You are on page 1of 6

Journal of ‘Ulūm al-Qur’ān and Tafsīr Studies

https://doi.org/10.32506/xxxx.vxix.xxx
Vol. xx No. x, 20xx, xx-xx

Studi Kritis terhadap Kontra Hermeneutika dalam Studi


Keislaman
Azkia Falsa Annaba*, Nurjihan Salsabila, Muhammad Fikri Ibrahim, Hanny Hanifah

Abstract
[Critical Study of Counter Hermeneutics in Islamic Studies]
One of the efforts that can be made to understand a text is to use the hermeneutic method, a hermeneutic method that
leads to the interpretation of the Qur'an which looks at the aspects of contextual direction, history, the author, as well as
the psychological social conditions of the author when writing. Apart from the historical principle of hermeneutics itself,
there are similarities between the well-known interpretation methods in classical Islamic times and several hermeneutical
models. However, when the hermeneutic method was applied to the text of the Qur'an, there were differences of opinion
regarding hermeneutics, starting from the pro-hermeneutic group and the counter-hermeneutic group. According to the
pro-hermeneutic group, they argue that the hermeneutics of the Qur'an is needed to suit the times and progress of the
times, while the counter-hermeneutic group argues that the value of the sacredness of the Qur'an will be lost when viewed
using the hermeneutic method.
Keywords
Hermeneutics – Islamic Studies – Contra

Abstrak
[Studi Kritis terhadap Kontra Hermeneutika dalam Studi Keislaman]
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk dapat memahami sebuah teks adalah dengan menggunakan metode
hermeneutika, metode hermeneutika yang mengarah kepada penafsiran Al-Qur’an yang melihat dari segi aspek arah
kontekstual, histori, penulis, serta kondisi sosial psikologis sang penulis ketika menulis. Terlepas dari asas histori
hermeneutika itu sendiri, terdapat kesamaan antara metode tafsir yang terkenal pada zaman islam klasik dengan beberapa
model hermeneutika. Namun ketika metode hermeneutika diterapkan kepada teks Al-Qur’an muncullah perbedaan
pendapat mengenai hermeneutika, mulai dari golongan yang pro-hermeneutika dan ada pula golongan yang kontra-
hermeneutika. Menurut golongan yang pro-hermeneutika mereka berpendapat bahwa hermeneutika Al-Qur’an ini
diperlukan agar sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan zaman, sedangkan golongan yang kontra-
hermeneutika beralasan bahwa nilai kesakralitasan Al-Qur’an akan hilang apabila dipandang menggunakan metode
hermeneutika.
Kata-kata Kunci
Hermeneutika – Studi Keislaman – Kontra

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam PERSIS Bandung, Indonesia


*Penulis Korespondensi: azkiafalsa01@gmail.com

Daftar Isi 4.2 Pembahasan 4


Daftar Isi 1 4.2.1 Hermeneutika Dengan berbagai Metode
yang dikemukakannya 4
1. Pendahuluan 2
4.2.1.1 Hasan Hanafi 4
2. Kajian Pustaka 2
4.2.1.2 Muhammad Arkoun 4
2.1 Kajian Teori 2
4.2.1.3 Fazlur Rohman 5
2.2 Penelitian Terdahulu 3
4.2.1.4 Farid Essack 5
3. Metode 3
4.2.1.5 Fakhruddin Faiz 5
4. Hasil dan Pembahasan 3
4.2.2 Menyikapi Pro-Kontra Hermeneutika
4.1 Hasil 3
dalam Studi Keislaman 5
4.1.1 Kontra Hermeneutika dalam Studi
5. Kesimpulan 6
Keislaman 3
6. Pustaka 6
4.1.1.1 Adian Husaini 3
4.1.1.2 Ugi Suharto 4
4.1.1.3 Nasarudin Baiserta 4

