You are on page 1of 27

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DALAM PERNIKAHAN

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Munaqahat)


Dosen Pengampu: Apriansyah, S.HI., M.H.

Disusun oleh:
Boby Janes Ardi 2021030442
Faradiya Amartiyana Sukarno 2021030268
Rosi Wilianda 2021030136

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan segala puja dan puji atas kehadirat Allah SWT Tuhan alam semesta

Yang Maha Esa kami panjatkan untuk terselasaikannya tugas makalah mata Hukum

Acara Perdata dan Peradilan Agama bahwa tentu oleh karena Ridho dan Rahmat-

Nyalah maka makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya sehingga

kewajiban sebagai mahasiswa terhadap mata kuliah yang di ikutinya dapat

tertunaikan.

Kami mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan baik yang

disengaja atau yang tidak disengaja di dalam penulisan makalah ini. Kami sebagai

insan manusia yang mempunyai rasa kelalaian dan keterbatasan yang berbeda dengan

hasil apa yang dilakukan oleh malaikat maka dari itulah kami memohon maklum

yang sebesar-besarnya kepada pembaca dan beserta hal tersebut kami meminta kritik

dan saran untuk kesempurnaan penulisan makalah di masa yang akan datang.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................iii
PENDAHULUAN........................................................................................................iii
A. Latar Belakang............................................................................................iii
B. Rumusan Masalah.......................................................................................iii
C. Tujuan …........……………………….………………………………………iv

BAB II...........................................................................................................................1
PEMBAHASAN............................................................................................................1
A. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Rumah Tangga...........................1
B. Kewajiban Suami terhadap Istri.................................................................5
C. Kewajiban Istri terhadap Suami.................................................................9
D. Hak Bersama Suami Istri...........................................................................11
E. Kewajiban Bersama Suami Istri................................................................12
F. Hak Suami Atas Istri..................................................................................15
G. Hak Istri Atas Suami..................................................................................15
BAB III........................................................................................................................21
PENUTUP...................................................................................................................21
A. Kesimpulan..................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perlu diketahui bahwa kehidupan rumah tangga tidak lepas dari permasalahan,

baik masalah yang sepele hingga masalah yang membutuhkan kedewasaan

berpikir agar terhindar dari pertengkaran yang berkepanjangan. Sehingga hal ini

membutuhkan saling memahami antar suami istri, perlu mengetahui hak dan

kewajiban suami terhadap isteri atau hak dan kewajiban isteri terhadap suami.

Dewasa ini banyak kasus perceraian yang terjadi di kalangan masyarakat,

apapun alasannya mengapa kalangan masyarakat sering terjadi kasus perceraian,

mungkin mereka belum banyak memahami hak dan kewajiban suami terhadap

istri atau sebaliknya. Maka dipandang perlu untuk kita mengkaji dan membahas

hal tersebut secara mendalam.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Apa itu hak dan kewajiban suami istri?

2. Bagaimana hak dan kewajiban suami terhadap istri dan sebaliknya?

3. Apa sajakah hak dan kewajiban bersama antara suami dan istri?

iii
C. Tujuan

1. Mengetahui apa itu hak dan kewajiban suami istri

2. Mengetahui bagaimana hak dan kewajiban suami terhadap istri dan sebaliknya

3. Mengetahui apa saja hak dan kewajiban bersama antara suami dan istri

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Rumah Tangga

Yang dimaksud dengan hak adalah apa-apa yang diterima oleh seseorang dari

orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah apa yang harus

dilakukan seseorang terhadap orang lain.1 Hak adalah kekuasaan seseorang untuk

melakukan sesuatu, sedangkan Kewajiban adalah sesuatu yang harus dikerjakan.

