Nomor
Sifat
Lampiran :
Perihal
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
DINAS KESEHATAN PENGENDALIAN
PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
Jin, Suroyo No. 58. Telp/ Fax (0335) 426877
PROBOLINGGO 67219
Website : dkp2kb.probolinggo.go.id, E-mail : dkkkota@yahoo.co,
Probolinggo, 0 September 2022
Kepada Yth:
2 443/ ‘2968 1425. 102/2022 1. Direkxur Rumah Sakit se-Kota Probolinggo
Penting 2. Kantor Kesehatan Pelabuhan Probolinggo
1 (satu) berkas 3. Kepala Puskesmas se-Kota Probolinggo
Kewaspadaan terhadap Penvakit 4. Kepala Klinik Utama dan Pratama
Legionellosis di Kota Probolinggo a
PROBOLINGGO
Menindaklanjuti Surat Edaran Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Kementrian Kesehatan RI, Nomor HK.02.02/C/4310/2022, tentang
Kewaspadaan Terhadap Penyakit Leginellosis di Indonesia tanggal 13 September
2022, serta sebagai upaya kewaspadaan dan antisipasi terhadap penyakit Legionelloosis
di Kota Probolinggo, Kami sampaikan beberapa hal sebagai berikut:
1, Meningkatkan kewaspadaan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) melalui
pengamatan tethadap gejala sesuai definisi operasional penyakit Legionellosis
2. Deteksi kasus penyakit Legionellosis di wilayah dapat melalui pelaksanaan
surveilens Pneumonia, Influenza Like Miness (ILI) atau Severe Acute Infection
(SARI) dengan memanfaatkan aplikasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
(SKDR), selanjutnya dilakukan verifikasi untuk mengetahui apakah ada keterkaitan
dengan faktor risiko Legionellosis. Deteksi kasus Legionellosis dapat mengacu
pada buku Pedoman Pencegahan Pengendaliar: Legionellosis dan ILI/SARI.
3. Karakteristik, tanda dan gejala penyakit Legionellosis yaitu:
a. Penyakit ini dapat menyerang semua umur, terutama pada kelompok risiko
tinggi seperti usia lanjut, memiliki penyakit penyerta, mendapat pengobatan
imunosupresi dan faktor risiko yang terait;
b. Masa inkubasi penyakit Legionellosis antara 2 hingga 10 hari, rata-rata 5-6
hari;
c. Penularan bakteri Legionella pada manusia dapat melalui aerosol di udara atau
Karena minum air yang mengandung Legionella, melalui aspirasi air yang
terkontaminasi, melalui pemindahan (inokulasi) langsung melalui peralatan
terapi pemafasan dan pengompresan luka dengan air yang terkontaminasi;4. Bakteri Legionella dapat hidup di air laut, air tawar, sungai, lumpur, danau,
‘mata air panas, genangan air bersih, air menara sistem pendingin di gedung
bertingkat, hotel,spa, pemandian air panes, air tampungan system air panas di
rumah-rumah, air mancur buatan yang tidak terawatt baik, adanya endapan,
lendir, ganggang, jamur, karat,kerak,de>u,kotoran atau benda asing;
€. Bakteri ini dapat hidup pada suhu antara 5,7 -63 derajat celcius dan tumbuh
subur pada suhu antara 30-45 derajat celcius, dan mampu hidup pada ph 2,7 ~
8,3 serta mati pada kondi
f Gejala yang muncul diantaranya batuk berdahak, demam, myalgia (nyeri
otot), diare dyspnea (sesak nafas), kehilangan nafsu makan, lemah, lesu dan
sakit kepala,
4, Melakukan pemantauan perkembangan informasi penyakit Legionellosis melalui
kanal resmi seperti website https://infeksiem erging, kemkes.go.id;
5. Agar Kantor Kesehatan Pelabuhan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencena Kota Probolinggo, untuk:
a, Melakukan pengendalian rutin sanitasi dasar factor risiko lingkungan bakteri
i suhu di atas 60 derajat celeius.