1
Journal of ‘Ulūm al-Qur’ān and Tafsīr Studies
https://doi.org/10.32506/xxxx.vxix.xxx
Vol. xx No. x, 20xx, xx-xx

1. Pendahuluan teks wahyu seperti AIquran, yang merupakan kitab


yang tanzil.
Paus seperti dikutip Pipes, dari Pastor Profesor Amin Abdullah mengilustrasikan
Joseph D. Fessio, menerangkan, jika dalam tinjauan fungsi hermeneutika sebagai berikut. "Dengan
kuno Islam, Tuhan sudah menurunkan tutur-tutur- sangat intensif hermeneutika berupaya
Nya pada Muhammad, yang yakni kata-kata kekal. membongkar kebenaran bahwa siapapun
Alquran sama sekali bukan kata-kata Muhammad. orangnya, kelompok apapun namanya, seumpama
bagi Paus, watak Alquran yang semacam itu ada masih pada lapisan manusia pastilah 'terbatas"
disparitas pokok dengan skema dalam Yahudi 'parsial-kontekstual' pemahamannya, dan 'dapat
serta Kristen. Pada kedua agama ini, kata Paus, saja keliru’. Perihal ini pasti bertentangan dengan
Tuhan berkerja melalui makhluk-Nya. sehingga, keinginan egois nyaris seluruh manusia untuk
kata-kata dalam Injil, bukan cukup kata-kata "selalu benar'. Apabila konsep hermeneutika
Tuhan, namun pula kata-kata Isaiah, kata-kata seperti dirumuskan Amin Abdullah ini diterima,
Markus. skema itu pasti bertentangan dengan al maka jelas akan membongkar dasar-dasar Islam.
quran yang sampai sekarang dipercayai selaku Dalam bagian tafsir, misalnya. Sehingga akan
“lafzan wa ma’nan minnaAllaah” (lafazh serta mereka tuturkan jika seluruh produk tafsir
artinya dari Allaah). kendatipun sama-sama merupakan produk akal manusia, dan karena itu
melalui Rasulullah saw., namun telah dibedakan sifatnya tentu "terbatas" "parsial-kontekstual,"
antara Alquran serta Hadits Nabi. serta "dapat saja keliru" Dengan demikian,
Daniel Pipes dalam artikelnya menurut hermeneutika ini, maka tidak ada tafsir
menerangkan kritik pada pernyataan Paus yang qath'i, tidak ada yang pasti kebenarannya,
mengenai Alquran bahwa “Alquran itu tidak seluruhnya relatif, seluruhnya zhanni.
sanggup diganti serta tidak dapat dipraktikan. Sifat Argumentasi seperti itu sangatlah tidak
yang tetap, tidak berubah dari alquran itu memiliki berdasar. Islam merupakan agama yang satu, serta
pengaruh besar, yakni islam merupakan agama sepanjang sejarah ulama Islam bersatu dalam
yang tatap (statis) yang terpaku pada teks yang banyak hal. Akal manusia jelas dapat menjangkau
tidak dapat dipraktikkan”, kata Pipes Alquran hal yang mutlak , yang tentu saja dalam batas-