Adanya hak dan kewajiban antara suami istri dalam kehidupan rumah tangga

dapat dilihat dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Contoh dalam Al-

Qur’an pada surat al-baqarah ayat 228:

Uِ ْ‫َولهَنُ ِم ْث ُل الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه َّن بِ ْال َم ْعرُو‬


ٌ‫ف َولِل ِّر َجا ِل َعلَ ْي ِه َّن َد َر َجة‬

Bagi istri itu ada hak-hak berimbang dengan kewajiban-kewajibannya secara "

”.makruf dan bagi suami setingkat lebih dari istri

Ayat ini menjelaskan bahwa istri mempunyai hak dan istri juga mempunyai

kewajiban. Kewajiban istri merupakan hak bagi suami. Meskipun demikian, suami

mempunyai kedudukan setingkat lebih tinggi, yaitu sebagai kepala keluarga. Contoh

hak dan kewajiban suami dan istri dalam hadits Nabi, hadits yang diriwayatkan oleh

Amru bin al-ahwash:


1
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 159

1
‫ عليكم حقا‬U‫أال أن لكم علي نسائكم‬

“Ketahuilah bahwasannya kamu mempunyai hak yang harus dipikul oleh istrimu dan

istrimu juga mempunyai hak yang harus kamu pikul."

Membicarakan kewajiban dan hak suami istri, terlebih dahulu kita membicarakan

apa yang dimaksud dengan kewajiban dan apa yang dimaksud dengan hak. Adalah

Drs.H. Sidi Nazar Bakry dalam buku karangannya yaitu Kunci Keutuhan Rumah

Tangga Yang Sakinah mendefinisikan kewajiban dengan sesuatu yang harus dipenuhi

dan dilaksanakan dengan baik. Sedangkan hak adalah sesuatu yang harus diterima.

Lantas, pada pengertian diatas jelas membutuhkan subyek dan obyeknya.

Maka disandingkan dengan kata kewajiban dan hak tersebut, dengan kata suami

dan istri, memperjelas bahwa kewajiban suami adalah sesuatu yang harus suami

laksanakan dan penuhi untuk istrinya. Sedangkan kewajiaban istri adalah sesuatu

yang harus istri laksanakann dan lakukan untuk suaminya. Begitu juga dengan

pengertian hak suami adalah sesuatu yang harus diterima suami dari isterinya.

Sedangkan hak isteri adalah sesuatu yang harus diterima isteri dari suaminya.

Dengan demikian kewajiban yang dilakukan oleh suami merupakan upaya untuk

memenuhi hak isteri. Demikian juga kewajiban yang dilakukan istri merupakan upaya

untuk memenuhi hak suami.

Begitulah kehidupan berumah tangga, membutuhkan timbal balik yang searah

dan sejalan. Rasa saling membutuhkan, memenuhi dan melengkapi kekurangan satu

dengan yang lainnya tanpa adanya pemenuhan kewajiban dan hak keduanya, maka

2
keharmonisan dan keserasian dalam berumah tangga akan goncang berujung pada

percekcokan dan perselisihan.

Dengan dilangsungkan akad nikah antara mempelai laki-laki dan mempelai

perempuan yang dilakukan oleh walinya, terjalinlah hubungn suami isteri dan timbul

hak dan kewajiaban masing-masing timbal-balik.

Hak suami merupakan kewajiban istri, sebaliknya kewajiban suami merupakan

hak istri. Dalam kaitan ini ada enam hal:

1) Kewajiban suami terhadap istrinya, yang merupakan hak istri dari suaminya.

2) Kewajiban istri terhadap suaminya, yang merupakan hak suami dari istrinya.

3) Hak bersama suami istri.

4) Kewajiban bersama suami istri.2

5) Hak suami atas istri.

6) Hak istri atas suami.

Jika suami istri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-masing,

maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati, sehingga sempurnalah

kebahagiaan hidup rumah tangga. Dengan demikian, tujuan berkeluarga akan sesuatu

yang harus dipenuhi dan dilaksanakan dengan baik. Sedangkan hak adalah sesuatu

yang harus diterima.

Lantas, pada pengertian diatas jelas membutuhkan subyek dan obyeknya. Maka

disandingkan dengan kata kewajiban dan hak tersebut, dengan kata suami dan istri,

memperjelas bahwa kewajiban suami adalah sesuatu yang harus suami laksanakan

2
Ibid, hal. 159-160

3
dan penuhi untuk istrinya. Sedangkan kewajiaban istri adalah sesuatu yang harus istri

laksanakann dan lakukan untuk suaminya. Begitu juga dengan pengertian hak suami

adalah sesuatu yang harus diterima suami dari isterinya.

