PANDANGAN ANAK MUDA TENTANG PARTAI POLITIK
Oleh: H. Totok Daryanto, SE
Sejak kejatuhan rezim orde baru masyarakat Indonesia memasuki fase baru di
setiap sendi kehidupannya. Salah satu kemajuan yang diraih adalah berkembangnya
alam demokrasi yang dulu acap kali di ucapkan di bibir saja, dalam prakteknya nol
besar. Bukti bahwa negara kita menjadi sangat demokratis dapat kita rasakan dengan
semakin banyaknya partai politik berdiri. Kalau pada era orde baru berkuasa hanya ada
tiga partai, maka setelah memasuki fase reformasi lebih dari 50 partai politik berdiri di
Indonesia.
Partai politik pada dasarnya menjadi alat pencerah untuk menyadarkan masyarakat
pada peran politiknya. Namun sepertinya partai politik melupakan sesuatu, pencerahan
politik yang dilakukan terkadang tidak menyentuh generasi muda khususnya anak
muda/remaja. Program-program yang ada dalam partai politik cenderung tidak
memperhatikan potensi pemilih suara dari kalangan ini.
Masa remaja merupakan saat-saat di mana mereka ingin mencoba mengikuti proses
pemilu. Pertumbuhan partai politik di Indonesia tidak diimbangi dengan kemampuan
memahami kepentingan anak muda. Program-program partai belum menjangkau
remaja. Apalagi mewakilinya. Mungkin ini merupakan salah satu kelemahan partai
politik yang sering meremehkan hal-hal kecil. Remaja merupakan generasi penerus
keberlangsungan bangsa ini. Pendidikan politik bagi mereka merupakan hal penting.
Merekalah generasi pemilih di masa yang akan datang.
Bila dikaji lebih dalam, remaja bisa memberi keuntungan pada parta politik bila input
pendidikan politik pada mereka diberikan secara intensif. Kaum pemuda akan memilki
kesadaran berpolitik tinggi dan semakain kritis pada proses politik yang tengah terjadi
Partai juga diuntungkan karena dapat melakukan kaderisasi politik secara dini, Hanya
sajapartai politik sepertinya belum = memahami arti penting ini.Orientasi partai politik masih pada isu-isu besar. Cara mendongkrak suara pun
masih menggunakan cara-cara yang sudah umum, misal menggunakan artis dengan
cara merekrutnya. Dengan kondisi seperti itu secara tidak langsung telah membentuk
sikap tertentu di kalangan remaja. Peran remaja pun menjadi kurang. Dan pada
akhirnya mereka akan lebih memilih hura-hura ketimbang memikirkan politik yang rumit
dan belum tentu menberikan keuntungan buat mereka.
Sekolah pun memilki andil dalam memperkenalkan remaja pada dunia politik. Saat ini
ruang pengenalan politik masih sangat terbatas di kalangan remaja. Sebab tidak ada
kurikulum sekolah maupun di masyarakat yang disusun secara sistematis untuk
mengenalkan politik. Tahun 1965 gerakan Partai Komunis Indonesia meletus. Ini juga
menjadi salah satu penyebab masyarakat Indonesia alergi berbicara mengenai
perkembangan politik. Dan imbasnya pada generasi muda yang ada setelah era itu
berakhir,
Remaja lebih sering mendapat informasi tentang politik dari media. Baik itu cetak,
elektronik, dan sekarang melalui media online. Tentunya informasi yang mereka
dapatkan dari media bukanlah pengetahuan mendalam, namun hanya sepotong-
sepotong. Ketidakpedulian partai olitik akan mempersulit menyadarkan remaja pada
peranan politiknya. Kalau hanya kemenagan dalam pemilu yang dikejar oleh partai
politik, remaja selamanya tidak akan pemah tertarik mempelajari politik. Faktor lainnya
yang membentuk kesadaran remaja tergantung pada orang tua. Bila tidak ada yang
mengarahkan mereka tidak akan pernah memiliki kepedulian
Indonesia ini menganut sistem demokrasi dalam tata cara pemerintahannya.
Konsekuensi logis pertama dari demokrasi kita adalah diadakannya pemilihan raya
untuk memilih pemimpin eksekutif dan legislatit (perwakilan rakyat) pada berbagai
tingkatan daerah. Pemilihan ini menggunakan system oneman-one-vote, artinya tidak
peduli tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial, satu orang memiliki satu hak suara.
ltulah menariknya demokrasi.Masyarakat memiliki hak untuk mengekspresikan kepuasan dan ketidakpuasan
setidaknya 5 tahun tiga kali, saat pemilu nasional, dan pilkada provinsi
dankabupaten/kota. Bila ia puas maka ia akan memilih incumbent, bila kecewa maka
iaakan memilih pasangan alternatif.
Kesempatan ekspresi ini perlu kita perjuangan dengan menggunakannya dengan
baik.Sebelum era reformasi, kebebasan ini tidak dimiliki sepenuhnya. Bila kita tidak
menggunakannya maka, bisa jadi suara kita di klaim atau dibajak oleh pihaktertentu
Konsekuensi selanjutnya dari demokrasi adalah hak menyampaikan aspirasi
Mekanisme yang digunakan oleh Indonesia dalam hal ini adalah perwakilan
melaluisistem partai politik. Rasanya memang menjadi agak aneh bila, kita menjadi
antiterhadap partai politik, karena justru merekalah corong opini kita ke pemerintah.
Konsekuensi terakhir dari demokrasi adalah hak setiap warga untuk aktif dalam
berpolitik. Setiap warga negara berhak memilih dan dipilih, begitulah bunyi Undang-
undang negeri ini. Artinya kita punya kesempatan tidak hanya sebagai follower tetapi
juga sebagai leader. Dalam berpolitik dan bernegara, tentu ada mereka yang
aktifpergerak, dan lebih banyak yang menunggu dan mengikut. Indonesia negara
hukum, dan salah satu tugas penting dari para politisi adalah mengeluarkan produk
hukum untuk kesejahteraan rakyat.
Tentu tidak semua anak muda harus aktif berpolitik, tetapi saya sangat yakin percaya
bahwa demokrasi yang berkualitas akan terwujud bila anak muda Indonesia
menggunakan hak politik mereka, yakni memilih dan menyampaikan aspirasinya