You are on page 1of 15
Pa Piestel-i(-)iiite lam at (ele)]| Mohammad Subhan, S.Sos BUKUI icone] sane errr) VAP Un Pengantar: K.H. Abdul Muchith Muzadi yy BAB I NAHDLATUL ULAMA 1. Sejarah Kelahiran Nahdlatul Ulama, disingkat NU, @etiniyalkebangkitanuulama Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal @L di Surabaya. Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan petkembangam dan dunia Islam kala itu. Pada tahun 1924, Sejarah - Istilah - Amaliah - Uswah 1 Tersebarlah berita penguasa baru itu akan melarang semua bentuk yang sudah berjalan berpuluh- puluh tahun di Tanah Arab, dan akan menggantinya dengan model Wahabi. -ziarah kubur, maulid Nabi, dan lain sebagainya, akan segera dilarang. Tidak hanya itu. Raja Ibnu Saud juga ingin melebarkan pengaruh kekuasaannya ke seluruh dunia Islam. Dengan dalih demi kejayaan Islam, i di Turki pasca runtuhnya Daulah Usmaniyah. Untuk itu dia berencana menggelar MiiktaniamkihilafahedinoraySucisivialkcaly sebagai penerus Khilafah yang terputus itu. Seluruh negara Islam di dunia akan diundang untuk menghadiri muktamar tersebut, termasuk Indonesia. Awalnya, utusan yang direkomendasikan adalah HOS Cokroaminoto (SI), K.H. Mas Mansur (Muhammadiyah) dan K.H. Abdul Wahab Hasbullah (pesantren). Namun, rupanya ada permainan licik di antara kelompok yang mengusung para calon utusan Indonesia. Dengan alasan Kiai Wahab tidak mewakili organisasi resmi, maka namanya dicoret dari daftar calon utusan. Peristiwa itu menyadarkan para ulama pengasuh pesantren akan pentingnya sebuah organisasi. Sekaligus menyisakan sakit hati yang mendalam, karena tidak ada lagi yang bisa dititipi sikap keberatan akan rencana Raja Ibnu Saud yang akan mengubah model beragama di Makkah. Para ulama pesantren sangat tidak bisa menerima kebijakan raja yang anti kebebasan bermadzhab, anti maulid Nabi, anti ziarah makam, dan lain sebagainya. Bahkan santer terdengar berita makam Nabi Muhammad Saw. pun berencana digusur! Bagi para kiai pesantren, K.H. Hasyim Asy’ari juga tidak mempersoalkan dan bisa menerima gagasan para kaum modernis untuk menghimbau umat Islam kembali pada ajaran Islam ‘murni’. Namun Kiai Hasyim tidak bisa menerima pemikiran mereka yang meminta umat Islam melepaskan diri dari sistem bermadzhab. Di samping itu, karena ide pembaruan dilakukan dengan cara melecehkan, merendahkan dan membodoh-bodohkan, maka para ulama pesantren menolaknya. Bagi mereka, pembaruan tetap 2. Antologi NU : dibutuhkan, namun tidak dengan meninggalkan khazanah keilmuan yang sudah ada dan masih relevan. Karena latar balakang yang mendesak itulah akhirnya Jam’iyah Nahdlatul Ulama didirikan. pengasuh Pondok Pesantren @&buirengombangyyawa Timur. Sedangkan yang bertindak sebagai i arsitek dan motor penggerak | dalaikeEwAbaulWalabiasbullak) pengasuh Pondok Pesantren Gara meTaMbakberasWOMbAnEMK iai Wahab adalah salah seorang murid utama Kiai Hasyim. Ia lincah, enerjik dan banyak akal. ‘Susunan Pengurus PBNU yang pertama (1926): Syuriah: Rais Akbar : K.H. M. Hasyim Asy’ari (Jombang) Wakil Rais Akbar : K.H. Dahlan Ahyad, Kebondalem (Surabaya) Katib Awal : K.H. Abdul Wahab Hasbullah (jombang) Katib Tsani : K.H. Abdul Chalim (Cirebon) A’wan : K.H. Mas Alwi Abdul Aziz (Surabaya) K.H. Ridwan Abdullah (Surabaya) K.H. Said (Surabaya) K.H. Bisri Syansuri (Jombang) K.H. Abdullah Ubaid (Surabaya) K.H. Nahrowi (Malang) K.H. Amin (Surabaya) K.H. Masjkuri (Lasem) K.H. Nahrowi (Surabaya) Mustasyar : KH. R. Asnawi (Kudus) K.H. Ridwan (Semarang) K.H. Mas Nawawi, Sidogiri (Pasuruan) _ K.H. Doro Muntoho (Bangkalan) Syeikh Ahmad Ghonaim al-Misri (Mesir) K.H. R. Hambali (Kudus) Tanfidziyah: Ketua : H. Hasan Gipo (Surabaya) Penulis : M. Sidiq Sugeng Judodiwirjo (Pemalang) Sejarah - Istilah - Amaliah - Uswah 3 Statuten NU setelah resmi berdiri tahun 1926 Sejarah - Istilah - Amaliah - Uswah Antologi NU Bendahara Pembantu H. Burhan (Gresik) H. Soleh Sjamil (Surabaya) H. Ichsan (Surabaya) H. Dja’far Alwan (Surabaya) H. Usman (Surabaya) H. Ahzab (Surabaya) H. Nawawi (Surabaya) H. Dachlan (Surabaya) H. Mangun (Surabaya) Organisasi Nahdlatul Ulama didirikan ail, untuk Ahlussunnah Waljamaah dengan menganut salah satu dari empat @adzhaby Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali). Babkan dalame\mggaramDasar yang pentamar@lo22idinyatakan bahwa organisasi tersebut b@fttjiian untuk miemperkwatikesetiaam yang dilakukan kala itu antara lain: . Memperkuat persatuan ulama yang masih setia kepada madzhab. 2. Memberikan bimbingan tentang jenis-jenis kitab yang diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan Islam. 3. Penyebaran ajaran Islam yang sesuai dengan tuntunan madzhab empat. . Memperluas jumlah madrasah dan memperbaiki organisasinya. 5. Membantu pembangunan masjid-masjid, langgar dan pondok pesantren. 6. Membantu anak-anak yatim piatu dan fakir miskin. Dalam Pasal 3 Statuten Perkumpulan NU (1933) disebutkan: “Mengadakan perhubungan di antara ulama-ulama yang bermadzhab, memeriksa kitab-kitab apakah itu dari kitab Ahlussunnah Waljamaah atau kitab-kitab ahli bid'ah, menyiarkan agama Islam dengan cara apa saja yang halal; berikhtiar memperbanyak madrasah, masjid, surau dan pondok pesantren, begitu juga dengan hal ichwalnya anak yatim dan orang-orang fakir miskin, serta mendirikan badan-badan untuk memajukan urusan pertanian, perniagaan, yang tidak dilarang oleh syara agama Islam”. » 6 — Antologi NU ‘ 2. Visi dan Misi’ Ketika NU hidup di dunia modern, mau tidak mau organisasi ini juga harus mengembangkan diri, untuk menyesuaikan dengan perkembangan jaman yang dijalani. AD/ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga) NU juga terus dikembangkan setiap lima tahun sekali. Dalam Keputusan Muktamar Donohudan, Boyolali (2004) disebutkan: Tujuan Nahdlatul Ulama didirikan adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut paham Ahlussunnah Waljamaah dan menurut salah satu dari Madzhab Empat untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat. Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana di atas, maka NU melaksanakan usaha-usaha sebagaimana berikut: a. Dibidang agama, mengupayakan terlaksananya ajaran Islam yang menganut paham Ahlussunnah Waljamaah dan menurut salah satu Madzhab Empat dalam masyarakat dengan melaksanakan dakwah Islamiyah dan amar ma’ruf nahi munkar. b. Dibidang pendidikan, pengajaran dan kebudayaan, mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam untuk membina umat agar menjadi muslim yang takwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas dan terampil, serta berguna bagi agama, bangsa dan negara. c. Dibidang sosial, mengupayakan terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin bagi rakyat Indonesia. d. Di bidang ekonomi, mengupayakan terwujudnya pembangunan ekonomi untuk pemerataan kesempatan berusaha dan menikmati hasil-hasil pembangunan, dengan mengutamakan tumbuh dan berkembangnya ekonomi kerakyatan. e. Mengembangkan usaha-usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya Khaira Ummah. Sejarah - Istilah - Amaliah - Uswah z 3. ie Struktur Kepengurusan Struktur Organisasi NU a. PBNU (Pengurus®@8aPNahdlatul Ulama) untuk tingkat pasa b. PWNU (Pengurus Wilayab Nahdlatul Ulama) untuk tingkat o_ : c. PCNU (Pengurus @a6aa Nahdlatul Ulama) untuk tingkat dan PCI NU (Pengurus Gabangustimewap Nahdlatul Ulama) untuk@@a@eiegen d. MWC NU Cae cts Ulama) untuk tingkat ec. QaHfHPAntuk tingkat Keluralanvadesa. ee 3. 