You are on page 1of 7
Perjanjian Lisensi oleh : Perjanjian-perjanjian lisensi_ yang mencakup pemberian hak untuk me- makai merk-merk dagang atau patent- patent yang terkenal dan "technical know-how’-nya sering terjadi dalam praktek perdagangan — internasional. Produsen dari negara-negara industri lis yang maju hendak memasarkan ba- rang-barang dengan merk-merk dan patent-patent yang kenamaan itu di pasaran negara-negara_berkembang (developing contries). Seringkali terdapat halangan-halangan di negara-negara berkembang ini un- tuk usaha secara langsung dari para pihak industrialis dan produsen asing. Barang-barang bersangkutan harus di- produksi secara lokal, untuk memaju- kan industri dan ckonomi dari negara- negara. yang sedang berkembang ini dan membuka lapangan kerja baru. Maka seringkali yang dipakai adalah bentuk perjanjian lisensi. Para industri- alis dari negara-negara maju memberi- kan lisensi (licensor) kepada usaha- wan-usahawan dari negara-negara ber- kembang (licensee). Aneka sistim hukum. Kewajiban-kewajiban dari masing- masing pihak yang harus dilaksanakan menurut Perjanjian Lisensi dapat ber- langsung dalam negara-negara yang bersangkutan (dari pihak Licensor atau dari Licensee), tetapi juga didalam ne- gara ketiga. Misalnya pengusaha Jepang membe- rikan lisensi kepada usahawan Indone- sia untuk produksi inerk-nya yang terkenal di Indonesia. Lisensi ini bisa SEGI-SEG] HUKUM PERDATA INTERNASIONAL DALAM MASALAH PERJANJIAN Prof. Mr. Dr. S. GAUTAMA LISENSI juga meliputi negara-negara Asean lain- nya disamping Indonesia. Dalam kemungkinan pertaina kita me- liniat dinegara pihak Licensee (peneri- ma lisensi). Disamping itu kegiatan-kegiatan dan pelaksanaan dari Perjanjian Lisensi tersebut, walaupun terjadi didalam sa- lah satu dari negara ini, bisa juga mempunyai ekibat-akibat didalam ne- gara-negara bersangkutan itu atau dida- lam negara-negara lain. Pelaksanaanya bisa dalam negara-negara yang berbe- da atau akibat-akibat daripada kegiat- an-kegiatan ini dapat pula terjadi di negara-negara yang berlainan. Semua ini mendorong kearah persoalan kare- na adanya lebih dari satu macam sistim hukum hingga harus dijawab pertanya- an : sistim hukum manakah yang ha- rus herlaku ? Mungkin sistim hukum dari negara ter- tentu yang berkaitan dengan Perjan- jian Lisensi ini adalah yang menentu- kan hukum yang harus berlaku. Tetapi hal ini tergantung kepada apa yang di- tentukan oleh hukum bersangkutan itu sendiri. Adalah mungkin bahwa selurwh perjanjian ini jatuh dibawah sistim hukum yang mengaturnya itu. Atau hanya beberapa bagian ter- tentu daripada perjanjian ini yang di- cakup oleh peraturan itu. Hal ini ter- gantung dari kenyataan sampai sebe- rapa jauh perundang-undangan negara bersangkutan mengatur persoalan li- sensi bersangkutan ini. Tergantung pula daripada sifat ba- gian-bagian transaksi bersangkutan ini Vopember 1982 494 apakah akan diatur seluruhnya oleh sistim hukum bersangkutan itu atau tidak Bisa diatur oleh lebih dari satu sistim hukum Mungkin pula bahwa transaksi ber- sangkutan dapat diatur oleh lehih dari satu sistim hukum negara tertentu. Misalnya status hukum dari suatu pi- hak dapat diatur oleh hukum daripa- da negara dimana usaha badan ini di- lakukan atau dimana adalah tempat usaha badan ini dilakukan atau dimana adalah tempat usahanya yang paling utama (principal place of business). letapi persoalan perpajakan daripada transaksi bersangkutan ini bisa diatur secara berlainan. Pajak ini dapat jatuh dibawah hukum daripada negara ber- sangkutan, yaitu negara dimana adalah tempat usaha daripada Badan Hukum itu. Tetapi mungkin pula bahwa pajak ini ditarik menurut sistim hukum da- ripada negara lain. Jadi