Professional Documents
Culture Documents
Bab 1 & 2
Bab 1 & 2
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan pembuatan jalan tersebut serta upaya pelaksanaannya dengan
struktur HRS-base. Maka penulis mencoba membahas tentang bagaimana
proses pelaksanaan pekerjaan lapis HRS-base?
1.4.2 Tujuan
a) Untuk mengatahui proses pelaksanaan pekerjaan lapis HRS-base.
b) Untuk mengetahui setiap tahapan pekerjaan baik itu pekerjaan HRS-
Base, dan pekerjaan penghamparan.
2
1.5 Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan cara:
1. Metode literature.
Penulis menggunakan buku-buku referensi atau sumbe-sumber dari internet
yang berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan pekerjaan lapis HRS-base.
2. Metode wawancara.
Penulis mengadakan wawancara langsung dan komunikasi dengan
pengawas dan pekerjaan untuk memperoleh data yang selanjutnya, penulis
dalam bemtuk laporan.
3. Metode observasi
Penulis secara langsung mengadakan pengamatan di lapangan saat
pelaksaaan pekerjaan berlangsung.
Denah
Jalur Jalan
3
1.6.1 Data Proyek
Data Proyek dapat dilihat dibawah ini :
Nama Paket : Rehabilitasi Ruas Jalan Hansisi – Tanjung
Meolao(Pinjaman Daerah PT. SMI)
No.Kontrak : PUPR.BM.05.01/602/169/IX/2021
Tanggal Kontrak : 27 September 2021
Nilai Kontrak : Rp.22.924.860.000
Sumber Dana : Pinjaman Daerah – PT. SMI
Target Efektif : 12.00 Km
Waktu Pelaksanaan : 240 Hari Kalender
Waktu Pemeliharaan : 365 Hari Kalender
Kontraktor Pelaksanaan : PT. Bumi Indah
Konsultan Pengawas : PT. Konindo Panorama Konsultan
Tahun Anggaran : 2021
4
BAB 11
TINJAUAN TEORI
5
dalam jangka waktu yang lambat maka sifat aspal menjadi plastis
(viscous).
2. Aspal adalah bahan yang Thermoplastis, yaitu konsistensinya atau
viskositasnya akan berubah sesuai dengan perubahan temperatur yang
terjadi. Semakin tinggi temperatur aspal, maka viskositasnya akan
semakin rendah atau semakin encer demikian pula sebaliknya. Dari segi
pelaksanaan lapis keras, aspal dengan viskositas yang rendah akan
menguntungkan karena aspal akan menyelimuti batuan dengan lebih baik
dan merata. Akan tetapi dengan pemanasan yang berlebihan maka akan
merusak molekul-molekul dari aspal, aspal menjadi getas dan rapuh.
3. Aspal mempunyai sifat Thixotropy, yaitu jika dibiarkan tanpa mengalami
teganganregangan akan berakibat aspal menjadi mengeras sesuai dengan
jalannya waktu.
6
2. Bahan yang memberi ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan
antara aspal itu sendiri.
3. Pada waktu pemadatan aspal (masih panas) berfungsi sebagai pelicin
agar agregat mudah bergeser mengisi tempat kosong.
4. Material untuk kedap air.
5. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-
pori yang ada dan agregat itu sendiri.
B. Jenis Aspal adalah sebagai berikut :
1. Aspal Alam
Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal
di pulau Buton, dan ada pula yang diperoleh di danau seperti di
Trinidad. Aspal alam terbesar di dunia terdapat di Trinidad, berupa
aspal danau (Trinidad Lake Asphalt). Indonesia memiliki aspal alam
yaitu dipulau buton yang berupa aspal gunung, dikenal dengan nama
Asbuton (Aspal Batu Buton). Asbuton merupakan batu yang
mengandung aspal.
