You are on page 1of 75
x PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SURADADI KABUPATEN TEGAL PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3RS) RSUD SURADADI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2022 ——ee RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SURADADI JLN. RAYA TEGAL-PEMALANG KM.12 SURADADI - KABUPATEN TEGAL ‘TELEPON (0283) 4532151, IGD (0283) 4532183 BAB I BAB II BAB III BAB IV BABV BAB VI BAB VII Pengendalian Mutu....... BAB VIII Penutup... DAFTAR ISI Pendahuluan . A. Latar Belakang . B. Tujuan. C. Ruang Lingkup Pelayanan .. D. Batasan Operasional.. E. Landasan Hukum Standar Ketenagaan .. A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia .. B. Distribusi Ketenagaan. Standar Fasilitas A. Standar Fasilitas. Tata Laksana Pelayanan........ Manajemen Resiko K3 Rumah Sakit, Pengelolaan B3 ... Kewaspadaan Bencana. A. B. cc. D. Penanggulangan Bencana . E. Manajemen Fasilitas Fisik F. Manajemen Alat Kesehatan G. Pendidikan dan Pelatihan. Logistik. Keselamatan Kerja... BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdirinya sebuah rumah sakit dilengkapi dengan bermacam- macam peralatan yang memerlukan perawatan atau pemeliharaan sedemikian rupa untuk menjaga keselamatan, kesehatan, mencegah kebakaran dan persiapan penanggulangan bencana. Keselamatan Kerja diterapkan di lingkungan kerja yang mana didalamnya terdapat aspek manusia, alat, mesin, lingkungan dan bahaya kerja. Upaya Keselamatan Kerja merupakan upaya meminimalkan pencegahan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) melalui upaya promotif, prefentif, penyerasian antara beban kerja, kapasitas kerja dan lingkungan sehingga setiap pekerja dapat bekerja selamat dan sehat, tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat atau orang lain disekelilingnya dan tercapai produktivitas kerja yang optimal. Upaya tersebut dilaksanakan secara menyeluruh untuk meningkatkan derajat kesehatan dan produktifitas pekerja rumah sakit. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Sebagai petunjuk semua unit kerja di RSUD Suradadi, Khususnya unit kerja yang mempunyai resiko bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan agar diperoleh satu dasar, satu pengertian dan pemahaman tata cara pelaksanaan yang benar. 2. Tujuan Khusus Agar dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja secara baik dan benar sehingga tercapai : a. Kesehatan dan Keselamatan pekerja selama bertugas b. Kegiatan rumah sakit berjalan lancar tanpa adanya hambatan c. Tingkat produktifitas yang optimal 1 C. Ruang Lingkup Pelayanan Pelayanan tentang kesehatan dan keselamatan kerja (K3), adalah : a. Pembentukan Komite K3 Bahwa sangat diperlukan adanya pelaksanaan upaya keschatan dan keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana di Rumah Sakit, sebagai upaya untuk meminimalkan terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakan kerja, sehingga ditetapkan : 1. Perlunya untuk membentuk dan mengangkat Komite K3 di Rumah Sakit yang merupakan organisasi non struktural. 2. Komite K3 Rumah Sakit terdiri dari tenaga staf adalah tenaga yang menjadi anggota Komite K3 Rumah Sakit, dan tenaga pendukung adalah tenaga / pegawai yang melaksanakan fungsi K3 Rumah Sakit. 3. Komite K3 Rumah Sakit memiliki sistem komunikasi internal dan eksternal. 4. Sistem komunikasi internal menggunakan pesawat intercom nomor dan telepon nomor, system komunikasi ekternal menggunakan sambungan pesawat telpon nomor langsung dan pesawat melalui operator serta pesawat telepon lain untuk facsimile. 5. Bilamana terjadi bencana di Rumah Sakit, maka pesawat dengan nomor tersebut diatas hanya diperuntukan penggunaannya oleh Komite K3 Rumah Sakit selain Komite K3 Rumah Sakit dilarang menggunakan pesawat telepon tersebut. b. Manajemen Keselamatan dan Keamanan Pelaksanaan Keselamatan Kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Keselamatan kerja bagi pegawai diupayakan melalui kegiatan - kegiatan seperti : 1. Pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang relevan dengan K3LRS (Kesehatan dan keselamatan kerja lingkungan rumah sakit) 2. Mengevaluasi pemetaan resiko ~ resiko apa saja yang ada pada setiap unit/ruang pelayanan. 3. Mengevaluasi pemantauan lingkungan kerja pegawai secara rutin 4. Mengevaluasi penyelenggaraan Pemeriksaan Kesehatan Pra Pekerjaan terhadap semua calon pegawai. 5. Mengevaluasi penyelenggaraan pemeriksaan Kesehatan berkala sesuai ketentuan. 6. Mengevaluasi penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus. Mengevaluasi penggunaan APD bagi pegawai rumah sakit. Memberikan kesempatan bagi pegawai untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang K3, bila ada partisipasi aktif dari seluruh pegawai dan unit kerja terkait, 9. Mengevaluasi sistem keamanan pasien yang baik, meliputi : Penanganan Pasien Kecelakaan Lalu-Lintas, Pelayanan Tamu Pembesuk diluar Jam Berkunjung, Pengawasan CCTV, Pelaksanaan Patroli, Laporan Kejadian Kehilangan, Penanganan Kejadian Luar Biasa, Pengawalan Tamu VIP, Koordinasi Pasien Khusus, Penanganan Kasus Pencurian. 10. Penetapan kode untuk seluruh pelayanan K3. . Pengawasan bahan kimia berbahaya dan beracun serta limbah B3 Upaya Pengawasan bahan kimia berbahaya dan beracun meliputi kegiatan: 1. Mengevaluasi identifikasi seluruh bahan kimia yang ada pada masing-masing bagian/unit. 2. Mengevaluasi pengadaan barang beracun, dan berbahaya dilaksanakan secara terkoordinasi antara pengguna, Komite K3 dan Departemen Logistik, dan dalam hal pengadaan barang B3 perlu disertakan lembar data keselamatan /Material Safety Data Sheet (MSDS) dari rekanan pemasok. 3. Mengevaluasi pemeriksaan penerimaan bahan kimia berbahaya dan beracun. 4. Mengevaluasi penyimpanan bahan kimia berbahaya dan beracun. 5. Mengevaluasi tata cara dan lokasi penyimpanan bahan kimia berbahaya dan beracun 6. Mengevaluasi penggunaan bahan kimia berbahaya dan beracun. 7. Mengevaluasi pelabelan dan pemberian simbol seluruh bahan kimia berbahaya dan beracun yang ada di seluruh rumah sakit. 8. Mengevaluasi penanganan bahan kimia berbahaya dan beracun apabila terjadi tumpahan/ceceran/kebocoran. 9. Mengevaluasi penanganan bahan kimia berbahaya dan beracun apabila terjadi paparan. 10.Diperlukan suatu sistem pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, yaitu suatu sistem yang mengatur pelaporan semua jenis penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja saat sedang melakukan pekerjaan kedinasan dan disebabkan oleh kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman, sistem ini dapat terlaksana. 11, Mengevaluasi pemilahan dari berbagai macam limbah yang dihasilkan dari kegiatan dan sarana pewadahannya. 12. Mengevaluasi proses dalam menangani limbah |. Manajemen kegawatdaruratan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit ditetapkan sebagai berikut: 1, Diperlukan tata laksana pencegahan dan penanggulangan bencana yang dapat digunakan bagi seluruh pegawai Rumah Sakit dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna mencegah dan menanggulangi bencana di Rumah Sakit. 2. Organisasi pencegahan dan penanggulangan bencana ini terdiri dari perawat jaga, perawat supervisor, dokter IGD, kepala keamanan, manajer umum, manajer diklat, manajer medis, direktur rumah sakit. 3. Ditetapkannya tempat-tempat yang dianggap berisiko di lingkungan rumah sakit. 4. Untuk pembekalan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman pegawai dalam penanggulangan bencana maka perlu diadakan pendidikan dan latihan penanggulangan bencana. 5. Tersedianya rambu-rambu khusus untuk jalur evakuasi pasien Sarana dan Prasarana rumah sakit mengikuti ketentuan perijinan perundang-undangan yang berlaku. . Manajemen Penanggulangan Kebakaran Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan faktor-faktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan karyawan, suatu rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur atas_ bangunan dan _kelengkapannya, inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap pakainya maupun dari segi mudah dicapainya. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran di Rumah Sakit, sebagai berikut : 1, Mengevaluasi ketersedian alat pemadam api / kebakaran di rumah sakit dengan jumlah yang cukup dan sesuai dengan persyaratan yang berlaku. 2. Mengevaluasi ketersedian rambu-rambu/tanda-tanda khusus bagi evakuasi pasien apabila terjadi kebakaran di rumah sakit. 3. Mengevaluasi adanya pemeriksaan secara rutin oleh badan pemerintahan ataupun pihak intern guna memastikan peralatan pencegahan kebakaran dapat berfungsi dengan baik. 4. Diadakannya simulasi / latihan secara teratur tentang pencegahan dan pengendalian kebakaran: 5. Setiap pegawai rumah sakit mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan / simulasi tentang pencegahan dan pengendalian kebakaran. f, Manajemen Fasilitas Fisik RS dan peralatan medis RSUD Suradadi berupaya seoptimal mungkin untuk melakukan pengelolaan terhadap fasilitas fisik rumah sakit dan peralatan medis melalui: 1. Mengevaluasi pelaksanaan identifikasi dan pendataan terhadap seluruh fasilitas fisik dan peralatan medis yang dimiliki oleh RSUD Suradadi 2. Mengevaluasi pelaksanaan upaya pemeliharaan, pemantauan/inspeksi dan pengukuran terhadap kondisi setiap fasilitas fisik dan peralatan medis yang dimiliki oleh RSUD Suradadi termasuk memastikan status kalibrasi dari setiap peralatan medis 3. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk setiap fasilitas fisik dan peralatan medis yang mengalami kerusakan 4. Jika terdapat upaya perbaikan maupun proses konstruksi untuk fasilitas fisik RS yang melibatkan pihak ke-3 (seperti kontraktor), maka harus dipastikan bahwa setiap pihak ke-3 (kontraktor) yang bekerja di area RSUD Suradadi mengetahui dan mengikuti peraturan RS terkait Standart Infection Control dan juga K3, menggunakan APD yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, menginformasikan kepada penanggung jawab K3RS jika terdapat material B3 yang digunakan saat bekerja, serta memastikan penyediaan shield (pelindung) selama proses pekerjaan konstruksi g. Manajemen sistem utility Kegiatan di suatu rumah sakit tidak diperbolehkan terhenti dikarenakan adanya sarana pendukung yang tidak bekerja. Adapun sarana pendukung meliputi : 1. Mengevaluasi sarana penyuplai listrik yang harus selalu tersedia 24 jam tanpa terputus. 2. Mengevaluasi sarana penyedia air yang harus tersedia selalu selama 24 jam tanpa terputus. Mengevaluasi adanya kerjasama dengan pihak ketiga untuk penyuplai air dan listrik bila seluruh upaya sudah dilakukan. Mengevaluasi pasokan gas medis yang tidak boleh terlambat dan adanya pemantuan secara rutin. h. Larangan merokok Larangan merokok diseluruh wilayah rumah sakit 1. Wilayah didalam RSUD Suradadi dinyatakan sebagai kawasan bebas asap rokok. Larangan ini berlaku bagi seluruh civitas hospitilia RSUD Suradadi, pengunjung, tamu, rekanan yang berada di RSUD Suradadi. Pemasangan tanda-tanda larangan merokok. Pembuatan pamflet / gambar penyuluhan bahaya merokok. Penyuluhan bagi penunggu pasien. Recall/penarikan barang Adanya penarikan peralatan ~ peralatan medis yang digunakan dalam pelayanan dikarenakan sebagai berikut : 1. Mengevaluasi peralatan dinyatakan tidak boleh lagi digunakan karena kalibrasi. Mengevaluasi peralatan tidak boleh digunakan karena regulasi/peraturan. Mengevaluasi peralatan yang tidak bisa digunakan kembali karena rusak dan tidak ada lagi suku cadangnya. Mengevaluasi peralatan yang ditarik oleh vendor/supplier karena adanya kesalahan dalam produksi atau sesuatu hal. Mengevaluasi adanya tata cara /aturan penggudangan peralatan yang sudah tidak terpakai kembali. j. Pendidikan dan Pelatihan K3 Pendidikan dan Pelatihan K3 di Rumah Sakit, ditetapkan sebagai berikut : 1. Setiap pegawai di Rumah Sakit diberikan kesempatan mengikuti pendidikan dan pelatihan K3 untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan dibidang K3. 