You are on page 1of 25

MAKALAH

TAHAP-TAHAP PENELITIAN KUALITATIF : TAHAP PRA LAPANGAN DAN


TAHAP PEKERJAAN LAPANGAN (SERTA APLIKASINYA)
Mata Kuliah Penelitian Kualitatif
Dosen Pengampu: Dr. La Misu, M.Pd.

OLEH:

KELOMPOK 5

LA ODE MUHAMMAD RAHIM A1I119040

AULIA RAHMADANI AHMAD A1I120008

NURFADILLA A1I120024

SITI KHUSNUL KHOTIMAH A1I120030

SENITA ADELIA A1I120068

WIRNA INDRIANI A1I120080

KELAS B

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tahap-Tahap
Penelitian Kualitatif: Tahap Pra Lapangan dan Tahap Pekerjaan Lapangan (serta
Aplikasinya)” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Penelitian Kualitatif. Makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan
kita agar lebih memahami tentang tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian kualitatif
yang berfokus pada tahap pra-lapangan dan tahap pekerjaan lapangan beserta aplikasinya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik
dan saran dari dosen pengampu mata kuliah dan teman-teman sangat kami harapkan sebagai
perbaikan dan pembelajaran bagi kami kedepannya.

Kendari, Oktober 2022

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
A.Tahap–Tahap Penelitian Kualitatif ........................................................................................ 5
1. Tahap Pra-Lapangan ....................................................................................................... 7
2. Tahap Pekerjaan Lapangan ........................................................................................... 13
BAB III .................................................................................................................................... 23
PENUTUP................................................................................................................................ 23
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 23
B. Saran ............................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berpegang pada paradigma
naturalistik atau fenomenologi. Ini karena penelitian kualitatif senantiasa dilakukan
dalam setting alamiah terhadap suatu fenomena. Selain itu, penelitian kualitatif juga
sebenarnya menggunakan beberapa teknik pengumpulan data untuk menggambarkan
suatu fenomena.
Penelitian kualitatif di jalankan dari fenomena-fenomena atau gejala yang
berlaku di lapangan yang menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang bisa saja
berubah-rubah. Oleh sebab itu, kerangka penelitian yang sistematis dan terperinci serta
baku tidak mungkin disusun sebelumnya. Rancangan penelitian berkembang selagi
proses penelitian dijalankan. Peneliti dan responden atau subyek penelitian saling
berinteraksi secara simbolik. Dalam pelaksanaan penelitian peran peneliti langsung
berfungsi sebagai alat penelitian yang konsisten sepenuhnya.
Pendekatan kualitatif, dan maupun pendekatan kuantitatif pada dasarnya dalam
langkah-langkahnya bagi peneliti itu sendiri mana yang dipilih, yang terpenting adalah
memahami dan tahu landasan filsafat ilmu yang mana untuk metodologi penelitian yang
digunakannya; sehingga peneliti menyadari dalam beberapa hal. Pertama sadar filsafati,
artinya peneliti sadar menggunakan pendekatan filsafat ilmu yang mana. Kedua sadar
teoritik, artinya peneliti sadar teori penelitian atau model mana yang digunakan. Ketiga
sadar teknis, artinya peneliti mampu memilih teknik penelitian yang tepat.
Setelah memahami semua itu, peneliti selanjutnya dapat menentukan langkah-
langkah/tahap-tahapan dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif langkah-
langkah/tahap-tahapan nya secara garis besar dibagi kedalam tiga bagian, yaitu; 1)
Tahapan persiapan/pra-lapangan, 2) Tahapan pekerjaan lapangan, dan 3) Tahapan
analisis data. Bila dilihat, maka tidak ada bedanya dengan tahapan yang dilakukan pada
pendekatan kuantitatif. Akan tetapi yang membedakannya adalah di dalam isi masing-
masing tahapan tersebut, terutama dalam pekerjaan lapangan. Oleh karena itu, dalam
makalah ini kelompok kami akan membahas mengenai proses penelitian kualitatif yang
disajikan menurut tahap-tahapnya yang terfokus pada tahapan pra-lapangan dan tahapan
pekerjaan lapangan.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahap-tahap dalam penelitian Kualitatif?
2. Bagaimana proses tahapan pra-lapangan ?
3. Bagaimana proses tahapan pekerjaan lapangan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tahap – tahap dalam Penelitian Kualitatif.
2. Untuk mangetahui proses tahapan pra lapangan.
3. Untuk mengetahui proses tahapan pekerjaan lapangan dan pengaplikasiannya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahap–Tahap Penelitian Kualitatif


