You are on page 1of 11
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- 69 /PJ./2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-447/PJ./2001 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SURAT KETERANGAN FISKAL Menimbang Mengingat DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa BAPEPAM-LK telah mencabut kewajiban atau persyaratan Surat Keterangan Fiskal bagi Wajib Pajak Bursa dalam rangka penjualan saham perusahaan di Bursa Efek atau penjualan obligasi perusahaan melalui atau tanpa melalui Bursa Efek; bahwa sehubungan dengan hal tersebut, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak = Nomor KEP- 447/PJ./2001 tentang Tata Cara Pemberian Surat Keterangan Fiskal;, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3984); Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 1983 Nomor 50; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3985); Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan alas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 428, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 3986); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun {985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569); 5, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3688) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3988); 6. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 2003 Nomor 120); 7. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-447/PJ./2001 tentang Tata Cara Pemberian Surat Keterangan Fiskal, MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL_ PAJAK TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-447/PJ./2001 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SURAT KETERANGAN FISKAL. Pasal! Mengubah beberapa ketentuan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-447/PJ,/2001 tentang Tata Cara Pemberian Surat Keterangan Fiskal sebagai berikut: 4. Ketentuan Pasal 1 angka 3 dan angka 7 diubah, serta angka 2 dan angka 8 dinapus. sehingga keseluruhan Pasal 1 berbunyi sebagai berikut: "Pasal 1 Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, yang dimaksud dengan: i Surat Keterangan Fiskal adalah surat yang diterbitkan oleh Direktorat Senderal Pajak yang berisi data pemenuhan kewajiban perpajakan Wail Pajak untuk masa dan tahun pajak tertentu. Dihapus. Weaiib Pajak adatah Wajb Pajak yang sodang dalam proses pengaluart tender untuk pengadaan barang/jasa untuk keperluan instansi Pemerintah. Surat Tanda Terima Setoran adalah bukti tanda terima pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Utang pajak adalah kewajiban untuk membayar Pajak Penghasilan (termasuk Pajak Penghasilan Final), Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan baik oleh Kantor Pusat maupun Kantor Cabang yang sampai saat jatuh tempo pembayaran belum dilunasi oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian formulir permohonan Surat Keterangan Fiskal dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran pengisiannya. Saat diterimanya permohonan adalah saat permohonan tersebut diterima secara lengkap oleh Kantor Pelayanan Pajak. Dihapus.” Ketentuan Pasal 2 ayat (2) diubah, serta ayat (1) dan ayat (4) dihapus, sehingga keseluruhan Pasal 2 berbunyi sebagai berikut: (1) (2) (3) (4) "Pasal 2 Dihapus. Bagi Wajib Pajak, Surat Keterangan Fiskal dipergunakan untuk memenuhi persyaratan bagi yang bersangkutan pada saat hendak melakukan penawaran pengadaan barang dan atau jasa untuk keperluan Pemerintah. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan Surat Keterangan Fiskal kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. Dihapus.” Ketentuan Pasal 3 angka 2 dan angka 2 huruf a dan huruf d diubah, serta angka 2 huruf a butir 1) dan butir 2), huruf b, huruf c, dan angka 3 dihapus, sehingga keseluruhan Pasal 3 berbunyi sebagai berikut: "Pasal 3 Wajib Pajak yang mengajukan permohonan Surat Keterangan Fiskal wajib memenuhi persyaratan: 1. tidak sedang dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan; dan mengisi formulir permohonan sebagaimana contoh pada Lampiran | dan Koreksi Positif dan Negatif untuk Penghitungan Fiskal sebagaimana contoh