Sedangkan hak isteri adalah sesuatu yang harus diterima isteri dari suaminya.

Dengan demikian kewajiban yang dilakukan oleh suami merupakan upaya untuk

memenuhi hak isteri. Demikian juga kewajiban yang dilakukan istri merupakan upaya

untuk memenuhi hak suami.

Begitulah kehidupan berumah tangga, Mebutuhkan timbal balik yang searah dan

sejalan. Rasa saling membutuhkan, memenuhi dan melengkapi kekurangan satu

dengan yang lainnya tanpa adanya pemenuhan kewajiban dan hak keduanya, maka

keharmonisan dan keserasian dalam berumah tangga akan goncang berujung pada

percekcokan dan perselisihan.

Dengan dilangsungkan akad nikah antara mempelai laki-laki dan mempelai

perempuan yang dilakukan oleh walinya, terjalinlah hubungn suami isteri dan timbul

hak dan kewajiaban masing-masing timbal-balik.

Hak suami merupakan kewajiban istri, sebaliknya kewajiban suami merupakan

hak istri. Dalam kaitan ini ada enam hal:

1) Kewajiban suami terhadap istrinya, yang merupakan hak istri dari suaminya.

2) Kewajiban istri terhadap suaminya, yang merupakan hak suami dari istrinya.

3) Hak bersama suami istri.

4) Kewajiban bersama suami istri.3

3
Ibid, hal. 159-160

4
5) Hak suami atas istri.

6) Hak istri atas suami.

Jika suami istri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-masing,

maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati, sehingga sempurnalah

kebahagiaan hidup rumah tangga. Dengan demikian, tujuan berkeluarga akan

terwujud sesuai dengan tujuan agama, yaitu sakinah, mawaddah warahmah.4

B. Kewajiban Suami terhadap Istri

Adapun kewajiban suami terhadap istri dapat di bagi menjadi dua bagian:

1) Kewajiban yang bersifat materi yang disebut nafaqah.

2) Kewajiban yang tidak bersifat materi.

Kewajiban suami terhadap istri yang tidak bersifat materi adalah:

 Menggauli istrinya secara baik dan patut. Hal ini sesuai dengan firman Allah

dalam surat an-Nisa’ ayat 19:

‫وعاشروهن بالمعروف فإن كرهتموهن فعسى أن تكرهوا شيئا ويجعل هللا فيه خيرا‬

‫كثيرا‬

“Pergaulilah mereka (istri-istrimu) secara baik. Kemudian bila kamu tidak

menyukai mereka (bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,

padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.

 Suami wajib mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan Allah

untuk terwujud, yaitu sakinah, mawaddah wa rahmah. Untuk itu suami wajib

4
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 155

5
memberikan rasa tenang bagi istrinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah

dalam surat ar-Rum ayat 21:

“Di antara tanda-tanda kebesaran Allah Ia menjadikan untukmu pasangan

hidup supaya kamu menemukan ketenangan padanya dan menjadikan di

antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Yang demikian merupakan tanda-tanda

bagi kaum yang berfikir.”5

 Mendidik istri merupakan kewajiban suami, sebagaimana tercantum dalam

hadits Bukhari yang artinya:

“Nasihatilah para wanita (istri) itu dengan baik. Sesungguhnya wanita itu

tercipta dari tulang rusuk yang bengkok. Bila engkau biarkan akan tetap

bengkok, tapi jika engkau luruskan akan patah. Maka nasihatilah wanita itu

dengan baik.”(HR Bukhari)6

Dalam Kompilasi Hukum Islam, kewajiban suami terhadap istri dijelaskan

secara rinci sebagai berikut:

5
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh
Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 160-161
6
Miftah faridl, Rumahku Surgaku, (Jakarta: GEMA INSANI 2005), Hal. 113

6
Pasal 80

1) Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi

mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh

suami istri bersama.

2) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan

hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

3) Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan member

kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama,

dan bangsa.

1) Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung:

 Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri.

 Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan

anak.

 Biaya pendidikan bagi anak.

2) Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a dan

b di atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istri.

3) Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya

sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.

4) Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (2) gugur apabila istri nusyuz.

7
Pasal 81

Tentang Tempat Kediaman

1) Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-anaknya, atau

bekas istri yang masih dalam iddah.

2) Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri selama dalam

ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat.

3) Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anak-anaknya dari

gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tentram. Tempat

kediaman juga berfungsi sebagai harta kekayaan, sebagai tempat menata dan

mengatur alat-alat rumah tangga.

4) Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya

serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa

alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana penujang lainnya.

Pasal 82

Kewajiban Suami yang Beristri Lebih dari Seorang

1) Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban member tempat

tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing istri secara berimbang

menurut besar kecilnya keluarga yang ditanggung masing-masing istri,

kecuali jika ada perjanjian perkawinan.

8
2) Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan istrinya dalam

satu tempat kediaman.7

C. Kewajiban Istri terhadap Suami

Dari istri tidak ada yang berbentuk matri secara langsung, yang ada adalah kewajiban

dalam bentuk non materi. Yakni:

1) Menggauli suami secara layak dengan kodratnya. Hal ini dapat dipahami dari ayat

yang menuntut suami menggauli istrinya dengan baik, karena perintah untuk

menggauli itu berlaku timbale balik.

2) Memberikan rasa tenang dalam rumah tangga untuk suaminya, dan memberikan

rasa cinta dan kasih sayang kepada suaminya dalam batas-batas kemampuannya.

3) Taat dan patuh kepada suami, selama suaminya tidak menyuruh untuk melakukan

perbuatan maksiat. Hal ini dapat dilihat dari isyarat firman Allah dalam surat an-

Nisa’ ayat 34:

“Perempuan - perempuan yang sholihah dalah perempuan yang taat kepada Allah

(dan patuh kepada suami) memelihara diri ketika suami tidak ada oleh karena

Allah telah memelihara mereka.”

4) Menjauhkan dirinya dari segala sesuatu perbuatan yang tidak disenangi oleh

suaminya.
7
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh
Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 162-163

9
5) Menjauhkan dirinya dari memperlihatkan muka yang tidak enak dipandang dan

suara yang tidak enak didengar.8

6) Pandai mengambil hati suami melalui makanan dan minuman.

7) Mengatur rumah tangga dengan baik.

8) Menghormati keluarga suami.

9) Bersikap sopan, penuh senyum kepada suami.

10) Tidak mempersulit suami, dan selalu mendorong suami untuk maju.

11) Ridha dan syukur terhadap apa uyang diberikan suami.

12) Selalu berhias, bersolek untuk suami.

13) Selalu berhemat dan suka menabung.

Dalam Kompilasi Hukum Islam, kewajiban istri terhadap suami dijelaskan sebagai

berikut.

Pasal 83

Kewajiban Istri

1) Kewajiban utama bagi seorang istri adalah berbakti lahir batin kepada suami di

dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam.

2) Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan

sebaik-baiknya.

Pasal 84

1) Istri dapat dianggap nusyuz jika tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajiban,

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 83 ayat (1), kecuali alasan yang sah.
8
Ibid

10
2) Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istri yang disebut pada

pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan

anaknya.

3) Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali sesudah istri tidak

nusyuz.

4) Ketentuan ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus didasarkan atas bukti

yang sah.9

D. Hak Bersama Suami Istri

Yang dimaksud dengan hak bersama suami istri ini adalah hak bersama secara

timbal balik dari pasangan suami istri terhadap yang lain. Adapun hak bersama itu

adalah:

1) Timbulnya hubungan suami dengan keluarga istrinya dan baliknya hubungan istri

dengan keluarga suaminya, yang disebut hubungan mushaharah.10

2) Suami istri dihalalkan saling bergaul mengadakan hubungan seksual. Perbuatan

ini merupakan kebutuhan bersama suami istri yang dihalalkan secara timbal balik.

3) Haram melakukan perkawinan, yaitu istri haram dinikahi oleh ayah suaminya,

kakaknya, anaknya dan cucu-cucunya. Begitu pula ibu istri, anak perempuan, dan

seluruh cucunya haram dinikahi oleh suami.

