You are on page 1of 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pembangunan transportasi diarahkan untuk mewujudkan suatu sistem
transportasi darat, yang terpadu sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap
sektor sosial, transportasi, dan ekonomi.
Secara spesifik pembangun transportasi diNusa Tenggara Timur saat ini
tidak hanya untuk mendorong pertumbuhan kota saja, tetapi juga dilakukan
sampai pelosok desa untuk membuka dan mendorong akses kendaraan manusia
dan barang.
Kondisi existing laporan perkerasan jalan adalah lapisan penetrasi dengan
lebar badan jalan 4,5 m yang telah mengalami kerusakan berupa striping atau
pengelupasan, retak memanjang pada permukaan jalan, sehingggah
menimbulkan genangan air pada musim hujan. Kondisi lalu lintas pada ruas
jalan tersebut relative cukup padat karena ruas jalan tersebut untuk menunjang
kelancaran perekonomian daerah di Kabupaten Kupang.
Untuk mengembalikan fungsi layanan jalan, maka pemerintah melalui
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tengggara Timur mengalokasikan dana
yang bersumber dari APBD 1 tahun anggaran 2021 untuk membiayai paket
pekerjaan pembangun jalan prasarana, sarana dan utilitas umum pemukiman
yang beralokasi lintas batas Pulau Semau-Kabupaten Kupang (Kawasan
Tanjung - Meolao).
Proyek pembangun jalan dipulau Semau rehabilitas ruas jalan Hansisi –
Tanjung Meolao dilakukan mengunakan lapisan aspal HRS-BASE dengan
panjang 12,00 km dan lebar 4,5 m dengan ketebalan 4.2 cm. Dengan adanya
pembangun jalan tersebut dapat menunjang kelancaran transportasi dan
perekonomian yang mempermudah menuju daerah tersebut jalan tersebut
nantinya termasuk jenis jalan arteri, yang merupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan utama dan kecepatan rata-rata tinggi.

1
Berdasarkan pembuatan jalan tersebut serta upaya pelaksanaannya dengan
struktur HRS-base. Maka penulis mencoba membahas tentang bagaimana
proses pelaksanaan pekerjaan lapis HRS-base?

1.2 Rumus Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan
pemersalahan sebagai berikut:
a) Bagaimana proses pelaksanaan pekerjaan lapis HRS - base?
b) Bagaimana penerapan menejemen proyek pada paket pekerjaan jalan
prasarana dan ultilitas umum pemukiman yang berlokasi di lintas batas
Pulau Semau - Kabupaten Kupang (kawasn Tanjung Meolao)?

1.3 Batasan pembahasan


Untuk menghindari melebarnya pembahasan materi dalam penulisan
laporan keja praktek ini, maka penulis membatasi atau memfokuskan
pembahasan dalam tinjauan pelaksanaan pekerjaan lapis HRS-base pada
pekerjaan supervisi pembangunn pekerjaan jalan Hansisi – Tanjung Meolao
dipulau Semau Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur.

1.4 Maksud dan tujuan


1.4.1 Maksud
Maksud penulis melakuakan kerrja praktek ini yaitu:
melaksanakan pengamatan dan pengukuran pada pekerjaan lapis HRS - base
pada pekerjaan supervisi pembagunan pekerjaan jalan prasarana, sarana dan
utilitas umum pemukiman lintas batas pulau semau Provinsi Nusa Tenggara
Timur.

1.4.2 Tujuan
a) Untuk mengatahui proses pelaksanaan pekerjaan lapis HRS-base.
b) Untuk mengetahui setiap tahapan pekerjaan baik itu pekerjaan HRS-
Base, dan pekerjaan penghamparan.

2
1.5 Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan cara:
1. Metode literature.
Penulis menggunakan buku-buku referensi atau sumbe-sumber dari internet
yang berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan pekerjaan lapis HRS-base.
2. Metode wawancara.
Penulis mengadakan wawancara langsung dan komunikasi dengan
pengawas dan pekerjaan untuk memperoleh data yang selanjutnya, penulis
dalam bemtuk laporan.
3. Metode observasi
Penulis secara langsung mengadakan pengamatan di lapangan saat
pelaksaaan pekerjaan berlangsung.

1.6 Gambaran Umum Proyek


Proyek pekerjaan jalan ini berlokasi dijalan Hansisi, Tanjung Meolao, Semau,
Kabupaten Kupang.

Denah
Jalur Jalan

Gambar 1.1 Lokasi Pekerjaan


Sumber : Google Earth 2022

3
1.6.1 Data Proyek
Data Proyek dapat dilihat dibawah ini :
Nama Paket : Rehabilitasi Ruas Jalan Hansisi – Tanjung
Meolao(Pinjaman Daerah PT. SMI)
No.Kontrak : PUPR.BM.05.01/602/169/IX/2021
Tanggal Kontrak : 27 September 2021
Nilai Kontrak : Rp.22.924.860.000
Sumber Dana : Pinjaman Daerah – PT. SMI
Target Efektif : 12.00 Km
Waktu Pelaksanaan : 240 Hari Kalender
Waktu Pemeliharaan : 365 Hari Kalender
Kontraktor Pelaksanaan : PT. Bumi Indah
Konsultan Pengawas : PT. Konindo Panorama Konsultan
Tahun Anggaran : 2021

4
BAB 11

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian jalan


Menurut Ansyori (2003) pada awalnya jalan raya hanya berupa jejak
manusia yang mencari kebutuhan hidup dalam berkomunikasi dengan
sesama.seiring dengan perkembangan teknologi yang melahirkan macam-
macam kendaraan berbensin, mulai dari roda dua sampe lebih dari roda empat
,maka jalan yang juga menjadi berubah dalam perencanaannya yaitu dari jalan
sederhana menjadi jalan teknik. Semula jalan hanyalah sebagai alat bantu untuk
menemukan sumber makanan, kemudia berkembang sebagai sarana pelayanan
jasa angkutan manusia, barang, dan sarana pengembangan suatu wilaya dalam
peningkatan ekonomi masyarakat.
Untuk itu jalan harus direncanakan secara teknik dengan
mempertimbangkan kekuatan konstruksinya, agar dapat melayani pengguna
jalan degan nyaman, aman, dan cepat. Jalan raya merupakan sarana transportasi
darat yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya, dan juga
sebagai sarana untuk menerobos pengembangan wilayah demi meningkatkan
perekonomian masyarakat.