2. Rumah Sakit melalui urusan diklat menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan K3 bagi pegawai secara berkala dan berkesinambungan. 3. Materi pendidikan dan latihan K3 akan selalu disesuaikan dengan kebutuhan, kemajuan dan perkembangan K3. 4. Pendidikan dan pelatihan K3 dapat melalui seminar, workshop, pertemuan ilmiah, dll. Evaluasi dan Pelaporan Evaluasi dan Pelaporan tentang kegiatan- kegiatan K3 di Rumah Sakit, adalah sebagai berikut : 1, Memuat seluruh aspek K3, yaitu : a) Disaster Program b) Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran c) Keamanan Pasien, Pengunjung dan pegawai d) Keselamatan dan Kesehatan Pegawai ¢) Pengelolaan bahan dan Barang Berbahaya f) Kesehatan Lingkungan Kerja Sanitasi Rumah Sakit h) Sertifikasi/Kaliberasi Sarana, Prasarana dan Peralatan i) Pengelolaan Limbah Padat, Cair dan Gas j) Pendidikan dan Latihan K3 k) Pengumpulan, Pengolahan, dan Pelaporan Data 2. Evaluasi ini dilakuan untuk jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan, dapat dilakukan 3 bulan, 6 bulan, dst. 3. Hasil Evaluasi dibuatkan laporannya dan pelaporan disampaikan kepada direktur rumah sakit untuk mendapatkan tindak lanjut, untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Peningkatan Mutu Peningkatan Mutu K3 Rumah Sakit, meliputi : 1. Ada pencatatan tentang semua kejadian serta penanggulangan, kasus K3. 2. Dilakukan analisa terhadap kasus kejadian K3 di rumah sakit oleh Komite K3 Rumah Sakit. 3. Hasil Analisa dibuatkan rekomendasi dan laporannya kepada direktur rumah sakit. D. Batasan Operasional Dalam Pedoman ini ada beberapa pengertian yang mesti diketahui antara lain : 1. Tempat kerja, adalah : Tempat tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana karyawan atau yang sering dimasuki karyawan untuk melaksanakan tugas. 2. Karyawan, adalah : Tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja, untuk menghasilkan jasa pelayanan kesehatan kepada masyarakat. 3. Kesehatan & keselamatan kerja, adalah : K3 merupakan suatu upaya untuk menekan atau mengurangi resiko kecelakaan atau penyakit kerja yang pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan antara kesehatan dan keselamatan. 4. Upaya kesehatan adalah : Upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap kerja karyawan dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri maupun masyarakat disekelilingnya. wo Keselamatan kerja, adalah : Keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja, bahan & proses pengolahannya, tempat kerja & lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. 6. Kecelakaan kerja, adalah : Kejadian yang tidak terduga & tidak diharapkan, karena peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan dan tidak diharapkan karena peristiwa 9 10. i: 12. 13, kecelakaan disertai kerugian material maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Penyakit akibat kerja adalah : Penyakit yang ditimbulkan dari suatu pekerjaan yang mengandung paparan / kontaminasi pada fasilitas penunjang pekerjaan. Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya. Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak langsung. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit. Manajemen risiko K3RS adalah proses yang bertahap dan berkesinambungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja secara komperhensif di lingkungan Rumah Sakit. Manajemen risiko merupakan aktifitas klinik dan administratif yang dilakukan oleh Rumah Sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pelayanan kesehatan kerja adalah upaya pelayanan kesehatan yang diberikan pada SDM Rumah Sakit secara paripurna meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah upaya meminimalkan 10 14, 15. 16. i risiko penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) terhadap sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit. Pencegahan dan pengendalian kebakaran. Pencegahan kebakaran adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kebakaran di Rumah Sakit. Pengendalian kebakaran adalah upaya yang dilakukan untuk memadamkan api pada saat terjadi kebakaran dan setelahnya. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah upaya memastikan sistim utilitas aman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit. Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah upaya memastikan sistem peralatan medis aman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit Kesiapsiagaan Menghadapi Kondisi Darurat atau Bencana adalah suatu rangkaian kegiatan yang dirancang untuk meminimalkan dampak kerugi atau kerusakan yang mungkin terjadi akibat keadaan darurat oleh karena kegagalan teknologi, ulah manusia atau bencana yang dapat terjadi setiap saat dan dimana saja (internal dan eksternal). E. Landasan Hukum 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan juga dinyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik berhak memperoleh pelindungan atas keselamatan dan Kesehatan Kerja. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa dalam rangka peningkatan mutu pelayanan, u Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali dimana unsur keselamatan dan Kesehatan Kerja termasuk sebagai salah satu hal yang dinilai di dalam akreditasi Rumah Sakit. . Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja Rumah Sakit 12 BABII STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber daya manusia di bidang K3RS merupakan suatu komponen penting pada pelaksanaan K3RS karena sumber daya manusia menjadi pelaksana dalam aktivitas manajerial dan operasional pelaksanaan K3RS. Elemen lain di Rumah Sakit, seperti sarana, prasarana dan modal lainnya, tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya campur tangan dari sumber daya manusia K3RS. Oleh karena itu sumber daya manusia K3RS menjadi faktor penting agar pelaksanaan K3RS dapat berjalan secara efisien, efektif dan berkesinambungan. Adapun kualifikasi SDM Tim K3RS sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Tenaga S2 di bidang keselamatan dan Kesehatan Kerja, atau S2 bidang kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan tambahan tentang K3RS atau jabatan fungsional pembimbing Kesehatan Kerja. 2. Tenaga dokter spesialis okupasi atau dokter Kesehatan Kerja atau dokter umum yang terlatih Kesehatan Kerja dan diagnosis penyakit akibat kerja. 3. Tenaga kesehatan masyarakat S1 jurusan/peminatan keselamatan dan Kesehatan Kerja atau tenaga kesehatan lain yang terlatih K3RS atau jabatan fungsional pembimbing Kesehatan Kerja. 4. Tenaga S1 bidang lainnya yang terlatih keselamatan dan Kesehatan Kerja konstruksi, keselamatan dan Kesehatan Kerja radiasi, dan keselamatan dan Kesehatan Kerja kelistrikan, dan lain-lain. 5, Tenaga DIII/DIV jurusan/peminatan keselamatan dan Kesehatan Kerja atau tenaga kesehatan lain yang terlatih K3RS atau jabatan fungsional pembimbing Kesehatan Kerja. B. Distribusi Ketenagaan 1. Organisasi Sebagai organisasi non struktural, Tim K3RS memiliki struktur organisasi sendiri dan hubungannya dengan organisasi struktural rumah sakit. Struktur Organisasi Tim K3RS terdiri dari : 13 1) Ketua Tim K3RS Ketua Tim K3RS bertanggungjawab kepada Direktur Rumah Sakit. Ketua Tim K3RS membawahi tenaga staf Komite K3RS yang terdiri dari beberapa tim dan membawahi tenaga pendukung Komite K3RS 2) Sekretaris Tim K3RS Sekertaris Tim K3RS membantu ketua dalam menjalankan kegiatan manajemen K3RS, 3) Tenaga Staf yaitu tenaga yang menjadi anggota Komite K3. 4) Tenaga Pendukung yaitu pegawai rumah sakit yang melaksanakan fungsi K3. Secara rinci tergambarkan dalam bagan organisasi KOMITE K3RS sebagai berikut : STRUKTUR ORGANISASI TIM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA RUMAH SAKIT (K3RS) RSUD SURADADI KABUPATEN TEGAL DIREKTUR KETUA TIM K3RS SEKRETARIS TIM KaRS DIVISIIV UPAYA DIVISIIL pr UPAYA UPAYA KESEHATAN KEWASPADAAN KESEHATAN SENCANE LINGKUNGAN KERJA TIM PENDUKUNG 14 > Ketua Tim K3 bertanggungjawab kepada Direktur Rumah Sakit. > Anggota terdiri dari semua jajaran Direksi dan/atau kepala/perwakilan setiap unit kerja (Instalasi/Bagian/Staf Medik Fungsional). > Sekretaris merupakan petugas kesehatan yang ditunjuk oleh pimpinan untuk bertanggung jawab dan melaksanakan tugas secara purnawaktu dalam mengelola K3RS, mulai dari persiapan sampai koordinasi dengan anggota Tim K3RS. 2. Uraian Tugas a. Direktur a) b) °) d) e) ) 8) Membentuk dan menetapkan Komite K3. Menetapkan pedoman K3. Menetapkan kebijakan K3. Menetapkan program K3. Menetapkan prosedur dan garis panduan maupun peraturan umum dan lainnya. Menetapkan rencana jangka panjang dan jangka pendek kegiatan K3 Bertanggung jawab penuh atas penerapan K3 di Rumah Sakit. b. Ketua K3RS a) b) °) qd) Mengkoordinasi semua kegiatan Komite K3. Menindaklanjuti kebijakan yang sudah ditetapkan oleh Direktur. Memasyarakatan kebijakan dan penerapan K3 ke setiap personil melalui unit kerja. Pembina Koordinator Kewaspadaan Bencana, Koordinator Kesehatan Dan Keselamatan Kerja, Koordinator Kesehatan —Lingkungan, _—Koordinator Penanggulangan Kebakaran, Sekretaris dan Anggota Pendukung Mengembangkan strategi perubahan yang jelas. Menetapkan tujuan dan program K3. Mempertanggungjawabkan kesuksesan program K3 dan implementasi sistem manajemen K3 secara berkelanjutan. 1s, c. Sekretaris K3RS a) b) a) Mengkoordinasikan semua kegiatan di setiap bidang. Menerima laporan dan memberikan masukan yang diperlukan bidang-bidang dalam pelaksanaan sistem manajemen K3, termasuk keluhankeluhan yang berkaitan dengan Kesehatan keselamatan kerja. Menyiapkan laporan kecelakaan kerja dan laporan KOMITE K3 setiap 3 (tiga) bulan kepada Depnaker. Melaporkan Implementasi Sistem Manejemen K3_ serta permasalahanpermasalahnnya kepada Top Management untuk memastikan persyaratan dan _peraturan _ telah diimplementasikan secara efektif. Mendesain tingkat pengendalian resiko (Hierarchy of Contro) Melakukan penelitian dan pengembangan K3 d. Penanggungjawab Divisi a) b) 8) Mengkoordinir kegiatan dibidang yang berada dibawah Melaksanakan kebijakan/ program kerja yang telah ditetapkan oleh ketua Komite K3 Membina, memonitor dan mengawasi pelaksanaan program kerja dibidangnya. Mengadakan koordinasi dengan bidang lain yang terkait dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Melakukan koordinasi progress pelaksanan program kerja sehari-hari di bidangnya dengan sekretaris. Membuat laporan bulanan kepada sekretaris. Ketua bidang dapat saling memberi masukan kepada ketua di bidang lainya. e. Anggota/Tenaga Pendukung K3RS a) b) Mengikuti rapat Komite K3 dan melakukan pembahasan atas persoalan yang diajukan dalam rapat. Melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan oleh Komite K3 sesuai dengan dengan bidangnya masing-masing. Melaporkan kepada ketua bidang atas kegiatan yang telah dilaksanakan, 16 4) Dapat mengusulkan adanya pembahasan dan tindak lanjut yang diperlukan mengenai masalah K3 yang dianggap perlu. 3. Pola Ketenagaan Dalam Komite K3 dibutuhkan ketenagaan dengan syarat - syarat sebagai berikut : 1. Direktur Direktur rumah sakit sebagai Pembina K3RS 2. Ketua K3RS Ketua adalah dan Seorang dokter umum yang ditunjuk menjadi ketua 3. Sekretaris K3RS Sekretaris adalah seorang pegawai rumah sakit yang ditunjuk menjadi sekretaris. 4. Penanggungjawab Divisi Pegawai rumah sakit dari berbagai unsur bagian rumah sakit sesuai kedudukan dalam Komite, seperti : a. Kewaspadaan Bencana terdiri dari unsur Perawat, Sarana Prasarana. b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdiri dari unsur Perawat, Sarana Prasarana. c. Kesehatan Lingkungan terdiri dari unsur Sanitasi, Farmasi, 5. Anggota/Tenaga Pendukung Anggota Pendukung Komite K3RS adalah Seluruh Pegawai Rumah Sakit yang dianggap mampu menggerakkan SDM di unit kerjanya. v7 BAB IIT STANDAR FASILITAS Standar Fasilitas 1) Memiliki perizinan 2) Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang. 3) Tersertifikasi badan atau lembaga terkait. 4) Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang. 5) Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah Sakit harus dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien. 6) Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya. 7) Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan. 18 BAB IIL TATA LAKSANA PELAYANAN A. Manejemen Resiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit 1. Persiapan Tim Manajemen Resiko (IBPR) a. Ketua K3RS RSUD Suradadi akan memilih anggota tim mewakili dari masing - masing Instalasi/Ruangan/Bagian. b. Ketua K3RS akan mempersiapkan segala scsuatunya agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. c. Anggota tima yang ada harus sudah mendapatkan pelatihan mengenai Manajemen Resiko K3 berupa Identifikasi Bahaya, Penilaian resiko dan Pengendalian Bahaya (IBPR). 2. Identifikasi Bahaya a. Pada tahap awal kegiatan adalah melakukan identifikasi bahaya yang ada pada suatu obyek/aktivitas yang akan dinilai resikonya. Bahaya ini dapat ditentukan dengan melihat hal apa saja yang dapat mengakibatkan celaka personil atau menimbulkan kecelakaan kerja. b. Identifikasi bahaya juga dilakukan dengan cara observasi suatu aktifitas atau melakukan wawancara dengan personil yang terkait dengan aktivitas tersebut. c. Dalam menentukan identifikasi bahaya, kondisi - kondisi berikut harus diperhitungkan (Berdasarkan Standard OHSAS 18001:2007) yaitu : 1) Aktivitas rutin dan non-rutin 2) Aktivitas semua orang yang memliki akses ke tempat kerja (termasuk kontraktor dan pengunjung) 3) Bahaya teridentifikasi yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat mempengaruhi keselamatan dan keschatan personil yang berada dibawah pengendalian organisasi di dalam tempat kerja 4) Bahaya yang timbul di sekitar tempat kerja karena aktivitas kerja yang berada dibawah pengendalian organisasi 19 5) _Infrastruktur, peralatan dan material di tempat kerja, baik yang disediakan oleh organisasi atau lainya 6) Perubahan atau usukan perubahan dalam organisasi, aktivitas, atau material 7) Modifikasi terhadap SMK3, termasuk perubahan sementara dan pengaruhnya terhadap operasional, proses dan aktivitas 8) Setiap peraturan perundangan terkait dengan penilaian resiko dan penerapan pengendalian yang diperlukan 9) Desain tempat kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, prosedur operasi, organisasi kerja, termasuk kesesuaiannya dengan kemampuan manusia 10) Sesuai dengan lingkup, sifat dan waktu untuk menjamin proaktif daripada reaktif 11) Menyediakan identifikasi, prioritas dan dokumentasi resiko, dan penerapan pengendalian yang sesuai Penilaian Resiko 1. Setelah semua bahaya diidentifikasi, selanjutnya dari tiap bahaya itu ditentukan tingkat resikonya apakah dapat menimbulkan suatu kecelakaan kerja atau kerugian material atau gangguan kesehatan 2. Penilaian resiko mempertimbangkan dua faktor yaitu peluang dan akibat. Kriteria dari masing - masing faktor ini dapat menggunakan petunjuk yang ada pada formulir Tabel Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko (IBPR) K3 B. Pengelolaan Bahan Kimia Berbahaya Dan Beracun 1. Mengevaluasi Tatacara Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun a. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat bahan kimia berbahaya maka bahan kimia berbahaya dan beracun harus disimpan, dipergunakan, dan dibuang dengan cara yang sesuai ketentuan. b. Setiap Bagian dan setiap personel di rumah sakit harus melakukan secara benar seluruh ketentuan penyimpanan, 20 penggunaan, dan pembuangan bahan kimia berbahaya dan beracun. . Setiap Bagian yang menyimpan bahan kimia berbahaya dan beracun dalam jumlah besar dan jenis bahan kimia yang banyak, harus mempunyai ruang penyimpanan khusus. . Semua bahan kimia berbahaya dan beracun harus diberikan label yang benar agar tidak terjadi pencampuran bahan yang tidak sesuai. . Semua bahan kimia berbahaya dan beracun harus diperiksa kondisi fisik secara teratur untuk mendeteksi kebocoran atau kerusakan wadah Bahan kimia yang menjadi basah akibat kelembapan yang tinggi bisa dikeringkan sebelum dipergunakan sesuai_ denga karakteristik dari bahan tersebut dengan melihat MSDS. . Sampah yang berasal dari bahan kimia harus dibuang pada kontener yang telah disiapkan khusus untuk bahan tersebut, tidak boleh dibuang pada tempat sampah untuk bahan kimia lain. Tidak diperkenankan mempergunakan lampu spiritus dalam ruang berisi bahan kimia apabila tidak diinstruksikan. Setiap wadah dari gelas harus diperiksa apakah ada keretakan atau tidak karena akan menyebabkan cedera serius apabila terjadi kebocoran bahan kimia. Untuk menghindari terjadinya peledakan bahan kimia maka setiap bahan kimia dengan konsentrasi yang tinggi harus disimpan dalam ruangan dengan suhu yang lebih rendah dari titik nyala bahan kimia tersebut. . Setiap bahan kimia yang mudah meledak atau terbakar harus diidentifikasi titik nyala dari bahan tersebut. Setiap karyawan harus memperhatikan bahwa beberapa bahan- bahan padat kimia berbahaya dan beracun tidak boleh terkena air, terkena pemanasan, terjadi gesekan atau terkena cahaya/ sinar matahari karena akan mudah terbakar. 2 2. Mengevaluasi Identifikasi Bahan kimia berbahaya dan beracun. a. Menginventaris bahan-bahan berbahaya yang ada di rumah sakit. b. Buat denah distribusi tempat penyimpanan. c. Identifikasi potensi bahaya yang dipunyai masing-masing bahan berbahaya. d. Berilah tanda bahaya sesuai dengan potensi bahaya yang dipunyai oleh bahan berbahaya yang disimpan dan diletakkan disekitar lokasi dan mudah terlihat. 3. Mengevaluasi Pengadaan bahan kimia berbahaya dan beracun a. Pemesanan 1) Pemesanan Bahan Berbahaya dan Beracun dapat dilakukan apabila disertai surat pesanan yang ditandatangani oleh Kepala Bagian atau Kepala Instalasi. 2) Pemesanan Bahan Berbahaya dan Beracun menggunakan Nota Pemesanan yang terpisah dengan bahan yang tidak termasuk Bahan Berbahaya dan Beracun. 3) Pemesanan harus disertai dengan motivasi/melampirkan data bahwa bahan yang dipesan merupakan B3. 4) Pemesanan dilakukan melalui Distributor resmi yang terdaftar pada Balai POM atau Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 5) Setiap pemesanan harus mencantumkan dengan jelas nama bahan, nama dagang, nama kimia, jumlah yang dipesan, nama dan alamat distributor. 6) Setiap pemesanan harus mencantumkan pernyataan tertulis bahwa pihak distributor akan melampirkan MSDS pada saat penyerahan B3. 7) Tidak diperkenankan memesan B3 yang __terlarang berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. b. Penyerahan Barang 1) Pada saat penyerahan B3, faktur pembelian harus mncantumkan dengan jelas nama bahan, nama dagang, nama 2 kimia, jumlah bahan, nama distributor, dan nama pengimpor/ produsen. 2) Setiap B3 yang diserahkan harus disertai dengan Lembar Data Pengamanan Bahan (Material Safety Data Sheet) yang berisi merk dagang, rumus kimia, jenis B3, Kklasifikasi, teknik penyimpanan, dan tatacara penanganan bila kecelakaan. 3) Pada saat diserahkan, B3 harus memenuhi syarat sebagai berikut : > Diserahkan dalam bentuk kemasan yang kompak > Wadah kemasan tidak bocor > Tidak berkarat Tidak Rusak v > Disertai dengan penandaan nama dagang, nama bahan, berat, yang sesuai dengan yang tertera pada faktur pembelian. 4) Setiap B3 yang diserahkan harus telah memiliki tanda peringatan sesuai dengan jenis dan bahannya, simbol bahaya dan petunjuk PK yang harus mudah dilihat . Bahan Berbahaya dan Beracun tidak dapat diterima apabila : 1) Dokumen tidak lengkap. 2) Sudah kadaluarsa. 3) Label yang tertera pada bahan dan dokumen tidak cocok. 4) Penyerahan B3 harus dilakukan secara langsung kepada petugas penerimaan dan pemeriksaan barang. 5) Penerima dan pemeriksa barang mencocokan jumlah dan jenis barang dengan surat pesanan. 6) Lalu dibuat berita acara penerimaan dan pemeriksaan barang yang ditandatangani oleh penerimaan / pemeriksaan barang dan distributor. 7) Penerima dan pemeriksa barang menyerahkan kepada petugas gudang disertai tanda tangan pada berita acara penerimaan dan pemeriksaan barang oleh petugas 8) Bahan berbahaya dan Beracun langsung ditempatkan pada ruangan/lemari penyimpanan khusus B3. 23, 4. Mengevaluasi Penyimpanan bahan kimia berbahaya dan beracun. Lokasi penyimpanan bahan berbahaya adalah tempat untuk menyimpan bahan yaitu bahan yang mempunyai curahan kausatik/bahan kimia yang banyak, bahan yang mudah terbakar, peralatan dengan tekanan yang tinggi, bahan radioaktif maupun infeksius. Pers: tan Umum Ruang Penyimpanan a. Ruangan Penyimpanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : q) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Kedap air, tidak bocor, ada ventilasi untuk mencegah akumulasi gas, lubang angin harus dilengkapi dengan kasa penutup agar burung dan binatang tidak masuk dan dilengkapi penerangan yang mencukupi. Instalasi penerangan harus tidak menimbulkan ledakan, dengan memasang lampu penerangan dengan tinggi minimal 1 meter di atas kemasan dan semua saklar untuk ruang bahan mudah terbakar harus terpasang dari sisi luar. Tersedia sarana pencucian yang dekat lokasi dan memadai misalnya wastafel untuk membilas mata atau bagian tubuh lainnya yang terpapar bahan berbahaya dan beracun. Tersedia sistem pemadam kebakaran dan deteksi kebakaran yang sesuai dengan luas ruang dan jenis bahan yang disimpan. Tersedia pembangkit listrik cadangan yang berfungsi secara otomatik apabila terjadi ganguan aliran listrik. Tersedia Fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan dalam jumlah dan jenis yang memadai. Tersedia peralatan komunikasi dalam ruang penyimpanan agar memudahkan komunikasi dengan Bagian lain Tersedia pengontrol suhu dan kelembaban di setiap ruang penyimpanan bahan berbahaya dan beracun. Ruangan penyimpanan tidak boleh terkena cahaya matahari secara langsung karena dapat menyebabkan 24 terjadinya reaksi kimia pada bahan-bahan kimia yang tidak stabil. 10) Ruangan penyimpanan bahan berbahaya dan beracun dinyatakan sebagai “restricted area” sehingga setiap orang yang tidakberkepentingan tidak diperkenankan masuk. 11) Semua sistem pengamanan ruangan dan penyimpanan bahan kimia harus diperiksa sekurang-kurangnya setiap bulan. 12) Setiap hasil pemeriksaan harus didokumentasikan, dilaporkan ke Tim K3RS dan ditindaklanjuti. b. Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun harus mengikuti ketentuan sebagai berikut: 1) Dilakukan dengan sistem blok, terdiri dari 2x2 kemasan sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan. 2) Jarak antar blok minimum 60 cm agar masih tersisa ruang untuk melakukan pengawasan rutin 3) Maksimum tumpukan 3 lapis, apabila lebih maka harus dengan memakai rak, kecuali untuk bahan kimia yang disimpan dalam wadah botol, tidak diperkenankan untuk disimpan bersusun. 4) Jarak kemasan terluar tidak bolehkurang 1 meter dari atap. 5) Kemasan BS yang tidak saling cocok harus disimpan terpisah, tidak dalam 1 blok untuk menghindari terjadinya reaksi kimia yang membahayakan. 6) Penempatan kemasan harus dengan syarat tidak ada kemungkinan tumpah ke kemasan lain. 7) Label kemasan harus dapat terlihat dengan jelas. 