senantiasa dapat diinterpretasikan, serta batas manusia. Artinya akal manusia dapat
penafsiran itu senantiasa berubah, seperti Injil meyakini kebenaran yang satu. Tidak benar, akal
Alquran pula memiliki sejarah. Jadi, simpul Pipes manusia senantiasa bertentangan dalam segala hal.
Islam bukan statis, fixed, alias beku (stuck). Bahkan dalam menafsirkan Alquran pun, para
Kedatangan hermeneutika tidak terbebas mufasir tidak pemah bertentangan mengenai
dari permasalahan pokok ialah terikat dengan kewajiban shalat lima waktu, tidak bertentangan
keotentikan teks Injil serta makna asal yang mengenai kewajiban shaum Ramadhan, kewajiban
terdapat di dalamnya. Secara harfiah, zakat, dll.
hermeneutika ialah 'tafsir'. Secara etimologis, Dari permasalahan-permasalahan tersebut
sebutan hermeneutika dari bahasa Yunani timbul beberapa pemahaman yang mengarahkan
hermeneuin yang berarti menafsirkan. Sebutan ini kepada kontra atau tidak setuju nya hermeneutika
merujuk pada seorang figur mitologis dalam dijadikan sebagai metodologi penafsiran
mitologi Yunani ,yang diketahui dengan julukan khususnya dalam penafsiran Alquran
Hermes (Mercurius). Di kelompok pendukung
hermeneutika ada yang menautkan sosok Hermes 2. Kajian Pustaka
dengan Nabi Idris. Secara terminologis,
hermeneutika diartikan dengan dengan teori atau 2.1 Kajian Teori
metode penafsiran teks, khususnya penafsiran teks 2.1.1 Hermeneutika Objektif
Injil, kata-kata bijak serta teks filsafat.
Untuk kaum Kristen, realitas teks Injil Hermeneutika objektif ialah varian dalam
benar memerlukan hermeneutika untuk hermeneutika dimana dalam prosesnya si
penafsiran Injil mereka. Para hermeneutis sanggup pengamat berupaya untuk menafsirkan bacaan
mengulas dengan kritis makna teks Injil -yang sebenar mungkin dengan metode berupaya buat
memang benar teks kemanusiaan- meliputi situasi masuk kedalam jalur benak si penulis bacaan
penulis Injil, kondisi historis, serta arti harfiah tersebut, umumnya pengguna hermeneutika
sesuatu teks Injil. Perbedaan realitas teks antara menelaah gimana keadaan penulis pada dikala
teks AIquran serta teks Injil pula membawa efek menulis buku tersebut dan gimana riwayat serta
terdapatnya disparitas dalam metodologi latar balik kehidupannya.(Soleh,2011)
penafsirannya. Tapi, metode historis kritis serta 2.1.2 Hermeneutika Subjektif
analisa penulis teks tidak dapat diterapkan untuk

