Professional Documents
Culture Documents
Indikator Kesejahteraan Keluarga
Indikator Kesejahteraan Keluarga
Oleh:
Kelompok 13
1. Syifwa salsabila (20050404050)
2. Habibatush Shofiah (20050404056)
3. Silviana Marcela (20050404059)
KELAS 2020 B
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
PRODI S1 PENDIDIKAN TATA BUSANA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Indikator Kesejahteraan Keluarga
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Ilmu Kesejahteraan Keluarga. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Indikator Kesejahteraan Keluarga bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Imami Arum Tri Rahayu, S.Pd., M.Pd. dan
Ibu Dra. Arita Puspitorini, M.Pd. selaku dosen Ilmu Kesejahteraan Keluarga yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
A. Latar Belakang
Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan
Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan
antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Nilai deprivasi:
Ij = Max Xj – Xj
Max Xj – Min Xj
Dimana :
Ij = deprivasi dari variable j
Max Xj = nilai maksimum dari variabel j
Min Xj = nilai minimum dari variabel j
J = 1, 2, 3.
1 = lama umur (Longevity) diukur dengan Angka Harapan Hidup
2 = Pendapatan per capita
3 = Pendidikan diukur dengan
2/3 melek hurup (Literacy) da 1/3 Rata-rata lama tahun sekolah (Mean years of Schooling)
HDI = 1/3 ( I1 + I2 + I3 )
Nilai deprivasi :
Bak X1 = ( Xi – BB ) , i = 1, 2, 3
KI + 2
X3 = Tingkat Pendidikan
KI = Panjang interval
e) Indeks Kualitas Hidup Penduduk
Indeks Kualitas Hidup Penduduk (IKHP) mengukur kualitas hidup penduduk dari empat
sektor yaitu pendidikan, sosial, gizi dan kesehatan, serta ekonomi. Peubah dari sektor
pendidikan adalah persentase penduduk yang tamat minimum SLTP. Peubah dari sektor
sosial adalah persentase rumah tangga yang jadi korban kejahatan dan persentase wanita yang
bekerja. Peubah dari sektor gizi dan kesehatan adalah persentase balita yang berstatus gizi
kurang dan buruk dan angka harapan hidup. Peubah dari sektor ekonomi adalah pendapatan
per kapita tanpa minyak yang dikoreksi dengan gini rasio dan persentase desa miskin urban
dan pedesaan.
B. Indikator Ekonomi
b) Distribusi Pendapatan
Bank dunia menggolongkan penduduk menjadi tiga kelas, yaitu 40% berpendapatan rendah,
40% berpendapatan sedang, dan 20% berpendapatan tinggi. Indeks gini atau koefisien gini
adalah ukuran ketidakseimbangan/ketimpangan (pendapatan/kesejahteraan) agregat yang
angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna).
C. Pengukuran Kemiskinan
a) Kriteria Miskin
Menurut Bank Dunia, kemiskinan adalah ketidakmampuan individu untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya. jika mengacu kriteria Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), keluarga dikatakan miskin manakala tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya. Tolok ukur lainnya adalah mengacu kriteria Bank Dunia dimana kemiskinan
dinyatakan sebagai keadaan tidak tercapainya kehidupan yang layak dengan pengahsilan
USD 1,00 per hari.
b) Dimensi Kemiskinan
Kemiskinan di Indonesia mempunyai empat dimensi pokok, yaitu kurangnya kesempatan
(lack of opportunity), rendahnya kemampuan (low of capabilities), kurangnya jaminan (low -
level of security), dan ketidakberdayaan (low of capacity or empowerment). Kemiskinan di
Indonesia lazim diukur dengan garis kemiskinan (poverty line).