2.2 Bahan lapisan perkerasan


2.2.1 Aspal
Aspal didefinisikan sebagai material perekat (cementitious), berwarna
hitam dan coklat tua, dengan unsur utama bitumen, oleh karena itu
betunmen sering kali disebut pula sebagai aspal. Aspal dapat di peroleh di
alam ataupun merupakan residu dari pengilangan minyak bumi. Aspal
adalah material yang pada suhu ruang bebentuk padat sampai agak padat,
dan bersifat termoplastis. Yaitu aspal akan mencair jika dipanaskan, dan
kembali membeku jika suhu turun. Sedangkan sifat aspal lainnya adalah :
1. Aspal mempunyai sifat mekanis (Rheologic), yaitu hubungan antara
tegangan (stress) dan regangan (strain) dipengaruhi oleh waktu. Apabila
mengalami pembebanan dengan jangka waktu pembebanan yang sangat
cepat, maka aspal akan bersifat elastis, tetapi jika pembebanannya terjadi

5
dalam jangka waktu yang lambat maka sifat aspal menjadi plastis
(viscous).
2. Aspal adalah bahan yang Thermoplastis, yaitu konsistensinya atau
viskositasnya akan berubah sesuai dengan perubahan temperatur yang
terjadi. Semakin tinggi temperatur aspal, maka viskositasnya akan
semakin rendah atau semakin encer demikian pula sebaliknya. Dari segi
pelaksanaan lapis keras, aspal dengan viskositas yang rendah akan
menguntungkan karena aspal akan menyelimuti batuan dengan lebih baik
dan merata. Akan tetapi dengan pemanasan yang berlebihan maka akan
merusak molekul-molekul dari aspal, aspal menjadi getas dan rapuh.
3. Aspal mempunyai sifat Thixotropy, yaitu jika dibiarkan tanpa mengalami
teganganregangan akan berakibat aspal menjadi mengeras sesuai dengan
jalannya waktu.

Fungsi aspal dalam campuran agregat aspal adalah sebagai bahan


pengikat yang bersifat visco-elastis dengan tingkat viscositas yang tinggi
selama masa layan dan berfungsi sebagai pelumas pada saat penghamparan
di lapangan sehingga mudah untuk dipadatkan.
AASHTO (1982) dinyatakan bahwa jenis aspal keras ditandai dengan
angka penetrasi aspal, angka ini menyatakan tingkat kekerasan aspal atau
tingkat konsistensi aspal. Semakin meningkatnya besar angka penetrasi
aspal maka tingkat kekerasan aspal semakin rendah, sebaliknya semakin
kecil angka penetrasi aspal maka tingkat kekerasan aspal semakin tinggi.
Aspal dengan penetrasi rendah digunakan didaerah bercuaca panas atau lalu
lintas dengan volume tinggi, sedang aspal semen dengan penetrasi tinggi
digunakan untuk daerah yang bercuaca dingin ataupun lalu lintas dengan
volume rendah. Di Indonesia pada umumnya digunakan aspal semen dengan
penetrasi 60/70 dan 80/100, Syarat-syarat aspal semen keras diberikan oleh
Dirjen Bina Marga-DPU.
Adapun Fungsi dan Jenis Aspal adalah sebagai berikut :
A. Fungsi Aspal sebagai berikut :
1. Bahan pengikat dan pengisi antar agregat untuk perkerasan lentur
pada jalan.

6
2. Bahan yang memberi ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan
antara aspal itu sendiri.
3. Pada waktu pemadatan aspal (masih panas) berfungsi sebagai pelicin
agar agregat mudah bergeser mengisi tempat kosong.
4. Material untuk kedap air.
5. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-
pori yang ada dan agregat itu sendiri.
B. Jenis Aspal adalah sebagai berikut :
1. Aspal Alam
Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal
di pulau Buton, dan ada pula yang diperoleh di danau seperti di
Trinidad. Aspal alam terbesar di dunia terdapat di Trinidad, berupa
aspal danau (Trinidad Lake Asphalt). Indonesia memiliki aspal alam
yaitu dipulau buton yang berupa aspal gunung, dikenal dengan nama
Asbuton (Aspal Batu Buton). Asbuton merupakan batu yang
mengandung aspal.
Asbuton merupakan campuran antara bitumen dengan bahan
mineral lainnya dalam bentuk batuan. Karena asbuton merupakan
material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen
yang dikandung sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi. Untuk
mengatasi hal tersebut maka asbuton mulai diproduksi dalam
berbagai bentuk di pabrik pengolahan asbuton. Produk asbuton
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Produk asbuton yang masih mengandung material filler, seperti
asbuton kasar, asbuton halus, asbuton mikro, dan butonite
mastic asphalt.
b. Produk asbuton yang telah dimurnikan menjadi aspal murni
melalui proses ekstraksi atau proses kimiawi.
2. Aspal Minyak
Aspal Minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi
minyak bumi.Setiap minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis
asphaltic base crude oil yang banyak mengandung aspal, parafin

7
base crude oil yang banyak mengandung parafin, atau mixed base
crude oil yang mengandung campuran antara parafin dan aspal.
Untuk perkerasan lentur umumnya digunakan aspal minyak jenis
asphaltic base crude oil.
Aspal merupakan residu dari hasil destilasi bensin, minyak
tanah, dan solar pada suhu yang berbeda. Residu aspal berbentuk
padat, tetapi residu ini dengan proses pengolahan lebih lanjut dapat
berbentuk cair atau emulsi pada suhu ruang. Jadi pada suhu ruang,
aspal dibedakan atas:
a. Aspal Padat
Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi
padat pada suhu ruang dan menjadi cair jika dipanaskan. Aspal
padat dikenal dengan nama semen aspal (asphalt cement), yang
harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai
bahan pengikat agregat.
b. Aspal Cair (Cutback asphalt)
Aspal cair yaitu aspal yang berbentuk cair pada suhu
ruang. Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan
dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi
seperti minyak 12 tanah, bensin, atau solar. Aspal cair
dibedakan berdasarkan bahan pencairnya menjadi:
1) Aspal Cair Cepat Mantap (RC = Rapid Curring Cut Back
Asphalt), yaitu aspal cair dengan bahan pencair bensin. RC
merupakan aspal cair yang palingcepat menguap.
2) Aspal Cair Mantap Sedang (MC = Medium Curring Cut
Back Asphalt), yaitu aspal cair yang bahan pelarutnya tidak
begitu cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal
jenis ini biasanya adalah minyak tanah.
3) Aspal Cair Lembar Mantap (SC = Slow Curring Cut Back
Asphalt), yaitu aspal cair yang bahan pelarutnya lambat
menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini
adalah solar. Tingkat kekentalan aspal cair sangat

