You are on page 1of 10
BAB VII PERKEMBANGAN DAN TOKOH-TOKOH FILSAFAT ISLAM Dalam sejarah dunia filsafat, Yunani merupakan tempat tonggak awal mula munculnya filsafat. Waktu itu pemikiran filsafat mulai tumbuh dan berkembang di beberapa kota di Yunani. Pemikiran filosuf masuk ke dalam dunia Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai ahli-ahli pikir Islam di Suria, Mesopotamia, Persia dan Mesir. Budaya dan filsafat Yunani masuk ke negeri-negeri tersebut dengan adanya ekspansi Alexander yang agung yang dalam bahasa Arab disebut Iskandar Zulkarnain. Ekspansi tersebut terjadi pada abad ke empat sebelum Masehi. Alexander setelah dapat menaklukkan negeri-negeri tersebut membuat kebijaksanaan politik untuk menyatakan kebudayaan Yunani dan kebudayaan Persia. Pengaruh kebijaksanaan tersebut meninggalkan bekas yang besar di daerah-daerah yang pernah dikuasainya hingga kemudian timbullah pusat-pusat kebudayaan Yunani di Timur, seperti Alexanderia di Mesir, Jundisyapur di Mesopotamia dan Bacha di Persia. Pada zaman pemerintahan Bani Umayah, karena perhatian lebih dipusatkan terhadap kebudayaan Arab, maka pengaruh kebudayaat Yunani dalam dunia Islam belum kelihatan jelas. Baru setelah pemerintahan Bani Abbasiyah pengaruh kebudayaan Yunani lebih jelas, karena Pemerintahan waktu itu bukan lagi hanya orang-orang Arab, tetapi juga orang-orang Persia yang banyak berkecimpung dengan budaya Yunani juga mendapat kedudukan di pemerintah pusat. Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah pada mulanya hanya tertarik pada ilmu kedokteran Yunani dengan cara-cara pengobatanny® Kemudian mereka juga tertarik kepada ilmu-ilmu pengetahwan lainny a 164 termasuk filsafat. Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Makmum (813-833 M), ia mengutus delegasi ke kerajaan Bizantium untuk mencari manuskrip kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab, Saat itu untuk keperluan tersebut, didirikanlah lembaga penterjemahan yang berna:ma Baitul Hikmat dengan dikepalai oleh Hunain Ibnu Ishag Golongan yang banyak tertarik kepada filsafat Yunani adalah kaum Mu'tazilah. Pembahasan mereka dalam bidang Teologi banyak diwarnai pemikiran filosufi. Namun bila dilihat dari sejarah peradaban umat Islam, munculnya pemikiran filsafat dalam dunia Islam ini merupakan g dari perkembangan keilmuan dalam masyarakat Islam sejak timbulnya agama Islam. Bukanlah agama Islam sejak dini telah memberik jawaban-jawaban yang tegas dan ringkas mengenai beberapa pers metafisika, Tuhan, jiwa dan manusia. Pengetahuan terscbut mulanya diterima begitu saja namun kemudian diperiuas dikembangkan dengan memadukan kebenaran wahyu dan akai f Maka kemudian muncullah para filosuf Islam Arab khususnya dan negeri-negeri Islam pada umumnya, seperti Al-Kindi, Al-Parabi, Tbnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Rusyd, dan lain-lainnya. aka A. Al-Kindi (796-873 M) 1. Biografi Ia mempunyai nama lengkap Abu Yusuf Ya’qub Khufah. Ia berasal dari keturunan bangsawan Arab dari Kindah di Arab Selatan. Orang tuanya adalah seorang gubernur di Basrah pada masa Pemerintahan Al-Mahdi dan Harun Al-Rasyid. : Al-Kindi mendapat kedudukan yang tinggi dari Al-Ma’mun Al- Mu ‘asim dan anaknya, yaitu Ahmad, bahkan menjadi gurunya. Karena ‘2 berkecimpung dalam lapangan filsafat, maka iasmendapat tantangan Yang sengit