pada Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini dengan ditampiri dokumen sebagai berikut: a. fotokopi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan untuk tahun terakhir beserta tanda terima penyerahan Surat Pemberitahuan tersebut; b. dinapus; c. dihapus; d. fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dan Surat Tanda Terima Setoran Pajak Bumi dan Bangunan tahun terakhir; dan e. fotokopi Surat Setoran Bea (SSB) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), khusus untuk Wajib Pajak yang baru memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan baik karena pemindahan hak (antara lain jual bell, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya), maupun pemberian hak baru 3. Dihapus.” Ketentuan Pasal 4 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 4 berbunyi sebagai berikut: "Pasal 4 ‘Apabila temyata hasil penelitian atas permohonan Wajib Pajak tidak momenuhi persyaratan kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam butir 3 angka 2, Kantor Pelayanan Pajak agar segera menyampaikan kepada Waiib Pajak untuk melengkapi dokumen-dokumen yang masih harus dilengkapi melalui faksimili atau sarana_komunikasi lainnya, | dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran Ill Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.” Ketentuan Pasal 5 ayat (1) diubah, serta ayat (2) dihapus, sehingga keseluruhan Pasal 5 berbunyi sebagai berikut: "Pasal 5 (1) Kantor Pelayanan Pajak wajib menerbitkan Surat Keterangan Fiskal untuk Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana Gimaksud dalam Pasal 3 di atas dengan menggunakan formulir Sebagaimana contoh pada Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini atau Surat Penolakan Pemberian Surat Keterangan Fiskal dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran V Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak saat diterimanya permohonan Waiib Pajak secara lengkap: (2) Dinapus.” Ketentuan Pasal 6 dihapus, sehingga keseluruhan Pasal 6 berbunyi sebagai berikut: "Pasal 6 Dihapus.” Pasal Il Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturad Drektur Jenderal Pajak ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 April 2007 IRERTUR JENDERAL PAJAKS. cre DARMIN NASUTION NIP 130605098 Lampiran | PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 69 IPJ./2007 TANGGAL: 9 April 2007 Nomor Lampiran: Hal : Permohonan Surat Keterangan Fiskal Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak ....(1) |. Identitas Wajib Pajak 4. Nama: ....(2) 2. NPWP: §....(3) 3. Alamat: ....(4) Il. Laba/Rugi Perusahaan Tahun Terakhir Uraian [Tahun Pajak 2 2 7 Taba komersial Koreksi untuk menghitung PPh: + Jumlah koreksi positif - Jumlah koreksi negatif Penghasilan neto Penghasilan Kena Pajak 2. Tanggal SPT PPh dimasukkan_| _ |. Pembayaran Pajak Tahun Berjalan Bulan ... s.d. Bulan ... Cr Jenis Pajak Jumiah Pajak yang | _ Tanggal (PPh Pasal 21722123/26/2614(2)Final, harus Dibayar Pembayaran PPN & PPnBM) Lunas 1 2 3 L I J IV, Pembayaran Ketetapan Pajak Pajak Pajak yang harus_ | Pembayaran Dibayar Lunas 7 2 3 4 5 \V, Pembayaran atas SPPT/STTS PBB Tahun Terakhir menurut Wajib Pajak (semua Objek di Pusat atau Cabang) _ Tahun] Jenis Pajak | Jenis Ketetapan | Jumlah Pajak Tanggal | [Tahun | Alamat Objek PBB | Jumiah PBB | Tanggal Pajak yang harus | Pembayaran Dibayar Lunas 4 2 3 4 1 Petunjuk Pengisian Permohonan Surat Keterangan Fiskal Formulir ini digunakan oleh Wajid Pajak untuk mengajukan permohonan Surat Keterangan Fiskal. Penjelasan pengisian: Angka (1) diisi dengan nama dan alamat Kantor Pelayanan Pajak di mana Wajib Pajak terdaftar Angka (2) sd. (4) diisi dengan nama Badan Usaha, NPWP, dan alamat pemohon ‘Angka (5) diisi nama tempat dan tanggal permohonan dibuat Angka (6) diisi nama Badan Usaha permohonan dibuat ‘Angka (7) diisi tanda tangan pemohon Angka (8) diisi nama jelas pemohon ‘Angka Romawi II Kolom 2 diisi dengan tahun pajak dan laba_yang diperoleh maupun tanggal pemasukan SPT Tahunan PPh untuk tahun terakhir sebelum saat pengajuan permohonan. Jumlah koreksi positif adalah koreksi yang menambah Penghasilan Kena Pajak, sedangkan yang dimaksud