8 eta coi dari: - Rais Aam - Wakil Rais Aam - Beberapa Rais - Katib Aam - Beberapa Wakil Katib - Awan c, CannazivahRelaksanaMerdiri dari: - Ketua Umum - Beberapa Ketua - Sekretaris Jenderal - Beberapa Wakil Sekjen - Bendahara - Beberapa Wakil Bendahara Struktur Organisasi Gajialy Baiom dandyembaga a. PP (Pimpinan Pusat) untuk tingkat(pisaa b. PW (Pimpinan Wilayah) untuk tingkat @ropinsi. c. PC (Pimpinan Cabang) untuk tingkatkabupaten/kota. d. PAC (Pimpinan Anak Cabang) untuk tingkat keeamatamg ec. @antinggntuk tingkat kelurahan/desa dan @emiisatiat untuk kepengurusan di suatu tempat tertentu. Antologi NU ( 4. Perangkat Dalam menjalankan programnya, NU mempunyai tiga perangkat organisasi: 1. BADAN OTONOM, disingkat Banom, 4@@l@P perangkat (GAY ang berfungsi mSlaRSaaRankebyjakany ang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan. NU mempunyaiq@Q—Banony yaitu: a. Jam’iyah Ahli Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah Membantu melaksanakan kebijakan pada pengikut tarekat yang mu’tabar di lingkungan NU, serta membina dan mengembangkan seni hadrah. b. Jam’iyatul Qurra Wal Huffazh, disingkat JQH Melaksanakan kebijakan pada kelompok qari/qariah dan hafizh/hafizhah. c. Muslimat Melaksanakan kebijakan pada anggota perempuan NU. d. Fatayat Melaksanakan kebijakan pada anggota perempuan muda NU. e. Gerakan Pemuda Ansor, disingkat GP Ansor Melaksanakan kebijakan pada anggota pemuda NU. GP Ansor menaungi(Banser(BarisanmAnsonSerbagina ) yang menjadi salah satu unit bidang garapnya. f. CkatantPelajaniNaldlatiliW@lama, disingkat (PND Melaksanakan kebijakan pada gelajamlakislakigdan sanncilakieg Jaki. IPNU menaungi CBP (Corp Brigade Pembangunan),— semacam gatgaselhususnya. g. IkatangRelajarPuteripNahdlatul Ulama, disingkatdRRNWD Melaksanakan kebijakan pada pelajar perempuan dan santri perempuan. h. Ikatan Saxjama Nahdlatul Ulama, disingkat ISNU Membantu melaksanakan kebijakan pada kelompok sarjana dan kaum intelektual. i, GAA GIMSIAASHEA, disingkat GarbUMUSID Sejarah - Istilah-Amaliah -Uswah 9 « 10 Melaksanakan kebijakan di bidang kesejahteraan dan pengembangan ketenagakerjaan. J. Pagar Nusa . LAJNAH adalah erapakatorsanisasy program yang memerlukan N a. Melaksanakan kebijakan pada pengembangarfiS@Hbeladin i untuk melaksanakan U mempunyai@tiaajnah, yaitu: Lajnaliialakivyal> Bertugas mengurus masalah hisab dan rukyah, serta pengembangan ilmu falak. . LajnaieiiWanNasyndisingkat SEND Bertugas mengembangkan penulisan, penerjemahan dan penerbitan kitab/buku, serta media informasi menurut faham Ahlussunnah Waljamaah. . LEMBAGA adalah perangkat departementasi organisasi yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan, berkaitan dengan suatu bidang tertentu. Ni a. (U mempunyai @4aembagap yaitu: . _Lembaga Dakwah, disingkat LDNU. Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan dakwah agama Islam yang menganut faham Ahlussunnah Waljamaah. . Lembaga Pendidikan Ma’arif, disingkat LP Ma’arif NU. Melaksanakan kebijakan di bidang pendidikan dan pengajaran formal. . Rabithah Ma’ahid al-Islamiyah, disingkat RMI. Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan pondok pesantren. . Lembaga Perekonomian, disingkat LPNU. Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan ekonomi warga. . _Lembaga Pengembangan Pertanian, disingkat LP2NU Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan pertanian, lingkungan hidup dan eksplorasi kelautan. Lembaga Kemaslahatan Keluarga, disingkat LKKNU. Antologi NU I Melaksanakan kebijakan di bidang kesejahteraan keluarga, sosial dan kependudukan. . Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia, disingkat Lakpesdam. Melaksanakan kebijakan di bidang pengkajian dan pengembangan sumberdaya manusia. . Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum, disngkat LPBHNU. Melaksanakan penyuluhan dan pemberian bantuan hukum. i. Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia, disingkat Lesbumi. Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan seni dan budaya. j. Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah, disingkat LAZISNU. Bertugas menghimpun, mengelola dan mentasharufkan zakat, infaq dan shadaqah. - Lembaga Wagaf dan Pertanahan, disingkat LWPNU. Mengurus, mengelola serta mengembangkan tanah dan bangunan, serta harta benda wakaf lainnya milik NU. . Lembaga Bahtsul Masail, disingkat LBM. Membahas dan memecahkan masalah-masalah yang maudlu'iyah (tematik) dan waqi iyah (aktual) yang memerlukan kepastian hukum. . Lembaga Ta’mir Masjid Indonesia, disingkat LTMI. Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan dan pemberdayaan masjid. . Lembaga Pelayanan Kesehatan, disingkat LPKNU. Melaksanakan kebijakan di bidang kesehatan. 5. Keanggotaan Nahdlatul Ulama memiliki anggota yang luar biasa besar. Hasil survei LSI pada tahun 2004 menyebutkan anggota NU tidak kurang dari 60 juta orang. Mereka tersebar di 30 Pengurus Wilayah, 339 Sejarah - Istilah- Amaliah-Uswah 11. Pengurus Cabang, 2.630 Majelis Wakil Cabang dan 37.125 Pengurus Ranting di seluruh Indonesia. Ditambah 12 Pengurus Cabang Istimewa di luar negeri (data PBNU tahun 2004), 6. Garis-garis Besar Pemikiran Nahdlatul Ulama Nahdlatul Ulama mendasarkan paham keagamaannya kepada sumber ajaran Islam: al-Quran, as-Sunnah, al-Ijma’ (kesepakatan para Sahabat dan ulama) dan al-Qiyas (analogi). Dalam memahami dan menafsirkan Islam dari sumbernya di atas, NU mengikuti paham Ahlussunnah Waljamaah dan menggunakan jalan pendekatan madzhab: 1. Dalam bidang aqidah, NU mengikuti paham Ahlussunnah ‘Waljamaah yang dipelopori oleh Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur-al-Maturidi. 2. Dalam bidang fiqih, NU mengikuti jalan pendekatan (madzhab) salah satu dari madzhab Imam Abu Hanifah an-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris as-Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal. 3. Dalam bidang tasawuf mengikuti antara lain Imam Junaid al- Baghdadi dan Imam al-Ghazali, serta imam-imam lain. NU mengikuti pendirian, bahwa Islam adalah agama fitri yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki manusia. Paham keagamaan yang dianut NU bersifat menyempurnakan nilai-nilai yang baik yang sudah ada dan menjadi milik serta ciri-ciri suatu kelompok manusia seperti suku maupun bangsa dan tidak bertujuan menghapus nilai-nilai tersebut. 7. Sikap Kemasyarakatan Nahdlatul Ulama Dalam pendekatan dakwahnya NU lebih banyak mengikuti dakwah model Walisongo, yaitu menyesuaikan dengan budaya masyarakat setempat dan tidak mengandalkan kekerasan. Budaya yang berasal dari suatu daerah ketika Islam belum datang -bila tidak bertentangan dengan agama- akan terus dikembangkan dan dilestarikan. Sementara budaya yang jelas bertentangan ditinggalkan. 12 AntologiNU + Karena identiknya gaya dakwah ala Walisongo itu, nama Walisongo melekat erat dalam jam’iyah NU. Dimasukkan ke dalam bentuk Bintang Sembilan dalam lambang NU. Sebutan Bintang Sembilan pun identik dengan Nahdlatul Ulama. Secara garis besar, pendekatan kemasyarakatan NU dapat dikategorikan menjadi tiga bagian: 1. Tawassuth dan I'tidal, yaitu sikap moderat yang berpijak pada prinsip keadilan serta berusaha menghindari segala bentuk pendekatan dengan tatharruf (ekstrim). 2. Tasamuh, yaitu sikap toleran yang berintikan penghargaan terhadap perbedaan pandangan dan kemajemukan identitas budaya masyarakat. 