dari seorang ahli hadis, yaitu Abu Ja’far bin Mi mad AL-Bal akhi, SB y ubami 165 Al-Kindi mengalami kemajuan pikiran Islam dari penerjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab, bahkan ia termasuk pelopornya. Bermacam-macam ilmu telah dikajinya, terutama filsafat, dalam suasana yang penuh pertentangan agama dan mazhab, dan yang dibanjiri oleh paham golongan Mu'tazilah serta ajaran-ajaran Syi’ah. Jumlah karangannya yang sebenarnya sukar ditentukan karena dua sebab: a. Penulis-penulis biografi tidak sepakat penuturannya tentang jumlah karangannya tersebut. Ibnun-Nadim dan Al-Qafti menyebut 238 risalah, dan Sha’id Al-Andalusi menyebutnya 50 buah risalah. b. Karangan-karangannya yang sampai kepada kita ada yang memuat karangan-karangan yang lain. Isi karangan-karangan tersebut bermacam-macam, antara lain filsafat, logika, musik, dan aritmetika, Al-Kindi tidak banyak membicarakan persoalan filsafat yang rumit dan yang telah dibahas sebelumnya, tetapi ia lebih tertarik oleh definisi-definisi dan penjelasan kata-kata, dan lebih mengutamakan ketelitian pemakaian kata-kata daripada menyelami problem-problem filsafat. Pada umumnya karangan-karangan Al-Kindi ringkas-ringkas dan tidak mendalam. Al-Kindi adalah orang pertama yang memasukkan kajian filsafat sebagai salah satu ilmu kelslaman. Ia berusaha menyesuaikan pemikiran filsafat yang telah ada dengan nilai-nilai keIslaman. Ia meninggal pada tahun 873 M di Baghdad. 2. Filsafat dan Karya-karya Al-Kindi Al-Kindi berusaha meninjau filsafat dari dalam dan dari luar dengan maksud supaya dapat memberikan pengertian filsafat secara benar. _Ja mengatakan bahwa filsafat ialah ilmu tentang hakikat (kebenaran), sesuatu menurut kesanggupan manusia, ilmu ketuhanan, ilmu keesaan (wahdaniah), ilmu keutamaan (fadlilah), ilmu tentang 166 semua yang berguna dan cara memperolehnya serta cara menjauhi perkara-perkara yang merugikan. Menurutnya tujuan seorang filosuf bersifat teori, yaitu mengetahui kebenaran dan bersifat amalan, aitu mewujudkan kebenaran tersebut dalam tindakan. Semakin dekat is ada kebenaran semakin dekat pula kepada kesempurnaan. . . Menurutnya filsafat adalah ilmu mulia yang tidak bisa ditinggalkan oleh setiap orang yang berpikir. Pandangan ini diberikan untuk menetangi mereka yang menentang filsafat dan menganggapnya sebagai ilmu kafir atau menyiapkan jalan kepada kekafiran. a Lebih lanjut ia-menyatakan bahwa antara filsafat dan agama tidak ada pertentangan. Ilmu tauhid atau Teologi adalah cabang termulia dari filsafat. Filsafat membahas kebenaran atau hakikat. Kalau ada hakikat-hakikat mesti ada hakikat pertama (Al-Haqq Al-Awwal). Hakikat pertama itu adalah Tuhan. Al-Kindi juga membicarakan soal jiwa (Al-Nafs, Soul) dan_akal. Jika manusia mempunyai tiga daya, daya bernafsu yang berpusat di perut, daya berani yang berpusat di dada dan daya berpikir yang berpusat di kepala. Daya berpikir inilah yang disebut akal. Dalam pemikiran filosufisnya Al-Kindi banyak dipengaruhi oleh Aristoteles, Plato, dan neo-Plationisme. Ja merupakan orang pertama pengikut Aristoteles dari dunia Arab. Di antara-hasil karyanya yang terkenal adalah Hallmuth Ritter yakni berupa risalah-risalah sebanyak 29 buah yang membicarakan tentang keesaan Tuhan, akali, jiwa dan lain sebagainya. Sebenarnya karya beliau cukup banyak ada yang