macam-macam sistim hukum yang berlaku, Dan hu- kum-hukum berlainan yang berlaku ini mengenai transsaksi tertentu itu. Jadi dalam contoh tadi kita saksikan bah- wa lebih dari satu sistim hukum yang dapat diperlakukan untuk transaksi Perjanjian Lisensi bersangkutan. Misalnya, jika dilakukan produksi di dalam negara daripada_ sipenerima lisensi, yaitu dalam contoh kita diatas sipengusaha Indonesia, kita saksikan dalam praktek bahwa mungkin dilaku- kan ekspor daripada produksi_ ber- sangkutan ini kenegara lain. il daripada usaha produksi ini me- nurut kenyataan dapat —dipajakin oleh negara dimana berada pihak yang menerima lisensi. Atau mungkin pula bahwa pajak ini dapat ditarik dinegara lain. Misalnya pajak mengenai Pendapatan, Pajak Penjualan dapat diletakkan di negara sipenerima lisensi. Tetapi dapat pula di negara lain, tergantung dari- pada dimana sebenarnya penjualan telah berlangsung daripada interpre- tasi mengenai hukum yang harus di- perlakukan untuk penjualan daripada Hukum dan Pembangunan barang-barang bersangkutan Hak atas merek ditentukan menurut hukum dari negara dimana merek itu didaftarkan. Ada aneka kemungkinan mengenai hukum yang harus dipakai ini. Seperti sudah seringkali kami kemukakan, ma- ka berlakunya suatu hak milik perin- dustrian, suatu hak atas merk tertentu, tergantung daripada hukum dari nega- ra yang memberikan pendaftaran ini atau Winegara dimana pendaftaran di- langsungkan. Akan tetapi mengenai betapa jauhnya, betapa Iuasnya hak-hak bersangkutan ini, tergantung bukan saja daripada ne- gara di mana pendaftaran ini ber- Jangsung, Mungkin pula hukum dari negara lain yang berlaku. Sebagai con- toh dapat disebut disini bahwa hukum daripada negara yang melakukan pen- daftaran ini, dapat memberikan hak kepada sipemegang pendaftaran merk atau kepada pihak yang menerima li- sensi daripadanya, untuk menghindar- kan diimpornya barang-barang yang merupakan konkurensi dengan pro- duksi merk yang telah didaftarkan itu. Akan tetapi hukum daripada negara darimana dilakukan ekspor ini, tidak membolehkan adanya pembatasan se- cara geografis mengenai ekspor ini. Misalnya, sipenerima lisensi di Indone- sia, dapat berdasarkan peraturan di In- donesia diberikan perlindungan bahwa impor daripada barang-barang dengan merk yang bersamaan di dalam wi- layah Republik Indonesia dilarang. Sebaliknya, hukum daripada Amerika Serikat. sebagai negara daripada sipe- milik asal_merk bersangkutan itu (sipemberi_lisensi), tidak mengenal pembatasan daripada ekspor-ekspor ke negara-negara lain, misalnya ke Indo- nesia, Karena _per-undang-undangan mengenai anti-trust daripada negara Amerika Serikat ini tidak membenar- kan adanya pembatasan-pembatasan ekspor kepada negara-negara tertentu itu. Jadi disini kita saksikan bahwa un- tuk suatu persoalan dan hubungan Perjanjian Lisensi tertentu, dapat diadakan pengkaitan dengan sistim-sistim yang berbeda. Tidak hanya satu macam hukum saja, yang berlaku untuk Perjanjian Lisensi. Belum diatur dalam Undang-Un- dang Merek Indonesia. Dalam Undang-Undang Merek In- donesia yang kini berlaku tidak diatur perjanjian lisensi. Karena tidak diatur, bukan berarti bahwa perjanjian sede- mikian itu adalah terlarang. Sebagai contoh misalnya kita sebut disini lem- baga soal “*rust” yang dikenal dalam sistim hukum Anglo‘ Saxon. Di Indo- nesia tidak diatur dalam Kitab Undang Undang Perdata maupun Kitab Un- dang-Undang Hukum Dagang. Tetapi lembaga Trust ini dapat saja dibuat dan dilaksanakan pula di Indonesia berdasarkan ketentuan-ketentuan hu- kum yang tidak tertulis dan berdasar- kan isi daripada perjanjian yang te- lah dimufakati oleh para pihak ini. Seperti diketahui maka perjanjian- perjanjian yang telah