You are on page 1of 15

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EKSTRADISI ADRIAN

KIKI ARIAWAN DALAM KASUS BANTUAN


LIKUIDASI BANK INDONESIA

Oleh : Berty Diah Rahmana

Pembimbing 1 : Dr. Erdianto,SH.,M.Hum


Pembimbing 2 : Widia Edorita,SH.,M.H
Alamat : Komplek BRP Blok H No.3, Pekanbaru
Email : berty.diah@yahoo.com ± Telepon : 08117679393

ABSTRACT

Corruption is a threat to the international community . With advanced semakain corruption crime ,
organized and transnational many perpetrators of corruption who fled abroad . To combat the necessary
cooperation among countries in the form of extradition . With the extradition treaty will facilitate the
implementation of the investigation , prosecution and punishment for the perpetrators of criminal acts . Based
on the above statement is the first purpose of this study , to investigate the implementation of the extradition
treaty between Indonesia and Australia , Second , To Know Adrian Kiki Ariawan extradition process that takes
a long time and length .
From the research, there are two main issues that can be inferred . First , Extradition treaty between
Indonesia and Australia ratified the Law No. 8 of 1994 on the Ratification of the Extradition between Indonesia
and Australia . Extradition is required in order to satisfy the justice of society , in order to uphold the image and
authority of the law that core justice and truth . Second, the process of extradition of Adrian Kiki Ariawan
basically both Indonesia and Australia have done an extradition treaty in accordance with the rules of each
country . Indonesia has formally requested extradition of Adrian Kiki Ariawan and Australia has responded
well. Especially Indonesia as the requesting state must follow the procedures or rules that already exist in
Australia . Extradition proceedings in Australia against the person who requested the opportunity to make an
appeal .

Keywords: Corruption-Treaty-Extradition

PENDAHULUAN mempunyai yurisdiksi sepenuhnya untuk


Saat ini perkembangan dunia yang ditandai menghukum orang-orang yang melakukan
dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, arus kejahatan melanggar hukum yang berada di wilayah
informasi dan teknologi telah meningkatkan negara tersebut. Tapi seringkali pelaku kejahatan
intensitas hubungan antar negara.1 Dalam telah melarikan diri dari tuntutan hukum yang harus
perkembangan globalisasi yang ditandai dengan ia pertanggungjawabkan ke wilayah yurisdiksi
kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi negara lain.2 Dalam hal ini negara tidak dapat
tersebut disamping membawa keuntungan tetapi melakukan kegiatan yang bersifat kedaulatan di
tidak sedikit dijadikan peluang untuk melakukan wilayah negara lain. Keadaan ini yang mendorong
kejahatan transnasional. Negara yang berdaulat para pengambil keputusan untuk melakukan
mempunyai yurisdiksi secara eksklusif di kerjasama internasional demi kepentingan bersama
lingkungan wilayahnya sendiri yang disebut
kedaulatan wilayah (teritorial sovereignty). Negara 2
:LOGDQL $QJNDVDUL ³7LQMDuan Yuridis Perjanjian
Ekstradisi Terhadap Kejahatan Ekonomi dalam Kepentingan
1DVLRQDO ,QGRQHVLD´ -XUQDO ,OPX +XNXP )DNXOWDV Hukum
1
Widodo, Hukum Diplomatik dan Konsuler Pada Era Universitas Trisakti, Volume 11 Nomor 1, April 2014, hlm.
Globalisasi, LaksBang Justitia, Surabaya, 2009, hlm. 1. 49.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. I Februari 2015


1
dalam menegakkan keadilan dan ketertiban. sudah meratifikasi UNCAC 2003 tersebut bahwa
Pelaku kejahatan yang melarikan diri atau Indonesia harus melakukan berbagai cara untuk
yang berada di wilayah negara lain, maka negara memberantas dan menegakan hukum tindak pidana
yang memiliki yurisdiksi kriminal atas si pelaku korupsi di manapun ia berada karena telah banyak
ataupun kejahatannya tidak boleh melakukan merugikan negara. Terkait dengan kasus Adrian
penangkapan atau penahanan atas si pelaku secara Kiki Ariawan yang melarikan diri ke Australia.
langsung di dalam wilayah negara tempatnya Indonesia juga telah menjalin hubungan ekstradisi
berada, sebab tindakan semacam ini sudah dengan negara Australia jauh sebelum Adrian Kiki
merupakan pelanggaran atas kedaulatan teritorial Ariawan sebagai buronan Pemerintah Republik
negara yang bersangkutan. Negara yang memiliki Indonesia dalam kasus aliran dana Bantuan
yurisdiksi atas si pelaku ataupun kejahatannya tidak Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Adrian Kiki
bisa mencari atau menangkap langsung si pelaku Ariawan adalah terpidana kasus pembobolan dana
kejahatan yang berada di negara lain, maka negara BLBI Rp 1,5 triliun bersama Bambang Sutrisno. Ia
yang bersangkutan harus menempuh cara yang legal pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT. Bank
dengan permintaan resmi dan syarat-syarat yang Surya bersama dengan Bambang Sutrisno selaku
tertuang dalam perjanjian bersama. Wakil Dirut Bank Surya. Kasus yang melilit Adrian
Perjanjian internasional merupakan syarat Kiki Ariawan terjadi pada 3 September 1997.
penting untuk pengembalian seseorang yang Adrian mengkorupsi dana BLBI dengan cara
melarikan diri ke negara lain. Ekstradisi merupakan menyalurkan kredit ke 168 perusahaan lainnya.
bentuk perjanjian internasional yang sering Adrian diketahui lari ke Australia pada 8 Juli 2002
digunakan untuk pengembalian seseorang buronan. yaitu pada saat sidang yang diadakan oleh
Selain keharusan adanya perjanjian internasional Pengadilan Negeri Jakarta. Sidang dilakukan secara
antara negara-negara yang saling berhubungan, in absentia. Dalam amar putusannya pada tanggal
ekstradisi juga dapat terlaksana melalui proses 13 November 2002, Pengadilan Negeri Jakarta
timbal balik (asas resiprositas). Artinya, tanpa menyatakan terdakwa terbukti bersalah melakukan
perjanjian internasional, sebuah negara dapat tindak pidana korupsi dan telah dijatuhi hukuman
mengembalikan seseorang pelaku ke negara seumur hidup.
peminta, dengan syarat kemudian perbuatan itu Adrian Kiki Ariawan sebagai warga negara
dibalas oleh negara diminta. Indonesia yang dalam hal ini menjadikan Indonesia
Tekad dunia internasional untuk memberantas sebagai negara peminta. Negara peminta yaitu
korupsi diwujudkan dengan lahirnya United Nations negara yang memiliki yurisdiksi untuk mengadili
Convention Againts Corruption, 2003 (UNCAC atau menghukumnya. Untuk mendapatkan orang
2003) yang diterima oleh Sidang Majelis Umum bersangkutan, negara haruslah terlebih dahulu
PBB pada tanggal 31 Oktober 2003. Konvensi mengajukan permintaan kepada negara tempat
sudah berlaku sejak 14 Desember 2005 dan orang itu berada supaya menyerahkan orang yang
merupakan The first Legally Binding Global bersangkutan kepadanya. Yang mana meminta
Anticorruption Agreement (Persetujuan Pertama untuk mengekstradisi Adrian Kiki Ariawan kepada
yang Mengikat secara Hukum Mengenai Anti Australia sebagai negara diminta (tempat si pelaku
Korupsi). Konvensi ini memberikan paksaan bagi kejahatan itu berada)3.
negara pihak peserta konvensi untuk melaksanakan Indonesia sudah mengadakan perjanjian
kewajiban-kewajiban yang tercantum di dalam ekstradisi dengan Australia (Extradition Treaty
konvensi tersebut. between Australia and the Republic of Indonesia)
Pemerintah Republik Indonesia kemudian yang dibuat pada tahun 1992. Tetapi pelaksanaan
telah meratifikasi konvensi tersebut dengan ekstradisi tersebut banyak mengalami hambatan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang salah satunya adalah proses ekstradisi yang begitu
Pengesahan UNCAC 2003 dan Indonesia pihak ke
57 yang menandatangani UNCAC 2003 pada 3
tanggal 18 Desember 2003. Dengan Indonesia I Wayan Parthiana, Ekstradisi dalam Hukum
Internasional Modern, Yrama Widya, Bandung, 2009 hlm. 39.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. I Februari 2015


