You are on page 1of 19

Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.

01, Juni 2021

DESAIN METODE CASEWORK DALAM


PENANGANAN GANGGUAN KECEMASAN KLIEN H
PENYANDANG CEREBRAL PALSY DI PANTI ASUHAN
BHAKTI LUHUR ALMA BANDUNG

Rosdiana
Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, rosduma29@gmail.com

Dorang Luhpuri
Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, dluhpuri@yahoo.com

Rini Hartini RA
Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, rini_stks@yahoo.com
________________

Abstract
Anxiety disorders are fear or worry in certain very threatening situations that can cause
anxiety, anxiety disorders experienced by "H" are caused by fear of being abandoned by
their families, causing anxiety, irritability, and irritation, and having somatic complaints.
The problems in this study were explored based on the anxiety aspects and this research
has the output to make a model design so that the purpose of this study is to design a
casework method in handling anxiety disorder client H with cerebral palsy. The method
in this study uses a qualitative method with a descriptive approach. The descriptive
approach is research whose results are in the form of descriptive data and secondary data
through facts from natural conditions as direct sources with instruments from the
researchers themselves. Data collection techniques used interviews and documentation
studies. The model design used in this research is the initial model design of the RCBT
(Rho's cognitive behavioral therapy) model, which is the development of Oemorjaedi
CBT used during practicum. The design idea is the casework method. The final design is
the client H casework method. The intervention was carried out by applying the final
model design, namely the casework method of client H using ventilation, support, advice,
and counseling techniques, and role rehearse. The technique is applied to "H" to reduce
the anxiety disorder experienced by "H". The results showed that the casework model that
was carried out could reduce the anxiety disorder experienced by "H" began not feeling
restless, did not get angry easily, and was irritated and somatic complaints did not return
even though asking or telling about his family.

.
Keywords:
casework, anxiety disorders, cerebral palsy
__________________________

Abstrak

1
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

Gangguan kecemasan merupakan rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang
sangat mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan, gangguan kecemasan yang
dialami “H” disebabkan rasa takut ditinggalkan oleh keluarganya sehingga menimbulkan
rasa gelisah, mudah marah dan tersinggung dan memiliki keluhan somatic. Permasalahan
dalam penelitian ini digali berdasarkan aspek-aspek kecemasan dan penelitian ini
outputnya untuk membuat suatu desain model sehingga tujuan dari penelitian ini
membuat desain metode casework dalam penanganan gangguan kecemasan klien H
penyandang cerebral palsy. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif yaitu penelitian yang hasilnya
berupa data deskriptif dan data sekunder melalui fakta-fakta dari kondisi alami sebagai
sumber secara langsung dengan instrumen dari peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data
yang digunakan wawancara dan studi dokumentasi. Desain model yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu desain model awal model RCBT(Rhos cognitive behavioural therapy)
yaitu pengembangan dari CBT oemorjaedi yang digunakan pada saat praktikum. Gagasan
desain yaitu Metode casework. desain akhir yaitu yaitu Metode casework klien H.
Intervensi yang dilakukan dengan menerapkan desain model akhir yaitu Metode
casework klien H menggunakan teknik ventilation, support, advice giving and
counseling, dan role rehearshal. Teknik tersebut diterapkan pada “H” dengan tujuan
dapat mengurangi gangguan kecemasan yang dialami “H”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa model casework yang dilakukan dapat mengurangi gangguan kecemasan yang
dialami “H” mulai tidak merasa gelisah, tidak mudah marah dan tersinggung dan keluhan
somatic tidak kembali lagi walaupun menanyakan atau bercerita tentang keluarganya.

Kata Kunci:
Casework; Gangguan kecemasan;cerebral palsy

2
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

PENDAHULUAN Rini Hildayani, 2013: 9.3) mengatakan bahwa


Manusia memiliki keinginan untuk lahir hambatan utama dari cerebral palsy adalah
dengan kondisi fisik yang normal dan terganggunya control otot. Serta Bakwin &
sempurna, namun pada kenyataannya ada Bakwin (dalam Rini Hildayani, 2013: 9.3)
manusia yang tidak dapat mendapatkan cerebral palsy yaitu perubahan yang bersifat
kesempurnaan yang diinginkan karena nonprogresif dari gerakan atau fungsi motorik
keterbataan fisik yang tidak dapat dihindari sebagai hasil dari kerusakan intracranial, luka,
seperti penyandang disabilitas. Hal ini atau penyakit, yang muncul sebelum, selama,
diungkapkan dalam Undang-Undang Nomor 8 atau segera sesudah kelahiran yang disertai
tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dengan defisit sensori (gangguan pendengaran
pasal 1 ayat (1) bahwa “penyandang disabilitas dan penglihatan) dan perceptual (anggapan
adalah setiap orang yang mengalami terhadap sesuatu), kesulitan belajar, gangguan
keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau emosional, dan kepribadian yang parah, serta
sensorik dalam waktu lama yang dalam retradasi mental”. Kondisi yang dialami anak
berinteraksi dengan lingkungan mengalami cerebral palsy tidak hanya akan berdampak
hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi pada ketidaksempurnaan fungsi motorik pada
secara penuh dan efektif dengan warga negara anak, namun juga terganggunya fungsi
lainnya berdasarkan kesamaan hak”. kognitif. Fungsi kognitif terjadi akibat
Penyandang disabilitas Indonesia cukup kerusakan otak pada cerebral palsy dan
banyak jumlahnya sehingga tidak boleh gangguan motorik serta kesulitan anak
diabaikan keberadaannya. Berdasarkan hasil mengeksplorasi lingkungan yang diperlukan
data Survey Sosial Ekonomi Nasional dalam perkembangan kognitif, sehingga bukan
(SUSENAS) yang dilaksanakan Biro Pusat hanya mengalami cacat fisik namun juga cacat
Statistik (BPS) tahun 2012, jumlah penyandang sosial. Semakin bertambahnya usia anak
disabilitas di Indonesia sebanyak 6.008.661 cerebral palsy mulai merasakan bahwa diri
orang, dari jumlah tersebut sekitar 1.780.200 mereka berbeda dengan anak lain. Hal ini
orang adalah penyandang disabilitas netra, menimbulkan rasa takut, tidak nyaman, tidak
616.387 orang penyandang disabilitas tubuh ingin lepas dari lingkungan orang tua, rasa
atau fisik, 472.855 orang penyandang cemas, depresi dan permasalahan psikososial
disabilitas runguwicara, 402.817 orang lainnya.
penyandang disabilitas grahita, 170.120 orang Menurut Bronson & Dave (2009)
yang disabilitas yang sulit mengurus diri, dan mengatakan bahwa salah satu permasalahan
sekitar 2.401.292 orang mengalami disabilitas psikososial yang dihadapi penyandang
ganda. Data tersebut menunjukkan bahwa disabilitas adalah kecemasan sosial yang mem-
penyandang disabilitas tubuh atau fisik pengaruhi kemampuan dalam hal sosialisasi
mempunyai populasi yang cukup banyak. dan interaksi dengan lingkungan sekitar atau
Salah satu ragam dari penyandang dalam pergaulan sehari-hari. Salah satu
disabilitas adalah penyandang disabilitas fisik, penyandang disabilitas yaitu cerebral palsy
yaitu seseorang yang mengalami keterbatasan yang memiliki permasalahan psikososial yang
fisik sehingga mengalami hambatan dalam dapat menimbulkan rasa kecewa, perasaan
berpartisipasi di masyarakat. Salah satu jenis mudah tersinggung, menjadi emosional, dan
dari penyandang disabilitas fisik yaitu cerebral berpotensi menyebabkan masalah kejiwaan
palsy (CP). Menurut Johnston & Mgrab (dalam