8
ditentukan oleh proporsi atau rasio bahan pelarut yang
digunakan terhadap aspal keras atau yang terkandung pada
aspal cair tersebut. Aspal cair jenis MC-800 memiliki nilai
kekentalan yang lebih tinggi dari MC-200
c. Aspal Emulsi (Emulsified Asphalt).
Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan
bahan pengemulsi, yang dilakukan di pabrik pencampur. Aspal
emulsi ini lebih cair dari pada aspal cair, didalam aspal emulsi,
butir-butir aspal larut dalam air. Untuk menghindari butiran
aspal saling menarik membentuk butir-butir yang lebih besar,
maka butiran tersebut diberi muatan listrik.
Berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya, aspal
emulsi dibedakan atas:
1) Aspal emulsi anonik, yaitu aspal emulsi yang berion
negative.
2) Aspal emulsi kationik, yaitu aspal emulsi yang berion
positif.
3) Aspal emulsi Non-lonik, yaitu aspal emulsi yang tidak
berion (netral).
a) Sifat Aspal
Sifat aspal haruslah mempunyai daya tahan (tidak cepat rapuh)
terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan
memberikan sifat elastisitas yang baik.
1. Daya Tahan (Durability) aspal adalah kemampuan aspal
mempertahankan sifat aslinya terhadap pengaruh cuaca selama
masa pelayanan jalan.
2. Adhesi kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga
dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan aspal.
3. Kohesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat dengan aspal
sehingga tetap mempertahankan agregat tetap di tempatnya
setelah terjadi pengikatat.

9
4. Kepekaan terhadap temperatur. Aspal adalah material yang
termoplastis, berarti akan menjadi keras atau lebih kental jika
temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jila
temperatur bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap
perubahan temperatur.
b) Kerapuhan aspal
Aspal pada proses pencampuran, dipanaskan dan dicampur
dengan agregat sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas
disiramkan ke permukaan agregat pada saat proses peleburan. Pada
proses pelaksanaan terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal
menjadi getas (Viskositas bertambah tinggi). Peristiwa perapuhan
terus berlangsung setelah masa pelaksanaan selesai. Jadi selama
masa pelayanan aspal mengalami oksidasi yang besarnya
dipengaruh juga oleh ketebalan aspal yang menyelimuti agregat.
Semakin tipis lapisan aspal maka semakin besar tingkat kerapuhan
yang terjadi.

2.2.2 Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi
alami batu-batuan atau juga berupa hasil mesin pemecah batu dengan
memecah batu alami. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada
beton, namun demikian peranan agregat pada beton sangat penting.
Kandungan agregat dalam beton kira-kira mencapai 70%-75% dari volume
beton. Agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton, sehingga
pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan beton.
Agregat dibedakan menjadi dua macam yaitu agregat halus dan
agregat kasar yang didapat secara alami atau buatan. Dengan demikian daya
dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat
agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain. Berdasarkan
proses pengolahannya agregat yang 15 dipergunakan pada perkerasan lentur
dapat dibedakan atas dua macam yaitu agregat alam dan agregat yang
mengalami proses pengolahan terlebih dahulu dan agregat buatan.

10
2.2.3 Gradasi Pasir
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekasaran butiran agregat.
Gradasi diambil dari hasil pengayakan dengan lubang ayakan 10 mm, 20
mm, 30 mm dan 40 mm untuk kerikil.
Menurut peraturan SK-SNI-T-15-1990-03 kekasaran pasir dibagi
menjadi empat kelompok menurut gradasinya, yaitu pasir halus, agak halus,
agak kasar dan kasar.
Pasir yang digunakan dalam adukan beton harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
1. Pasir harus terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Hal ini dikarenakan
dengan adanya bentuk pasir yang tajam, maka kaitan antar agregat akan
lebih baik, sedangkan sifat keras untuk menghasilkan beton yang keras
pula.
2. Butirnya harus bersifat kekal. Sifat kekal ini berarti pasir tidak mudah
hancur oleh pengaruh cuaca, sehingga beton yang dihasilkan juga tahan
terhadap pengaruh cuaca.
3. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering
pasir, lumpur yang ada akan menghalangi ikatan antara pasir dan pasta
semen, jika konsentrasi lumpur tinggi maka beton yang dihasilkan akan
berkualitas rendah.
4. Pasir tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak.
5. Gradasinya harus memenuhi syarat

Berdasarkan besar partikel-partikel agregat, agregat dapat dibedakan atas :

Agregat kasar Agregat Halus Abu Batu

Gambar 2.1. Agregat

11
Menurut Standar Nasional Indonesia (SK SNI – S – 04 – 1989 – F : 28)
disebutkan mengenai persyaratan pasir atau agregat halus yang baik sebagai
bahan bangunan sebagai berikut :
1. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras
dengan indekskekerasan < 2,2.
2. Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai
berikut:
a. Jika dipakai natrium sulfat bagian hancur maksimal 12%.
b. Jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%.
c. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir
mengandung lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.
d. Pasir tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak,
yangharus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrans Harder
dengan larutan jenuh NaOH 3%.
e. Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1,5
sampai 3,8 dan terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam.
f. Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir
terhadap alkali harus negatif.
g. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua
mutu beton kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemerintahan
bahan bangunan yang diakui.
h. Agregat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi terapan
harus memenuhi persyaratan pasir pasangan.

12
Berikut ini adalah Tabel syarat gradasi pasir :
Tabel 2.1 Syarat Mutu Agregat Halus Menurut SNI 03-2834-2000.
Persentase Lolos
Lubang
Pasir agak Pasir agak
Ayakan Pasir kasar Pasir halus
kasar halus
(mm)
10 100 100 100 100
4,8 90 - 100 90 - 100 90 – 100 95 – 100
2,4 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100
1,2 30 – 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100
0,6 15 – 34 35 – 59 60 – 79 80 – 100
0,3 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50
0,15 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 – 15
Sumber: SNI 03-2834-2000

2.3 Lapisan perkerasan


2.3.1 Tanah Dasar (Sub grade)
Tanah dasar (sub grade) adalah permukaan tanah semula atau
permukaan galian atau permukaan tanah timbunan yang dipadatkan yang
merupakan tolak ukur dalam menentukan tebal tipisnya konstruksi
perkerasan di atasnya.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut:
1. Perubahan bentuk tetap (Deformasi Permanen) dari macam tanah
tertentu akibat beban lalu lintas.
2. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat kadar air.
3. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar di tentukan secara
pasti.
4. Tambahan pemandatan (secondary compaction) akibat pembebanan
lalu lintas dan penurunan yang diakibatkan yaitu pada tanah yang
berbutir kasar (Granular siol) yang tidak dipadatkan secara baik pada
saat pelaksanaan.
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah
aslinya baik, tanah yang didatangkan dari tempat lain dan dipadatkanatau
tanah distabilisasi dengan kapur atau bahan lainnya. Pemadatan yang baik

13
diperoleh jika dilakukan pada kadar air optimum dan diusahakan kadar air
tersebut konstan selama umur rencana.