Asbuton merupakan campuran antara bitumen dengan bahan
mineral lainnya dalam bentuk batuan. Karena asbuton merupakan
material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen
yang dikandung sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi. Untuk
mengatasi hal tersebut maka asbuton mulai diproduksi dalam
berbagai bentuk di pabrik pengolahan asbuton. Produk asbuton
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Produk asbuton yang masih mengandung material filler, seperti
asbuton kasar, asbuton halus, asbuton mikro, dan butonite
mastic asphalt.
b. Produk asbuton yang telah dimurnikan menjadi aspal murni
melalui proses ekstraksi atau proses kimiawi.
2. Aspal Minyak
Aspal Minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi
minyak bumi.Setiap minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis
asphaltic base crude oil yang banyak mengandung aspal, parafin
7
base crude oil yang banyak mengandung parafin, atau mixed base
crude oil yang mengandung campuran antara parafin dan aspal.
Untuk perkerasan lentur umumnya digunakan aspal minyak jenis
asphaltic base crude oil.
Aspal merupakan residu dari hasil destilasi bensin, minyak
tanah, dan solar pada suhu yang berbeda. Residu aspal berbentuk
padat, tetapi residu ini dengan proses pengolahan lebih lanjut dapat
berbentuk cair atau emulsi pada suhu ruang. Jadi pada suhu ruang,
aspal dibedakan atas:
a. Aspal Padat
Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi
padat pada suhu ruang dan menjadi cair jika dipanaskan. Aspal
padat dikenal dengan nama semen aspal (asphalt cement), yang
harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai
bahan pengikat agregat.
b. Aspal Cair (Cutback asphalt)
Aspal cair yaitu aspal yang berbentuk cair pada suhu
ruang. Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan
dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi
seperti minyak 12 tanah, bensin, atau solar. Aspal cair
dibedakan berdasarkan bahan pencairnya menjadi:
1) Aspal Cair Cepat Mantap (RC = Rapid Curring Cut Back
Asphalt), yaitu aspal cair dengan bahan pencair bensin. RC
merupakan aspal cair yang palingcepat menguap.
2) Aspal Cair Mantap Sedang (MC = Medium Curring Cut
Back Asphalt), yaitu aspal cair yang bahan pelarutnya tidak
begitu cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal
jenis ini biasanya adalah minyak tanah.
3) Aspal Cair Lembar Mantap (SC = Slow Curring Cut Back
Asphalt), yaitu aspal cair yang bahan pelarutnya lambat
menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini
adalah solar. Tingkat kekentalan aspal cair sangat
8
ditentukan oleh proporsi atau rasio bahan pelarut yang
digunakan terhadap aspal keras atau yang terkandung pada
aspal cair tersebut. Aspal cair jenis MC-800 memiliki nilai
kekentalan yang lebih tinggi dari MC-200
c. Aspal Emulsi (Emulsified Asphalt).
Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan
bahan pengemulsi, yang dilakukan di pabrik pencampur. Aspal
emulsi ini lebih cair dari pada aspal cair, didalam aspal emulsi,
butir-butir aspal larut dalam air. Untuk menghindari butiran
aspal saling menarik membentuk butir-butir yang lebih besar,
maka butiran tersebut diberi muatan listrik.
Berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya, aspal
emulsi dibedakan atas:
1) Aspal emulsi anonik, yaitu aspal emulsi yang berion
negative.
2) Aspal emulsi kationik, yaitu aspal emulsi yang berion
positif.
3) Aspal emulsi Non-lonik, yaitu aspal emulsi yang tidak
berion (netral).
a) Sifat Aspal
Sifat aspal haruslah mempunyai daya tahan (tidak cepat rapuh)
terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan
memberikan sifat elastisitas yang baik.
1. Daya Tahan (Durability) aspal adalah kemampuan aspal
mempertahankan sifat aslinya terhadap pengaruh cuaca selama
masa pelayanan jalan.
2. Adhesi kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga
dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan aspal.
3. Kohesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat dengan aspal
sehingga tetap mempertahankan agregat tetap di tempatnya
setelah terjadi pengikatat.