koreksi negatif ialah koreksi yang mengurangi Penghasilan Kena Pajak sesuai dengan neraca rekonsiliasi menurut laporan keuangan pemohon dibandingkan dengan —_penghitungan menurut ketentuan UU Pajak Penghasilan. Baik koreksi positif maupun koreksi negatif dirinci untuk setiap tahun pajak pada Lampiran Il. Angka Romawi I! Kolom 1 diisi dengan PPh Pasal 21/22/23/25/26/4(2)/Final, PPN & PPnBM Kolom 2 diisi dengan jumlah pembayaran pajak yang telah disetor untuk setiap jenis pajak dalam tahun berjalan Kolom 3 cukup jelas Angka Romawi IV Kolom 1 dan 2 cukup jelas Kolom 3 diisi dengan jenis ketetapan pajak, misalnya SKPKB, SKPKBT, dan STP Kolom 4 diisi dengan besamya masing-masing pajak yang masih harus dibayar yang tertera pada masing-masing jenis ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada Kolom 3 Kolom 5 cukup jelas ‘Angka Romawi V Kolom 4 cukup jelas Kolom 2 diisi dengan alamat Objek sesuai dengan SPPT Kolom 3 diisi dengan besarnya PBB yang harus dibayar sesuai dengan STTS Kolom 4 cukup jelas Lampiran I! PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER- 69 IPJ./2007 TANGGAL: 9 Kpril 2007 KOREKSI POSITIF DAN NEGATIF UNTUK PENGHITUNGAN FISKAL_ ‘Nomor] Uraian Pos-Pos |] Penghitungan | Penghitungan |_Koreksi Fiskal _| Urut_|__Laba/Rugi Komersial_| _Fiskal__| Positif | Negatif 1 {_ 2 3 4 5 6 Jumlah, Koreksi omzet untuk menghitung DPP PPN: Penjualan menurut laporan keuangan (L/R) Rp... Penyerahan Januari s.d. Desember menurut SPT Masa PPN— Rp. Selisih Rp. Penyebab dari selisih tersebut: 1. 2. 3. dst. oneal. o Nama Wajib Pajak Lampiran Ill PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-69 — /PJJ2007 TANGGAL: 9 april 2007 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH ... KANTOR PELAYANAN PAJAK Jat Telepon : rola Nomor: Hal: Kelengkapan Permohonan Surat Keterangan Fiskal Yth. Nama : NPWI Alamat: Sehubungan dengan surat Saudara Nomor .... tanggal .... perihal Permohonan Surat Keterangan Fiskal, dengan ini diminta kepada Saudara untuk segera melengkapi dokumen sebagai berikut: 1. 2. 3, Dokumen di atas dapat kami terima paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah diterimanya surat ini melalui faksimili dan atau sarana komunikasi lainnya ‘Apabila kelengkapan dokumen tersebut tidak dipenuhi, maka permohonan Surat Keterangan Fiskal Saudara tidak dapat diproses lebih lanjut. Demikian untuk dimaklumi. Ann. Kepala Kantor Kasi..., NIP .... Lampiran IV PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR_ : PER- 69 IPJ./2007 TANGGAL: 9 April 2007 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH ... KANTOR PELAYANAN PAJAK Jalon = SURAT KETERANGAN FISKAL Nomor : Tanggal Direktur Jenderal Pajak menerangkan bahwa kewajiban perpajakan dari Wajib adalah sebagai berikut: 4. Tunggakan Pajak sampai saat ini: _PPh PPN & PPnBM PBB. Nihil Nihil Nihil 2. SPT Tahunan PPh: Tahun Pajak terakhir - Penghasilan Kena Pajak ce Rp.... 3. PPh Pasal 4 (2)/Final: Tahun Pajak terakhir_| Objek PPh Pasal 4 (2)/Final* a l oe Rp. 4. PBB yang dibayar menurut Wajib Pajak: Tahun Pajak Jumiah SPPTISTTS PBB yang Dibayar ~ Rp. Surat Keterangan ini diberikan untuk memenuhi permohonan Wajib Pajak dengan surat Nomor ... tanggal ... perihal .... A.n. Direktur Jenderal Pajak Kepala Kantor, NIP .... + merupakan jumiah pelunasan tahun yang bersangkutan baik melalui pemotongan maupun pembayaran sendiri. Lampiran V PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER- 69 — /PJ./2007 TANGGAL: 9 April 2007 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH KANTOR PELAYANAN PAJAK Jalon Telopon Faisia ‘SURAT PENOLAKAN PEMBERIAN SURAT KETERANGAN FISKAL Nomor : Tanggal: Direktur Jenderal Pajak menerangkan: Nama NPWP: Alamat: .... bahwa kepada Wajib Pajak tersebut tidak dapat diberikan Surat Keterangan Fiskal, karena: a tidak menyampaikan/memasukkan SPT Tahunan PPh tahun terakhir, @_mempunyai tunggakan pajak atas ketetapan PPh, PPN & PPnBM dan atau PBB tahun-tahun sebelumnya; > mempunyaitunggakan pajak tahun berjalan__ untuk jenis PPh Pasal 24/22/23/25/26/4(2)/Final, PPN & PPnBM, dan atau PBB. Ann. Direktur Jenderal Pajak Kepala Kantor, NIP ....

You might also like