You are on page 1of 31

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Laporan Praktikum Pembuatan Stek di Kampung Rimba Universitas Hasanuddin”
ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah silvikultur. Selain itu, laporan ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang penaksiran potensi dan produktivitas tegakan
jati dikehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen koordinator praktikum
silvikultur, yang telah memberikan pkraktikum ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini. Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini. Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 18 Mei 2022

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL .........................................................................................................i

KATA PENGANTAR ....................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................iii

DAFTAR TABEL...........................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................v

I. PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.2.Latar Belakang ....................................................................................1
1.3.Tujuan dan Kegunaan Praktikum........................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................3
2.1. Sukun (Artocapus Artilis) ..................................................................3
2.2. Stek ....................................................................................................5
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Stek .......................................................8
2.4. Jenis-Jenis Stek ..................................................................................12
2.5. Zat Pengaruh Tumbuh........................................................................15
2.6. Pembentukan Akar .............................................................................16
2.7. Cairan Grewtone ................................................................................17
III. METODOLOGI PRAKTIKUM ............................................................19
3.1. Waktu dan Tempat .............................................................................19
3.2. Alat dan Bahan ...................................................................................19
3.3. Prosedur Kerja ...................................................................................19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................20
4.1. Hasil ...................................................................................................20
4.2. Pembahasan........................................................................................20
V. PENUTUP ................................................................................................22
5.1. Kesimpulan ........................................................................................22
5.2. Saran ..................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................23

LAMPIRAN ....................................................................................................24

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pengamatan dan Pengukuran Stek............................................ 20

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sukun (Artocarpus Artilis) ............................................................. 3


Gambar 2. Stek Batang .................................................................................... 13
Gambar 3. Stek Pucuk ..................................................................................... 13
Gambar 4. Stek Akar ........................................................................................ 14
Gambar 5. Stek Daun ....................................................................................... 14
Gambar 6. Stek Umbi ....................................................................................... 15

v
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongaan beberapa
bagian dari tanaman seperti; akar, batang, daun dan tunas dengan tujuan bagian-
bagian tanaman tersebut menghasilkan tanamanbaru. Teknis sangat mudah.
Perbanyakan dengan stek umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada
monokotil masih jarang. Dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang
banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas dan dapat menghasilkan
tanaman yang sifatnya sama dengan induknya. Dapat diberikan Zat Pengatur
Tumbuh (ZPT) untuk mempercepat tumbuhnya akar (Anam, 2019).
Kegiatan pembibitan anaman sukun menggunakan teknik stek batang belum
banyak dilakukan oleh para produsen bibit, meskipun uji coba stek batang jenis ini
telah dilakukan sejak lama. Informasi yang lengkap tentang perbanyakan sukun
dengan stek batang masih terbatas sehingga cara perbanyakan tersebut tidak
dilakukan oleh masyarakat. Umumnya teknik perbanyakan yang dilakukan oleh
para petani pembuat bibit sukun adalah stek akar. Pengembangan teknik stek batang
sukun dapat dilakukan dengan mudah dan tidak memerlukan biaya yang besar,
bahkan tidak tergantung pada ketersediaan akar sukun yang semakin sulit
diperoleh. Penerapan cara pembibitan stek akar yang dilanjutkan dengan teknik stek
pucuk dan stek batang secara simultan merupakan salah satu solusi untuk
meningkatkan produksi bibit sukun (Adinugraha dkk, 2014).
Salah satu hal yang penting diperhatikan dalam pembibitan secara vegetatif
secara umum adalah ukuran bahan tanaman yang digunakan. Secara umum semakin
panjang atau besar ukuran bahan tanaman dapat meningkatkan kemampuan
tumbuhnya. Akan tetapi dengan ukuran stek yang panjang maka kebutuhan bahan
tanaman menjadi lebih banyak. Oleh karena itu, upaya efisiensi bahan tanaman
untuk perbanyakan secara vegetatif harus diperhatikan tanpa menurunkan
kemampuan tumbuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan
teknik pembibitan yang tepat sehingga dapat diperoleh jumlah bibit yang optimal.
Kemampuan tumbuh akar stek cabang setiap jenis berbeda-beda, ada yang dapat
berakar dengan panjang stek 5-8 cm, ada juga baik pertumbuhannya dengan

1
panjang stek 15-25 cm, Ada juga yang memerlukan ukuran lebih panjang yaitu 30-
60 cm dan 50-75 cm (Adinugraha dkk, 2014).
1.2.Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan mempelajari cara-cara perbanyakan vegetative dengan
cara stek/lurus.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek.
3. Melihat pengaruh panjang bahan tanam dan bentuk pemotongan terhadap
pertumbuhan stek.
Adapun kegunaan dari praktikum perbanyakan stek ini adalah mahasiswa dapat
mengetahui cara-cara perbanyakan vegetative dengan metode stek, serta
mempengaruhi pengaruh panjang bahan tanam dan bentuk pemotongannya tehadap
pertumbuhan stek.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sukun (Artocarpus Artilis)

Gambar 1. Sukun (Artocarpus Artilis)


Sukun merupakan jenis tanaman serbaguna yang mempunyai nilai ekonomis
karena menghasilkan buah dengan kandungan gizi yang tinggi. Kayunya yang
sudah tua, dapat digunakan untuk bahan bangunan (konstruksi ringan), papan yang
dikilapkan, bahan pembuatan kotak/peti, mainan dan bahan baku pulp. Daunnya
bisa untuk pakan ternak, juga berguna sebagai obat herbal tradisional untuk
mengatasi gangguan jantung dan ginjal. Dilaporkan di Trinidad dan Bahama, daun
sukun dipercaya dapat menurunkan tekanan darah, mengatasi penyakit asma,
infeksi kulit, sakit gigi dan diare. Budidaya tanaman sukun di masyarakat Indonesia
telah berlangsung sejak lama. Mengingat daerah sebarannya yang luas, maka buah
sukun sangat potensial dijadikan sebagai salah satu sumber bahan makanan pokok
bagi masyarakat. Akan tetapi upaya pengembangan jenis tanaman sukun di 2
masyarakat seringkali menghadapi permasalahan salah satunya perbanyakan benih
sukun (Adinugraha dkk, 2014).
Perbanyakan benih sukun dilakukan secara vegetatif dengan menggunakan
stek. Stek menjadi alternatif yang banyak dipilih pembudidaya karena caranya
sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit.stek pucuk tanaman sukun dapat
dilakukan dengan memanfaatkan tunas yang tumbuh pada benih stek akar. Pada
setiap stek akar akan tumbuh tunas yang jumlahnya 1-5 tunas bahkan ada yang
menghasilkan lebih dari 10 tunas. Menghasilkan benih dalam jumlah relatif banyak.