2
panjang dan lama karena adanya perbedaan Manfaat Penelitian
Undang-Undang antara Indonesia dan Australia.4 Adapun manfaat yang diharapkan dari
Dengan proses yang panjang dan lama ini penelitian ini adalah sebagai berikut :
menimbulkan kekhawatiran terhadap kasus yang a. Bagi penulis
diproses tersebut perlahan-lahan menjadi hilang Untuk mengetahui proses ekstradisi Adrian Kiki
seolah-olah karena pemerintah tidak berdaya untuk Ariawan yang membutuhkan waktu yang lama
menjangkau orang tersebut dan bisa juga dan panjang
disebabkan oleh munculnya kasus-kasus yang baru b. Bagi dunia Akademik
untuk ditangani. Pada kasus ini karena sudah ada Diharapkan penelitian ini berguna untuk
perjanjian ekstradisi seharusnya lebih pengembangan ilmu pengetahuan hukum
mempermudah proses pengembalian para terdakwa internasional khususnya dalam bidang ekstradisi
ke Indonesia. Tetapi Indonesia tidak dapat c. Bagi instansi terkait dalam penelitian ini
menggugat Australia yang tidak mau menyerahkan Diharapkan penelitian ini berguna bagi instansi-
Adrian Kiki Ariawan ke Indonesia karena setiap instansi terkait yang dalam memahami
negara memiliki kedaulatan dalam hubungan antar penerapan ekstradisi.
negara di hadapan forum pengadilan asing. Dengan
demikian proses ekstradisi banyak mengalami Kerangka Teoritis dan Konseptual
hambatan sehingga pelaksanaan ekstradisi 1. Kerangka Teoritis
berlangsung tidak efisien dan efektif. Berdasarkan Adapun teori-teori yang berhubungan
uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk dengan masalah yang diteliti adalah :
mengangkat judul penelitian : ´7LQMDXDQ <XULGLV a. Asas Pacta Sunt Servanda
Terhadap Ekstradisi Adrian Kiki Ariawan Dalam Menurut pendapat Anzilotti yang pernah
.DVXV %DQWXDQ /LNXLGDVL %DQN ,QGRQHVLD ´ menjabat sebagai hakim pada Permanent
Court of International Justice dari tahun 1921
sampai 1930 adalah kekuatan mengikat
Rumusan Masalah hukum internasional dapat ditelusuri ulang
Berdasarkan yang telah diuraikan dalam latar sampai suatu prinsip atau norma tertinggi dan
belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi fundamental, prinsip yang lebih dikenal
masalah pokoknya adalah sebagai berikut : dengan pacta sunt servanda.5
1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian ekstradisi Asas pacta sunt servanda merupakan
antara Indonesia dan Australia? asas yang sudah tua yang berasal dari ajaran
2. Bagaimanakah proses ekstradisi Adrian Kiki hukum alam. Menurut Grotius yang menganut
Ariawan sehingga membutuhkan waktu yang aliran hukum alam atau hukum kodrat
lama dan panjang? mengatakan bahwa janji itu mengikat dan
seseorang yang mengikatkan dirinya pada
Tujuan Penelitian sebuah perjanjian itu mutlak untuk memenuhi
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, janji tersebut (promisorum impledorum
maka tujuan penelitian ini adalah: obligation). Pacta sunt servanda berasal
a. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian GDUL %DKDVD ODWLQ \DQJ EHUDUWL ³MDQML KDUXV
ekstradisi antara Indonesia dan Australia GLWHSDWL´ $VDV KXNXP LQL PHQ\DWDNDQ EDKZD
b. Untuk mengetahui proses ekstradisi Adrian Kiki setiap perjanjian menjadi hukum yang
Ariawan sehingga membutuhkan waktu yang mengikat bagi para pihak yang melakukan
lama dan panjang perjanjian. Di dalam Pasal 26 Konvensi Wina
\DQJ PHQ\DWDNDQ EDKZD ´every treaty in
force is binding upon the parties to it and
4
$\X 5DFKPDQLD ³3HUDQDQ 1&% ,QWHUSRO GL ,QGRQHVLD
dan Australia dalam Penanganan Proses Ekstradisi (Studi
5
Kasus Hendra Rahardhja 1999- ´ Skripsi, Proram Studi J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional, Sinar
S-1, Universitas Airlangga, Surabaya, 2012, hlm. 5. Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 27