3. Tawazun, yaitu sikap seimbang dalam berkhidmat demi terciptanya keserasian hubungan antara sesama umat manusia dan antara manusia dengan Allah Swt. Karena prinsip dakwahnya yang model Walisongo itu, NU dikenal sebagai pelopor kelompok Islam moderat. Kehadirannya bisa diterima oleh semua kelompok masyarakat. Bahkan sering berperan sebagai perekat bangsa. 8. Perjalanan Nahdlatul Ulama a. 1926 — 1942 Berdiri di Surabaya atas nama perkumpulan para ulama. Pada masa ini perjuangan dititik-beratkan pada penguatan paham Ahlussunnah Waljamaah terhadap serangan penganut ajaran Wahabi. Di antara program kerjanya adalah menyeleksi kitab-kitab yang sesuai/tidak sesuai dengan ajaran Ahlussunnah Waljamaah. Disamping melakukan penguatan persatuan di antara para kiai dan pengasuh pesantren. Pada tahun 1937, empat orang tokoh pergerakan Islam berkumpul di Surabaya untuk mendirikan federasi organisasi Islam. Mereka adalah K.H. Abdul Wahab Hasbullah dan K.H. Dahlan Ahyad (keduanya dari NU), K.H. Mas Mansur (Muhammadiyah) dan Sejarah - Istilah - Amaliah-Uswah 13 Wondoamiseno (Syarikat Islam). Pertemuan menyepakati berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia, disingkat MIAI. Selain K.H. A. Wahab Hasbullah dan K.H. Dahlan Ahyad yang tercatat sebagai salah seorang pendiri MIAT, dalam perjalanan selanjutnya K.H. A. Wahid Hasyim terpilih sebagai Ketua Dewan MIAI —jabatan tertinggi yang ada dalam organisasi itu. Ketika K.H. Dahlan Ahyad, salah seorang pendiri MIAI 14 = Antologi NU * putera Hadratusy Syeikh K.H. M. Hasyim Asy’ari itu mengundurkan diri, posisinya digantikan oleh K.H. M. Dahlan, yang juga tokoh NU. Selain mereka, terdapat juga nama K.H. Zainul Arifin, yang menjabat Ketua Komisi Pemberantas Penghinaan Islam dan K.H. Machfudz Siddiq dalam Komisi Luar Negeri MIAI. Peranan para tokoh NU sangat dominan dalam menentukan perjalanan MIAI. Namun ketika Jepang datang (Maret 1942), semua organisasi sosial kemasyarakatan dan organisasi politik di Indonesia dibekukan. Termasuk NU dan MIAI. Bahkan Rais Akbar NU K.H. M. Hasyim Asy’ari dan Ketua Umum PBNU K.H. Machfudz Siddiq ditahan oleh Jepang. b. 1942 — 1945 Ketika ormas-ormas dibekukan oleh Dai Nippon, perjuangan para kiai NU difokuskan melalui jalur diplomasi. Tahun 1942, K.H. ‘A. Wahid Hasyim dan beberapa kiai lain masuk sebagai anggota Chuo Sangi-In (parlemen buatan Jepang). Lewat parlemen itu pula K.H. A. Wahid Hasyim meminta agar pemerintahan balatentara Jepang mengijinkan NU dan Muhammadiyah diaktifkan kembali. Pada bulan September 1943, permintaan itu baru dikabulkan. NU dan Muhammadiyah bisa beraktivitas kembali seperti di masa penjajahan Belanda. Perjuangan diplomasi terus ditingkatkan. Pada akhir Oktober 1943, atas prakarsa NU dan Muhammadiyah pula, didirikan wadah perjuangan baru bagi umat Islam Indonesia bernama Majelis Syuro Muslimin Indonesia, disingkat Masyumi, dengan K.H. M. Hasyim Asy’ari sebagai pemimpin tertingginya. Sedangkan K.H. A. Wahid. Hasyim duduk sebagai wakilnya. Masyumi adalah kelanjutan dari MIAI yang dibubarkan oleh balatentara Jepang. Ketika pemerintahan balatentara Jepang meminta para pemuda Islam Indonesia bergabung menjadi prajurit pembantu tentara Jepang (Heiho), K.H. A. Wahid Hasyim atas nama pemimpin Masyumi, justru meminta agar Jepang melatih kemiliteran pemuda Islam secara khusus dan terpisah. Pada 14 Oktober 1944, permintaan itu dikabulkan dengan dibentuknya Hizbullah. Mereka dilatih Sejarah - Istilah - Amaliah - Uswah 15 kemiliteran oleh para komandan PETA dengan pengawasan prajurit Jepang. Bertindak sebagai Panglima Tertinggi Hizbullah adalah K.H. Zainul Arifin dari NU. Sejak itu pesantren-pesantren berubah menjadi markas pelatihan Hizbullah. Para santri menjadi prajurit dan para gus (putra kiai) » menjadi komandannya. Sedangkan para kiai sebagai penasehat spiritual sekaligus penentu kebijakannya. Sementara di bidang politik, selain aktif dalam