You are on page 1of 12

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN

REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH

Diajukan untuk memenuni tugas matakuliah “Pendidikan Pancasila”


Dosen Pengasuh “HALIMATUN SAKDIAH, S.Pd., M.Si”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

1. DORA YULIANA 211602054


2. DARMIATI 211602009
3. IKARMIDA 211602067
4. RAUDAH LINGGA 211602022
5. ROSNIAR 211602008

PROGRAM STUDI PENGANTAR FILSAFAT PENDIDIKAN


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN (STKIP) AL-WASHLIYAH
BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami telah dapat menyelesaikan
makalah ini yang sederhana ini dengan judul “Pancasila Dalam Konteks
Ketatanegaraan Republik Indonesia”
Tak lupa pula shalawat beriring salam kita sanjungkan kepangkuan Nabi
besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Saya ucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
karena keterbatasan kemampuan pengalaman kami serta kami juga menyadari
banyak kekurangan pada penyusunan makalah ini baik dari segi isi maupun dari
pembedaharaan kata, untuk itu kami sangat mengharap bimbingan dari pembimbing
dan juga mengharapkan kritik dan saran.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

Penyusun,
Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan RI.............................. 2
B. Identifikasi Tata Urutan Peraturan Perundangan RI..................... 4
C. Identifikasi Isi UUD 1945 Setelah Amandemen.......................... 6

BAB III KESIMPULAN................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 9

ii
BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur
seluruh struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia,
masih banyak bahkan sangat benyak anggota-anggotanya dan juga sistem
pemerintahannya yang tidak sesuai dengan nila-nilai yang ada dalam setiap sila
Pancasila. Padahal jika membahas Negara dan ketatanegaraan Indonesia
mengharuskan ingatan kita meninjau dan memahami kembali sejarah perumusan dan
penetapan Pancasila, Pembukaan UUD, dan UUD 1945 oleh parapendiri dan
pembetuk negara Republik Indonesia.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari nilai-
nilai Pancasila, pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan
Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa yaitu Pancasila.
Namun jika dalam suatu pemerintahan terdapat banyak penyimpangan dan
kesalahan yang merugikan bangsa Indonesia, itu akan membuat system
ketatanegaraan Indonesia berantakan dan begitupun dengan bangsanya sendiri.
Untuk itulah dalam makalah ini, kami mengambil judul “Pancasila dalam Konteks
Ketatanegaraan Republik Indonesia.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui identifikasi tata urutan peraturan perundangan Republik
Indonesia
2. Untuk menetahui isi Undang-Undang Dasar 1945 setelah amandemen
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan RI


Pengertian Pancasila dalam Konteks Ketatangeraan RI Istilah “Pancasila”
pertama kali dapat ditemukan dalam buku Sutasoma karangan Mpu Tantular yang
ditulis pada zaman majapahit (abad ke-14). D alam buku tersebut, istilah Pancasila
diartikan sebagai lima perintah kesusilaan (Pancasila Krama), yang berisi lima
larangan sebagai berikut :
1. Melakukan kekerasan
2. Mencuri
3. Berjiwa dengki
4. Berbohong
5. Mabuk akibat minuman keras
Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut dengan dasar falsafah
negara. Dalam hal tersebut, Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur
seluruh penyelenggaraan negara, tatanan kehidupan bangsa Indonesia. Segala sesuatu
yang berhubungan dengan pelaksanaan suatu system ketatanegaraan Negara
Kesatuan Republik Indonesia harus berdasarkan Pancasila. Hal ini diartikan bahwa
semua peraturan yang ada dan berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia harus
berpedoman pada Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara, dengan artian Pancasila
dijadikan sebagai dasar untuk dapat mengatur penyelenggaraan pemerintahan negara
sesuai dengan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 merupakan “sumber hukum dasar
nasional”. Pancasila sebagai dasar negara dapat diartikan juga sebagai paradigm
pembangunan bangsa. Yang dimaksudkan dengan paradigm pembangunan bangsa
ialah Pancasila sebagai sebuah kerangka berpikir ataupun sebuah model mengenai
bagaimana hal-hal yang sangat esensial dilakukan.
Pembangunan dalam perspektif Pancasila adalah pembangunan yang sarat
akan nilai yang berfungsi sebagai dasar pengembangan visi dan menjadi referensi
kritik terhadap pelaksanaan pembangunan. Pancasila sebagai dasar negarapun
menjadi nilai-nilai dasar referensi kritik social budaya. Yang dimaksud di sini ialah
untuk proses perubahan social budaya yang cepat akibat oleh perkembangan ilmu
dan teknologi tetap didasari dari nilainilai Pancasila. Kritik sebagai bahan dialog