2
Journal of ‘Ulūm al-Qur’ān and Tafsīr Studies
https://doi.org/10.32506/xxxx.vxix.xxx
Vol. xx No. x, 20xx, xx-xx

Hermeneutika subjektif, ialah suatu wujud dalam umumnya berpendapat metode ini bertentangan
hermeneutika dimana dalam penggunaannya, dengan prinsip dan metode tafsir yang selama ini
hermeneutika hanya memahami bacaan dalam sudah digunakan oleh ulama. Diantara tokoh-
konteks saat ini semacam yang dimengerti oleh tokohnya sebagaimana berikut:
pembaca dikala ini(soleh, 2011) 4.1.1.1 Adian Husaini
Adian mengemukakan ada tiga permasalahan
2.1.3 Hermeneutika Pembebasan
besar jika hermeneutika dipraktikkan dalam tafsir
Hermeneutika pembebasan, ialah varian Alquran:
hermeneutika yang berupaya menguasai serta pertama, Hermeneutika menghendaki perilaku
memaknai bacaan narasi selaku suatu dasar aksi yang kritis bahkan cenderung menaruh curiga.
serta pergantian sosial yang dicoba oleh sebuah teks untuk seorang hermeneut tidak dapat
pembaca(Soleh, 2011) lepas dari kepentingan-kepentingan spesifik, baik
dari si pembuat teks ataupun budaya masyarakat
2.2 Penelitian Terdahulu ketika teks itu dilahirkan;
Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan dalam kedua, hermeneutika cenderung memahami teks
artikel ini adalah: selaku produk budaya (manusia), serta abai pada
1. Reflita, KONTROVERSI HERMENEUTIKA hal-hal yang sifatnya transenden (ilahiyyah);
SEBAGAI MANHAJ TAFSIR (Menimbang ketiga, aliran hermeneutika amat plural, karnanya
Penggunaan Hermeneutika dalam Penafsiran kebenaran tafsir ini menjadi sangat relatif, yang
Alquran), Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran pada gilirannya menjadi repot untuk diaplikasikan.
Balitbang Kemenag RI (Reflita) Tidak hanya itu, Adian juga menerangkan jika
disparitas worldview (pandangan) antara Islam-
2. Reza Bakhtiar Ramadhan, Pro-Kontra Barat juga melatarbelakangi kompleksitas
Penggunaan Metodologi Hermeneutik dalam hermeneutika seumpama dipraktikkan dalam riset
Penafsiran, Jurnal Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Islam;
Yogyakarta, 2020.(Ramadhan, 2020) (1) keyakinan bahwa alam jagad raya adalah
3. Dwi Setia Kurniawan Pendekatan Hermeneutik satuan wujud yang satu, dan tidak ada suatu alam
Dalam Studi Hadits (Teori A Double Movement yang lain di luar alam jagad raya ini;
Fazlur Rahman), Universitas Islam Negri Sunan (2) nilai tidak dipandang memiliki objektivitas
Kalijaga, 2022. (Kurniawan, 2022) dalam dirinya sendiri, sehingga nilai hanyalah
bagian dari persepsi manusia;
Dari penelitian tersebut terdapat kesamaaan (3) dalam masalah politik, kebijakan atau
isu yang diangkat yaitu mengenai Pro-Kontra ketetapannya ditujukan pada kepentingan
penerapan Hermeneutika dalam studi keislaman. pragmatis belaka;
Adapun perbedaannya adalah fokus pembahasan (4) untuk menentukan nilai ataupun tujuan akhir,
yang akan dibahas dalam artikel ini. Artikel ini hanya ditentukan oleh prinsip rasionalitas semata.
berfokus pada Lain halnya dengan Islam, ia cukup tunduk pada
prinsip agama, sebagai sebuah hasil dari
3. Metode “memahami” petunjuk yang diturunkan pada
Muhammad saw., dan mengekspresikannya dalam
Metode penelitian ini menggunakan metode kehidupan sehari-hari dengan tujuan terciptanya
kualitatif deskriptif dengan hasil penelitian ummatan wasathan litakunu syuhada’.
bersifat not angka dan menggunakan jenis Dari pandangan Adian Husaini di atas, terlihat bila
pendekatan kajian Pustaka (library research) hermeneutika digunakan untuk menafsirkan
dengan sumber-sumber literatur seperti buku, Alquran akan menyirnakan kesakralannya sebagai
artikel jurnal, koran, dan lain sebagainya. wahyu ilahi, karna hermeneutika diawali dengan
perilaku skeptis (ragu-ragu), serta dilanjutkan
4. Hasil dan Pembahasan dengan perilaku kritis pada teks. Sementara
Alquran diyakini secara mutlak berasal dari Allah,
4.1 Hasil dan bukan perkataan manusia. Penggunaan
4.1.1 Kontra Hermeneutika dalam Studi hermeneutika hanya akan menurunkan derajat
Keislaman kesahihan Alquran. Penggunaan hermeneutika
Sebagai metode yang bermula dari Barat serta sebagai metode penafsiran juga akan
digunakan pada mulanya untuk mengkritisi Injil, menghasilkan subjektivitas penafsiran pada
sebagian kalangan muslim menolak hermeneutika Alquran, karna tidak terlepas dari kepentingan-
seumpama digunakan untuk menafsirkan Alquran. kepentingan tertentu
Tokoh yang menolak hermeneutika pada