D. Pengukuran Keluarga Sejahtera
b) Keluarga Sejahtera I
Keluarga Sejahtera 1 yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan
pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan transportasi. Keluarga Sejahtera 1
yakni keluarga yang kebutuhan dasar telah terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologi
belum terpenuhi. Indikator Keluarga Sejahtera 1 sebagai berikut:
Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu
dimanfaatkan utk berkomunikasi
Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali dalam 6 bulan
Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan
bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi
Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan
/yayasan / institusi masyarakat
IKS lama terdiri atas 23 item, sedangkan IKS baru terdiri atas 21 item. Terdapat 3 item
yang dikeluarkan dari IKS lama (item no 1, no 19, dan no 21, dan ditambahkan satu
item kesehatan di IKS baru (no 4).
Item yang dikeluarkan dari IKS lama adalah ; 1) melaksanakan ibadah menurut agama
oleh masing-masing anggota keluarga (No 1), 2) mengadakan rekreasi bersama di luar
rumah paling kurang 1 kali dalm 6 bulan (no 19), dan 3) anggota keluarga mampu
menggunakan sarana transportasi sesuai kondisi daerah (no 21)
Item yang ditambahkan dalam IKS baru adalah : bila ada anggota keluarga yang sakit
dibawa ke sarana kesehatan (no 4)
Usia wajib bersekolah yang semula berkisar antara 5-15 tahun (Item no 13 pada IKS
lama) diubah menjadi kisaran usia 7-15 tahun (item no 6 IKS baru).
Kebiasaan makan bersama paling kurang sekali sehari (item no 17 IKS lama) diubah
menjadi “. paling kurang dalam seminggu sekali” (item no 17 IKS baru).
Terdapat penambahan kata “........sesuai dengan agama dan kepercayaannya” dalam
kewajiban melaksanakan ibadah (dari no 6 IKS lama menjadi no 7 IKS baru)
Pangan protein hewani yang semula ”minimal 1 kali seminggu menyediakan
daging/telur” (no 7 IKS lama) ditambahkan dengan pangan “ikan” (no 8 IKS baru)
Penambahan syarat sehat dengan kata”. sehingga dapat melaksanakan tugas dan
fungsi masing-masing” (item no 10 IKS lama menjadi no 11 IKS baru)
Item no 11 IKS lama yaitu “minimal 1 anggota keluarga yang berumur lebih 15 tahun
berpenghasilan tetap” diubah menjadi “ada seorang atau lebih anggota keluarga yang
bekerja untuk memperoleh penghasilan tetap”
Menghilangkan kata “........kecuali sedang hamil” pada anjuran penggunaan kontrasepsi
bagi PUS yang telah memiliki anak 2 orang atau lebih (item no 14 IKS lama dan baru)
Penambahan kata “agama” dalam upaya keluarga menambah pengetahuan (item no 15
IKS lama dan baru)
Penambahan bentuk tabungan dalam bentu barang atau uang (item no 16 IKS lama dan
baru)
Penggantian kata “kepala keluarga” menjadi “ada anggota keluarga” yang aktif sebagai
pengurus perkumpulan sosial/yayasan/institusi masyarakat (item no 23 IKS lama dan
no 21 IKS baru)
A. Kesimpulan
Indikator Keluarga Sejahtera memiliki keunikan dibandingkan dengan indikator
pembangunan lainnya seperti IMH, HDI, IKHP, Indikator ekonomi dan indicator
kemiskinan yang digunakan oleh berbagai pihak di Indonesia. Indikator KS perlu dikaji
dan dirumuskan ulang dengan memperhatikan batasan konsep, ruang lingkup, syarat-
syarat perumusan indikator, dan metode pengukurannya, agar diperoleh indikator yang
handal dan sahih (reliable dan valid)
B. Saran
Pada era ini, indicator masih sangat dibutuhkan karena Indonesia masih
membutuhkan indicator – indicator untuk mengukur kesejahteraan keluarga. Akan
tetapi perlu dimodifikasi lebih tajam seperti akurasi, reliabilitas, dan validitasnya.
DAFTAR PUSTAKA