Professional Documents
Culture Documents
net/publication/350241135
CITATIONS READS
0 198
1 author:
Dua Klaas
Politeknik Negeri Kupang, University of Applied Science Kupang, Indonesia
27 PUBLICATIONS 145 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Dua Klaas on 21 March 2021.
ABSTRACT
The objective of this research is to analyse and to determine based on experiment relation among outlet depth of sluice gate,
a, downstream, h2 and upstream depths, h1 as well as to determine the length of eddy phenomenon, Ld counted form sluice
gate and its relation with discharge, Q. The research was conducted in Hydraulics Engineering Laboratory using several
apparatus provided ini in State Polytechnics Kupang. Generally speaking, correlation among all variables used and analysed
in this experiment had significant relationship, except between h0 and Q for a = 0,20 cm (R2=0.090), a = 0,50 cm (R2=0.436),
h2 and Q for a = 0,20 cm (R2=0.046) and a = 0,40 cm (R2=0.289). the relatively small correlation value can be introduced by
human or devices error during experiment. On the other hand, the highest correlation value was found between Ld and Q for
a = 0,30 cm (R2=0.988). Curve shows that Q is in line with other three variables, namely Ld, h0, h1 and h2. Hence, the bigger
the discharge, Q, the bigger Ld, h0, h1 and h2. By using upstream depth, h1 critical flow coefficient, ccr can be determined. In
addition, critical depth, hcr lenght of eddies, Ld can be determined.
Keywords: sluice gate, critical flow
ABSTRAK
Tujuan penelitan ini adalah menguraikan serta menentukan secara analitis dan membuktikan secara eksperimental hubungan
antara tinggi bukaan pintu sorong, a, dan profil muka air hilir, h2 dan hulu, h1 dan menentukan jarak kedalaman loncatan
hidrolik, Ld, dihitung dari pintu sorong dan hubungannya dengan debit aliran, Q. Penelitian ini bersifat teoritis dan
eksperimental dengan model uji test saluran terbuka segi empat di Laboratorium Hidrolika Politeknik Negeri Kupang. Secara
umum korelasi antara variabel yang diukur memiliki korelasi nyata, kecuali antara h0 dan Q untuk a = 0,20 cm (R2=0.090), a
= 0,50 cm (R2=0.436), h2 dan Q untuk a = 0,20 cm (R2=0.046) dan a = 0,40 cm (R2=0.289). Nilai korelasi yang kecil dapat
disebabkan oleh karena kesalahan dalam menjalankan percobaan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hubungan korelasi
terbesar ada pada hubungan antara komponen Ld dan Q untuk a = 0,30 cm (R2=0.988). Kurva menunjukkan bahwa
komponen Q berbanding lurus dengan tiga komponen pengukuran lainnya yaitu: Ld, h0, h1 dan h2. Semakin besar nilai debit,
Q di saluran segiempat, maka nilai Ld, h0, h1 dan h2 semakin besar. Dengan variabel kedalaman hulu, h1 maka koefisien aliran
kritis, ccr dapat ditentukan. Kedalaman aliran kritis, hcr, panjang olakan, Ld dan kedalaman hilir dapat ditentukan.
Kata-kata kunci: pintu sorong, aliran kritis
rencanaan tinggi jagaan saluran dan dimensi apron hilir. Hal ini
PENDAHULUAN akan berimplikasi pada ketepatan perencanaan debit saluran, dan
Pintu sorong (sluice gate) merupakan bangunan hidrolik pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi distribusi air irigasi.
yang sering digunakan untuk mengatur debit intake pada embung Selain itu perencanaan yang baik berdasarkan penentuan aliran
atau di saluran irigasi. Di dalam sistim saluran irigasi, pintu so- kritis akan berdampak meningkatnya efisiensi biaya konstruksi
rong biasanya ditempatkan pada bagian pengambilan dan bangun- (pemilihan jenis dan volume hahan) dan efektifitas operasional
an bagi sadap balk itu sekunder maupun tersier. Selain itu, alat ini pintu bagi para petani.
juga dapat digunakan pada industri misalnya di saluran pengolah- Letak Batas awal aliran stabil (aliran kritis, Fcr = 1) ini
an atau pembuangan. Detail pintu ini di saluran dapat dilihat pada perlu diidentifikasi secara teoritis dan eksperimental sebab ini
Gambar 1. merupakan salah satu komponen penentu dalam perencanaan
Bangunan pengatur debit ini sering digunakan oleh karena perlakuan aliran selanjutnya.