3
Journal of ‘Ulūm al-Qur’ān and Tafsīr Studies
https://doi.org/10.32506/xxxx.vxix.xxx
Vol. xx No. x, 20xx, xx-xx

4.1.1.2 Ugi Suharto keenam, penggunaan hermeneutika dalam


Menurutnya, hermeneutika berada diantara memahami Alquran dapat mengganggu tatanan
tataran epistemologis yang berakhir pada keilmuwan dalam Islam, dan mengganggu merusak
pemahaman sophis yang bertentangan dengan akidah umat Islam.
pandangan hidup Islam. Tidak hanya itu, metode 4.2 Pembahasan
ini memiliki banyak aliran. Perihal ini tentu akan Dari aspek kontra yang telah didapati dari hasil
mendatangkan problem tertentu seumpama diatas, Penulis mencoba menelaah kembali dari
dipraktikkan untuk memahami Alquran, karena segi pro alias setuju dengan keberadaan metode
dipertanyakan keobjektivannya. Sekalipun sudah hermeneutika terutama dalam penafsiran Alquran,
menjadi aliran filsafat, hermeneutika pula sebagaimana berikut:
dianggap tidak netral, karena mempunyai 4.2.1 Hermeneutika Dengan berbagai Metode
wordview yang lekat dengan teologi Kristen yang dikemukakannya
Protestan. Hermeneutika sangat terpengaruh oleh Menggeliatnya diskusi seputar hermeneutika
mitologi Yunani, teks kitab Injil yang problematis, serta penggunaannya di kalangan umat Islam,
serta kontekstualisasi ajaran Injil pada zaman tidak terbebas dari peran para pendukung metode
pencerahan di Eropa. ini dalam menyebarluaskannya. Lahirnya karya-
Hermeneutika bukan sekedar tafsir, namun karya dari penulis Arab kontemporer serta
merupakan metode tafsir atau filsafat penafsiran cendekiawan-cendekiawan Muslim seperti Hasan
yang bertentangan dengan tafsir dan takwil dalam Hanafi, Muhammad Arkoun, Fazlur Rohman, Farid
tradisi Islam. Essack, Fakhruddin Faiz, Nasr Hamid Abu Zaid,
4.1.1.3 Nasarudin Baiserta serta Muhammad Syahrur seputar hermeneutika
Dalam hal ini Nasarudin Baiserta. menjelaskan berlaku besar dalam menengahkan penggunaan
Hermeneutika tidak mencermati memperhatikan metode ini dalam memahami Alquran.
prosedural penafsiran, bertentangan dengan ‘Ulum 4.2.1.1 Hasan Hanafi
Alquran yang mementingkan otentitas serta Hasan Hanafi diujarkan selaku orang pertama
langkah periwayatan. Salah satu contohnya adalah yang mempopulerkan sebutan hermeneutika di
terdapatnya hirarki penafsiran; ayat dengan ayat, golongan para pemikir Islam. Bagi Hasan Hanafi,
ayat dengan sunnah, kemudian penafsiran sahabat, hermeneutika bukan hanya semata-mata teori
kemudian selanjutnya penafsiran tabi’in. Di penafsiran serta pemahaman, akan tetapi ia
samping itu, metode ini juga sangat simple dan merupakan ilmu yang menerangkan penerimaan
umum, tidak menggambarkan dengan rinci yang petunjuk semenjak perkataan sampai pada tingkat
dapat membimbing mufassir untuk mendapatkan kenyataan, dan mengilustrasikan pemikiran Tuhan
penafsiran yang benar serta representatif. pada manusia. Agar dapat memahami teks sangat
Dari beberapa pandangan di atas, dapat dibutuhkan kritik kesejarahan, untuk menjamin
disimpulkan jika penolakan pada hermeneutika otentisitas sebuah teks atau kitab suci . Hasan
didasarkan pada sebab-sebab berikut: Hanafi menilai, belum pasti seluruh teks bebas dari
pertama, hermeneutika bukan sekedar tafsir, ketidakaslian serta tidak mengalami distorsi
namun merupakan metode tafsir atau filsafat kepentingan ideologis ataupun politis. Mendapati
penafsiran yang bertentangan dengan tafsir dan otentisitas teks akan meringankan proses
takwil dalam tradisi Islam. penafsiran serta menciptakan pemahaman yang
kedua, sekalipun sudah menjadi aliran filsafat, tepat.
hermeneutika dianggap tidak netral, karena punya 4.2.1.2 Muhammad Arkoun
pandangan yang lekat dengan teologi Kristen Menurutnya, riset Alquran dengan metodologi
Protestan. yang dibentuk oleh para ulama salaf telah
ketiga, hermeneutika bermula dari barat atau tertinggal jauh dengan metodologi kritik Injil. Akan
non muslim yang dibutuhkan untuk memahami tetapi, Arkoun juga tidak dapat me nyalahkan
Injil dalam rangka mencari kebenarannya serta seluruhnya ulama terdahulu jika tidak
mengkritisinya, karna isi Injil disangka menggunakan metodologi pembacaan Injil pada
problematis. Berbeda dengan Alquran yang Alquran, karena tanpa harus menggunakan metode
diyakini kesakralannya. Hermeneutika, mereka juga sudah menciptakan
keempat, hermeneutika akan menciptakan metodologinya sendiri seperti yang tertuang di
pemahaman yang subjektif serta relatif, tergantung dalam ‘Ulum Alquran. Bagi Arkoun, untuk
pada penafsirnya. memahami Islam serta Alquran dibutuhkan
kelima, hermeneutika tidak mementingkan adanya pendekatan historisitas dalam tradisi
prosedural penafsiran, bertentangan dengan ‘Ulum Islamic Studies di Barat. Sebab, pendekatan ini
Alquran yang mementingkan otentitas serta menurutnya tidak hanya relevan untuk tradisi atau
prosedur periwayatan.