pucuk pimpinan Masyumi, K.H. A. Wahid Hasyim juga duduk sebagai Pimpinan Tertinggi Shumubu (Departemen Agama), menggantikan K.H. M. Hasyim Asy’ari yang berhalangan untuk berkantor di Jakarta. c. 1945 — 1952 Ketika Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPK]) dibentuk pada 29 April 1945, K.H. A. Wahid Hasyim duduk sebagai salah seorang anggotanya. Begitu juga dengan K.H. A. Wahab Hasbullah, K.H. Masjkur dan K.H. Zainul Arifin. K.H. A. Wahid Hasyim bergabung sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Ia juga tercatat sebagai salah FReep. Laskar Hizbullah Berjuang Menagakkan Negara Fl, KHM Hasyim Latio, LTN PBNU, I, 1995 Laskar Hizbullah yang menjadi TNI Yon 519 di Markas Batalyonnya di Tuban 16 AntologiNu seorang perumus dasar negara dan turut serta sebagai penanda tangan Piagam Jakarta, bersama delapan orang lainnya. Disaat Belanda datang lagi dengan membonceng tentara Sekutu sambil mengultimatum agar pejuang Indonesia menyerah, NU mengeluarkan Fatwa Jihad pada 22 Oktober 1945. Fatwa yang dikenal dengan Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama itu mampu membakar semangat perjuangan Rep. 30 Tahun indonesia Bung Tomo salah seorang pemimpin perjuangan rakyat Surabaya. Dengan suaranya yang menggeledek Bung ‘Tomo membakar semangat arck-arek Suroboyo. "Maju terus pantang mundur!!! Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar," pada saat perang 10 Nopember 1945 Sejarah - Istilah - Amaliah-Uswah 17 kaum muslimin. Mereka tidak gentar menghadapi kematian, karena perang tersebut dihukumi Perang Sabil (perang agama). Setelah Indonesia merdeka, banyak tokoh NU menduduki jabatan penting dalam pemerintahan. 1. Dalam Kabinet Presidentil (2 September 1945), K.H. A. Wahid Hasyim duduk sebagai Menteri Negara. 2. Dalam Kabinet Syahrir II (2 Oktober 1946) K.H. Fathurrahman Kafrawi duduk sebagai Menteri Agama dan K.H. A. Wahid Hasyim sebagai salah seorang Menteri Negara. 3. Dalam Kabinet Amir Syarifuddin II (1947) K.H. Masjkur sebagai Menteri Agama. 4. Dalam Kabinet Hatta I, Kabinet Hatta II dan Kabinet Susanto (1948- 1949), K.H. Masjkur sebagai Menteri Agama. 5. Dalam Kabinet RIS (20 Desember 1949), Kabinet Natsir dan Kabinet Sukiman (20 Desember 1949 - 3 April 1952), K.H. A. Wahid Hasyim sebagai Menteri Agama. Sementara dalam dunia kemiliteran, sejak tahun 1947 seluruh lasykar dibubarkan pemerintah, digabung menjadi satu dalam wadah Tentara Nasional Indonesia (TNI). Banyak tokoh NU yang telah Jama aktif dalam Hizbullah bergabung ke dalam TNI. Mereka turut memperkuat barisan angkatan perang yang baru lahir itu. d.1952 — 1973 Lewat Muktamar NU ke-19 di Palembang pada 1952, NU menjadi partai politik sendiri, setelah sekian lama bergabung dalam Masyumi. Kekuatan NU yang sebelumnya tidak diperhitungkan, ternyata muncul sebagai kekuatan sangat besar. Dalam pemilu pertama 1955, Partai NU menduduki peringkat ketiga setelah PNI dan Masyumi. Banyak tokoh NU menduduki posisi penting dalam pemerintahan. 1. Dalam Kabinet Ali Sastroamijoyo I, K.H. Zainul Arifin sebagai Wakil Perdana Menteri, K.-H. Masjkur sebagai Menteri Agama dan Muhammad Hanafiah sebagai Menteri Agraria. 2. Dalam Kabinet Burhanuddin Harahap, Sunaryo, SH menjadi Menteri Dalam Negeri dan K.H. M. Ilyas sebagai Menteri Agama. 18 AntologiNU 3. Dalam Kabinet Ali Sastroamijoyo II, DR. K.H. Idham Chalid sebagai Wakil Perdana Menteri, Sunaryo, SH sebagai Menteri Dalam Negeri, Mr Burhanuddin sebagai Menteri Perekonomian, K.H. Fattah Yasin sebagai Menteri Sosial dan K.H. Ilyas sebagai Menteri Agama. 4. Dalam Kabinet Karya, DR. K.H. Idham Chalid sebagai Wakil Perdana Menteri, Prof. Drs. Sunarjo sebagai Menteri Perekonomian yang kemudian digantikan oleh Drs Rahmat Mulyomiseno. K.H. M. Ilyas sebagai Menteri Agama dan Sunaryo, SH sebagai Menteri Agraria. 