Legionella.
b. Meningkatkan pengawasan terhadap tempat-tempat yang menjadi risiko bakteri
Legionella di wilayah kerja kantor Kesehatan Pelabuhan,
c. Meningkatkan upaya promosi Kesehatan bagi masyarakat bandara, Pelabuhan,
ddan pos lintas batas darat negara terkait Legionellosis:
d. Memantau dan melaporkan laporan kasus yang ditemukan sesuai dengan
definisi operasional kepada Dirjen P2P melalui Public Health Emergency
Operation Centre (PHEOC) di nomor Telp./WhatsApp 0877-7759-1097 atau e-
mail: poskoklb@yahoo.com dan ditembuskan kepada Dinas Kesehatan Provinsi
serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
6. Agar Rumah Sakit, Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lain berkoordinasi
dengan Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota
Probolinggo, untuk:
a, Meningkatkan kewaspadaan di fasyankes melalui pengamatan terhadap gejala
sesuai definisi operasional Legionellosis, klaster Pneumonia, dan tata laksana
serta dilakukan pemeriksaan laboratoriura sesuai dengan pedoman.
b. Pengendalian factor risiko lingkungan bakteri Legionella yang terdapat di
Rumah Sakit, Keberadaan Legionella di sarana Rumah Sakit yang tidak
dikelola dengan baik juga dapat menimbulkan infeksi nosokomial.. Memantau dan melaporkan kasus yang ditemukan sesuai dengan definisi
operasional kepada Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kota Probolinggo dan Dirjen P2P Kementrian Kesehatan melalui
Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC) serta pelaporan
surveilans berbasis kejadian (Event Based Surveillance) pada Aplikasi SKDR;
7. Menindaklanjuti laporan penemuan kasus dari setiap fasilitas pelayanan kesehatan
dengan melakukan investigasi dalam 1x24 jem.
Demikian surat ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya terima kasih.
‘A.n. KEPALA DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN
PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA,
=. KOTA PROBOLINGGO
“7 Sekretaris
e aa,
de:NURVL HASANAH HIDAYATI
=== Pembina Tk T
NIP. 19780323 200501 2.012KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA =»
DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT.
Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kavling 4:9 Jakarta 12950
Telepon (021) 4247608 (Hunting) Faksimile (021) 4207807 GERMAS
Yeh
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kepala Laboratorium Kesehatan Masyarakat
Direktur Rumah Sakit
Seluruh Indonesia
serene
SURAT EDARAN
NOMOR : HK.02.02/C/4310/2022
TENTANG
KEWASPADAAN TERHADAP PENYAKIT LEGIONELLOSIS DI INDONESIA
Legionellosis merupakan infeksi pernapasan akut yang disebabkan oleh bakteri
Legionella yang tergolong genus Legionella dan famili Legionellaceae. Penyakit ini dapat
menyerang semua umur, terutama pada kelompok risiko tinggi seperti usia lanjut, memilki
penyakit penyerta, mendapat pengobatan imunosupresi dan faktor risiko lain yang terkait
Penyakit ini dapat dibedakan dalam dua bentuk berdasarkan berat ringannya penyakit, yaitu
Pneumonia (Penyakit Legionnaire) dan Non Pneumonia (Demam Pontiac). Bentuk
pneumonia (Penyakit Legionnaire) memiliki masa inkubesi 2 hingga 10 hari, rata-rata 5-6
hari (tetapi hingga 16 hari pernah dilaporkan dalam beberapa wabah). Penularan bakteri
Legionella pada manusia antara lain melalui aerosol di udara atau karena minum air yang
mengandung bakteri Legionella. Penularan dapat pula melalui aspirasi air yang
terkontaminasi, inokulasi langsung melalui peralatan terapi pernafasan dan pengompresan
luka dengan air yang terkontaminasi. Keberadaan bakteri Legionella di sarana rumah sakit
yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menimbulkan infeksi nosokomial.
