Professional Documents
Culture Documents
Ke 2
Ke 2
ASI
KRITERI
A HASIL
Syarat ditegakan diagnosis SDKI Kaidah penulisan SLKI berbasis manual:
1. Ditemukan 80-100% tanda / gejala mayor Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama .....
2. Tanda/ gejala minor tidak harus maka [Luaran Keperawatan] [Ekspektasi] dengan
ditemukan, namun jika ditemukan dapat kriteria hasil:
mendukung penegakan diagnosis - Kriteria 1 (hasil)
- Kriteria 2 (hasil)
Kaidah penulisan SDKI: dst
Kaidah penulisan SLKI berbasis komputer:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
Jenis Diagnosis Komponen dan Penulisan selama ..... maka [Luaran Keperawatan]
Aktual Masalah berhubungan [Ekspektasi] dengan kriteria hasil:
dengan (b.d.) Penyebab
dibuktikan dengan (d.d.) - Kriteria 1 (skor)
Tanda/Gejala - Kriteria 2 (skor)
Risiko Masalah dibuktikan dengan dst
(d.d.) Faktor risiko
Promosi Kesehatan Masalah dibuktikan dengan
(d.d.) Tanda/Gejala
Gangguan Pertukaran Gas (D.0003) SLKI: Pertukaran Gas Meningkat (L.01002) 1. Tingkat kesadaran
meningkat
Definisi SIKI: Pemantauan Respirasi (I.01014) 2. Dispnea menurun
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau Observasi 3. Bunyi nafas
eliminasi karbondioksida pada membrane 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas tambahan menurun
alveolus-kapiler 2. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, 4. Pusing menurun
Penyebab hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, 5. AGD membaik
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi ataksik0
Perubahan membrane alveolus-kapiler 3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Penurunan Curah Jantung (D.0008) CURAH JANTUNG MENINGKAT L.02008 1. Kekuatan nadi perifer
Ketidakadekuatan jantung memompa darah INTERVENSI KEPERAWATAN meningkat
2. EF meningkat
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. A. PERAWATAN JANTUNG (I.02075) 3. Palpitasi menurun
Penyebab Observasi 4. Gambaran EKG
1. Perubahan irama jantung. 1. Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah aritmia menurun
2. Perubahan frekuensi jantung. jantung (meliputi dispenea, kelelahan, adema 5. Dispnea menurun
3. Perubahan kontraktilitas. ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea, 6. Edema menurun
4. Perubahan preload. peningkatan CPV) 7. Tekanan darah
5. Perubahan afterload. 2. Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah membaik
jantung (meliputi peningkatan berat badan,
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
1. Perubahan irama jantung : Palpitasi. basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
2. Perubahan preload : lelah. 3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
3. Perubahan afterload : Dispnea. ortostatik, jika perlu)
4. Perubahan kontraktilitas : Paroxysmal 4. Monitor intake dan output cairan
nocturnal dyspnea (PND); Ortopnea; Batuk. 5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : sama
1. Perubahan irama jantung : 6. Monitor saturasi oksigen
– Bradikardial / Takikardia. 7. Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi,
– Gambaran EKG aritmia atau radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri)
gangguan konduksi. 8. Monitor EKG 12 sadapoan
2. Perubahan preload : 9. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekwensi)
– Edema, 10. Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit,
– Distensi vena jugularis, enzim jantung, BNP, Ntpro-BNP)
– Central venous pressure (CVP) 11. Monitor fungsi alat pacu jantung
meningkat/menurun, 12. Periksa tekanan darah dan frekwensi nadisebelum
– Hepatomegali. dan sesudah aktifitas
3. Perubahan afterload. 13. Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum
– Tekanan darah meningkat / pemberian obat (mis. Betablocker, ACEinhibitor,
menurun. calcium channel blocker, digoksin)
– Nadi perifer teraba lemah. Terapeutik
– Capillary refill time > 3 detik 1. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler
– Oliguria.