JOM Fakultas Hukum Volume II No. I Februari 2015


3
PXVW EH SHUIRPHG E\ WKHP LQ JRRG IDLWK´ yang hukum pidana di Indonesia.8
artinya adalah setiap perjanjian mengikat para
pihak dan harus dilaksanakan dengan itikad 2. Kerangka Konseptual
baik. Antara asas pacta sunt servanda dan asa Untuk tidak menimbulkan salah penafsiran
good faith ini tidak bisa dipisahkan satu sama terhadap judul penelitian ini, serta sebagai
lain dalam sebuah perjanjian karena asas ini pijakan penulis dalam menyelesaikan penelitian
saling berhubungan. ini, maka penulis memberikan defenisi-defenisi
b. Teori Nasional Aktif atau batasan-batasan terhadap istilah-istilah yang
Menurut Hans Kelsen asas nasionalitas digunakan, yakni sebagai berikut :
aktif yaitu ketentuan hukum yang berlaku a. Treaty adalah perjanjian yang dibuat oleh
terhadap warga negara Indonesia yang siapa negara sebagai salah satu subjek hukum
saja melakukan tindak pidana, dimana saja internasional, yang diatur oleh hukum
dan mengenai apa saja. Asas ini bertumpu internasional dan berisikan ikatan-ikatan
pada kewarganegaraan pembuat delik. Jadi yang mempunyai akibat-akibat hukum.9
setiap warga negara Indonesia yang b. Ekstradisi adalah penyerahan oleh suatu
melakukan tindak pidana di manapun berada, negara kepada negara yang meminta
ia berhak di adili menurut hukum pidana di penyerahan seseorang yang disangka atau
Indonesia. Untuk dapat menuntut warga dipidana melakukan suatu kejahatan di luar
negara kita di luar negeri maka diperlukan wilayah negara yang menyerahkan dan di
penyerahan dari negara asing yang dalam yurisdiksi wilayah negara yang
bersangkutan. Pengaturannya terdapat pada meminta penyerahan tersebut karena
pasal 5 KUHP Indonesia yang mengandung berwenang untuk mengadili dan
sistem bahwa hukum pidana Indonesia memidananya.10
mengikuti warga negaranya ke luar negara c. Korupsi adalah penyelewengan atau
Indonesia.6 Dalam pasal 5 ayat (1) penyalahgunaan uang negara atau
dinyatakan: perusahaan untuk kepentingan pribadi atau
³.HWHQWXDQ SLGDQD GDODP SHUXQGDQJ- orang lain.11
undangan Indonesia diterapkan bagi warga d. Perjanjian ekstradisi adalah persetujuan atau
negara yang diluar Indonesia melakukan: kesepakatan dua negara atau lebih untuk
1. Salah satu kejahatan tersebut dalam Bab I menyerahkan seorang pelaku tindak pidana
dan II Buku Kedua dan Pasal-Pasal 160, yang disangka atau dipidana karena
161, 240, 279, 450, 451. melakukan suatu kejahatan di negara
2. Salah satu perbuatan yang oleh suatu peminta karena berwenang untuk mengadili
ketentuan pidana dalam perundang- dan memidananya.
undangan Indonesia dipandang sebagai e. Bantuan Likuidasi Bank Indonesia adalah
kejahatan, sedangkan menurut perundang- fasilitas Bank Indonesia yang digunakan
undangan negara di manaperbuatan untuk menjaga kestabilan sistem
dilakukan diancam dengan pidana.7
Pasal 5 ayat 1 menentukan sejumlah
pasal yang jika dilakukan oleh orang 8
P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana
Indonesia di luar negeri maka berlakulah Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1984, hlm. 148.
9
Sefriani, Hukum Internasional Suatu Pengantar,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 28.
10
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 tentang
Ekstradisi.
6 11
Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia Suatu $VLQD 7DEDOXGLQ ³(IHNWLILWDV 3HODNVDQDDQ Perjanjian
Pengantar, Refika Aditama, Bandung, 2011, hlm. 82 Ekstradisi antara Indonesia dan Australia dalam Upaya
7
I Gede Widhiana Suarda, Hukum Pidana Internasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia (Studi
Sebuah Pengantar, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hlm. Kasus 7HUKDGDS (NVWUDGLVL +HQGUD 5DKDUMD ´ Tesis,
84. Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 2006, hlm. 9.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. I Februari 2015


4
pembayaran dan sektor perbankan agar tidak 2. Undang-Undang Republik Indonesia
terganggu karena ketidakseimbangan antara Nomor 8 Tahun 1994 tentang
penerimaan dan penarikan dana pada bank- Pengesahan Perjanjian Ekstradisi
Antara Republik Indonesia dan
bank baik jangka pendek maupun jangka
Australia
panjang. 3. United Nations Convention Againts
Corruption 2003 (UNCAC 2003)
f. Yurisdikisi adalah kekuasaan atau
tentang Konvensi Anti Korupsi
kompetensi hukum negara terhadap orang, 4. Konvensi wina 1969
benda atau peristiwa (hukum).12 b. Bahan Hukum Sekunder
Yaitu semua publikasi tentang hukum yang
bukan merupakan dokumen-dokumen resmi
Metode Penelitian yang meliputi buku buku teks, kamus
Penelitian Hukum adalah suatu proses untuk hukum.14
menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum c. Bahan Hukum Tertier
maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu Yaitu bahan yang memberikan petunjuk
hukum yang dihadapi. maupun penjelasan terhadap bahan hukum
1. Jenis Penelitian primer dan bahan hukum sekunder seperti
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis kamus hukum, ensiklopedia, indeks komulatif
dalam penelitian ini bersifat normatif dengan dan sebagainya.15
metode perbandingan hukum. Metode 1. Teknik Pengumpulan Data
perbandingan hukumditerapkan dengan memakai Berdasarkan jenis penelitian yang bersifat
unsur-unsur sistem hukum sebagai titik tolah normatif maka dalam mengumpulkan bahan
perbandingan. Perbandingan dapat dilakukan hukum, penulis menggunakan metode
dengan kumulatif atau terhadap semuanya. pengumpulan data sekunder dengan melakukan
Dengan metode penelitian hukum dapat studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan
dilakukan berbagai sub-sistem hukum yang metode tunggal dalam penelitian hukum
berlaku di suatu mmasyarakat tertentu. Dilihat normatif.16 Studi ini dilakukan dengan
dari sifatnya penelitian ini bersifat deskriptif, mengumpulkan data dari berbagai literatur-
yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan literatur seperti buku-buku, konvensi
yang timbul karena adanya peraturan hukum internasional, perundang-undangan, dan
yang mengatur tentang pelaksanaan proses pendapat para ahli yang ada kaitannya dengan
ekstradisi dalam hubungan kerjasama antara pokok permasalahan penelitian.
Indonesia dan Australia untuk memberantas 2. Analisis Data
kejahatan lintas batas negara. Data yang telah terkumpul dari studi
2. Sumber Data kepustakaan (library research), selanjutnya
Dalam penelitian ini data yang digunakan diolah dengan cara diklasifikasikan secara
ialah data sekunder, yang mana sumber data sistematis, logis dan yuridis secara kualitatif
yang diperoleh dari kepustakaan, antara lain yaitu suatu metode hasil studi kepustakaan
mencakup dokumen-dokumen resmi, buku- kedalam bentuk penggambaran permasalahan
buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud dengan menggunakan teori-teori dan
laporan dan sebagainya.13 terdiri dari; menguraikannya dalam bentuk kalimat dan
a. Bahan Hukum Primer disimpulkan dengan menggunakan metode
1. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 1979 tentang Ekstradisi 14
Peter Mahmud, Op. Cit, hlm. 141.
15
Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, PT. Rineka
12
Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Cipta, Jakarta: 1996, hlm. 103.
16
Internasional, Rajawali, Jakarta, 1991, hlm. 143. Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek,
13
Ibid, hlm. 30. Cetakan Ketiga, Sinar Grafika: Jakarta, 2002, hlm. 50.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. I Februari 2015