5. Dalam Kabinet Kerja, K.H. A. Wahib Wahab sebagai Menteri Agama, kemudian digantikan oleh K.H. Saifuddin Zuhri. K.H. Fattah Yasin sebagai Menteri Penghubung Alim Ulama dan H. Mohammad Hasan sebagai Menteri PPP. 6. Dalam Kabinet Dwikora, DR. K.H. Idham: Chalid sebagai Menko Kesra, K.H. Saifuddin Zuhri sebagai Menteri Agama, K.H. Fattah Yasin sebagai Menteri Penghubung Alim Ulama, yang kemudian digantikan oleh K.H. M. Ilyas. H. Aminuddin Aziz sebagai Menteri Negara. 7. Dalam Kabinet Ampera, DR. K.H. Idham Chalid sebagai Menko Kesra dan K.H. Saifuddin Zuhri sebagai Menteri Agama. 8. Dalam Kabinet Pembangunan I, K.H. M. Dahlan sebagai Menteri Agama dan DR. K.H. Idham Chalid sebagai Menko Kesra. pada masa ini banyak pula tokoh NU yang menduduki posisi pimpinan dalam Lembaga Tertinggi dan Lembaga Tinggi Negara. Mereka adalah: 1, K.H. Zainul Arifin, menjadi Ketua Aminuddin Aziz sebagai Menteri Ne ‘a, kelak jadi Dubes DPR-GR (1962.- 1963). sateen ear ar eee Sejarah - Istilah - Amaliah-Uswah 19 Rop. TEMPO, 25 Nopember 1989 Kampanye Partai NU di Jakarta, 1971 2. HM. Subchan ZE, Wakil Ketua MPRS (1966 — 1971). 3. K.H. A. Syaichu, Ketua DPR-GR (1966 — 1971). 4. DR. K.H. Idham Chalid, Ketua MPR-DPR RI (1971 — 1978) Di samping banyak tokoh NU menempati posisi strategis dalam Kabinet, Lembaga Tertinggi dan Lembaga Tinggi Negara, banyak pula yang diangkat sebagai Duta Besar RI di luar negeri. e. 1973 — 1984 Sejak tahun 1973, Pemerintah Orde Baru ‘menertibkan’ partai- partai peserta pemilu. Dari 10 partai peserta pemilu 1971, disederhanakan menjadi dua partai: partai-partai yang berazas nasionalis dilebur ke dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI), sedangkan partai-partai yang berazas Islam dilebur menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Partai NU tidak diakui lagi, dan diharuskan melebur ke dalam PPP. Sedangkan Golongan Karya (Golkar), tidak diakui sebagai partai, tapi diperbolehkan sebagai salah satu kontestan pemilu. 20 — Antologi NU \ Pada masa ini para tokoh NU ‘dibersihkan’ dari pemerintahan. Bahkan Menteri Agama yang sejak awal menjadi langganan tetap NU pun diberikan pada orang lain. Para tokoh NU juga dikikis habis dari berbagai jabatan di pemerintahan. Hanya dua orang yang diberi posisi penting, yaitu K.H. Masjkur sebagai Wakil Ketua MPR- DPR RI (1977 — 1983) dan DR. K.H. Idham Chalid sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung (1977 — 1982). Dalam kancah politik maupun pemerintahan, para tokoh NU benar-benar dipinggirkan oleh Pemerintah Orde Baru yang didukung penuh oleh TNI dan Polri. Dalam dua kali pemilu (1977 dan 1982) banyak tokoh NU masuk penjara dengan aneka macam tuduhan. Sebagai dampak langsung dari sikap represif pemerintah kala itu, banyak Cabang NU beserta Badan Otonomnya di daerah tidak aktif. Pengurusnya ketakutan. f. 1984-1998 Lewat Muktamar NU ke-27 di Situbondo pada 1984, NU memasuki babak baru. Setelah malang melintang dalam dunia politik praktis selama 32 tahun, akhirnya NU kembali ke jati dirinya seperti saat didirikan pada tahun 1926. Peristiwa itu dikenal dengan istilah kembali ke Khitthah 1926. NU telah lepas dari politik praktis dan kembali ke jam’iyah diniyah (organisasi keagamaan) yang mengurusi dakwah dan pendidikan. Dalam dua kali pemilu kemudian (1987 dan 1992), banyak tokoh NU tampil sebagai motor penggembosan PPP. Selain karena faktor pribadi, aksi itu terjadi sebagai ekses dari campur tangan Pemerintah Orde Baru pada partai politik yang begitu mendalam. Amat terasa adanya unsur adu domba antara kelompok NU dan MI dalam tubuh PPP. Akibat dari aksi besar-besaran itu, PPP benar-benar gembos. Perolehan suaranya merosot