– Warna kulit pucat dan / atau dengan kaki kebawah atau posisi nyaman
sianosis. 2. Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan
4. Perubahan kontraktilitas kafein, natrium, kolestrol, dan makanan tinggi
– Terdengar suara jantung S3 dan lemak)
/atau S4. 3. Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten,
– Ejection fraction (EF) menurun. sesuai indikasi
4. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi hidup
Kondisi Klinis Terkait : sehat
1. Gagal jantung kongestif. 5. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika
2. Sindrom koroner akut. perlu
3. Stenosis mitral. 6. Berikan dukungan emosional dan spiritual
4. Regurgitasi mitral. 7. Berikan oksigen untuk memepertahankan
5. Stenosis aorta. saturasi oksigen >94%
6. Regurgitasi aorta. Edukasi
7. Stenosis pulmonal. 1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
8. Regurgitasi trikuspidal. 2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
9. Stenosis pulmonal. 3. Anjurkan berhenti merokok
10. REgurgitasi pulmonal. 4. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan
11. Aritmia. harian
12. Penyakit jantung bawaan. 5. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan
output cairan harian
Tautan Luaran : Kolaborasi
Luaran Utama : Curah Jantung. 1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
Luaran Tambahan : 2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
– Perfusi Miokard B. PERAWATAN JANTUNG AKUT :
– Perfusi Renal AKUT( I.02076)
– Perfusi Perifer Observasi
– Perfusi Serebral 1. Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor
– Status Cairan pemicu dan dan pereda, kualitas, lokasi, radiasi,
– Status Neurologis. skala, durasi dan frekuensi)
– Status Sirkulasi. 2. Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T
– Tingkat Keletihan.
3. Monitor Aritmia( kelainan irama dan frekuensi)
4. Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan
resiko aritmia( mis. kalium, magnesium serum)
5. Monitor enzim jantung (mis. CK, CK-
MB, Troponin T, Troponin I)
6. Monitor saturasi oksigen
7. Identifikasi stratifikasi pada sindrom koroner
akut(mis. Skor TIMI, Killip, Crusade)
Terapeutik
1. Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
2. Pasang akses intravena
3. Puasakan hingga bebas nyeri
4. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
ansietas dan stres
5. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk
beristirahat dan pemulihan
6. Siapkan menjalani intervensi koroner perkutan, jika
perlu
7. Berikan dukungan spiritual dan emosional
Edukasi
1. Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
2. Anjurkan menghindari manuver Valsava (mis.
Mengedan sat BAB atau batuk)
3. Jelaskan tindakan yang dijalani pasien
4. Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan
ketakutan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiplatelat, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian antiangina(mis. Nitrogliserin,
beta blocker, calcium channel bloker)
3. Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu
4. Kolaborasi pemberian inotropik, jika perlu
5. Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah manuver
Valsava (mis., pelunak, tinja, antiemetik)
6. Kolaborasi pemberian trombus dengan antikoagulan,
jika perlu
7. Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada , jika perlu
Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009) SLKI : Perfusi Perifer Meningkat (L.02011) 1. Denyut nadi perifer
meningkat
DEFINISI SIKI: 2. Penyembuhan luka
Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler Perawatan Sirkulasi (I.02079) meningkat
yang dapat mengganggu metabolisme tubuh. Observasi 3. Sensasi meningkat
1. Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer, edema, 4. Warna kulit pucat
PENYEBAB pengisian kalpiler, warna, suhu, angkle brachial index) menurun
1. Hiperglikemia 2. Identifikasi faktor resiko gangguan 5. Edema perifer
2. Penurunan konsentrasi hemoglobin sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang tua, hipertensi menurun
3. Penurunan tekanan darah dan kadar kolesterol tinggi) 6. Nyeri ekstremitas
4. Kekurangan volume cairan 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau menurun
5. Penurunan aliran arteri dan/atau vena bengkak pada ekstremitas 7. Parestesia menurun
6. Kurang terpapar informasi tentang factor Terapeutik 8. Tekanan darah
pemberat (mis. Merokok, gaya hidup 1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan membaik
monoton, trauma, obesitas, asupan garam, darah di area keterbatasan perfusi
imobilitas) 2. Hindari pengukuran tekanan darah pada
7. Kurang terpapar informasi tentang proses ekstremitas pada keterbatasan perfusi
penyakit (mis. Diabetes mellitus, 3. Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada
hyperlipidemia) area yang cidera
8. Kurang aktivitas fisik 4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
6. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit
terbakar
4. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika perlu
5. Anjurkan minum obat pengontrol tekakan darah secara
teratur
6. Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat
beta
7. Ajurkan melahkukan perawatan kulit yang tepat(mis.
Melembabkan kulit kering pada kaki)
8. Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
9. Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
(mis. Rendah lemak jenuh, minyak ikan, omega3)
10. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan( mis. Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya
rasa)
Risiko Penurunan Curah Jantung (D.0011) CURAH JANTUNG MENINGKAT L.02008 8. Kekuatan nadi perifer
Definisi: INTERVENSI KEPERAWATAN meningkat
Berisiko mengalami pemompaan jantung yang A. PERAWATAN JANTUNG (I.02075) 9. EF meningkat
tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan Observasi 10. Palpitasi
metabolisme tubuh. 14. Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah menurun
jantung (meliputi dispenea, kelelahan, adema 11. Gambaran EKG
Faktor Risiko : ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea, aritmia menurun
1. Perubahan afterload. peningkatan CPV) 12. Dispnea
2. Perubahan frekuensi jantung. 15. Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah menurun
3. Perubahan irama jantung. jantung (meliputi peningkatan berat badan, 13. Edema menurun
4. Perubahan kontraktilitas. hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi 14. Tekanan darah
5. Perubahan preload. basah, oliguria, batuk, kulit pucat) membaik
16. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
Kondisi Klinis Terkait. ortostatik, jika perlu)
1. Gagal jantung kongestif 17. Monitor intake dan output cairan
2. Sindrom koroner akut.
3. Gangguan katup jantung (stenosis / 18. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang
regirgitasi aorta, pulmonalis, sama
trikuspidalis, atau mitralis). 19. Monitor saturasi oksigen
4. Atrial / ventricular septal defect. 20. Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi,
5. Aritmia. radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri)
21. Monitor EKG 12 sadapoan
22. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekwensi)
23. Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit,
enzim jantung, BNP, Ntpro-BNP)
24. Monitor fungsi alat pacu jantung
25. Periksa tekanan darah dan frekwensi nadisebelum
dan sesudah aktifitas
26. Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum
pemberian obat (mis. Betablocker, ACEinhibitor,
calcium channel blocker, digoksin)
Terapeutik
8. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan
kaki kebawah atau posisi nyaman
9. Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan
kafein, natrium, kolestrol, dan makanan tinggi
lemak)
10. Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten,
sesuai indikasi
11. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi hidup
sehat
12. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika
perlu
13. Berikan dukungan emosional dan spiritual
14. Berikan oksigen untuk memepertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi
6. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
7. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
8. Anjurkan berhenti merokok
9. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan
harian
10. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan
output cairan harian
Kolaborasi
3. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
4. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
B. PERAWATAN JANTUNG AKUT :
AKUT( I.02076)
Observasi
8. Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor
pemicu dan dan pereda, kualitas, lokasi, radiasi,
skala, durasi dan frekuensi)
9. Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T
10. Monitor Aritmia( kelainan irama dan frekuensi)
11. Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan
resiko aritmia( mis. kalium, magnesium serum)
12. Monitor enzim jantung (mis. CK, CK-
MB, Troponin T, Troponin I)
13. Monitor saturasi oksigen
14. Identifikasi stratifikasi pada sindrom koroner
akut(mis. Skor TIMI, Killip, Crusade)