Penelitian adalah sebuah proses langkah demi langkah yang digunakan untuk
mengumpulkan dan menganalisis informasi guna meningkatkan pemahaman kita tentang
topik atau isu. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memahami realitas
sosial, yaitu melihat dunia dari apa adanya dan masalah-masalah kualitatif melalui
tahapan-tahapan dalam penelitian, maka seorang peneliti kualitatif harus melihat masalah
tersebut dengan berpikir secara terbuka.
Penelitian kualiatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan dengan
tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan peneliti pasti harus memiliki bekal teori atau
wawasan yang luas sehingga bisa bertanya, menganalisis dan dapat mengkontruksikan
objek yang diteliti menjadi lebih jelas. Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa
tahapan yang harus dilalui. Seperti yang diketahui bahwa penelitian kualitatif meletakkan
proses sebagai objek penelitian sehingga penting bagi peneliti untuk mengikuti langkah
dan tahapan agar memperoleh kesimpulan yang sesuai.
Langkah-langkah penelitian adalah serangkaian proses penelitian, di mana peneliti
dari awal yaitu merasa menghadapi masalah, berupaya untuk memecahkan masalah,
sampai akhirnya mengambil keputusan yang berupa kesimpulan bagaimana hasil
penelitiannya, dapat memecahkan masalah atau tidak. Secara umum langkah-langkah
dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut:
a. Menemukan, memilih, dan merumuskan masalah
b. Menyusun latar belakang teoritis
c. Menetapkan hipotesis (kalau perlu)
d. Menetapkan variabel
e. Memilih alat pengumpulan data
f. Menyusun rancangan penelitian
g. Menetapkan sampel
h. Menyimpulkan dan menyajikan data
i. Mengolah dan menganalisis data
j. Menginterpretasi hasil analisis dan mengambil kesimpulan
k. Menyusun laporan
l. Mengemukakan implikasi.

5
Sudarwan dalam bukunya Menjadi Peneliti Kualitatif (2002: 85-89),
mengemukakan bahwa kegiatan penelitian secara kasar dapat dibagi dalam enam tahap
tertentu. Praktiknya, keenam tahap ini tidak diikuti secara formal, melainkan dapat
tumpang tindih. Adapun tahapan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

a. Memilih masalah Secara umum, masalah dalam penelitian dapat dipilih dengan
mengajukan pertanyaan seperti berikut ini.
1) Apakah masalah itu merupakan sesuatu yang baru, relatif belum banyak diteliti
oleh orang lain?
2) Apakah masalah itu mengandung rasa ingin tahu dari diri calon peneliti, maupun
pihak luar yang bakal membaca atau memanfaatkan hasil penelitian itu?
3) Apakah masalah yang dipilih berbeda dalam ruang lingkup ilmu yang
dipelajarinya?
4) Apakah kemampuan dan latar belakang pendidikan calon peneliti mendukung
tujuan-tujuan itu?
5) Apakah alat materi, kondisi fisik psikologis dan metode yang dipakai
memungkinkan terlaksananya penelitian itu?
6) Apakah penelitian mempunyai waktu yang cukup?
7) Apakah tersedia dana penunjang bagi terlaksananya penelitian itu?
b. Mengumpulkan bahan yang relevan. Umumnya, mahasiswa mengumpulkan sumber
pustaka apa saja, belum dikhususkan. Namun dalam fase ini, sumber-sumber pustaka
yang dikumpulkan untuk dirujuk hanya yang benar-benar erat kaitannya dengan
masalah pokok penelitian.
c. Menentukan strategi dan pengembangan instrumen. Metode penelitian sudah
tercermin dalam rumusan masalah penelitian. Metode penelitian kualitatif tidak
menuntut instrumen baku karena instrumen utamanya adalah peneliti sendiri. Metode
penelitian kualitatif prosedur kerjanya relatif rumit dan rencananya tidak dapat dibuat
secara baku. Data yang dicari adalah data kualitatif dan data penunjang lain.
d. Mengumpulkan data. Teknik-teknik pengumpulan data dalam sebuah penelitian
adalah sebagai berikut:
1) Wawancara terbuka, berstruktur, atau kombinasinya.
2) Angket tertutup, terbuka, atau kombinasinya
3) Observasi berupa daftar cocok, deskripsi ringkas mengenai perilaku atau kondisi
tertentu.

6
4) Studi dokumentasi atau pengumpulan data yang bersumber dari dokumen-
dokumen.
e. Menafsirkan data. Fakta perlu diberi makna melalui penafsiran yang spesifik, logis,
dan sistematis. Dengan memberikan makna yang mendalam atas fenomena, di
sinilah, setidaknya menurut pandangan fenomenologi, bobot hasil penelitian
kualitatif lebih unggul dibandingkan dengan penelitian kuantitatif.
f. Melaporkan hasil penelitian. Hasil penelitian berfungsi untuk menjelaskan,
memprediksi perilaku, bahkan berupa pengetahuan baru yang belum diketahui
sebelumnya. Para peneliti, dituntut harus berusaha agar prosedur, hasil-hasil, dan
kesimpulan penelitian mereka tertuang dalam bentuk laporan yang dapat dimengerti
orang lain. Termasuk dalam kerangka ini, idealnya hasil penelitian dikemas dalam
bentuk artikel dan dikirimkan untuk dimuat di jurnal ilmiah.

Secara garis besar, tahapan-tahapan penelitian kualitatif dibagi dalam tiga bagian,
yaitu tahap persiapan (Pra-Lapangan), tahapan pekerjaan lapangan dan tahapan analisis
data. Pada makalah ini hanya akan membahas mengenai tahap pra-lapangan dan tahap
pekerjaan lapangan.