3
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

(rasa pesimis, masa bodoh, putus asa dan hanya membuat malu keluarga saya, saya aib
rendah diri). bagi keluarga saya, saya tidak punya harapan
Pada kegiatan praktikum yang untuk masa depan dan hal-hal tersebut
berlangsung dari Bulan Agustus sampai merupakan gejala-gejala gangguan kecemasan.
November 2019, peneliti melakukan kegiatan Berdasarkan permasalahan pada saat
praktek lapangan dengan mengambil subjek praktik digunakan teknik CBT melalui desain
seorang perempuan berinisial H, penyandang program yang diberi nama RCBT (Rhos
disabilitas fisik (cerebral palsy) cukup berat. H Cognitive behavioral Therapy). RCBT (Rhos
merupakan salah satu penerima manfaat di Cognitive therapy) merupakan pengembangan
Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan dari Oemarjoedi CBT (Cognitive Behavioral
Bandung, yang bertempat tinggal di Panti Therapy). Terapi ini memiliki fokus terhadap
Asuhan Bhakti Luhur Alma Cabang Bandung. klien yang memiliki kecemasan dan pengalihan
Berdasarkan asesmen hasil praktikum isu untuk mengatasi kecemasan dengan tujuan
peneliti menemukan bahwa H mengalami terapi ini adalah untuk mengurangi kecemasan
kedisabilitasan cerebral palsy yang cukup berat yang dialami oleh H. Hasil evaluasi dari
sejak lahir, secara kognitif H mampu pelaksanaan intervensi pada masa praktikum
menginggat apa yang terjadi di masa lalu dan menunjukkan adanya sedikit perubahan pada
menceritakan secara detail seperti apa yang H, sesuai dengan teknik-teknik yang telah
diceritakan oleh pengasuhnya,perkembangan diberikan, perubahan yang klien rasakan antara
bahasa H bicara gagap sehingga saat berbicara lain berkurangnya perilaku gelisah, mudah
kurang jelas karena faktor kedisabilitasannya. marah dan tersinggung, sulit bernapas, banyak
Berkenaan dalam melakukan mobilitas sehari- berkeringat, dan jantung berdetak kencang.
hari H selalu mengalami kesulitan dalam Hasil kegiatan re-assessment yang
melakukan aktivitas pribadi. Alat bantu yang dilakukan pada H disimpulkan bahwa model
digunakan adalah kursi roda. Dalam melakukan yang di gunakan pada kegiatan praktikum
aktivitas keseharian H selalu memerlukan belum cukup efektif, karena masih ada gejala-
bantuan dari orang lain atau pengasuh panti. H gejala kecemasan yang dialami oleh H.
dapat menerima kondisi kedisabilitasan yang Berdasarkan uraian tersebut dapat
dialaminya, namun masih merasa sedih ketika disimpulkan bahwa subjek masih memiliki
memikirkan bahwa saudara-saudara gangguan kecemasan berdasarkan gejala-
kandungnya yang tega meninggalkannya di gejala yang dikemukakan oleh Hawari (2008),
panti asuhan dan tidak mau merawat dirinya. ada enam aspek gejala kecemasan, dari enam
Pada hasil asesmen ketika praktikan aspek gejala kecemasan tersebut, subjek
menanyakan mengenai kakak-kakaknya, H memiliki tiga gejala kecemasan yaitu subyek
menunjukkan gangguan perilaku seperti merasa gelisah, mudah marah dan tersinggung.
merasa gelisah, mudah marah dan Kondisi tersebut maka sebetulnya yang
tersinggung, sulit bernapas, banyak dibutuhkan subyek penelitian adalah berkaitan
berkeringat, jantung berdetak kencang, serta dengan cara pengurangan gangguan kecemasan
menunjukkan distrosi kognitif yang ditandai untuk mengurangi khawatir yang berlebihan
dengan selalu mengatakan kakak-kakak saya tentang masa depannya. Penanganan atau
tidak menyayangi saya, kakak-kakak dan intervensi yang dilakukan untuk mengurangi
keluarga saya tidak membutuhkan saya, saya gangguan kecemasan menjadi penting sebelum
hanya jadi beban buat keluarga saya, saya timbul masalah-masalah psikologis yang lebih

4
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

berat, yang dapat memperburuk keberfungsian moleong (2012:6) adalah penelitian yang
sosialnya. bermaksud untuk memahami fenomena tentang
Peneliti tertarik menggunakan salah apa yang dialami oleh objek penelitian.
satu metode praktek pekerjaan sosial Contohnya perilaku, presepsi, motivasi,
yaitu casework. Hellen Harris Perlman (2011) tindakan secara holistik dan dengan cara
mengatakan bahwa casework merupakan suatu deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
proses yang digunakan oleh lembaga-lembaga pada suatu konteks khusus yang alamiah
pelayanan kemanusiaan untuk membantu dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
individu dalam menghadapi berbagai masalah Metode deskriptif menurut Whitney
keberfungsian sosial secara lebih efektif. (1961) dalam Nazir (2005) adalah pendekatan
Selanjutnya Hellen Harris Perlman (2011) juga dengan pencarian fakta dan interprestasi yang
menyatakan bahwa esensi bantuan social tepat. Penelitian deskriptif mempelajari
casework ialah membantu individu dalam masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata
mengadakan adaptasi sosial, serta memulihkan cara yang berlaku dalam masyarakat serta
dan memperkuat kemampuan untuk situasi-situasi tertentu termasuk tentang
menjalankan fungsinya sebagai makhluk sosial hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
dalam hal ini pekerja sosial harus berusaha pandangan-pandangan, serta proses-proses
mempengaruhi tingkah laku klien. Tingkah yang sedang berlangsung dan pengaruh-
laku seseorang mempunyai tujuan dan arti pengaruh dari suatu fenomena. Tujuan dari
seperti memperoleh kepuasaan, menghilangkan metode deskriptif adalah untuk membuat
atau memecahkan kecemasan, dan memelihara deskripsi penelitian secara jelas, sistematis, dan
keseimbangan dalam gerak. Metode casework memperoleh pemahaman yang mendalam
dengan tekniknya yang beragam dan praktis mengenai desain metode casework dalam
untuk digunakan, sangat tepat untuk subyek H penanganan gangguan kecemasan celebral
dengan kondisi cerebral palsy yang cukup palsy.
berat. Sumber data dalam penelitian ini
menggunakan sumber data primer dan sumber
METODE data sekunder seperti yang dinyatakan oleh
Metode dalam penelitian ini Lofland (dalam Lexi J.Moleong 2012:157).
menggunakan metode kualitatif dengan Sumber data utama dalam penelitian kualitatif
pendekatan deskriptif, yaitu penelitian yang ialah kata-kata dan tindakan yang didapati dari
hasilnya berupa data deskriptif dan data informan melalui wawancara, selebihnya
sekunder melalui fakta-fakta dari kondisi alami adalah data tambahan seperti dokumen yang
sebagai sumber secara langsung dengan tertulis dan terekam. Dalam penelitian ini
instrumen dari peneliti sendiri. Tujuan peneliti menggunakan data yang sudah
penelitian ini untuk mengetahui gambaran dikumpulkan secara langsung dan oleh orang
mendalam terhadap objek yang dipilih yaitu lain atau sudah didokumentasikan dan atau
tentang penggunaan desain metode casework dipublikasikan oleh orang lain yang berkaitan
dalam penanganan gangguan kecemasan dengan penanganan gangguan kecemasan.
celebral palsy di Panti Asuhan Bhakti Luhur Pengumpulan data dalam penelitian ini
Alma studi kasus pada klien H. menggunakan studi dokumentasi dan
Pendekatan penelitian kualitatif, wawancara, studi dokumentasi dilakukan
sebagaimana yang telah didefinisikan Lexi J. dengan cara mempelajari data sekunder yang