2.3.2 Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course)


Lapis pondasi bawah (sub base) adalah suatu lapis perkerasan jalan
yang terletak antara lapisan pondasi atas (base) dan tanah dasar (sub
grade).
Fungsi dari Lapisan Pondasi Bawah (Sub base course), antara lain:
a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan jalan untuk menyebarkan
beban roda ke tanah dasar.
b. Menjaga efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-
lapisan di atasnya dapat dikurangi ketebalannya (penghematan biaya
konstruksi).
c. Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi (base
course).
d. Sebagai lapis peresapan (drainage blanket sheet), agar air tanah tidak
mengumpul dipondasi maupun di tanah dasar. Sebaiknya lapis pondasi
bawah terbuat dari material yang non-plastis (lanau kelempungan atau
pasir kelempungan).
e. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.
Jenis-jenis Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course) yang umum
dipergunakan di Indonesia, antara lain :
1. Pondasi Bawah menggunakan batu pecah dengan batas pasir terdiri
dari :
a) Pondasi Telford
b) Pondasi Basah (Waterbound Macadam)
c) Makadam Kering
2. Pondasi Bawah yang menggunakan sirtu yang menggunakan
sedikit tanah.
3. Pondasi Bawah yang menggunakan Tanah Pasir.
4. Pondasi Bawah yang menggunakan Material ASTB (Asphalt
TreatedSub-Base)/Laston (Lapis Aspal Beton) Pondasi Bawah.

14
5. Pondasi Bawah yang menggunakan Stabilisasi.
6. Pondasi Bawah (sub base course) yang menggunakan agregat.

2.3.3 Lapisan Pondasi Atas (Base Course)


Lapis Pondasi Atas (sub base), adalah bagian perkerasan yang terletak
antara lapis permukaan dan lapis pondasi bawah.
Fungsi Lapisan Pondasi Atas (base course), antara Lain:
a. Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda dan menyebarkan
beban tersebut kelapisan dibawahnya.
b. Sebagai lapis peresapan untuk lapis pondasi bawah.
c. Sebagai peretakan dari lapis permukaan.

2.3.4 Lapisan Permukaan (surface Course)


Lapisan permukaan adalah lapisan perkerasan jalan yang terletak di
atas lapisan pondasi atas, yang brsifat kedap air. Tujuan lapisan permukaan
sebagai lapisan perkerasan jalan adalah sebagai lapis pelindung bagilapisan
perkerasan yang ada di bawahnya. Lapisan permukaan (Surface Course)
merupakan bagian perkerasan yang paling atas dan langsung kontak dengan
roda kendaraan yang berjalan di atasnya.

Lapisan Permukaan/Surface Course

Gambar 2.2 Posisi Lapisan Permukaan/Surface


Sumber : Modul-4 P2JN, 2011

15
Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah campuran bahan
agregat dan aspal, dengan persyaratan bahan yang memenuhi standar.
Penggunaan bahan aspal diperlukan sebagai bahan pengikat agregat dan
agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri
memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya
dukung lapisan terhadap beban roda lalu-lintas.
Fungsi dari lapisan permukaan adalah:
a. Menerima beban-beban roda yang bekerja di atasnya serta
menyebarkannya kepada lapisan perkerasan yang ada dibawahnya.
b. Sebagai lapisan rapat/kedap air untuk melindungi badan jalan dari
kerusakan akibat cuaca (air hujan).
c. Menyediakan permukaan yang tetap rata agar kendaraan tetap berjalan
dan memperoleh kenyamanan yang cukup.
d. Sebagai lapis aus (wearning course) yang selanjutnya dapat diganti
dengan yang baru.
e. Berfungsi sebagai penutup lapis permukaan untuk mencegah masuknya
air dari permukaan kedalam konstruksi perkerasan.
f. Merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran agregat bergradasi
timpang (senjang), filler dan aspal keras, dengan perbandingan tertentu
yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalamkeadaan panas.
g. Tebal lapisan 3,0 Cm.

2.4 Penghamparan dan Pemadatan


1. Penyiapan Formasi untuk Lapis Pondasi Agregat
a. Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau
bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau
bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan Seksi 8.1
dan 8.2 dari spesifikasi umum (2010).
b. Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan
perkerasan lama atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis pondasi
yang disiapkan, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya, sesuai

16
dengan Seksi 3.3, 4.1, 4.2 atau 5.1 dari spesifikasi umum (2010), sesuai
pada lokasi dan jenis lapisan yang terdahulu.
c. Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat,
sesuai dengan butir (a) dan (b) di atas, harus disiapkan dan mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan paling sedikit 100
meter ke depan dari rencana akhir lokasi penghamparan Lapis Pondasi
pada setiap saat. Untuk perbaikan tempat - tempat yang kurang dari 100
meter panjangnya, seluruh formasi itu harus disiapkan dan disetujui
sebelum lapis pondasi agregat dihampar.
d. Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar langsung di atas
permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi
Pekerjaan dalam kondisi tidak rusak, maka harus diperlukan penggaruan
atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama agar
meningkatkan tahanan geser yang lebih baik.
2. Penghamparan
a. Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran
yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang
disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.3 spesifikasi umum (2010). Kadar air
dalam bahan harus tersebar secara merata.
b. Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang
merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi
yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka
lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
c. Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu
metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel
agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau
dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.
d. Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali
ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak
boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi
Pekerjaan.

17
3. Pemadatan
a. Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus
dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai
dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit
100 % dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti
yang ditentukan oleh SNI 1743 : 2008, metode D.
b. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas
beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis
beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi
berlebihan dari Lapis Pondasi Agregat.
c. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada
dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas
kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang
ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified)
yang ditentukan oleh SNI 1743 : 2008, metode D.
d. Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak
sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada
bagian yang ber”superelevasi”, penggilasan harus dimulai dari bagian
yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih
tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas
roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
e. Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau
mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat
lainnya yang disetujui.
4. Pengujian
a. Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk
persetujuan awal harus seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan,
namun harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan dalam
Pasal 5.1.2.5 spesifikasi umum (2010), minimum pada tiga contoh yang
mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih untuk mewakili
rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan
tersebut.