1. Tahap Pra-Lapangan
Menurut Moleong (2014: 127-136) terdapat enam tahap kegiatan yang harus
dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang
perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan.
1. Menyusun Rancangan Penelitian
Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik
penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian.
Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian serta
pemahaman dalam penyusunan teori. Penelitian yang akan dilakukan berangkat
dari permasalahan dalam lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung dan
bisa diamati serta diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian.
Peristiwa-peristiwa yang diamati dalam konteks kegiatan orang-orang/organisasi.
Dalam hal ini hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan permasalahan
apa yang ingin diangkat. Peristiwa itu bisa dari kultur budaya, kebiasaan, atau hal
yang bisa diamati secara langsung. Bisa juga berasal dari sebuah komunitas,
kelompok, organisasi atau wliayah yang lebih besar. Setelah itu, menyusun
pertanyaan yang mewakili untuk mendalami permasalahan dalam penelitian

7
tersebut. Dalam penyusunan ini diperlukan juga memahami latar penelitian dan
persiapan diri dalam tahap pekerjaan lapangan
2. Memilih Lapangan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka dipilih
lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data, dengan mengasumsikan
bahwa dalam penelitian kualitatif, jumlah (informan) tidak terlalu berpengaruh
dari pada konteks. Juga dengan alasan-alasan pemilihan yang ditetapkan dan
rekomendasi dari pihak yang berhubungan langsung dengan lapangan, seperti
dengan kualitas dan keadaan sekolah (Dinas Pendidikan). Selain didasarkan pada
rekomendasi-rekomendasi dari pihak yang terkait juga melihat dari keragaman
masyarakat yang berada di sekitar tempat yang menempatkan perbedaan dan
kemampuan potensi yang dimilikinya.
Pemilihan lokasi penelitian diarahkan oleh teori substansif yang dirumuskan
dalam bentuk hipotesis kerja walaupun masih tentatif sifatnya. Hipotesis kerja itu
baru akan dirumuskan secara tetap setelah dikonfirmasikan dengan data yang
muncul ketika peneliti sudah memasuki kancah latar penelitian. Cara terbaik yang
perlu ditempuh dalam penentuan lokasi penelitian ialah dengan jalan
mempertimbangkan teori substansif dan dengan mempelajari serta mendalami
fokus serta rumusan masalah penelitian, untuk itu pergilah dan jajakilah lapangan
untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Dalam penentuan lokasi penelitian perlu untuk mempertimbangkan waktu, biaya,
tenaga yang dimiliki peneliti kualitatif.
3. Mengurus Perizinan
Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan penelitian.
Terutama kaitannya dengan metode yang digunakan yaitu kualitatif, maka
perizinan dari birokrasi yang bersangkutan biasanya dibutuhkan karena hal ini
akan mempengaruhi keadaan lingkungan dengan kehadiran seseorang yang tidak
dikenal atau diketahui. Dengan perizinan yang dikeluarkan akan mengurangi
sedikitnya ketertutupan lapangan atas kehadiran kita sebagai peneliti.
Pertama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah siapa saja yang berwenang
memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian. Yang berwenang memberikan izin
untuk mengadakan penelitian ialah kepala pemerintahan setempat di mana
penelitian dilakukan, seperti gubernur, bupati, camat sampai kepada RW/RT.
Mereka memiliki kewenangan secara formal. Disamping itu, masih ada jalur
8
informal yang perlu diperhatikan dan peneliti jangan mengabaikannya untuk
memperoleh izin, yaitu mereka yang memegang kunci kehidupan komunitas,
seperti kepala adat.
Selain, itu peneliti juga perlu memperhatikan tentang syarat lain yang
diperlukan, seperti:
(1) surat tugas,
(2) surat izin instansi di atasnya,
(3) identitas diri,
(4) perlengkapan penelitian.