dibuat oleh pa- ra pihak ini mengikat mereka sebagai Undang-Undang !) Perjanjian lisensi perlu diatur. Dalam Rancangan — Undang-Un- dang Pembaharuan Hukum Merk untuk Indonesia, kita saksikan bahwa telah diatur pula masalah lisensi ini. Jadi dalam waktu tidak terlalu lama, dapat diharapkan bahwa per-undang- undangan nasional kita akan mengatur juga perjanjian lisensi ini. Memang menurut hemat kami ada- lah lebih baik bilamana sistim lisensi ini diatur. Dengan demikian maka Pe- merintah dapat mengadakan penga- wasan tertentu. Dapat ditentukan mi- salnya bahwa perjanjian-perjanjian li- sensi ini harus didaftarkan pada Direktorat Patent dan. Hak Cipta di Jakarta. Dengan demikian dapat di- adakan kontrol. Misalnya ditentukan bahwa syarat-syarat tertentu harus di- penuhi, Terutama untuk membina dan 1. Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hu- kum Perdata. 495 melindungi kepentingan daripada pe- ngusaha Indonesia yang umumnya le- bih lemah. Misalnya dapat ditentukan bahwa pemberian lisensi ini harus sedikit-dikitnya beberapa tahun ter- tentu 2)Hal ini adalah untuk meng- hindarkan bahwa penerima lisensi In- donesia ini akan ditinggalkan ditengah jalan. Jika tidak ditentukan waktu ter- tentu, maka sewaktu-waktu dapat di- akhiri pemberian lisesnsi oleh pihak pemilik merk.3) Dalam hal demikian maka akan dapat menyebabkan keru- gian yang besar bagi pihak pengusaha Indonesia. Bukankah, dengan itu usa- hausaha dari pihak Indonesia ini untuk memperkenalkan merk dari luar negeri ini dan memasarkannya di Indonesia, dengan mengorbankan banyak biaya dan usaha, sekonyong- konyong dapat dihentikan oleh pihak pemilik merk dari luar negeri ini, sete- lah ia melihat bahwa pasaran di Indo- nesia _mulai berkembang dan _merk- merknya sudah terkenal, hingga dapat ia menghentikan saja pemberian lisensi ini kepadanya lebih banyak keuntung- an atau dapat memakai sistim "stro- oman”, kedok tertentu yang sekarang elah keadaan berubah dan merk- nya sudah terkenal di Indonesia, de- ngan mudah dapat memasarkannya de- ngan keuntungan yang seluruhnya ja- tuh ketangan si pemilik merk asing itu! ini st Dapat juga ditentukan bahwa pem- bayaran rovalty kepada sipemilik merk ini hanya dapat sekian persen saja, hingga tidak terlalu berat bagi sipemi- lik Indonesia. 2. Kurang lebih sejalan dengan ketentuan tentang Keagenan Tunggal yang baru saia diadakan, Dalam Peraturan Menteri Perindustrian no. 295/M/SK/7/1982 tgl. 24—7-1982 ditentukan sekurang-ku- fangnya 3 tahun untuk jangka waktu pemberian keagenan tunggal ini (pasal 41) 3. Klausula-klausula dalam License Agre- ement yang dipergunakan di Indonesia sering memperlihatkan ketentuan seperti ini Nopember 1982 496 Jaminan bagi sipemberi lisensi. Sebaliknya dapat juga misalnya di- berikan jaminan kepada sipemilik merk luar negeri, bahwa apabila ia memberikan hak kepada licensee (pe- nerima lisensi) di Indonesia, maka ia sebagai pemilik merk luar’ negeri, dianggap terus memakai merknya itu di dalam wilayah Indonesia. Dengan demikian maka ia tidak akan kehilangan hak pendaftaran merknya di Indonesia ini. Karena seperti dike- tahui maka hak atas pendaftaran su- atu merk ini dapat menjadi hilang dan menjadi batal jika terhenti pemakaian- nya secara berturut-turut untuk lebih dari tiga tahun lamanya atau tidak dipakainya enam bulan sejak didaf- tarkannya merk tersebut di Indone- sia 4) Kekhawatiran dari pemilik luar negeri mengenai hilangnya hak atas pendaftaran karena ia sendiri dianggap tidak memakai, karena pemakaian di Indonesia oleh pihak licensee diang- gap pemakaian oleh pihak lain dan bu- kan oleh sipemilik merk, akan tidak lebih lama berlaku. Bahaya kehilangan pendaftaran atas merk ini memang