5
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

dilakukan penelitian terdahulu dan laporan- Penanganan Gangguan Kecemasan Klien H


laporan praktikum. Studi dokumentasi penyandang Cerebral palsy dengan
digunakan untuk memperoleh data dan menguraikan secara detail proses pelaksanaan
informasi berupa catatan tulisan maupun desain casework pada gangguan kecemasan
gambar yang berkaitan dengan penanganan yang dialami “H”, dimana “H” adalah
gangguan kecemasan pada klien “H”. Dan seorang penyandang disabilitas celebral
Wawancara dilakukan yaitu menggali palsy. penelitian ini dilakukan dengan fokus
informasi secara langsung dan mendalam membuat desain metode casework pada
melalui telepon kepada kepala panti dan gangguan kecemasan klien H penyandang
pengasuh klien dan wawancara dilakukan celebral palsy pada klien “H” yang di kaji dari
kepada klien sendiri secara langsung sesuai tiga aspek, yaitu: merasa gelisah, mudah
dengan aspek-aspek kecemasan yang dialami marah dan tersinggung, keluhan-keluhan
oleh klien. somatic.
Teknik Analisis yang dilakukan dalam
penelitian ini mngasu pada pendapat Miles dan PEMBAHASAN
Huberman dalam Sugiyono (2010)
mengemukakan bahwa “aktifitas dalam analisis 1. Model awal (RCBT) dalam penangganan
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan gangguan kecemasan celebral palsy
berlangsung secara terus menerus sampai Model desain awal yang dilakukan
tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas berdasarkan hasil praktikum pada semester
dalam analisis data, yaitu data reduction, data sebelumnya adalah model RCBT (Rhos
display dan data conclusions cognitive behavioural therapy). Model ini
drawing/verivication atau penarikan pengembangan dari Oemarjoedi CBT
kesimpulan” (cognitive behavioural therapy), dalam
Expert Judgment yang digunakan Oemarjoedi CBT terdiri bebrapa tahapan
dalam penelitian ini yaitu penilaian yang yaitu 1.asesmen diagnosa, 2.mencari emosi
dilakukan oleh ahli (expert) terhadap desain negativ, pikiran otomatis dan kenyamanan
baru yang peneliti rancang terkait desain model utama yang berhubungan dengan gangguan
casework dalam penanganan gangguan 3.Menyusun rencana intervensi dengan
kecemasan klien H penyandang celebral palsy memberikan konsekkuensi positif-negatif
studi kasus pada klien H di Panti Asuhan Bhakti kepda klien, 4.formulasi status, fokus terapi,
Luhur Alma Bandung. Masukan dari ahli intervensi tingkah laku dan 5.pencegahan.
terhadap desain baru selanjutnya akan peneliti Pada RCBT dikembangkan menjadi beberapa
gunakan untuk menyusun penyempurnaan tahapan yang sesuai dengan kebutuhan dan
model, sehingga didapatkan model akhir desain kemampuan tahapannya menjadi intake,
metode casework dalam penanganan gangguan asesmen, menyusun intervensi, intervensi,
kecemasan klien H penyandang celebral palsy evaluasi dan pencegahan. Terapi ini memiliki
studi kasus pada klien H di Panti Asuhan Bhakti fokus terhadap klien yang memiliki
Luhur Alma Bandung. kecemasan dan pengalihan isu untuk
mengatasi kecemasan, Tujuan terapi ini
HASIL PENELITIAN adalah untuk mengurangi kecemasan yang
Hasil penelitian yaitu membahas dialami oleh salah seorang anggota keluarga.
mengenai Desain Metode Casework Dalam Dalam terapi ini yang dimaksud adalah klien

6
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

H, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bagan cara pengurangan gangguan kecemasan untuk
dibawah ini: mengurangi khawatir yang berlebihan tentang
masa depannya.
Bagan: 4.1 Model Penyandang disabilitas fisik (celebral
palsy) yang memiliki gangguan kecemasan,
maka penanganan atau intervensi yang
dilakukan untuk mengurangi gangguan
kecemasan menjadi penting sebelum timbul
masalah-masalah psikologis yang lebih berat,
bahkan dapat menghambat keberfungsian
sosialnya. Berbagai metode dan teknik yang
ada, salah satunya peneliti sudah melakukan
model RCBT pengembangan dari teknik CBT,
namun dalam intervensinya CBT belum cukup
efektif pada klien H. Untuk itu peneliti tertarik
menggunakan salah satu metode praktek
pekerjaan sosial yaitu casework. Hellen Harris
Berdasarkan Hasil kegiatan re-assessment Perlman (2011) mengatakan bahwa casework
yang dilakukan pada H disimpulkan bahwa merupakan suatu proses yang digunakan oleh
model yang digunakan pada kegiatan lembaga-lembaga pelayanan kemanusiaan
praktikum belum cukup efektif untuk untuk membantu individu dalam menghadapi
mengurangi kecemasan yang dialami oleh H. berbagai masalah keberfungsian sosial secara
Hal ini terbukti dari hasil wawancara peneliti lebih efektif. Selanjutnya Hellen Harris
terhadap subjek, pengasuh dan kepala panti Perlman (2011) menyatakan juga bahwa esensi
bahwa subjek kadang-kadang masih bantuan social casework ialah membantu
mengatakan kakak-kakanya tidak individu dalam mengadakan adaptasi sosial,
menyayanginya, kakak-kakak dan keluarganya
serta memulihkan dan memperkuat
tidak membutuhkannya, dan merasa tidak
kemampuan untuk menjalankan fungsinya
punya masa depan dan gejala-gejala yang sebagai makhluk sosial dalam hal ini pekerja
ditimbulkan sebelumya masih ada yaitu merasa sosial harus berusaha mempengaruhi tingkah
gelisah, mudah marah serta mudah tersinggung
laku klien. Tingkah laku seseorang mempunyai
dan keluhan somatik yaitu sulit bernapas. tujuan dan arti seperti memperoleh kepuasaan,
Berdasarkan uraian tersebut dapat menghilangkan atau memecahkan kecemasan,
disimpulkan bahwa subjek masih memiliki
dan memelihara keseimbangan dalam gerak.
gangguan kecemasan berdasarkan gejala-
2. Gagasan Desain Dalam Penanganan
gejala yang dikemukakan oleh Hawari (2008),
Gangguan Kecemasan klien H
ada enam aspek gejala kecemasan, dari enam
penyandang cerebral palsy
aspek gejala kecemsan tersebut, subjek
memiliki tiga gejala kecemasan yaitu “H” Berdasarkan hasil pada model awal
merasa gelisah, mudah marah dan penanganan gangguan kecemasan celebral
tersinggung, dan keluhan-keluhan somatic, palsy bahwa teknik CBT (cognitive behavioral
dengan kondisi tersebut maka sebetulnya Therapy) belum cukup efektif dalam
yang dibutuhkan “H” adalah berkaitan dengan penanganan gangguan kecemasan pada klien

7
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

H, sehingga peneliti mengusulkan gagasan pendapat atau digambarkan dari pengetahuan