5. Persyaratan Berdasarkan Jenis B3 a, Bahan Beracun 1) Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi 2) Jauhkan dari bahan lain yang dapat bereaksi 3) Tersedia alat pelindung diri 25 b. Bahan Korosif 1) Ruang penyimpanan harus dingin dan berventilasi 2) Bahan disimpan dalam wadah tertutup dan berlabel 3) Tersedia alat pelindung diri c. Bahan Mudah Terbakar 1) Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi 2) Ruangan/bahan harus jauh dari sumber api/panas 3) Hindari terjadinya loncatan api listrik atau bara rokok 4) Tersedia alat pemadam kebakaran 5) Penyimpanan harus dijauhkan dari bahan kimia oksidator 6) Tersedia alat pelindung diri d. Bahan Mudah Meledak 1) Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi 2) Ruangan/bahan harus jauh dari sumber api/panas 3) Tersedia alat pemadam kebakaran 4) Tempat penyimpanan tidak menimbulkan gesekan atau benturan mekanis 5) Tersedia alat pelindung diri e. Bahan Oksidator 1) Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi 2) Ruangan/bahan harus jauh dari sumber api/panas 3) Hindari terjadinya loncatan api listrik atau bara rokok 4) Penyimpanan harus terpisah dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi 5) Tersedia alat pemadam kebakaran {, Bahan Reaktif 1) Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi 2) Ruangan/bahan harus jauh dari sumber api/panas 3) Ruangan harus kedap air 4) Tersedia alat pemadam kebakaran 5) Tersedia alat pelindung diri 6. Mengevaluasi pengamanan bahan kimia berbahaya dan beracun a. Makan, minum atau merokok tidak diperkenankan apabila sedang bekerja dengan bahan kimia berbahaya dan beracun. 26 b. Diupayakan dalam pengambilan bahan kimia tidak berlibihan, karena apabila dikembalikan kedalam wadah semula, ini akan dapat menimbulkan suatu reaksi kimia yang berbahaya. Harus diupayakan pengambilan bahan secara tepat tanpa berlebihan. c. Apabila sedang mengerjakan pencampuran bahan kimia, tidak diperkenankan meninggalkan tempat sehingga _ proses pencampuran/ reaksi tidak diawasi. d. Tidak diperkenankan mencicipi/ merasa bahan kimia jenis apapun. Apabila harus mencium bahan kimia maka lakukan dengan sangat hati-hati dengan mempergunakan ujung botol schingga hanya sebagian kecil uap yang masuk ke hidung. ¢. Tidak diperkenankan menyimpan mantel, baju lapis, atau buku dalam ruang yang berisi bahan kimia karena bisa terkontaminasi oleh bahan kimia. > Setiap karyawan harus mengetahui lokasi dari Alat Pemadam Api Ringan (APAR), tempat pembilasan, dan mengetahui cara mempergunakan peralatan tersebut. > Setelah kejadian pemaparan, kecelakaan, kebakaran, peledakan atau adanya tumpahan bahan, karyawan harus segera memberitahukan kepada Kepala Bagiannya atau atasan langsung. > Penggunaan bahan kimia berbahaya dan beracun 7. Mengevaluasi Tatacara Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun a. Dalam menangani bahan kimia berbahaya dan beracun, setiap karyawan harus menghindari terjadinya inhalasi bahan, penyerapan melalui kulit, tertelan melalui mulut, atau kontak langsung dengan peralatan/ bahan b. Dalam menuang bahan kimia cair, harus dilakukan dengan hati- hati dan menghindari terjadinya tumpahan, jika mengenai label harus mengganti label. 27 c. Sebelum menuang bahan kimia, pekerja harus membaca dengan teliti label bahan kimia. Apabila label sudah tidak jelas atau tidak ada maka tidak diperkenankan mengambil bahan kimia dari kontener d. Apabila menuang bahan kimia cair dari kontener yang besar ke dalam gelas ukur yang kecil maka gelas ukur harus ditahan agar cairan tidak tumpah. Setiap pekerja yang menangani bahan kimia berbahaya dan beracun harus mempergunakan sarung tangan, gown, sepatu tertutup dan celana panjang, pekerja tidak diperkenankan memakai celana pendek, baju lengan pendek dan sepatu yeng terbuka, apabila bekerja dengan bahan kimia yang berbahaya dan beracun. 8. Mengevaluasi Pelabelan/symbol Setiap kemasan atau tempat/wadah untuk penyimpanan, pengolahan, pengumpulan, pemanfaatan limbah B3 wajib diberi simbol dan label yang menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3. Pelabelan bahan kimia berbahaya dan beracun mengacu pada kepada peraturan menteri lingkungan hidup no 3 tahun 2008 tentang symbol dan label Bahan kimia berbahaya dan beracun. 9. Mengevaluasi Penanganan bila terkena bahan kimia berbahaya dan beracun a. Apabila terkena bahan berbahaya dimata maka lepaskan lensa kontak apabila memakainya,kemudian basuh mata dengan air yang mengalir sebanyak - banyaknya sedikitnya selama 15 menit.Upayakan tetap terus membuka mata mata.Apabila mata merah atau bengkak maka carilah pertolongan medis segera dengan membawa lembar data keselamatan bahan. b. Apabila terkena bahan berbahaya dan beracun dikulit segera basuh dengan air mengalir selam 15 menit dapat pula dengan memberi sabun disinfektan, tutupi luka yang teriritasi dengan melunakkan, segera lepas baju atau pakian, sepatu dan cuci 28 10. peralatan sebelum digunakan kembali. Apabila terjadi iritasi atau luka 30 bakar dapat memberikan krim anti bakteri untuk melunakkan luka dan segera cari pertolongan medis dan bawa MSDS bahan tersebut. . Apabila menelan bahan berbahaya dan beracun dapat mengakibatkan luka bakar dan korosi pada tenggorokan atau kerongkongan sehingga sakit saat menelan. Jangan muntahkan apabila posisi masih sadar dan tidak disuruh oleh tenaga medis, dapat pula memberikan minum 1-2 gelas air atau susu dan hindari pemanis buatan pada orang yang sadar. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, ikat pinggang, dasi. Segera carilah pertolongan medis dan bawa MSDS bahan tersebut. . Apabila menghirup bahan berbahaya dan beracun segera keluar dari ruangan mencari udara segar, dan apabila tidak bernafas dapat memberikan napas buatan dari mulut ke mulut apabila tidak membahayakan,apabila sulit bernafas dapat memberikan oksigen. Carilah pertolongan medis segera dengan membawa MSDS bahan tersebut. Mengevaluasi pembuangan limbah Limbah yang termasuk dalam kategori limbah B3 dalah : a. Botol/Wadah bekas kemasan, bekas tumpahan, abu incinerator,bola lampu, abu incinerator, obat kadaluarsa, batu baterai, dil. b. Petugas yang menggunakan bahan kimia beracun dan berbahaya mengumpulkan kedalam kantong plastik merah. c. Petugas membawa ke TPS limbah B3 setiap hari 2x sehari. d. Petugas TPS limbah B3 menimbang,mencatat pada neraca limbah, menyimpan dan melaporkan kepada kepala sanitasi,serta memberi label pada wadah limabah sesuai Permen LH No 3 Tahun 2008 Tentang symbol dan label B3. ¢. Kepala sanitasi melaporkan hasil neraca limbah ke BLH setiap 3 bulan sekali. 29 ll. f. Petugas TPS menghubungi pihak ketiga untuk mengangkut limbah setelah masa simpan berakhir atau jika volume limbah sudah penuh. g. Pihak ketiga menimbang limbah dan mencatat pada lembar manifest. h, Petugas TPS B3 menandatanggani lembar manifest dan memastikan lembar ketujuh manifest diterima. Pihak ketiga membawa limbah ketempat pengolahan. Mengevaluasi Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Jes jenis B3 dan limbahnya: a. Limbah Infeksius Limbah yang diduga mengandung patogen (bakteri, virus, parasit dan jamur) dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada pejamu yang rentan meliputi : 1) Kultur dan stok agesn infeksius dari _aktivitas laboratorium. 2) Limbah hasil operasi atau otopsi dari pasien yang menderita penyakit menular. 3) Limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bagian isolasi. 4) Alat atau materi lain yang tersentuh orang yang sakit. b. Limbah Patologis Limbah patologis adalah limbah yang berasal dari jaringan tubuh manusia meliputi : 1) Organ tubuh 2) Janin 3) Darah 4) Muntahan, urin dan cairan tubuh yang lain 5) Jaringan tubuh yang tampak nyata (anggota badan dan plasenta yang tidak melalui penguburan). c. Limbah Benda Tajam Limbah dengan materi padat yang dapat menyebabkan luka iris atau luka tusuk meliput : 30 1) Jarum suntik 2) Kaca sediaan ( preparat glass ) 3) Infus set 4) Ampul / vial obat 5) Pecahan kaca dan lain-lain |. Limbah Farmasi Yaitu limbah yang mengandung bahan-bahan farmasi meliputi: 1) Produk farmasi, obat, vaksin, serum yang sudah kadaluarsa, tumpahan obat dan lain-lain 2) Obat-obat kadaluarsa, obat yang dikembalikan oleh pasien dan limbah yang dihasilkan selama peraciakn / produksi obat. 3) Termasuk sarung tangan, masker, botol / kotak yang berisi residu dan lain-lain ._Limbah Sitotoksis Limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup. Limbah stotoksik sangat berbahaya © dan _—bersifat_' ~—mutagenik, teratogenik,karsinogenik meliputi : 1) Obat-obatan sitostatika 2) Muntahan, urin/tinja pasien diterasi dengan obat-obatan sitostatik, zat kimia, maupun radioaktif 3) Formaldehid Limbah Kimiawi Yaitu limbah yang mengandung zat kimia yang berasal dari aktifitas diagnostik, pemeliharaan kebersihan dan pemberian desinfektan meliput : 1) Zat kimia fotografis 2) Reagensia 3) Solven dan lain-lain 31 g. Limbah Radioaktif Yaitu bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan medis tau riset radionuclida. Limbah ini berasal dari : 1) Tindakan kedokteran nuklir, radioimmunossay 2) Bakteriologis dapat berbentuk padat, cair atau gas. h. Limbah Kontainer Bertekanan Yaitu limbah medis yang berasal dari kegiatan di instalasi kesehatan yang memerlukan gas meliputi : 1) Gas dalam tabung 2) Cartridge 3) Kaleng aerosol dan lain-lain i, Limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi Limbah medis yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi termasuk dalam sub kategori limbah berbahaya dan biasanya sangat toksik meliputi : 1) Limbah logam merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran (termometer dan stetoskop) 2) Tambal gigi Pengelolaaan limbah Pengelolaan Limbah dapat dilakukan mulai dari sebagai berilut : 1. Identifikasi Limbah a. Padat b. Cair c. Tajam d. Infeksius e. Non infeksius 2. Pemisahan a. Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah b. Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah c. Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya d. Limbah cair segera dibuang ke wastafel 3. Labeling a. Limbah padat infeksius : Plastik kantong kuning 32 b. Limbah padat non infeksius : Plastik kantong warna hitam c. Limbah benda tajam:Wadah tahan tusuk dan air 4. Packing a. Tempatkan dalam wadah limbah tertutup b. Tutup mudah dibuka, sebaiknya bisa dengan menggunakan kaki c. Kontainer dalam keadaan bersih d. Kontainer terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat e. Tempatkan setiap kontainer limbah pada jarak 10-20 meter f. Tkat limbah jika sudah terisi 3/4 penuh g. Kontainer limbah harus dicuci setiap hari.. 5. Penyimpanan a. b. za Simpan limbah di tempat penampungan sementara TPS ‘Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat Beri label pada kantong plastik limbah Setiap hari limbah diangkat dari tempat penampungan sementara Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup Tidak boleh ada yang tercecer Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah Tempat penampungan sementara (TPS) harus di area terbuka, terjangkau (oleh kendaraan), aman dan selalu dijaga kebersihannya dan kondisi kering. 6. Pengangkutan a. Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup Tidak boleh ada yang tercecer Sebaiknya lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah. 33 7. Treatment a. Limbah infeksius di masukkan dalam TPS B3 b. Limbah non infeksius dibawa ke tempat pembuangan limbah umum c. Limbah benda tajam dimasukkan dalam incenerator Limbah cair dalam wastafel di ruang spoelhok ¢. Limbah feces, urine kedalam WC. Penanganan Limbah Benda Tajam a, Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam b. Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat Segera buang limbah benda tajam ke Safety box /tempat khusus tahan tusuk dan air ° ae Selalu buang sendiri oleh si pemakai ¢. Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai Safety box benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan. Penanganan Limbah Pecahan Kaca > Gunakan sarung tangan rumah tangga > Gunakan kertas/koran untuk mengumpulkan pecahan benda tajam tersebut, kemudian bungkus dengan kertas > Masukkan dalam kontainer tahan tusukan Unit Pengelolaan Limbah Cair > Kolam Equalisasi air limbah (An aerob) > Tangki Biofilter (Aerob) > Uji Kolam Biologis (kolam indicator) > Bak Desinfeksi Pembuangan Limbah Terkontamina: Pembuangan limbah terkontaminasi yang benar meliputi : > Insenerasi (pembakaran) untuk menghancurkan bahan - bahan sekaligus mikroorganismenya. (Ini merupakan metode terbaik untuk pembuangan limbah __ terkontaminasi. Pembakaran juga akan mengurangi volume limbah dan memastikan bahwa bahan-bahan tersebut tidak akan dijarah 34 dan dipakai ulang). Namun bagaimanapun juga pembakaran akan dapat mengeluarkan kimia beracun ke udara. > Mengubur limbah terkontaminasi agar tidak disentuh lagi. - Masukkan kedalam kantong plastic warna kuning, selanjutnya letakkan di TPS B3 untuk dapat di ambil oleh pihak ke Ill yang ber ijin dan bekerja sama dengan RSUD Suradadi untuk dilakukan pengelolaan/dimusnahkan. Penanganan Limbah Terkontaminasi > Untuk limbah terkontaminasi, pakailah wadah kantong-kantong plastik yang berwarna digunakan untuk membedakan limbah umum (yang tidak terkontaminasi dengan yang terkontaminasi) pada sebagian besar fasilitas kesehatan. > Gunakan wadah (safety box) tahan tusukan untuk pembuangan semua benda-benda tajam. (Benda-benda tajam yang tidak akan digunakan kembali) > Tempatkan wadah limbah dekat dengan lokasi terjadinya limbah itu dan mudah dicapai oleh pemakai (mengangkat-angkat limbah kemana-mana meningkatkan risiko infeksi pada pembawanya). Terutama penting sekali terhadap benda tajam yang membawa risiko besar kecelakaan perlukaan pada petugas kesehatan dan staf. > Peralatan yang dipakai untuk mengumpulkan dan mengangkut limbah tidak boleh dipakai untuk keperluan lain v Cuci semua wadah limbah dengan larutan pembersih disinfektan (larutan klorin 0,5% + sabun) dan bilas teratur dengan air. > Gunakan Alat Perlindungan Diri (APD) ketika menangani limbah (misalnya sarung tangan utilitas dan sepatu pelindung tertutup). v Cuci tangan antiseptik berbahan dasar alkohol tanpa air setelah melepaskan sarung tangan apabila menangani limbah. Membuang Limbah Berbahaya Bahan Bahan kimia termasuk sisa-sisa bahan-bahan sewaktu pengepakan, bahan-bahan kadaluwarsa atau kimia dekomposisi, atau bahan kimia tidak dipakai lagi. Bahan kimia yang tidak 35 terlalu banyak dapat dikumpulkan dalam wadah dengan limbah terinfeksi, dan kemudian diinsenerasi atau letakkan di TPS B3 untuk dapat di ambil oleh pihak ke II yang ber ijin dan bekerja sama dengan RSUD = Suradadi_— untuk —_dilakukan pengelolaan/dimusnahkan. Limbah Farmasi Limbah farmasi (obat dan bahan obat-obatan), dapat dikumpulkan dalam wadah dengan limbah terinfeksi dan letakkan di TPS B3 untuk dapat di ambil oleh pihak ke III yang ber ijin dan bekerja sama dengan RSUD = Suradadi_ untuk ~—_dilakukan pengelolaan/dimusnahkan. C. KEWASPADAAN BENCANA 1, Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan Kegiatan Pokok: Kesiapan Menghadapi Bencana di RSUD Suradadi Rincian Kegiatan a. Inventarisasi Bencana RSUD Suradadi : 1) Internal 2) Eksternal b. Membuat penilaian resiko bencana Rumah Sakit. c. Membuat tim Kesiapan menghadapi bencana. d.InventarisasiPeralatan dan perlengkapan pencegahan dan pengendalian bencana. 2 . Membuat/ memperbaiki rambu-rambu kewaspadaan bencana Melakukan pelatihan pencegahan dan pengendalian bencana. g. Melakukan simulasi penanggulangan bencana. h, Melakukan evaluasi pelaksanaan program Kesiapan Menghadapi Bencana. 2. Cara Melaksanakan Kegiatan. a. Membuat seluruh jenis kemungkinan bencana baik internal maupun Eksternal di RSUD Suradadi b, Membuat penilaian resiko bencana RSUD Suradadi 36 c. Pembentukan tim dalam kesiapan menghadapi bencana (Disaster) d. Menginventarisasi peralatan dan perlengkapan pencegahan dan pengendalian bencana. ¢, Membuat Titik Kumpul dan memperbaiki denah jalur evakuasi serta denah tempat beresiko serta memasang rambu-rambu kewaspadaan bencana di area RSUD Suradadi. f, Melakukan pelatihan pencegahan dan pengendalian bencana 1) Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPPGD). Penanggulangan bencana baik yang terjadi di dalam maupun diluar rumah sakit, tidak terlepas dari kesiapan personel IGD dalam menangani korban di IGD secara profesional. 2) Melakukan pelatihan berupa in house training kepada seluruh personel rumah sakit secara bergiliran. 3) Melanjutkan secara berkesinambungan pelatihan-pelatihan bagi petugas IGD dan anggota tim yang lain untuk penanggulangan bencana. g. Melakukan simulasi pencegahan dan pengendalian bencana. Simulasi pencegahan dan pengendalian bencana diadakan setahun sekali dengan melibatkan semua personel RSUD Suradadi, pasien dan pengunjung dan unit independen. h, Melakukan evaluasi pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian bencana, dengan cara : 1) Monitoring denah jalur evakuasi dan denah tempat beresiko serta rambu-rambu evakuasi. 2) Melakukan test/Wawancara kepada semua personel RSUD Suradadi tentang kesiapan menghadapi Bencana. D. PENANGGULANGAN KEBAKARAN Perkembangan rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan rujukan dengan pemanfaatan teknologi kedokteran yang semakin canggih dan sarana prasarana penunjang memungkinkan terjadinya kecerobohan dalam penggunaan peralatan tersebut dikarenakan kemampuan dan keterampilan operator/tenaga kerja yang kurang 37 memadai sehingga dapat menimbulkan suatu kemungkinan bahaya yang besar berupa kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja yang semuanya itu dapat menimbulkan kerugian jiwa serta material baik bagi pasien, pengunjung, maupun staf rumah sakit. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 38-73% kecelakaan akibat kerja diakibatkan oleh tertusuk jarum, prevalensi gangguan mental emosi mencapai 17,7%. Oleh karena itu, untuk mengurangi faktor yang merugikan semua pihak diperlukan langkah-langkah dan tindakan yang mendasar dan prinsip sebagai teknik pengendalian, pencegahan dan penanggulangan yang bertitik tolak pada penyebab perbuatan manusia yang berbahaya (unsafe action) dan kondisi yang berbahaya (unsafe condition) maka disusunlah program keselamatan dan keamanan di lingkungan RSUD Suradadi. Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan faktor-faktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan pegawai, suatu rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya, inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap-pakainya maupun dari segi mudah dicapainya. 1. Pencegahan Kebakaran Pengelolaan pencegahan kebakaran di Rumah Sakit yaitu dengan mengendalikan sumber panas seperti Listrik, listrik statis, nyala api dan bahan mudah terbakar seperti kertas, karpet, karet, dll. Cara pengendaliannya adalah sebagai berikut : a) Menetapkan larangan merokok di Rumah Sakit. b) Monitoring Inspeksi Listrik secara teratur. c) Menyediakan alat Pemadam Api ringan dengan jumlah cukup sesuai ketentuan yang berlaku. 38 d) Inspeksi Peralatan Pemadaman Kebakaran secara berkala. e) Pemasangan tanda-tanda peringatan bahaya kebakaran pada tempat-tempat berisiko. f) Pemasangan tanda-tanda atau jalur evakuasi. 2. Penanggulangan Kebakaran Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan adanya Oksigen dalam kebakaran tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan Alat pemadam Api Ringan (APAR) yang fungsinya mengisolasi adanya oksigen dalam api tersebut, selain itu dapat digunakan air untuk memadamkan kebakaran sebagai media yang dapat menimbulkan reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari kebakaran tersebut. Agar pegawai dapat melakukan penanggulangan kebakaran secara dini maka dilakukanlah pelatihan secara berkala cara menggunakan APAR dan simulasi penggunaan APAR. Jadi cara penanggulangan Kebakaran di RSUD Suradadi adalah sebagai berikut : > Menyediakan dan mengontrol fungsi alat pendeteksian panas agar berfungsi baik. > Menyediakan dan mengontrol fungsi Alat pendeteksi asap agar berfungsi baik. > Alarm kebakaran dengan jumlah cukup. > Alat pemadam api ringan (APAR) dengan jumlah cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku. > Diklat pemadaman api bagi pegawai Rumah Sakit, yang dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun. No. Kegiatan 1 | Pengadaan Alarm Kebakaran Tradisional 2 |Pemasangan Helm Petugas Red Code dan Pembuatan Jadwal Petugas Jaga 3. | Sosialisasi Jalur Evakuasi Bencana 39 Pengisian Ulang APAR Pemeriksaan Hydrant Pelatihan Simulasi Kebakaran Evaluasi Alarm Kebakaran Pengajuan APD Petugas Pemadam Kebakaran Evaluasi Jalur Evakuasi 10 | Pelatihan Penggunaan APAR ii | Pelatihan Penanggulangan Kebakaran 12 | Bvaluasi Program Penanggulangan Kebakaran E, MANAJEMEN FASILITAS FISIK Rumah Sakit menjalin tersedianya fasilitas yang aman, berfungsi dan supportif bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung, untuk mencapai tujuan ini penatalaksananya harus berkelola secara efektif. Secara khusus, manajemen harus berusaha keras untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko, mencegah kecelakaan dan cidera dan memelihara kondisi aman. Setiap pengunjung maupun pasien berhak atas kenyamanan yang diperoleh dari Rumah Sakit, untuk itu perlu dijaga keselamatan maupun kemanannya. Peraturan perusahaan dan pemeriksaan oleh yang berwenang di daerah menentukan bagaiman fasilitas dirancang, digunakan dan dipelihara. Seluruh Rumah Sakit tanpa memperdulikan besar kecilnya dan sumber daya yang dimiliki, harus mematuhi ketentuan yang berlaku sebagai bagian dari tanggung jawab mereka terhadap pasien, keluarga, staf dan para pengunjung. Rumah Sakit harus mematuhi peraturan perundangan dan memahami tentang detail fasilitas fisiknya untuk dapat menyusun perencanaan. Secara proaktif mengumpulkan data dan menggunakannya dalam strategi mengurangi risiko dan meningkatkan keselamatan dan keamanan lingkungan asuhan pasien, yang pada akhirnya semua fasilitas yang tersedia mampu mendukung keselamatan masyarakat yang ada di Rumah Sakit. Agar upaya keselamatan dan keamanan fasilitas di RSUD SURADADI dapat berjalan seperti yang diharapkan maka perlu disusun Program Keselamatan dan Keamanan Fasilitas Fisik RSUD SURADADI. Kegiatan Pokok Dan Rincian Kegiatan Kegiatan program keselamatan dan keamanan fasilitas fisik di RSUD SURADADI adalah sebagai berikut : a. Mengevaluasi Manajemen Risiko Kemanan dan Keselamatan 1 Melakukan indentifikasi area yang berisiko keamanan dan keselamatannya. Melakukan monitoring area yang berisiko terjadinya masalah keselamatan dan keamanan, dengan cara pemasangan kamera CCTV di daerah berisiko dan menempatkan access control di daerah berisiko keamanan. Pemasangan tanda pengenal untuk semua staf, pengunjung, pedagang/vendor di lingkungan Rumah Sakit. Hal ini ditunjukan untuk memastikan seluruh penghuni Rumah Sakit dapat diidentifikasi dan menghindari adanya pengunjung yang menganggu keamanan dan keselamatan di Rumah Sakit. Pengawasan Keamanan dan Keselamatan selama masa renovasi atau pembangunan. Berbagai risiko keselamatan dan keamanan diawasi dengan melibatkan seluruh tenaga yang terlibat dalam proses pembangunan dan renovasi, guna menjaga keamanan dan keselamatan pekerja dan staf Rumah Sakit selama proses pembangunan berlangsung. b. Mengevaluasi manajemen Fasilitas Fisik, dilakukan dengan cara Pemeriksaan fasilitas fisik secara komprehensif (mencatat semua perabot yang tajam dan rusak yang dapat mengakibatkan cidera, fasilitas yang perlu perbaikan dan pemeliharaan secara rutin). Menetapkan response/action plan terhadap _hasil pemeriksaan yang dilakukan dalam poin a di atas a 3. Menyusun anggaran untuk mengganti sistem, perbaikan fasilitas yang rusak, pemeliharaan fasilitas rutin dan hal-hal terkait pengamanan fasilitas fisik. 