9
4. Kepekaan terhadap temperatur. Aspal adalah material yang
termoplastis, berarti akan menjadi keras atau lebih kental jika
temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jila
temperatur bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap
perubahan temperatur.
b) Kerapuhan aspal
Aspal pada proses pencampuran, dipanaskan dan dicampur
dengan agregat sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas
disiramkan ke permukaan agregat pada saat proses peleburan. Pada
proses pelaksanaan terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal
menjadi getas (Viskositas bertambah tinggi). Peristiwa perapuhan
terus berlangsung setelah masa pelaksanaan selesai. Jadi selama
masa pelayanan aspal mengalami oksidasi yang besarnya
dipengaruh juga oleh ketebalan aspal yang menyelimuti agregat.
Semakin tipis lapisan aspal maka semakin besar tingkat kerapuhan
yang terjadi.
2.2.2 Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi
alami batu-batuan atau juga berupa hasil mesin pemecah batu dengan
memecah batu alami. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada
beton, namun demikian peranan agregat pada beton sangat penting.
Kandungan agregat dalam beton kira-kira mencapai 70%-75% dari volume
beton. Agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton, sehingga
pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan beton.
Agregat dibedakan menjadi dua macam yaitu agregat halus dan
agregat kasar yang didapat secara alami atau buatan. Dengan demikian daya
dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat
agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain. Berdasarkan
proses pengolahannya agregat yang 15 dipergunakan pada perkerasan lentur
dapat dibedakan atas dua macam yaitu agregat alam dan agregat yang
mengalami proses pengolahan terlebih dahulu dan agregat buatan.
10
2.2.3 Gradasi Pasir
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekasaran butiran agregat.
Gradasi diambil dari hasil pengayakan dengan lubang ayakan 10 mm, 20
mm, 30 mm dan 40 mm untuk kerikil.
Menurut peraturan SK-SNI-T-15-1990-03 kekasaran pasir dibagi
menjadi empat kelompok menurut gradasinya, yaitu pasir halus, agak halus,
agak kasar dan kasar.
Pasir yang digunakan dalam adukan beton harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
1. Pasir harus terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Hal ini dikarenakan
dengan adanya bentuk pasir yang tajam, maka kaitan antar agregat akan
lebih baik, sedangkan sifat keras untuk menghasilkan beton yang keras
pula.
2. Butirnya harus bersifat kekal. Sifat kekal ini berarti pasir tidak mudah
hancur oleh pengaruh cuaca, sehingga beton yang dihasilkan juga tahan
terhadap pengaruh cuaca.
3. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering
pasir, lumpur yang ada akan menghalangi ikatan antara pasir dan pasta
semen, jika konsentrasi lumpur tinggi maka beton yang dihasilkan akan
berkualitas rendah.
4. Pasir tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak.
5. Gradasinya harus memenuhi syarat
11
Menurut Standar Nasional Indonesia (SK SNI – S – 04 – 1989 – F : 28)
disebutkan mengenai persyaratan pasir atau agregat halus yang baik sebagai
bahan bangunan sebagai berikut :
1. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras
dengan indekskekerasan < 2,2.
2. Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai
berikut:
a. Jika dipakai natrium sulfat bagian hancur maksimal 12%.
b. Jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%.
c. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir
mengandung lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.
d. Pasir tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak,
yangharus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrans Harder
dengan larutan jenuh NaOH 3%.
e. Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1,5
sampai 3,8 dan terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam.
f. Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir
terhadap alkali harus negatif.
g. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua
mutu beton kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemerintahan
bahan bangunan yang diakui.
h. Agregat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi terapan
harus memenuhi persyaratan pasir pasangan.
12
Berikut ini adalah Tabel syarat gradasi pasir :
Tabel 2.1 Syarat Mutu Agregat Halus Menurut SNI 03-2834-2000.