menyebutkan 238 buah risalah yang pada umumnya berupa bahasan ringkas dan tidak mendalam. “B. Al-Farabi (870 — 950 M) 1. Biografi Nama lengkap Al-Farabi ialah, Abu Nashr Muhammad bin Muhammad bin Tharkhan Al-Farabi. Sebutkan Al-Farabi diambil dari nama kampung kelahirannya Al-Farabi. Ayahnya adalah seorang Iran dan menikah Turkestan. Oleh karena itu, Al-Farabi disebut ketu dengan wanita runan Turkestan 167 dan kadang-kadang juga disebut keturunan Tran. Sejak kecil Al-Farabi suka belajar, dan ia mempunyai kecakapan luar biasa dalam bidang bahasa. Bahasa yang dikuasainya antara lain bahasa Iran, Turkestan dan Kurdistan. Nampaknya ia tidak mengenal bahasa Yunani dan Suryani, yaitu bahasa-bahasa ilmu pengetahuan dan filsafat pada waktu itu. Setelah besar, Al-Farabi meninggalkan negerinya untuk menuju kota Baghdad, pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan pada masanya, untuk belajar antara lain pada Abu Bisyr bin Mattius. Selama berada di Baghdad ia memusatkan perhatiannya kepada ilmu logika. Nampaknya pada waktu pertama datang di Baghdad, hanya sedikit saja bahasa Arab yang telah dikuasainya. Ia sendiri mengatakan bahwa ia belajar ilmu nahwu (tata bahasa Arab) pada Abu Bakar As-Sarraj, sebagai imbalan pelajaran logika yang diberikan oleh Al-Farabi kepadanya. Sesudah itu ia pindah ke Harran, salah satu pusat kebudayaan Yunani di Asia Kecil, untuk berguru pada Yuhanna bin Jilan. Akan tetapi, tidak lama kemudian ia meninggalkan kota itu dan kembali ke Baghdad untuk mendalami filsafat sesudah ia menguasai ilmu mantiq (logika). Di Bagdad ia tinggal selama 30 tahun. Selama itu ia menggunakan waktunya untuk mengarang, memberikan. pelajaran, dan mengulas buku-buku filsafat. Muridnya yang terkenal pada masa itu antara lain ialah Yahya bin ’ Aidi. Pada tahun 330 H (941M) ia pindah ke Damsyik, dan di sana ia mendapat kedudukan yang baik dari Saifudaulah; khalifah dinasti Hamdan di Halab (Aleppo), sehingga ia diajak turut serta dalam suatu pertempuran untuk merebut(kota Damsyik)Kemudian ia menetap di kota itu sampai wafatnya pada tahun 337 H (950 M). 2. Filsafat dan Karya-karya Al-Farabi ___ Al-Farabi mempunyai pengetahuan yang luas. Ia mendalami ilmu- ilmu yang ada pada masanya termasuk filsafat. Ia mendefinisikan filsafat sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnya dari segala yang ada (Al-Ilmu bil Maujudaat baina Hia Al-Maujudaat). 168 | | Filsapay Stag \ dan st emang Faray; di Tune ini ig? Yan, Konteo} han mena Menerg TKenat adalah §j lan a Oleh aad " ahora seg sata emanasi. Dalari, a ALHay, la yANUsia, yang Sepuia berjumiah ¢ te #da memancar aquired) a Gnateriy ienu, itu|Ta tes uluh. Alam materi Pancaran «Kal pag. Bt AL; ANNYa men PAhas soa! jiwa Yang iki. “iMekat tersktuil dan pana tiga tingkat, Filsafam, et an akhir initah ye tstafad (adeptus, Masyarakat terdict Agenai pone alata i ae ™menerima masyay . lari sebut: ‘Yarakat tidak seis Negaraan Men a Yatukan_p; Masyarakat Sempurna dai yarakat des, syarakat’ yang tersebar, masyarakat kota a 2 eae, kemudian menuju ke intahan p at, maka dalam diri manusia unsur-unsumya itu lebih dikuasai dar diperintah oleh pusatnya, Pokok filsafat politik kenegaraan Al-Farabi ialah autokrasi dengan seorang raja yang berkuasa mutlak mengatur negara. Di sini nyata teori kenegaraannyd itu paralel dengan filsafat metafisikanya