4. Menjajaki dan Menilai Lapangan


Tahap ini merupakan orientasi lapangan, namun dalam hal-hal tertentu telah
menilai keadaan lapangan. penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana
dengan baik apabila peneliti sudah membaca kepustakaan atau mengetahui melalui
orang dalam tentang situasi dan kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.
Sebaiknya, sebelum menjajaki lapangan, peneliti sudah mempunyai gambaran
umum tentang geografi, demografi, sejarah, tokoh-tokoh, adat, istiadat, konteks
kebudayaan, kebiasaankebiasaan, agama, pendidikan, mata pencaharian.
Maksud dan tujuan penjajakan lapangan adalah berusaha mengenal segala
unsur lingkunga sosial, fisik, dan keadaan alam. Jika peneliti telah mengenalnya,
tujuan lainnya ialah untuk membuat peneliti menyiapkan diri, mental maupun fisik,
serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan. Pengenalan lapangan juga
dilakukan untuk menilai keadaan, situasi, latar, dan konteksnya, apakah sesuai
dengan masalah, hipotesis kerja teori substantif seperti yang digambarkan dan
dipikirkan sebelumnya oleh peneliti.
Kirk & Miller (1986: 59-70) merumuskan segi-segi yang perlu diketahui pada
tahap invensi ke dalam tiga aspek.
a. Pemahaman atas petunjuk dan cara hidup
Upaya ini berawal dari usaha memahami jaringan sistem sosial dan
berakhir pada kebudayaan yang dipelajari. Hal itu mengharuskan peneliti
mengadakan kontak dengan anggota-anggota masyarakat, terutama tokoh
yang dapat berperan sebagai perantara dalam memahami cara hidup
masyarakat setempat.
b. Memahami pandangan hidup
9
Cara masyarakat memandang sesuatu seperti objek, orang lain,
kepercayaan atau agama lain, merupakan satu segi yang terpatri dalam
kehidupannya. Waktu pertama kali peneliti menyentuh masyarakat tempat
penelitian diadakan, peneliti akan berhadapan dengan pandangan hidup
masyarakat. Peneliti menggali pandangan hidup, bukan mengomentari,
mengkritik, atau berusaha memaksa kan pandangan hidupnya. Jika hal itu
yang dilakukan, maka hal tersebut merupakan kesalahan fatal dalam
konteks penelitian kualitatif.
c. Penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan tempat penelitian.
Pemahaman ini terjadi pada saat peneliti pertama kali mengenal dan
mempelajari kondisi kebudayaan yang tampak dalam unsur-unsur
kekaguman, strategi, kegembiraan, dan kesenangan yang mencerminkan
motivasi dan citra rasa dalam kebersamaan hidup penduduk setempat
dengan peneliti. Tahapan ini bercirikan penilaian atas keadaan penduduk
setempat dan kebudayaannya tanpa peneliti menonjolkan diri. Pada saat ini
peneliti membina ketahanan dan membangun penangkalan tantangan,
kesukaran, persoalan yang tidak terencana.
5. Memilih dan Memanfaatkan Informan
Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, ia harus mempunyai banyak
pengalaman tentang latar penelitian. Ia berkewajiban secara sukarela menjadi
anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai anggota tim, ia
dapat memberikan pandangan dari segi orang dalam tentang nilai-nilai, sikap,
bangunan, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian tersebut.
Persyaratan dalam memilih dan menentukan seorang informan ia harus jujur, taat
pada janji, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk anggota salah satu
kelompok yang bertikai dalam latar penelitian, dan mempunyai pandangan
tertentu tentang peristiwa yang terjadi.
Kegunaan informan bagi peneliti ialah membantu agar secepatnya dan tetap
seteliti mungkin dapat membenamkan diri dalam konteks setempat terutama bagi
peneliti yang belum mengalami latihan etnografi, Lincoln dan Guba (1985: 258).
Di samping itu, pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang
relatif singkat banyak informasi yang terjaring, jadi sebagai sampling internal
karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau
10
membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya (Bogdan dan
Biklen, 1982: 65)
6. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Peneliti hendaknya menyiapkan segala macam perlengkapan penelitian yang
diperlukan. Sebelum penelitian dimulai, peneliti memerlukan izin mengadakan
penelitian, kontak dengan daerah yang menjadi latar penelitian, pengaturan
perjalanan terutama jika lapangan penelitian itu jauh letaknya. Perlu pula
dipersiapkan kotak kesehatan. Alat tulis seperti pensil atau ballpoint, kertas, buku
catatan, map, klip, kartu, karet dan lain-lain jangan dilupakan pula. Jika tersedia,
juga alat perekam seperti tape recorder video-cassete recorder, dan kamera foto.
Persiapan penelitian lainnya yang perlu pula dipersiapkan ialah jadwal yang
mencakup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Yang lebih penting lagi
ialah rancangan biaya karena tanpa biaya penelitian tidak akan dapat terlaksana.
Pada tahap analisis data diperlukan perlengkapan berupa alat-alat seperti
komputer, kartu untuk kategorisasi, kertas manila, map, folder, kertas folio ganda,
dan kertas bergaris.
7. Persoalan Etika Penelitian
Salah satu ciri utama penelitian kualitatif ialah orang sebagai alat atau sebagai
instrumen yang mengumpulkan data. Hal itu dilakukan dalam pengamatan
berperanserta, wawancara mendalam, pengumpulan dokumen, foto, dan
sebagainya. Peneliti akan berhubungan dengan orang-orang, baik secara
perseorangan maupun secara kelompok atau masyarakat, akan bergaul hidup, dan
merasakan serta menghayati bersama tata cara dan tata hidup dalam suatu latar
penelitian. Orang yang hidup dalam masyarakat tentu ada sejumlah peraturan,
norma agama, nilai sosial, hak dan pribadi, adat, kebiasaan, tabu, dan
semacamnya.
Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak
mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut.
Peneliti sebaiknya mengikuti budaya atau nilai-nilai yang dianut masyarakat
tempat penelitian dilakukan. Jika tidak, maka terjadilah benturan nilai, konflik,
frustrasi, dan semacamnya. Hal ini akan berakibat besar pada kemurnian
pengumpulan data.