3
Cara ini dilakukan dengan menanam akar sepanjang 15-25 cm yang berdiameter
1,5-6 cm (Dwi dkk, 2016).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek antara lain adalah kondisi
lingkungan, fisik dan fisiologi bahan stek. Stek harus mengandung cadangan
makanan dan hormon tumbuh yang cukup untuk membentuk akar dan tunas.
Pemberian zat pengatur tumbuh eksogen dapat dilakukan guna menambah hormon
tumbuh sehingga dapat mempercepat pembentukan akar pada stek (Dwi dkk,
2016).
Tanaman sukun (Artocarpus communis L.) termasuk salah satu jenis buah-
buahan penghasil karbohidrat berumur panjang, sehingga mampu berproduksi
secara terus menerus sampai puluhan tahun. Di samping itu tanaman sukun juga
sangat produktif, karena setiap tanaman dapat menghasilkan buah rata-rata 200-300
buah per musim. Untuk setiap hektar lahan dapat dihasilkan buah sebanyak 16-32
ton, dengan 2 kali musim panen dalam setahun (Dwi dkk, 2016).
Perbanyakan tanaman sukun umumnya menggunakan stek akar tetapi
mempunyai kelemahan yaitu (Dwi dkk, 2016):
1. Pengambilan akar hanya boleh dilakukan secara bertahap agar tanaman induk
tidak rusak, dan
2. bibit yang dihasilkan sangat terbatas.
Tanaman sukun juga dapat diperbanyak dengan cara penyambungan yaitu
dengan menggunakan batang bawah tarap dan kluwih. Namun kelemahan dari
perbanyakan tersebut adalah memerlukan waktu yang cukup lama karena
dibutuhkan batang bawah umur 8 bulan sebelum dilakukan penyambungan. Selain
itu ukuran entris sukun pada umumnya besar, sehingga entris yang sesuai dengan
batang bawah sangat terbatas jumlahnya (Adma, 2018).
Salah satu alternatif untuk mendapatkan benih sukun dalam jumlah banyak
dalam waktu singkat adalah dengan menggunakan stek batang. Penggunaan stek
batang ini mempunyai keuntungan dapat dilakukan dengan cepat, sederhana, tidak
memerlukan tenaga yang terlatih dan jumlah benih yang dihasilkan cukup banyak.
Jumlah benih yang cukup banyak ini dapat tercapai karena dari setiap benih yang
digunakan sebagai bahan stek dapat dipotong-potong menjadi beberapa stek. Dari
beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa perbanyakan sukun dengan stek

4
batang memberikan keberhasilan yang lebih tinggi (65%) dibandingkan dengan
cara perundukan (25%). Pertumbuhan tunas pada cara perundukan lebih cepat
namun tidak diikuti dengan pertumbuhan akar, sedangkan pertumbuhan tunas pada
cara perbanyakan stek batang lambat tapi diikuti dengan pertumbuhan akar (Adma,
2018).
Masalah yang sering timbul pada perbanyakan vegetatif tanaman berkayu
melalui stek adalah sulitnya bahan tanaman membentuk akar. Pembentukan akar
pada stek selain tergantung pada cadangan makanan juga sangat tergantung pada
hormon tumbuh endogen yang terdapat pada bahan stek. Perlakuan pemberian
hormon tumbuh eksogen dapat dilakukan untuk mempercepat pembentukan akar
pada stek (Adma, 2018).
2.2. Stek
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan secara alamiah yaitu
perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari
tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan manusia.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi,
rizoma, dan geragih (stolon) (Suyanti dkk, 2012).
Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat dilakukan secara buatan yaitu
perbanykan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari
tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur tangan manusia.
Tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara vegetatif buatan adalah tanaman
yang memiliki kambium. Tanaman yang tidak memiliki kambium atau bijinya
berkeping satu (monokotil) umumnya tidak dapat diperbanyak dengan cara
vegetatif buatan. Perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dapat dilakukan
dengan cara stek, cangkok, dan merunduk (layering). Selain itu, perbanyakan
tanaman dapat dilakukan dengan cara okulasi dan sambung (grafting) (Suyanti dkk,
2012).
Menurut Santoso (2018), beberapa faktor yang sangat mempengaruhi
keberhasilan dalam memproduksi bibit dengan cara perbanyakan vegetatif yaitu:
1. Faktor tanaman (genetik, kondisi tumbuh, panjang entris),
2. Faktor lingkungan (ketajaman, kesterilan alat, kondisi cuaca, waktu
pelaksanaan), dan

