You are on page 1of 4

TUGAS PRAKTIKUM PERTANIAN BERLANJUT

ASPEK TANAH
“REVIEW VIDIO”

oleh :

Sofi Septiana (205040100113022)

Kelas Agribisnis KB

FAKULTAS PERTANIAN
PSDKU UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KEDIRI
2022
VIDIO 3 F

Key Indicators of Sustainable Agriculture (Indikator Kunci Pertanian Berkelanjutan)

Lima indikator utama keberlanjutan pertanian yaitu: air, kesehatan tanah, konversi lahan,
polusi dan perubahan iklim.

1. Air. Jika dilihat pertanian menyumbang 70 persen penarikan air tawar dunia dan
untuk 80 hingga 90 persen konsumsi air tawarnya. Apalagi ketersediaan air di iklim
masa depan akan terbatas. Jadi seharusnya berhati-hatilah dalam menggunakan air dan
kita harus memikirkan teknologinya; bagaimana kita dapat meningkatkan produksi
tanaman dengan air yang semakin sedikit. Kebijakan yang dapat dilakukan yaitu adanya
kebijakan yang mewajibkan pengukuran dalam pengambilan air pertanian. Praktinya
yaitu bagian dari area lahan pertanian beririgasi dengan praktik irigasi yang efisien di
tempat. Kinerjanya yaitu : produksi tanaman per tetes air yang diambil (kilogram
tanaman yang dihasilkan per meter kubik air per tahun) dan rasio tegangan air
(permintaan air / pasokan air dalam meter kubik).

2. Kesehatan tanah. Tanah memainkan peran kunci dalam menjaga keseimbangan


ekosistem dan menghasilkan produk pertanian yang berkualitas. Namun erosi dan
degradasi tanah terus mengancam ketersediaan dan produktivitas lahan. Dalam hal ini,
kapasitas tanah digunakan untuk mempertahankan nutrisi, mempertahankan kelembaban
dan menjaga kesehatan ph yang menurun. Kebijakan yang dilakukan yaitu keberadaan
polisi yang menggalakkan praktik konservasi tanah pertanian. Praktinya yaitu bagian
tanah yang subur di bawah praktik konservasi tanah. Kinerjanya yaitu : bagian lahan
pertanian yang terkena erosi tanah dan kandungan bahan organik tanah (karbon) (ton
karbon per hektar).

3. Konversi Lahan. Sejak, awal revolusi pertanian pertama 8000 hingga 10.000 tahun
yang lalu, menanam tanaman dan memelihara ternak telah menjadi penyebab utama
hilangnya dan rusaknya ekosistem alam. Mayoritas perubahan penggunaan lahan saat ini
di dunia adalah hutan, lahan basah, padang rumput diubah menjadi pertanian dan padang
rumput penggembalaan. Kebijakan yang dilakukan adanya polisi yang membatasi
konversi ekosistem alam menjadi pertanian. Praktiknya yaitu bagian dari lahan pertanian
yang terdaftar dalam program pelestarian pertanian (misalnya, zonasi untuk melestarikan
produksi). Kinerjanya yaitu : konversi ekosistem alami (misalnya, hutan, lahan basah)
menjadi lahan pertanian (tanaman dan padang rumput) (hektar lahan yang dikonversi per
tahun) dan bagian lahan pertanian selama X tahun yang stabil, bagian yang beralih ke
lahan alami, dan bagian yang tumbuh dari konversi lahan alami

4. Polusi Nutrisi dan Pestisida. Menjaga keseimbangan nutrisi tanah sangat penting
untuk produksi dan kesehatan lingkungan. Jika terjadi kekurangan unsur hara dapat
menurunkan kesuburan tanah dan membatasi produksi sementara nutrisi yang berlebihan
dapat menyebabkan degradasi ekosistem, jika mereka hilang baik ke air dan udara.
Dampak kelebihan nutrisi pada lingkungan termasuk eutrofikasi permukaan air,
kerusakan air tanah, dan emisi gas rumah kaca yang berbahaya khususnya dinitrogen
oksida. Jadi, manajemen nutrisi sangat penting dan ilmiah dan pengelolaan nutrisi yang
efisien sangat penting untuk pertanian berkelanjutan produksi. Pestisida bermanfaat
untuk melindungi tanaman dari serangan hama atau penyakit, tetapi dapat memiliki efek
merugikan pada kesehatan manusia. Kebijakan yang dilakukan yaitu adanya kebijakan
yang mendorong praktik pengelolaan nutrisi dan tindakan untuk melarang atau
membatasi penggunaan pestisida dan bahan kimia beracun dalam pertanian. Praktiknya
yaitu pembagian lahan pertanian di bawah praktik pengelolaan nutrisi yang efisien dan
bagian dari lahan pertanian di bawah pengelolaan hama terpadu. Kinerjanya yaitu
keseimbangan input nutrisi pada pupuk lahan pertanian yang diterapkan per unit lahan
subur (ton nutrisi per hektar lahan subur) dan penggunaan pestisida per unit lahan
pertanian (ton bahan aktif diterapkan per hektar)

5. Perubahan Iklim. Perubahan iklim dilakukan melalui kegiatan pertanian yang


berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca. 13 persen emisi gas rumah kaca
antropogenik global berasal dari produksi pertanian. Mereka berasal dari ruminansia,
dari ternak, pupuk kandang, pupuk, beras dan penggunaan energi. Dan perubahan
penggunaan lahan, yang sebagian besar dipicu oleh pertanian, berkontribusi karena
konversi deforestasi lahan hutan menjadi lahan pertanian sehingga menyumbang 11
persen lagi dari emisi gas rumah kaca global. Kebijakan yang dilakukan adanya
kebijakan yang mendorong rendahnya gas rumah kaca (GRK) dari pembangunan
pertanian. Praktinya pangsa area pertanian dengan praktik pengelolaan emisi GRK
pertanian. Kinerjanya yaitu : produksi pangan per unit emisi GRK (ton makanan yang
diproduksi per tahun per ton setara co2), i,c, Potensi Pemanasan Global.

You might also like