mungkin terjadi. Oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pernah diputuskan belum lama berse- lang, bahwa pemakaian dari merk dagang rokok yang terkenal dari Ing- geris yang telah memberikan lisensi kepada suatu Perusahaan Nasional untuk memproduksinya dengan me- makai merk yang terkenal itu, diang- gap sebagai pemakaian bukan oleh sipemilik merk Inggeris ini. 5) Pihak usahawan Indonesia telah dianggap yang memakai merk itu. Maka pemilik merk Inggeris yang terkenal ini harus mengalami bahwa pendaftaran atas merknya di Indonesia dianggap tidak berlaku lagi karena ia tidak memakai- nya lebih-lama di dalam wilayah Re— publik Indonesi 4a. ihat pasal 18 ayat 1 sub b dan c Un- dang-Undang Merk Indonesia no. 21 tahun 1961. 5. Keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 185/1980 tanggal 16-9-1980. Hukum dan Pembangunan Suatu keputusan yang sesungguh- nya menurut hemat kami kurang ber- dasar dan dapat merugikan kepercaya- an dari pihak luar negeri atas keadaan keadilan dan hukum di Indonesia. Karena usaha untuk membajak merek- merek terkenal dari Iuar negeri, ter- nyata diberikan perlindungan oleh pi- hak Pengadilan ! Masalah-masalah Hukum Perdata Internasional. Oleh karena merek-merek ini di- miliki oleh pemilik dari luar negeri, dan merek-merek ini dimasukkan ke- dalam wilayah Republik Indonesia serta diproduksi dan dipakai dengan diberikan lisensi, kepada pengusaha- pengusaha Indonesia, timbullah per soalan-persoalan yang mengandung unsur-unsur asing (foreign elements). Seperti telah diuraikan diatas persoal- an-persoalan yang dihadapi ini ber- sifat Hukum Perdata Internasional (HPI) karena adanya unsur-unsur luar negeri ini. Pertanyaan timbul mengenai hukum yang harus dipakai. Untuk Perjanji- an Perjanjian Lisensi ini hukum mana- kah yang berlaku 2 Kita melihat adanya berbagai titik pertemuan dan kita saksikan pula ada- nya kaitan-kaitan dengan sistim-sistim hukum dari luar negeri (dari sipemilik merk). Persoalan timbul tentang hukum yang harus diperlakukan untuk perjanjian- perjanjian semacam itu. Ini merupa- kan pokok inti daripada masalah Hukum. Perdata Internasional yang hendak menjawab pertanyaan hukum manakah yang harus diperlakukan jika terjadi hubungan-hubungan hukum dalam bidang Perdata yang mengan- dung unsur-unsur asing ini. 37 Untuk madzah Tertentu pengertian sem- pit dari HPI justru dibatasi pada persoal- an "Hukum mana yang harus diperguna- kan” ini (applicable law) Van Zeven ber- gen menamakannya "hukum untuk mempergunakan hukum” (Rech stoepas- singsrecht). Lihat buku kami Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jakarta 1961 (cet. ke 1) no. 14. Perjanjian Lisensi Apabila terjadi suatu sengketa dike- mudian hari antara pihak pemberi li- sensi licensor) dan penerima (licensee) maka terjadilah persoalan hukum. Me- ngenai hukum yang harus diberlaku ini timbullah tanda tanya. Sesungguhnya hukum mana yang harus dinyatakan berlaku ? Dalam menentukan hukum yang harus berlaku untuk Perjanjian Lisensi bersangkutan ini, kita hadapi hal-hal yang agak kompleks. Hubung- an yang tidak mudah ini disebabkan karena menurut kenyataannya telah timbul hubungan-hubungan “interna- sional” dengan unsur-unsur yang ber- aneka ragam titik-titik taut dengan sistim-sistim hukum dari lebih dari- pada satu negara. Karena adanya unsur-unsur luar_ne- geri ini maka timbullah permasalah- an tentang hukum yang harus berlaku dan dalam hubungan yang kompleks itu tidak selalu pertanyaan akan hu- kum yang harus dipakai ini, dapat dijawab secara mudah. Pihak pemilik merk atau pemberi lisensi yang mem- berikan teknologi tertentu ini berada disatu negara. Dan pihak yang me- nerima lisensi atau yang menerima teknologi