9
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 163-164
10
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh
Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 163

11
4) Hak saling mendapat warisan akibat dari ikatan pernikahan yang sah, bila mana

salah seorang meninggal dunia sesudah sempurnanya ikatan pernikahan, pihak

yang lain dapat mewarisihartanya, meskipun belum pernah melakukan hubungan

seksual.

5) Keduanya wajib berperilaku yang baik, sehingga dapat melahirkan kemesraan dan

kedamaian hidup.11

E. Kewajiban Bersama Suami Istri

1) Memelihara dan mendidik anak keturunan yang lahir dari perkawinan tersebut.

2) Memelihara kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Hak

dan kewajiban suami istri diatur secara tuntas dalan UU perkawinan dalam satu

bab V yang materinya secara esensial telah sejalan dengan apa yang digariskan

dalam kitab-kitab fiqh yang bunyinya sebagai berikut:

11
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 155-156

12
BAB VI

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

Pasal 30

Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga

yang menjadi sendiri dasar dari susunan masyarakat.

Pasal 31

1) Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami

dalam rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.

2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

3) Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga.

Pasal 32

1) Suami harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.

2) Rumah kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan oleh suami

istri bersama.

Pasal 33

Suami istri wajib saling mencintai, hormat dan menghormati, setia, dan member

bantuan lahir batin satu sam lain.

Pasal 34

13
Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup

berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.12

Dalam Kompilasi Hukum Islam, kewajiban suami istri dijelaskan secara rinci sebgai

berikut:

Pasal 77

1) Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang

sakinah, mawaddah wa rahmah dan menjadi sendi dasar sari susunan masyarakat.

2) Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi

bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.

3) Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak

mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan

pendidikan agamanya.

4) Suami istri wajib memelihara kehormatannya.

5) Jika suami atau istri melalaika kewajibannya, masing-masing dapat mengajukan

gugatan kepada Pengadilan Agama.

Pasal 78

1) Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.

2) Rumah kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh suami istri

bersama.

12
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh
Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 163-165

14
F. Hak Suami Atas Istri

Diantara beberapa hak suami terhadap istrinya yang paling pokok adalah:

1) Ditaati dalam hal-hal yang tidak maksiat.

2) Istri menjaga dirinya sendiri dan harta suami.

3) Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat menyusahkan suami.

4) Tidak bermuka masam di hadapan suami.

5) Tidak menunjukkan keadaan yang tidak disenagi suami.13

G. Hak Istri Atas Suami

Hak-hak isteri yang menjadi kewajiban suami dapat dibagi dua: hak-hak kebendaan,

yaitu mahar (maskawin) dan nafkah, dan hak-hak bukan kebendaan, misalnya berbuat

adil di antara para isteri (dalam perkawinan poligami), tidak berbuat yang merugikan

isteri dan sebagainya.

a. Hak-hak Kebendaan

1) Mahar (Maskawin)

Q.S. An-Nisa ayat 24 memerintahkan, “Dan berikanlah maskawin kepada

perempuan-perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian wajib. Apabila

mereka dengan senang hati memberikan sebagian maskawin itu kepadamu,

ambillah dia sebagai makanan yang sedap lagi baik akibatnya.”

Dari ayat Al-Qur’an tersebut dapat diperoleh suatu pengertian bahwa

maskawin itu adlah harta pemberian wajib dari suami kepada isteri, dan
13
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 157-158

15
merupakan hak penuh bagi isteri yang tidak boleh diganggu oleh suami, suami

hanya dibenarkan ikut makan maskawin apabila diberikan oleh isteri dengan

sukarela.

Q.S. An-Nisa: 24 mengajarkan, “…. Isteri-isteri yang telah kamu

campuri, berikanlah kepada mereka mahar sempurna, sebagai suatu

kewajiban, dan tidak ada halangan kamu perlakukan mahar itu sesuai dengan

kerelaanmu (suami isteri), setelah ditentukan ujudnya dan kadarnya….”