2
dalam proses mencapai pembangunan yang diperlukan sehingga terciptanya
pembangunan yang dinamis dan kontekstual dalam menghadapi tantangan zaman
dan dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat yang berbangsa dan
bernegara.
Pancasila adalah dasar falsafat Negara Indonesia sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945. Oleh sebab itu, setiap warga Indonesia harus
mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkannya dalam segala bidang
kehidupan. Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang arti kata Pancasila,
sebaiknya kita membaca beberapa pengertian Pancasila menurut para tokoh pendiri
bangsa berikut:
1) Muhammad Yamin. Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan
Sila yang berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting
dan baik. Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar yang berisi
pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.
2) Notonegoro. Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan
ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa
Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta
sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
3) Ir. Soekarno. Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turuntemurun
sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan
demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni
falsafah bangsa Indonesia.

Negara Indonesia adalah Negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum,


oleh karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara diatur
dalam suatu sistem perundang-undangan. Dalam pengertian inilah maka Negara
dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atau UUD Negara. Pembagian
kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi Negara, hak dan kewajiban warga Negara,
keadilan sosial, dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara. Hal
inilah yang dimaksud dengan pengertian Pancasila dalam konteks ketatanegaraan
Republik Indonesia.

3
B. Identifikasi Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia
Peraturan pembentukan undang-undang di Indonesia diatur dalam UU Nomor
12 Tahun 2011 tentang “Pembentukan Peraturan Perundang-undangan”. Peraturan
ini kemudian diubah dengan UU Nomor 15 Tahun 2019 tentang “Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan”.
Dikutip dari modul PJJ PKN Kelas VIII (2020), diketahui bahwa berdasarkan
ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 15 Tahun 2019, jenis dan hierarki atau tata urutan Peraturan
Perundang-undangan adalah sebagai berikut:
1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
3) Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu).
4) Peraturan Pemerintah. Peraturan Presiden. Peraturan Daerah Provinsi.
5) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Hierarki atau tata urutan Peraturan Perundang-undangan yang diterapkan di
Indonesia mengandung makna penjenjangan. Artinya, kekuatan hukum Peraturan
Perundang-undangan sesuai dengan hierarki atau jenjang Peraturan Perundang-
undangan yang ada. Hal ini menegaskan bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-
undangan yang jenjangnya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan
yang jenjangnya lebih tinggi.
Tata perundang-undangan diatur dalam :
Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996 tentang Memorandum DPR-GR mengenai
sumber tertib hukum Republik Indonesia dan tata urutan perundang-undangan
Republik Indonesia.
Urutannya yaitu :
1) UUD 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) UU;
4) Peraturan Pemerintah;
5) Keputusan Presiden;
6) Peraturan Pelaksana yang terdiri dari : Peraturan Menteri dan Instruksi

4
Menteri. Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.

Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan


Peraturan Undang-Undang. Berdasarkan ketetapan MPR tersebut, tata urutan
peraturan perundang-undangan RI yaitu :
1) UUD 1945;
2) Tap MPR;
3) UU;
4) Peraturan pemerintah pengganti UU;
5) PP;
6) Keppres;
7) Peraturan Daerah;
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan. Berdasarkan ketentuan ini, jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) UU/Perppu;
3) Peraturan Pemerintah;
4) Peraturan Presiden;
5) Peraturan Daerah.
Ketentuan dalam Undang-Undang ini sudah tidak berlaku.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan (Lampiran). Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini,
jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai
berikut :
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) UU/Perppu;
4) Peraturan Presiden;
5) Peraturan Menteri;

5
6) Peraturan Daerah Provinsi;
7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