5
3. Keterampilan orang yang melakukanya.
Pembiakan vegetatif dengna stek diartikan sebagai upaya perbanyakan
tanaman dengan memisahkan organ vegetatif tanaman (akar, batang, daun) dari
pohon induknya. Potongan bahan perbanyakan yg disebut sebagai stek tersebut
kemudian ditanam pada medium tumbuh agar terbentuk akar dan kemudian tunas.
Penyetekan dapat didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan
beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas dengan maksud
agar bagian-bagian tersebut membentuk akar (Santoso dkk, 2018).
Stek dapat dibedakan berdasarkan pada bagian dari tanaman yang dijadikan
bahan stek, yaitu stek akar, stek batang, stek pucuk, stek daun, stek umbi dan
sebagainya. Stek yang dilakukan pada bagian atas tanaman seperti stek pucuk, stek
batang dan lain-lain, bertujuan untuk mengoptimalkan pe mbentukan sistem
perakaran baru. Sementara stek yang dilakukan pada bagian bawah tanaman seperti
stek akar bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem bagian atas
tanaman. Sementara stek daun bertujuan untuk pembentukan sistem perakaran dan
batang tanaman (Suyanti dkk, 2013).
Keuntungan pembiakan melaui stek adalah murah, dapat dilakukan de ngan
cepat, sederhana dan tidak memerlukan tenaga terlatih. Selain itu pembiakan
vegetatif melalui stek dapat menghasilkan tanaman yang sempurna dengan akar,
daun dan batang dalam waktu relatif singkat serta bersifat serupa dengan induknya
(Suyanti dkk, 2013).
Perbanyakan tanaman dengan cara setek merupakan perbanyakan tanaman
dengan cara menanam bagian-bagian tertentu dari tanaman. Bagian tertentu itu bisa
berupa pucuk tanaman, akar, atu cabang. Proses penyetekan tanaman itu sendiri
cukup mudah. Kita tinggal memotong tanaman yang terpilih dengan menggunakan
pisau yang tajam untuk menghasilkan potongan permukaan yang halus.
Pemotongan stek bagian ujung sebaiknya berada beberapa milliliter dari mata tunas.
Sedangkan pemotongan stek bagian pangkal harus meruncing. Ketika membuat
potongan meruncing. Hendaknya kita usahakan potongan itu sedikit menyentuh
again mata tunas, dengan demikian nantinya stek yang diharapkan akan berhasil
(Aak, 2015).

6
Perbanyakan dengan cara stek adalah perbanyakan tanaman dengan
menumbuhkan potongan/bagian tanaman seperti akar, batang atau pucuk sehingga
menjadi tanaman baru. Stek pucuk umum dilakukan untuk perbanyakan tanaman
buah-buahan. Dengan kata lain setek atau potongan adalah menumbuhkan bagian
atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru (Anwar, 2021).
Keuntungan dan kerugian bibit dari stek adalah:
1. Keuntungan bibit dari setek adalah:
1) Tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai sifat yang persis sama
dengan induknya, terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan
rasanya. Tanaman asal setek ini bisa ditanam pada tempat yang permukaan
air tanahnya dangkal, karena tanaman asal setek tidak mempunyai akar
tunggang.
2) Perbanyakan tanaman buah dengan setek merupakan cara perbanyakan yang
praktis dan mudah dilakukan.
3) Stek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan
teknik.
4) khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi.
2. Kerugian bibit dari setek adalah:
1) Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang
tanaman menjadi mudah roboh.
2) Apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak tahan kekeringan

Penyetekan adalah suatu perlakuan atau pemotongan beberapa bagian dari


tanaman seperti akar, batang, daun, dan tunas dengan maksud agar organ-organt
ersebut membentuk akar yang selanjutnya menjadi tanaman baru yang sempurna
dalam waktu yang relative cepat dan sifat-sifatnya serupa dengan induknya.
Pembiakan dengan cara stek ini pada umumnya dipergunakan mengekalkan klon
tanaman unggul dan juga untuk memudahkan serta mempercepat perbanyakan
tanaman. Hal semacam ini biasanya banyak dilakukan oleh orang perkebunan buah-
buahan dan tanaman hias. Alasannya, karena bahan untuk membuat setek ini hanya
sedikit, tetapi dapat diperoleh jumlah bibit tanaman dalam jumlah banyak. Tanaman
yang dihasilkan dari setek biasanya mempunyai dalam ukur, ukuran tinggi,
ketahanan terhadap penyakit dan sifat-sifat lainnya. Selain itu juga diperoleh
tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang telah mampunyai akar, batang, dan

7
daun dalam waktu yang relatif singkat. Setek sangat sederhana, tidak memerlukan
teknik yang rumit, sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja (Erry, 2015).
Ada beberapa perlakuan untuk mempercepat pertumbuhan akar pada setek
antara lain:
1. Pengeratan (girdling)
Pada batang Penimbunan karbohidrat pada cabang pohon induk yang akan
dijadikan setek dapat dilakukan dengan cara pengeratan kulit kayu sekeliling
cabang dibuang secara melingkar. Lebar lingkaran sekitar 2 cm. Jarak dari ujung
cabang ke batas keratan kirakira 40 cm. Biarkan cabang yang sudah dikerat selama
2-4 minggu. Pada dasar keratan akan tampak benjolan atau kalus. Pada benjolan
inilah terjadi penumpukan karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber tenaga pada
saat pembentukan akar dan hormon auksin yang dibuat di daun. Setelah terlihat
benjolan barulah cabang bisa dipotong dari induknya. Bagian pangkal cabang
sepanjang 20 cm bisa dijadikan sebagai setek.
2. Penggunaan hormon tumbuh
Hormon auksin bertindak sebagai pendorong awal proses inisiasi atau
terjadinya akar. Sesungguhnya tanaman sendiri menghasilkan hormon, yaitu auksin
endogen.Akan tetapi banyaknya auksin yang dihasilkan belum cukup memadai
untuk mendorong pembentukan akar.Tambahan auksin dari luar diperlukan untuk
memacu perakaran setek.
3. Persemaian setek
Setek yang sudah diberi perlakuan hormon penumbuh akar siap untuk
disemaikan. Untuk itu kita perlu menyediakan tempat yang kondisinya sesuai.
Usaha untuk menumbuhkan setek perlu dilakukan pada lingkungan yang
mempunyai cahaya baur atau terpencar (diffuse light). Kelembaban udara sebaiknya
tinggi, sekitar 70-90%, Suhu mendekati suhu kamar, 25-27o C. Selain itu dalam
pembentukan akar setek diperlukan juga oksigen yang cukup. Oleh karena itu
media yang digunakan harus cukup gembur, sehingga aerasinya baik.