18
b. Setelah persetujuan mutu bahan Lapis Pondasi Agregat yang diusulkan,
seluruh jenis pengujian bahan harus diulangi lagi, bila menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, terdapat perubahan mutu bahan atau
metode produksinya.
c. Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus
dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang
dibawa ke lokasi pekerjaan. Pengujian lebih lanjut harus seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter
kubik bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang
dari lima (5) pengujian indeks plastisitas, lima (5) pengujian gradasi
partikel, dan satu (1) penentuan kepadatan kering maksimum
menggunakan SNI 1743 : 2008, metode D. Pengujian CBR 10 harus
dilakukan dari waktu ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
d. Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin
diperiksa, mengunakan SNI 2827 : 2008. Pengujian harus dilakukan
sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan
oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.

2.5 Managemen Alat Berat dan Penggunaannya.

Managemen pemilihan dan pengendalian alat berat adalah proses


merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan alat
berat untuk mencapai tujuan pekerjaan yang ditentukan. Penggunaan
alat-alat berat untuk pekerjaan kontruksi sipil pada masa sekarang
terus mengalami peningkatan sesuai dengan perkembangan teknologi
yang semakin canggih. Penggunaan alat berat yang kurang tepat
dengan situasi dan kondisi lapangan pekerjaan akan berpengaruh
berupa kerugian, antara lain rendahnya produksi, tidak tercapainya
target/jadwal yang telah ditentukan, atau kerugian repair yang tidak
semestinya.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan alat berat,
sehingga kesalahan dalam pemilihan alat dapat di hindari, antara lain adalah :

19
a. Fungsi yang harus di laksanakan, alat berat dikelompokkan berdasarkan
fungsinya, seperti untuk menggali, mengangkut, meratakan permukaan
b. Kapasitas peralatan, pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau
berat material yang harus di angkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang
di pilih harus sesuai sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang
telah ditentukan
c. Cara operasi, alat berat dipilih berdasarkan arah (horizontal maupun
vertikal) dan jarak gerakan, kecepatan, frekuensi Gerakan
d. Pembatasan dari metode yang dipakai, pembatasan yang mempengaruhi
pemilihan alat berat antara lain peraturan lalu lintas, biaya, dan
pembongkaran. Selain itu metode konstruksi yang di pakai dapat membuat
pemilihan alat dapat berubah.
e. Ekonomi, selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan
pemeliharaan merupakan faktor penting di dalam pemilihan alat berat
f. Jenis proyek, ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat
berat. Proyek-proyek tersebut antar lain proyek gedung, pelabuhan, jalan,
jembatan, irigasi, pembukaan hutan, dam.
g. Lokasi proyek, lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan alat berat. Sebagai contoh lokasi proyek di
dataran tinggi memerlukan alat berat yang berbeda dengan lokasi proyek
didataran rendah.
h. Jenis dan daya dukung tanah, jenis tanah di lokasi proyek dan jenis material
yang akan dikerjakan dapat mempengaruhi alat berat yang akan di pakai.
Tanah dapat dalam kondisi padat, lepas, keras, atau lembek.
i. Kondisi lapangan, kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik
merupakan faktor lain yang mempengaruhi pemilihan alat berat.

20
Selain itu hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana
kerja alat berat antara lain:
a. Volume pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu
b. Dengan volume pekerjaan yang ada tersebut dan waktu yang telah
ditentukan harus ditetapkan jenis dan jumlah alat berat yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
c. Dengan jenis dan jumlah alat berat yang tersedia, dapat ditentukan berapa
volume yang dapat diselesaikan, serta waktu yang diperlukan

2.6 Cara Kerja Alat Berat


2.6.1 Dump Truck

Untuk pekerjaan kontruksi sipil umumnya digunakan truck yang dapat


membuang muatan dari bak secara otomatis. Truck semacam ini disebut
dengan dump tuck atau tripping truck. Penumpahan muatan (dumping)
dilakukan dengan cara hidrolis yang menyebabkan bak terangkat satu sisi,
sedang sisi lain yang berhadapan berputar sebagai engsel. Dengan
membedakan arah muatan ditumpahkan dump truck dibedakan dalam 3
macam yaitu:
1. Rear dump truck yang membuang muatan ke belakang
2. Side dump truck yang membuang muatan ke samping.
3. Bottom dump truck yang membuang muatan melalui bawah bak.

Operator atau sopir sangat berperan dalam menempatkan dump truck


pada waktu muat, karena produksi dari organisasi alat angkut dan alat gali
ditentukan pada saat muat ini. Menempatkan dump truck dengancepat pada
posisi untuk dimuati diusahakan agar swing dari alat gali sekecil-kecilnya.
Operator alat gali biasanya akan mengatur penempatan dump truck yang
akan dimuati, khusus untuk dump truck yang besar, pembantu sopir sangat
diperlukan dalam mengatur penempatan dump truck pada posisi muat yang
baik. Dump truck sebaiknya ditempatkan membelakangi alat gali, atau
nsearah dengan swing alat gali agar memudahkan pemuatan. Khusus pada
pemuatan batu-batu yang besar.

21
dengan menggunakan alat gali yang besar sebaiknya dump truck
menghadap ke alat gali, agar batu-batu tidak menimpa kabin dump truck.
Dump truck adalah alat angkut jarak jauh, sehingga jalan angkut yang
dilalui dapat berupa jalan datar, tanjakan dan turunan. Untuk mengendarai
dump truck pada medan yang berbukit diperlukan keterampilan operator
atau sopir. Operator harus segera mengambil tindakan dengan memindah
gigi ke gigi rendah bila mesin mulai tidak mampu bekerja pada gigi yang
tinggi. Hal ini perlu dilakukan agar dump truk tidak berjalan mundur karena
tidak mampu menanjak pada saat terlambat memindah pada gigi yang
rendah. Untuk jalan yang menurun perlu juga dipertimbangkan
menggunakan gigi rendah, karena kebiasaan berjalan pada gigi
Tinggi dengan hanya mengandalkan pada rem (brakes) sangat
berbahaya dan dapat berakibat kurang baik. Pada waktu mengangkut
ataupun kosong, perlu dihin dari terjadinya selip. Selip adalah keadaan
gerakan mendatar ke samping dari kendaraan yang tidak dapat dikuasai oleh
operator. Selip ini biasanya terjadi jika roda berputar lebih cepat dari pada
yang diperlukan untuk gerakan kendaraan, atau apabila putaran roda lebih
lambat dari pada gerakan kendaraan, misalnya waktu di rem, atau dapat
terjadi pada tikungan yang tajam dalam keadaan kecepatan tinggi.
Membuang muatan (dumping) operator harus hati-hati dan cermat. Operator
harus yakin bahwa roda-roda berada di ataspermukaan tanah yang cukup
kuat dan keras untuk menghindari supaya.
ban-ban tidak terperosok ke dalam tanah yang kurang baik, misalnya pada
permukaan tanah hasil buangan sebelumnya.