C. Identifikasi Isi UUD 1945 Setelah Amandemen


Sejarah amandemen atau perubahan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
sebagai konstitusi negara Republik Indonesia pertama kali terjadi tahun 1999 setelah
Reformasi 1998 yang menandai berakhirnya rezim Orde Baru. Lantas, apa bunyi atau
isi Pasal 3 UUD 1945 sebelum dan setelah amandemen? A.M. Fatwa dalam Potret
Konstitusi Pasca Amandemen UUD 1945 (2009) mengungkapkan, UUD 1945
merupakan dasar hukum negara Indonesia. Ini berarti, UUD 1945 tidak saja menjadi
dokumen hukum tetapi juga merupakan bagian dari aspek pandangan hidup, cita-cita,
dan falsafah bangsa sekaligus landasan dalam penyelenggaraan negara.
Selengkapnya berikut adalah urutan proses pelaksanaan amandemen UUD
1945 dikutip dari dari buku Mengapa Kita Harus Kembali ke UUD 1945? (2019)
karya Taufiequrachman Ruki dan kawan-kawan:
1) Amandemen Pertama UUD 1945 dilakukan dalam Sidang Umum MPR 14-21
Oktober 1999
2) Amandemen Kedua UUD 1945 dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR 7-18
Agustus 2000
3) Amandemen Ketiga UUD 1945 dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR 1-9
November 2001
4) Amandemen Keempat UUD 1945 dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR 1-
11 Agustus 2002

Isi Pasal 3 UUD 1945 Sebelum dan Setelah Amandemen


Salah satu pasal dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang mengalami
amandemen atau perubahan adalah Pasal 3 UUD 1945. Tepatnya terjadi dalam
Sidang Tahunan MPR 2001 yang dilakukan pada tanggal 1–9 November 2001 dan
termasuk ke dalam amandemen ketiga.
Amandemen ketiga mengubah beberapa pasal dan bab yang masuk dalam
pembahasan mengenai Bentuk dan Kedaulatan Negara, Kewenangan MPR,

6
Kepresidenan, Impeachment, Keuangan Negara, Kekuasaan Kehakiman, dan
lainnya.
Berikut ini bunyi Pasal 3 UUD 1945 sebelum amandemen, dikutip dari laman
mkri.id:
PASAL 3
"Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-
garis besar daripada haluan negara."

Setelah mengalami amandemen, isi Pasal 3 UUD 1945 menjadi berbunyi:


1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan
Undang-Undang Dasar.
2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden
dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang
Dasar.
Tidak saja mengubah isi Pasal 3, ada beberapa pasal lainnya yang juga
mengalami perubahan dari sebelumnya dalam pelaksanaan Sidang Tahunan MPR
tahun 2001 tersebut. Antara lain yang mendapat perubahan atau amandemen adalah
isi pasal-pasal yang dinilai sudah perlu mendapat tambahan penjelasan seperti dalam
Pasal 1, Pasal 3, Pasal 6, Pasal 6A, Pasal 7A, Pasal 7B, Pasal 7C, Pasal 8 dan Pasal
11 serta Pasal 17.

7
BAB III
KESIMPULAN

Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur


seluruh struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia,
masih banyak bahkan sangat benyak anggota-anggotanya dan juga sistem
pemerintahannya yang tidak sesuai dengan nila-nilai yang ada dalam setiap sila
Pancasila.
Jenis dan hierarki atau tata urutan Peraturan Perundang-undangan adalah
sebagai berikut:
1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
3) Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu).
4) Peraturan Pemerintah. Peraturan Presiden. Peraturan Daerah Provinsi.
5) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Setelah mengalami amandemen, isi Pasal 3 UUD 1945 menjadi berbunyi:


1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan
Undang-Undang Dasar.
2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil
Presiden.
3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden
dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang
Dasar.

8
DAFTAR PUSTAKA

Karsadi, dkk.2014. Pancasila di Perguruan Tinggi: Bentuk Moral, Karakter dan


Budaya Bangsa. Kendari: FKIP-Universitas Halu Oleo

Safiun, La Ode. 2014. Modul Pendidikan Pancasila. Kendari : FKIP-Universitas


Halu Oleo

Sugiarto, Ahmad. 2013. Makalah Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan NKRI.


http://pend-pancasila.blogspot.com/2013/12/makalah-pancasila-
dalamkonteks.html. Diakses pada tanggal 10 November 2021.

Tim Pengajar Mata Kuliah Umum. 2014. Buku Ajar Pancasila. Kendari: Universitas
Halu Oleo

You might also like