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Stek


Keberhasilan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan
pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to name atau true
to type. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu dari

8
tanaman itu sendiri dan ekstern yaitu dari lingkungan sekitar. Salah satu faktor
intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang
berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh. Faktor intern yang paling penting dalam
mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah faktor genetik. Jenis
tanaman yang berbeda mempunyai regenerasi yang berbeda pula. Untuk menunjang
keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara stek, tanaman sumber seharusnya
memiliki sifat- sifat unggul serta tidak terkena hama dan penyakit. Selain itu,
manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan status fisiologi tanaman sumber juga
penting dilakukan agar tingkat keberhasilan stek tinggi.
Menurut Nugroho (2015), kondisi lingkungan dan status fisiologi yang penting
bagi tanaman sumber diantaranya:
1. Status air Stek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan stek dalam
keadaan turgid.
2. Temperatur Tanaman stek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga 27°C.
3. Cahaya Durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman sumber
tergantung pada jenis tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya
ditumbuhkan pada kondisi cahaya yang tepat.
4. Kandungan karbohidrat Untuk meningkatkan kandungan karbohidrat bahan stek
yang masih ada pada tanaman sumber bisa dilakukan pengeratan untuk
menghalangi translokasi karbohidrat. Pengeratan juga berfungsi menghalangi
translokasi hormon dan substansi lain yang mungkin penting bagi pengakaran.
Sehingga terjadi akumulasi zat-zat tersebut pada bahan stek. Karbohidrat
digunakan dalam pengakaran untuk membangun kompleks makromolekul.
Elemen struktural dan sebagai sumber energi. Walaupun kandungan karbohidrat
dalam bahan stek tinggi, tetapi jika rasio C/N rendah maka inisiasi akar juga
akan terhambat karena unsur N berkorelasi negatif dengan pengakaran stek.

Faktor lingkungkan tumbuh stek yang cocok sangat berpengaruh pada


terjadinya regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau media pengakaran
seharusnya kondusif untuk regerasi akar yaitu cukup lembab, evapotranspirasi
rendah, sistem drainase dan aerasi baik, suhu tidak terlalu dingin atau panas, tidak
terkena cahaya penuh, dan bebas dari hama atau penyakit (Anam, 2019).
Faktor- faktor yang mempengaruhi perumbuhan stek yaitu:

9
2.3.1. Faktor dari dalam
Faktor dalam meliputi bahan tanaman dan bahan stek. Beberapa jenis pohon
kehutanan da pat dibiakkan d engan metode stek, baik itu dengan stek akar, stek
batang, stek pucuk ataupun stek daun, tetapi beberapa pohon justru tidak bisa
dibiakkan de ngan metode stek. Bahan stek meliputi nutrisi yang terkandung dalam
bahan stek, ketersediaan air, kandungan hor mon endogen dalam jaringan stek, tipe
bahan stek, kehadiran hama dan penyakit serta umur pohon induk dan umur bahan
stek itu sendiri (Anam, 2019).
2.3.2. Faktor dari luar
Menurut Anam (2019), faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan stek
adalah sebagai berikut:
1. Suhu
Kisaran suhu yang baik untuk pembentukan perakaran adalah 21-27 o C. Setiap
o
jenis akan mempunyai suhu yang berbeda-beda dalam kisaran 21-27 C untuk
merangsang pembentukan primordia masing-masing jenis.
2. Media Perakaran
Jenis media yang digunakan untuk media perakaran akan sangat
mempengaruhi kemampuan stek untuk membentuk akar. Media perakaran
memiliki fungsi yaitu untuk menahan bahan stekagar tetap berada dalam
tempatnya, menyediakan dan menjaga kelembababan yang dibutuhkan ol eh stek
dan untuk membiarkan penetrasi udara ke bagian dasar dari stek.
Menurut Anam (2019), kriteria media yang baik adalah sebagai berikut:
1) Harus cukup kuat dan kompak sebagai pemegang stek atau benih selama
perkecambahan atau pertumbuhan.
2) Harus mampu mempertahankan kelembaban.
3) Memiliki aerasi dan draenase yang baik.
4) Bebas dari benih tumbuhan liar, nematoda dan berbagi organisme penyakit.
5) Tidak memiliki salinitas yang tinggi.
6) Dapat disterilkan dengan menggunakan panas tanpa menimbulkan efek
penggunaan terhadap unsur-unsur penting bagi pertumbuhan stek.

Media yang sering digunakan untuk stek antara lain dapat terdiri dari atau
campuran dari tanah, pasir, gambut, sphagnum, vermiculite dan perlite. Perbedaan

10
macam media terhadap pembentukan akar tidak nyata selama media dapat
memenuhi syarat-syarat pembentukan akar (Suyanti dkk, 2013).
Selain jenis media, temperatur media juga mempunyai pengaruh dalam
pembentukan akar. Temperatur udara yang optimum untuk pembentukan akar
berbeda-beda menurut jenis tanaman. Tetapi pada kebanyakan tanaman, temperatur
udara optimum berkisar antara 29 0 C, sedangkan temperatur media perakaran
sebaiknya berkisar sekitar 24 0 C, karena pada temperatur ini pembagian sel pada
daerah perakaran akan distimulir (Suyanti dkk, 2013).
Media stek harus selalu dijaga kelembabannya. Stek yang ditanam dalam
wadah, tingkat kelembaban medianya bisa dilihat dari titik-titik air yang menempel
pada plastik atau kaca penutupnya. Tidak adanya air pada tempat itu menandakan
bahwa media telah kering. Cara mengatasinya dengan menyirami media (Suyanti
dkk, 2013).
3. Kelembaban udara
Kelembaban udara pada bahan stek sebaiknya di atas 90% terutama sebelum
stek mampu membentuk akar karena kelembaban yang tinggi akan menghambat
laju evapotranspirasi stek, mencegah stek dari kekeringan dan kematian. Tetapi
kelembaban stek dan lingkungannya sebaiknya jangan juga terlalu tinggi, karena
apabila media yang digunakan kurang steril, kelembaban yang terlalu tinggi justru
akan memacu perkembangan mikroba penggangu yang dapat menyebabkan
kegagalan stek. Kelembaban udara termasuk salah satu faktor penting yang
mempengaruhi stek sebelum berakar. Bila kelembaban rendah, stek akan cepat
mati karena kandungan air dalam stek pada umumnya sangat rendah sehingga stek
menjadi kering sebelum membentuk akar (Suyanti dkk, 2013).
4. Intensitas Cahaya
Cahaya dibutuhkan tanaman sebagai salah satu komponen dalam proses
fotosintesis, untuk itu intensitas cahaya yang sesuai untuk tanaman akan
menentukan keberhasilan stek. Pengaturanintensitas cahaya dapat dilakukan
dengan pengaturan intensitas naungan (Suyanti dkk, 2013).
5. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh adalah adalah salah satu bahan sintesis atau hormon
tumbuh yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman

11
melalui pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel. Pengaturan
pertumbuhan sel ini dilaksanakan dengan cara pembentukan hormon-hormon,
mempengaruhi sistem hormon, perusakan translokasi atau dengan perubahan
tempat pembentukan hormon. Zat Pengatur Tumbuh mempunyai peran penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Suyanti dkk, 2013).
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh ini dimaksudkan untuk merangsang
pembentukan dan pertumbuhan akar dalam stek batang dan stek pucuk. Salah satu
Zat Pengatur Tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang pembentukan dan
pertumbuhan akar adalah jenis auksin. Jenis auksin yang sering digunakan untuk
keperluan tersebut adalah IAA, IBA dan NAA. Sedangkan jenis auksin yang
dipergunakan secara luas dan merupakan bahan terbaik dibandingkan dengan
jenis auksin lainnya adalah IBA (Suyanti dkk, 2013).
Di dalam praktek pemakaian, IBA dan NAA lebih stabil sifat kimianya dan
mobilitasnya di dalam tanaman rendah. Sedangkan IAA dapat tersebar ke
tunastunas dan menghalangi perkembangan serta pertumbuhan tunas-tunas
tersebut. Kelemahan NAA yaitu kisaran konsentrasi yang sempit, sehingga
penggunaanya harus hati- hati agar konsentrasi optimum tidak terlampaui. IBA
bersifat lebih baik daripada IAA dan NAA, karena kandungan kimianya lebih
stabil, daya kerjanya lebih lama dan relatif lebih lambat ditranslokasikan di dalam
tanaman, sehingga memungkinkan memperoleh respon yang lebih baik terhadap
perakaran stek (Suyanti dkk, 2013).
Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh ini efektif pada jumlah tertentu, konsentrasi
yang terlalu tinggi dapat merusak dasar stek, dimana pembelahan sel dan kalus
akan berlebihan dan mencegah tumbuhnya tunas dan akar, sedangkan pada
konsentrasi dibawah optimum tidak efektif (Suyanti dkk, 2013).
2.4. Jenis-Jenis Stek
Ada beberapa Teknik dalam metode stek, yaitu (Faizin, 2016):
1. Stek batang
Stek batang dilakukan dengan cara diambil dari batang atau cabang pohon
induk. Beberapa tanaman yang bisa di perbanyak dengan teknik ini diantaranya
kedondong, jambu air, jeruk, bougenvil, kembang sepatu, mawar, dan melati.

12
Kadang- kadang stek batang yang ditanam sulit mengeluarkan akar sehingga perlu
diberi perlakuan khusus.

Gambar 2. Stek Batang


2. Stek pucuk (leafy cuttings)
Stek pucuk adalah metode perbanyakan vegetatif secara makro dengan
menumbuhkan terlebih dahulu tunas-tunas axilar pada media persemaian sampai
berakar sebelum dipindahkan ke lapangan. Dalam perkembangannya teknik ini
dilakukan dengan menggunakan matei yang berukuran kecil sehingga dikenal mini
cuttings dan micro cuttings seperti telah dikembangkan secara komersial untuk
jenis Eucalyptus spp di brazil.

Gambar 3. Stek Pucuk


3. Stek akar
Umumsnya bahan stek akar yang diambil adalah akar sekunder yang terbuka
dan telah menumbuhkan tunas baru serta potongan akar sekunder. Cara yang
dilakukan adalah dengan menggali dan memotong bagian akar sekunder. Apabila
bahan stek yang diambil berasal dari bagian akar yang telah menumbuhkan tunas

13
yaitu dengan cara menggali tanah sekitar tegakan,setelah terubusan akar terlihat
baru dilakukan pemotongan bagian akar dengan menyisakan sebagian akar dan
sebagian akar, sehingga berbentuk stump yang siap ditanam dalam polybag.

Gambar 4. Stek Akar


4. Stek Daun
Bahan awal perbanyakan yang dapat digunakan untuk stek daun berupa
lembaran daun. Bahan awal stek daun tidak akan menjadi bagian dari tanaman baru.
Penggunaan bahan yang mengandung kimera peiklinal dihindari agar tanaman-
tanaman baru yang dihasilkan bersifat type to type.
Akar dan tunas baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer atau
meristem skunder. Masalah pada stek daun umumnya adalah pembentukan
tunastunas adventif, bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun
lebih mudah disbanding pembentukan tunas-tunas adventif. Secara teknis stek daun
dilakukan dengan cara memotong daun dengan panjan 7,5-10 cm atau memotong
daun beserta petiolnya kemudian ditanam pada media.

Gambar 5. Stek daun

14
5. Stek Umbi
Pada stek umbi, bahan yang digunakan adalah umbi batang, umbi akar, umbi
sisik dan lain-lain. Sebagai bahan perbanyakan, umbi dapat digunakan utuh atau
dipotong-potong dengan syarat setiap potongannya mengandung calon tunas.
Untuk menghindari busuk pasa setiap potongan umbi, maka umbi perlu dierandap
bakterisida dan fungisida.