kemudahan perencanaan dan pengoperasiannya. Dengan tinggi Pada pintu sorong, penetapan besaran debit aliran dilaku-
bukaan pintu tertentu maka akan didapatkan debit yang dimaksud. kan melalui operasi pintu, dimana tinggi bukaan, a, menentukan
Dengan demikian variasi bukaan pintu akan mempengaruhi debit debit yang mengalir setelah pintu sorong. Pada prakteknya, acuan
aliran dan profit muka air di bagian hilir. perencanaan bagian bangunan setelah pintu sorong didasarkan
Aliran yang mengalir di bawah pintu sorong dimulai dari pada kedalaman kritis, hcr. Contoh analisis perencanaan adalah
fungsi superkritis penuh (F > 1) sampai pada bagian vena con- bangunan peredam energi untuk pengaturan tinggi muka air hilir
tracta dan dilanjutkan pada aliran berkembang sebagian dimana (Rice & Kern, 1993).
lapisan batas (boundary condition) terbentuk sampai pada aliran Penentuan kedalaman kritis biasanya hanya didasarkan pa-
aliran menjadi stabil (F < 1) (Rao,1973). Pada kondisi aliran da estimasi debit aliran dari pintu sorong. Debit aliran pun perlu
kritis (Fcr = 1) kedalamannya merupakan kedalaman kritis, hcr. direduksi dengan faktor koreksi tanpa dimensi (Dep.PU, 1986).
Kedalaman kritis ini merupakan salah satu komponen pe- Sehingga perhitungan kedalaman kritis berdasarkan debit aliran
nentu dalam perencanaan bangunan itu sendiri (Kinori, 1970). kurang praktis digunakan pengguna awam misalnya petani. Peng-
Perhitungan kedalaman kritis yang tepat akan menghasilkan pe- guna perlu menetapkan asumsi faktor koreksi berdasarkan grafik
rencanaan bangunan yang efektif secara hidrolika yaitu pada pe- sebelum mendapatkan besaran debit di saluran.
(J − 1) + 1
*
h 1 2 2
= F (2)
h 2
dimana:
U* U
a h*
h δ y u hcr F = bilangan froude pada titik x = x
U
=
x g .h
xc
*
Gambar 2. Sketsa aliran melalui bawah pintu sorong U
(Ohtsu,1994)
J =
U
atau: didapatkan:
2
U
=F=1 ( 10 )
g.D
Kritis (F = 1,0)
hcr U2
2g Sub-kritis (F < 1,0)
Q3 > Q1
Q1
h2
hcr
h1 Q2 < Q1
E1 Ecr E2 E
h1
Uo h2
Q
a ho Uc
xc
2a Gambar 4. Komponen aliran pada pintu sorong
2
4
3
1
5 6
10 9 8
P an jan g lo n catan , L d
a = 0,60 cm
80.0
a = 0,50 cm
(m m )
60.0 a = 0,40 cm
a = 0,30 cm
40.0
a = 0,20 cm
Gambar 6. Model bangunan tegak lurus 20.0
0.0
0.00E+00 5.00E-05 1.00E-04 1.50E-04 2.00E-04 2.50E-04 3.00E-04 3.50E-04
Debit (m 3/detik)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4. Kurva debit vs panjang loncatan hidrolik
Kalibrasi dan kurva debit untuk beragam nilai a
Kalibrasi debit dilakukan untuk menentukan debit rerata
untuk setiap kali pengukuran. Pengukuran debit dengan bejana
• Hubungan debit dan kedalaman loncatan
ukur dan pencatat waktu digital dilakukan sebanyak 6 – 8 kali
untuk setiap debit. Hasil kalibrasi debit untuk masing-masing hidrolik
bukaan pintu dapat dilihat pada gambar grafik di bawah. Grafik hubungan antara debit, Q, dan kedalaman loncatan
hidrolik, h0 untuk beragam bukaan pintu sorong adalah sebagai
Analisis hidrolika berikut.