4. Melakukan monitoring —terhadap-—_—pelaksanaan reponse/ action plan. c. Edukasi Staf Terkait dengan Keselamatan dan Kemanan Staf yang edukasi adalah staf Teknisi, Staf Rumah Tangga, dan Staf anggota TIM K3RS sesuai syarat dalam Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. d. Mengevaluasi monitoring Kepatuhan Unit Independen/penyewa lahan tahap program keamanan dan keselamatan Rumha Sakit. Unit Idependen diidentifikasi dan diberikan sosialisasi terkait pelaksanaan program keamanan dan keselamatan Rumah Sakit. Monitoring kepatuhan unit idependen dilakukan berkala untuk memastikan konsistensi_ kepatuhan masing-masing unit terhadap program keamanan dan keselamatan Rumah Sakit. ¢. Mengevaluasi Pencatatan dan Pelaporan Insiden/Cidera akibat fasilitas yang tidak memberikan keamanan dan keselamatan. Hal ini untuk mencegah terulangnya/cidera dan menyusun rencana proaktif untuk menguragi risiko yang dapat terjadi. f. Mengevaluasi Pelaporan pelaksanaan kegiatan dan rencana tindak lanjutnya. Pelaporan pelaksanaan program dan menentukan perbaikan terkait pelaksanaan program. F, MANAJEMEN ALAT KESEHATAN Pelayanan di bidang kesehatan RSUD Suradadi yang diberikan kepada masyarakat salah satunya adalah alat kesehatan untuk mendukung tindakan medis dan penentuan diagnostic yang masing- masing jenis penyakit berbeda-beda standar penggunaan alat dan proses keluaran data hasil pemeriksaan serta tindakannya. Keberhasilan suatu tindakan medis dalam menentukan diagnosa sangat dibutuhkan data pendukung yang dihasilkan oleh alat kerja, alat periksa dan alat tindakan medis yang baik, standart, dan akurat serta untuk menjaga terjadinya penyimpangan keluaran dari alat kesehatan tersebut. 42 1. Uji Kelayakan Pemantauan terhadap kelayakan alat kesehatan adalah dengan cara : Kalibrasi yang dilakukan oleh lembaga pemerintah yang telah ditentukan. 2. Sistem Recall Sangat dimungkinkan sekali adanya recall terhadap alat kesehatan yang sedang/sudah tidak dipakai. Sehingga sangat diperlukan adanya system penarikan. Berbagai jenis alas an penarikan adalah sbb: a. Mengevaluasi penarikan karena status kalibarasi b. Mengevaluasi penarikan karena regulasi/larangan c. Mengevaluasi penarikan karena rusak d. Mengevaluasi penarikan oleh vendor G. PENDIDIKAN DAN LATIHAN Dalam upaya untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan, Keterampilan, dan pengalaman pegawai rumah sakit dalam melaksanakan kegiatan /unsur-unsur K3 maka dipandang perlu untuk melaksanakan pendidikan dan latihan K3. Tujuan diselenggarakankannya diklat K3 adalah untuk membentuk karyawan yang peka, tanggap dan waspada terhadap K3 sehingga mempunyai kesadaran dan kemauam untuk melakukan kegiatan-kegiatan K3. Ruang lingkup kegiatan diklat adalah : 1. Diklat kelas Diklat kelas untuk pembahasan teori, dan diskusi sesuai dengan materi yang disampaikan dan berkaitan dengan unsur-unsur K3. 2. Simulasi Dilakukan simulasi K3 yang bermanfaat_memberikan pengalaman dan gambaran suatu peristiwa kejadian K3, seperti : > Pemadaman api dengan APAR > Evakuasi Pasien > Penanganan tumpahan B3 43 BABV LOGISTIK Adapun barang-barang yang di stok bagian K3RS adalah Sbb : Kertas berkop Kerta HVS 70 gram ATK Helm Safety APAR 9 PF EPP LP BAB VI KESELAMATAN KERJA A. Manajemen risiko qi: Pengertian Manajemen risiko K3RS adalah proses yang bertahap dan berkesinambungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja secara komperhensif di lingkungan Rumah Sakit. Manajemen risiko merupakan aktifitas klinik dan administratif yang dilakukan oleh Rumah Sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam melakukan manajemen risiko K3RS perlu dipahami hal-hal berikut: a. Bahaya potensial/hazard yaitu suatu keadaan/kondisi yang dapat mengakibatkan (berpotensi) menimbulkan kerugian (cedera/injury/penyakit) bagi pekerja, _ menyangkut lingkungan kerja, pekerjaan (mesin, metoda, material), pengorganisasian pekerjaan, budaya kerja dan pekerja lain. b. Risiko yaitu kemungkinan/peluang suatu bahaya potensial (hazard) menjadi suatu kenyataan, yang bergantung pada: 1) pajanan, frekuensi, konsekuensi 2) dose-response c. Konsekuensi adalah akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan secara kualitatif atau kuantitatif, berupa kerugian, sakit, cedera, keadaan merugikan atau menguntungkan. Bisa juga berupa rentangan akibat-akibat yang mungkin terjadi dan berhubungan dengan suatu kejadian. Tujuan Manajemen risiko K3RS bertujuan untuk melakukan identifikasi, meminimalkan cidera serta risiko lain sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap keselamatan dan kesehatan 45, sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit. Proses Manajemen Risiko K3RS a. Persiapan/Penentuan Pada tahap persipan dilakukan penentuan konteks proses menajemen risiko K3RS meliputi: 1. Penentuan tanggung jawab dan pelaksana kegiatan manajemen risiko 2. Penentuan ruang lingkup manajemen risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja. 3. Penentuan semua aktivitas (baik normal, abnormal maupun emergensi), proses, fungsi, proyek, produk, pelayanan dan aset di tempat kerja. 4. Penentuan metode dan waktu pelaksanaan_ evaluasi manajemen risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja. b. Identifikasi Bahaya Potensial Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap bahaya potensial yang kemungkinan dapat menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan pada pekerja, pasien, pengantar pasien dan pengunjung. Bahaya potensial yang dimaksud meliputi : 1) Fisika Contoh : kebisingan, suhu, getaran, radiasi 2) Kimia Contoh : formaldehid, alkohol, bahan pembersih lantai, desinfectan 3) Biologi Contoh: bakteri, virus, mikroorganisme, tikus, kecoa, kucing 4) Ergonomi Contoh: posisi statis, manual handling, mengangkat beban. 5) Psikososial Contoh: beban kerja, hubungan atasan dan bawahan atau antar pekerja yang tidak harmonis, pelecehan atau 46 perilaku yang tidak mendukung budaya keselamatan. Pelecehan mengacu pada berbagai perilaku yang tidak diinginkan dan dianggap sebagai gangguan termasuk menganiaya, memaksa, mengganggu, mengintimidasi dan menghina orang lain karena ras, usia, kecacatan, atau jenis kelamin. Pelecehan biasanya serangkaian insiden, bukan satu peristiwa dan mungkin mencakup: a. memukul atau mendorong b. berteriak, mengejek atau mengolok-olok orang ¢. mengancam untuk memberikan penilaian kinerja yang buruk d. menolak makan dengan seseorang kritik oleh seorang manajer secara publik memindahkan pekerja karena memiliki HIV pelecehan seksual rR mo kekerasan World Health Organization (WHO) mendefiniskan kekerasan di tempat kerja sebagai suatu kejadian dimana pekerja dilecehkan, diancam atau diserang pada kondisi sehubungan dengan pekerjaannya, termasuk pada perjalanan menuju dan dari tempat kerja, yang melibatkan ancaman eksplisit maupun implisit terhadap keamanan, kesejahteraan atau kesehatannya (Anonimous, 2003). National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) menyatakan bahwa kekerasan di rumah sakit dapat terjadi baik pada siapa saja baik perawat, dokter maupun pekerja lainnya (tenaga adminsitrasi, petugas kebersihan maupun petugas keamanan). 6) Mekanikal Contoh: terpotong, tersayat, tertusuk. 7) Elektrikal Contoh: tersengat listrik, hubungan arus pendek 47 8) Limbah Contoh: limbah padat medis dan non medis, limbah gas dan limbah cair Gambar 1. Alur manajemen risiko RSUD Suradadi oO PERSIAPAN }~——+ | Komunikasi Monitor ‘dan | Tabel 1. Identifikasi bahaya potensial di RSUD Suradadi Tenaga yang Bahaya Potensial | Jenis Kegiatan Lokasi berpotensi terpajan Fisika Radiasi pengion _| Melakukan Radiologi Radiografer pemeriksaan dg sinar x-ray Bising Melakukan Instalasi Food- kegiatan gizi/dapu handler/chef pengolahan r Pekerja sarana makanan fisik Getaran Melakukan Ruang poli. | Dokter gigi kegiatan gigi tindakan medis gigi 48 Suhu panas Melakukan Ruang Food-handler/chef kegiatan genset-boiler pengolahan makanan oe Melakukan kegiatan | Instalasi Petugas pengambulan/penyim| gizi/dapur _| rekam medis panan arsip rekam | Gudang Petugas medis Melakukan | rekam medis_| sarana/prasara kegiatan perbaikan | Bengkel na fisik peralatan RS kerja Kimia oe Melakukan Semua lokasi | Dokter, perawat, kegiatan cuci petugas non tangan medis, petugas kegiatan farmasi Dokter, pemeriksaan perawat laboratorium Melkaukan kegiatan penanganan obat Gas-gas anestesi_ | Melakukan Gudang kegiatan farmasi tindakan Ruang pemberian oabt operasi anestesi sebelum | pembedahan 49 Biologi Melakukan IGD, ruang | Dokter, perawat Virus Hepatitis-B | tindakan rawat inap | Analis, dokter PK | HIV medis/penyunti Laboratoriu | Dokter, perawat Tuberculosis kan Melakukan m Analis pengambilan Ruang rawat | Radiografer sampel darah jalan, ruang | Semua area Melakukan rawat inap | Kecuali anamneeis dart Laboratoriu | Perkantoran pemeriksaan m Area eoaen Radiologi Pelayanan Pemeriksaan Pasien sampel dahak Pemeriksaan radiologi Ergonomi Melakukan kegiatan |IGD, ruang | Petugas adm, Angkat-angkut | memindahkan rawat inap, | perawat, security, pasien manual dari radiologi, Radiographer Posisi tubuh yang | mobilke brangkar |ruangHD __| Dokter, perawat, janggal dari brangkar ke bed] IGD, rawat _| petugas adm, Posisi duduk lama | Pemeriksaan inap, HD, radiografer, analis Melakukan kegiatan | poli gigi, Petugas pemeriksaan=/tinda | radiologi, akuntansi/keuanga| kan n medis terhadap laboratorium | , operator computer | pasien | atau pemindahan | Pekerja di pasien gedung Melakukan kegiatan | perkantoran | administrasi Psikososial Bekerja dalam Semua area | Dokter IGD, dokter sistem Kerja bergilir/shift | gilir/shift (pagi-sore-| kecuali rawat inap, perawat ‘Ancaman malam) perkantoran | petugas adm, kekerasan/ Melakukan kegiatan | Area analis, radiografer, pelecchan edukasi/penjelasan | pelayanan _| food-handler, 50 terhadap pasiens petugas binroh, pasien/keluarga petugas sarana- pasien prasarana, operator| Telepon Semua petugas Analisis Risiko Analisis risiko bertujuan untuk mengevaluasi besaran risiko kesehatan pada pekerja. Analisis awal ditujukan untuk memberikan gambaran seluruh risiko yang ada. Kemudian disusun urutan risiko yang ada. Prioritas diberikan kepada risiko-risiko yang cukup signifikan dapat menimbulkan kerugian. Matriks analisis risiko dinilai berdasarkan kategori seperti pada tabel berikut: 1) Penilaian peluang Peluang untuk terjadinya risiko/dampak kesehatan dapat digunakan kriteria seperti tabel berikut: ‘Tabel 1. Penilaian peluang Tingkatan Kriteria Penjelasan Almost Kejadian| akan . certain/Hampir Pasti | hampir pasti terjadi, pada sistem saat ini Likely/Kemungkinan | Kejadian mungkin - besar terjadi, pada sistem saat ini Possible /Mungkin Kejadian mungkin Cc terjadi pada kondisi tertentu 51 Unlikely/Kemung kinan kecil Rare/Jarang Sekali Kejadian kemungkinan kecil terjadi pada kondisi tertentu Kej ian sangat kec’ kemungkinan terjadi hanya pada kondisi khusus 2) Penilaian dampak 3) Matriks penilaian risiko Penilaian risiko dilakukan berdasarkan tabel kriteria dampak dan tabel kriteria peluang sebagai berikut: Tabel 3. Matriks penilaian risiko 52 Keterangan: E = Extreme Risk H = High Risk M = Moderate Risk L = Low Risk Extreme risk | Hentikan pekerjaan hingga dilakukan perbaikan yang memadai. Segera terapkan rencana pengendaliannya High risk Masih prioritas tinggi, tetapkan target waktu untuk Bertindak Medium risk | Masih prioritas tinggi, tetapkan target waktu untuk Bertindak Low risk Tetapkan budget__untuk _upaya pengendalian, tangguang —jawab mangement harus ditetapkan Evaluasi Risiko Evaluasi Risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang digunakan. Pada tahapan ini, tingkat risiko yang telah diukur pada tahapan sebelumnya dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Selain itu, metode pengendalian yang telah diterapkan dalam menghilangkan/meminimalkan risiko dinilai_kembali, apakah telah bekerja secara efektif seperti yang diharapkan. Dalam tahapan ini juga diperlukan untuk membuat 53 keputusan apakah perlu untuk menerapkan metode pengendalian tambahan untuk mencapai standard atau tingkat risiko yang dapat diterima. Sebuah program