tajam. Sementara itu NU mulai sibuk kembali membenahi sekolah- sekolah dan rumah sakit-rumah sakitnya yang telah lama terabaikan. Pengajian-pengajian mulai masuk ke unit-unit pemerintahan. Hubungan ke pemerintah yang telah sekian lama terputus dirajut kembali sedikit demi sedikit. Satu persatu cabang dan ranting yang mati dihidupkan kembali. Sejarah - Istilah-Amaliah -Uswah — 21 Rep. TEMPO, 11 April 1987. Lewat Muktamar ke-27 di Situbondo NU kembali ke Khitthah 1926. Disisilain, nama NU semakin dikenal di luar negeri. Beberapa kali Ketua Umum PBNU K.H. Abdurrahman Wahid mendapatkan penghargaan. Bahkan untuk yang pertama kalinya Ketua Umum PBNU terpilih sebagai salah satu Presiden Agama-agama di dunia (WCRP). g. 1998 — 2004 Ketika terjadi euforia pascajatuhnya Presiden Socharto dan terbukanya Orde Reformasi dalam dunia politik (1998), NU kembali masuk ke dalam kancah politik praktis. PBNU memfasilitasi berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada 23 Juli 1998. Mau tak mau partai baru itu menyeret NU ke dalam permainan politik lagi. Untuk pertama kalinya, Ketua Umum PBNU K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia keempat, 1999. Mau tak mau naiknya Gus Dur sebagai presiden membawa dampak psikologis bagi NU. Euforia kemenangan masuk 22 — AntologiNU \ Suasana kampanye PKB ke berbagai lini. Banyak tokoh NU yang semula terpinggirkan kembali masuk ke pemerintahan. Namun ketika Gus Dur dijatuhkan lewat impeachment DPR pada 2003, dampaknya juga sangat dirasakan oleh NU dan PKB. Posisi NU terasa goyang dimana-mana. Meski Wakil Presiden dijabat oleh Hamzah Haz yang juga orang NU, namun tetap tidak banyak memberikan perubahan. Posisi itu semakin diperburuk dengan gonjang-ganjing dalam tubuh PKB. Bahkan akhirnya partai itu terbelah menjadi dua. h. 2004 — sekarang Lewat muktamarnya yang ke-31 di Donohudan, Solo pada 2004, NU meneguhkan kembali jati dirinya untuk keluar dari politik praktis dan kembali ke jalan Khitthah sebagaimana yang pernah diputuskan dalam muktamar ke-27 di Situbondo pada 1984. Perjuangan NU lebih difokuskan pada peningkatan kualitas Sejarah - Istilah - Amaliah - Uswah 23 pendidikan, ekonomi dan dakwah. Sementara dalam politik praktis NU menjaga jarak yang sama terhadap semua partai politik. Pada masa ini nama NU semakin dikenal di luar negeri. Bahkan. telah membuka Pengurus Cabang Istimewa (PCI) di beberapa negara. Tak kurang dari PCI Amerika, Australia, Inggris, Jepang, Saudi Arabia, Sudan, Mesir, dan lain sebagainya, telah didirikan. Sedikit demi sedikit para mahasiswa NU dikirim untuk belajar ke luar negeri, dengan biaya ataupun fasilitas dari PBNU. Pada tahun 2004 NU memprakarsai berdirinya International Conference of Islamic Schoolars (ICIS, Konperensi Internasional Cendekiawan Islam) di Jakarta. ICIS adalah sebuah organisasi Islam yang beranggotakan ulama-ulama moderat sedunia. Lewat ICIS itu pula nama Nahdlatul Ulama semakin dikenal di pentas dunia sebagai pelopor geraken Islam moderat, hingga sekarang.[] Pada tahun 2004 NU memprakarsai berdirinya International Conference of Islamic Schoolars ((ICIS, Konperensi Internasional Cendekiawan Islam) di Jakarta. 24 — AntologiNU \ Rep. Pertumbuhan dan Perkombangan NU, Choirul Anam, Jatayu, Sala, 1, Januari 1985 Kantor PBNU sejak tahun 1930-an di JI Bubutan Soerabaja. Kini menjadi kantor NU Cab. Surabaya Rep. Sedjarah Hidup K.H.A. Wahid Hasiim,Djakarta, 1957 coe! Kantor PBNU, Kramat Raja, Djakarta pada tahun 1950-an Sejarah - Istilah- Amatiah-Uswah — 25 Kantor PBNU di JI, Kramat Raya 164 Jakarta saat ini Kantor PBNU sementara di Jl. H. Agus Salim 112 Jakarta, awal tahun 2000 enka iJ, Kiramat Rays 26 = Antologi NU 4 Sejarah - Istilah - Amaliah -Uswah 27

You might also like