5
deduktif yaitu suatu cara menarik suatu Asas hukum diplomatik berpangkal
kesimpulan dari dalil yang bersifat umum ke pada asas hukum Romawi, yang diantaranya
khusus. adalah suatu perjanjian atau persetujuan antar
bangsa harus ditaati oleh peserta (pacta sunt
servanda).18 Asas ini melandasi lahirnya
PEMBAHASAN perjanjian, termasuk perjanjian internasional
I. PELAKSANAAN EKSTRADISI ANTARA dan melandasi dilaksanakannya perjanjian
INDONESIA DAN AUSTRALIA sesuai dengan apa yang diperjanjikan oleh
A. Hubungan Diplomatik antara Indonesia
para pihak. Tanpa adanya janji-janji yang
dan Australia
telah disepakati tidak akan lahir perjanjian.
Perkembangan hukum diplomatik
Perjanjian harus dilaksanakan oleh para pihak
makin merebak semenjak perjanjian
sebagaimana janji-janji yang telah diberikan
Westphalia karena mulai saat itu perwakilan-
para pihak. Apabila tidak terlaksananya
perwakilan diplomatik yang bersifat tetap
perjanjian atau perundingan antara suatu
mulai diangkat dan mulai dikirimkan serta
negara dengan negara lain maka hubungan
diakreditasikan ke negara lain. Perjalanan
diplomatik tidak akan terlaksana dengan baik.
hukum diplomatik makin transparan sejak
Maka dari itu asas pacta sunt servanda sangat
disetujuinya konvensi Wina tahun 1815,
dibutuhkan dalam hubungan diplomatik.
kemudian disusul dengan protokol Aix La
Selain asas pacta sunt servanda asas hukum
Chappele tahun 1819. Pengembangan
diplomatik selalu berdasar pada asas itikad
kodifikasi hukum internasional termasuk
baik (good faith),prinsip keadilan (et elquo et
hukum diplomatik telah dimulai tahun 1949
bono), persetujuan timbal balik (contractus
secara intensif oleh Komisi Hukum
bilateralis), kesepakatan bersama (mutual
Internasional. Akhirnya setelah melalui
consent), hak-hak istimewa (privalegium) dan
perjalanan yang panjang selama 12 tahun,
kekebalan hukum (imunited).19
konperensi berkuasa penuh (Plenipotentiary
Indonesia sebelum meratifikasi
Confrence) telah diadakan di Wina, Austria
Konvensi Wina 1961 tentang hubungan
pada tanggal 2 Maret ± 14 April 1961 dan
diplomatik, maka pemberian kekebalan-
telah mengesahkan suatu konvensi dengan
kekebalan dan keistimewaan diplomatik
MXGXO ´.RQYHQVL :LQD WHQWDQJ +XEXQJDQ
secara yuridis adalah tetap berdasar pada
'LSORPDWLN´ SDGD WDQJJDO $SULO \DQJ
hukum kebiasaan internasional.20 Pada saat
terdiri 53 pasal dan 2 Protokol Pilihan.
Indonesia belum meratifikasi konvensi
Konvensi Wina 1961 diberlakukan sejak
tersebut mengenai perjanjian-perjanjian
tanggal 24 April 1964 sampai dengan tanggal
namun Indonesia telah mengikuti pola-pola
31 Desember 1987. Konvensi ini dihadiri oleh
yang diatur dalam Konvensi Wina tersebut
delegasi dari 81 negara, 75 diantaranya adalah
misalnya dalam perjanjian ekstradisi antara
anggota-anggota PBB dan enam lagi adalah
Indonesia dengan negara tetangga yaitu
delegasi dari badan-badan yang berhubungan
dengan Mahkamah Internasional.17
18
Eddy Pratomo, Hukum Perjanjian
Internasional:Pengertian, Status Hukum dan Ratifikasi,
Alumni, Bandung, 2011, hlm. 73.
17 19
Edy Suryono, Perkembangan Hukum Diplomatik, Widodo, Op.cit, hlm.46..
20
Mandar Maju, Bandung, 1992, hlm.37. Edy Suryono, Op.cit, hlm. 82.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. I Februari 2015


6
perjanjian ekstradisi RI dan Malaysia pada diantaranya adalah penerima beasiswa
tahun 1974, perjanjian ekstradisi RI dan Pemerintah Australia. Sebaliknya terdapat
Australia pada tahun 1992. pula sekitar 250.000 pelajar atau mahasiswa
Awal hubungan Indonesia dan Australia Australia yang mempelajari bahasa Indonesia
semakin erat ditandai dengan dibentuknya sebagai bahasa kedua.
lembaga Australia-Indonesia pada tahun 1989. Dalam bidang ekonomi, Australia
Namun dengan berjalannya waktu terjadi adalah salah satu negara yang memiliki
ketegangan antara Indonesia karena peristiwa perekonomian terbaik di dunia. Hal ini
lepasnya Timor Timur dari Indonesia pada merupakan salah satu faktor yang mendorong
tahun 1999. Pemerintah kedua negara telah Indonesia keluar dari krisis 1997. Dalam
mengatasi ketegangan hubungan yang bidang perdagangan terdapat beberapa sinyal
ditimbulkan Australia akibat campur positif yang menandai kemajuan perdagangan
tangannya di bekas propinsi Indonesia ke 27. kedua negara. Pada saat Indonesia terjerat
Untuk menciptakan hubungan yang sehat, krisis ekonomi tahun 1997, sekitar 400
berkesinambungan dan dewasa maka perlu perusahaan Australia yang beroperasi di
kesadaran diantara ke dua negara tersebut. Hal Indonesia tetap mempertahankan roda
ini ditandai dengan kunjungan yang dilakukan bisnisnya dengan mitra mereka di Indonesia.
Presiden Abdurahman Wahid ke Australia Nilai investasi perusahaan-perusahaan
pada bulan Juni tahun 2001 dan diikuti oleh Australia ini cukup berarti bagi Indonesia.
kunjungan dari Perdana Menteri John Howard
ke Indonesia pada bulan Agustus 2001. Kedua B. Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan
belah pihak menyadari bahwa pentingnya Australia
membangun rasa saling percaya dan saling Ekstradisi adalah penyerahan yang
pengertian serta mengembangkan dialog guna dilakukan secara formal, baik berdasarkan
memperkuat ikatan antar dua bangsa. Kedua atas perjanjian ekstradisi yang sudah ada
pemimpin juga menegaskan kembali sebelumnya ataupun berdasarkan hubungan
keinginan kuat untuk memperbaiki hubungan timbal balik, atas seseorang yang diduga telah
melalui berbagai kerjasama dalam berbagai melakukan kejahatan atau tindak pidana
bidang.21 (tersangka, tertuduh atau terdakwa) atau atas
Indonesia dan Australia memilik seseorang yang telah dijatuhi hukuman yang
hubungan yang erat diantara keduanya terlihat telah mempunyai kekuatan yang mengikat dan
dalam berbagai bidang yaitu pendidikan, pasti atas kejahatan yang telah dilakukannya
budaya dan perdagangan. Hal tersebut (terhukum, terpidana), oleh negara tempatnya
merupakan aset penting dalam hubungan berada kepada negara yang memiliki
kedua negara yang perlu dijaga terus dan yurisdiksi untuk mengadili atau
dikembangkan sehingga dapat meningkatkan menghukumnya, atas permintaan dari negara
hubungan kedua negara. Disektor pendidikan yang memiliki yurisdiksi kepada negara
terdapat sekitar 25.000 mahasiswa Indonesia tempat orang yang bersangkutan berada,
yang saat ini belajar di Australia dan sebagian dengan maksud dan tujuan untuk

21

http://202.148.132.171/speeches/2004/041206civitas.htm
diakses pada tanggal 10 Desember 2014.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. I Februari 2015