4
Journal of ‘Ulūm al-Qur’ān and Tafsīr Studies
https://doi.org/10.32506/xxxx.vxix.xxx
Vol. xx No. x, 20xx, xx-xx

warisan budaya Barat sendiri, namun untuk diperoleh ke dalam ruang serta waktu ketika
sejarah umat manusia seluruhnya juga. pemahaman atau penafsiran itu dilakukan. Dari
4.2.1.3 Fazlur Rohman analisa bahasa serta makna inilah minimal akan
Sama Arkoun, Fazlur Rohman juga berpendapat dijumpai konteks ayat serta kontekstualisasinya
sangat penting menerapkan hermeneutika dalam pada masa sekarang. Sehingga pesan dan maksud
riset Kitab Suci Allah Alquran, khususnya dalam Alquran dapat terkuak dan dijadikan pedoman dan
penafsiran untuk menangkap makna serta pesan petunjuk hidup muslimin.
moral Alquran dengan cara utuh, sehingga tercipta Kepopuleran hermeneutika selaku metode atau
satu kesatuan yang kompleks serta silih terikat pendekatan riset Islam, khususnya Alquran dan
satu sama lain. Fazlur Rahman berpendapat Hadits, menjadikannya ikut membidani lahirnya
metodologi yang tumbuh dalam wilayah Islam liberalisasi pemikiran Islam terutama di kalangan
sepanjang ini terasa kering serta belum sempurna. generasi muda yang bersemangat menyuarakan
Dalam rangka memahami Alquran, ia menawarkan perubahan serta anti pada kemapanan (status
metodologi hermeneutika double movement (aksi quo). Mereka giat mempublikasikan serta
rangkap interpretasi) untuk melahirkan mengedarkan hermeneutika sebagai metode dan
rasionalitas penafsiran, yaitu dari problema situasi pendekatan riset Islam yang menurutnya lebih
saat ini menuju masa Alquran diturunkan, serta canggih serta modern dibanding metode tafsir
dari masa kembali mengarah ke problema saat ini. serta tawil yang sudah dikenalkan oleh para ulama
Dalam metode tersebut yang ditekankan salafus ash-shalih.Akibatnya, akhir-akhir ini
merupakan basic ideas Alquran atau ideal moral tampak kecenderungan di sebagian kalangan
Alquran nya ketimbang legal spesifiknya. Istilah intelektual muslim untuk menggantikan
yang lain dalam pemaknaan jika Rahman lebih metodologi penafsiran Alquran warisan ulama
mengedepankan kandungan makna dengan pendekatan hermeneutika karna dianggap
universalitasnya ketimbang makna lebih maju (sophisticated). Bagi mereka
literalpartikularnya hermeneutika dapat menjadi terobosan baru
4.2.1.4 Farid Essack dalam memahami ayat-ayat Allah dan hadits,
Menurut tokoh muslim dari Afrika Selatan ini kemudian dapat menghasilkan umat Islam dari
hermeneutika bukanlah metode baru dalam keterpurukan serta ketertinggalan.