desain baru menggunakan metode casework professional. Keberhasilan teknik ini
menggunakan teknik-teknik yaitu: ditentukan oleh kemampuan klien
1. Ventilation mempergunakannya dan kemampuan pekerja
Teknik ini digunakan oleh pekerja sosial membuat assessment yang valid.
sosial untuk membawa ke permukaan perasaan- 4. Role Rehearsal
perasaan dan sikap-sikap yang diperlukan, Teknik ini digunakan apabila cara-cara
sehingga perasaan-perasaan dan sikap-sikap belajar perilaku baru diperlukan. Pekerja sosial
tersebut dapat mengurangi masalah yang dapat meningkatkan fungsi sosial klien melalui
dihadapi klien. Pekerja sosial dituntut untuk latihan penampilan peranan baik melalui
dapat menyediakan kemudahan bagi klien diskusi atau permainan peranan atau kedua-
dalam mengungkapkan emosinya secara duanya. Sebagai pengganti permaianan
terbuka. Tujuan ventilation adalah untuk peranan, pekerja sosial dapat juga
menjernihkan emosi yang tertekan karena dapat mendemonstrasikan bagaimana tindakan-
menjadi penghalang bagi gerakan positif klien. tindakan tertentu dilakukan.
Dengan membantu klien menyatakan perasaan- Selanjutnya gagasan desain akan
perasaannya, maka pekerja sosial akan lebih dikaitkan dengan tahapan pekerjaan sosial
siap melaksanakan tindakan pemecahan casework yaitu:
masalah serta dapat memusatkan perhatiannya a. Engagement, intake dan contract; suatu
pada perubahan pada diri klien. tahap awal dalam praktek pertolongan; yaitu
kontrak awal antara pekerja sosial dengan
2. Support kelayan yang berakhir pada kesepakatan
Teknik ini mengandung arti untuk terlibat dalam keseluruhan proses.
memberikan semangat, menyokong dan b. Pengungkapan dan pemahaman masalah
mendorong aspek-aspek dari fungsi klien, (assessment); merupakan suatu tahap untuk
seperti kekuatan-kekuatan internalnya, cara mempelajari masalah-masalah yang
berperilaku dan hubungannya dengan orang dihadapi kelayan. Tahap ini berisi:
lain. Support harus didasarkan pada kenyataan pernyataan masalah, assessment
dan pekerja sosial memberikan dukungan kepribadian, analisis situasional, perumusan
terhadap perilaku atau kegiatan-kegiatan positif secara integrative dan evaluasi.
dari klien. Pekerja sosial harus membantu klien c. Perencanaan (planning); merupakan suatu
apabila klien mengalami kegagalan dan pemilihan strategi, teknik dan metode yang
sebaliknya lebih mendorong klien apabila didasarkan pada proses assessment masalah.
berhasil. Sebaiknya pekerja sosial menyatakan d. Intervensi; merupakan suatu kegiatan yang
terlebih dahulu aspek-aspek yang positif bertujuan untuk menghasilkan perubahan
sebelum menyatakan aspek-aspek negatif dari berencana dalam diri kelayan dan
situasi yang dialami klien. situasinya.
3. Advice Giving and Counseling e. Evaluasi; merupakan suatu penilaian
Teknik ini berhubungan dengan upaya terhadap pencapaian tujuan yang telah
memberikan pendapat yang didasarkan pada ditetapkan dalam planning, serta melihat
pengalaman pribadi atau hasil pengamatan kembali kemajuan-kemajuan yang telah
pekerja sosial dan upaya meningkatkan suatu dicapai sehubungan dengan tujuan.
gagasan yang didasarkan pada pendapat-

8
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

f. Terminasi/Disengagement; tahap ini berikut:


dilakukan bila tujuan-tujuan yang telah
disepakati dalam kontrak telah dicapai dan
mungkin sudah tidak dicapai kemajuan-
kemajuan yang berarti dalam pemecahan
masalah.
Berdasarkan teknik casework dan
tahapan-tahapan pekerjaan sosial secara umun
yang dijelaskan diatas untuk itu peneliti
mengusulkan gagasan desain metode casework
dalam penanganan gangguan kecemasan klien 1. Tahapan persiapan
H penyandang celebral palsy Di Panti Asuhan 1) EIC (engangement, intake, contrak)
Bhakti Luhur Alma Bandung sebagai berikut: Merupakan tahap awal dalam praktek
pertolongan pekerja sosial yaitu kontrak
awal antara pekerja sosial dengan kelien
yang berakhir dengan kesepakatan untuk
terlibat dalam keseluruhan proses.
2) Asesmen yaitu proses mengumpulkan dan
mengolah informasi dengan menggunakan
berbagai prosedur dan untuk mempelajari
masalah-masalah yang dihadapi klien.
Bagan 4.2 menunjukan desain Tahap ini berisi: pernyataan masalah
penanganan pada klien H melalui metode kepribadian, analisis situasional, perumusan
casework. Desain ini merupakan desain untuk secara integrative dan evaluatif.
upaya penanganan gangguan kecemasan yang 3) Planning yaitu proses pemilihan strategi
dialami oleh klien H. casework menurut Hellen teknik dan metode yang didasarkan pada
Harris Perlman (2011) merupakan suatau proses assessment masalah.
proses oleh badan-badan (human welfare 2. Tahapan intervensi
agencies) tertentu untuk membantu individu Intervensi Suatu kegiatan yang
dalam menghadapi berbagai masalah bertujuan untuk menghasilkan perubahan
keberfungsian sosial secara efektif. Casework berencana pada diri klien dan situasinya.
juga merupakan salah satu dari metode Intervensi ini yaitu pelaksanaan teknik-teknik
pekerjaan sosial yang mempunyai teknik- dari casework yaitu ventilation, support, advice
teknik tertentu, dan teknik yang digunakan giving and counseling, dan role rehearsal
dalam penelitian ini yaitu ventilation suport, 1) Ventilation yaitu teknik yang digunakan
advice giving and counseling dan role untuk membantu klien meyatakan perasaan-
rehearsal. perasaanya serta mengungkapkan masalah
Desain metode casework klien H klien dan menjernihkan emosi yang
memiliki beberapa tahapan atau mekanisme tertekan karena dapat menjadi penghalang
penanganan gangguan kecemasan klien H bagi gerakan positif klien..
penyandang celebral palsy di Panti Asuhan 2) Support yaitu teknik memberikan semangat,
Bhakti Luhur Alma Bandung adalah sebagai menyokong dan mendorong aspek-aspek
dari fungsi klien, seperti kekuatan-kekuatan
9
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

internalnya, cara berperilaku dan 1. Tahapan persiapan


hubungannya dengan orang lain. 1) EIC (engangement, intake, contrak)
3) Advice Giving and Counseling yaitu Merupakan tahap awal dalam praktek
berhubungan dengan upaya memberikan pertolongan pekerja sosial yaitu kontrak awal
pendapat yang didasarkan pada pengalaman antara pekerja sosial dengan klien yang
pribadi atau hasil pengamatan pekerja sosial berakhir dengan kesepakatan untuk terlibat
dan upaya meningkatkan suatu gagasan dalam keseluruhan proses.Tahapan ini
yang didasarkan pada pendapat-pendapat dilaksanakan selama 1 kali yaitu pada tanggal
atau digambarkan dari pengetahuan 26 februari 2020 di Panti Asuhan Bhakti Alma
professional sesuai dengan sasaran dan bersama klien. Tujuannya untuk melanjutkan
tujuan dari pelaksanaan intervensi kepada ketahap berikutnya untuk mengidentifikasi
klien. sampai mana tahap kecemasan klien. Pada
4) Role Rehearsal yaitu teknik ini digunakan tahap ini berjalan lancar karena peneliti dan
apabila cara-cara belajar perilaku baru pihak panti asuhan dan klien sudah saling
diperlukan. Pekerja sosial dapat mengenal dan pada tahap ini peneliti
meningkatkan fungsi sosial klien melalui meyakinkan kembali “H” untuk mengikuti
latihan penampilan peranan baik melalui semua kegiatan yang akan dilaksanakan. “H”
diskusi atau permainan peranan atau kedua- mengatakan bahwa ia bersedia mengikuti
duanya. Sebagai pengganti permaianan semua kegiatan sampai selesai.
peranan, pekerja sosial dapat juga
mendemonstrasikan bagaimana tindakan- 2) Asesmen
tindakan tertentu dilakukan. Tahapan ini dilaksanakan tgl 27
3. Tahapan pengakhiran februari- 3 Maret 2020 di Panti asuhan Bhakti
1) Evaluasi; merupakan suatu penilaian Luhur Alma. Berdasarkan Hasil kegiatan re-
terhadap pencapaian tujuan yang telah assessment yang dilakukan pada H
ditetapkan dalam planning, serta melihat dinyatakan bahwa subjek kadang-kadang
kembali kemajuan-kemajuan yang telah masih mengatakan kakak-kakanya tidak
dicapai sehubungan dengan tujuan. menyayanginya, kakak-kakak dan
2) Terminasi/Disengagement; tahap ini keluarganya tidak membutuhkannya, dan
dilakukan bila tujuan-tujuan yang telah merasa tidak punya masa depan dan gejala-
disepakati dalam kontrak telah dicapai dan gejala yang ditimbulkan sebelumya masih ada
mungkin sudah tidak dicapai kemajuan- yaitu merasa gelisah, mudah marah serta
kemajuan yang berarti dalam pemecahan mudah tersinggung, sulit bernapas. Hal ini
masalah. sesuai dengan wawancara peneliti kepada
3. Pelaksanaan Desain Metode Casework kepala panti “M”
Berdasarkan hasil refleksi awal pada Berdasarkan hasil wawancara tersebut
sub sebelumnya dapat disimpulkan bahwa “H’ dinyatakan bahwa H masih mengalami
masih mengalami gangguan kecemasan gangguan-gangguan kecemasan walaupun
berdasarkan masalah tersebut maka peneliti dan tidak sebanyak sebelumnya pada masa
“H” melakukan perencanaan untuk praktium, kemudian peneliti bertemu dengan
mengurangi/ menghilangkan gangguan “H” dan melakukan wawancara, wawancara
kecemasan meliputi aspek gelisah, mudah yang dilakukan pertama kali yaitu dengan
marah dan tersinggung dan keluhan somatic. menanyakan kabar dan menanyakan apa