7
mengadilinya ataupun melaksanakan Undang Pengesahan yang dilakukan oleh
22
hukuman atau sisa hukumanya. Pemerintah bersama-sama dengan Dewan
Latarbelakang pembentukan Rancangan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Pada
Undang-Undang tentang Pengesahan tanggal 19 Agustus 1994 melalui Amanat
Perjanjian Ekstradisi antara Republik Presiden Nomor R.08/PU/VIII/1994 RUU
Indonesia dan Australia pada tanggal 3 tentang Pengesahan Perjanjian Ekstradisi
September 1994 adalah bahwa pada era antara Republik Indonesia dan Australia.
globalisasi yang ditandai adanya kemajuan Bahwa kesepakatan-kesepakatan yang
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang telah diekstradisi ini tetap mengacu dan
transportasi dan informatika mengakibatkan dilandasi asas-asas yang berkaitan dengan
wilayah negara dari suatu negara ke negara ekstradisi yang dikenal dalam hukum
lain untuk keperluan tertentu sangat tinggi internasional, antara lain25 :
karena penyedian fasilitas dengan mudah oleh 1. Asas double criminality yaitu bahwa jenis
pemerintah suatu negara.23 tindak pidana tersebut harus sama-sama
Indonesia dan Australia berusaha dikenal sebagai tindak pidana/kejahatan
bersama untuk mencegah pelaku tindak yang dapat dihukum oleh kedua negara
pidana yang melarikan diri atas tuntutan pihak. Rakyat kedua negara menganggap
hukum. Lolosnya tersangka, terdakwa atau bahwa perbuatan itu merupakan perbuatan
terpidana dalam menghindari penyidikan, yang tidak pantas, tidak patut, bertentangan
penuntutan dan pemidanaan dapat menusuk dengan kesadaran hukum dan rasa keadilan
dan melukai perasaan keadilan korban pelaku mereka dan karena itu pelakunya harus
tindak pidana, masyarakat di negara tempat diadilidan jika terbukti bersalah haruslah
tindak pidana dilakukan dan dapat merugikan dijatuhi hukuman yang setimpal. Asas
negara secara materi apabila tersangkut kejahatan ganda ini merupakan asas yang
masalah ekonomi atau keuangan.24 pertama-tama harus dipenuhi jika dua
Berdasarkan pertimbangan tersebut, negara yaitu negara peminta dan negara
maka Permerintah Republik Indonesia dan diminta menghadapi suatu kasus ekstradisi.
Australia sepakat mengadakan perjanjian 2. Asas kekhususan yaitu seseorang yang
ekstradisi. Perjanjian ekstradisi tersebut diserahkan tidak akan ditahan, dituntut atau
melalui proses pembahasan yang cukup lama dihukum untuk kejahatan apapun yang
dan matang sehingga pada tanggal 22 April dilakukannya sebelum yang bersangkutan
1992, perjanjian tersebut ditandatangani oleh diekstradisikan, selain dari kejahatan yang
kedua negara. perjanjian tersebut dilakukan di diserahkan. Dengan kata lain negara peminta
Jakarta dan dibuat rangkap dua dalam bahasa hanya boleh mengadili atau menghukum
Indonesia dan bahasa Inggris. orang yang bersangkutan hanya atas dasar
Perjanjian ekstradisi tersebut agar dapat kejahatan yang dijadikannya sebagai dasar
mengikat, perlu disahkan melalui Undang- oleh negara diminta untuk
mengekstradisikan orang yang diminta
22
I Wayan Parthiana, Op.cit, hlm. 38. kepada negara peminta. Negara peminta
23
Dierektur Jenderal Hukum dan Perundang-Undangan
Departemen Kehakiman, Undang-Undang Nomor 8 Tahun tidak boleh mengadilinya atas kejahatan lain
1994 tentang Pengesahan Perjanjian Ekstradisi antara
Indonesia dan Australia, Jakarta, 1997, hlm. 4.
24 25
Ibid, hlm. 43. Ibid, hlm. 45.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. I Februari 2015


8
diluar kejahatan yang dijadikan sebagai berwenang, tidak boleh diungkit lahi oleh
dasar untuk pengekstradisiannya. siapapun dengan mengadili orang
3. Asas bahwa kejahatan politik tidak dapat bersangkutan yang kedua kalinya.
diekstradisikan yaitu orang-orang yang 6. Asas bahwa pelaku tindak pidana yang
terkait atau terlibat dalam suatu persoalan diancam atau dituntut hukuman mati tidak
politik atau mengandung dimensi-dimensi dapat diekstradisikan.
politik. Jika negara peminta sudah yakin
sepenuhnya bahwa kejahatan yang Perjanjian ekstradisi antara Indonesia
dilakukan adalah kejahatan politik dan Australia yang pernah dilakukan
seharusnya permintaanya tidak diteruskan contohnya adalah kasus Hendra Rahardja.
sebab negara diminta pasti akan menolak. Hendra Rahardja adalah mantan Presiden
Tapi dalam prakteknya, negara peminta Komisaris Bank Harapan Sentosa. Ia
cenderung menganggap kejahatan yang melakukan korupsi dana Bantuan Likuiditas
dijadikan dasar untuk mengekstradisi orang Bank Indonesia sebesar Rp. 2,659 triliun. Ia di
yang diminta bukan kejahatan politik tetapi adili secara in absentia di Pengadilan Negeri
kejahatan biasa dan atas dasar itu negara Jakarta Pusat dan divonis seumur hidup.
peminta tetap meneruskan permintaanya Hendra Rahardja diketahu telah melarikan diri
kepada negara diminta. ke Australia. Pemerintah Indonesia segera
4. Asas bahwa negara yang diminta dapat meminta Hendra Rahardja untuk diekstradisi
menolak mengekstradisikan warga kepada Australia. Proses ekstradisi tersebut
negaranya sendiri. Pentingnya arti memakan waktu yang cukup lama akibat
kewarganegaraan bagi setiap orang yang adanya perbedaan sistem hukum antara
diminta khususnya. Kewarganegaraan Indonesia dan Australia. Namun Hendra
menunjukan jati diri, status, dan identitas Rahardja meninggal dunia di Australia
personalnya dengan segala konsekuensi sebelum diekstradisi ke Indonesia. Kasus
hukumnya. Agar tidak terjadi impunitas yang melibatkan Hendra Rahardja tidak
maka negara dimintaberkewajiban untuk otomatis selesai kecuali masalah pidanannya.
mengadili atau menghukum sendiri Sedangkan kasus perdatanya tetap berjalan.
warganegaranya tersebut. Pemerintah tetap mengejar dan mencari aset
5. Asas Nebis in Idem yaitu seseorang pelaku Hendra Rahardja yang ada di Australia dan
tindak pidana yang telah dijatuhi hukuman Hongkong.26
atau dibebaskan dari segala tuduhan dan
tuntutan hukum dan putusan tersebut telah II. PROSES EKSTRADISI DALAM KASUS
memperoleh kekuatan hukum tetap tidak ADRIAN KIKI ARIAWAN
dapat diekstradisikan. Adapun maksud dan A. Kasus Adrian Kiki Ariawan sebagai
tujuan dari asas ini adalah memberikan Pelaku Tindak Pidana Korupsi Dana BLBI
jaminan kepastian hukum bagi orang yang Istilah korupsi berasal dari kata
pernah dijatuhi putusan pengadilan baik ³FRUUXSWLR´ dalam Bahasa latin yang berarti
putusan pembebasan atau putusan yang kerusakan atau kebobrokan, dan dipakai pula
berupa penghukuman atas dirinya. Bahwa
26
sekali kasusnya sudah diputuskan secara http://m.liputan6.com/news/read/48600/hendra-
rahardja-meninggal-di-australia, diakses, tanggal 20
final oleh badan pengadilan yang Desember 2014.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. I Februari 2015