Terapiutik
8. Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
9. Pasang akses intravena
10. Puasakan hingga bebas nyeri
11. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
ansietas dan stres
12. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk
beristirahat dan pemulihan
13. Siapkan menjalani intervensi koroner perkutan, jika
perlu
14. Berikan dukungan spiritual dan emosional
Edukasi
5. Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
6. Anjurkan menghindari manuver Valsava (mis.
Mengedan sat BAB atau batuk)
7. Jelaskan tindakan yang dijalani pasien
8. Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan
ketakutan
Kolbaorasi
8. Kolaborasi pemberian antiplatelat, jika
perlu
9. Kolaborasi pemberian antiangina(mis. Nitrogliserin,
beta blocker, calcium channel bloker)
10. Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu
11. Kolaborasi pemberian inotropik, jika perlu
12. Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah manuver
Valsava (mis., pelunak, tinja, antiemetik)
13. Kolaborasi pemberian trombus dengan antikoagulan,
jika perlu
14. Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada , jika perlu
Risiko Perdarahan (D.0012) SLKI: Tingkat perdarahan (L.02017) menurun 1. Kelembapan membran
Definisi: Pencegahan Pendarahan (I.02067) mukosa membaik
Berisiko mengalami kehilangan darah baik Definisi 2. Kelembapan kulit
internal (terjadi di dalam tubuh) maupun Mengidentifikasi dan menurunkan resiko atau membaik
ekternal (Terjadi hingga keluar tubuh). komplikasi stimulus yang menyebabkan perdarahan 3. Tidak hematuria
4. Tidak terjadi
perdarahan
atau resiko perdarahan.
Faktor Risiko : Tindakan
1. Aneurisma. Observasi
2. Gangguan gastrointestinal (misal ulkus, 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
polip, varises). 2. Monitor nilai hematokrit/homoglobin sebelum dan
3. Gangguan fungsi hati (misal sirosis setelah kehilangan darah
hepatitis). 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
4. Komplikasi kehamilan (misal ketuban 4. Monitor koagulasi (mis. Prothombin time (TM),
pecah sebelum waktunya, plasenta partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen,
previa/abrupsio, kehamilan kembar). degradsi fibrin dan atau platelet)
5. Komplikasi pasca partum (misal atoni Terapeutik
uterus, retensi plasenta). 1. Pertahankan bed rest selama perdarahan
6. Gangguan koagulasi (misal 2. Batasi tindakan invasif, jika perlu
trombositopenia), 3. Gunakan kasur pencegah dikubitus
7. Efek agen farmakologis. 4. Hindari pengukuran suhu rektal
8. Tindakan pembedahan. Edukasi
9. Trauma. 1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
10. Kurang terpapar informasi tentang 2. Anjurkan mengunakan kaus kaki saat ambulasi
pencegahan pencegahan 3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
perdarahan. menghindari konstipasi
11. Proses keganasan. 4. Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
5. Anjurkan meningkatkan asupan makan dan
Kondisi Klinis Terkait. vitamin K
1. Aneurisma. 6. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
2. Koagulasi intravaskuler diseminata. Kolaborasi
3. Gangguan fungsi hati (misal sirosis 1. Kolaborasi pemberian obat dan mengontrol
hepatitis). perdarhan, jika perlu
4. Komplikasi kehamilan (misal ketuban 2. Kolaborasi pemberian prodok darah, jika perlu
pecah sebelum waktunya, plasenta 3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
previa/abrupsio, kehamilan kembar).
5. Komplikasi pasca partum (misal atoni
uterus, retensi plasenta).
6. Gangguan koagulasi (misal
trombositopenia).
7. Efek agen farmakologis.
8. Tindakan Pembedahan.
9. Trauma.
10. Kurang terpapar informasi tentang
pencegahan perdarahan.
11. Proses Keganasan,
Edukasi
Objektif 1. Anjurkan melapor jika haluaran urine <0.5
1. Ederma anasarka dan/atau ederma ml/kg/jam dalam 6 jam
perifer 2. Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam
2. Berat badan meningkat dalam waktu sehari
singkat 3. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan
3. Jugular Venous Pressure (JVP) dan/atau haluaran cairan
Cental Venous Pressure (CVP) meningkat 4. Ajarkan cara membatasi cairan
4. Refleks hepatojugular positif Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuritik
Gejala dan Tanda Minor 2. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat
Subjektif diuretic
(tidak tersedia) 3. Kolaborasi pemberian continuous renal
replacement therapy
Objektif
1. Ditensi vena jugularis Pemantauan Cairan (I.03121)
2. Terdengar suara nafas tembahan Observasi
3. Hepatomegali 1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
4. Kadar Hb/Ht turun 2. Monitor frekuensi nafas
5. Oliguria 3. Monitor tekanan darah
6. Intake lebih banyak dari output (balans 4. Monitor berat badan
cairan positif) 5. Monitor waktu pengisian kapiler
7. Kongesti paru 6. Monitor elastisitas atau turgor kulit
7. Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
8. Monitor kadar albumin dan protein total
9. Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas
serum, hematocrit, natrium, kalium, BUN)
10. Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa kering, volume urine
menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
11. Identifikasi tanda-tanda hypervolemia 9mis.
Dyspnea, edema perifer, edema anasarka, JVP
meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojogular
positif, berat badan menurun dalam waktu singkat)
12. Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan
(mis. Prosedur pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi
intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah SLKI: Kestabilan Kadar Glukosa Darah (L.03022) 2. Kesadaran
(D.0027 ) Meningkat meningkat
Definisi : 3. Mengantuk
Variasi kadar glukosa darah naik/turun dari SIKI: Manajemen Hiperglikemia (I.03115) menurun
rentang normal. Observasi 4. Pusing menurun
1. Identifkasi kemungkinan penyebab hiperglikemia 5. Lelah/lesu
Penyebab 2. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan menurun
Hiperglikemia insulin meningkat (mis. penyakit kambuhan) 6. Kadar glukosa
1. Disfungsi Pankreas 3. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu dalam darah
2. Resistensi insulin 4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. poliuri, membaik
3. Gangguan toleransi glukosa darah polidipsia, polivagia, kelemahan, malaise, pandangan 7. Kadar glukosa
4. Gangguan glukosa darah puasa kabur, sakit kepala) dalam urine
5. Monitor intake dan output cairan membaik
Hipoglikemia 6. Monitor keton urine, kadar analisa gas darah,
1. Penggunaan insulin atau obat gikemik oral elektrolit, tekanan darah ortostatik dan frekuensi nadi
2. Hiperinsulinemia (mis. insulinoma) Terapeutik
3. Endokrinnopati (mis. kerusakan adrenal 1. Berikan asupan cairan oral
atau pitutari) 2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
4. Disfungsi hati hiperglikemia tetap ada atau memburuk
5. Disfungsi ginjal kronis 3. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
6. Efek agen farmakologis Edukasi
7. Tindakan pembedahan Neoplasma 1. Anjurkan olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari
8. Gangguan metabolik bawaan (mis. gangguan 250 mg/dL
penyimpanan lisosomal, galaktosemia, 2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
gangguan penyimpanan glikogen) 3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
4. Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine,
Gejala dan tanda Mayor jika perlu
Subjektif 5. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin,
Hipoglikemia obat oral, monitor asupan cairan, penggantian
1. Mengantuk karbohidrat, dan bantuan professional kesehatan)
2. Pusing Kolaborasi
Hiperglikemia 1. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
1. Palpitasi 2. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
2. Mengeluh lapar 3. Kolaborasipemberian kalium, jika
perlu
Objektif
Hipoglikemia Manajemen Hipoglikemia (I.03113)
1. Gangguan koordinasi Observasi
2. Kadar glukosa dalam darah/urin 1. Identifkasi tanda dan gejala hipoglikemia
rendah 2. Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
Hiperglikemia
1. Kadar glukosa dalam darah/urin Terapeutik
tinggi 1. Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
Risiko Defisit Nutrisi (D.0032) SLKI : Status nutrisi (L. 03030) membaik 1. Porsi makan yang
Definisi dihabiskan
Beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup SIKI: 2. Verbalisasi
untuk memenuhi kebutuhan Manajemen Nutrisi (I. 03119) keinginan untuk
meningkatkan
nutrisi
3. Perasaan cepat
kenyang menurun
4. Nyeri abdomen
menurun
metabolisme. Observasi 5. BB dan IMT
1. Identifikasi status nutrisi membaik
Faktor Risiko 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan 6. Frekuensi makan
1. Ketidakmampuan menelan makanan 3. Identifikasi makanan yang disukai membaik
2. Ketidakmampuan mencerna 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient 7. Nafsau makan
makanan 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang membaik
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nasogastrik 8. Bising usus
nutrien 6. Monitor asupan makanan membaik
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme 7. Monitor berat badan 9. Membran mukosa
5. Faktor ekonomi (mis. finansial tidak 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium membaik
mencukupi) Terapeutik
6. Faktor psikologis (mis. stres, 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
keenganan untuk makan) 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
Kondisi Klinis Terkait 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
1. Stroke sesuai