Gambar 6. Stek Umbi


2.5. Zat Pengatur Tumbuh Stek
Zat pengatur tumbuh mempunyai peranan dalam proses pembentukan dan
perkembangan tanaman dengan cara stek. Zat pengatur tumbuh adalah salah satu
bahan sintesis atau hormon tumbuh yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman melalui pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi
sel. Hormon berasal dari bahasa Yunani yang artinya menggiatkan. Hormon pada
tanaman menurut batasan adalah zat yang hanya dihasilkan oleh tanaman itu sendiri
yang disebut fitohormon dan zat kimia sintetik yang dibuat oleh ahli kimia (Yati,
2015).
Pemberian zat pengatur tumbuh bertujuan untuk merangsang pembentukan
dan pertumbuhan akar dalam melakukan stek. Salah satu zat pengatur tumbuh yang
sering digunakan untuk merangsang pembentukan dan pertumbuhan akar adalah
jenis auksin. Jenis auksin yang sering digunakan untuk keperluan tersebut adalah
IAA (Indole Acetic Acid), IBA (Indole Butyric Acid) dan NAA (Napthalene Acetic
Acid). IBA dan NAA bersifat lebih efektif dibandingkan IAA yang meruapakan
auksin alami, sedangkan zat pengatur tumbuh yang paling berperan dalam
pembentukan tunas adalah sitokinin yang terdiri atas zeatin, zeatin riboside, kinetin,

15
isopentenyl adenin (ZiP), thidiazurron (TBZ), dan benzyladenine (BA atau BAP)
(Abidin, 2014).
Selain auksin, absisic acid (ABA) juga berperan penting dalam pengakaran
stek. Penggunaan zat pengatur tumbuh ini efektif pada jumlah tertentu, konsentrasi
yang terlalu tinggi dapat merusak dasar stek, dimana pembelahan sel dan kalus akan
berlebihan dan mencegah tumbuhnya tunas dan akar, sedangkan pada konsentrasi
dibawah optimum tidak efektif (Yati, 2015).

2.6. Pembentukan Akar


Perkembangan akar terjadi karena adanya pergerakan ke bawah dari auksin,
karbohidrat dan rooting cofactor (zat-zat yang berinteraksi dengan auksin yang
mengakibatkan perakaran) baik dari tunas maupun dari daun. Zat-zat ini akan
mengumpul dan selanjutnya akan menstimulir pembentukan akar stek. Akar
adventif dapat tumbuh dari dua macam sumber yaitu dari jaringan kalus dan dari
akar morfologi atau akar primordia (Rochiman dkk, 2013).
Keterangan lain dari proses pembentukan akar dikemukakan oleh Yati (2015),
yang terdiri dari empat tahap sebagai berikut:
1. Bergabungnya sel-sel yang mempunyai fungsi khusus yang sama.
2. Pembentukan bakal akar dari sel-sel tertentu dari jaringan vaskular (jaringan
pembuluh).
3. Tersusunnya akar-akar primordia.
4. Pertumbuhan dan munculnya akar primordia keluar melalui jaringan batang
ditambah pembentukan sambungan pembuluh antara akar primordia dan
jaringan pembuluh dari stek.
Daya pembentukan akar pada suatu jenis tanaman yang distek dipengaruhi
antara lain oleh kandungan karbohidrat dan keseimbangan hormon dalam bahan
stek yang digunakan (Dwi dkk, 2016).
Media perakaran pada stek yaitu:
1. Arang Sekam Padi
Arang sekam padi merupakan media perakaran yang sering digunakan di
persemaian karena arang yang berwarna hitam akan meyerap panas lebih banyak
sehingga menaikan suhu tanah dan mempercepat pertumbuhan semai. Arang sekam
padi juga mempunyai porositas yang baik sehingga efektif dalam menunjang

16
pertumbuhan pohon. Sekam padi sangat baik digunakan sebagai pendukung media
atau sebagai pengganti tanah (Ani, 2014).
2. Tanah
Tanah merupakan tempat tumbuh t anaman dan penyedia unsur hara. Berhasil
tidaknya pertumbuhan tanaman banyak ditentukan oleh sifat-sifat tanah, karena
sifat-sifat tanah menentukan ke sesuaian lingkungan akar tanaman. Tanah lapisan
atas banyak mengandung bahan organik yang mempunyai kemampuan menghisap
dan memegang air yang tinggi. Tanah yang beraerasi baik, persentase pembentukan
akar pada stek lebih tinggi dan kualitasnya lebih baik (Ani, 2014).
3. Pasir
pasir telah digunakan secara luas sebagai media perakaran stek karena media
ini relatif murah dan mudah tersedia, bersih serta memiliki daya rekat tinggi. Pasir
tidak menyimpan kelembaban sehingga membutuhkan frekwensi penyiraman yang
lebih. Penggunaan tunggal tanpa campuran dengan media lain membuatnya sangat
kasar sehingga tidak akan memberikan hasil yang baik. kekasaran dan sistem aerasi
pasir harus diperhatikan, supaya dapat memberikan hasil yang baik (Ani, 2014).

2.7. Cairan Growtone


Saat ini telah banyak zat pengaturtumbuh yang beredar dipasaran, diantaranya
adalah Growtone. Selain harganya terjangkau juga mudah diperoleh dan juga yang
paling penting adalah sangat cocok digunakan pada berbagai macam stek tanaman
dengan fungsi merangsang pertumbuhan akan lebih cepat dang mengurangi
kematian stek. Growtone merupakan salah satu bahan yang mengandung ZPT asam
asetik naftalen dan naftalen asetik amid yang berperan dalam merangsang
pembentukan akar dan tunas. Cara aplikasinya sangat menentukan terhadap respon
growtone pada tanaman. Salah satu usaha yang dilakukan dalam aplikasi tersebut
adalah dengan menentukan konsentrasi yang tepat (Faizin, 2018).
Growtone adalah ZPT campuran berupa bubuk warna putih yang siap pakai
dan digunakan sebagai pasta yang di tempelkan pada bagian tanaman yang
dirangsang pertumbuhan akarnya. Growtone merupakan salah satu bahan yang
mengandung asam asetik naftalen atau naftalen asetik acid yang berperan dalam
merangsang pembentukan akar dan tunas. Zat pengatur tumbuh berbentuk tepung
yang dapat larut didalam air, berwarna abu-abu, cara aplikasinya sangat