Persentase Lolos
Lubang
Pasir agak Pasir agak
Ayakan Pasir kasar Pasir halus
kasar halus
(mm)
10 100 100 100 100
4,8 90 - 100 90 - 100 90 – 100 95 – 100
2,4 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100
1,2 30 – 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100
0,6 15 – 34 35 – 59 60 – 79 80 – 100
0,3 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50
0,15 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 – 15
Sumber: SNI 03-2834-2000
13
diperoleh jika dilakukan pada kadar air optimum dan diusahakan kadar air
tersebut konstan selama umur rencana.
14
5. Pondasi Bawah yang menggunakan Stabilisasi.
6. Pondasi Bawah (sub base course) yang menggunakan agregat.
15
Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah campuran bahan
agregat dan aspal, dengan persyaratan bahan yang memenuhi standar.
Penggunaan bahan aspal diperlukan sebagai bahan pengikat agregat dan
agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri
memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya
dukung lapisan terhadap beban roda lalu-lintas.
Fungsi dari lapisan permukaan adalah:
a. Menerima beban-beban roda yang bekerja di atasnya serta
menyebarkannya kepada lapisan perkerasan yang ada dibawahnya.
b. Sebagai lapisan rapat/kedap air untuk melindungi badan jalan dari
kerusakan akibat cuaca (air hujan).
c. Menyediakan permukaan yang tetap rata agar kendaraan tetap berjalan
dan memperoleh kenyamanan yang cukup.
d. Sebagai lapis aus (wearning course) yang selanjutnya dapat diganti
dengan yang baru.
e. Berfungsi sebagai penutup lapis permukaan untuk mencegah masuknya
air dari permukaan kedalam konstruksi perkerasan.
f. Merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran agregat bergradasi
timpang (senjang), filler dan aspal keras, dengan perbandingan tertentu
yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalamkeadaan panas.
g. Tebal lapisan 3,0 Cm.
16
dengan Seksi 3.3, 4.1, 4.2 atau 5.1 dari spesifikasi umum (2010), sesuai
pada lokasi dan jenis lapisan yang terdahulu.
c. Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat,
sesuai dengan butir (a) dan (b) di atas, harus disiapkan dan mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan paling sedikit 100
meter ke depan dari rencana akhir lokasi penghamparan Lapis Pondasi
pada setiap saat. Untuk perbaikan tempat - tempat yang kurang dari 100
meter panjangnya, seluruh formasi itu harus disiapkan dan disetujui
sebelum lapis pondasi agregat dihampar.
d. Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar langsung di atas
permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi
Pekerjaan dalam kondisi tidak rusak, maka harus diperlukan penggaruan
atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama agar
meningkatkan tahanan geser yang lebih baik.
2. Penghamparan
a. Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran
yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang
disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.3 spesifikasi umum (2010). Kadar air
dalam bahan harus tersebar secara merata.
b. Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang
merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi
yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka
lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
c. Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu
metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel
agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau
dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.
d. Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali
ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak
boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi
Pekerjaan.
17
3. Pemadatan
a. Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus
dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai
dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit
100 % dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti
yang ditentukan oleh SNI 1743 : 2008, metode D.
b. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas
beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis
beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi
berlebihan dari Lapis Pondasi Agregat.
c. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada
dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas
kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang
ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified)
yang ditentukan oleh SNI 1743 : 2008, metode D.
d. Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak
sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada
bagian yang ber”superelevasi”, penggilasan harus dimulai dari bagian
yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih
tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas
roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
e. Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau
mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat
lainnya yang disetujui.
4. Pengujian
a. Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk
persetujuan awal harus seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan,
namun harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan dalam
Pasal 5.1.2.5 spesifikasi umum (2010), minimum pada tiga contoh yang
mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih untuk mewakili
rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan
tersebut.