9
untuk menunjukan suatu keadaan atau itu tidak digunakan sesuai dengan maksud
perbuatan yang busuk.27 yang dikeluarkannya kebijakan tersebut.
Korupsi yang menimbulkan Akibatnya terjadi kerugian negara dalam
keprihatinan masyarakat internasional jumlah yang sangat besar.30
mencapai puncaknya dengan dideklarasikan Pelaku terkait kasus BLBI yang baru-
United Declarations Convention Againts baru ini diekstradisi adalah Adrian Kiki
Corruption (UNCAC) yang disahkan dalam Ariawan. Adrian Kiki Ariawan adalah
Konfrensi Diplomatik di Merida Mexico pada buronan kasus BLBI yang melarikan diri ke
Desember 2003 yang disepakati oleh 133 Australia bersama kerabatnya Bambang
negara.28 Sutrisno. Adrian Kiki Ariawan menjabat
Pemerintah Republik Indonesia pada selaku Direktur Utama PT. Bank Surya Tbk
tanggal 18 Desember 2003 di Markas Besar dan Bambang Sutrisno menjabat selaku Wakil
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah ikut Komisaris Utama PT. Bank Surya Tbk.
menandatangani Konvensi Perserikatan Mereka melakukan korupsi dalam kurun
Bangsa-Bangsa tentang Anti Korupsi yang di waktu 1989-1997 dan merugikan negara
adopsi oleh Majelis Umum melalui Resolusi sebesar Rp. 1,5 triliun dengan menyetujui
Nomor 58/4 pada tanggal 31 Oktober 2003. pemberian kredit kepada 166
Indonesia meratifikasi Konvensi ini atas perusahaan/debitur antara lain kepada PT.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Surya Supratama Finance, PT. Tapaksari
Tahun 2006 tentang Pengesahan United Kertasama, PT. Tangkil Jaya Makmur Raya,
Nations Convention Againts Corruption.29 dan lain-lain. Sampai dengan PT. Bank Surya
Kasus korupsi dengan jumlah nominal dinyatakan Bank Beku Operasi oleh
terbesar sepanjang sejarah modern Indonesia pemerintah karena uang kredit tersebut tidak
adalah kasus BLBI atau Bantuan Likuiditas dikembalikan. Penggunaan kredit oleh
Bank Indonesia. BLBI adalah skema bantuan perusahaan-perusahaan tersebut ternyata tidak
pinjaman yang diberikan Bank Indonesia sesuai dengan tujuan pemberian kredit yang
kepada bank-bank yang mengalami masalah tercantum dalam Nota Permohonan Kredit
likuiditas pada saat terjadinya krisis moneter (NPK) yang dibuat oleh Bagian Kredit PT.
pada tahun 1998 di Indonesia. Skema ini Bank Surya Tbk, yang menyatakan bahwa
dilakukan berdasarkan perjanjian Indonesia kredit akan digunakan oleh masing-masing
dengan IMF dalam mengatasi masalah krisis. perusahaan untuk tambahan modal kerja dan
Pada bulan Desember 1998, Bank Indonesia pengembangan usaha, tetapi ternyata
telah menyalurkan BLBI sebesar Rp. 147,7 digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang
triliun kepada 48 bank. Akan tetapi niat tujuan dibentuk oleh terdakwa.
yang baik itu ternyata disalah gunakan oleh Pada saat sidang di Pengadilan Negeri
sebagian penerima fasilitas untuk Jakarta Adrian Kiki Irawan tidak hadir dalam
memperkaya diri. Artinya, bantuan likuiditas persidangan. Persidangan ini dilakukan secara
in absentia karena tidak diketahui tempat
27 tinggal mereka di dalam negeri maupun di
Elwi Danil, Korupsi Konsep, Tindak Pidana dan
Pemberantasannya, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm. 7. luar negeri. Adrian Kiki Ariawan divonis
28
Ibid, hlm. 64.
29
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang
30
Pengesahan United Nations Convention Againts Corruption. Elwi Danil, Op.cit, hlm. 254.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. I Februari 2015


10
seumur hidup pada tanggal 13 November mengabulkan permintaan ekstradisi dari
2002 bersama rekannya Bambang Sutrisno pemerintah Indonesia. Akan tetapi terdapat
oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dengan perbedaan mekanisme ekstradisi di Australia.
Adrian Kiki Ariawan sudah divonis di Adrian Kiki Ariawan dapat mengajukan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat secara in keberatan ekstradisi ke Peradilan Umum.
absentia maka memudahkan dan menguatkan Dengan membayar pengacara di Australia,
pihak Mabes Polri/Interpol Indonesia untuk Adrian Kiki Ariawan mengajukan keberatan
melakukan kerjasama penangkapan dan ke Federal Court of Perth di Australia Barat
pengekstradisian Adrian Kiki Ariawan ke dengan alasan putusan pengadilan di
Indonesia. Tetapi setelah diputus oleh Indonesia dilakukan secara in absentia serta ia
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Adrian Kiki juga beralasan bahwa pelaksanaan pidana di
Ariawan mengajukan upaya hukum banding Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia akan
ke Pengadilan Tinggi Jakarta Pusat. Namun melanggar Hak Asasi.
dalam proses pemeriksaan Adrian Kiki Pengadilan Negeri Perth mengabulkan
Ariawan kabur atau melarikan diri. keberatan Adrian Kiki Ariawan dan
Akhirnya Pengadilan Tinggi Jakarta menganulir Keputusan Menteri Kehakiman
Pusat memutus Adrian Kiki Ariawan bersalah Australia atas Putusan Pengadilan Negeri
dengan hukuman seumur hidup tanggal 2 Juni Perth tersebut. Tetapi pemerintah Australia
2003. Selanjutnya Pemerintahan Indonesia tidak setuju dengan putusan Pengadilan
mengajukan permintaan Ekstradisi Adrian Negeri Perth dan kemudian pemerintah
Kiki Ariawan kepada pemerintah Australia Australia mengajukan banding ke Full
melalui jalur diplomatik melalui surat dari Ferderal Court of Western Australia
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Pengadilan Tinggi Western Australia).
pada tanggal 28 September 2005. Ekstradisini Namun, pengadilan Tinggi Western Australia
ini dimungkinkan karena adanya perjanjian menolak banding pemerintah Australia dan
antara Indonesia dan Australia yang telah menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Perth.
ditandatangani pada 22 April 1992 dan Terhadap putusan itu, pemerintah Australia
diratifikasi melalu Undang-undang Nomor 8 kembali mengajukan kasasi ke High Court of
Tahun 1994 tentang Pengesahan Perjanjian Australia.
Ekstradisi antara Indonesia dan Australia. Sebagai upaya terakhir yaitu High Court
Pada tahun 2010 Adrian Kiki Ariawan of Australia yang kemudian memutuskan
diketahui berada di Perth, Australia Barat dan bahwa keberatan dari Adrian Kiki Ariawan
pada tanggal 28 November 2010 Adrian Kiki ditolak. High Court of Australia menguatkan
Ariawan berhasil ditangkap dan dibawa ke Keputusan Pemerintah Australia untuk
penjara. Selama menjadi buron, dia mengubah mengekstradisi terpidana Adrian Kiki
identitasnya menjadi Adrian Adams, Adrian Ariawan ke Indonesia dalam rangka menjalani
Adamus, dan Adrian Adamas. Permintaan pidana sesuai dengan Putusan Nomor:
Ekstradisi ini ditunjukan agar terpidana kasus 71/PID/2003/PT.DKI tanggal 2 Juni 2003.
BLBI dapat di eksekusi dan menjalani Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia
hukuman pidana di Indonesia. Pada Desember dan Australia sudah berjalan dengan baik
2010, pemerintah Australia melalui Menteri sesuai dengan apa yang diperjanjikan oleh
Kehakiman Australia memutuskan untuk para pihak (pacta sunt servanda). Indonesia