Gambar 2.3 Dump Truck

22
2.6.2 Motor Grader

Motor grader merupakan salah satu alat berat yang berfungsi untuk
meratakan permukaan tanah dan biasa digunakan untuk proses
pembangunan jalan. Bentuknya mirip dengan traktor, namun dilengkapi
dengan spare part alat berat khusus disebut blade yang dipasang agar motor
grader dapat melakukan pekerjaannya. Karena itu, tidak mengherankan jika
blade motor grader, bagian yang amat memerlukan perhatian khusus dan
harus dirawat supaya tetap prima unit alat berat Komatsu-nya. Pasalnya,
dalam motor grader, blade inilah yang harus bekerja sedikit lebih keras
untuk berhadapan langsung dengan tanah

Gambar 2.4 Motor Grader

Motor Grader termasuk ke dalam alat berat yang bisa bergerak dengan
fleksibel karena bisa dikendarai di darat dengan menggunakan ban dan
transmisi. Seperti yang sudah dipaparkan di atas, motor grader berfungsi
untuk meratakan tanah, namun pengerjaannya tidak sebatas pada itu saja.
Selain meratakan permukaan tanah, ternyata motor grader juga memiliki
keunggulan lain. Alat berat ini mampu mengupas tanah, menyebarkan
material ringan, hingga membentuk permukaan tanah. Alat ini juga bisa
dimanfaatkan untuk memotong gundukan dan membuat lubang. Meskipun
mampu membuat lubang, alat berat ini tidak dapat digunakan untuk
pertambangan bawah tanah, karena untuk proyek tersebut membutuhkan
alat berat pertambangan bawah tanah yaitu longwall mining. Selain
beberapa fungsi yang telah disebutkan di atas, motor grader juga dapat

23
bermanfaat ketika Anda hendak menambahkan atau mengurangi material
dipermukaan tanah, sebelum dipadatkan dengan compactor.

Komponen motor grader terbagi atas enam bagian utama. Ada


penggerak yang berupa roda ban, kerangka atau frame yang
menghubungkan bagian penggerak dengan komponen lain, blade atau pisau
yang dikenal sebagai moldboard, sacrifier, circle, dan juga drawbar.
Nantinya, moldboard inilah yang akan mengeksekusi permukaan tanah dan
bisa digerakkan sedemikian rupa. Circle atau cincin penggerak lah yang bisa
membuat moldboard ini berputar dan bergerak. Setelah dieksekusi dengan
moldboard, material juga akan dihancurkan oleh sacrifier atau unit dari alat
berat yang bergigi.

Alat berat motor grader biasanya akan difungsikan menjelang


finishing proyek. Ia akan bergerak di atas permukaan tanah dan membentuk
jalan sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Selain pembuatan jalan, alat
berat ini juga bisa difungsikan untuk membuat lapangan golf, pembuatan
jalur balapan, dan lain sebagainya. Motor grader akan digunakan ketika alat
berat seperti excavator atau bulldozer tidak bisa menjangkau
permukaannya.

2.6.3 Alat Pemadatan (Compactor)


Untuk pekerjaan-pekerjaan landasan pesawat terbang, jalan raya,
tanggul-tanggul, stabilitas tanah mutlak diperlukan. Berbagai cara
dilakukan dalam usaha pemampatan tanah secara mekanis yaitu dengan cara
penggilasan dengan menggunakan roller (penggilas). Klasifikasi roller yang
banyak dikenal antara lain:
1. Berdasarkan cara bergeraknya, ada yang bergerak sendiri (self
propelled) dan ada yang ditarik traktor (towed)
2. Berdasarkan bahan roda-roda penggilasnya, ada yang terbuat dari
3. Baja (steel whell) dan ada yang terbuat dari karet (pneumatic) dilihat
dari bentuk permukaan roda, ada yang berbentuk permukaannya halus
(plain), segment grid, sheepfoot (kaki domba dan lain-lain)

24
4. dilihat dari susunan roda-roda gilas, ada yang beroda tiga (three whell),
tandem roller (roda dua) dan three axle tandem roller.
5. Alat penggilas khusus, misalnya vibrating roller bekerja menggunakan
getaran sebagai unsure utama dalam pemampatan tanah.

Pemadatan tanah merupakan proses untuk mengurangi adanya antar


partikel tanah sehingga volume tanah menjadi lebih kecil. Pada umumnya
proses ini dilakukan oleh alat pemadat khusus yang berupa roller. Akan
tetapi, dengan adanya lalu lintas diatas suatu permukaan maka secara tidak
langsung maka material dipermukaan tersebut menjadilebih padat, apalagi
jika melewati permukaan tersebut adaah alat berat. Roda crawler pada alat
berat memberikan tekanan terhadap permukaan tanah yang cukup besar,
demikian juga pada roda ban. Ada 2 jenis roller yang digunakan yaitu:
a) Baby Roller
Vibratory Roller atau Baby Roller adalah merupakan aplikasi untuk
meratakan permukaan dengan operating weight kurang dari 3 ton.
Vibratory roller atau Baby roller ini dipergunakan untuk memadatkan
tanah atau bahan Aspalt, tetapi Vibratory roller atau baby roller
mempunyai kemampuan daya tekan atau daya memadatkan sampai
beberapa ton. Oleh karena itu Vibratory roller atau baby roller ini biasa
dipergunakan oleh para kontraktor jalan guna untuk memadatkan
urugan (timbunan). Vibratory roller atau baby roller tersedia tipe Single
Drum dan Double Drum.

Gambar 2.5 Baby Roller

25
b) Vibration roller
Vibration roller adalah termasuk tandem roller, yang cara
pemampatannya menggunakan efek getaran, dan sangat cocok
digunakan pada jenis tanah pasir atau krikil berpasir. Efisiensi
pemampatan yang dihasilkan sangat baik, karena adanya gaya dinamis
terhadap tanah. Butir-butir tanah cendrung akan mengisi bagian-bagian
yang kosong yang terdapat diantara butir-butirnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pemampatan dengan vibration roller ialah
frekuensi getaran, amplitude dan gaya sentrifugal.