18
b. Setelah persetujuan mutu bahan Lapis Pondasi Agregat yang diusulkan,
seluruh jenis pengujian bahan harus diulangi lagi, bila menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, terdapat perubahan mutu bahan atau
metode produksinya.
c. Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus
dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang
dibawa ke lokasi pekerjaan. Pengujian lebih lanjut harus seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter
kubik bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang
dari lima (5) pengujian indeks plastisitas, lima (5) pengujian gradasi
partikel, dan satu (1) penentuan kepadatan kering maksimum
menggunakan SNI 1743 : 2008, metode D. Pengujian CBR 10 harus
dilakukan dari waktu ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
d. Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin
diperiksa, mengunakan SNI 2827 : 2008. Pengujian harus dilakukan
sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan
oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
19
a. Fungsi yang harus di laksanakan, alat berat dikelompokkan berdasarkan
fungsinya, seperti untuk menggali, mengangkut, meratakan permukaan
b. Kapasitas peralatan, pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau
berat material yang harus di angkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang
di pilih harus sesuai sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang
telah ditentukan
c. Cara operasi, alat berat dipilih berdasarkan arah (horizontal maupun
vertikal) dan jarak gerakan, kecepatan, frekuensi Gerakan
d. Pembatasan dari metode yang dipakai, pembatasan yang mempengaruhi
pemilihan alat berat antara lain peraturan lalu lintas, biaya, dan
pembongkaran. Selain itu metode konstruksi yang di pakai dapat membuat
pemilihan alat dapat berubah.
e. Ekonomi, selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan
pemeliharaan merupakan faktor penting di dalam pemilihan alat berat
f. Jenis proyek, ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat
berat. Proyek-proyek tersebut antar lain proyek gedung, pelabuhan, jalan,
jembatan, irigasi, pembukaan hutan, dam.
g. Lokasi proyek, lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan alat berat. Sebagai contoh lokasi proyek di
dataran tinggi memerlukan alat berat yang berbeda dengan lokasi proyek
didataran rendah.
h. Jenis dan daya dukung tanah, jenis tanah di lokasi proyek dan jenis material
yang akan dikerjakan dapat mempengaruhi alat berat yang akan di pakai.
Tanah dapat dalam kondisi padat, lepas, keras, atau lembek.
i. Kondisi lapangan, kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik
merupakan faktor lain yang mempengaruhi pemilihan alat berat.
20
Selain itu hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana
kerja alat berat antara lain:
a. Volume pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu
b. Dengan volume pekerjaan yang ada tersebut dan waktu yang telah
ditentukan harus ditetapkan jenis dan jumlah alat berat yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
c. Dengan jenis dan jumlah alat berat yang tersedia, dapat ditentukan berapa
volume yang dapat diselesaikan, serta waktu yang diperlukan
21
dengan menggunakan alat gali yang besar sebaiknya dump truck
menghadap ke alat gali, agar batu-batu tidak menimpa kabin dump truck.
Dump truck adalah alat angkut jarak jauh, sehingga jalan angkut yang
dilalui dapat berupa jalan datar, tanjakan dan turunan. Untuk mengendarai
dump truck pada medan yang berbukit diperlukan keterampilan operator
atau sopir. Operator harus segera mengambil tindakan dengan memindah
gigi ke gigi rendah bila mesin mulai tidak mampu bekerja pada gigi yang
tinggi. Hal ini perlu dilakukan agar dump truk tidak berjalan mundur karena
tidak mampu menanjak pada saat terlambat memindah pada gigi yang
rendah. Untuk jalan yang menurun perlu juga dipertimbangkan
menggunakan gigi rendah, karena kebiasaan berjalan pada gigi
Tinggi dengan hanya mengandalkan pada rem (brakes) sangat
berbahaya dan dapat berakibat kurang baik. Pada waktu mengangkut
ataupun kosong, perlu dihin dari terjadinya selip. Selip adalah keadaan
gerakan mendatar ke samping dari kendaraan yang tidak dapat dikuasai oleh
operator. Selip ini biasanya terjadi jika roda berputar lebih cepat dari pada
yang diperlukan untuk gerakan kendaraan, atau apabila putaran roda lebih
lambat dari pada gerakan kendaraan, misalnya waktu di rem, atau dapat
terjadi pada tikungan yang tajam dalam keadaan kecepatan tinggi.