memahami Alquran. Sekalipun sebutan ini tidak Penggunaan hermeneutika tidaklah diarahkan
dijumpai dalam wacana keilmuan klasik, akan untuk merubah isi kandungan di dalamnya atau
tetapi sesungguhnya telah dipraktikkan dalam mendesakralisasi Alquran, namun justru akan
khazanah tafsir Alquran. Bukti penerapan itu dapat membawa penyegaran dalam penafsiran, sehingga
diamati pada; Alquran menjadi lebih kontekstual serta bermakna
kesatu, problematika hermeneutik senantiasa di setiap zaman.
dikaji serta dirasakan meski tidak dihadapi secara 4.2.2 Menyikapi Pro-Kontra Hermeneutika
tematis, seperti analisis mengenai asbabun-nuzul dalam Studi Keislaman
serta nasikh mansukh. Kedua, disparitas antara Menengahi persoalan antara pendukung
tafsiran aktual dengan ketentuan, metode, atau dan penolak hermeneutika, harus adanya
teori interpretasi yang mengaturnya, telah ada kompromi antara dua pandangan tersebut.
dalam literature awal tafsir. Ini disistematisasikan Menolak hermeneutika hanya karena bermula dari
dalam prinsip-prinsip tafsir. Ketiga, tafsir kuno barat atau non muslim, bukan merupakan aksi
sudah dikategorisasi. Sebagian kategori seperti yang bijak. Sebab, bisa jadi ada teori atau metode-
syi’ah, mu’tazilah, ‘Asy’ariyah, dan sebagainya metode yang diterapkan dalam hermeneutika
menampakkan asosiasi ideologi, periode, serta dapat diterapkan dalam memahami Alquran.
aspek historis si penafsir. Dengan demikian, Sebaliknya, menerima konsep ini secara
hermeneutika diterima karena memang sudah keseluruhan, tanpa adanya kritik dan menganggap
dipraktikkan di dunia Islam, sekalipun tidak bahwa metode tafsir dan takwil yang selama ini
definitive digunakan oleh para mufassir dan ilmuwan
Farid Essack justru berpandangan dengan muslim telah ketinggalan zaman dan harus diganti
memakai hermeneutika untuk memahami Alquran juga merupakan tindakan yang gegabah.
dapat menolong kaum muslimin dari Mengkompromikan dua pandangan ini, kita harus
ketertindasan mereka selama ini. bisa menjadikan kehadiran hermeneutika
4.2.1.5 Fakhruddin Faiz bukanlah untuk menggantikan ‘Ulum alquran,
Baginya, hermeneutika pada dasarnya namun bisa dijadikan sebagai pelengkap atau
merupakan metode penafsiran yang bergerak dari mitra. Umat Islam meyakini bahwa Alquran
analisa bahasa, selanjutnya melangkah pada bersifat sakral, namun metodologi yang digunakan
analisa konteks, kemudian, menarik makna yang untuk memahaminya, seperti tafsir dan takwil dan