Tempat keberadaan bakteri Legionella sangat erat dengan kehidupan manusia,
sehingga kemungkinan dapat terjadi kejadian luar biasa di masyarakat. Bakteri Legionella
dapat hidup di air laut, air tawar, sungai, lumpur, danau, mata air panas, genangan air
bersih, air menara sistem pendingin di gedung bertingkat, hotel, spa, pemandian air panas,
air tampungan sistem air panas di rumah-rumah, air mancur buatan yang tidak terawat balk,
adanya endapan, lendir, ganggang, jamur, karat, kerak, debu, kotoran atau benda asing
‘Dokumen ini telan ctandatangarsecara elton yang diterbitkan oleh Balai Satitkas! Elektronik (BSYE). BSSNlainnya. Bakteri ini dapat hidup pada suhu antara 5,7 -- 63°C dan tumbuh subur pada suhu
antara 30-45°C, dan mampu hidup pada pH 2,7-8,3 serta mati pada suhu diatas 60°C..
Pada tanggal 30 Agustus 2022, WHO telah menerima laporan dari MOH Argentina
mengenai 9 kasus Pneumonia yang belum diketahui penyebabnya, Berdasarkan laporan
Kementerian Kesehatan Argentina pertanggal 3 September 2022 total 11 kasus dengan 4
kematian dengan komorbid. Gejala yang muncul diataranya demam, myalgia, diare,
dispnea dan sakit kepala. Berdasarkan pernyataan MOH Argentina mengkonfirmasi wabah
Pneumonia yang dsebabkan oleh bakteri Legionella pneumophila yang ditularkan melalui
inhalasi melalui air dan pendingin udara.
Surat Edaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan Pemerintah Daerah,
fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Sumber Daya Manusia (SDM)
Kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait kewaspadaan dini penemuan kasus
Legionellosis Mengingat ketentuan:
1. Undang Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3237);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063)
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor §587) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
‘Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
4, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6236);
5, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49,
‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447);
6. _Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 4 Tahun 2019 Peningkatan Kemampuan Dalam
Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons Wabah Penyakit, Pandemi Global, dan
Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia.
Dokumen ini tela ctandetanganisecareelektronik yang dtrbitkan olyh Ball Serikas Elektronik (BSré), BSSNKeputusan Menteri Kesehatan RI Noomor 1538/MENKES/SK/X1/2003 tentang Stadar
Pengelolaan Spesimen Legionella.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular
‘Sehubungan dengan hal tersebut, berikut beberapa hal yang perlu kami sampaikan
untuk ditindaklanjuti sebagai upaya kewaspadaan dan antisipasi:
‘A. Melakukan pemantauan perkembangan kasus Legionellosis tingkat global melalui
kanal resmi seperti hitpsi//infeksiemerging kems.go id.
. Deteksi kasus Legionellosis di wilayah dapat melalui pelaksanaan surveilans
Pneumonia, ILVSARI dan memanfaatkan SKDR selanjutnya dilakukan verifikasi
untuk mengetahui apakah ada keterkaitan dengan faktor risiko Legionellosis. Deteksi
kasus Legionellosis dapat mengacu pada buku Pedoman Pencegahan Pengendalian
Legionellosis dan ILUSARI
.. Meminta Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk :
a. Melakukan pemantauan perkembangan kasus legionella pada Public Health
Emergency Operation Centre (PHEOC).
b. melaporkan laporan kasus yang ditemukan sesuai dengan definisi operasional
kepada Dirjen P2P melalui Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC)
di nomor Telepon/aplikasi WhatsApp 0877-7759-1097 atau surat elektronik
poskokib@yahoo.com, dan/atau laporan Surveilans Berbasis Kejadian/EBS di
aplikasi SKDR.
c. Menindaklanjuti laporan penemuan kasus dari setiap fasilitas pelayanan
kesehatan dengan melakukan investigasi dalarn 1x24 jam.
d. Melakukan koordinasi lintas program terkait dan lintas sektor khususnya Dinas
Pariwisata dan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) bila ada
notifixasi kasus dari negara lain terutama bila kasus dicurigai terpapar di tempat
akomodasi.
fe. Melakukan pengendalian faktor risiko lingkungan bersama lintas program terkait.