Membuang muatan (dumping) operator harus hati-hati dan cermat. Operator
harus yakin bahwa roda-roda berada di ataspermukaan tanah yang cukup
kuat dan keras untuk menghindari supaya.
ban-ban tidak terperosok ke dalam tanah yang kurang baik, misalnya pada
permukaan tanah hasil buangan sebelumnya.
22
2.6.2 Motor Grader
Motor grader merupakan salah satu alat berat yang berfungsi untuk
meratakan permukaan tanah dan biasa digunakan untuk proses
pembangunan jalan. Bentuknya mirip dengan traktor, namun dilengkapi
dengan spare part alat berat khusus disebut blade yang dipasang agar motor
grader dapat melakukan pekerjaannya. Karena itu, tidak mengherankan jika
blade motor grader, bagian yang amat memerlukan perhatian khusus dan
harus dirawat supaya tetap prima unit alat berat Komatsu-nya. Pasalnya,
dalam motor grader, blade inilah yang harus bekerja sedikit lebih keras
untuk berhadapan langsung dengan tanah
Motor Grader termasuk ke dalam alat berat yang bisa bergerak dengan
fleksibel karena bisa dikendarai di darat dengan menggunakan ban dan
transmisi. Seperti yang sudah dipaparkan di atas, motor grader berfungsi
untuk meratakan tanah, namun pengerjaannya tidak sebatas pada itu saja.
Selain meratakan permukaan tanah, ternyata motor grader juga memiliki
keunggulan lain. Alat berat ini mampu mengupas tanah, menyebarkan
material ringan, hingga membentuk permukaan tanah. Alat ini juga bisa
dimanfaatkan untuk memotong gundukan dan membuat lubang. Meskipun
mampu membuat lubang, alat berat ini tidak dapat digunakan untuk
pertambangan bawah tanah, karena untuk proyek tersebut membutuhkan
alat berat pertambangan bawah tanah yaitu longwall mining. Selain
beberapa fungsi yang telah disebutkan di atas, motor grader juga dapat
23
bermanfaat ketika Anda hendak menambahkan atau mengurangi material
dipermukaan tanah, sebelum dipadatkan dengan compactor.
24
4. dilihat dari susunan roda-roda gilas, ada yang beroda tiga (three whell),
tandem roller (roda dua) dan three axle tandem roller.
5. Alat penggilas khusus, misalnya vibrating roller bekerja menggunakan
getaran sebagai unsure utama dalam pemampatan tanah.
25
b) Vibration roller
Vibration roller adalah termasuk tandem roller, yang cara
pemampatannya menggunakan efek getaran, dan sangat cocok
digunakan pada jenis tanah pasir atau krikil berpasir. Efisiensi
pemampatan yang dihasilkan sangat baik, karena adanya gaya dinamis
terhadap tanah. Butir-butir tanah cendrung akan mengisi bagian-bagian
yang kosong yang terdapat diantara butir-butirnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pemampatan dengan vibration roller ialah
frekuensi getaran, amplitude dan gaya sentrifugal.
26
Gambar 2.7 Asphalt Finisher
Fungsi dari Hot Rolled Sheet (HRS) adalah sebagai lapis penutup untuk
mencegah masuknya air dari permukaan ke dalam konstruksi perkerasan,
27
sehingga dapat mempertahankan kekuatan konstruksi sampai tingkat tertentu.
Keistimewaan Hot Rolled Sheet (HRS) yaitu mempunyai keawetan tinggi
tetapi stabilitasnya rendah. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Teknik Volume 1, Nomor
1, Maret 2016 : 81-94 82 dan HRS-Base yang terletak pada rongga dalam
agregat minimumnya, yaitu 18% pada HRS-WC dan 17% pada HRS-Base,
HRS-Base mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar dari pada
HRS-WC.Sifat-sifat Aspal Hotmix (HRS-Base) sebagai berikut :
a) Gradasi agregat baik dengan susunan gradasi rapat (danse graded)
b) Kurang kedap air (permiability sedang)
c) Mempunyai nilai structural
Salah satu hal yang cukup berpengaruh terhadap karakteristik HRS
adalahrancangan campuran, baik itu pada saat pencampuran, penghamparan,
pemadatan, atau pada saat pemanfaatannya ada Dua kunci utamanya adalah:
1) Gradasi yang benar-benar senjang
Gradasi senjang dapat diperoleh dengan mencampurkan pasir halus
dengan agregat pecah mesin.