11
Dalam menghadapi persoalan etika tersebut, peneliti hendaknya
mempersiapkan diri baik secara fisik, psikologis maupun mental. Secara fisik
sebaiknya peneliti memahami peraturan norma nilai sosial masyarakat melalui :
(a) kepustakaan,
(b) orang, kenalan, teman yang berasal dari latar belakang tersebut, dan
(c) orientasi latar penelitian.
Seluruh peraturan norma, nilai masyarakat, kebiasaan kebudayaan, dan
semacamnya agar dicatat dalam satu buku catatan khusus yang dapat dinamakan
buku tentang Etika Masyarakat/Lembaga/Organisasi.
Selain persiapan fisik, persiapan mental pun perlu dilatih sebelumnya.
Hendaknya diusahakan agar peneliti tahu menahan diri, menahan emosi dan
perasaan terhadap hal-hal yang pertama kali dilihatnya sebagai sesuatu yang aneh
dan tidak masuk akal, dan sebagainya. Peneliti hendaknya jangan memberikan
reaksi yang mencolok dan yang tidak mengenakkan bagi orang-orang yang
diperhatikan. Peneliti hendaknya menanamkan kesadaran dalam dirinya bahwa
pada latar penelitiannya terdapat banyak segi nilai, kebiasaan, adat, kebudayaan
yang berbeda dengan latar belakang nya dan dia bersedia menerimanya. Bahkan
merasakan hal-hal demikian sebagai khazanah kekayaan yang justru akan
dikumpulkannya sebagai informasi. Oleh karena itu, peneliti hendaknya
menerimanya dengan jujur, dengan tangan terbuka dan dengan penuh pengertian.
Persiapan psikologis, dan mental demikian akan banyak membantunya dalam
pekerjaannya mengumpulkan data.
Beberapa segi praktis yang perlu dilakukan peneliti dalam menghadapi etika
(Moleong, 2014: 135-136) diuraikan berikut ini.
1) Sewaktu tiba dan berhadapan dengan orang- orang pada latar penelitian,
beritahukan secara jujur dan secara terbuka maksud dan tujuan kedatangan
peneliti.
2) Pandang dan hargailah orang-orang yang diteliti bukan sebagai objek,
melainkan sebagai orang yang sama derajatnya dengan peneliti.
3) Hargai, hormati, dan patuhi semua peraturan, norma, nilai kepercayaan, adat
istiadat, kebiasaan, kebudayaan dalam masyarakat tempat penelitian
dilakukan.
4) Peganglah rahasia segala sesuatu yang berkenaan dengan informasi yang
diberikan oleh subjek.
12
5) Tulislah segala kejadian, peristiwa, cerita dan lain-lain secara jujur, benar,
jangan ditambah dan diberi bumbu dan nyatakanlah sesuai dengan keadaan
aslinya.
Contoh pengaplikasian tahap pra-lapangan dalam penelitian yaitu, peneliti
mengadakan survei pendahuluan yakni dengan mencari subjek sebagai narasumber.
Selama proses survei ini peneliti melakukan penjajagan lapangan (field study)
terhadap latar penelitian, mencari data dan informasi tentang peran kepemimpinan
kepala madrasah sebagai administrator, supervisor, dan motivator dan kedisiplinan
guru di MTS Negeri 1 Lampung Utara. Peneliti juga menempuh upaya konfirmasi
ilmiah melalui penelusuran literatur buku dan referensi pendudkung penelitian. Pada
tahap ini peneliti melakukan penyusunan rancangan penelitian yang meliputi garis
besar metode penelitian yang dilakukan dalam melakukan penelitian. Tahap pra
lapangan dilakukan peneliti selama bulan November – Desember 2016.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan


Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam
penelitian dengan menggunakan metode yang telah ditentukan. Berdasarkan
(Moleong, 2014: 137), uraian tentang tahapan pekerjaan lapangan yaitu sebagai
berikut:
A. Memahami latar penelitian dan persiapan diri
a) Pembatasan Latar dan Peneliti
Peneliti harus memahami latar penelitian untuk bisa masuk ke tahap
pekerjaan lapangan. Selain itu, peneliti harus mempersiapkan fisik dan mental,
serta etika sebelum memasuki tahap ini. Dalam pembatasan latar, peneliti
harus memahami latar terbuka dan latar tertutup, serta memahami posisi
peneliti sebagai peneliti yang dikenal atau tidak (Moleong, 2014: 137).
Menurut Lofland dan Lofland (1984: 21-24), latar terbuka pada
lapangan penelitian dapat berupa tempat pidato, orang yang berkumpul di
taman, toko, bioskop, dan ruang tunggu rumah sakit, di mana peneliti hanya
menggunakan teknik pengamatan dan bukan wawancara. Peneliti harus
memperhitungkan latar terbuka untuk pengumpulan data agar efektif. Pada
latar terbuka, hubungan peneliti dengan subjek tidak terlalu dekat.Sedangkan,
pada latar tertutup hubungan peneliti dengan subjek cukup dekat, karena
peneliti akan mengumpulkan data dengan teliti dan wawancara secara