10
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

kegiatan-kegiatan yang dilakukan H dan H Kegiatan ini peneliti lakukan pada tanggal 5-19
menceritakan kegiatan-kegiatan sehari-harinya. maret 2020.
Setelah “H” menceritakan kegiatan b. Tujuan
sehari-harinya peneliti berusaha memberikan Tujuan desain yaitu: Untuk
pertanyaan-pertanyaan yang tujuanya untuk menghilangkan atau mengurangi emosi atau
mengungkapkan kembali pikiran-pikiran perasaan negative seperti gelisah, mudah
negative dan emosi. Klien H mengungkapkan marah dan mudah tersinggung, untuk
apa yang dirasakan berdasarkan pertanyaan menghilangkan keluhan-keluhan somatik yang
yang diarahkan peneliti. Pertanyaan yang di dialami “H” yaitu sulit bernapas dan untuk
ajukan apa yang saudara pikirkan tentang mendorong “H” mempunyai harapan-harapan
saudara anda, apa yang saudara akan baru yang positif.
ungkapkan jika bertemu saudara anda. c. Tahap komitmen untuk kerja sama
Berdasarkan hasil wawancara tersebut Pada tahap ini peneliti kembali
sehingga sangat memperkuat bahwa subjek menyakinkan “H” untuk mengikuti semua
masih memiliki gangguan kecemasan yaitu kegiatan yang akan dilaksanakan, “H”
subyek merasa gelisah, mudah marah dan mengatakan bahwa ia bersedia mengikiti
tersinggung, dan keluhan-keluhan somatic. kegiatan sampai selesai.
Kondisi tersebut maka sebetulnya yang d. Menentukan Model program
dibutuhkan subyek penelitian adalah Model program yang diberikan kepada
berkaitan dengan cara pengurangan gangguan “H” untuk mengurangi tingkat kecemasan
kecemasan untuk mengurangi khawatir yang adalah menggunakan desain metode casework.
berlebihan tentang masa depannya. Adapun fokus kegiatan ini untuk merubah
3) Planning emosi dan perilakunya menjadi postif serta
Berdasarkan hasil asesmen pada sub mengurangi keluhan somatic yang dialami.
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa “H” e. Menentukan sasaran desain
masih mengalami gangguan kecemasan, maka Sasaran dalam desain metode casework
peneliti dan “H” melakukan perencanaan untuk adalah “H” yang mengalami gangguan
mengurangi/menghilangkan gangguan kecemasan yang merupakan celebral palsy
kecemasan meliputi aspek gelisah, mudah yang tinggal di Panti Asuhan Bhakti Luhur
marah dan tersinggung dan keluhan somatic Alma.
yaitu sulit bernapas.pada penelitian ini f. Menentukan mekanisme pelaksanaan
menggunakan metode casework dengan teknik- Kegiatan ini dilaksanakan dengan
tekniknya, adapun teknik-teknik yaitu mekanisme kerja yang telah disepakati oleh
Ventilation, Support, Advice Giving and peneliti dan “H”, yaitu melakukan home visit,
Counseling, Role Rehearsal. dan melakukan interaksi dengan “H” melalui
Selanjutnya Pada tahap perencanaan wawancara mendalam, diskusi maupun
kegiatan yang dilakukan yaitu: pengamatan namun disaat pertengahan
a. Tahap persiapan pelaksanan kegiatan terhalang dengan adanya
Pada tahap ini peneliti melakukan covid 19 sehingga meminta bantuan kepada
komunikasi dan koordinasi dengan “H”, kepala pengasuh dan kepala panti untuk mendampingi
panti “M” dan pengasuh “A” yang akan terlibat “H” dan sampai selesai dan melakukan
dan membantu dalam pelaksanaan terapi yang kegiatan melalui telpon.
akan dilaksanakan dapat berjalan dengan baik. g. Menentukan waktu dan tempat

11
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

Kegiatan ini dilaksanakan mulai dilakukan peneliti untuk memberikan


minggu ke 4 maret sampai minggu ke 4 april kesempatan kepada klien dalam
2020 dan bersifat fleksibel disesuaikan dengan mengungkapkan masalah yang sedang
kegiatan “H” dan pengasuh panti. Adapun dihadapi oleh klien H dan juga memberikan
pelaksanan kegiatan ini bertempat di Panti kesempatan klien H agar dapat
Asuhan Bhakti Luhur Alma dan melalui via mengungkapkan perasaan-perasaan yang
telpon dan via whatshap. selama ini ia pendam sendiri. Pada kegiatan ini
2. Tahapan Intervensi bertujuan juga untuk membentuk relasi dengan
Sesuai rencana intervensi yang telah klien H agar semakin erat dengan klien dan
disusun, pelaksanaan intervensi dilaksnakan nantinya klien H dapat mengikuti kegiatan-
dari Maret sampai April, berhubung dengan kegiatan intervensi selanjutnya. Dalam
adanya covid 19 sehingga pelaksanaanya pengungkapan emosi dan perasaan klien ini
sebagian dilaksanakan secara langsung dan juga menggunakan teknik small talk dan advice
sebagian memalui via telpon. Untuk giving.
pelaksanaan secara langsung dilaksanakan Tahap ini memberikan hasil yaitu klien
tanggal 21-29 Maret 2020 secara langsung di H mampu melakukan pengungkapan
Panti Asuhan Bhakti Luhur Alma hal-hal yang perasaan dan masalah yang dipendam dengan
dilakukan peneliti bersama “H” melaksanakan bercerita kepada peneliti. Ia merasa lega
intervesi yang direncanakan, sebelum setelah menceritakan semua peristiwa yang
pelaksanaannya peneliti terlebih dahulu pernah ia lalui dan klien H memikirkan
melakukan pembinaan hubungan dengan “H” nasihat yang telah diberikan oleh peneliti.
agar dapat menciptakan kenyamanan dan relasi Kegiatan ini juga menghasilkan klien H
yang baik dalam proses pelaksanaanya. menyadari bagaimana akibat buruk dari
Hubungan baik peneliti dan “H” merupakan sering memendam emosi dan mudah
suatu prasyarat dalam pelaksanaan intervensi tersinggung.
ini. Untuk dapat menciptakan hubungan baik, 2. Advice giving and counselling
dalam hal ini peneliti menerapkan sikap dasar Advice giving and counselling ini
seperti empati, penerimaan tanpa syarat. merupakan salah satu teknik yang ditunjukan
Peneliti menciptakan suasana yang kondusif, agar klien H mampu untuk memahami dirinya
dengan mengkondisikan kedalam suasana sendiri dan lingkungannya yang pada dasarnya
yang penuh kehangatan dan keterbukaan memberikan dukungan penuh terhadapnya,
sehingga “H” merasa rileks dan terbuka. Sehingga klien H dapat menghilangkan rasa
Peneliti membuka perbincangan awal melalui cemasnya. Teknik ini pula dilakukan sebanyak
teknik small talk agar jarak antara peneliti dan tiga kali yaitu pada tanggal 26-19 Maret 2019
“H’ tidak terlihat mencolok dan menciptakan untuk memperdalam klien dalam menyadari
suasana rileks. lagi keseluruhan proses yang terjadi dalam
1. Ventilation dirinya terutama terkait dengan latar belakang
Tujuan ventilation adalah untuk yang nampak pada saat ini yaitu mudah marah
mengungkapkan emosi, dan menyatakan dan tersinggung pada saat dijahili oleh
perasaan-perasaannya serta menjernihkan temannya. Klien mengetahui bahwa penyebab
emosi yang tertekan sehingga menjadi gerakan emosinya tersebut adalah karena klien merasa
yang positif bagi klien. kegiatan ventilation tidak disayangi oleh teman-temannya dan
(pengungkapam emosi dan perasaan klien) orang-orang disekitar tempat tinggal saat ini,