2) Sisah rongga udara pada kedapatan membal (refusal density)
Rancangan campuran ini dikerjakan di laboratorium dengan menguji sifat
agregat dan aspal yang akan digunakan sebagai bahan dasar campuran.
Rancangan campuran di laboratorium yang menghasilkan rumus
campuran rancangan, rumus campuran rancangan ini di kenal dengan
nama DMF (Design Mix Formula). DMF ini harus disetujui oleh direksi
pekerjaan sebelum dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan campuran
beraspal, usulan rancangan campuran rencana untuk campuran yang akan
digunakan dalam pekerjaan sudah tersedia rumus yang menentukan untuk
campuran berikut ini:
a. Ukuran nominal maksimum pertikel
b. Sumber-sumber agregat
c. Persentase setiap fraksi agregat yang cenderung akan digunakan,
padapenampung dingin maupun penampung panas.
d. Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang disyaratkan
28
e. Kadar aspal total dan efektif terhadap berat total campuran.
f. Temperatur campuran.
Setelah mendapat DMF maka perlu dilakukan kalibrasi hasil
rancangan campuran ke instalasi pencampuran atau Aspal Mixing Plant
(AMP) yang akan digunakan Berdasarkan hasil di atas, maka akan
dilakukan percobaan produksi di instalasi pencampuran, kemudian
dilanjutkan dengan penghamparan dan pamadatan dari hasil campuran
percobaan. Percobaan produksi dilakukanpaling sedikit 50 ton campuran,
jika percobaan mengharapkan dan pemadatan memenuhi persyaratan maka
DMF disetujui menjadi rumus perbandingancampuran atau yang dikenal
dengan nama JOB Mix Formula (JMF).
Tahapan pembuatan DMF yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Evaluasi jenis campuran beraspal yang digunakan
2. Melakukan pengujian mutu aspal dan agregat dari tempat
penyimpanan (stockpile)
3. Melakukan penyiapan peralatan laboratorium
4. Pembuatan DMF berdasarkan material dari Stockpile atau Cold Bin
(bin dingin) dengan kegiatan meliputi :
a) Melakukan pengujian gradasi agregat dan menentukan kombinasi
beberapa fraksi agregat sehingga memenuhi spesifikasi gradasi
yang ditentukan.
b) Menentukan kadar aspal rencana perkiraan
c) Melakukan pengujian Marshall dan volumetrik, rongga di antara
agregat rongga dalam campuran terisi aspal dengan kadar aspal
yang bervariasi .
d) Mengevaluasi hasil pengujian dan menentukan kadar aspal
optinum dari campuran.
5. Melakukan kalibrasi bukaan pintu Cold Bin dan menentukan besarnya
bukan sesuai dengan proporsi yang telah diperoleh.
6. Melakukan pengambilan contoh agregat dari masing-masing Hot Bin
(bin panas) dan selanjutnya melakukan pengujian gradasi agregat
7. Pembuatan DMF berdasarkan material dari Hot Bin, dengan kegiatan
29
meliputi :
a) Melakukan pengujian gradasi agregat dan menentukan kombinasi
beberapa fraksi agregat yang diambil dari bin panas. Gradas
campuran yang ditentukan harus sesuai/mirip dengan gradasi
yang direncanakan berdasarkan material dari col bin.
b) Melakukan pengujian marshall untuk mengetahui karakteristik
dari campuran berasapal dengan kadar aspal yang bervariasi
8. Melakukan percobaan pencampuran di unit pencampur aspal (AMP)
dan mengevaluasinya.