tentang kejadian alam (emanasi yang bersumber pada yang satu). Hubungan dunia dengan Tuhan itu dapat meee en bagi ppeagen 4 oe masyarakat dengan raja. Menurut Al-Farabi, negara yang w - * Madinatil.Fadiilah) ialah kota (negara) yang Bee eee menurut susunan alam besar (makro kosmos) atau menurut s\ Salk alam kecil (mikro kosmos). Di dalam negara yang Bee fy kepala negara. Dimisalkannya dengan hati, yaitu yang terpenting 169 iri ia. hati adalah unsur badan manusia yang dalam diri manusia. Karena hati ae Serb (aipitl "crane i ju paling sempurna, maka kepala negara yang paling sempurna dari semua wvargaegara (kota hubungan yang . jeratur di antara unsur-unsurnya satu sama lain, maka negara (kota) yang buruk atau sesat (Al-Madinatul-Dlallah) adalah seperti sescorang yang sakit (abnormal). : Adapun negara yang tidak baik dibagi dua macam yaitu negara fasik, dan negara bodoh. Negara fasik ialah yang anggota-anggotanya berpengetahuan sama dengan anggota Madinah fadilah tetapi kelakuannya seperti anggota negara bodoh. Negara bodoh ialah yang anggota-anggotanya hanya mencari kesenangan Jasmant saja. Selanjutnya mengenai etika kenegaraan, Al-Farabi rfiéngemukan teori bahwa tiap keadaan_tentu ada-unsur-unsur-pertentangan. Sama seperti dalam alam hewani, yang kuat menindas-yang_lemah. Dalam politik kenegaraan orang harus mengambil teladan tabiat hewani itu. Sebab keadilan baru bisa dilaksanakan bila kita dalam kemenangan. Dalam hal ini Al-Farabi memberikan contoh tentang hubungan perjanjian yang dilakukan oleh manusia. Itu terjadi karena adanya faktor kelemahan pada masing-masing anggota yang bersangkutan. Bila kemudian ada salah seorang dari mereka menjadi lebih kuat, maka dia akan berusaha merubah perjanjian yang dibuat menurut kemampuan yang dimiliki waktu itu. Khusus mengenai etika kenegaraan ia mengemukan suatu ide yang mengemukakan bahwa dalam tiap keadaan ada unsur-unsur pertentangan. Hal itu seperti dalam alam, yang kuat berarti lebih . sempurna dari yang lemah. Dalam politik kenegaraan orang harus mengambil teladan dari naluri hewani itu. Sebab keadilan itu baru bisa dilaksanakan bila kita dalam kemenangan. Dalam hal ini-Al-Farabi_memberi contoh tentang jual-beli atau perjanjian yang dibuat oleh manusia. Hal itu terjadi sebenarnya karena adanya faktor kelemahan secara individual pada masing-masing anggota yang bersangkutan. Akan tetapi, bila salah seorang yang mengadakan perjanjian itu menjadi lebih kuat, maka dia akan mengubah maksud perjanjian yang telah dibuatnya menurut interpretasi kemauannya sendiri. Etika kenegaraan Al-Farabj ini ternyata Sangat sesuaj dengan fakta-fakta yang terjadi dalam perkembangan Sejarah negara-negara { sejak dahulu kala hingga dewasa ini. Suatu keistimewaan yang diraih oleh Al-Farabj ialah tentang usaha yang ia lakukan dalam mengkompromikan perbedaan paham antara Plato dan Aristoteles, Plato mengatakan bahwa alam nyata yang kita lihat ini hanyalah tiruan semata dari alam idea, sedangkan menurut Aristoteles mengatakan sebaliknya, bahwa alam idea hanyalah Maka sudah pastilah, menurut Al-Farabi, tidak ada 2 | a ” Perbe filsafat pada umumnya dengan agama, _ aan antara Dalam bukunya itu Al-Farabi membahas Perbedaan antara fil safe Plato dan Aristoteles ke dalam tiga persoalan: = 4. "- Apakah dalam karangan Aristoteles itu terdapat