2. Parkinson 4. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
3. Mobius Syndrome konstipasi
4. Celebral palsy 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
5. Cleft lip 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
6. Cleft palate 7. Hentikan pemberian makan melalui selang
7. Amyotropic lateral scierosis nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
8. Kerusakan neuromuskular Edukasi
9. Luka bakar 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
10. Kanker 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
11. Infeksi Kolaborasi
12. AIDS 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
13. Penyakit Crohn’s Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
14. Enterokolotis 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
15. Fibrosis kistik kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlU
Promosi Berat Badan (I.03136)
Observasi
1. Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
2. Monitor adanya mual dan muntah
3. Monitor jumlah kalorimyang dikomsumsi sehari-
hari
4. Monitor berat badan
5. Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit serum
Terapeutik
1. Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan,
jika perlu
2. Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi pasien( mis.
Makanan dengan tekstur halus, makanan yang
diblander, makanan cair yang diberikan melalui NGT
atau Gastrostomi, total perenteral nutritition sesui
indikasi)
3. Hidangkan makan secara menarik
4. Berikan suplemen, jika perlu
5. Berikan pujian pada pasien atau keluarga untuk
peningkatan yang dicapai
Edukasi
1. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun
tetap terjangkau
2. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan
Objektif
1. Marah.
2. Tamapk panik.
3. Fungsi imunitas Terganggu.
Defisit Perawatan Diri (D.0109) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Dukungan perawatan diri (I.11348)
Definisi jam, masalah defisit perawatan diri teratasi, perawatan Observasi
Tidak mampu melakukan atau diri meningkat dengan kriteria hasil; 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan d
menyelesaikan aktivitas perawatan diri 1. Kemampuan perawatan diri meningkat 2. Monitor tingfkat kemandirian
Penyebab 2. Mempertahankan kebersihan diri 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
1. Gangguan muskuloskeletal 3. Kemampuan makan mandiri meningkat Terapeutik
2. Gangguan neuromuskuler 1. Siapkan keperluan
3. Kelemahan pribadi
4. Gamgguan psikologis dan/atau 2. Dampingi dalam
psikotik melakukan
5. Penurunan motivasi/minat perawatan diri
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif sampai mandiri
1. Menolak melakukan perawatan diri 3. Fasilitasi
Objektif untuk
1. Tidak mampu mandi/mengenakan menerima
pakaian/makan/ke toilet/berhias keadaan
secara mandiri ketergantungan
2. Minat melakukan perawatan diri kurang 4. Fasilitasi kemandirian
Gejala dan Tanda Minor 5. Jadwalkan
Subjektif rutinitas
1. (tidak tersedia) perawatan
Objektif diri pasien
1. (tidak tersedia) Edukasi
Kondisi Klinis Terkait 1. Anjurkan
1. Stroke
2. Cedera medula spinalis melakukan
3. Depresi
4. Arthritis reumatoid perawatan diri
5. Retardasi mental konsisten sesuai
6. Delirium kemampuan
7. Demensia
8. Gangguan amnestik
9. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
10. Fungsi penilaian terganggu
Keterangan
Diagnosis ini dispesifikasikan menjadi salah
satu atau lebih dari :
1. Mandi
2. Berpakaian
3. Makan
Gangguan Komunikasi Verbal (D.0119) SLKI: Komunikasi Verbal 13118 meningkat 1. Kemampuan
Definisi : Definisi berbicara
Penurunan, perlambatan, atau ketiadaan Kemampuan menerima, memproses, mengirim, meningkat
kemampuan untuk menerima,memproses, dan/atau menggunakan sistem simbol. 2. Kesesuaian
mengirim, dan/atau menggunakan sisitem ekspresi
tombol. wajah/tubuh
SIKI: Promosi Komunikasi: Devisit Visual (I.13494) 3. Kontak mata
Penyebab Definisi
1. Penurunan sirkulasi sereberal Menggunakan teknik komunikasi tambahan pada individu
2. Gangguan neuromuskuler dengan gangguan pengelihatan
3. Gangguan pendengaran Observasi
4. Gangguan muskuloskeletal 1. Periksa kemampuan pengelihatan
5. Kelaian pelatum 2. Monitor dampak gangguan pengelihatan (mis. resiko
6. Hambatan fisik (mis. terpasang cidera, depresi,kegelisahan, kemampuan melakukan
trkheostomi, intubasi, krikotirodektomi aktivitas sehari- hari)
7. Hambatan individu (mis. ketakutan, Terapiotik
kecemasan, merasa malu, emosional, 1. Fasilitasi peningkatan stimulasi indra lainnya (mis.