evaluasi risiko sebaiknya mencakup beberapa elemen sebagai berikut: 1) Inspeksi dan monitoring periodik terhadap aspek keselamatan dan kesehatan 2) Wawancara nonformal dengan pekerja 3) Pemeriksaan kesehatan 4) Pengukuran pada area lingkungan kerja 5) Pengukuran sampel personal Pengendalian Risiko Prinsip pengendalian risiko meliputi 5 hierarki, yaitu: 1) Elimiasi : Menghilangkan bahaya 2) Substitusi: Menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah/tidak ada 3) Rekayasa engineering/pengendalian secara teknik 4) Pengendalian secara administrasi 5) Alat Pelindung Diri Komunikasi dan Konsultasi Komunikasi dan konsultasi merupakan pertimbangan penting pada setiap langkah atau tahapan dalam proses manejemen risiko. Komunikasi dan konsultasi termasuk didalamnya dialog dua arah diantara pihak yang berperan didalam proses pengelolaan risiko dengan fokus terhadap perkembangan kegiatan. Komunikasi internal dan eksternal yang efektif penting untuk meyakinkan pihak pengelolaan sebagai dasar pengambilan keputusan. . Monitoring dan evaluasi Pemantauan selama pengendalian risiko berlangsung perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan 54 yang bisa terjadi. Perubahan-perubahan tersebut kemudian perlu ditelaah ulang untuk selanjutnya dilakukan perbaikan- perbaikan. Pada prinsipnya pemantauan dan telaah ulang perlu untuk dilakukan untuk menjamin_ terlaksananya seluruh proses manajemen risiko dengan optimal. B. Keselamatan Dan Keamanan Rumah Sakit 1. Pengertian Keselamatan adalah suatu tingkatan keadaan tertentu dimana gedung, halaman/ground, peralatan, teknologi medis, informasi serta sistem di lingkungan Rumah Sakit tidak menimbulkan bahaya atau risiko fisik bagi pegawai, pasien, pengunjung serta masyarakat sekitar. Keselamatan merupakan kondisi atau situasi selamat dalam melaksanakan aktivitas atau kegiatan tertentu. Keamanan adalah suatu kondisi yang melindungi properti milik Rumah Sakit, sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari bahaya pengrusakan dan kehilangan atau akses serta penggunaan oleh mereka yang tidak berwenang. Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun non materi. 2. Tujuan Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit bertujuan untuk mencegah terjadinyakecelakaan dan cidera_serta mempertahankan kondisi yang aman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit. 3. Langkah-Langkah Keselamatan dan Keamanan di Rumah Sakit Langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan standar keselamatan dan keamanan sebagai berikut: 1. Pemetaan area berisiko terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit. 55, 2. Identifikasi dan penilaian risiko yang komprehensif menyangkut keselamatan dan keamanan 3. Melakukan upaya pengendalian dan pencegahan lain pada kejadian tidak aman. C. Pelayanan Kesehatan Kerja 1. Pengertian Upaya pelayanan kesehatan yang diberikan kepada sumber daya manusia RSUD Suradadi meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. 2. Tujuan a. Peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pegawai di semua jenis pekerjaan b. Pencegahan terhadap gangguan keschatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan c. Perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, Penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. 3. Jenis-jenis Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kerja a. Promotif 1) Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi (extra fooding) bagi pekerja yang bekerja di area berisiko tinggi dan pekerja yang dinas bergilir (sore, malam dan diluar hari kerja atau libur). 2) Pelaksanaan program kebugaran jasmani_terprogram (pengukuran kebugaran jasmani dan latihan fisik terprogram), senam kesehatan dan rekreasi. 3) Pembinaan mental/rohani. 4) Pemenuhan gizi kerja dan ASI di Rumah Sakit, meliputi : a) Pengelolaan kantin bersih, sehat dan selamat/ hygiene sanitasi b) Pemeriksaan kesehatan penjamah makanan/hygiene perorangan 56 c) Pemantauan status gizi dan konseling gizi a) Tempat Penitipan Anak (TPA) ¢) Pengelolaan ASI di Rumah Sakit (contoh: penyediaan Ruang ASI) b. Preventif 1) Pemberian imunisasi pada pekerja Rumah Sakit yang 2) bekerja pada area/tempat kerja yang berisiko dan berbahaya (antara lain; thypoid, hepatitis, influenza). Pemeriksaan kesehatan bagi pegawai Pemeriksaan kesehatan terdiri dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala dan khusus sesuai dengan risiko pekerjaan. Langkah pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan berdasarkan risiko pekerjaannya, meliputi: Identifikasi dan pemetaan populasi berisiko sesuai potensi bahaya yang ada Menentukan jenis pemeriksaan kesehatan sesuai dengan potensi bahaya tempat kerjanya Melakukan pemeriksaan kesehatan Menentukan kelaikan bekerja_ sesuai_kondisi kesehatan pegawai (fitto work) Melakukan analisis hasil pemeriksaan kesehatan pegawai secara populasi_ untuk —memberikan rekomendasi program Kesehatan Kerja dan perbaikan lingkungan kerja. Pelaksanaan program fit to work (kelaikan kerja) dalam rangka penentuan jenis pekerjaan yang sesuai dengan status kesehatan pekerja di RSUD Suradadi. Surveilans medik Menganalisis hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala dan khusus, data rawat jalan, data rawat inap seluruh sumber daya manusia Rumah Sakit. Memberikan rekomendasi dan tindak lanjut hasil analisis. 57 3) Surveilans lingkungan kerja * Menilai, menganalisa dan mengevaluasi hasil pengukuran lingkungan kerja * Memberikan rekomendasi hasil evaluasi pengukuran lingkungan kerja 4) Memantau kesehatan pekerja rumah sakit dan pekerja yang bekerja pada tempat kerja yang mengandung potensi bahaya tinggi, sesuai dengan peraturan perundangan. . Kuratif 1) Memberikan pengobatan dan perawatan _serta rehabilitasi bagi pekerja Rumah Sakit yang menderita sakit. 2) Melakukan diagnosis dan tatalaksana Penyakit Akibat Kerja (PAK) yaitu penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui, selain risiko penyakit umum yang ada di masyarakat. 3) Penanganan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) yaitu suatu kejadian atau peristiwa dengan unsur-unsur tidak diduga, tidak dikehendaki, tidak disengaja, terjadi dalam hubungan kerja, menimbulkan trauma/ruda paksa, kecacatan, dan kematian disamping itu menimbulkan kerugian dan/atau kerusakan properti. 4) Penanganan pasca pemajanan (post exposure profilaksis) |. Rehabilitatif 1) Rehabilitasi medik 2) Pelaksanaan program pendampingan kembali bekerja (return to work) bagi pekerja Rumah Sakit yang mengalami keterbatasan setelah mengalami sakit lebih dari 2 minggu/KAK/PAK, yang mana memerlukan rehabilitasi medik dan/atau rehabilitasi okupasi/kerja. 58 4. Unit Layanan Kesehatan Kerja Unit layanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit yang ditujukan bagi SDM Rumah Sakit harus dikembangkan oleh Rumah Sakit, sesuai dengan kondisi kemampuan yang dimiliki Rumah Sakit serta ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. D. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Pengertian Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah upaya meminimalkan risiko penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) terhadap sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlah, baik secara langsung maupun_ tidak langsung, dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup serta mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup sekitarnya. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Untuk di Rumah Sakit, limbah medis termasuk limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Berikut ini yang termasuk katagori Bahan Berbahaya dan Beracun yang mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun: 59 Memancarkan radiasi Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau artikel radioaktif yang mampu mengionkan secara langsung atau tidak langsung materi bahan yang dilaluinya, misalnya: Ir192, 1131, Tc99, Sa153, sinar X, sinar alfa, sinar beta, sinar gamma, dan lain-lain. Mudah meledak Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai pengimbangan kehilangan panas, schingga kecepatan reaksi, peningkatan suhu dan tekanan meningkat pesat dan dapat menimbulkan peledakan. Bahan mudah meledak apabila terkena panas, gesekan atau bantingan dapat menimbulkan ledakan. Mudah menyala atau terbakar Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat disertai dengan pengimbangan kehilangan panas, sehingga _tercapai kecepatan reaksi yang menimbulkan nyala. Bahan mudah menyala atau terbakar mempunyai titik nyala (flash point) rendah (210C) Oksidator Bahan yang mempunyai sifat —_aktif mengoksidasikan sehingga terjadi__reaksi oksidasi, mengakibatkan reaksi keluar panas (eksothermis). Racun Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan kulit atau mulut. Korosif Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur uji 550C, mempunyai pH sama atau kurang dari 2 (asam), dan sama atau lebih dari 12,5 (basa). Karsinogenik Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat merusak jaringan tubuh. Mutagenik Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang berarti dapat merubah genetika. 60 h. Teratogenik Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio. i, Iritasi Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput lendir. j. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous for environment) Bahan kimia ini dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan atau organisme aquatic lainnya atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan, seperti merusak lapisan ozon (misalnya k. CFC=Chlorofluorocarbon), persistent di__lingkungan (misalnya PCBs=Polychlorinated Biphenyls. 1. Gas bertekanan (pressure gas) Bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini bertekanan tinggi dan dapat meledak bila tabung dipanaskan/terkena panas atau pecah dan isinya dapat menyebabkan kebakaran. Sedangkan yang termasuk dalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sebagai berikut: a. Infeksius b. Benda tajam c. Patologis d. Bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan e. Radioaktif f. Farmasi g. Sitotoksik h. Peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi Tabung gas atau kontainer bertekanan Faktor yang mempengaruhi timbulnya tingkat bahaya dari pemaparan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3): 1) Cara Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) masuk ke dalam tubuh yaitu melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan dan penyerapan melalui kulit. 2) Konsentrasi dan lama paparan. 3) Efek kombinasi bahan kimia, yaitu paparan bermacam- macam Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan sifat dan 61 daya racun yang berbeda, menyulitkan tindakan-tindakan pertolongan atau pengobatan. 4) Kerentanan calon korban paparan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), karena masing-masing individu mempunyai daya tahan yang berbeda terhadap pengaruh bahan kimia. 2. Tujuan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah Sakit bertujuan untuk melindungi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari pajanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). 3. Jenis Kegiatan a. Identifikasi dan Inventarisasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang di Rumah Sakit Mengidentifikasi jenis, lokasi, dan jumlah semua Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri- ciri dan karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, hasil identifikasi diberi label atau kode untuk dapat membedakan satu dengan lainnya. b. Mengawasi pelaksanakan —kegiatan _inventarisasi, penyimpanan, penanganan, penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). 1) Menyiapkan dan Memiliki Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet) Informasi mengenai bahan-bahan berbahaya terkait dengan penanganan yang aman, prosedur penanganan tumpahan, dan prosedur untuk mengelola pemaparan sudah yang terbaru dan selalu tersedia. 