13
mendalam. Oleh sebab itu, peran peneliti dalam latar tertutup sangat
diperlukan, karena peneliti harus benar-benar mendapatkan data dari subjek
secara langsung.
b) Penampilan
Dalam tahap memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri,
peneliti harus memperhatikan penampilannya saat memasuki lapangan dan
menyesuaikan dengan kebiasaan, adat, tata cara, dan budaya latar penelitian.
Penampilan peneliti secara fisik juga harus diperhatikan, karena sebaiknya saat
melakukan penelitian, peneliti tidak menggunakan pakaian yang mencolok dan
lebih baik jika peneliti menggunakan pakaian yang sama seperti subjek
penelitian. Dengan demikian, peneliti dianggap memiliki derajat yang sama
dengan subjek penelitian, yang memudahkan peneliti menjalin hubungan serta
proses pengumpulan data (Moleong, 2014: 137-138).
Penampilan fisik yang terlihat bukan hanya sekedar cara berpakaian
peneliti, namun juga sikap yang diperlihatkan. Sikap peneliti dapat meliputi
tata cara, tindakan, gerak tubuh, cara menegur, dan lain sebagainya yang dapat
dipelihatkan peneliti ketika berada di lapangan untuk mengumpulkan data.
Sama halnya dengan cara berpakaian, sikap peneliti juga perlu disesuaikan
dengan keadaan, kebiasaan, kepercayaan, peraturan, dan lain sebagainya.
Peneliti harus menjaga sikap di depan subjek penelitian, agar mereka tidak
merasa terganggu, tidak senang, atau bahkan terabaikan (Moleong, 2014: 137-
138).
Untuk penampilan fisik yang harus ditunjukkan peneliti, perlu adanya
persiapan secara fisik maupun mental. Peneliti yang memasuki lapangan
mungkin akan dituntut kesabarannya, kejujurannya, ketekunannya,
ketelitiannya, dan kemampuannya menahan segala perasaan dan emosi. Hal-
hal tersebut perlu dilatih dan dipersiapkan oleh peneliti sebelum memasuki
lapangan. Selain cara berpakaian dan sikap yang harus diperlihatkan,
memahami etika dalam melakukan penelitian juga perlu dilakukan oleh
peneliti. Memahami situasi dan kondisi dari subjek yang akan diteliti, serta
menyadari posisi dan kedudukan peneliti, maka diharapkan proses
pengumpulan data dapat berjalan sesuai dengan harapan (Moleong, 2014: 137-
138).
c) Pengenalan Hubungan Peneliti di Lapangan
14
Jika peneliti menggunakan observasi partisipatif, maka peneliti harus
menjalin hubungan yang dekat dengan subjek penelitian, sehingga keduanya
dapat bekerja sama dan saling memberikan informasi. Peneliti harus bersikap
netral saat berada di tengah-tengah subjek penelitian. Peneliti juga diharapkan
jangan sampai mengubah situasi pada latar penelitian. Peneliti harus aktif
mengumpulkan informasi, tetapi tidak boleh ikut campur dalam peristiwa yang
terjadi di dalam latar penelitian. Peneliti juga tidak boleh menampakkan dan
memperlihatkan diri sebagai seseorang yang sangat berilmu, pandai, dan lain
sebagainya (Moleong, 2014: 139).
Jika peneliti sudah lama berada di lapangan, biasanya subjek penelitian
ingin -mengenal lebih dalam sosok peneliti yang ada di lingkungannya. Saat
tersebut merupakan saat yang penting bagi peneliti untuk bisa saling bertukar
informasi dengan subjek penelitian mengenai pribadi mereka. Saat hal tersebut
dapat terjadi, maka kemungkinan akan tercipta kepercayaan dan tidak ada
kecurigaan. Namun, peneliti harus tetap selektif untuk memilih informasi yang
diperlukan dan menghindari sesuatu yang dapat mempengaruhi data. Peneliti
memiliki tugas untuk mengumpulkan data yang relevan sebanyak mungkin
dari sudut pandang subjek penelitian, tanpa mempengaruhi mereka. Di lain
pihak, peneliti juga menganggap pengumpulan data, baik dari tingakatan atas,
bawah, kaya, maupun miskin (Moleong, 2014: 139).
d) Jumlah Waktu Studi
Peneliti harus memperhatikan waktu dalam melakukan penelitian. Jika
peneliti tidak memperhatikan waktu, kemungkinan peneliti akan terlalu asyik
dan masuk terlalu dalam ke kehidupan subjek penelitian, sehingga waktu yang
sudah direncanakan menjadi berantakan.Peneliti harus mengingat bahwa
masih banyak hal yang harus dilakukan, seperti menata, mengorganisasi, dan
menganalisis data yang dikumpulkan. Peneliti yang harus menentukan sendiri
pembagian waktu, agar waktu yang digunakan di lapangan dapat digunakan
secara efektif dan efisien. Peneliti harus tetap berpegang pada tujuan, masalah,
dan pembagian waktu yang telah disusun. Jika penelitian yang dilakukan
peneliti semakin panjang, maka tanggungan yang harus dihadapi oleh peneliti
adalah penambahan biaya (Moleong, 2014: 139-140).
B. Memasuki Lapangan

15
Seorang peneliti harus mampu untuk rapport yaitu hubungan antar peneliti
dan subjek yang telah melebur sehingga seakan tidak ada lagi dinding pemisah
diantara keduanya (Moleong,2007). Sehingga subjek dapat dengan sukarela
menjawab pertanyaan atau memberikan informasi yang diperlukan peneliti.
Seorang peneliti juga hendaknya jangan hanya mengira-ngira, menduga atau
membayangkan suatu ungkapan, peristiwa, atau kejadian yang didengarnya tanpa
mengetahui maksudnya secara pasti. Oleh karena itu, seorang peneliti dituntut
untuk menguasai bahasa sehari-hari yang digunakan oleh subjek sehingga
memudahkan komunikasi. Selain itu, peneliti juga diharuskan untuk segera
menanyakn ungkapan-ungkapan yang tidak dipahami dari subjek penelitian agar
tidak terjadi salah penafsiran dalam berkomunikasi.
C. Mengumpulkan Data
Catatan lapangan merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti sewaktu
mengadakan pengamatan, wawancara atau saat menyaksikan suatu kejadian
tertentu. Peneliti kualitatif mengenal adanya analisis data dilapangan walaupun
analisis data secara intensif barulah dilakukan sesudah ia kembali ke rumah. Hal
ini pada dasarnya merupakan sebagian dari pekerjaan analisis data selama berada
pada latar penelitian yang tentunya akan diperdalam sesudah meninggalkan
lapangan dan mulai mengadakan analisis data secara intensif.
Pendekatan kualitatif yang dipergunakan beranjak dari bahwa hasil yang
diperoleh dapat dilihat dari proses secara utuh, untuk memenuhi hasil yang akurat
maka pendekatan ini menempatkan peneliti adalah instrumen utama dalam
penggalian dan pengolahan data-data kualitatif yang diperoleh. Berbeda dengan
pendekatan kuantitatif yang menafsirkan data-data kuantitatif (angka-angka) dari
alat yang berupa angket, penelitian kualitatif atau sering disebut dengan metode
naturalistik memiliki karakteristik sebagai berikut :
• Data diambil langsung dari setting alami;
• Penentuan sampel secara purposif;
• Peneliti sebagai instrumen pokok;
• Lebih menekankan pada proses dari pada produk, sehingga bersifat deskriptif
analitik;
• Analisa data secara induktif atau interpretasi bersifat idiografik, dan;
• Menggunakan makna dibalik data (Nasution, 1988;9).