17
menentukan terhadap respon Growtone pada tanaman. Salah satu usaha yang
dilakukan dalam aplikasi tersebut adalah dengan menentukan aplikasi yang tepat
(Faizin, 2016).
Growtone merupakan zat perangsang tumbuh yang sangat berguna untuk
merangsang pertumbuhan akar. Growtone merupakan produk ZPT yang telah
terdaftar secara resmi untuk dapat dipasarkan dengan Nomor pendaftaran
RL01040120062416. Adapun kelebihan Growtone adalah mudah diperoleh,
harganya terjangkau dan yang paling penting sangat cocok digunakan pada
berbagai macam stek tanaman dengan fungsinya yaitu merangsang pertumbuhan
akar lebih cepat dan mengurangi resiko kematian stek. Berikut manfaatnya yaitu
(Faizin, 2016):
1. Mempercepat keluar Akar, sehingga stek tanaman cepat tumbuh.
2. Memperbanyak dan memperpanjang akar membuat tanaman lebih kokoh, sehat
dan cepat besar.
3. Memperbanyak umbi pada tanaman singkong dan ketela rambat, dengan
demikian hasil semakin meningkat.
4. Melindungi luka bekas potongan, sehingga stek/tanaman terhindar dari
bakteri/cendawan pembusuk.
5. Ekonomis karena penggunaannya sedikit 20-25 mg/stek (0,5-1,0 kg/ha).

18
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum kedua dilakukan / dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 April
2022 jam 08.00 WITA – Selesai, di Kampung Rimba Universitas Hasanuddin.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam Kegiatan praktikum kedua yaitu:
1. Gunting tanaman di gunakan untuk memotong tanaman yang akan di
gunakan.
2. Ember di gunakan sebagai wadah untuk merendam tanaman yang sudah di
potong.
3. Plastik di gunakan untuk menyungkup tanaman stek
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum yaitu:
1. Ayakan tanah top soil, sebagai media tanam tumbuhan.
2. Kompos atau pupuk kandang, sebagai penyubur tanah.
3. Sekam, untuk menjaga atau pengikat unsur hara pada tanah.
4. Air, untuk merendam tanaman yang telah di potong.
5. Growtona, sebagai perangsang akar.
6. Stek yang di gunakan batang dan akar bahan utama praktikum
3.3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam pembuatan stek yaitu:
1. Siapkan alat dan bahan
2. Potong bagian tanaman yang akan di gunakan (Max 10 cm) pastikan batang
memiliki 2 sampai 3 mata tunas
3. Kemudian rendam tanaman ke dalam air yang sudah di campur dengan
cairan growtona
4. Kemudian diamkan beberapam menit
5. Tancapkan bagian yang sudah di potong itu kedalam polybag yang berisikan
tanah dengan kompos
6. Melakukan penyungkupan menggunakan plastic dan simpan selama
beberapa minggu.

19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berikut merupakan tabel hasil pengamatan dan pengukuran stek:
Tabel 1. Hasil pengamatan dan pengukuran stek
No. Waktu Diameter Tinggi Jumlah Daun Keterangan
1 24/04/2022 0 0 0 Mati
2 30/04/2022 0 0 0 Mati
3 10/05/2022 0 0 0 Mati
4 17/05/2022 0 0 0 Mati

4.2. Pembahasan
Pengamatan dan pengukuran yang ada pada tabel di atas dapat diketahui
bahwa stek tersebut tidak tumbuh. Adapun beberapa penyebab tidak tumbuhnya
stek tersebut antara lain bahan stek terlalu tua, bukan mudah mati, akan tetapi proses
pembentukan akar membutuhkan waktu lama. Proses pembentukan akar yang lama
ini disebabkan pada jaringan bahan stek yang tua memerlukan waktu lama untuk
dediferensiasi terutama jaringan tempat calon akar itu tumbuh yang berada di antara
jaringan pembuluh. Dediferensiasi diartikan sebagai proses balik daripada
diferensiasi. Diferensiasi sendiri diartikan sebagai proses perubahan dari keadaan
sederhana atau muda ke arah yang lebih rumit atau tua (Yati, 2015).
Bahan stek yang juga mempengaruhi kemampuan berakar stek. Cadangan
makanan dan hormon yang terdapat pada stek kurang menunjang kemampuan stek
untuk berakar. Cadangan makanan yang cukup pada bahan stek dibutuhkan untuk
pembelahan sel membentuk akar. Pertumbuhan jumlah akar tidak dipengaruhi oleh
media tanam (faktor eksternal), karena pertumbuhan jumlah akar diduga lebih
ditentukan oleh pembelahan sel di daerah pangkal stek (faktor internal), sedangkan
pemanjangan akar sangat dipengaruhi faktor lingkungan utamanya media tumbuh
tempat akar berada. Media dengan tekstur yang keras menyulitkan akar untuk
menembus media sehingga pemanjangan akar terhambat .Selain itu bahan stek juga
mempengaruhi kemampuan berakar stek. Cadangan makanan dan hormon yang
terdapat pada stek kurang menunjang kemampuan stek untuk berakar (Yati, 2015).