pertentangan. (contradiction) dalam dirinya sendiri? i b. Apakah pendapat-pendapat yang dikatak, Aristoteles itu sebenarnya pendapat orang |; : Apakah pertentangan, Plato dan Aristoteles itu sungguh-sungguh metupakan pertentangan mutlak yang tidak mungkin disesuaikan 171 aa | an orang Pendapat lain? lagi? : : i - i bahwa tidak mungkin dijawab oleh Al-Farabi pada sane rpeer rant seperti’ Aristoteles terdapat pertentangan dalam dirinya sendiri. / ij i ‘Kinan dijawab oleh Al-Farabi bahwa kemung| r Sue Fee Hi bukanlah pendapat Aristoteles jauh sekali, pendepat-yang diva s sudah cukup termasyhur sebab bagaimana pun filsafat Aristotele: di kalangan orang banyak. Persoalan ketiga dijawab oleh Al-Farabi bahwa pertentangan yang ada di antara Plato dan Aristoteles itu janganlah dianggap sebagai pertentangan yang mutlak dan prinsipil, tetapi haruslah dianggap sebagai pertentangan yang relatif dan hanya dalam soal rincian saja. Al-Farabi mengatakan bahwa semua filsafat itu memikirkan kebenaran. Pada hakikatnya kebenaran filsafat pada prinsipnya adalah tidak berbeda. Demikian juga antara filsafat dan agama, keduanya sama-sama memikirkan kebenaran. Seandainya terdapat pertentangan pemikiran antara Plato dan Aristoteles tentu bukan perbedaan yang prinsipil (mutlak) namun dalam masalah yang relatif. Demikian usaha yang dilakukan Al-Farabi untuk mengkompromi- kan dua pendapat yang menurut anggapan banyak orang saling bertentangan. Banyak karangan yang ditinggalkan oleh Al-Farabi, tetapi _karangan-karangan tersebut tidak banyak dikenal seperti yang berupa buku besar yang mendalam pe karangannya telah hilang, dan yang masil saja, ditulis dalam bahasa Arab, : Pada Abad Pertengahan, Al-Farabi sehingga orang-orang Yahudi banyak yan; mbicaraannya. Kebanyakan fh ada kurang lebih 30 buah oe asi lial al / i fan Al-Farabi terdiri atas ulasan dan _ sehen eS ata Astle, Plato, dan Galenus, dalam 2 iogika,fisika etka, dan metafisika. Meskipan banyak” Ui ala yang diulasnya, ia lebih terkenal sebagai pengulas ice Tbnu Sina pernah mempelajari buku ee ee Aristoteles lebih dari 40 kali, tetapi belum juga mengerti a Ta e e: setelah ia membaca buku karangan Al-Farabi yang berju ul te iss Buku Metafisika, baru ia mengerti apa yang selama ini dirasakannya sukar. 3 eo gabe “Dj antara karangan AL-Farabi ial: Aghradhu Ma Ba’da At-Thabi’ah Al-Jam’u baina Ra-jai Al-Hakimaini (Mempertemukan Pendapat b. Kedua Filosuf, maksudnya Plato dan Aristoteles) c, Tahsil As-Sa’adah (Mencari Kebahagiaan) 4.’ *Ujunul-Masail (Pokok-pokok Persoalan) . Ara-w Ahlil-Madinah Al-Fadhilah (Pikiran-pikiran- Penduduk Kota Utama = Negeri Utama) £, . Ih-Sa’u Al-Ulum (Statistik Imu). Dalam buku terakhir ini Al-Farabi membicarakan macam-macam ilmu dan bagian-bagiannya, yaitu ilmu-ilmu bahasa (ilmu al- lisan), ilmu mantiq, ilmu matematika (at-taalim), ilmu fisika, ilmu ketuhanan, ilmu kekotaan, ilmu figih, dan ilmu kalam. Nampaknya ilmu-ilmu tersebut telah ditemukan oleh orang-orang sebelumnya. Hanya saja Al-Farabi menambah dua cabang ilmu jagi, yaitu ilmu figih dan ilmu kalam sébagai ilmu-ilmu \ kelslamaan yang mendapat perhatian besar pada masanya. C. Ibnu Sina (980 - 1037 M) 1. Biografi (Nama ‘ekap Tbnu Sina ialah Abu Ali Husain Tbnu Abdillah ‘Pbnw Sina. Di Barat lebi al dengan nama Avicenna) Bangsa — en J. 173 » all

You might also like