16
Dalam mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif tentunya
dibutuhkan data dan sumber data. Menurut Lofland dan Lofland sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan.. Sedangkan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong,
2007).
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam
penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang
memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak
boleh salah dan harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri
penelitian kualitatif. Sebab, kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam metode
pengumpulan data akan berakibat fatal, yakni berupa data yang tidak credible,
sehingga hasil penelitiannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Hasil penelitian
demikian sangat berbahaya, lebih-lebih jika dipakai sebagai dasar pertimbangan
untuk mengambil kebijakan publik. Misalnya, jika peneliti ingin memperoleh
informasi mengenai persepsi guru terhadap kurikulum yang baru, maka teknik
yang dipakai ialah wawancara, bukan observasi. Sedangkan jika peneliti ingin
mengetahui bagaimana guru menciptakan suasana kelas yang hidup, maka teknik
yang dipakai adalah observasi. Begitu juga jika, ingin diketahui mengenai
kompetensi siswa dalam mata pelajaran tertentu, maka teknik yang dipakai
adalah tes, atau bisa juga dokumen berupa hasil ujian.
Penggunaan istilah ‘data’ sebenarnya meminjam istilah yang lazim
dipakai dalam metode penelitian kuantitatif yang biasanya berupa tabel angka.
Namun, di dalam metode penelitian kualitatif yang dimaksudkan dengan data
adalah segala informasi baik lisan maupun tulis, bahkan bisa berupa gambar atau
foto, yang berkontribusi untuk menjawab masalah penelitian sebagaimana
dinyatakan di dalam rumusan masalah atau fokus penelitian. Di dalam metode
penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa teknik
pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1). wawancara, 2). observasi, 3).
dokumentasi, dan 4). diskusi terfokus (Focus Group Discussion). Sebelum
masing-masing teknik tersebut diuraikan secara rinci, perlu ditegaskan di sini
bahwa hal sangat penting yang harus dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan
mengapa masing-masing teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi
apa, dan pada bagian fokus masalah mana yang memerlukan teknik wawancara,
mana yang memerlukan teknik observasi, mana yang harus kedua-duanya
17
dilakukan, dst. Pilihan teknik sangat tergantung pada jenis informasi yang
diperoleh.
1. Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan
informan atau subjek penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi
seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni
melalui media telekomunikasi.
Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh
informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat
dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi
atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.
Karena merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil wawancara
sesuai atau berbeda dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Agar
wawancara efektif, maka terdapat berapa tahapan yang harus dilalui, yakni ;
1). mengenalkan diri, 2). menjelaskan maksud kedatangan, 3). menjelaskan
materi wawancara, dan 4). mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010: 358).
Lincoln and Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh
langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam
penelitian kualitatif, yaitu:
1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan
3) Mengawali atau membuka alur wawancara
4) Melangsungkan alur wawancara
5) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam cacatan lapangan
7) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
Selain itu, agar informan dapat menyampaikan informasi yang
komprehensif sebagaimana diharapkan peneliti, maka berdasarkan
pengalaman wawancara yang penulis lakukan terdapat beberapa kiat sebagai
berikut;
1) ciptakan suasana wawancara yang kondusif dan tidak tegang,
2) cari waktu dan tempat yang telah disepakati dengan informan,
18
3) mulai pertanyaan dari hal-hal sederhana hingga ke yang serius,
4) bersikap hormat dan ramah terhadap informan,
5) tidak menyangkal informasi yang diberikan informan,
6) tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak ada
hubungannya dengan masalah/tema penelitian,
7) tidak bersifat menggurui terhadap informan,
8) tidak menanyakan hal-hal yang membuat informan tersinggung atau
marah, dan
9) sebaiknya dilakukan secara sendiri,
10) ucapkan terima kasih setelah wawancara selesai dan minta disediakan
waktu lagi jika ada informasi yang belum lengkap.
Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni:
(1) wawancara mendalam (in-depth interview), di mana peneliti menggali
informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan
kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman
pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan
dilakukan berkali-kali;
(2) wawancara terarah (guided interview) di mana peneliti menanyakan
kepada informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda
dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki kelemahan,
yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat dengan pertanyaan
yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau
peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan daripada
bertatap muka dengan informan, sehingga suasana terasa kaku.
Estcrberg mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu:.
1) Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data
mencatatnya.
19
Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat
menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya
setiap pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, maka
diperlukan training kepada calon pewawancara. Dalam melakukan
wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk
wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu
seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat
membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
2) Wawancara Semiterstruktur (Semistructured Interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept
interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan
dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak
yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam
melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
3) Wawancara Tak Berstruktur (Unstructured Interview)
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di
mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur atau
terbuka, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan
untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subjek yang diteliti. Pada
penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal
tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga
peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa
yang harus diteliti. Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang
lebih lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada pihak-
pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam objek.