kurang privasi) aroma,rasa,tekstur makanan)
8. Hambatan pskiologis (mis. gangguan 2. Pastikan kacamata atau lensa kontak berfungsi
psikotik,gangguan konsep diri,harga diri dengan baik
rendah, gangguan emosi) 3. Sediakan pencahayaan cukup
9. hambatan lingkunagan 4. Berikan bacaan dengsn huruf besar
(mis.Ketidakcukupan informasi,ketiadaan 5. Hindari penataan letak lingkungan tanpa
orang terdekat, memberitahu
ketidaksesuaian budaya, bahasa 6. Sediakan alat bantu(mis. jam,telepon)
asing) 7. Fasilitasi membaca surat kabar atau media
informasi lainnya
Gejala dan Tanda Minor 8. Gunakan warna terang dan kontras di lingkungan
Subjektif 9. Sediakan kaca pembesar, jika perlu
(tidak tersedia) Edukasi
1. Jelaskan lingkungan pada pasien
Objektif 2. Ajarkan pada keluarga cara menbantu cara pasien
1. Tidak mampu berbicara atau berkomunikasi
mendengar Kolaborasi
2. Menunjukan respon tidak sesuai Rujuk pasien pada terapis,jika perlu.
Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0129) SLKI: Integritas Kulit dan Jaringan (L.14125) 1. Elastisitas meningkat
Meningkat 2. Hidrasimeningkat
DEFINISI 3. Perfusi jaringan
Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) SIKI: meningkat
atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, PERAWATAN LUKA( I.14564 ) 4. Kerusakan jaringan
otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi Observasi menurun
dan/atau ligamen). 1. Monitor karakteristik luka (mis: 5. Nyeri menurun
drainase,warna,ukuran,bau 6. Perdarahan menurun
PENYEBAB 2. Monitor tanda –tanda inveksi 7. Kemerahan menurun
Perubahan sirkulasi Terapiutik 8. Hematoma menurun
9. Suhu kulit membaik
10. Sensai memnaik
Perubahan status nutrisi (kelebihan atau 1. lepaskan balutan dan plester secara perlahan
kekurangan) 2. Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
Kekurangan/kelebihan volume cairan 3. Bersihkan dengan cairan NACL atau pembersih non
Penurunan mobilitas toksik,sesuai kebutuhan
Bahan kimia iritatif 4. Bersihkan jaringan nekrotik
Suhu lingkungan yang ekstrem 5. Berika salep yang sesuai di kulit /lesi, jika perlu
Faktor mekanis (mis. Penekanan pada 6. Pasang balutan sesuai jenis luka
tonjolan tulang, gesekan) atau faktor elektris 7. Pertahan kan teknik seteril saaat perawatan luka
(elektrodiatermi, energi listrik bertegangan 8. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
tinggi) 9. Jadwalkan perubahan posisi setiap dua jam atau
Efek samping terapi radiasi sesuai kondisi pasien
Kelembaban 10. Berika diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan
Proses penuaan protein1,25-1,5 g/kgBB/hari
Neuropati perifer 11. Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis vitamin
Perubahan pigmentasi A,vitamin C,Zinc,Asam amino),sesuai indikasi
Perubahan hormonal 12. Berikan terapi TENS(Stimulasi syaraf
Kurang terpapar informasi tentang upaya transkutaneous), jika perlu
memperthankan/melindungi integritas Edukasi
jaringan 1. Jelaskan tandan dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium dan
protein
3. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur debridement(mis: enzimatik
biologis mekanis,autolotik), jika perlu
2. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
Penyebab
1. Skor klasifikasi status fisik American
Society of Anesthesiologists (ASA) >3
2. Hiperglikemia
3. Ederma pada lokasi pembedahan
4. Prosedur pembedahan ekstensif (luas)
5. Usia ekstrem
6. Riwayat perlambatan penyembuhan luka
7. Gangguan mobilitas
8. Malnutrisi
9. Obesitas
10. Infeksi luka periotif
11. Mual/muntah persisten
12. Respon emosional pascaoperasi
13. Pemanjangan pasca operasi
14. Gangguan psikologis pascaoperasi
15. Kontaminasi bedah
16. Trauma pada luka operasi
17. Efek agen farmakologis
Risiko Cedera (D.0136) SLKI: Tingkat Cedera (L.14136) menurun 1. Kejadian cedera
Definisi : menurun /terhindari
Berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik SIKI: Mananjemen Keselamatan Lingkungan 2. Perdarahan
yang menyebabkan seseorang tidak lagi (I.14513) munurun/terhindari
sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik Observasi
Faktor Risiko 1. Identifikasi kebutuhan keselamatan
Eksternal 2. Monitor perubahan status keselamatan
1. Terpapar patogen lingkungan
2. Terpapar zat kimia toksik Terapeutik
3. Terpapar agen nosokomial 1. Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
4. Ketidaknyamanan Transportasi 2. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
Internal bahaya dan risiko
1. Ketidaknormalan profil darah 3. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
4. Gunakan perangkat pelindung
2. Perubahan orientasi afektif Edukasi
3. Perubahan sensasi Ajarkan individu, keluarga dan kelompok berisiko
4. Disfungsi autoimun tinggi baha lingkungan
5. Disfungsi biokimia
6. Hipoksia jaringan
7. Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
8. Malnutrisi
9. Perubahan fungsi psikomotor
10. Perubahan fungsi kognitif
Risiko Jatuh (D.0143) SLKI : Tingkat jatuh (L.14138) menurun 1. Risiko jatuh
berkurang
Definisi : SIKI: pencegahan jatuh I.14540 2. Skala morse
Berisiko mengalami kerusakan fisik dan Observasi berkurang
gangguan kesehatan akibat terjatuh. 1. Identifikasi faktor risiko jatuh
Faktor Risiko 2. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala
1. Usia >65 tahun (pada dewasa) atau morse scale
<2 tahun (pada anak) 3. Monitor kemapuan berpindah tempat
2. Riwayat jatuh Terapeutik
3. Anggota gerak bawah prostesis 1. Orientasi ruangan pada pasien dan keluarga
(buatan) 2. Pastikan roda tempat tidur terkunci dan aman
4. Penggunaan alat bantu berjalan 3. Pasang handrail tempat tidur
5. Penurunan tingkat kesadaran 4. Pasang label kuning
6. Perubahan fungsi kognitif Edukasi
7. Lingkungan tidak aman (mis. licin, Berikan informasi risiko pasien jatuh pada pasien dan
gelap, lingkungan asing) keluarga
8. Kondisi pasca operasi
9. Hipotensi ortostatik
10. Perubahan kadar glukosa darah
11. Anemia
12. Kekuatan otot menurun
13. Gangguan pendengaran
14. Gangguan keseimbangan
15. Gangguan penglihatan (mis.
glaukoma, katarak, ablasio, retina,
neuritis optikus)
16. Neuropati
17. Efek agen farmakologis (mis. sedasi,
alkohol, anastesi umum)
Kondisi Klinis Terkait
1. Osteoporosis
2. Kejang
3. Penyakit sebrovaskuler
4. Katarak
5. Glaukoma
6. Demensia
7. Hipotensi
8. Amputasi
9. Intoksikasi
10. Preeklampsi