Professional Documents
Culture Documents
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia yang diciptakan di dunia ini tidak akan pernah bisa terlepas oleh yang
namanya pendidikan. Alam diciptakan pun ini syarat akan potensi yang bisa dimanfaatkan.
Pemanfaatan segala peotensi yang ada di bumi ini bisa berjalan maksimal bila manusia
memiliki daya kredibilitas dan daya intelegensi yang cukup. Untuk mendapatkan kesemuanya
itu, maka diadakan yang namanya pendidikan.
Karena dengan pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan
terarah. Bilamana pendidikan kita artikan sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah)
yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan
tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti
menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab. Usaha
kependidikan bagi manusia menyerupai makanan yang berfungsi memberikan vitamin bagi
pertumbuhan manusia
Pendidikan memiliki unsur-unsur yang membangunnya. Salah duanya adalah pendidik
dan peserta didik. Keduanya sangat terikat satu sama lain dalam pendidikan. Pendidik tidak
akan bisa melakukan pendidikan bila tidak ada peserta didik. Begitupun juga sebaliknya,
peserta didik tidak akan berkembang secara maksimal bila tidak mendapatkan pendidikan
yang cukup yang dilakukan oleh pendidik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat pendidikan islam ?
2. Apa tujuan pendidikan islam ?
3. Apa fungsi pendidikan islam ?
4. Pengertian pendidik
5. Apa Tujuan pendidik
6. Apa Kedudukan pendidik
7. Apa Syarat menjadi pendidik
8. Pengertian peserta didik
9. Apa Tugas dan kewajiban peserta didik
10. Apa Etika peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN
Hakekat Pendidik
Secara etimologi pendidik adalah orang yang memberikan bimbingan. Secara
terminologi terdapat beberapa pendapat pakar pendidikan tentang pengertian pendidik, antara
lain:
1. Ahmad D. Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul tanggung jawab
untuk mendidik.
2. Ahmad Tafsir menyatakan bahwa pendidik dalam Islam sama dengan teori di barat yaitu
siapa saja yang bertanggung jawab terhadap peserta didik.
3. Muri Yusuf, mengemukakan bahwa pendidik adalah individu yang mampu melaksanakan
tindakan mendidik dalam situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sementara itu bila kita merujuk kepada hasil konferensi internasional Islam I di
Mekah tahun 1977, pengertian pendidikan mencakup tiga pengertian sekali gus
yakni tarbiyah, ta’lim, ta’dib. Dapat kita ambil pemahaman, pengertian pendidikkan dalam
islam adalah Murabbi, Mu’allim dan Mu’addib.[1]
Pengertian mu’allim mengandung arti konsekuensi bahwa pendidik
harus mu’allimun yakni menguasai ilmu, memiliki kreatifitas dan komitmen yang tinggi
dalam mengembangkan ilmu. Sedangkan konsep ta’dib mencakup pengertian integrasi antara
ilmu dengan amal sekaligus, karena apabila dimensi amal hilang dalam kehidupan seorang
pendidik, maka citra dan esensi pendidikan Islam itu akan hilang. Pendidik, disebut juga
dengan guru. Guru adalah figur manusia yang diharapkan kehadiran dan perannya dalam
pendidikan, sebagai sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam
pendidikan. Guru merupakan jabatan profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.
Dalam undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan BAB XI pasal 39 ayat
2 disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat, terutama bagi pendidik
perguruan tinggi.
Menjadi guru berdasarkan tuntutan pekerjaan adalah perbuatan yang mudah, tetapi
menjadi guru berdasarkan panggilan jiwa atau tuntutan hati nurani adalah tidak mudah karena
lebih menuntut pengabdian kepada anak didik daripada tuntutan pekerjaan atau material-
oriented. Guru yang mendasarkan pengabdiannya karena panggilan jiwa, merasakan jiwanya
lebih dekat dengan anak didiknya. Ketiadaan anak didiknya menjadi pemikirannya, mengapa
anak didiknya tidak hadir di kelas, apa yang menyebabkannya, dan berbagai pertanyaan yang
mungkin guru ajukan ketika itu. (Syaiful Bahri Djamarah, 2005: 2). Sedangkan Pendidik
dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik petensi afektif, kognitif, maupun
psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Beberapa kata di atas secara keseluruhan
terhimpun dalam kata pendidik, karena keseluruhan kata tersebut mengacu kepada seorang
yang memberikan pengetahuan, keterampilan atau pengalaman kepada orang lain. Kata-kata
yang bervariasi tersebut menunjukan adanya perbedaan ruang gerak dan lingkungan di mana
pengetahuan dan keterampilan diberikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mengungkapkan hakikat pendidikan Islam, kata tarbiyah dipilih untuk menunjuk
pendidikan Islam karena beberapa pertimbangan:
1. Terma tarbiyah dapat diperluas makna semantiknya.
2. Terma tarbiyah lebih umum dapat diterima oleh masyarakat muslim di Indonesia
3. Istilah tarbiyah lebih umum diterima dalam situasi lokal tertentu dari pada terma taklim
dan takdib.
Tujuan pendidikan Islam terdiri atats 5 sasaran, yaitu:
1. Membentuk akhlak mulia
2. Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat
3. Mempersiapkan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya
4. Menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik
5. Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil
Sedangkan fungsi pendidikan itu bukanlah sekedar mengembangkan kemampuan dan
mencerdaskan otak peserta didik, tetapi juga menyelamatkan fitrahnya. Oleh karena itu
fungsi pendidikan dan pengajaran Islam dalam hubungannya dengan faktor anak didik adalah
untuk menjaga, menyelamatkan, dan mengembangkan fitrah ini agar tetap menjadi al-
fithratus salimah dan terhindar dari al-fithratu ghairus salimah. Artinya, agar anak tetap
memiliki aqidah keimanan yang tetap dibawanya sejak lahir itu, terus menerus
mengokohkannya, sehinggamati dalam keadaan fitrah yang semakin mantap, tidak menjadi
Yahudi, Nashrani, Majusi ataupun agama-agama dan faham-faham yang selain Islam.
[1] M. Jindar Wahyudi, Nalar Pendidikan Qur’ani, (Yogyakarta : Aperion Philotes, 2006),
hlm. 55
[2] Langgulung, Hasan,, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Al-Husada, 1988), hlm 6-7,
12.
[3] Arifin, Mohammad, M. Ed. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) hlm 16,
14.
[4] Alwi, Zianuddin. Pemikiran Pendidikan Islam pada Abad Klasik dan Pertengahan,
( Bandung: Angkasa Bandung, , 2003), hal 98.
13 Arifin HM., Filsafai Pendidikan Islam (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hlm 34
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Ahmad, Drs dan Noor Salimi. 1991. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
Alwi, Zianuddin. 2003. Pemikiran Pendidikan Islam pada Abad Klasik dan Pertengahan. Bandung:
Angkasa Bandung
Arifin HM., 1987. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara.
Arifin, Muhammad, M. Ed, 1994, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Langgulung, Hasan. 1988. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Al-Husada.
Wayudhi ,M. Jindar. 2006. Nalar Pendidikan Qur’ani. Yogyakarta : Aperion Philotes.
Zuhairini, Dra, Dkk, 1992, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.