-200
= 3 ml
𝑚
𝜌=
𝑣
3,982
𝜌 = 3 = 1,327 gr/cm3
b. Logam 2
Diketahui: Ditanyakan: volume benda dan densitas?
Volume Awal = 200 ml
Volume Akhir = 207 ml
Massa = 20,598 gram

Volume Benda =207-200 = 7 ml


20,598
𝜌 = 7 = 2,945 gr/cm3
6. Piknometer
a. Nutrisari
Diketahui: Ditanyakan: Massa akhir dan densitas?
Massa larutan = 49,104 gram
Massa Piknometer kosong = 20,704 gram
Volume = 30 ml

Massa = Massa larutan-massa piknometer kosong


= 49,104 - 20,704 = 29,600 gram
29,600
𝜌 = 30 = 0,986 gr/cm3
Lampiran B. Dokumentasi

You might also like