5
Journal of ‘Ulūm al-Qur’ān and Tafsīr Studies
https://doi.org/10.32506/xxxx.vxix.xxx
Vol. xx No. x, 20xx, xx-xx

metode apapun tidaklah bersifat sakral. Oleh bercorak masa lalu dengan bumi empiris saat ini.
karena itu, mengunakan metode apa saja Hal ini bermaksud untuk mendekatkan keduanya
dibolehkan, asalkan tidak mengurangi kesakralan agar dapat menanggapi segala permasalahan yang
Alquran dan bertujuan untuk menjadikan Alquran berlangsung di tengah masyarakat. pastinya,
sebagai kitab petunjuk yang bisa dipahami oleh dengan tetap memperhatikan kaedah-kaedah
semua kalangan serta sesuai di setiap zaman dan penafsiran yang sudah dirumuskan Ulama.
tempat.
Teks Alquran telah final, namun pemahaman akan 6. Pustaka
teks akan terus berlangsung sepanjang zaman.
Dalam Kitab tersebut memerintahkan manusia Husaini, Adian. Albaghdadi, Abdurrahman (2007)
berpikir dan memperhatikannya agar bisa Hermeneutika & Tafsir AI-Qur'an, Gema
menangkap makna dan pesannya. Dalam Insani, Jakarta
mengungkap makna tersebut, tentu banyak ragam
metode yang bisa digunakan. Umat Islam Reflita (2016) Kontroversi Hermeneutika Sebagai
seyogianya dapat menerima disparitas metode Manhaj Tafsir (Menimbang Penggunaan
penafsiran dan pemahaman yang ada selama Hermeneutika dalam Penafsiran al-
masih dalam rangka mengungkap makna yang Qur’an), Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
terkandung dalam ayat Alquran, bukan untuk Qur’an Balitbang Kemenag RI, Jurnal
meragukan atau mengkritisi kesakralannya. Dalam Ushuluddin, Vol. 24 No.2
hal ini tiap orang boleh saja menafsirkannya, akan
tetapi tetap harus mencermati syarat-syarat serta Ramadhan, Reza Bakhtiar (2020) Pro-Kontra
rambu-rambu yang sudah dirumuskan oleh ulama Penggunaan Metodologi Hermeneutik
yang berkompeten di bidangnya. dalam Penafsiran Al-Qur’an, Aqwal Journal
of Quran and hadits Studies, vol.1 No.1
5. Kesimpulan
Kurniawan, Dwi Setia (2022) Pendekatan
Polemik yang berlangsung dalam menyingkapi Hermeneutik Dalam Studi Hadits (Teori A
hermeneutika untuk memahami Alquran berkisar Double Movement Fazlur Rahman),
pada historisitas hermeneutika, ketidaksamaan Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga,
hermeneutika dengan penjelasan, disparitas Sifat ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin,
Alquran dan Injil, subjektivitas serta relativitas hlm.705, Vol.1, No.4
hasil pengertian, reproduksi makna serta
kontekstualitasnya, tidak perinci, serta tidak Sidik, Humar. Ika Putri Sulistyana (2021),
prosedural. Kalangan yang menyangkal serta Hermeneutika Sebuah Metode Interpretasi
menerima hermeneutika sesungguhnya punya Dalam Kajian Filsafat Sejarah, Jurnal
tujuan yang sama, adalah menggambarkan arti Agastya, vol.11, no 1
serta pesan Alquran selaku buku petunjuk
Muslimin yang cocok pada tiap era serta tempat
(shâlih likulli zamân wa makân).
Kalangan yang menerima mencari jalan untuk
membumikan pemikiran Alquran sesuai dengan
konteksnya. sementara itu yang menyangkal
merasa bertanggung jawab untuk melaksanakan
Alquran dalam kehidupan kaum muslimin
sepanjang era, sebagai halnya yang sudah
dimengerti oleh ulama dengan cara literal dan
menjaga teknik yang authentic dan sangat mapan
yang sudah dirumuskan salafus shâlih adalah
teknik penjelasan dan takwil yang tidak dapat
disepadankan dengan hermeneutika.
Dalam menerima sesuatu metode yang termasuk
baru, pemeluk Islam harus bisa bersikap bijak,
tidak menyangkal dengan cara membabi buta dan
pula tidak menerima dengan cara keseluruhan.
tindakan hati-hati amat dibutuhkan.
Menerima hermeneutika selaku metode penafsiran
dengan maksud menghayati dunia teks yang

You might also like