{. Menyebarluaskan informasi tentang Legioneloosis kepada masyarakat dan
‘asilitas pelayanan kesehatan di wilayahnya.
g. Melakukan Penyelidikan Epidemiologi teroadu bersama Dinas Kesehatan,
balailbalai besar teknik kesehatan lingkungan dan penanggulangan penyakit, dan
Dokumen ii ola dtandetangeni secareelektronik yang dtrbtkan olan Ball Sertkas Elektronik (BSrE), BSSNlaboratorium Kesehatan daerah bila terlaporkan adanya kasus suspek maupun
notifikasi kasus konfirmasi Legionellosis.
D. Meminta Kantor Kesehatan Pelabuhan untuk:
a. Melakukan pengendalian rutin sanitasi daser faktor risiko lingkungan bakteri
Legionella.
b. Meningkatkan pengawasan terhadap tempat-tempat yang menjadi risiko bakteri
legionella di witayah kerja kantor Kesehatan Pelabuhan.
c. Meningkatkan upaya promosi kesehatan bagi masyarakat bandara, pelabuhan,
dan pos lintas batas darat negara terkait Legionellosis.
d. Memantau dan melaporkan laporan kasus yang ditemukan sesuai dengan
definisi operasional kepada Dirjen P2P melalui Public Health Emergency
Operation Centre (PHEOC) di nomor Telp./WhatsApp 0877-7759-1097 atau e-
mail: poskoklb@yahoo.com dan ditembuskan kepada Dinas Kesehatan Provinsi
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
E. Meminta Balai/Balai Besar Teknik kesehatan lingkunngan dan Penanggulangan
Penyakit dan Laboratorium Kesehatan daerah untuk:
a. Melaporkan bila menemukan hasil laboratorium konfirmasi Legionellosis melalui
Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC) di nomor Telp./WhatsApp
0877-7759-1097, atau e-mail: poskokib@yahoo.com, dan_ditembuskan kepada
Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Rujukan, dan Kantor
Kesehatan Pelabuhan dalam melakukan pemantauan berupa pemeriksaan
spesimen untuk deteksi kasus Legionellosis...
c. Melakukan asesmen mandir terkait kapasitas dan sumber daya yang ada terkait
pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan.
F. Meminta Rumah Sakit, Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lain untuk:
‘a. Meningkatan kewaspadaan di fasyankes melalui pengamatan terhadap gejala
sesuai definisi operasional Legionellosis, klaster Pneumonia, da tata laksana
serta dilakukan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan pedoman.
b. Pengendalian faktor risiko lingkungan bakter Legionella yang terdapat di Rumah
Sakit, Keberadaan bakteri Legionella di sarana rumah sakit yang tidak dikelola
dengan baik juga dapat menimbulkan infeksi nosokomial.
c. Memantau dan melaporkan laporan kasus yang ditemukan sesuai dengan
definisi operasional kepada Dirjen P2P melalui Public Health Emergency
Operation Centre (PHEOC) di nomor Telp./WhatsApp 0877-7759-1097 atau e-
mail: poskoklb@yahoo.com, dan/atau laporan Surveilans Berbasis Kejadian/EBS:
di aplikasi SKDR.
Dokumen ile ctandatangani secareelektronk yang dterbtkan lah Ball Setkas| Elektronik (BSrE), BSSNDemikian Surat Edaran ini untuk dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab
dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Ditetapkan ci Jakarta
Pada tanggal 13 September 2022
Direktur Jenderal P2P,
Dr.dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM.MARS
‘Tembusan:
1. Menteri Kesehatan
2. Sekretaris Jenderal Kemenkes
3. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes
4, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes
5. Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan
Dokumen ini tela ctandatangani socareeloktronik yang dterbikan olsh Bala Series Elektronik (BSrE), BSSN