2) Menyiapkan sarana_keselamatan | Bahan Berbahaya dan Beracun (B3): - Lemari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 62 Penyiram badan (body wash) Pencuci mata (eyewasher) Alat Pelindung Diri (APD) Rambu dan Simbol Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ~ Spill Kit c. Pembuatan Pedoman dan Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang Aman 1) 2) 3) 4) 5) 6) Menetapkan dan menerapkan secara aman bagi petugas dalam penanganan, penyimpanan, dan penggunaan bahan- bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Menetapkan dan menerapkan cara penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dan prosedur yang dipersyaratkan sewaktu menggunakannya. Menetapkan dan menerapkan pelabelan bahan-bahan dan limbah berbahaya yang sesuai. Menetapkan dan —menerapkan _persyaratan dokumentasi, termasuk surat izin, lisensi, atau lainnya yang dipersyaratkan oleh peraturan yang berlaku. Menetapkan mekanisme pelaporan dan penyelidikan (inventigasi) untuk tumpahan dan paparan, Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Menetapkan prosedur untuk mengelola tumpahan dan paparan. d. Penanganan Keadaan Darurat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yy 2) Melakukan pelatihan dan simulasi tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Menerapkan prosedur untuk mengelola tumpahan dan paparan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). 3) Menerapkan mekanisme pelaporan dan penyelidikan (inventigasi) untuk tumpahan dan paparan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). 63 E. _Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran 1. Pengertian Pencegahan kebakaran adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kebakaran di Rumah Sakit. Pengendalian kebakaran adalah upaya yang dilakukan untuk memadamkan api pada saat terjadi kebakaran dan setelahnya. 2. Tujuan a. Memastikan sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun_ lingkungan Rumah Sakit aman dan selamat dari apidan asap. b. Memastikan asset/properti Rumah Sakit (bangunan, peralatan, dokumen penting, sarana) yang aman dan selamat dari api dan asap. 3. Jenis Kegiatan a. Identifikasi Area Berisiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan 1) Mengetahui potensi bahaya kebakaran yang ada di tempat kerja, dengan membuat daftar potensi-potensi bahaya kebakaran yang ada di semua area Rumah Sakit. 2) Mengetahui lokasi dan area potensi kebakaran secara spesifik, dengan membuat denah potensi berisiko tinggi terutama terkait bahaya kebakaran 3) Inventarisasi dan pengecekan sarana_proteksi kebakaran pasif dan aktif: + proteksi kebakaran secara aktif, contohnya APAR, hidran, detektor api, detektor asap, sprinkler, dan lainlain. + proteksi kebakaran secara pasif, contohnya jalur evakuasi, pintu darurat, tangga darurat, tempat titik kumpul aman, ram, kompartemen, dan lain- lain. b. Pemetaan Area Berisiko Tinggi Kebakaran dan Ledakan 1) Peta area risiko tinggi ledakkan dan kebakaran 2) Peta keberadaan alat proteksi kebakaran aktif (APAR, hydrant) 3) Peta jalur evakuasi dan titik kumpul aman 4) Denah lokasi di setiap gedung Pengurangan Risiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan 1) Sistim peringatan dini 2) Tanda-tanda dan/ atau rambu evakuasi 3) Akses keluar, akses evakuasi, dan area tempat titik kumpul aman 4) Penyediaan alat evakuasi untuk gedung bertingkat 5) penempatan bahan mudah terbakar aman dari api dan panas 6) Pengaturan konstruksi gedung sesuai dengan prinsip keselamatan dan Kesehatan Kerja, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan 7) Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mudah terbakar dan gas medis 8) Pelarangan bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung yang dapat menimbulkan kebakaran (peralatan masak-memasak) 9) Larangan merokok 10) Inspeksi fasilitas/area berisiko kebakaran secara berkala 11) Menyusun kebijakan, pedoman dan SPO terkait keselamatan kebakaran Pengendalian Kebakaran 1) Alat pemadam api ringan 2) - Deteksi asap dan api 3) Sistim alarm kebakaran 4) Penyemprot air otomatis (sprinkler) 5) Pintu darurat 6) Jalur evakuasi 7) Tangga darurat 8) Pengendali asap 9) Tempat titik kumpul aman 10) Penyemprot air manual (Hydrant) 65, 11) Pembentukan tim penanggulangan kebakaran: + Tim Penanggulangan Kebakaran Tingkat RS + Tim Penanggulangan Kebakaran Tingkat Unit RS 12) Pelatihan dan sosialisasi. e. Simulasi Kebakaran Minimal dilakukan 1 tahun sekali untuk setiap gedung. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran: 1) Rumah Sakit perlu menguji secara berkala rencana penanganan kebakaran dan asap, termasuk semua alat yang terkait dengan deteksi dini dan pemadaman serta mendokumentasikan hasil ujinya. 2) Bahaya terkait dengan setiap pembangunan di dalam/berdekatan dgn bangunan yang dihuni pasien. 3) Jalan keluar yang aman dan tidak terhalang bila tejadi kebakaran (jalur evakuasi), Sistem peringatan dini, sistem deteksi dini, smoke, heat, ion atauflame detector, alarm kebakaran, dan patroli kebakaran 4) Mckanisme penghentian/supresi (suppression) seperti selang air, supresan kimia (chemical suppressants) atau sistem penyemburan (sprinkler). Merupakan sistem pemadam kebakaran secara aktif, baik dilakukan secara otomatis maupun manual dan saling terintegrasi dalam suatu area atau lokasi. Jenis antara lain APAR (Alat Pemadam Api Ringan), serta sistem penanggulangan kebakaran satu tempat dengan menggunakan gas. F. _ Pengelolaan Prasarana Rumah Sakit Dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Pengertian Prasarana atau sistem utilitas Rumah Sakit adalah sistem dan peralatan yang mendukung pelayanan mendasar perawatan kesehatan yang aman. Sistem ini mencakup distribusi listrik, air, ventilasi dan aliran udara, gas medis, pipa air, pemanasan, limbah, dan sistem komunikasi dan data. 66 3. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah upaya memastikan sistim utilitas aman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit. Tujuan Menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan memastikan kehandalan prasarana atau sistem utilitas dan meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi. Aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja pada sistim utilitas mencakup strategi- strategi untuk pengawasan pemeliharaan utilitas yang memastikan komponen- komponen sistem kunci, seperti listrik, air, lift, limbah, ventilasi, dan gas medis dan lain- lain diperiksa, dipelihara, dan diperbaiki secara berkala. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain meliputi: Penggunaan listrik Penggunaan air Penggunaan tata udara Penggunaan genset Penggunaan lift rep Bog p Penggunaan gas medis Penggunaan jaringan komunikasi Pe . Penggunaan mekanikal dan elektrikal Penggunaan instalasi pengelolaan air limbah Sasaran Prasarana atau Sistem Utilitas Rumah Sakit a. Air bersih dan listrik tersedia 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu. b. Rumah Sakit mengidentifikasi area dan layanan yang memiliki risiko terbesar jika terjadi pemadaman listrik atau kontaminasi atau gangguan air. c. Rumah Sakit merencanakan sumber-sumber listrik dan air alternatif dalam keadaan darurat. 67 d. Tata udara, gas medis, sistim kunci, sistim perpipaan limbah, lift, boiler dan lain lain berfungsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Jenis Kegiatan a, Memastikan adanya daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitasnya dan memetakan pendistribusiannya. b. Memastikan dilakukan kegiatan pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan terhadap semua komponen-komponen sistem utilitas yang beroperasi, semua komponennya ditingkatkan bila perlu. c. Mengidentifikasi jangka waktu untuk pemeriksaan, pengujian, dan pemeliharaan semua komponen-komponen sistem utilitas yang beroperasi di dalam daftar inventaris, berdasarkan kriteria seperti rekomendasi produsen, tingkat risiko, dan pengalaman Rumah Sakit. d. Memberikan label pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu pemadaman darurat secara keseluruhan atau sebagian. ¢. Memastikan dilakukannya dokumentasi setiap kegiatan sistem utilitas. G. Pengelolaan Peralatan Medis Dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Pengertian Peralatan medis merupakan sarana pelayanan di Rumah Sakit dalam memberikan tindakan kepada _pasiennya, perawatan, dan pengobatan yang digunakan untuk diagnosa, terapi, rehablitasi dan penelitian medik baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah upaya memastikan sistem peralatan medis aman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping _ pasien, penguinjung, maupun lingkungan Rumah Sakit. 68 H. 2. Tujuan Melindungi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari potensi bahaya peralatan medis baik saat digunakan maupun saat tidak digunakan. 3. Jenis Kegiatan a. Memastikan tersedianya daftar inventaris seluruh peralatan medis b. Memastikan penandaan pada peralatan medis yang digunakan dan yang tidak digunakan. c. Memastikan dilaksanakanya Inspeksi berkala. Memastikan dilakukan uji fungsi dan uji coba peralatan e. Memastikan dilakukan pemeliharaanpromotif dan pemeliharaan terencana pada peralatan medis f. Memastikan petugas yang memelihara dan menggunakan peralatan medis kompeten dan terlatih. Kesiapsiagaan Menghadapi Kondisi Darurat atau Bencana 1. Pengertian Suatu rangkaian kegiatan yang dirancang untuk meminimalkan dampak kerugian atau kerusakan yang mungkin terjadi akibat keadaan darurat oleh karena kegagalan teknologi, ulah manusia atau bencana yang dapat terjadi setiap saat dan dimana saja (internal dan eksternal). Keadaan darurat adalah suatu keadaan tidak normal atau tidak diinginkan yang terjadi pada suatu tempat/kegiatan yang cenderung membahayakan bagi manusia, merusak peralatan/harta benda atau merusak lingkungan sekitarnya. 2. Tujuan Meminimalkan dampak terjadinya kejadian akibat kondisi darurat dan bencana yang dapat menimbulkan kerugian fisik, material, jiwa, bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, dan pengunjungyang dapat mengganggu 69 operasional serta menyebabkan kerusakan lingkungan ataupun mengancam finansial dan citra Rumah Sakit. Langkah-Langkah a. Identifikasi risiko kondisi darurat atau bencana Mengidentifikasi potensi keadaan darurat di area kerja yang berasal dari aktivitas (proses, operasional, peralatan), produk dan jasa. b. Penilaian analisa risiko kerentanan bencana Menilai risiko keadaan darurat di area kerja yang berasal dari aktivitas (proses, operasional, peralatan), produk dan jasa. Analisis kerentanan bencana terkait dengan bencana alam, teknologi, manusia, penyakit / wabah dan hazard material. c. Pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana Pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana untuk menentukan skala prioritas. Pengendalian kondisi darurat atau bencana Menyusun pedoman tanggap darurat atau bencana Pep Membentuk Tim Tanggap Darurat atau Bencana Menyusun SPO tanggap darurat atau bencana ® h. Menyediakan alat/sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan hasil identifikasi. i, Menilai kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat keadaan darurat oleh petugas yang berkompeten dan berwenang j. Memasang rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat sesuai dengan standar dan pedoman teknis k. Simulasi kondisi darurat atau bencana * Simulasi kondisi darurat atau bencana berdasarkan penilaian analisa risiko kerentanan bencana dilakukan terhadap keadaan. * Memberikan pelatihan tanggap darurat atau bencana 1 Melakukan uji coba (stimulasi) kesiapan petugas yang bertanggung jawab menangani keadaan darurat yang dilakukan minimal 1 tahun sekali pada setiap gedung. 70

You might also like