Dalam praktik sering juga terjadi jawaban informan tidak jelas atau
kurang memuaskan. Jika ini terjadi, maka peneliti bisa mengajukan pertanyaan
lagi secara lebih spesifik. Selain kurang jelas, ditemui pula informan
20
menjawab “tidak tahu”. Menurut Singarimbun dan Sofian Effendi (1989: 198-
199), jika terjadi jawaban “tidak tahu”, maka peneliti harus berhati-hati dan
tidak lekas-lekas pindah ke pertanyaan lain. Sebab, makna “tidak tahu”
mengandung beberapa arti, yaitu:
1) informan memang tidak mengerti pertanyaan peneliti, sehingga untuk
menghindari jawaban “tidak mengerti", dia menjawab “tidak tahu”.
2) informan sebenarnya sedang berpikir memberikan jawaban, tetapi
karena suasana tidak nyaman dia menjawab “tidak tahu”.
3) pertanyaannya bersifat personal yang mengganggu privasi informan,
sehingga jawaban “tidak tahu’ dianggap lebih aman
4) informan memang betul-betul tidak tahu jawaban atas pertanyaan
yang diajukan. Karena itu, jawaban “tidak tahu" merupakan jawaban
sebagai data penelitian yang benar dan sungguh yang perlu
dipertimbangkan oleh peneliti.
2. Observasi
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif.
Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan
pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh
informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil
observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana
tertentu, dan perasaan emosi seseorang.
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa
atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian. Bungin (2007: 115-
117) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu:
1) Observasi partisipasi, Observasi partisipasi adalah (participant
observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di
mana peneliti terlibat dalam keseharian informan.
2) Observasi tidak terstruktur, Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan
yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga
peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan
yang terjadi di lapangan.

21
3) Observasi kelompok. Observasi kelompok ialah pengamatan yang
dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang
diangkat menjadi objek penelitian.
3. Dokumen
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh
lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto,
hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa
dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di
masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai
semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak
bermakna.
4. Focus Group Discussion
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi
terpusat (Focus Group Discussion), yaitu upaya menemukan makna sebuah
isu oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari diri pemaknaan
yang salah oleh seorang peneliti. Misalnya, sekelompok peneliti
mendiskusikan hasil UN 2011 di mana nilai rata-rata siswa pada
matapelajaran bahasa Indonesia rendah. Untuk menghindari pemaknaan
secara subjektif oleh seorang peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi
terdiri atas beberapa orang peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji sebuah
isu diharapkan akan diperoleh hasil pemaknaan yang lebih objektif.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian adalah sebuah proses langkah demi langkah yang digunakan untuk
mengumpulkan dan menganalisis informasi guna meningkatkan pemahaman tentang
topik atau isu. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memahami realitas
sosial. Penelitian kualitatif dilakukan harus sesuai dengan prosedur atau tahapan-tahapan.
Prosedur atau langkah yang ditempuh dalam penelitian ini, secara garis besar
dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang mengacu pada pendapat Moleong
(2007:126) menjelaskan bahwa “Tahapan penelitian kualitatif menyajikan 3 tahapan
yaitu Tahap pralapangan, Tahap pekerjaan lapangan, dan tahapan analisis data''.

Pada tahap pra-lapangan ini terbagi menjadi 7 tahap yaitu : Menyusun Rancangan
Penelitian, Memilih Lapangan Penelitian, Mengurus Perizinan, Menjajaki dan Menilai
Lapangan, Memilih dan Memanfaatkan Informan, Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
dan Persoalan Etika Penelitian . Lalu, Pada tahap Tahap Pekerjaan Lapangan , peneliti
mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian dengan menggunakan
metode yang telah ditentukan.

B. Saran
Seorang peneliti, ketika hendak melakukan penelitian sebaiknya harus memahami
tentang tahpan-tahapan penelitian agar dalam proses penelitiannya bisa berjalan dengan
baik dan dapat mengefisiensikan waktu penelitiannya. Jika peneliti tidak memperhatikan
waktu, kemungkinan peneliti akan terlalu asyik dan masuk terlalu dalam ke kehidupan
subjek penelitian, sehingga waktu yang sudah direncanakan menjadi berantakan. Peneliti
harus mengingat bahwa masih banyak hal yang harus dilakukan, seperti menata,
mengorganisasi, dan menganalisis data yang dikumpulkan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Dyaah. Tahapan Penelitian Kualitatif. https://www.mindmeister.com/879531175/


tahapan-penelitian-kualitatif

Denim, Sudarwan. (2002) Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung:Pustaka Setia.

Mayasari. (2015). Proses Penelitian Kualitatif. https://mayasari9595.blogspot.com/2015/11/


proses-penelitian-kualitatif.html?m=1

Moleong, Lexy J.(2014). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset.

Narbuko, Cholid. (2013). Metodologi Penelitian. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Noviani, T. (2018). Tahap-Tahap Penelitian Kualitatif. http://trinovianii.blogs.uny.ac.id/wp-


content/uploads/sites/15261/2018/04/tahap-tahap-penelitian-kualitatif.pdf .

Rahardjo, Mudirja. (2011). Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. https://uin-


malang.ac.id/r/110601/metode-pengumpulan-data-penelitian-kualitatif.html

Sidiq,Umar dkk. (2019). Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan. Ponorogo: CV.
Nata Karya.

Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryana, Asep. (2007). Tahap-tahap penelitian kualitatif - mata kuliah analisis data
kualitatif.http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/19
7203211999031ASEP_SURYANA/Copy_%285%29_of_LANGKAH_PENELITIAN
_KUALITATIF.pdf

24

You might also like