Dari ayat tersebut diperoleh ketentuan bahwa isteri berhak atas mahar

penuh apabila telah dicampuri. Mahar merupakan suatu kewajiban atas suami,

dan isteri harus tahu berapa besar dan apa wujud mahar yang menjadi haknya

itu. Setelah itu, dibolehkan terjadi persetujuan lain tentang mahar yang

menjadi hak isteri itu, misalnya isteri merelakan haknya atas mahar,

mengurangi jumlah, mengubah ujud atau bahkan membebaskannya.

Hadits Nabi riwayat Ahmad, Hakim, dan Baihqi dari Aisyah mengjarkan,

“Perempuan-perempuan yang paling besar mendatangkan berkah Allah untuk

suaminya adalah yang paling ringan biayanya.” Yang diamksud dengan ringan

biayanya ialah yang tidak memberatkan suami, sejak dari mahar sampai

kepada nafkah, pakaian, dan perumahan dalam hidup perkawinan.

Hadits riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi, dan Nasai dari

Sahl bin Sa’ad menyatakan bahwa Nabi pernah mengawinkan salah seorang

sahabatnya dengan maskawin mengajar membaca Al-Qur’an yang dihafalnya

16
(menurut salah satu riwayat, yang dihafalnya itu adalah Surah Al-Baqarah dan

Ali Imran).

Hadits riwayat Bukhari-Muslim, dan lain-lain dari Anas menyatakan

bahwa Nabi pernah memerdekakan Sofiah yang kemudian menjadi isteri

beliau, dan yang menjadi maskawinnya adalah memerdekakannya itu.

2) Nafkah

Yang dimaksud dengan nafkah adalah mencukupkan segala keperluan

istri, meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal, pembantu rumah tangga, dan

pengobatan, meskipun isteri tergolong kaya.

Q.S. Ath-Thalaq: 6 mengajarkan, “Tempatkanlah isteri-isteri dimana

kamu tinggal menurut kemampuanmu; janganlah kamu menyusahkan isteri-

isteri untuk menyempitkan hati mereka. Apabila isteri-isteri yang kamu talak

itu dalam keadaan hamil, berikanlah nafkah kepada mereka hingga

bersalin ....“

Ayat berikutnya (Ath-Thalaq :7) memrintahkan, “Orang yang mampu

hendaklah memberi nafkah menurut kemampuannya, dan dan orang yng

kurang mampu pun supaya memberi nafkah dari harta pemberian Allah

kepadanya; Allah tidak akan membebani kewajiban kepada seseorang

melebihi pemberian Allah kepadanya ….”

Hadits riwayat Muslim menyenutkan isi khotbah Nabi dalam haji wada’.

Antara lain sebagai berikut, “.... Takuttlah kepada Allah dalam menunaikan

kewajiban terhadap isteri-isteri; itu tidak menerima tamu orang yang tidak

17
engkau senangi; kalau mereka melakukannya, boleh kamu beri pelajaran

dengan pukulan-pukulan kecil yang tidak melukai; kamu berkewajiban

mencukupkan kebutuhan isteri mengenai makanan dan pakaian dengan

makruf.”

b. Hak-hak Bukan Kebendaan

Hak-hak bukan kebendaan yang wajib ditunaikan suami terhadap isterinya,

disimpulkan dalam perintah Q.S. An-Nisa: 19 agar para suami menggauli isteri-

isterinya dengan makruf dan bersabar terhadap hal-hal yang tidak disenangi, yang

terdapat pada isteri. Menggauli isteri dengan makruf dapat mencakup:

Sikap menghargai, menghormati, dan perlakuan-perlakuan yang baik, serta

meningkatkan taraf hidupnya dalam bidang-bidang agama, akhlak, dan ilmu

pengetahuan yang diperlukan.

Hadits riwayat Turmudzi dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah r.a.

mengajarkan, “Orang-orang mukmin yang paling baik budi perangainya, dan

orang-orang yang paling baik di antara kamu adalah yang paling baik

perlakuannya terhadap isteri-isterinya.”

Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a. mengajarkan,

“Bersikap baiklah kamu terhadap isteri-isterimu sebab orang perempuan

diciptakan berkodrat seperti tulang rusuk; yang paling lengkung adalah tulang

rusuk bagian atas; apabila kamu biarkan akan tetap meluruskannya, ia akan patah

18
dan apabila kamu biarkan akan tetap lengkung, bersikap baiklah kamu terhadap

para isteri.