Gambar 2.6 Vibration Roller

2.6.4 Asphalt Finisher


Asphalt finisher adalah alat untuk menghamparkan campuran aspal
hot mix yang dihasilkan dari alat produksi aspal yaitu Asphalt Mixing Plant
(AMP) pada permukaan jalan yang akan dikerjakan. Terdapat dua jenis
Asphalt Finisher yaitu jenis crawler yang menggunakan track dan jenis roda
karet (Wheeled). Pada Asphalt Finisher jenis track, penghamparannyalebih
halus serta lebih datar dibandingkan Asphalt Finisher yang menggunakan
roda karet dengan ukuran yang sama.

26
Gambar 2.7 Asphalt Finisher

2.7 Aspal Hot Rolled Sheet-Base (HRS- Base)


Aspal hot Rolled Sheet-Base (HRS-Base) merupakan aspal beton
campuran panas yang terdiri dari campuran agregat kasar, agregat halus, bahan
pengisi (filler) dengan bahan pengikat aspal dalam perbandingan yang teliti dan
teratur. Hot Rolled Sheet (HRS) adalah jenis campuran beraspal yang
menggunakan agregat bergradasi senjang. Di dalam Hot Rolled Sheet (HRS)
hanya terdapat sedikit agregat berukuran sedang (2,3 mm–10 mm), dan terdiri
dari matriks pasir, filler, dan aspal, di mana agregat kasar biasanya berukuran
14mm, tercampur di dalamnya.
Gradasi senjang inilah yang memberikan Hot Rolled Sheet (HRS) sifat
ketahanan terhadap cuaca dan memiliki permukaan yang awet, yang dapat
mengakomodasi lalu lintas berat tanpa terjadi retak. HRS/Lataston terdiri dari
duamacam campuran yaitu Lataston lapis pondasi (HRS-Base) dan Lataston
Lapis permukaan (HRS-Wearing course). Ukuran maksimum agregat masing-
masing campuran adalah 19 mm. Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base)
mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar dari pada lataston lapis
permukaan (HRS-Wearing course).

Fungsi dari Hot Rolled Sheet (HRS) adalah sebagai lapis penutup untuk
mencegah masuknya air dari permukaan ke dalam konstruksi perkerasan,

27
sehingga dapat mempertahankan kekuatan konstruksi sampai tingkat tertentu.
Keistimewaan Hot Rolled Sheet (HRS) yaitu mempunyai keawetan tinggi
tetapi stabilitasnya rendah. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Teknik Volume 1, Nomor
1, Maret 2016 : 81-94 82 dan HRS-Base yang terletak pada rongga dalam
agregat minimumnya, yaitu 18% pada HRS-WC dan 17% pada HRS-Base,
HRS-Base mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar dari pada
HRS-WC.Sifat-sifat Aspal Hotmix (HRS-Base) sebagai berikut :
a) Gradasi agregat baik dengan susunan gradasi rapat (danse graded)
b) Kurang kedap air (permiability sedang)
c) Mempunyai nilai structural
Salah satu hal yang cukup berpengaruh terhadap karakteristik HRS
adalahrancangan campuran, baik itu pada saat pencampuran, penghamparan,
pemadatan, atau pada saat pemanfaatannya ada Dua kunci utamanya adalah:
1) Gradasi yang benar-benar senjang
Gradasi senjang dapat diperoleh dengan mencampurkan pasir halus
dengan agregat pecah mesin.
2) Sisah rongga udara pada kedapatan membal (refusal density)
Rancangan campuran ini dikerjakan di laboratorium dengan menguji sifat
agregat dan aspal yang akan digunakan sebagai bahan dasar campuran.
Rancangan campuran di laboratorium yang menghasilkan rumus
campuran rancangan, rumus campuran rancangan ini di kenal dengan
nama DMF (Design Mix Formula). DMF ini harus disetujui oleh direksi
pekerjaan sebelum dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan campuran
beraspal, usulan rancangan campuran rencana untuk campuran yang akan
digunakan dalam pekerjaan sudah tersedia rumus yang menentukan untuk
campuran berikut ini:
a. Ukuran nominal maksimum pertikel
b. Sumber-sumber agregat
c. Persentase setiap fraksi agregat yang cenderung akan digunakan,
padapenampung dingin maupun penampung panas.
d. Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang disyaratkan

28
e. Kadar aspal total dan efektif terhadap berat total campuran.
f. Temperatur campuran.
Setelah mendapat DMF maka perlu dilakukan kalibrasi hasil
rancangan campuran ke instalasi pencampuran atau Aspal Mixing Plant
(AMP) yang akan digunakan Berdasarkan hasil di atas, maka akan
dilakukan percobaan produksi di instalasi pencampuran, kemudian
dilanjutkan dengan penghamparan dan pamadatan dari hasil campuran
percobaan. Percobaan produksi dilakukanpaling sedikit 50 ton campuran,
jika percobaan mengharapkan dan pemadatan memenuhi persyaratan maka
DMF disetujui menjadi rumus perbandingancampuran atau yang dikenal
dengan nama JOB Mix Formula (JMF).
Tahapan pembuatan DMF yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Evaluasi jenis campuran beraspal yang digunakan
2. Melakukan pengujian mutu aspal dan agregat dari tempat
penyimpanan (stockpile)
3. Melakukan penyiapan peralatan laboratorium
4. Pembuatan DMF berdasarkan material dari Stockpile atau Cold Bin
(bin dingin) dengan kegiatan meliputi :
a) Melakukan pengujian gradasi agregat dan menentukan kombinasi
beberapa fraksi agregat sehingga memenuhi spesifikasi gradasi
yang ditentukan.
b) Menentukan kadar aspal rencana perkiraan
c) Melakukan pengujian Marshall dan volumetrik, rongga di antara
agregat rongga dalam campuran terisi aspal dengan kadar aspal
yang bervariasi .
d) Mengevaluasi hasil pengujian dan menentukan kadar aspal
optinum dari campuran.
5. Melakukan kalibrasi bukaan pintu Cold Bin dan menentukan besarnya
bukan sesuai dengan proporsi yang telah diperoleh.
6. Melakukan pengambilan contoh agregat dari masing-masing Hot Bin
(bin panas) dan selanjutnya melakukan pengujian gradasi agregat
7. Pembuatan DMF berdasarkan material dari Hot Bin, dengan kegiatan

29
meliputi :
a) Melakukan pengujian gradasi agregat dan menentukan kombinasi
beberapa fraksi agregat yang diambil dari bin panas. Gradas
campuran yang ditentukan harus sesuai/mirip dengan gradasi
yang direncanakan berdasarkan material dari col bin.
b) Melakukan pengujian marshall untuk mengetahui karakteristik
dari campuran berasapal dengan kadar aspal yang bervariasi
8. Melakukan percobaan pencampuran di unit pencampur aspal (AMP)
dan mengevaluasinya.
9. Melakukan percobaan pemadatan di lapangan membandingkannya
dengan kepadatan laboratorium serta mengevaluasinya
10. Jika semua tahapan telah dilaksanakan dan telah memenuhi semua
persyaratan, maka formula akhir tersebut disebut Job MIX Formula
(JMF).

jika ada salah satu persyaratan yang tidak terpenuhi maka langkah-langkah
tersebut harus diulang.