JOM Fakultas Hukum Volume II No. I Februari 2015


11
meminta ekstradisi terhadap Adrian Kiki 13 November 2002 atas nama terdakwa
Ariawan oleh Australia dengan mengikuti tata Bambang Sutrisno terdakwa II Adrian Kiki
cara, prosedur dan peraturan-peraturan yang Ariawan. Yang amar putusannya berisi32:
berlaku di Australia. Australia akhirnya setuju 1. Menyatakan Terdakwa I Bambang
untuk mengekstradisi Adrian Kiki Ariawan ke Sutrisno dan Terdakwa II Andrian Kiki
Indonesia. Dengan berjalannya ekstradisi ini Ariawan alias Adrian Kiki Ariawan
dengan baik menguntungkan bagi Indonesia yang diadili tanpa kehadirannya
karena Adrian Kiki Ariawan dapat kembali terbukti dengan sah dan meyakinkan
dan menjalani hukuman di Indonesia. bersalah melakukan tindak pidana
korupsi yang dilakukan secara
B. Proses Ekstradisi Adrian Kiki Ariawan bersama-sama dan berlanjut.
Adrian Kiki Ariawan telah 2. Menghukum ia oleh karena itu masing-
mekasanakan proses peradilan di Pengadilan masing dengan pidana penjara seumur
Negeri Jakarta Pusat dan di Pengadilan Tinggi hidup dan denda sebesar Rp.
Jakarta Pusat secara in absentia serta 30.000.000,-
perbuatannya diatur dan diancam pidana 3. Menetapkan bahwa bila denda tersebut
dalam pasal 1 ayat (1) sub a jo. Pasal 28 jo. tidak dibayar akan diganti sepenuhnya
Pasal 34 C Undang-Undang Nomor 3 Tahun dengan hukuman kurungan selama
1971 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1e jo. Pasal 64 enam (6) bulan.
ayat 1 KUHP jo. Undang-Undang Nomor 31 4. Memerintahkan Terdakwa I Bambang
Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Sutrisno dan Terdakwa II Andrian Kiki
Tahun 2001.31 Ariawan alias Adrian Kiki Ariawan
Indonesia melakukan permohonan ditahan di Rumah Tahanan Negara.
ekstradisi kepada Australia dengan Dengan cara memasukan Terpidana
mengajukan surat permohonan ekstradisi Andrian Kiki Ariawan alias Adrian Kiki
melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Ariawan ke Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Manusia pada tanggal 28 September 2005. Cipinang Jakarta untuk menjalani pidana
Ekstradisi ini dimungkinkan karena adanya SHQMDUD ´6(8085 +,'83´
perjanjian ekstradisi antara Indonesia pada Setiap warga negara Indonesia yang
tanggal 22 April 1992. Dan perjanjian ini melakukan tindak pidana di manapun ia
diratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 8 berada, ia berhak diadili menurut hukum
Tahun 1994 Tentang Pengesahan Ekstradisi Indonesia menurut asas nasionalitas aktif.
antara Indonesia dan Australia. Surat Untuk dapat menuntut Adrian Kiki Ariawan
permohonan ini disampaikan secara tertulis maka diperlukan penyerahan dari negara
melalui saluran diplomatik. tempat Adrian Kiki Ariawan berada. Atas
Dasar hukum dilakukannya ekstradisi dasar ini Pemerintah Indonesia meminta
Adrian Kiki Ariawan adalah Putusan Nomor: permohonan ekstradisi kepada Pemerintah
71/PID/2003/PT.DKI tanggal 2 Juni 2003 Jo. Australia. Pemerintah Australia setelah
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Pemerintah Indonesia melakukan permintaan
Nomor: 899/Pid.B/2002/PN.JKT.PST tanggal

31 32
Putusan Nomor: 71/PID/2003/PT.DKI. Ibid.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. I Februari 2015


12
memberikan jawaban bahwa mereka Kedutaan besar Australia
mengabulkan permintaan ekstradisi tersebut. menyampaikan nota diplomatik bernomor
Dalam proses ekstradisi tersebut P/187/2013 secara resmi kepada Kementerian
Indonesia harus mengikuti aturan-aturan yang Luar Negeri RI sebagai tanggapan terhadap
berlaku di Australia. Dalam proses ekstradisi Nota Nomor P182/2013 tentang permintaan
di Australia terdapat proses banding atau ekstradisi pemerintah Indonesia terhadap
judical review. Setelah selama enam tahun terpidana Adrian Kiki Ariawan. Berdasarkan
berstatus daftar pencarian orang atau buron nota itu terpidana disebutkan telah dapat
akhirnya pada tanggal 28 November 2008 diserahkan kepada Pemerintah Indonesia.
Adrian Kiki Ariawan ditangkap oleh Proses penyerahan didasarkan pada pasal 14
Kepolisian Perth. ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1994
Namun pada hari Jumat tanggal 16 tentang Pengesahan Perjanjian Ekstradisi
Oktober 2009 terpidana Adrian Kiki Ariawan antara Indonesia dan Australia yang
mengajukan keberatan untuk diekstradisi ke penyerahannya dilakukan di Perth
Perth Magistrate Court Pengadilan Australia ( International Airport paling lambat
Magistrate of The State of Western Australia). penyerahan dilakukan tanggal 16 Februari
Adrian Kiki Ariawan keberatan yang 2014.
bersangkutan di ekstradisi ke Indonesia Kejaksaan berkoordinasi dengan pihak-
karena alasan ketidakadilan atau unfairness pihak terkait yang bergabung dalam Tim
proses hukum yaitu penuntutan dan naik Terpadu dibawah pengendalian Menteri
banding yang dilakukan secara in absentia Koordinator Politik Hukum dan Hak Asasi
yang berlaku di Indonesia, dipandang Manusia. Dan proses penjemputan Adrian
bertentangan dengan standar Hak Asasi Kiki Irawan juga didampingi oleh dua orang
Manusia Internasional. dari NCB Interpol Indonesia. Pada hari Rabu
Upaya banding Adrian Kiki Ariawan ke tanggal 22 Januari pelaksanaan ekstradisi
Full Federal Court dikabulkan dan pada dilakukan tanpa harus menunggu hingga
tanggal 15 Februari 2013, Full Federal Court tanggal 16 Februari 2014. Selanjutnya
memutuskan untuk mengabulkan keberatan dilakukan eksekusi oleh Jaksa Penuntut
Adrian Kiki Ariawan atau membatalkan Umum dengan membawa terpidana Adrian
ekstradisi Adrian Kiki Ariawan. Menanggapi Kiki Ariawan ke Lembaga Pemasyarakatan
putusan Full Federal Court ini, pemerintah Cipinang.
Australia kemudian mengajukan banding ke
High Court of Australia. Pada tanggal 18 KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Desember 2013, High Court of Australia Dari penulisan skripsi ini penulis dapat
menguatkan penetapan yang dibuat oleh mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Menteri Kehakiman Australia pada bulan 1. Pelaksanaan perjanjian ekstradisi antara
Desember 2010 untuk menyerahkan terpidana Indonesia dan Australia diratifikasi atas
Adrian Kiki Ariawan ke Indonesia guna Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1994
menjalankan hukuman yang telah diputuskan tentang pengesahan Ekstradisi antara
Indonesia dan Australia. Berdasarkan
secara in absentia atas tindak pidana korupsi
perjanjian ekstradisi seseorang yang disangka
yang telah ia lakukan. atau dipidana melakukan kejahatan dan
kemudian melarikan diri ke luar batas-batas