Dari semua data yang didapatkan, variabel pengukuran ke-
mudian diplot pada grafik. Hasil pengeplotan dapat dilihat pada 30.0
Q vs h 0 untuk beragam nilai a
hubungan antara beberapa variabel hidrolika di bawah.
Ked alam an lo n catan ,
25.0
• Hubungan debit dan panjang loncatan a = 0,60 cm
hidrolik
h 0 (m m )
20.0 a = 0,50 cm
a = 0,40 cm
Grafik hubungan antara debit, Q, dan panjang loncatan hidrolik, 15.0 a = 0,30 cm
Ld untuk beragam bukaan pintu sorong adalah sebagai berikut.
a = 0,20 cm
10.0
5.0
0.00E+00 5.00E-05 1.00E-04 1.50E-04 2.00E-04 2.50E-04 3.00E-04 3.50E-04
160.0 Kurva debit untuk a = 0,20 cm
Debit (m3/detik)
140.0
1
120.0
untuk beragam nilai a
100.0 R2 = 0.994
Series1
• Hubungan debit dan kedalaman hilir
80.0
Pow er (Series1) Grafik hubungan antara debit, Q, dan kedalaman hilir, h2
60.0
untuk beragam bukaan pintu sorong adalah sebagai berikut
40.0
16.0
20.0 Q vs h 2 untuk beragam nilai a
K ed alam an h ilir, h 2
0.0 12.0
5.00E-05 1.00E-04 1.50E-04 2.00E-04 2.50E-04
Debit (m3/detik)
(m m )
8.0 a = 0,60 cm
a = 0,50 cm
Gambar 3. Kurva debit a = 0,40 cm
4.0
a = 0,30 cm
a = 0,20 cm
0.0
5.00E-05 1.00E-04 1.50E-04 2.00E-04 2.50E-04 3.00E-04 3.50E-04
Debit (m 3/detik)
0.180
⎛ 1 2 ⎛ U *2 ⎞ ⎞
h* / h
*
h
y = 0.748x-0.514 ⎜ Fcr ⎜ 2 − 1 ⎟ + 1⎟
= ccr .
⎜2 ⎜U ⎟ ⎟ ( 18 )
0.160
0.140
R2 = 1.000 hcr ⎝ ⎝ cr ⎠ ⎠
0.120 Dengan demikian dengan memasukkan persamaan (14) dan ka-
rena aliran dalam kondisi kritis Fcr = 1, nilai kedalaman kritis
0.100 yang dicari dapat didapatkan dengan persamaan:
0.00E+00 5.00E+00 1.00E+01 1.50E+01 2.00E+01 2.50E+01 3.00E+01 3.50E+01
1
/2 (U*2 / Ucr2 - 1) + 1 0,64 . a
hcr = ( 19 )
⎛ 1 ⎛ U *2 ⎞ ⎞
ccr . ⎜ ⎜ 2 − 1⎟ + 1⎟
⎜2⎜U ⎟
Gambar 7. Kurva tanpa dimensi h* / hcr untuk beragam
⎟
nilai a = 0,20 cm ⎝ ⎝ cr ⎠ ⎠
Kurva untuk setiap nilai a dapat dilihat pada lampiran. Sedang- Dengan demikian untuk setiap nilai a didapatkan kurva koefisien
kan untuk beragam nilai a, didapatkan kurva sebagai berikut. aliran kritis tertentu sebagaimana terlihat pada gambar di bawah.
0.060 a = 0,40 cm
0.350
C
cr
a = 0,40 cm a = 0,30 cm
h* / h
0.300 0.040
a = 0,30 cm a = 0,20 cm
0.250 a = 0,20 cm 0.020
0.200
0.000
0.150 0.000 0.020 0.040 0.060 0.080 0.100 0.120 0.140 0.160
0.100 h 1 (m)
2.00E+00 7.00E+00 1.20E+01 1.70E+01 2.20E+01 2.70E+01 3.20E+01
1 2 2
/2 (U* / Ucr - 1) + 1 Gambar 9. Kurva koefisien aliran kritis vs h1 untuk
beragam nilai a
Gambar 8. Kurva tanpa dimensi h* / hcr untuk beragam Dari kurva di atas maka dengan variabel kedalaman hulu, h1 ma-
nilai a ka koefisien aliran kritis, ccr dapat ditentukan. Dengan demikian