9. Melakukan percobaan pemadatan di lapangan membandingkannya
dengan kepadatan laboratorium serta mengevaluasinya
10. Jika semua tahapan telah dilaksanakan dan telah memenuhi semua
persyaratan, maka formula akhir tersebut disebut Job MIX Formula
(JMF).
jika ada salah satu persyaratan yang tidak terpenuhi maka langkah-langkah
tersebut harus diulang.
30
dalam alat pencampur. jumlah agregat yang masuk ke dalam alat
pencampur darimasing-masing bagian bin panas diatur melalui besarnya
bukaan masing- masing di bin dingin dan bin panas.
a. Alat pengering atau dryer. AMP ini biasa disebut Drum Mix.
Pada AMP Drum Mix aspal panasnya disemprotkan ke atas agregat
panas di dalam alat pengering dibagian ujung dekat sebelum
pengeluaran. Sedangkan pemanas agregat (burner) ditempatkan di
bagian ujung pemasukan agregat dingin.
b. Alat pencampur atau pugmill
31
aspaldan gradasi agregat dalam bentuk campuran.
1) Peralatan
a. Oven yang dapat diatur pada temperatur 110 ºC ± 5 ºC;
b. Wadah untuk memanaskan contoh uji;
c. Timbangan sesuai berat benda uji;
d. Pelat pemanas listrik, dengan pengatur kecepatan pemanasan;
e. Gelas ukur kapasitas 1000 ml atau 2000 ml;
f. Cawan penguap kapasitas 125 ml;
g. Desikator;
h. Tabung refluks gelas.
2) Persiapan benda uji
Tahapan persiapan benda uji adalah :
a) Panaskan contoh uji pada temperatur 110 ºC ± 5 ºC,
sampai berbentuk curah dan dengan cara perempatan
(quartering), tentukanberat benda uji.
b) Siapkan benda uji untuk penentuan kadar air sesuai SNI
c) Siapkan paling sedikit dua buah benda uji.
3) Prosedur pengujian
Prosedur pengujian yang harus dilakukan diuraikan dibawah ini :
a) Tentukan berat air dari contoh uji.
b) Keringkan kertas saring dalam oven 110 ºC ± 5 ºC dan timbang
sampai berat tetap.
c) Timbang berat tiap rangka silinder yang telah dipasang kertas
saring, dengan ketelitian 0,5 gram.
d) Masukan benda uji ke dalam rangka yang telah diberi kertas
saringberbentuk kerucut, bila digunakan dua rangka, benda uji
dibagi menjadi dua bagian dengan berat yang sama. Benda uji
harus terletak di bawah ujung atas dari kertas saring, tentukan
berat dari masing-masing rangka + benda uji dengan ketelitian 0,5
gram.
e) Gunakan salah satu pelarut trichlorethylene atau methylene
chloride.
32
f) Bila digunakan dua rangka, tempatkan rangka atas pada rangka di
bawahnya.
g) Tuangkan pelarut ke dalam tabung gelas yang sudah berisi rangka
dan benda uji, dengan permukaan pelarut berada di bawah ujung
kerucut rangka atas.
h) Letakkan kasa asbes di atas pelat pemanas listrik dan letakkan
tabung gelas di atasnya.
i) Atur pemanasan sehingga pelarut yang terkondensasi membasahi
rangka berisi benda uji, jaga jangan sampai pelarut berlebih
masukke dalam penyaring pada kerucut.
j) Teruskan eksraksi dengan cara refluks, sampai pelarut berwarna
jernih.
k) Matikan pelat pemanas listrik dan biarkan tabung cukup dingin
untuk di pegang, lepaskan pendingin dan pindahkan dari tabung.
l) Pindahkan rangka dari dalam tabung, biarkan kering di udara,
setelah itu keringkan di dalam oven pada temperatur 110 ºC ± 5
ºC,setelah kering agregat di timbang saring filrat dengan kertas
saringyang di timbang. Keringkan dalam oven pada temperatur
110 ºC ± 5 ºC.
33