JOM Fakultas Hukum Volume II No. I Februari 2015


13
wilayah negara harus dikembalikan ke dalam para pelarian buronan karena mereka tahu
yurisdiksi wilayah negara tempat ia apabila mereka berada disana mereka akan
melakukan tindak pidana yaitu berdasarkan ditangkap. Maka hendaknya perjanjian
asas nasional akti, atas permintaan negara ekstradisi Indonesia lebih diperbanyak dengan
yang meminta untuk diadili atau dipidana negara lain dan salah satu upaya lain yang
sebagaimana mestinya. dilakukan untuk mengembalikan buronan
2. Proses ekstradisi Adrian Kiki Ariawan pada adalah dengan melakukan Perjanjian Timbal
dasarnya baik Indonesia maupun Australia Balik atau sering disebut dengan MLA
sudah melakukan perjanjian ekstradisi sesuai (Mutual Legal Asisstance) antara negara
dengan aturan-aturan masing negara. tempat dari tujuan pelarian buron walaupun
Indonesia sudah secara formal meminta tidak ada perjanjian ekstradisi. Atas
pengekstradisian Adrian Kiki Ariawan dan kesepakatan dan hubungan baik ini mereka
Australia sudah menanggapi dengan baik. membantu untuk melakukan pencarian dan
Tetapi di dalam prosesnya terjadi hambatan penangkapan. Tetapi yang terikat dengan
yaitu dengan perbedaan hukum di masing- perjanjian ekstradisi ini sangat
masing negara. Terutama Indonesia sebagai menguntungkan sekali karena sangat
negara peminta harus mengikuti prosedur atau membantu di dalam proses eksekusi baik
aturan-aturan yang telah ada di Australia. badan maupun harta dan kita mencari
Proses Ekstradisi di Australia terhadap orang buronan.
yang diminta diberikan kesempatan untuk
melakukan banding. DAFTAR PUSTAKA
B. SARAN A. Buku
Berdasarkan hasil penulisan skripsi ini, Adolf, Huala, 1991, Aspek-Aspek dalam Hukum
penulis akan memberikan beberapa saran, antara Internasional, Rajawali, Jakarta.
lain:
1. Dengan adanya perjanjian ekstradisi antara Danil, Elwi, 2011, Korupsi Konsep, Tindak
Indonesia dan Australia diharapkan hubungan Pidana dan Pemberantasannya, Rajawali
dan kerjasama yang lebih baik antara kedua Pers, Jakarta.
negara terutama dalam bidang penegakan
hukum dan pemberantasan kejahatan lebih Efendi, Erdianto, 2011, Hukum Pidana Indonesia
ditingkatkan lagi. Perjanjian ekstradisi ini Suatu Pengantar, Refika Aditama,
selain dapat memenuhi tuntutan keadilan juga Bandung.
dapat menghindari kerugian-kerugian yang
disebabkan lolosnya tersangka, terdakwa dan Lamintang, P.A.F, 1984, Dasar-Dasar Hukum
terpidana bagi kedua pihak, terutama dalam Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti,
hal tindak pidana yang berhubungan dengan Bandung.
ekonomi dan keuangan. Guna memperlancar
kerjasama ekstradisi kedua negara, hendaknya Parthiana, I Wayan, 2009, Ekstradisi dalam
Indonesia dan Australia perlu mencari jalan Hukum Internasional Modern, Yrama
tanpa melanggar hukum nasionalnya masing- Widya, Bandung.
masing dalam mempermudah proses
ekstradisi supaya pelaku yang kabur bisa
langsung menjalankan hukuman atas Pratomo, Eddy, 2011, Hukum Perjanjian
perbuatan yang telah dilakukannya. Internasional:Pengertian, Status Hukum
2. Perjanjian ekstradisi Indonesia dengan negara dan Ratifikasi, Alumni, Bandung.
lain masih terbatas dan rata-rata negara yang
memiliki perjanjian ekstradisi dengan negara Sefriani, 2011, Hukum Internasional Suatu
Indonesia itu tidak menjadi daerah tujuan bagi Pengantar, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. I Februari 2015


14
C. Peraturan Perundang-Undangan
Soekanto, Soerjono dan Mamudji Sri, 2007, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 Tentang
Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Ekstradisi, Lembaran Negara Republik
Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Indonesia Tahun 1979 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Starke, 2010, Pengantar Hukum Internasional, Indonesia Nomor 3130.
Sinar Grafika, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 Tentang
Suarda, I Gede Widhiana, 2012, Hukum Pidana Pengesahan United Nations Convention
Internasional Sebuah Pengantar, Citra Againts Corruption.
Aditya Bakti, Bandung.
D. Website
Suryono, Edy, 1992, Perkembangan Hukum http://khibran.wordpress.com/2008/12/29/pengan
Diplomatik, Mandar Maju, Bandung. tar-hukum-pidana/, diakses tanggal 27
Oktober 2014
Widodo, 2009, Hukum Diplomatik dan Konsuler
Pada Era Globalisasi, LaksBang Justitia, http://ahmadyahya93.blogspot.com/2012/12/nor
Surabaya. mal-0false-false-false-in-x-none-
B. Jurnal, Skripsi, dan Disertasi ar.html?m=1, diakses tanggal 27 Oktober
AngkDVDUL :LOGDQL ³7LQMDXDQ <XULGLV 2014
Perjanjian Ekstradisi Terhadap Kejahatan
Ekonomi dalam Kepentingan Nasional http://202.148.132.171/speeches/2004/041206civ
,QGRQHVLD´ Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas itas.htm diakses pada tanggal 10 Desember
Hukum Universitas Trisakti, Volume 11 2014
Nomor 1 April.
http://m.liputan6.com/news/read/48600/hendra-
Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang- rahardja-meninggal-di-australia, diakses,
Undangan Departemen Kehakiman, tanggal 20 Desember 2014.
Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1994
tentang Pengesahan Perjanjian Ekstradisi
antara Republik Indonesia dan Australia

5DFKPDQLD $\X ³3HUDQDQ 1&% ,QWHUSRO


di Indonesia dan Australia dalam
Penanganan Proses Ekstradisi (Studi Kasus
Hendra Rahardhja 1999- ´ Skripsi,
Proram Studi S-1, Universitas Airlangga,
Surabaya.

7DEDOXGLQ $VLQD ³(IHNWLILWDV 3HODNVDQDDQ


Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan
Australia dalam Upaya Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesia (Studi
Kasus Terhadap Ekstradisi Hendra
5DKDUMD ´ Tesis, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, Yogyakarta

JOM Fakultas Hukum Volume II No. I Februari 2015


15

You might also like