20
Keberhasilan stek sangat dipengaruhi oleh peran media tanam dalam
pembentukan akar dan mempertahankan kelembaban, sedangkan pertumbuhan stek
dipengaruhi oleh ketersediaan hara media tanam. Oleh karena itu, keberhasilan dan
pertumbuhan stek sangat dipengaruhi oleh sifat fisik dan sifat kimia dalam media
tanam serta kebutuhan tanaman itu sendiri (Yati, 2015).
Keberhasilan dengan cara stek bergantung pada kesanggupan jenis tersebut
untuk berakar. Ada jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit. Kandugan lignin
yang tinggi dan kehadiran cincin skelerenkim yang continu merupakan penghambat
anatomi pada jenis – jenis tanaman yang sulit berakar, dengan cara menghalangi
tempat munculnya akar adventif. Kondisi fisiologi tanaman yang mempengaruhi
penyetekan adalah umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda
pada stek, persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh. Kemampuan stek
berakar yang sangat rendah diduga disebabkan oleh banyak hal, terutama
pemberian hormon eksogen yang kurang tepat menyebabkan kalus belum
terdeferensiasi akibat konsentrasi auksin lebih rendah dibandingkan sitokinin. Hal
ini mengakibatkan kalusnya terbentuk tetapi tunas tidak terbentuk.

21
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpullkan bahwa:
1. Stek adalah perkembangbiakan vegetatif dengan cara memotong bagian
tubuh tanaman untuk ditanam sehingga menghasilkan tanaman baru.
Perkembangbiakan dengan cara penyetekan merupakan cara
memperbanyak tanaman dengan memisahkan organ vegetatif atau
modifikasinya dari pohon induk. Contohnya yaitu stek batang, stek daun,
stek akar, stek pucuk, dan stek umbi.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek antara lain adalah
kondisi lingkungan, fisik dan fisiologi bahan stek. Stek harus mengandung
cadangan makanan dan hormon tumbuh yang cukup untuk membentuk akar
dan tunas.
3. Panjang bahan tanam Stek sangat berpengaruh dengan kandungan
karbohidrat pada stek yang banyak, akan mampu memacu pertumbuhan
awal tunas, sehingga pertumbuhan panjang tunas juga akan lebih cepat.
Karbohidrat dari cadangan makanan yang berada dalam stek, setelah tunas
berkembang, bersama-sama dengan protein yang diperoleh dari proses
fotosintesis digunakan dalam pembelahan dan perpanjangan sel dan
perlakuan bentuk potongan memberikan pengaruh terhadap jumlah akar dan
tidak berpengaruh terhadap awal munculnya tunas, jumlah tunas, tinggi
tunas, jumlah daun dan panjang akar.
5.2. Saran
Asisten telah membimbing, menuntun dan memberikan ilmunya kepada kami
selama praktikum dengan baik. Semoga ke depannya kinerja asisten praktikum
dapat dipertahankan, lebih baik lagi dan terus mendampingi kami hingga kegiatan
praktikum serta pengerjaan laporan selesai.

22
DAFTAR PUSTAKA

Aak. 2014. Membuat Setek Cangkok dan Okulasi. Jakarta: Penebar Swadaya
Abidin. 2014. Dasar-Dasar Pengetahuan Zat Pengatur Tumbuh. Buku Angkasa.
Bandung.
Adinugraha, H. A., Kartikawati, N. K., Setiadi, D., dan Prastyono. 2014. Sukun
(Artocarpus altilis) Untuk Ketahanan Pangan. IPB Press. Bogor.
Adma A. H dan Dedi Setiadi. 2018. Pengembangan klon Sukun (Artocarpus altilis
(Park.) Fosberg.) unggulan untuk mendukung ketahanan pangan. Vol. 1,
No. 2, Hal. 21-29. Sleman, Yogyakarta.
Anam Didik K. 2019. Pengaruh Macam Zat Pengatur Tumbuh dan Bahan Stek
Terhadap Pertumbuhan Stek Sukun (Artocarpus altilis). Fakultas Pertanian,
Universitas Pekalongan.
Ani, E. 2014. Pengaruh Konsentrasi Paclobutrazol dan Urea pada Stek Batang
Kentang Terhadap Produksi Tuberlet Varietas Grnola. Jurnal Penelitian
Bidang Ilmu Pertanian, 2 (1): 29-35.
Anwar K. dan Abdul Rauf. 2021. PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN
KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH ATONIK TERHADAP
PERTUMBUHAN STEK TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.).
Agrotekbis 9 (3): 592 – 602. Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu.
Dwi A.A.R., dan and Septiantina Dyah Riendriasari. 2012. PENGARUH
BEBERAPA JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP
PERTUMBUHAN STEK BATANG BIDARA LAUT (Strychnos ligustrina
Bl.). Lombok Barat, NTB. Indonesia.
Erry. 2015. Perbanyakan dan Perawatan Tanaman. Bogor: PT Gramedia.
Faizin Rusdin. 2016. PENGARUH JENIS STEK DAN KONSENTRASI ZAT
PENGATUR TUMBUH GROWTONE TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth). Vol. 2, No. 1. Fakultas
Pertanian Universitas Teuku Umar, Meulaboh.
Santoso B.S., Wahyu Astiko, Ahsani Taqwim. Pengaruh Panjang dan Diameter
Stek Batang Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelor (Moringa oleifera Lam.).
Vol. 4 No.2 pp: 120-131. Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
Suyanti, Mukarlina, Rizalinda. 2013. Respon Pertumbuhan Stek Pucuk Keji Beling
(Strobilanthes crispus Bl) dengan Pemberian IBA (Indole Butyric Acid). Vol
2 (2): 26 – 31. Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Yati N., Iman Muhammad Surya. 2015. Respon Stek Pucuk Camelia Japonica
Terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Organik. Volume 1, Nomor 5,
Halaman: 1211-1215. Cipanas-Cianjur, Jawa Barat.

23
LAMPIRAN

Gambar 1. Proses Pengayakan Tanah

Gambar 2. Pencampuran Tanah dengan Sekam Padi

Gambar 3. Memasukkan tanah yang dicampur kedalam Polybag

24
Gambar 4. Pencampuran Air dengan cairan Growtona

Gambar 5. Perendaman akar sukun

Gambar 6. Pemberian Label pada Setiap Polybag

25
Gambar 7. Menancapkan Akar Sukun pada Polybag

Gambar 8. Penyimpanan Polybag

26

You might also like