12
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

pendapat tersebut karena dipengaruhi adanya mengajak “H” untuk merasakan dan
kecemasan karena ditinggalkan oleh memikirkan kembali perasaan yang sering
keluarganya. muncul ketika “H” sedang ada masalah,
Pada kegiatan ini peneliti dengan adanya relaksasi ini untuk
mendengarkan berbagai keluhan yang menciptakan kondisi tubuh yang santai,
disampaikan oleh klien H. keluhan tersebut suasana hati yang tenang, kehangatan atau rasa
mengenai kekhawatiranya dalam menghadapi kenyamanan bagi “H” untuk dapat terbuka
kehidupannya, Setelahmendengarkan berbagai mengenai apa yang dipikirkan dan dirasakan.
keluhanya peneliti meberikan nasihat kepada Dengan mendengarkan music, menarik nafas
klien H’ teratur, berbincang-bincang ringan dan
Pada teknik ini peneliti melakukan diarahkan dengan kalimat-kalimat sugesti yang
advice giving and counselling pada klien H positif dari peneliti, “H” mengaku lebih tenang
namun peneliti melakukan juga pada pengasuh Setalah melakukan relaksasi tahap
“A”. peneliti mengajukan beberapa pertanyaan. selanjutnya peneliti meminta bantuan pada
pengasuh untuk melakukan Role Play. Role
3. support play ini yaitu praktek penerapan dan pelatihan
Kegiatan support dilakukan oleh dalam penanganan perilaku mudah marah dan
peneliti diakhir sesi di setiap kali klien tersingggung. Role play dilakukan dengan
mengungkapkan permasalahannya ataupun saat bantuan anak-anak panti, dimana anak-anak ini
setelah pelaksanaan kegiataan intervensi bermain bersama dan walaupun mereka saling
lainnya. Adapun teknik ini dilakukan dengan menjahili sesama teman tidak marah atau
memberikan dukungan, semangat, sokongan tersinggung malahan saling menyayangi. Role
dan dorongan kepada klien H baik saat klien H play ini bertujuan untuk memunculkan
mendapatkan keberhasilan dan kegagalan kesadaran pada klien H bahwa orang-orang
dalam hidup maupun saat menjalankan disekitarnya saling menyayangi dan tidak perlu
kegiatan intervensi. Kegiataan pemberian mencemaskan kalau klien H akan di
support dilakukan secara terstruktur dan tidak tinggalkan.
terstruktur. 5. Fase akhir
Kegiatanpemberian support terstruktur 1) Evaluasi
dilakukan oleh peneliti melalui via telpon, Berdasarkan hasil pelaksanaan
pemberian support bukan hanya dilakukan intervensi, maka peneliti perlu melakukan
pada klien H namun pada pengasuh H evaluasi atau penilaian terhadap “H” terkait
sedangkan Kegiatan pemberian support tidak sebelum dan sesudah dilakukan terapi.
terstruktur diberikan oleh peneliti kepada klien Evaluasi dilakukan dengan melakukan proses
H disetiap pertemuan baik saat asesmen wawancara melalui via telpon, maka peneliti
maupun saat intervensi. memperoleh data-data yang mennujukan
4. Role rehearhsal adanya pengaruh pelaksanaan metode
Tahapan ini digunakan untuk casework dengan teknik-tekniknya terhadap
memberikan contoh bagaimana klien dapat gangguan kecemasan yang dialami oleh “H”.
membangun perilaku baru, pada tahap Peneliti menggunakan pedoman wawancara
dilakukan melalui via telpon jadi peneliti yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek
meminta bantuan pada pengasuh untuk gangguan kecemasan oleh Hawari (2008), ada
melakukan sedikit relaksasi pada H dengan enam aspek gejala kecemasan, dari enam aspek

13
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

gejala kecemsan tersebut, “H” memiliki tiga 3) Terminasi


gejala kecemasan yaitu “H” merasa gelisah, Tahap ini dilakukan pada tanggal 1
mudah marah dan tersinggung, dan keluhan- Juni 2020 melalui via telpon Kegiatan yang
keluhan somatic. dilakukan adalah pamitan dan menjelaskan
Pada tahap evaluasi ini dilakukan pada akhir kegiatan penelitian sehingga Terjadinya
tanggal 16 april 2020, dengan difokuskan pada pengakhiran antara mahasiswa dan klien dalam
tiga aspek gangguan kecemasan yang dialami penanganan gangguan kecemasan dengan
oleh “H” yaitu merasa gelisah, mudah marah alasan telah berakhir masa penanganan dan
dan tersinggung dan memiliki keluhan somatic tercapainya tujuan yang diinginkan.
berupa sesak napas. Dari hasil wawancara 4. Desain Akhir Penanganan Gangguan
melalui via telpon dengan pengasuh “H”. Kecemasan Klien H di Panti Asuhan
pengasuh menyatakan bahwa: Bhakti Luhur Alma
“sekarang “H” lebih sering tersenyum, tidak Proses desain program intervensi
gelisah lagi malah bisa bermain dengan dilakukan melalui berbagai kegiatan.
teman-temannya, dan ketika bermain “H” Tujuannya adalah tersusunnya sebuah program
tidak pernah marah ataupun tersinggung lagi desain akhir metode casework dalam
dengan teman-teman yang menjailinya, penanganan gangguan kecemasan klien H
lebih gampang diajak bercanda juga, untuk penyandang celebral palsy di Panti Asuhan
keluhan-keluhan somatic itu, sudah tidak Bhakti Luhur Alma Bandung yang dapat
pernah lagi walaupun bercerita tentang memecahkan masalah klien, dimana instrumen
kakaknya. Dia enjoy-enjoy saja, berbeda atau desain progam menyesuaikan kondisi dan
dengan saat sebelum-sebelumya apalgi saat situasi klien. Beberapa kegiatan tersebut
dia pertama kali datang, dia tidak mau diajak diantaranya sebagai berikut:
ngobrol sama siapapun, kami sangat senang 1. Melakukan kajian literatur kembali
dengan perkembangannya saat ini mengenai berbagai terapi
Berdasarkan hasil wawancara tersebut Kegiatan mengkaji kembali literature
di perkuat pula dengan wawancara bersama mengenai terapi dilaksanakan selama Maret
“H” melalui via telpon, H menyatakan bahwa 2020 di perpustakaan Politeknik Kesejahteraan
ia baik-baik saja, dan lebih menikmati apa yang Sosial Bandung dan melalui jurnal-jurnal.
ada disekitarnya sekarang, dia senang bisa Tujuannya adalah menemukan teori yang
berada di salah satu dari sekian banyak orang sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh
yang ada di panti, dia tidak mau lagi pikirkan klien.
kakak-kakaknya,dan dia ingin terus melukis 2. Konsultasi dengan pembimbing
karena melukis hobynya. Konsultasi dengan pembimbing juga
Berdasarkan peryataan-pernyataan dilaksanakan oleh mahasiswa melalui
tersebut sehingga diperoleh beberapa whatshap dan via email dengan pembimbing.
perubahan yang signifikan sebagai Hal ini di bertujuan agar desain yang diberikan
keberhasilan subyek. Perubahan-perubahan terarah dan tidak sampai salah dipraktekan.
tersebut adalah subyek sudah tidak merasa 3. Melakukan penyusunan desain program
gelisah, subyek tidak terganggu lagi saat intervensi
siapapun menanyakan tentang keluarganya dan Penyusunan desain program intervensi
tidak mengeluh lagi dengan keluahan somatic dilakukan selama Maret 2020 di rumah karena
yaitu susah bernapas. dalam masa pandemic. Susunan desain dibuat