ini berkediaman di negara lain. Hak-hak dan kewajiban dari para pi- hak yang terikat dalam Perjanjian Li- sensi ini berada dibawah sistim-sistm hukum yang berbeda. Pihak pemberi lisensi berasal dari suatu negara terten- tu sedangkan pihak penerima lisensi dari negara yang lain, Misalnya pembe- ti lisensi adalah dari Amerika Serikat, sedangkan sipenerima lisensi dari In- donesia. Pemerintah perlu mengatur jang- ka waktu dan maksimum jumlah Royalty untuk lisensi. Setelah melihat berbagai kemung- kinan dan persolan-persoalan yang da- pat timbul karena adanya hukum yang beraneka ragam, perlulah kiranya pemerintah kita mengadakan keten- tuan-ketentuan yang khusus berkena- an dengan persoalan pemberian dan penerimaan lisensi 497 Seperti telah disinggung diatas, peme- rintah dapat mengatur beberapa lama minimum suatu lisensi yang diberikan oleh pihak luar negeri kepada peng- usaha Indonesia harus berlangsung. Dapat ditentukan pula syarat-syarat bahwa pihak pemberi lisensi ini mem- peroleh persentase tertentu yang tidak boleh dilebihi. Persentase yang maksi- mum daripada hasil produksi dana penjualan yang dilakukan oleh sipene- tima lisensi Indonesia itu. Royalty ini dalam persentase terten- tu dapat bebas ditransfer kenegara daripada sipemberi lisensi. Tetapi per- lu. dibayar suatu “withholding tax”, seperti sudah ditentukan sekarang dalam peraturan mengenai Pajak Bu- nga, Dividend dan Royalty yang sudah berlaku,7) Umumnya didalam Perjanjian-perjanji- an Lisensi ini dinyatakan bahwa si pe- nerima lisensilah yang harus membayar "withholding tax”'dan pemberi lisensi menerima bersih sekian persen yang te- lah dimupakati itu. Oleh Pemerintah dapat ditentukan bahwa maksimum persentase yang boleh dibayar oleh pi- hak penerima lisensi Indonesia ini mencakup pula jumlah yang menurut perjanjian mereka harus dibayarkan untuk kepentingan dari sipenerima li- sensi. Kemudian dapat diadakan syarat syarat tertentu mengenai keharusan untuk mengadakan latihan dan train- ing daripada pihak penerima lisensi. Dan kemudian setelah sekian tahun maka pihak penerima lisensi, Dan ke- mudian setelah sekian tahun maka sipenerima lisensi ini akan dapat bebas melakukan produksi sendiri dan tetap diperbolehkan memperdagangkan barang-barang yang telah diproduksi- nya itu dengan merk daripada si pem- beri lisensi. Atau dapat diadakan Ppembatasan tertentu mengenai pema- kaian ini‘ misalnya tak boleh dieks- por ke negara-negara lain dan dibatasi untuk pasaran Indonesia saja, dan se- 7. Undang-Undang no. 10 tahun 1970 ten- tang Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalty (1970) L.N. 1970 no. 45. Nopember 1982 498 bagainya, Peraturan ini diperlukan untuk menghindarkan bahwa setelah barangnya dimajukan dipasaran Indo- nesia ini, mendadak sipemberi lisensi menyetop dan meninggalkan sipihak penerima lisensi Indonesia itu. Yang belakangan ini justru telah membuka pasaran dan telah mengorbankan ba- nyak biaya serta usaha untuk mem- perkenalkan barang-barang daripada sipemberi lisensi itu dalam pasaran di Indonesia. Pendaftaran lisensi perlu. Dapat disyaratkan pula bahwa Per- janjian Lisensi ini harus didaftarkan pada Direktorat Patent dan Hak Cipta. Jika hal ini tidak dilakukan, maka Per janjian Lisensi bersangkutan tidak da- pat berlaku dan adalah batas untuk Indonesia Pengawasan atas persyaratan terpenuhinya Dapat juga didalam rangka pen- daftaran ini diperiksa apakah sudah dipenuhi segala syarat-syarat yang di- tentukan oleh Pemerintah Indonesia berkenaan dengan lisensi itu. Jika tidak dilakukan ini, jika syarat-syaratnya kurang atau jaminan-jaminan untuk peralihan teknologi tidak cukup ter- jamin, maka Pemerintah tidak akan memberikan persetujuan untuk