2.8 Asphalt Mixing Plant (AMP)


Instalasi pencampuran aspal atau yang sering disebut dengan nama
Asphalt Mixing Plant (AMP) adalah tempat mencampur agregat, aspal, dan
tanpa atau dengan bahan tambahan pada temperatur antara 140-160 ºC. Ada 2
(dua) jenis AMP antara lain sebagai berikut:
1. Pencampur dengan penakar (batch plant)
Instalasi dengan sistem penakar memiliki komponen-komponen yang
dapatmenakar pemasukan masing-masing material pembentuk beton aspal
dengan jumlah sesuai rumus campuran kerja (Job Mix Formula/JMF),
sehingga mudah mencapai campuran yang diinginkan.
2. Pencampuran sistem menerus (continous plant)
Jenis pencampur sistem menerus hampir sama dengan sistem penekar,
hanyasaja bin panas tidak mempunyai penutup, sehingga tidak terdapat
kotak penimbang di bawah bin panas jadi, agregat panas yang disaring
dengan pengendali gradasi, masuk ke dalam bin panas, dan selanjutnya ke

30
dalam alat pencampur. jumlah agregat yang masuk ke dalam alat
pencampur darimasing-masing bagian bin panas diatur melalui besarnya
bukaan masing- masing di bin dingin dan bin panas.
a. Alat pengering atau dryer. AMP ini biasa disebut Drum Mix.
Pada AMP Drum Mix aspal panasnya disemprotkan ke atas agregat
panas di dalam alat pengering dibagian ujung dekat sebelum
pengeluaran. Sedangkan pemanas agregat (burner) ditempatkan di
bagian ujung pemasukan agregat dingin.
b. Alat pencampur atau pugmill

2.9 Pengujian Campuran Aspal Panas (Hot Mix)


Pengujian campuran aspal panas (Hot Mix) dilakukan dengan
beberapacara yaitu sebagai berikut:
1. Marshall Test
Pengujian Marshall dimulai dengan persiapan benda uji. Untuk
keperluan ini perlu diperhatikan hal sebagai berikut: Bahan yang
digunakan telah memenuhi spesifikasi kombinasi agregat memenuhi
gradasi yang disyaratkan untuk keperluan analisa volumetrik, berat jenis
dari semuaagregat yang digunakan pada kombinasi agregat, dan berat jenis
aspal kerasharus dihitung terlebih dahulu. jumlah benda uji, minuman tiga
buah untuk masing-masing kombinasi. Oven dalam kaleng (loyang)
agregat yang sudah terukur gradasi dan sifat mutu lainnya. sampai
temperatur yang diinginkan panaskan aspal terpisah sesuai panas yang
diinginkan pula.
Cetakan dimasukan dalam oven dengan temperatur 150 ºC. Campur
agregat dan aspal sampai merata. Keluarkan dari oven cetakan dan siapkan
untuk pengisian campuran, setelah campuran di masukan ke dalam cetakan
tusuk-tusuk dengan spatula 10x bagian tengah dan 15x bagian tepi.
Tumbuk 2x75 kali keluarkan benda uji dari mold dengan extrude pada
kondisi dingin. Diamkan contoh satu malam, kemudian periksa berat
isinya.
2. Asphalt Extracion Test
Maksud dilakukannya test ini adalah untuk mengontrol kadar

31
aspaldan gradasi agregat dalam bentuk campuran.
1) Peralatan
a. Oven yang dapat diatur pada temperatur 110 ºC ± 5 ºC;
b. Wadah untuk memanaskan contoh uji;
c. Timbangan sesuai berat benda uji;
d. Pelat pemanas listrik, dengan pengatur kecepatan pemanasan;
e. Gelas ukur kapasitas 1000 ml atau 2000 ml;
f. Cawan penguap kapasitas 125 ml;
g. Desikator;
h. Tabung refluks gelas.
2) Persiapan benda uji
Tahapan persiapan benda uji adalah :
a) Panaskan contoh uji pada temperatur 110 ºC ± 5 ºC,
sampai berbentuk curah dan dengan cara perempatan
(quartering), tentukanberat benda uji.
b) Siapkan benda uji untuk penentuan kadar air sesuai SNI
c) Siapkan paling sedikit dua buah benda uji.
3) Prosedur pengujian
Prosedur pengujian yang harus dilakukan diuraikan dibawah ini :
a) Tentukan berat air dari contoh uji.
b) Keringkan kertas saring dalam oven 110 ºC ± 5 ºC dan timbang
sampai berat tetap.
c) Timbang berat tiap rangka silinder yang telah dipasang kertas
saring, dengan ketelitian 0,5 gram.
d) Masukan benda uji ke dalam rangka yang telah diberi kertas
saringberbentuk kerucut, bila digunakan dua rangka, benda uji
dibagi menjadi dua bagian dengan berat yang sama. Benda uji
harus terletak di bawah ujung atas dari kertas saring, tentukan
berat dari masing-masing rangka + benda uji dengan ketelitian 0,5
gram.
e) Gunakan salah satu pelarut trichlorethylene atau methylene
chloride.

32
f) Bila digunakan dua rangka, tempatkan rangka atas pada rangka di
bawahnya.
g) Tuangkan pelarut ke dalam tabung gelas yang sudah berisi rangka
dan benda uji, dengan permukaan pelarut berada di bawah ujung
kerucut rangka atas.
h) Letakkan kasa asbes di atas pelat pemanas listrik dan letakkan
tabung gelas di atasnya.
i) Atur pemanasan sehingga pelarut yang terkondensasi membasahi
rangka berisi benda uji, jaga jangan sampai pelarut berlebih
masukke dalam penyaring pada kerucut.
j) Teruskan eksraksi dengan cara refluks, sampai pelarut berwarna
jernih.
k) Matikan pelat pemanas listrik dan biarkan tabung cukup dingin
untuk di pegang, lepaskan pendingin dan pindahkan dari tabung.
l) Pindahkan rangka dari dalam tabung, biarkan kering di udara,
setelah itu keringkan di dalam oven pada temperatur 110 ºC ± 5
ºC,setelah kering agregat di timbang saring filrat dengan kertas
saringyang di timbang. Keringkan dalam oven pada temperatur
110 ºC ± 5 ºC.

33

You might also like