14
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

dalam bentuk rangkaian alur terapi yang sudah 1. Permasalahan subyek


dikembangkan berdasarkan teori casework dan Berdasarkan Hasil kegiatan re-
saran dari pembimbing assessment yang dilakukan pada H
Hasil penyusunan desain program disimpulkan bahwa model yang digunakan
intervensi dan masukan dari ahli selanjutnya pada kegiatan praktikum belum cukup untuk
melahirkan desain akhir adalah sebagai mengurangi kecemasan yang dialami oleh H.
berikut: Hal ini terbukti dari hasil wawancara peneliti
terhadap subjek, pengasuh dan kepala panti
bahwa subjek kadang-kadang masih
mengatakan kakak-kakanya tidak
menyayanginya, kakak-kakak dan keluarganya
tidak membutuhkannya, dan merasa tidak
Bagan 4.4 menunjukan desain punya masa depan dan gejala-gejala yang
penanganan gangguan kecemasan pada klien H ditimbulkan sebelumya masih ada yaitu merasa
penyandang celebral palsy melalui metode gelisah, mudah marah serta mudah tersinggung
casework. metode casework penanganan dan keluhan somatik yaitu sulit bernapas.
gangguan kecemasan klien H ini merupakan Berdasarkan uraian tersebut dapat
metode yang efektif dalam mengurangi disimpulkan bahwa subjek masih memiliki
gangguan kecemasan pada klien H penyandang gangguan kecemasan berdasarkan gejala-
celebral palsy dengan menggunakan intervensi gejala yang dikemukakan oleh Hawari (2008),
Ventilation, Advice giving and counselling, ada enam aspek gejala kecemasan, dari enam
Support dan Role rehearsal dan juga dengan aspek gejala kecemsan tersebut, subjek
kolaborasi antara pekerja sosial dan memiliki tiga gejala kecemasan yaitu “H”
pendamping klien yaitu kepala panti dan merasa gelisah, mudah marah dan tersinggung,
pengasuh sehingga berkurangnya kecemasan dan keluhan-keluhan somatic, dengan kondisi
pada klien H dan meningkatnya kualitas tersebut maka sebetulnya yang dibutuhkan “H”
hidupnya. adalah berkaitan dengan cara pengurangan
mengambarkan proses penelitian gangguan kecemasan untuk mengurangi
penanganan gangguan kecemasan klien H khawatir yang berlebihan tentang masa
penyandang celebral palsy di Panti Asuhan depannya.
Bhakti Luhur Alma Bandung. Dalam rangka 2. Proses
menghasilkan desain akhir tersebut dijelaskan Pada tahapan proses penanganan klien
sebagai berikut: peneliti berkolaborasi dengan pendamping
klien yaitu kepala panti dan pengasuh dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Tahapan persiapan
1) EIC (engangement, intake, contrak)
Merupakan tahap awal dalam praktek
pertolongan pekerja sosial yaitu kontrak
awal antara pekerja sosial dengan kelien
yang berakhir dengan kesepakatan untuk
terlibat dalam keseluruhan proses.

15
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

2) Asesmen yaitu proses mengumpulkan dan 1) Evaluasi; merupakan suatu penilaian


mengolah informasi dengan menggunakan terhadap pencapaian tujuan yang telah
berbagai prosedur dan untuk mempelajari ditetapkan dalam planning, serta melihat
masalah-masalah yang dihadapi klien. kembali kemajuan-kemajuan yang telah
Tahap ini berisi: pernyataan masalah dicapai sehubungan dengan tujuan.
kepribadian, analisis situasional, perumusan 2) Terminasi/Disengagement; tahap ini
secara integrative dan evaluatif. dilakukan bila tujuan-tujuan yang telah
3) Planning yaitu proses pemilihan strategi disepakati dalam kontrak telah dicapai dan
teknik dan metode yang didasarkan pada mungkin sudah tidak dicapai kemajuan-
proses assessment masalah. kemajuan yang berarti dalam pemecahan
2. Tahapan intervensi masalah.
Intervensi Suatu kegiatan yang 3. Output
bertujuan untuk menghasilkan perubahan Output desain metode casework dalam
berencana pada diri klien dan situasinya. penanganan gangguan kecemasan pada klien H
Intervensi ini yaitu pelaksanaan teknik-teknik celebral palsy mengacu tahapan intervensi
dari casework yaitu ventilation, support, advice (ventilation, advice giving and counseling,
giving and counseling, dan role rehearsal support, dan role rehearshal) intervensi
1) Ventilation yaitu teknik yang digunakan tersebut menghasilkan sebagai berikut:
untuk membantu klien meyatakan perasaan- 1) Ventilation yaitu klien H mampu
perasaanya serta mengungkapkan masalah melakukan pengungkapan perasaan dan
klien dan menjernihkan emosi yang tertekan masalah yang dipendam dengan bercerita
karena dapat menjadi penghalang bagi kepada peneliti. Ia merasa lega setelah
gerakan positif klien.. menceritakan semua peristiwa yang pernah
2) Support yaitu teknik memberikan semangat, ia lalui dan klien H memikirkan nasihat
menyokong dan mendorong aspek-aspek yang telah diberikan oleh peneliti. Kegiatan
dari fungsi klien, seperti kekuatan-kekuatan ini juga menghasilkan klien H menyadari
internalnya, cara berperilaku dan bagaimana akibat buruk dari sering
hubungannya dengan orang lain. memendam emosi dan mudah tersinggung.
3) Advice Giving and Counseling yaitu 2) Advice Giving and Counseling yaitu klien
berhubungan dengan upaya memberikan mampu untuk memahami dirinya sendiri
pendapat yang didasarkan pada pengalaman dan lingkungannya yang pada dasarnya
pribadi atau hasil pengamatan pekerja sosial memberikan dukungan penuh terhadapnya.
dan upaya meningkatkan suatu gagasan Sehingga klien H dapat menghilangkan rasa
yang didasarkan pada pendapat-pendapat cemasnya
atau digambarkan dari pengetahuan 3) Support yaitu tahap ini klien menjadi
professional sesuai dengan sasaran dan semangat dan klien merasa mendapat
tujuan dari pelaksanaan intervensi kepada dukungan dari orang-orang sekitarnya
klien. sehingga tidak meimbulkan rasa gelisah
4) Role Rehearsal yaitu teknik ini digunakan walaupun mendengar atau ada orang lain
apabila cara-cara belajar perilaku baru menanyakan keluarganyanya.
diperlukan. mendemonstrasikan bagaimana 4) Role Rehearsal yaitu pada tahap ini klien
tindakan-tindakan tertentu dilakukan. memfokuskan diri pada hobinya yaitu
3. Tahapan pengakhiran melukis, dan menerima keluarganya