Per- janjian Lisensi ini. Perjanjian Lisensi ini tidak akan da- pat didaftar, Hukum yang berlaku ditentukan. Perjanjian Lisensi ini juga dapat diikat kepada syarat bahwa_ sistim hukum yang berlaku adalah hukum dinegara yang memberikan persetujuan untuk perjanjian Lisensi ini dan di- mana Perjanjian akan dilaksanakan, yaitu di Indonesia. Pilihan hukum oleh para pihak sendiri. Tetapi pada umumnya harus di- hormati hukum yang telah dipilih oleh para pihak sendiri. Ketentuan dalam Kontrak _Lisensi Hukuri dan Pembangunan yang membolehkan_ pilihan hukum ini dapat disusun sebagai berikut “Dengan tidak menghiraukan tem- pat dimana perjanjian ini telah diada- kan, tempat dimana perjanjian ini di- laksanakan atau lain-lain hal, maka perjanjian ini dan segala perbaikan- perbaikannya, perubahan atau sup- plement-supplementnya, akan diten- tukan dan diatur oleh, serta hubungan hukum antara para pihak dalam hal ini akan ditentukan sesuai dengan hu- kum dari negara Republik Indone- sia8. Perumusan ini adalah yang di- usulkan oleh WIPO (World Intellectual Property Organization) Geneva dalam studi mereka tahun 1977 "Licensing Guide For Developing Countries, Gui- de On The Legal aspects of the nego- tiation and preparation of Industrial Property Licenses And Technology Transfer Agreements appropriate to the needs of Developing Countries” yang mengkedepankan formula sebagai berikut : "Regadless the place of Ag- reement, the place of performance, or otherwise, this agreement, and all amendments, modifications, altera~ tions or supplements hereto, shall be construed under, governed by, and the legal relations between the parties he- reto, determined in accordance with the laws of (specified contry or poli- tical sub dividion thereof).? Demikian- lah segi-segi HPI yang dapat dihadapi dalam praktek berkenaan dengan ma- salah pemberian dan penerimaan lisen- si dan peralihan teknologi ini. Suatu masalah yang telah ditinjau khusus dalam forum internasional dari organi- sasi-organisasi_ yang berkecimpungan dalam persoalan peralihan teknologi dan hak milik intelektuil seperti di- sebut tadi: HPI hukum yang hidup. Ternyata bahwa HPI memang me- 8. Atau disebut disini lain negara yang di- kendaki oleh para pihak. 9. Lihat note 298 p. hal. 137 dari “licens- ing guide for developing countries) pe- nerbitan WIPO, Jeneva (1977). Perjanjian Lisensi tupakan Hukum yang hidup ! Masalah masalah yang dihadapi mengenai hu- kum yang harus berlaku ini, merupa- kan masalah-masalah pula yang sedang ramai diperbincangkan dalam forum- forum internasional diantara kalangan kalangan sarjana hukum Internasional, baik dalam rangka PBB, dan organisasi organisasi_ seperti UNCTAD, UNCI- TRAL, UNIDO, dan juga oleh organi- sasi internasional yang bekerja sama dengan PBB seperti WIPO World In- 499 tellectual Property Organization Ge- neva, ICC di Paris, Dapat pula disebut dalam rangka ini karya dan usaha dari para sarjana hukum Asia Afrika, Asian-African Legal Consultative Com- mittee (AALCC). Bukti bahwa persoal- an-persoalan HPI ini selalu_menarik perhatian, baik hukum nasional dari- pada hegara-negara yang sedang ber- kembang, seperti negara kita Indone- sia yang sedang giat-giatnya menga- dakan pembangunan, juga dalam bi- dang hukum ini ! SK. INDEPENDENT BEROPLAH TERBESA| Di INDONESIA BAGIAN TIMUR Lensa Utara PENGAWAL DAN PENGAMAL PANCA SILA & UUD 1945. ALAMAT : JLN. JEND. A. YANI 11 - TILP. 4564 MANADO. Orang yang mempunyai keyakinan, keriangannya kelihat- an di wajah sedang kesedihannya tetap tersimpan di hati. (Peribahasa Arab) ‘Ada tiga macam tentang kepercayaan, karena ilham, ka- rena penerangan atau karena adat kebiasaan. (Pascal) Nopember 1982

You might also like