Termasuk perlakuan baik yang menjadi hak isteri ialah, hendaknya suami

selalu berusaha agar isteri mengalami peningkatan hidup keagamaannya, budi

pekertinya, dan bertambah pula ilmu pengtahuannya. Banyak jalan yang dapat

ditempuh untuk memenuhi hak isteri, misalnya melaui pengajian-pengajian,

kursus-kursus, kegiatan kemasyarakatan, bacaan buku, majalah, dan sebagainya.

 Melindungi dan menjaga nama baik isteri

Suami berkewajiban melindungi isteri serta menjaga nama baiknya. Hal

ini tidak berarti bahwa suami harus menutupi-nutupi kesalahan yang memang

terdapat pada isteri. Namun, adalah menjadi kewajiban suami untuk tidak

membeberkan kesalahan-kesalahan isteri kepada orang lain. Apabila kepada

isteri hal-hal yang tidak benar, suami setelah melakukan penelitian

seperlunya, tidak apriori, berkewajiban memberikan keterangan-keterangan

kepada pihak-pihak yang melontarkan tuduhan agar nama baik isteri jangan

menjadi cemar.

 Memenuhi kebutuhan kodrat (hajat) biologis isteri

Hajat biologis adalah kodrat pembawaan hidup. Oleh karena itu, suami

wajib memperhatikan hak isteri dalam hal ini. Ketentraman dan keserasian

hidup perkawinan anatara lain ditentukan oleh faktor hajat biologis ini.

Kekecewaan yang dialami dalam masalah ini dapat menimbulkan keretakan

19
dalam hidup perkawinan; bahkan tidak jarang terjadi penyelewengan isteri

disebabkan adanya perasaan kecewa dalam hal ini.

Salah seorang sahabat Nabi bernama Abdullah bin Amr yang terlalu

banyak menggunakan waktunya untuk menunaikan ibadah; siang untuk

melakukan puasa dan malam harinya untuk melakukan shalat, diperingatkan

oleh Nabi yang antara lain. “Isterimu mempunyai hak yang wajib kau penuhi.

Demikian pentingnya kedudukan kebutuhan biologis itu dalam hidup

manusia sehingga Islam menilai hubungan suami isteri yang antara lain untuk

menjaga kesucian diri dari perbuatan zina itu sebagai salah satu macam

ibadah yang berpahala. Dalam hal ini hadits Nabi riwayat Muslim

mengajarkan, “Dan dalam hubungan kelaminmu bernilai shadaqah.”

Mendengar kata Nabi itu para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah salah

seorang di antara kita memenuhi syahwatnya itu memperoleh pahala?” Nabi

menjawab, “Bukkankah apabila ia melakukannya dengan yang haram akan

berdosa? Demikian sebaliknya, apabila ia memenuhinya dengan cara yang

halal akan mendapat pahala.”

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian penulisan makalah tersebut dapat kami simpulkan bahwa Hak

dan kewajiban Istri yaitu Hak hak istri yang menjadi kewajiban suami dapat

dibagi dua: hak-hak kebendaan, yaitu mahar (mas kawin) dan nafkah, hak hak

bukan kebendaan, misalnya berbuat adil diantara para istri (dalam perkawinan

poligami), tidak berbuat yang merugikan istri dan sebagainya.

Hak dan kewajiban suami yaitu Hak-hak suami dapat disebutkan pada

pokoknya ialah hak ditaati mengenai hal-hal yang menyangkut hidup perkawinan

dan hak memberi pelajaran kepada istri dengan cara yang baik dan layak dengan

kedkan suami istri. akan datang. Orang yang sukses ialah orang yang berhasil

dalam kegiatan organisasinya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Amir Syarifuddin, 2006. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antar

FiqhMunakahat Dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: KENCANA

Abd Rahman Ghazaly, 2006. Fiqh Munakahat, Jakarta: KENCANA

Miftah faridl, 2005. Rumahku Surgaku, Jakarta: GEMA INSANI

22

You might also like