16
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

sekarang adalah teman-teman dan orang- mudah tersinggung, sulit bernapas, banyak
orang dalam panti. berkeringat dan jantung berdetak kencang.
4. Outcome Berdasarkan uraian tersebut dapat
Desain metode casework penanganan disimpulkan bahwa subjek masih memiliki
gangguan kecemasan klien H penyandang gangguan kecemasan berdasarkan gejala
celebral palsy memiliki outcome kecemasan yaitu “H” merasa gelisah, mudah
Berkurangnya gangguan kecemasan sehingga marah dan tersinggung, dan keluhan-keluhan
meningkatkan kualitas hidup klien H. somatic, dengan kondisi tersebut maka
sebetulnya yang dibutuhkan “H” adalah
KESIMPULAN berkaitan dengan cara pengurangan gangguan
Penelitian yang dilakukan merupakan kecemasan untuk mengurangi khawatir yang
kegiatan tindak lanjut terhadap pelaksanaan berlebihan tentang masa depannya.
kegiatan praktikum. Berdasarkan hasil Penyandang disabilitas fisik (celebral
praktikum, Model desain RCBT adalah model palsy) yang memiliki gangguan kecemasan,
desain program yang dilakukan pada maka penanganan atau intervensi yang
praktikum semester sebelumnya, model ini dilakukan untuk mengurangi gangguan
sebagi model awal dalam penelitian ini, kecemasan menjadi penting sebelum timbul
karena penelitian ini adalah lanjutan dari masalah-masalah psikologis yang lebih berat,
praktikum semester sebelumnya, RCBT bahkan dapat menghambat keberfungsian
(Rhos Cognitive Behavioral therapy) sosialnya. Berbagai metode dan teknik yang
merupakan pengembangan dari Oemarjoedi ada, salah satunya peneliti sudah melakukan
CBT (Cognitive Behavioral Therapy). Terapi model RCBT pengembangan dari teknik
ini memiliki fokus terhadap klien yang CBT, namun dalam intervensinya CBT belum
memiliki kecemasan dan pengalihan isu untuk cukup efektif pada H untuk itu peneliti
mengatasi kecemasan, Tujuan terapi ini tertarik menggunakan salah satu metode
adalah untuk mengurangi kecemasan yang praktek pekerjaan sosial yaitu casework.
dialami oleh salah seorang anggota keluarga. Dalam metode casework ini
Dalam terapi ini yang dimaksuda adalah klien menggunakan teknik ventilation, support,
H. advice giving and counselling, dan role
Berdasarkan Hasil kegiatan re- rehearshal. Teknik-teknik ini
assessment yang dilakukan pada H menghasilkan: Ventilation yaitu klien H
disimpulkan bahwa model yang digunakan mampu melakukan pengungkapan perasaan
pada kegiatan praktikum belum cukup efektif dan masalah yang dipendam dengan
untuk mengurangi kecemasan yang dialami bercerita kepada peneliti. Ia merasa lega
oleh H. Hal ini terbukti dari hasil wawancara setelah menceritakan semua peristiwa yang
peneliti terhadap subjek, pengasuh dan kepala pernah ia lalui dan klien H memikirkan
panti bahwa subjek kadang-kadang masih nasihat yang telah diberikan oleh peneliti.
mengatakan kakak-kakanya tidak Kegiatan ini juga menghasilkan klien H
menyayanginya, kakak-kakak dan menyadari bagaimana akibat buruk dari
keluarganya tidak membutuhkannya, dan sering memendam emosi dan mudah
merasa tidak punya masa depan dan gejala- tersinggung.
gejala yang ditimbulkan sebelumya masih ada Advice Giving and Counseling yaitu
yaitu merasa gelisah, mudah marah serta klien mampu untuk memahami dirinya

17
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

sendiri dan lingkungannya yang pada Ibrahim Ayub Sanib.2012. Panik Neurosis dan
dasarnya memberikan dukungan penuh Gangguan Cemas. Tangerang : Jelajah
terhadapnya. Sehingga klien H dapat Nusa
John W. Creswell. 2012. Research design;
menghilangkan rasa cemasnya
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Support yaitu tahap ini klien menjadi mixed. Yogyakarta : Pustaka Belajar
semangat dan klien merasa mendapat
dukungan dari orang-orang sekitarnya Jusman Iskandar. 1994. Beberapa Keahlian
sehingga tidak meimbulkan rasa gelisah Penting Dalam Pekerjaan Sosial.
walaupun mendengar atau ada orang lain Bandung: Koperasi Mahaiswa STKS
Kaplan, HI, Saddock, BJ & Grabb, JA., (2010).
menanyakan keluarganyanya.
Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Role Rehearsal yaitu pada tahap ini Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis.
klien memfokuskan diri pada hobinya yaitu Tangerang : Bina Rupa Aksara pp.1-8.
melukis, dan menerima keluarganya Mcleod John. 2006. Pengantar Konseling
sekarang adalah teman-teman dan orang- Teori & Studi Kasus.Jakarta : Kencana
orang dalam panti. Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi
Berdasarkan hasil dari intervensi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT
Remaja.
teknik-teknik casework peneliti menarik
Nurihsan Achmad Juntika. 2009. Bimbingan
kesimpulan bahwa desain metode yang dan Konseling Dalam Berbagai Latar
digunakan efektif untuk penanganan Kehidupan. Bandung: PT Refika
gangguan kecemasan klien H penyandang Aditama
celebral palsy. Nur Kholis Reefani. 2013. Panduan Anak
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
Imperium
DAFTAR PUSTAKA
Nursalim Mochamad. 2014. Strategi &
intervensi konseling.Jakarta : Akademia
Adi, Fahrudin. (2014). Pengantar Permata
Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT ___________. 2013. Strategi & intervensi
Refika Aditama konseling.Jakarta : Akademia Permata
___________. 2012. Pengantar Kesejahteraan Perlman, Helen Harris. 2011. Social Casework
Sosial. Bandung: PT Rafika Aditama An Problem Solving Process. Bandung:
Afifuddin. 2010. Bimbingan dan Konseling. Poltekesos Bandung
Bandung : Pustaka Setia Prayitno Haji. 2015. Dasar-dasar Bimbingan
Dubois, Karla. & Michael. Generalist Social Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Work Practice Eighth Edition. USA Ramaiah Savitri. 2005. Kecemasan Bagaimana
:USA.Pearson Mengatasi Penyebabnya. Jakarta :
Edi Purwanta. (2015). Modifikasi Perilaku: pustaka popular obor
Alternatif penanganan Anak Richmond, Mry Ellen. 1992. What is social
berkebutuhan khusus. Yogyakarta. case work? An Introductory description,
Pustaka Belajar New York : Russell Sage Foundation
Hawari Dadang. 2008. Manajemen stress Rothman. 2018. Social Work Practice Across
cemas dan depresi. Jakarta: FKU Disability. USA : Pearson Education
Hildayani, Rini. Dkk (2013). Penanganan anak Siti Sundari. (2004). Kearah Memahami
berkelainan, Tangerang Selatan: Kesehatan Mental. Yogyakarta: FIP
Universitas Terbuka UNY.
Ibrahim. (2015). Metodologi penelitian Sheafor Bradford W., Charles R. Horejsi. 1988.
kuantitatif : panduan contoh proposal Teknik dan Pedoman bagi Praktek
kualitatif. Bandung. Alfabeta
18
Biyan: Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial Vol. 03 No.01, Juni 2021
______________________________________________________________________

Pekerjaan Sosial. Bandung; Terjemahan


Adi Fahrudin. Edisi Keenam
Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta .

_______ .(2010). Metode Penelitian Bisnis.


Bandung: Alfabeta.
Sukoco, Dwi Heru. (1991). Praktek Pekerjaan
Sosial. Bandung: Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial.
Sutjihati Soemantri. 2012. Pisikologi Anak
Luar Biasa. Bandung : PT.Refika
Aditama
Tim Penerjemah Poltekesos Bandung. 2006.
Teknik Dan Panduan Untuk Praktik
Pekerja Sosial. Bandung: Poltekesos
Bandung.
Tukino. 2011. Bahan Ajar Pekerja Sosial
Dengan Individu Dan Keluarga.
Pengertian case work. Bandung: Stks
Bandung
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011
tentang Pengesahan Hak-Hak
Penyandang Disabilitas
Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas
Yeane EM Tungga, dkk. (2013). Terapi
Psikososial; Suatu Pengantar. Bandung:
STKSPRESS.

19

You might also like